Anda di halaman 1dari 5

Nama : Fhandemi Ulvansyah

NPM : 1963201071
Prodi : Administrasi Publik
Tugas : UTS

Pemekaran Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan

Indonesia mempunyai satu provinsi baru yakni Provinsi Papua Barat Daya. Dengan demikian,
jumlah provinsi di Tanah Air menjadi 38. Provinsi Papua Barat Daya mencakup enam wilayah
yakni Kota Sorong, Kabupaten Sorong, Kabupaten Sorong Selatan, Kabupaten Raja Ampat,
Kabupaten Tambrauw, dan Kabupaten Mamberamo. Kota Sorong ditetapkan sebagai ibu
kotanya. Papua Barat Daya merupakan pemekaran dari Papua. Perihal pemekaran ini
dituangkan dalam Undang-Undang tentang Pembentukan Provinsi Papua Barat Daya.
Belum lama ini, pemerintah juga meresmikan tiga provinsi baru hasil pemekaran Provinsi
Papua. Ketiga provinsi itu yakni Papua Selatan, Papua Tengah, dan Papua Pegunungan.
Provinsi Papua Selatan mencakup empat kabupaten yakni Kabupaten Merauke, Mappi, Asmat,
dan Boven Digoel. Sementara, Provinsi Papua Tengah memiliki delapan kabupaten yang terdiri
dari Nabire, Paniai, Mimika, Dogiyai, Deyiai, Intan Jaya, Puncak, dan Kabupaten Puncak Jaya.
Lalu, provinsi Papua Pegunungan meliputi delapan kabupaten yaitu Jayawijaya, Lanny Jaya,
Mamberamo Tengah, Nduga, Tolikara, Yahukimo, Yalimo, dan Kabupaten Pegunungan
Bintang.
Sebelum menganalisis lebih lanjut tentang pemekaran daerah, akan lebih baik jika
diketahui terlebih dahulu makna dari istilah pemekaran daerah tersebut. Dari perspektif
kewilayahan, terminologi „pemekaran‟ menurut Prof. Eko Budiharjo merupakan istilah yang
salah kaprah karena dalam pemekaran yang terjadi justru penciutan atau penyempitan wilayah
(Kompas, 19 januari 2008). Mengapa demikian? Hal ini dikarenakan pemekaran yang sering
terjadi sekarang ini di Indonesia adalah pemecahan satu daerah otonom ke dalam beberapa
daerah otonom, sehingga yang terjadi justru penyempitan wilayah. Pemekaran jarang dipahami
sebagai penggabungan dua atau lebih daerah otonom untuk membentuk satu daerah otonom
baru.
Menurut Saile, pemekaran daerah bukan merupakan persoalan yang mudah karena akan
menimbulkan persoalan baru dalam penetapan batas-batas wilayah administratif suatu daerah
yang terkena pemekaran tersebut (Saile, 2009:4). Perubahan batas wilayah darat antar daerah
sebagai akibat pemekaran sering menjadi persoalan rumit untuk diputuskan oleh Pemerintah
Pusat maupun Pemerintah Daerah karena sulit untuk mengakomodasi secara adil dan
komprehensif aspirasi masyarakat, sehingga yang terjadi justru sengketa. Sengketa batas
wilayah tersebut sering melahirkan pertentangan, ketegangan atau konflik bahkan pertikaian,
bentrok dan perkelahian antar warga. Pada masa Orde Lama, pemekaran daerah telah terjadi
dalam pemerintahan daerah di Indonesia. Pemekaran daerah pada waktu itu kebanyakan terjadi
di luar Pulau Jawa. Pulau Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi yang memiliki geografis cukup
luas menjadi pertimbangan atas pemekaran daerah.
Pembangunan di Negara Indonesia sudah cukup baik dan mengalami peningkatan
semenjak era Reformasi termasuk di Sumatera Selatan. Sebelum era Reformasi atau era
otonomi daerah dimulai Kabupaten/Kota di Wilayah Sumatera Selatan cukup begitu luas
wilayah di beberapa Daerahnya. Pembangunan di Daerah-Daerah akan menjadi pusat perhatian
terutama Kabupaten/Kota yang akan menjadi ujung tombak pembangunan di Negara yang
mengkoordinir beberapa wilayah Kecamatan dan Desa/Kelurahan yang ada di Wilayah
Kabupaten/Kota tersebut. Setelah era Reformasi dan pembangunan di beberapa
Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan mengalami pemekaran wilayah seperti
Kabupaten Banyuasin yang dimekarkan dari Kabupaten Musi Banyuasin, Kabupaten Empat
Lawang dan Kota Pagaralam yang dimekarkan dari Kabupaten Lahat, Kabupaten Ogan Ilir
yang dimekarkan dari Kabupaten OKI (Ogan Komering Ilir), Kota Prabumulih yang
dimekarkan Kabupaten Muara Enim, Kota Lubuk Linggau yang dimekarkan dari Kabupaten
Musi Rawas, dan Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur (OKU Timur) dan Kabupaten Ogan
Komering Ulu Selatan (OKU Selatan) yang dimekarkan dari Kabupaten Ogan Komering Ulu.
Lalu, Beberapa Tahun Kemudian terjadi pemekaran Kabupaten Musi Rawas Utara yang
dimekarkan dari Kabupaten Musi Rawas dan Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir yang
dimekarkan dari Kabupaten Muara Enim.

Melihat pemekaran terjadi sebelum Moratorium(Pelarangan) Pemekaran


Daerah/Daerah Otonomi Baru(DOB) cukup banyak terjadi pemekaran di Wilayah Sumatera
Selatan meskipun tidak sebanyak di wilayah lain atau Provinsi lain. Kalau melihat Provinsi
Sumatera Barat yang Wilayah tidak seluas wilayah Sumatera Selatan bisa untuk memekarkan
beberapa Kabupaten dan Kota di Wilayah Provinsinya pada saat sebelum Moratorium
Pemekaran Daerah/Daerah Otonomi Baru(DOB). Moratorium ini menghambat pemekaran
Daerah di Wilayah Sumatera Selatan. Padahal Pembangunan Daerah perlu dilakukan untuk
kepentingan publik terutama pelayanan publik dan kesejahteraan rakyat dalam pembangunan
di Daerah termasuk fasilitas Sekolah/pendidikan, pengembangan sektor UKM, pariwisata,
olahraga dan sebagainya.

Apabila suatu daerah ingin dimekarkan dari Kabupaten Induknya itu dengan syarat itu
untuk Pemekaran Kabupaten/Kota minimal 5 Kecamatan berdasarkan UU No.23 tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah. Untuk saat ini sudah beberapa wilayah di Sumatera Selatan yang
mungkin bisa dimekarkan menjadi Kabupaten/Kota kalau dilihat dari aspek geografi,
demografi, keamanan, sosial politik, adat dan tradisi, potensi ekonomi, keuangan daerah, dan
kemampuan penyelenggaraan pemerintahan berdasarkan pasal 36 ayat 1 UU No.23 tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah. Wacana/isu pembentukan yang akhir-akhir ini sering muncul
dalam beberapa tahun terakhir seperti Kabupaten Pantai Timur yang akan dimekarkan dari
Kabupaten OKI (Ogan Komering Ilir), Kabupaten Kikim yang akan dimekarkan dari
Kabupaten Lahat , Kabupaten Musi Ilir dan Kabupaten Musi Banyuasin Timur (Muba Timur)
yang akan dimekarkan dari Kabupaten Musi Banyuasin, Kabupaten Gelumbang yang akan
dimekarkan dari Kabupaten Muara Enim, dan Kabupaten Banyuasin Perairan atau Kabupaten
Banyuasin Timur yang akan dimekarkan dari Kabupaten Banyuasin serta wacana pemekaran
Kota Palembang Ulu yang bisa dimekarkan dari Kota Palembang.

Munculnya isu atau wacana pemekaran Kabupaten/Kota tersebut di wilayah Provinsi


Sumatera Selatan mungkin disebabkan pembangunan sarana prasarana yang mungkin belum
merata, jangkauan ke pusat pemerintahan yang mungkin terlalu jauh untuk diakses oleh sarana
transportasi, ketidakpuasan masyarakat di Daerah yang belum merasakan pembangunan yang
cukup merata seperti sekolah/pendidikan, faktor sosial dan budaya, dan lain sebagainya
sehingga memunculkan isu atau wacana pemekaran Kabupaten/Kota di wilayah Provinsi
Sumatera Selatan. Apabila Moratorium Pemekaran Daerah/Daerah Otonomi Daerah dicabut,
Kabupaten yang paling siap untuk dimekarkan dari Kabupaten Induk seperti Kabupaten Pantai
Timur baik sarana prasarana, jumlah penduduk, jumlah kecamatan, potensi wilayahnya yang
banyak perkebunan/perusahaan, potensi wisata yang belum tersentuh, dan lain sebagainya.
Selanjutnya, Kabupaten yang mungkin siap untuk dimekarkan,yaitu Kabupaten Kikim yang
dimekarkan dari Kabupaten Lahat. Kalau dari syaratnya, Kabupaten Kikim cukup memenuhi
syarat dan sempat masuk berita di Media akhir-akhir ini. Kota Palembang pun ada
kemungkinan untuk dimekarkan menjadi dua wilayah,yaitu Kota Palembang Ulu dan Kota
Palembang Ilir mengingat wilayah Palembang baik kawasan ilir maupun ulu sudah memenuhi
syarat minimal 5 kecamatan yang siap untuk dimekarkan.
Khusus untuk di Kabupaten Musi Banyuasin, Musi Ilir lebih siap untuk dimekarkan ketimbang
Muba Timur dikarenakan faktor historis dan faktor potensi daerahnya lebih bisa diutamakan
untuk dimekarkan menjadi Kabupaten Musi Ilir meskipun Kabupaten Muba Timur yang
meliputi Kawasan Sungai lilin dan sekitar kalau dilihat dari Potensi daerah dan yang lain siap
untuk dimekarkan dari Kabupaten Musi Banyuasin. Selanjutnya, Kabupaten Gelumbang
mungkin bisa dimekarkan dari Kabupaten Muara Enim mengingat wilayah Gelumbang dan
sekitarnya cukup jauh dalam mengakses pusat pemerintahan Kabupaten Muara Enim.
Kabupaten Banyuasin Perairan atau Banyuasin Timur mungkin bisa untuk dimekarkan apabila
masyarakatnya menginginkan percepatan pembangunan ekonomi dan fasilitas sarana-
prasarana apalagi di wilayah tersebut ada potensi besar dalam roda perekonomian seperti
Pelabuhan Tanjung Api-Api di wilayahnya.

Namun, Pemekaran Kabupaten/Kota yang disebutkan sebelumnya mesti mendapat


rekomendasi juga dari Kepala Kabupaten/Kota Induk dan anggota DPRD(Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah) di Kabupaten/Kota Induknya sehingga memudahkan dalam kelancaran
pemekaran wilayah tersebut untuk dimekarkan menjadi Daerah Otonomi Baru(DOB) baik
Kabupaten maupun Kota. Kepala Daerah di Kabupaten/Kota Induk tentunya memiliki asumsi
dalam rekomendasi pemekaran Daerah Otonomi Baru (DOB) apakah layak atau tidak untuk
membentuk Kabupaten/Kota yang dimekarkan dari Daerah Induknya agar tidak terjadinya
DOB yang gagal dalam pemekarannya yang dikhawatirkan bisa kembali ke Daerah Induknya.
Pembentukan Daerah Otonomi Baru(DOB) biasanya ada Presidiumnya yang mengawal dalam
proses percepatan pembentukan DOB baru Kabupaten/Kota untuk kelancaran kesiapan
pemerintahan DOB baru. Sesuatu yang diharapkan masyarakat dalam pemekaran
Kabupaten/Kota adalah pelayanan publik yang baik, penyelenggaraan pemerintah yang prima,
pemberdayaan masyarakat, pengembangan sektor usaha kecil menengah, kesejahteraan rakyat,
pembangunan fasilitas yang ada di wilayah tersebut maupun pembangunan manusianya
menjadi lebih baik. Hal yang mungkin dikhawatirkan dari pemekaran Daerah,yaitu adanya
kepentingan elit atau kelompok saja dalam memimpin wilayahnya yang memunculkan raja-
raja kecil, politik dinasti dan lain sebagainya.

Berhasil atau tidaknya pemekaran Daerah Otonomi Baru(DOB) tergantung pada


penyelenggaraan pemerintahannya apakah memiliki visi misi yang mengutamakan
kepentingan rakyat dalam pemenuhan pembangunan di wilayah tersebut baik pembangunan
fisik maupun pembangunan SDM(sumber daya manusianya) dan itu tergantung Kepala Daerah
beserta jajaran pemerintahannya dalam memainkan perannya sebagai pelayan masyarakat
dalam penyelenggaraan pemerintahan di Daerah tersebut. Salah satu Pemekaran Daerah yang
bisa dikatakan Paling sukses di Sumatera Selatan adalah Kabupaten OKU Timur yang
dahulunya wilayah Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU).

Provinsi Sumatera Selatan atau Sumsel diusulkan dimekarkan. Sebanyak delapan kota dan
kabupaten di Sumatera Selatan disebut akan tergabung dalam usulan pemekaran tersebut.
Usulan pemekaran tersebut mengusung nama Sumatera Selatan Barat. Adapun delapan kota
dan kabupaten di Sumatera Selatan yang disebutkan mengusulkan pemekaran tersebut yakni,
Kabupaten Musi Rawas Utara, kabupaten Musi Rawas, Kota Lubuklinggau, dan Kabupaten
Empat Lawang.
Selain itu, Kota Lahat, Kabupaten Pagaralam, Kabupaten Muara Enim dan Kabupaten
Panungkal Abab Lematang Ilir (PALI). Adapun ibu kota yang diusulkan dari pemekaran ini
adalah kota Lubuklinggau.
Video usulan pemekaran ini ramai di media sosial. Kebanyakan netizen pun cendrung setuju
dengan pemekaran delapan kota dan kabupaten ini, mengingat Provinsi Sumatera Selatan atau
Sumsel memang luas.
Melansir berbagai sumber, Sumatera Selatan memiliki luas 91.592,43 km2. Pemekaran
Sumatera SelatanBarat ini diapit Provinsi Bengkulu dan Jambi.
Adapun ke delapan kota dan kabupaten yang masuk dalam usulan pemekaran Sumatera Selatan
bagian barat, yakni:
1. Kabupaten Musi Rawas Utara memiliki luas 6.008,55 km persegi

2. Kabupaten Musi Rawas memiliki luas 6.350,10 km persegi

3. Kota Lubuklinggau memiliki luas 401,50 km persegi

4. Kabupaten Empat Lawang memiliki luas 2.256,44 km persegi

5. Kota Lahat memiliki luas 5.311,74 km persegi

6. Kabupaten Pagaralam memiliki luas 633,66 km persegi

7. Kabupaten Muara Enim memiliki luas 7.383,90 km persegi

8. Kabupaten PALI memiliki luas 1.840,00 km persegi.

Anda mungkin juga menyukai