Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Kabupaten Mandailing Natal resmi dibentuk pada tanggal 23 Nopember tahun
1998 berdasarkan UU No. 12 Tahun 1998 tentang pembentukan Kabupaten Toba
Samosir dan Kabupaten Mandailing Natal. Kabupaten Mandailing Natal adalah
pemekaran dari Kabupaten Tapanuli Selatan selanjutnya Kabupaten Mandailing Natal
diresmikan oleh Menteri Dalam Negeri Syarwan Hamid pada tanggal 09 Maret 1999 di
Kantor Gubernur Sumatera Utara Medan dan pejabat Bupati Mandailing natal pada
masa itu adalah H. Amru Daulay, SH.

Pada saat berdirinya Kabupaten Mandailing Natal terdiri dari 8 Kecamatan yaitu
Kec. Siabu, Kec. Panyabungan, Kecamatan Kotanopan, Kec. Muara Sipongi, Kec.
Batang Natal, Kec. Natal, Kec. Batahan, Kec. Muara Batang Gadis. Melalui peraturan
daerah (Perda) Kabupaten Mandailing Natal No. 07 Tahun 2002 kedelapan Kecamatan
Induk itu dimekarkan sebanyak 09 Kecamatan sehingga jumlah Kecamatan menjadi 17
Kecamatan, adapun Kecamatan pemekaran tersebut adalah Kec. Bukit malintang, Kec.
Panyabungan Utara, Kec. Panyabungan Timur, Kec. Panyabungan Selatan, Kec.
Panyabungan Barat, Kec. Lembah Sorik Marapi, Kec. Tambangan, Kec. Ulu Pungkut,
Kec. Lingga Bayu. Dalam upaya peningkatan pelayanan kepada publik dan
meningkatkan kesejahteraan rakyat, pemerintah Kabupaten Mandailing Natal melalui
peraturan daerah (Perda) No. 10 tahun 2007 kembali melakukan pemekaran Kecamatan
baru yaitu Kec. Ranto Baek, kec. Huta Bargot, kec. Puncak Sorik Marapi, Kec.
Pakantan, Kec. Sinunukan.

Peresmian gedung sementara kantor pemerintahan Mandailing Natal terletak di


Panyabungan yang dilakukan oleh Gubernur Sumatera Utara Alm. Tengku Rizal Nurdin
pada tanggal 11 maret 1999 di komplek bekas perkantoran proyek pembangunan irigasi
batang gadis di daerah dalan lidang Kecamatan Panyabungan.

1
Istilah Mandailing Natal sendiri pada mulanya sudah dikenal sejak Tahun 1365
berdasarkan karya sejarah Negarakertagama yang ditulis oleh mpu prapanca kemudian
setelah kabupaten Mandailing Natal resmi terbentuk istilah tersebut disosialisasikan
oleh H. Amru Daulay SH, selaku pejabat Bupati Mandailing Natal berdasarkan surat
keputusan Nomor : 100/253.TU/1999 yang menyebut bahwa akronim nama Kabupaten
Mandailing Natal adalah Kabupaten Madina yang Madani.

Pada tahun 2000 pejabat Bupati Mandailing Natal H. Amru Daulay diangkat
menjadi Bupati Mandailing Natal defenitif untuk periode tahun 2000 sampai dengan
tahun 2005. Selanjutnya melalui pemilihan kepala daerah secara langsung pada tahun
2005 H. Amru Daulay SH, kembali terpilih untuk memimpin pemerintahan Kabupaten
Mandailing Natal untuk periode yang kedua sampai tahun 2010. Setelah itu kemudian
Bupati mandailing Natal melalui pemilihan kepala daerah secara langsung digantikan
oleh Hidayat batubara sampai tahun 2015 tidak berapa bulan setelah menjabat Hidayat
batubara terjerat Kasus korupsi sehingga digantikan wakilnya Dahlan Iskandar NST
sampai sekarang.

Adapun batas wilayah Kabupaten Mandailing natal yaitu sebelah Utara berbatasan
dengan Kabupaten Tapanuli Selatan, sebelah Timur berbatasan dengan provinsi
Sumatera Barat, sebelah Barat berbatasan dengan Samudera indonesia.

Jumlah penduduk Kabupaten Mandailing Natal sesuai dengan data yang terbaru
dri BPS Kabupaten Mandailing Natal adalah 390,389 jiwa dengan rincian penduduk
agama Islam 379.064 jiwa non muslim 11,325 jiwa total jumlah 390.389 jiwa.

2
BAB II
FAKTOR PENYELENGGARAAN OTONOMI DAERAH

Berdasarkan pengamatan penulis tentang implementasi otonomi daerah khususnya


daerah saya yaitu Kabupaten Mandailing Natal masih jauh dikatakan berhasil alasannya
ditinjau dari beberapa poin dari pasal 12 UU Nomor. 23 tentang pemerintahan daerah
mengenai urusan pemerintahan wajib yang berkaitan dengan pelayanan dasar yaitu
pendidikan, kesehatan dan pekerjaan umum.

1. Pendidikan
Program dibidang pendidikan diarahkan agar anak didik mendapat pendidikan
yang bermutu tapi pada kenyataannya di lapangan derbeda masih ada beberapa anak-
anak di daerah desa terpencil belum dapat menikmati pendidikan yang layak seperti
contoh anak-anak yang berada di desa pagaran dolok kecamatan Kotanopan untuk
mendapatkan pendidikan dasar anak-anak di sini harus menempuh perjalanan selama
1 jam 30 menit melewati hutan menuju desa Botung. Meskipun demikian anak-anak
di sini masih semangat untuk medapatkan pendidikan dasar tersebut. Apabila di
musim hujan keadaan anak-anak di sini sangat memprihatinkan karena sebagian
anak-anak tersebut tidak lagi memakai sepatu disebabkan jalan yang masih belum
tersentuh semen atau aspal dan pakaian seragam anak-anak itu terlihat kotor. Dan
penyebaran jumlah tenaga pendidik kurang merata antar bagian wilayah.

2. Kesehatan
Program dan kegiatan disektor kesehatan dan pemberian layanan kesehatan
masih belum merata secara keseluruhan seperti salah satu contoh Desa Aek Botung
Kecamatan kotanopan di Desa ini belum terdapat Pos kesehatan Desa (Poskesdes)
apabila masyarakat di sini ada yang sakit mereka harus menempuh jarak yang jauh
untuk mendapatkan pelayanan kesehatan ke desa Muara Botung. Begitu juga dalam
hal pelayanan kesehatan di salah satu rumah sakit yang ada di Kabupaten Mandailing

3
Natal pelayanannya masih tebang pilih artinya pelayanan di sini masih berpihak atau
mengutamakan orang-orang yang mampu dari pada yang kurang mampu (miskin).

3. Pekerjaan Umum
Infrastruktur
Untuk meningkatkan berbagai potensi daerah perlu di dukung oleh sektor
penunjang yaitu pembangunan jalan dalm kenyataannya total panjang jalan
Kabupaten dalam keadaan rusak berat sehingga mengakibatkan tidak lancarnya roda
perekonomian di Mandailing Natal.

4
BAB III
MASALAH

Adapun masalah yang menjadi penyebab tidak berhasilnya penyelenggaraan


otonomi daerah adalah karena tidak ada yang mengatur dan dibuat di dalam peraturan
daerah mengenai pelayanan wajib seperti pendidikan dan kesehatan. Dan kurang
meratanya pembangunan di daerah Kabupaten Mandailing Natal khususnya daerah/
desa yang terpencil terutama dalam bidang pembangunan pendidikan dan kesehatan.

Selain dari bidang pembangunan ada juga faktor yang menjadi penyebab tidak
berhasilnya otonomi daerah adalah kurang meratanya penyebaran jumlah tenaga
pendidik antar bagian wilayah sehingga mutu pendidikan di suatu daerah tertentu masih
rendah dan angka anak-anak putus sekolah masih banyak, kualitas masyarakat masih
sangat rendah.

Selain dari itu masih banyak masyarakat atau desa yang berada di daerah terpencil
dan pembangunan infrastruktur jalan yang belum memadai sehingga akses untuk
menuju desa tersebut masih sulit untuk dilalui dan menyebabkan rentangnya hubungan
dengan Pemerintah Daerah kabupaten Mandailing Natal dan pelayanan publik yang
belum optimal.

5
BAB IV
SOLUSI SUPAYA BERHASILNYA PENYELENGGARAAN OTONOMI
DAERAH

Pemerintah Kabupaten Mandailing Natal harus membuat peraturan mengenai


pelayanan wajib tersebut seperti pendidikan dan kesehatan dan di masukkan ke dalam
peraturan daerah (PERDA) supaya program tersebut dapat diselenggarakan dengan baik
oleh instansi-instansi yang terkait dan sehingga masyarakat tahu.

Selain itu juga pemerintah Kabupaten Mandailing Natal harus meratakan


pembangunan baik dalam bidang pendidikan dan bidang kesehatan khususnya untuk
masyarakat atau desa terpencil karena pendidikan dan kesehatan merupakan hal yang
paling penting dalam menilai berhasil atau tidaknya penyelenggaraan otonomi daerah
itu.

Begitu juga dengan pembangunan infrastruktur jalan dengan tujuan untuk


memudahkan akses perjalanan antara berbagai daerah yang ada di Kabupaten
Mandailing Natal sehingga hubungan antara pemerintah desa lebih dekat dengan
pemerintah kabupaten mandailing natal. Dan sistem pemerintahan yang transparan
sehingga masyarakat tahu.

Anda mungkin juga menyukai