Anda di halaman 1dari 185

ALUR PASIEN DI RUANG RUANG BERSALIN DAN

NIFAS

No. Dokumen :
No. Revisi : Halaman :
RSUD dr. __/SPO-
__ __/__
HADRIANUS PONEK/2023
SINAGA
KABUPATEN
SAMOSIR

Ditetapkan :

Direktur RSUD dr. Hadrianus Sinaga


Kabupaten Samosir

STANDAR Tanggal Terbit :


PROSEDUR
OPERASIONAL __/I/2023

dr. Iwan Hartono Sihaloho

Penata Tk.I

NIP. 19750828 200912 1 006

PENGERTIAN

TUJUAN

KEBIJAKAN

1
PROSEDUR
R. PERINATO
NEONATUS
PASIEN
(MATERNAL,
NEONATUS)
MATERNAL R. VK O.K

KELUARGA
PASIEN PENDAFTARAN

RUANG
PENUNJANG PERAWATAN
MEDIS IBU
PULANG
(Berobat Jalan)

PEMBAYARAN

MENINGGAL
(Dibawa ke Kamar Jenazah)

 Kamar Bedah
 Kamar Jenazah
UNIT TERKAIT
 Rekam Medik
 Ruang Bersalin

2
SELEKSI TERHADAP PASIEN SEHARI-HARI

No. Dokumen :
No. Revisi : Halaman :
__/SPO-PONEK/
RSUD dr. __ __/__
2023
HADRIANUS
SINAGA
KABUPATEN
SAMOSIR

Ditetapkan :

Direktur RSUD dr. Hadrianus Sinaga


Kabupaten Samosir

STANDAR Tanggal Terbit :


PROSEDUR
OPERASIONAL __/I/2023

dr. Iwan Hartono Sihaloho

Penata Tk.I

NIP. 19750828 200912 1 006

Pasien yang di seleksi adalah Pasien yang masuk melalui


PENGERTIAN
Ruang Bersalin Dan Nifas

Sebagai acuan dalam penerapan langkah langkah seleksi


TUJUAN
Pasien yang datang ke Ruang Bersalin dan Nifas

KEBIJAKAN

PROSEDUR  Pasien yang masuk ke Ruang Bersalin dan Nifas


diterima oleh petugas di pintu Ruang Bersalin dan
Nifas dengan memakai brancard atau rostul
 Pasien ditempatkan di atas tempat tidur
 Bidan melakukan tindakan life saving
 Bidan melakukan anamnese dan pemeriksaan fisik
dan mengisi formulir yang sudah disediakan sesuai
kondisi pasien (obstetri/ ginekologi)
 Bidan membuat note tentang data pasien untuk
dibawa keluarga pasien ke bagian pendaftaran
 Bidan menghubungi laboratorium untuk melakukan
pemeriksaan penunjang
 Bidan melaporkan kondisi pasien kepada dokter
Obgyn

3
Dokter Obgyn melakukan pemeriksaan sesuai
kebutuhan, mulai dari anamnesa, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan obstetric/ginekologi termasuk:
1. USG
2. Pemeriksaan dalam vagina (VT)
3. Inspekulo
Pasien yang memerlukan perawatan atau tindakan
lanjutan di kirim ke rawat inap.
Pasien yang tidak memerlukan perawatan atau tindakan
lanjutan di pulangkan dan di berikan surat pengantar
untuk rawat jalan.

UNIT TERKAIT  Rekam medik


 Ruang Bersalin

4
VISITE DOKTER KONSULEN DI RUANG BERSALIN

No. Dokumen :
No. Revisi : Halaman :
__/SPO-
RSUD dr. __ __/__
PONEK/2023
HADRIANUS
SINAGA
KABUPATEN
SAMOSIR

Ditetapkan :

Direktur RSUD dr. Hadrianus Sinaga


Kabupaten Samosir

STANDAR Tanggal Terbit :


PROSEDUR
OPERASIONAL __/I/2023

dr. Iwan Hartono Sihaloho

Penata Tk.I

NIP. 19750828 200912 1 006

Tata laksana dokter konsulen melakukan pemeriksaan


PENGERTIAN
kepada pasien di ruangan.
1. Agar terlaksana pengobatan, pelayanan kesehatan
kepada pasien di instalasi RUANG BERSALIN DAN
NIFAS.
TUJUAN 2. Apabila pasien perlu dikonsultasikan ke dokter ahli
lainnya di RSUD. Dr. Hadrianus Sinaga Pangururan
yang berhubungan dengan penyakit pasien tersebut
maka harus tertulis di status.
Dilakukan kepada pasien di ruang rawat inap yang
KEBIJAKAN
memerlukan konsultasi dokter spesialis.
PROSEDUR PENATALAKSANAAN :
1. Bidan memeriksa pasien baru yang masuk ke
Ruang bersalin.
2. Setelah itu bidan mengkonsulkan pada dokter
konsulen ( spesialis ) yang jaga pada hari itu melalui

5
telepon dan secara tertulis.
3. Setelah itu bidan memberitahukan pada keluarga
pasien agar pasien tersebut diopnamekan ( bila
perlu sesuai arahan dokter jaga konsulen).
4. Kemudian bidan yang bertugas memasukkan pasien
ke ruangan yang diinginkannya sambil menunggu
dokter konsulen datang.
UNIT TERKAIT  Ruang Rawat Inap
 Rekam Medis
 Ruang Bersalin

6
PENENTUAN FAKTOR RESTI UNTUK IBU HAMIL

No. Dokumen :
No. Revisi : Halaman :
__/SPO-
RSUD dr. __ __/__
PONEK/2023
HADRIANUS
SINAGA
KABUPATEN
SAMOSIR

Ditetapkan :

Direktur RSUD dr. Hadrianus


Sinaga Kabupaten Samosir

STANDAR Tanggal Terbit :


PROSEDUR
OPERASIONAL __/I/2023

dr. Iwan Hartono Sihaloho

Penata Tk.I

NIP. 19750828 200912 1 006

PENGERTIAN Semua ibu hamil yang datang berobat.


Sebagai acuan dalam menentukan faktor resiko
TUJUAN
dan resiko tinggi pada ibu hamil.
Dapat dilakukan oleh :
KEBIJAKAN 1. Dokter
2. Bidan
PROSEDUR PERSIAPAN ALAT :
a. Timbangan Berat badan.
b. Pita pengukur lingkar lengan atas.
c. Pengukur Tinggi Badan.
d. Tensi Meter.
e. Buku KIA ( Score Poedji Rochjati).

Penentuan Resiko Tinggi Ibu Hamil :


a. Faktor  Resiko  Ibu Hamil  Berdasarkan
Riwayat Obstetri:
1. Primi muda, hamil ke-1 umur kurang dari 20

7
tahun
2. Primi tua, hamil ke-1 umur  lebih dari 35
tahun, atau terlalu lambat hamil ke-1 kawin
lebih dari 4 tahun.
3. Terlalu lama hamil lagi, lebih dari 10 tahun.
4. Terlalu cepat hamil lagi, kurang dari 2 tahun
5. Terlalu banyak anak, Anak lebih dari 4
6. Terlalu tua, umur lebih dari 35 tahun
7. Tinggi badan kurang dari 145 cm
8. Pernah gagal kehamilan
9. Pernah melahirkan dengan tarikan tang /
vakum
10. Pernah melahirkan dengan Uri dirogoh
11. Pernah melahirkan dengan diberi
infuse/transfusi.
12. Pernah operasi seksio sesarea
13. Adanya penyakit pada ibu hamil : kurang
darah, Malaria, TBC paru, Payah jantung,
kencing manis dan penyakit menular seksual.
14. Adanya bengkak pada muka/tungkai dan
tekanan darah tinggi.
15. Hamil kembar 2 atau lebih.
16. Hamil kembar air (Hydramnion).
17. Bayi mati dalam kandungan.
18. Kehamilan lebih bulan (postdate atau
postmature).
19. Hamil dengan kelainan presentasi/letak (letak
sungsang, letak lintang, presentasi wajah)
20. Hamil dengan perdarahan.
21. Pre eklamsi berat atau eklampsia (kejang)

b. Kriteria faktor resiko tinggi ibu hamil 


berdasarkan riwayat yang di derita :
1. HB kurang dari 8 gr %.
2. Tekanan darah tinggi (Sistole ≥ 140 mmHg,
diastole ≥ 90 mmHg).
3. Oedema yang nyata.

8
4. Perdarahan pervaginam.
5. Ketuban pecah dini.
6. Letak lintang pada usia kehamilan lebih
dari 32 minggu.
7. Letak sungsang pada primigravida.
8. Infeksi berat / sepsis.
9. Persalinan premature.
10. Kehamilan ganda.
11. Janin yang besar.
12. Penyakit kronis pada ibu ; Jantung, paru,
ginjal, dll.
13. Riwayat obstetric buruk, riwayat bedah
sesar dan komplikasi kehamilan.

c. Penatalaksanaan sesuai kelompok resiko :


1. Jumlah skor 2, termasuk kelompok Bumil
resiko rendah (KRR), pemeriksaan
kehamilan bisa dilakukan bidan, tidak perlu
dirujuk, tempat persalinan bisa di polindes,
penolong bisa bidan.
2. Jumlah skor 6-10, termasuk kelompok
Bumil resiko tinggi (KRT), pemeriksaan
kehamilan dilakukan bidan atau dokter,
rujukan ke bidan dan puskesmas, penolong
persalinan bidan atau dokter.
3. Jumlah skor lebih dari 12, termasuk
kelompok resiko sangat tinggi (KRST),
pemeriksaan kehamilan harus oleh dokter,
penolong harus dokter.
UNIT TERKAIT  Poliklinik Kebidanan
 Ruang Bersalin

9
PELAYANAN PASIEN TIDAK AKUT

No. Dokumen :
No. Revisi : Halaman :
__/SPO-
RSUD dr. __ __/__
PONEK/2023
HADRIANUS
SINAGA
KABUPATEN
SAMOSIR

Ditetapkan :

Direktur RSUD dr. Hadrianus Sinaga


Kabupaten Samosir

STANDAR Tanggal Terbit :


PROSEDUR
OPERASIONAL __/I/2023

dr. Iwan Hartono Sihaloho

Penata Tk.I

NIP. 19750828 200912 1 006

Tata cara penerimaan pasien yang tidak akut untuk


PENGERTIAN berobat di Ruang Bersalin RSUD Dr.Hadrianus Sinaga
Pangururan diluar jam kerja.
1. Bagi rumah sakit agar prosedur pelayanan
TUJUAN penerimaan pasien di Ruang Bersalin berjalan
dengan baik, teratur, cepat sesuai dengan tata cara
yang telah digariskan.
2. Bagi pasien agar pasien / keluarga mendapat
pelayanan yang cepat, tepat dan baik sesuai dengan
kondisi pasien dan fasilitas yang ada.
Proses pelayanan pasien di Ruang Bersalin harus
KEBIJAKAN efektif, tepat, dan cepat.
PENATALAKSANAAN :
PROSEDUR 1. Pasien datang dengan / tanpa surat pengantar ke
Ruang Bersalin.
2. Pasien ditriase oleh bidan.
3. Bidan menganamnese pasien / keluarga pasien dan

10
mengisi status pasien dengan lengkap.
4. Bidan melaporkan pasien ke dokter jaga Ruang
Bersalin.
5. Dokter membaca status dan memeriksa pasien
kemudian memberikan pengobatan kepada pasien
untuk 3 hari.
6. Dokter memberi instruksi kepada bidan bahwa
pasien boleh pulang atau rawat inap.
7. Pasien yang rawat inap diantar oleh bidan ke
ruangan yang telah disetujui oleh pasien / keluarga.
UNIT TERKAIT  Rawat Inap
 Ruang Bersalin

11
PELAYANAN PASIEN BARU RAWAT JALAN TANPA
RUJUKAN ( UMUM )

No. Dokumen :
No. Revisi : Halaman :
RSUD dr. __/SPO-
__ __/__
HADRIANUS PONEK/2023
SINAGA
KABUPATEN
SAMOSIR

Ditetapkan :

Direktur RSUD dr. Hadrianus Sinaga


Kabupaten Samosir

STANDAR Tanggal Terbit :


PROSEDUR
OPERASIONAL __/I/2023

dr. Iwan Hartono Sihaloho

Penata Tk. I

NIP. 19750828 200912 1 006

Pelayanan pasien baru rawat jalan tanpa rujukan


PENGERTIAN
merupakan kegiatan penerimaan pasien di rawat jalan.
Agar pelayanan pasien baru tanpa rujukan berlangsung
TUJUAN dengan lancar dan efektif.
Organisasi dan tata kerja RSUD Dr. Hadrianus Sinaga
KEBIJAKAN berdasarkan PERMENKES RI / 244 / MENKES / PER /
PENATALAKSANAAN :
PROSEDUR 1. Pasien langsung masuk ke Ruang Bersalin
2. Bidan melakukan pengkajian terhadap keluhan
pasien
3. Bidan melakukan pemeriksaan fisik dan tanda
tanda vital.
4. Bidan melaporkan hasil pemeriksaan kepada
dokter spesialis
5. Keluarga Pasien mendaftar ke bagian pendaftaran.
6. Dokter melaksanakan anamnese dan pemeriksaan
fisik dengan menggunakan alat diagnostik rutin

12
sesuai Unit Gawat Darurat.
7. Dokter mencatat data pemeriksaan di rekam medis
secara tepat dan benar sesuai dengan Ina-DRG.
8. Dokter memberikan pengobatan, suntikan dan
tindakan ( bila diperlukan ) sesuai dengan clinical
path way.
9. Dokter menulis resep umum.
10. Bidan memberikan resep kepada pasien dan
menyarankannya membeli obat ke apotek RSUD
Dr. Hadrianus Sinaga dan pulang.
UNIT TERKAIT  Rekam Medis
 Ruang Bersalin
 Farmasi

13
PELAYANAN PASIEN DENGAN PARTUS TERLANTAR

No. Dokumen :
No. Revisi : Halaman :
__/SPO-PONEK/
RSUD dr. __ __/__
2023
HADRIANUS
SINAGA
KABUPATEN
SAMOSIR
Ditetapkan :
Direktur RSUD dr. Hadrianus Sinaga
Kabupaten Samosir

STANDAR
Tanggal Terbit :
PROSEDUR
__/I/2023
OPERASIONAL

dr. Iwan Hartono Sihaloho


Penata Tk. I
NIP. 19750828 200912 1 006
Partus terlantar (neglected labor) adalah suatu keadaan
fase akhir dari suatu persalinan yang macet dan
berlangsung lama sehingga menimbulkan komplikasi

PENGERTIAN terhadap ibu (kelelahan, dehidrasi, infeksi) dan anak


(asfiksia, kematian janin) dalam persalinan karena penata
laksanaan yang tidak baik atau kelalaian penolong
persalinan.
Sebagai acuan penerapan langkah-langkah pelayanan
TUJUAN
penderita dengan Partus terlantar.
Menyelamatkan ibu dan bayi dengan menerapkan prinsip
KEBIJAKAN
penatalaksanaan kegawatdaruratan
PENATALAKSANAAN :
PROSEDUR 1. Terapi :
a. Pelaksanaan pendahuluan
- Oksigen nasal 3-4 liter/menit
- Pemberian infus cairan untuk dehidrasi cepat
dalam 1 jam.
- Diberikan larutan Dextrose 5 % sebanyak 1 liter
dan larutan Laktat Ringer atau jenis kristaloid
lainnya sebanyak 500 cc (2 :1)
- Pemberian antibiotika: Ampisilin procain 2,4
juta IU/IM atau golongan sephalosporin

14
generasi 3 misalnya Ceftriaxone 1 gram/12 jam
kombinasi dengan drip metronidazole 500 mg/8
jam dan gentamisin 80 mg/8jam (tes dahulu).
Catatan: Pemberian antibiotika sebaiknya
berdasarkan hasil kultur (untuk mencegah
resistensi) bila tidak ada dapat berdasarkan
terapi empiris atau berdasarkan ketersediaan
jenis obat.
- Kortison asetat 100-200 mg/IM atau
Dexamethasone 5
kepada :
- Penyebab kemacetan mg (sesuai kebutuhan).
- Dievaluasi setelah rehidrasi 1 jam dengan
memantau tanda vital dan urin output.
b. Pengakhiri persalinan
- Mengakhiri persalinan partus terlantar
bergantung
- Status presens penderita
- Keadaan janin (fetal distress atau tidak)
Tindakan yang mungkin dilakukan antara lain adalah
partus spontan, ekstraksi vakum (EV),ekstraksi forcep
(EF), seksio sesarea (SC), obstetrik histerektomi, atau
operasi Porro. Harus membilas vagina dengan anti septik
(Pavidon Iodine) sebelum dilakukan tindakan operasi.
Pada keadaan janin sudah meninggal dapat dilakukan
tindakan embriotomi bila syarat-syarat embriotomi
terpenuhi.
1. Rekam medis
UNIT TERKAIT
2. Kamar Bedah
3. Ruang Bersalin

15
PELAYANAN PASIEN DENGAN KETUBAN PECAH DINI

No. Dokumen :
No. Revisi : Halaman :
__/SPO-PONEK/
RSUD dr. __ __/__
2023
HADRIANUS
SINAGA
KABUPATEN
SAMOSIR
Ditetapkan :
Direktur RSUD dr. Hadrianus Sinaga
Kabupaten Samosir

STANDAR
Tanggal Terbit :
PROSEDUR
__/I/2023
OPERASIONAL

dr. Iwan Hartono Sihaloho


Penata Tk.I
NIP. 19750828 200912 1 006
Adalah robeknya selaput ketuban pada setiap saat

PENGERTIAN sebelum persalinan mulai atau sebelum inpartu pada


kehamilan diatas 20 minggu.
Sebagai acuan langkah-langkah pelayanan penderita
TUJUAN
dengan dengan ketuban pecah dini.
Pemeriksaan Laboratorium :
KEBIJAKAN
- Darah rutin
- Fungsi ginjal/hati bila diperlukan
- Urinalisa
- Elektrolit bila diperlukan
Pemeriksaan Penunjang lainnya :
- USG
PENATALAKSANAAN :
PROSEDUR 1. Terapi
Prosedur Penanganan KPD :
a. Penderita dirawat di rumah sakit, istirahat mutlak
dan bokong ditinggikan, sedapat mungkin hindari
periksa dalam.
b. Diberikan antibiotika profilaksis atau terapi sedini
mungkin dapat dengan injeksi Ampisilin 1 gr/6 jam

16
atau Ceftriaxone 1 gr/12 jam atau jenis antibiotika
lainnya sesuai empiris.
c. Pemantauan denyut jantung janin, observasi tanda-
tanda infeksi dan tanda-tanda mulainya persalinan.
d. Pemeriksaan USG untuk konfirmasi diagnostik
e. Jika tanda-tanda khorioamnionitis dan bilapelvik
score ≥ 5 langsung lakukan induksi persalinan tanpa
memandang tuanya kehamilan dengan oksitosin atau
dengan misoprostol 25-50 mikrogram per oral atau
pervaginam. Jika persalinan belum selesai dalam
waktu 6 – 8 jam sebaiknya dilakukan tindakan
operatif dengan SC. Bila Pelvic score < 5 persalinan
diakhiri dengan SC.
1. Rekam Medis
UNIT TERKAIT
2. Kamar Bedah
3. Ruang Bersalin

17
PELAYANAN PASIEN DENGAN PLASENTA PREVIA

No. Dokumen :
No. Revisi : Halaman :
__/SPO-
RSUD dr. __ __/__
PONEK/2023
HADRIANUS
SINAGA
KABUPATEN
SAMOSIR

Ditetapkan :

Direktur RSUD dr. Hadrianus Sinaga


Kabupaten Samosir

STANDAR Tanggal Terbit :


PROSEDUR
OPERASIONAL __/I/2023

dr. Iwan Hartono Sihaloho

Penata Tk. I

NIP. 19750828 200912 1 006

Plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen


PENGERTIAN bawah rahim sehingga dapat menutupi sebagian atau
seluruh ostium uteri internum.
Sebagai acuan penerapan langkah-langkah pelayanan
TUJUAN
penderita dengan Plasenta Previa.
KEBIJAKAN USG ( Ultrasonografi )
PROSEDUR PENATALAKSANAAN :
1. Terapi :
a. Penanganan ekspektatif.
Kriteria :
 Umur kehamilan kurang dari 37 minggu.
 Perdarahan sedikit.
 Belum ada tanda-tanda persalinan.
 Keadaan umum pasien baik, kadar Hb 8gr% atau
lebih.
Rencana Penanganan :

18
 Tirah baring mutlak.
 Infus Nacl/RL atau kristaloid lainnya
 Tokolitik bila ada kontraksi: MgSO4 4 gr (IV)
dilanjutkan 2 gr (bila syarat pemberian MgSO4
terpenuhi) atau nifedipin10 mg dengan dosis
maksimal 120 mg per hari
 Pemberian deksametasone 6 mg per 12 jam
selama 48 jam atau 15 mg (im)/dosis tunggal.
 Periksa darah rutin, HbsAg, golongan darah.
 Periksa USG.
 Awasi perdarahan perdarahan pervaginam, vital
sign dan DJJ.
 Apabila tanda-tanda perdarahan pervaginam
teratasi, pasien dirawat sampai kehamilan 37
minggu selanjutnya penanganan secara aktif.
Apabila terjadi perdarahan massif (profuse
bleeding) dengan penurunan kadar Hb yang
massif dan gangguan keadaan umum maka
penanganan dilakukan secara aktif dengan SC.

b. Penanganan aktif.
Kriteria :
 Umur kehamilan (masa gestasi) ≥ 37 minggu, BB
janin ≥ 2500 gr, atau kehamilan dibawah < 37
minggu dengan profuse bleeding.
 Perdarahan banyak (profuse bleeding) ≥ 500 cc
 Persiapan transfusi darah
 Ada tanda-tanda persalinan.
 Keadaan umum pasien tidak baik, ibu anemik,
Hb ˂ 8 gr %.

Partus pervaginam
Dilakukan pada plasenta previa marginalis atau
lateralis pada segmen anterior uterus pada
kehamilan multigravida dan anak sudah meninggal
atau premature.
 Jika pembukaan serviks sudah agak besar (4-5

19
cm) ketuban pecah (amniotomi) jika his lemah
diberikan oksitosin drips.
 Bila perdarahan masih terus berlangsung
dilakukan SC.
 Tindakan versi Braxton-Hicks dengan pemberat
untuk menghentikan perdarahan (kompresi atau
tamponade bokong dan kepala janin terhadap
plasenta) hanya dilakukan pada keadaan
darurat. Anak masih kecil atau sudah mati dan
tidak ada fasilitas untuk melakukan operasi.
 Rekam Medis
UNIT TERKAIT  Kamar Bedah
 Kamar Bersalin

20
PELAYANAN PASIEN DENGAN KEMATIAN JANIN
DALAM KANDUNGAN

No. Dokumen :
No. Revisi : Halaman :
RSUD dr. __/SPO-
__ __/__
HADRIANUS PONEK/2023
SINAGA
KABUPATEN
SAMOSIR

Ditetapkan :

Direktur RSUD dr. Hadrianus Sinaga


Kabupaten Samosir

STANDAR Tanggal Terbit :


PROSEDUR
OPERASIONAL __/I/2023

dr. Iwan Hartono Sihaloho

Penata Tk. I

NIP. 19750828 200912 1 006

Kematian janin dalam kandungan yang beratnya lebih


PENGERTIAN
dari 500 gr atau umur kehamilan lebih dari 20 minggu.
Sebagai acuan penerapan langkah-langkah pelayanan
TUJUAN penderita dengan kematian janin dalam kandungan.
Pemeriksaan Penunjang :
KEBIJAKAN  USG (Ultrasonografi)
 Laboratorium: darah rutin, faktor-faktor pembekuan
darah.
PENATALAKSANAAN :
PROSEDUR a. Bila kematian janin dalam kandungan ditemui di
poli ibu hamil, selama dalam pengawasan harus
diperiksa waktu pembekuan dan perdarahan, kalau
perlu juga kadar fibrinogen dalam darah (konfirmasi
diagnosis kepada pasien dan persiapan mental
pasien mengenai kondisi janin).
b. Bila sudah diopname pasien dipersiapkan untuk
induksi partus bila tidak ada kontraindikasi obstetri,

21
cara induksi sama saja seperti biasa hanya dosis
oksitosin yang dipakai ialah 10 IU dalam 500 ml
dextrose 5 % atau Ringer Laktat.
c. Bila belum berhasil, besoknya diulang lagi dengan
meningkatkan dosis oksitosin menjadi 20 U/500 ml
dektrose 5 % atau Ringer Laktat.
d. Apabila dengan dosis 20 unit oksitosin masih belum
berhasil maka besoknya induksi diulang kembali
dengan dosis yang sama, tetapi untuk menambah
keberhasilan dapt dilakukan dilatasi servix dengan
dilator hegar atau laminaria atau kateter foley.
e. Induksi partus selain dengan oksitosin bisa
langsung dengan menggunakan misoprostol tablet
yang ditempatkan di forniks posterior serviks dengan
dosis sesuai dengan usia kehamilan.
f. Tindakan operasi (histerotomi atau SC) hanya
dilakukan jika ada indikasi.
UNIT TERKAIT  Rekam Medis
 Kamar Bersalin
 Kamar Bedah

22
PELAYANAN PASIEN DENGAN RETENSIO PLASENTA

No. Dokumen :
No. Revisi : Halaman :
__/SPO-
RSUD dr. __ __/__
PONEK/2023
HADRIANUS
SINAGA
KABUPATEN
SAMOSIR

Ditetapkan :

Direktur RSUD dr. Hadrianus Sinaga


Kabupaten Samosir

STANDAR Tanggal Terbit :


PROSEDUR
OPERASIONAL __/I/2023

dr. Iwan Hartono Sihaloho

Penata Tk. I

NIP. 19750828 200912 1 006

Plasenta yang belum lepas setelah bayi lahir melebihi


waktu setengah jam (30 menit). Uri yang belum lepas
dari dinding rahim karena tumbuh melekat lebih dalam
yang menurut tingkat perlekatan di bagi :
a. Plasenta adhesiva : Melekat pada desidua
endometrium lebih dalam.
PENGERTIAN b. Plasenta akreta : Vili khorialis tumbuh lebih
dalam menembus desidua sampai miometrium.
c. Plasenta inkreta : Menembus lebih dalam
kedalam miometrium tetapi belum menembus
serosa.
d. Plasenta perkreta : Menembus sampai serosa
atau peritoneum dinding rahim.
Sebagai acuan penerapan langkah-langkah pelayanan
TUJUAN
penderita dengan retensio plasenta .
Pemeriksaan Laboratorium :
 Darah rutin

23
KEBIJAKAN  Fungsi ginjal bila diperlukan
 Elektrolit bila diperlukan
 HbsAg
Pemeriksaan Penunjang lain :
a. USG

PENATALAKSANAAN :
PROSEDUR 1. Terapi :
Retensio plasenta - Perbaiki KU, kosongkan
kandung kemih
- Infus Dextrose 5 % /RL + oxytosin 10 IU
- Transfusi darah bila anemia
-Manual Plasenta bisa dengan
pendampingan anestesi
a. Berhasil baik
 Observasi
 KU
 Perdarahan
 Roboransia 1x1
 Prevarat Fe ( Sulfas Ferrosus 3 x1 selama 1
minggu)
 Antibiotika (dengan injeksi atau tablet
Cefadroksil 2x500 mg atau Cefixime 2x100
mg, atau Amoxycillin 3x500 mg selama 5
hari )
 Uterotonika (Oksitosin drip, Methergin 2 mg
tab 3x1 selama 5 hari, atau dengan
misoprostol tablet)
b. Plasenta rest
- Kuretase dengan pendampingan anestesi

- Gagal
Perdarahan terus : Pertimbangkan Histerektomi
c. Plasenta melekat Histerektomi
 Rekam Medis
UNIT TERKAIT  Kamar Bedah

24
 Kamar Bersalin

25
PELAYANAN PASIEN DENGAN ATONIA UTERI

No. Dokumen :
No. Revisi : Halaman :
__/SPO-
RSUD dr. __ __/__
PONEK/2023
HADRIANUS
SINAGA
KABUPATEN
SAMOSIR

Ditetapkan :

Direktur RSUD dr. Hadrianus Sinaga


Kabupaten Samosir

STANDAR Tanggal Terbit :


PROSEDUR
OPERASIONAL __/I/2023

dr. Iwan Hartono Sihaloho

Penata Tk. I

NIP. 19750828 200912 1 006

Suatu keadaan tidak adanya kontraksi uterus setelah


PENGERTIAN
bayi dan plasenta lahir.

Sebagai acuan penerapan langkah-langkah pelayanan


TUJUAN penderita dengan atonia uteri.
Pemeriksaan Laboratorium :
KEBIJAKAN  Darah rutin
 Masa perdarahan
 Masa pembekuan darah
 Golongan Darah
PENATALAKSANAAN :
PROSEDUR Penanganan umum :
- Infus double line dengan kristaloid dan koloid
- Transfusi darah bila diperlukan
- Uterotonika : Oxytocin, Metergin, atau misoprostol
- Masase uterus
- Kompresi bimanual eksterna atau interna

26
- B-Lynch procedure
- Ligasia. Hipogastrika

Penanganan khusus:
Bila reaksi uterus tidak ada Histerektomi dengan
pertimbangan:
- Umur penderita
- Paritas
- Keadaan umum

Bila reaksi ada, perdarahan tetap :


- Susp. Plasenta rest Dilatasi – kuretase – Utero-
vaginal – tampon

Perdarahan tetap terus :


- Histerektomi (STAH,TAH)
- Ligasi a. Hipogastrika

Bila pada penanganan umum berhasil baik,


perdarahan tidak ada, kontraksi baik :
Konservatif : - Cairan intravena dan uterotonika
- Antibiotika
- Suportif
- Roboransia
- Preparat Fe
UNIT TERKAIT  Rekam Medis
 Kamar Bedah
 Kamar Bersalin

27
PELAYANAN PASIEN DENGAN KEHAMILAN LEWAT
WAKTU

No. Dokumen :
No. Revisi : Halaman :
RSUD dr. __/SPO-
__ __/__
HADRIANUS PONEK/2023
SINAGA
KABUPATEN
SAMOSIR

Ditetapkan :

Direktur RSUD dr. Hadrianus Sinaga


Kabupaten Samosir

STANDAR Tanggal Terbit :


PROSEDUR
OPERASIONAL __/I/2023

dr. Iwan Hartono Sihaloho

Penata Tk.I

NIP. 19750828 200912 1 006

Kehamilan post date : kehamilan yang berlangsung


lebih lama dari 40 minggu (280 hari atau lebih)
dihitung menurut rumus Neagele dengan siklus haid
PENGERTIAN rata-rata 28 hari. Kehamilan lewat waktu disebut juga
dengan istilah lain yaitu kehamilan post datismus,
kehamilan posterm, kehamilan postmatur dan
prolonged pregnancy.
Sebagai acuan penerapan langkah-langkah pelayanan
TUJUAN penderita dengan kehamilan lewat waktu.
Pemeriksaan usia kehamilan dari HPHT atau dengan
KEBIJAKAN USG
PENATALAKSANAAN :
PROSEDUR Kehamilan lewat waktu (persiapan : Pemeriksaan Lab)
a. Letak kepala
- Induksi persalinan; bila tanpa asfiksia janin (fetal
distress) dan insufisiensi plasenta, dengan kateter
foley, oxytocin drip atau misoprostol per oral atau

28
pervaginam, bila bekas seksio sesarea sebaiknya
dilakukan operasi ulang.
- Bila berhasil Partus pervaginam atau forcep
ekstraksi atau ekstraksi vakum.
- Bila gagal mungkin karena faktor dibawah ini,
dilanjutkan dengan SC
- Distosia serviks
- Fetal distress
- CPD
- Kelainan posisi kepala
- Air ketuban keruh / sedikit

b. Bila dijumpai faktor resiko tinggi seperti dibawah ini,


sebaiknya diakhiri dengan SC
- Primigravida tua> 35 tahun, Grandemultigravida
>35 tahun
- Riwayat infertilitas
- Bad obstetric hystory
- Kelainan letak
- Asfiksia intrauterin
- Letak sungsang/ lintang
UNIT TERKAIT  Rekam Medis
 Kamar Bedah
 Kamar Bersalin

29
PELAYANAN PASIEN DENGAN LETAK SUNGSANG

No. Dokumen :
No. Revisi : Halaman :
__/SPO-
RSUD dr. __ __/__
PONEK/2023
HADRIANUS
SINAGA
KABUPATEN
SAMOSIR

Ditetapkan :

Direktur RSUD dr. Hadrianus Sinaga


Kabupaten Samosir

STANDAR Tanggal Terbit :


PROSEDUR
OPERASIONAL __/I/2023

dr. Iwan Hartono Sihaloho

Penata Tk. I

NIP. 19750828 200912 1 006

Adalah letak membujur dari janin didalam rahim


PENGERTIAN
dengan bagian terdepan/terbawah adalah bokong.
Sebagai acuan penerapan langkah-langkah pelayanan
TUJUAN penderita dengan LETAK SUNGSANG.
a. Pemeriksaan Leopold
KEBIJAKAN b. USG
PENATALAKSANAAN :
PROSEDUR a. Masa antenatal
1. Jika kehamilan 20-30 minggu dianjurkan KCP
(Knee Chest Position)
2. Versi luar sebaiknya dilakukan pada kehamilan
diatas 32 minggu: 32-34 minggu pada
primagravida dan 34-36 minggu pada
multigravida.

Kontraindikasi versi luar adalah :


Denyut jantung janin yang jelek, riwayat

30
perdarahan antepartum, cacat rahim, hamil
kembar, CPD, panggul sempit, hipertensi, bayi
besar/makrosomia, atau polihidramnion atau
oligohidramnion

b. Masa persalinan
1. Pervaginam bila tidak ada kontra indikasi,
dilakukan persalinan bisa spontan atau manual
aid.
2. Seksio sesarea primer pada kasus letak
sungsang dengan kasus: Panggul sempit dan
kelainan letak panggul, Taksiran berat anak
diatas 3500 gr pada primigravida dan diatas
4000 gr pada multigravida, bekas SC /
miomektomi, hiperekstensi kepala, kelainan
kontraksi uterus, primigravida tua, terjadi
kematian perinatal pada anak sebelumnya,
kelainan jumlah air ketuban, dan atau terjadi
fetal distress.
 Rekam Medis
UNIT TERKAIT  Kamar Bersalin

31
MENGURANGI PERDARAHAN UTERUS
ANTEPARTUM

No. Dokumen :
No. Revisi : Halaman :
RSUD dr. __/SPO-
__ __/__
HADRIANUS PONEK/2023
SINAGA
KABUPATEN
SAMOSIR

Ditetapkan :

Direktur RSUD dr. Hadrianus Sinaga


Kabupaten Samosir

STANDAR Tanggal Terbit :


PROSEDUR
OPERASIONAL __/I/2023

dr. Iwan Hartono Sihaloho

Penata Tk.I

NIP. 19750828 200912 1 006

Membatasi jumlah darah yang hilang dari uterus yang


PENGERTIAN
hamil selama trimester ketiga dari kehamilan.
Mengurangi perdarahan yang terjadi pada pasien yang
TUJUAN
mengalami perdarahan antepartum.
Dilakukan pada pasien yang mengalami perdarahan
KEBIJAKAN
antepartum.
PROSEDUR PERSIAPAN ALAT :
 Set vital sign
 Inspekulum
 USG
 CTG (bila ada)
PENATALAKSANAAN :
1. Dapatkan riwayat kehilangan darah pada klien.
2. Kaji kembali faktor resiko yang berhubungan
dengan perdarahan kehamilan antepartum.
3. Dapatkan taksiran yang akurat terhadap umur janin

32
dengan melaporkan periode menstruasi terakhir,
laporkan tanggal USG sebelumnya atau riwayat
obstetrik jika ada.
4. Inspeksi perineum untuk jumlah dan karakteristik
perdarahan.
5. Monitor tanda-tanda vital ibu sesuai kebutuhan dan
monitor kecepatan denyut jantung fetus.
6. Palpasi apakah ada kontraksi uterus atau
meningkatnya tonus uterus, bila ada kontraksi
dapat diberikan tokolitik
7. Mulai resusitasi fetus dengan tepat bila ada tanda
abnormal dari insufisiensi uteroplasental.
8. Usulkan lakukan ultrasound untuk lokasi plasenta,
bila ada plasenta previa disesuaikan dengan terapi
yang sesuai sesuai SOP plasenta previa.
9. Lakukan pemeriksaan untuk visualisasi darah yang
hilang dan status servikal dengan inspekulo.
10. Inspeksi pembekuan/penggunaan seprei atau
kasur terhadap kejadian perdarahan.
11. Mulai prosedur emergensi untuk perdarahan
antepartum dengan tepat ( seperti: pemberian
oksigen, terapi intravena baik cairan maupun
medikamentosa).
12. Ambil darah untuk tes diagnostik dengan tepat.
13. Catat intake cairan dan urine output
14. Tinggikan ekstremitas bawah untuk
meningkatkan perfusi pada organ vital dan fetus.
15. Berikan produk darah dengan tepat sesuai
kebutuhan.
16. Mulai pengukuran yang aman (seperti: istirahat
yang tepat dan posisi lateral ).
17. Instruksikan pasien untuk melaporkan
peningkatan perdarahan vaginal selama rawat inap.
18. Ajarkan pasien untuk membedakan antara
perdarahan lama dan baru.
19. Instruksikan klien dalam perubahan gaya hidup
untuk mengurangi kesempatan perdarahan lebih

33
lanjut dengan tepat.
20. Berikan discharge planning dengan kriteria bila
usia kehamilan masih preterm dan perdarahan
berhenti selama 2 hari berturut-turut maka dapat
rawat jalan, teruskan rujukan untuk perawatan di
rumah.
21. Jadwal follow up survey fetal antepartum.
 Ruang Rawat Inap
UNIT TERKAIT
 Kamar Bersalin

34
MENGURANGI PERDARAHAN UTERUS POST
PARTUM

No. Dokumen :
No. Revisi : Halaman :
RSUD dr. __/SPO-
__ __/__
HADRIANUS PONEK/2023
SINAGA
KABUPATEN
SAMOSIR

Ditetapkan :

Direktur RSUD dr. Hadrianus Sinaga


Kabupaten Samosir

STANDAR Tanggal Terbit :


PROSEDUR
OPERASIONAL __/I/2023

dr. Iwan Hartono Sihaloho

Penata Tk.I

NIP. 19750828 200912 1 006

Membatasi kehilangan sejumlah darah dari uterus post


PENGERTIAN
partum.
TUJUAN Membatasi perdarahan post partum.
Dilakukan pada pasien yang mengalami perdarahan post
KEBIJAKAN
partum.
PROSEDUR PERSIAPAN ALAT :
 Set vital sign
 Spekulum
 USG
PENATALAKSANAAN :
1. Kaji kembali riwayat obstetrik dan catat hasil
laboratorium terhadap resiko tinggi perdarahan post
partum (seperti : riwayat sebelumnya perdarahan
post partum, laboratorium lama, induksi persalinan,
preklamsia, bantuan melahirkan, kelahiran banyak,
kelahiran caesar atau pencetus kelahiran).

35
2. Tingkatkan frekuensi masase fundus.
3. Evaluasi distensi kandung kemih.
4. Dorong pengosongan atau kateter kandung kemih.
Observasi karakteristik lochea (seperti: warna,
pembekuan dan volume).
5. Perkirakan jumlah dari darah yang hilang.
6. Minta tambahan bidan untuk menolong dengan
prosedur emergensi dan perawatan melahirkan.
7. Tinggikan kaki.
8. Mulai infus intravena.
9. Mulai IV line kedua dengan tepat.
10. Berikan oksitosin IV atau IM sesuai order.
11. Beritahu praktisi utama terhadap status pasien.
12. Monitor tanda-tanda vital ibu tiap 15 menit atau
lebih sering dengan tepat.
13. Tutup dengan selimut hangat.
14. Monitor tingkat kecemasan dan nyeri pada ibu.
15. Mulai terapi O2 6-8 liter per menit dengan face
mask.
16. Masukkan foley kateter untuk monitor output
urine.
17. Instruksikan laboratorium emergency.
18. Berikan produk darah dengan tepat.
19. Bantu praktisi utama dengan balutan uterus,
evakuasi hematom atau jahitan luka laserasi jalan
lahir dengan tepat.
20. Menunjukkan klien dan keluarga informasi
terhadap kondisi klinik dan manajemen.
21. Berikan perawatan perineal yang diperlukan.
22. Persiapkan histerektomi emergensi bila
diperlukan.
23. Diskusikan kejadian dengan tim keperawatan
untuk ketetapan survey post partum yang adekuat
dari status ibu.
 Rawat inap maternitas
UNIT TERKAIT  Kamar Bersalin
 Kamar Bedah

36
MENGGANTI VERBAND

No. Dokumen :
No. Revisi : Halaman :
RSUD dr. __/SPO-
__ __/__
HADRIANUS PONEK/2023
SINAGA
KABUPATEN
SAMOSIR

Ditetapkan :

Direktur RSUD dr. Hadrianus Sinaga


Kabupaten Samosir

STANDAR Tanggal Terbit :


PROSEDUR
OPERASIONAL __/I/2023

dr. Iwan Hartono Sihaloho

Penata Tk.I

NIP. 19750828 200912 1 006

Tindakan mengganti balutan luka yang kotor dengan


PENGERTIAN
balutan luka yang bersih atau steril.
Untuk perawatan luka dan mencegah infeksi agar luka
TUJUAN
cepat sembuh
KEBIJAKAN
PERSIAPAN ALAT
PROSEDUR Alat steril:
1. Pincet anatomis
2. Kassa kering dalam Kom
3. Kom berisi kasa dengan cairan bethadin, atau
Nacl 0,9%
4. Sarung tangan steril
5. Korentang
Alat non steril
1. Gunting Plester
2. Sarung tangan non steril

37
3. Plester (Hypafix)
4. Nierbekken
5. Larutan Nacl
6. Bethadine
7. Zalf Antibiotik
8. Kantong plastik (tempat sampah)
Cara Kerja:
1. Memberi salam kepada pasien dan keluarga
2. Menjelaskan tujuan tindakan
3. Menanyakan kesiapan pasien
4. Menutup atau memasang sampiran
5. Mencuci tangan dan memakai sarung tangan
non steril
6. Mengatur posisi pasien
7. Meletakkan nierbekken dekat dengan pasien
8. Buka balutan lama dengan hati hati memakai
pincet anatomis, dan buang ke dalam plastik
9. Kaji lokasi, type dan bau luka
10. Buka sarung tangan, ganti dengan sarung
tangan steril
11. Bersihkan luka sesuai dengan jenis luka.
Dengan kasa larutan Nacl 0,9% kemudian
bethadine,bersihkan luka dengan sekali oles
sampai ke ujung luka. Keringkan dengan kasa
kering. Olesi antibiotik zalf secukupnya.
12. Tutup luka dengan kasa kering dan plester
dengan Hypafix. Tutup rapi
13. Rapikan alat-alat.
14. Berpamitan kepada pasien
15. Buka handscoen dan cuci tangan
16. Bersihkan alat
17. Dokumentasikan tindakan
 Rawat Inap

UNIT TERKAIT  Poliklinik Kebidanan


 Kamar Bersalin dan Nifas

38
39
MEMANDIKAN BAYI

No. Dokumen :
No. Revisi : Halaman :
RSUD dr. __/SPO-PONEK/
__ __/__
HADRIANUS 2023
SINAGA
KABUPATEN
SAMOSIR

Ditetapkan :

Direktur RSUD dr. Hadrianus Sinaga


Kabupaten Samosir

STANDAR Tanggal Terbit :


PROSEDUR
OPERASIONAL __/I/2023

dr. Iwan Hartono Sihaloho

Penata Tk.I

NIP. 19750828 200912 1 006

Suatu tindakan yang berfungsi membersihkan tubuh


PENGERTIAN
bayi dengan sabun dan air bersih
TUJUAN Memberikan rasa aman kepada bayi dan Menjaga bayi
tetap bersih
KEBIJAKAN
PROSEDUR Persiapan alat
1. Meja mandi
2. Handuk bersih
3. Pakaian bayi
4. Wash lap
5. Sabun mandi pada tempatnya
6. Kapas lembab yang di seduh dengan air hangat
pada tempatnya
7. Baby oil/telon oil
8. Plastik tempat pakaian kotor
9. Tempat sampah
10. Ember mandi bayi berisi air hangat

40
secukupnya
11. Persiapan petugas dengan pakaian khusus
12. Petugas melakukan hand hygiene
13. Petugas memakai pakaian khusus
14. Pintu dan jendela ditutup
15. Bayi di angkat kemeja mandi di letakkan
pada posisi yang nyaman
16. Pakaian bayi masih terpasang: bersihkan
mata , hidung, telinga bayi menggunakan kapas
lembab
17. Membersihkan mata dengan cara mulai dari
bagian dalam selanjutnya mengarah ke luar. Setiap
kali usapan kasa di ganti
18. Pakaian bayi di lepaskan seluruhnya
19. Washlap di basahi dengan air hangat.
Bersihkan wajah bayi tanpa menggunakan sabun
20. Washlap di beri sabun. Usap mulai dari
kepala bayi, kemudian leher, dada, perut, kedua
tangan dan ketiak
21. Miringkan bayi, lap seluruh punggung
sampai bersih
22. Kembali posisi bayi terlentang. Usap kaki
bayi, genetalia dan terakhir ke daerah rectum.
23. Angat bayi secara nyaman dan hati-hati ke
ember mandi. Bersihkan seluruh badan dengan air
bersih
24. Angkat bayi dengan hati hati letakkan di atas
handuk yang kering dan bersih, keringkan bayi.
25. Olesi bayi dengan telon oil (Kepala,
perut,dada, punggung, dan telapak kaki)
26. Angkat bayi ke atas pakaian bayi yang sudah
di susun sedemikian rupa untuk di pakaikan
27. Bayi di serahkan kepada ibu atau keluarga
28. Peralatan dirapikan
29. Petugas melakukan hand hygiene
UNIT TERKAIT  Rawat Inap
 Perinatologi

41
 Ruang Bersalin dan Nifas

42
PENJEMPUTAN BAYI DARI KAMAR OPERASI

No. Dokumen :
No. Revisi : Halaman :
__/SPO-PONEK/
RSUD dr. __ __/__
2023
HADRIANUS
SINAGA
KABUPATEN
SAMOSIR

Ditetapkan :

Direktur RSUD dr. Hadrianus Sinaga


Kabupaten Samosir

STANDAR Tanggal Terbit :


PROSEDUR
OPERASIONAL __/I/2023

dr. Iwan Hartono Sihaloho

Penata Tk. I

NIP. 19750828 200912 1 006

Tata cara membawa bayi dari kamar operasi (SC) ke


PENGERTIAN
ruang perinatologi
Agar bayi terjamin keselamatan dan keamanannya tiba
TUJUAN
di ruang perinatologi
KEBIJAKAN

PROSEDUR 1. Petugas VK mengidentifikasi pasien yang


akan di lakukan operasi caesar

2. Ibu di dorong oleh petugas VK dan 1 orang


petugas lainnya dengan membawa status ibu

3. Petugas Perinatologi menerima bayi yang


telah dilahirkan secara SC dari petugas OK

4. Selesai dilakukan resusitasi bayi, bayi diberi


tanda pengenal (gelang bayi )

5. Petugas Perinatologi menghubungi petugas


perinatologi agar menjemput bayi ke ruang

43
perinatologi dengan Prinsip: menjaga
kehangatan bayi, dan mencegah resiko jatuh
dengan inkubator transport.

UNIT TERKAIT  Kamar Bedah


 Perinatologi
 Ruang Bersalin dan Nifas

44
SOP PENITIPAN BAYI

No. Dokumen :
No. Revisi : Halaman :
__/SPO-PONEK/
RSUD dr. __ __/__
2023
HADRIANUS
SINAGA
KABUPATEN
SAMOSIR

Ditetapkan :

Direktur RSUD dr. Hadrianus Sinaga


Kabupaten Samosir

STANDAR Tanggal Terbit :


PROSEDUR
OPERASIONAL __/I/2023

dr. Iwan Hartono Sihaloho

Penata Tk. I

NIP. 19750828 200912 1 006

Tata cara menitipkan bayi yang di rawat gabung, saat


PENGERTIAN
keluarga ke kamar mandi bersama ibunya
Agar bayi terhindar dari resiko yang tidak diinginkan
TUJUAN
misalnya jatuh ke tangan yang tidak berhak
KEBIJAKAN
PROSEDUR 1. Kepada setiap pasien yang melakukan rawat
gabung dengan bayi di beritahukan agar tidak
meninggalkan bayi tanpa ada yang menjaga.
2. Penjaga pasien wajib memberitahukan kepada
bidan yang jaga apabila ingin mendampingi ibu
ke kamar mandi
3. Penjaga pasien mendorong box dan bayi ke nurse
station
4. Selama di nurse station bayi tdk di perbolehkan
ditinggal sendirian oleh petugas

45
5. Setelah ibu kembali dari kamar mandi, keluarga
mengambil bayi kembali ke samping ibunya
UNIT TERKAIT Rawat Inap

Ruang Bersalin dan Nifas

46
PENGANTARAN PASIEN OPERASI CAESAR
KE KAMAR BEDAH

No. Dokumen :
No. Revisi : Halaman :
RSUD dr. __/SPO-PONEK/
__ __/__
HADRIANUS 2023
SINAGA
KABUPATEN
SAMOSIR

Ditetapkan :

Direktur RSUD dr. Hadrianus Sinaga


Kabupaten Samosir

STANDAR Tanggal Terbit :


PROSEDUR
OPERASIONAL __/I/2023

dr. Iwan Hartono Sihaloho

Penata Tk.I

NIP. 19750828 200912 1 006

Tata cara mengantar dan menjemput pasien SC ke /dari


PENGERTIAN
kamar Bedah
Agar pasien yang akan dilakukan pembedahan tiba di
TUJUAN
kamar bedah dengan aman dan selamat
KEBIJAKAN
PROSEDUR 1. Ada instruksi dokter obgyn secara tertulis untuk
dilakukan operasi caesar kepada pasien
2. Petugas menginformasikan instruksi tersebut kepada
keluarga
3. Keluarga membuat persetujuan pembedahan.
Persetujuan ditandatangani keluarga dengan 1 orang
saksi
 Persetujuan tindakan bedah Caesar
 Persetujuan tindakan pembiusan
 Persetujuan tindakan tambahan apabila di perlukan
(Kontap, Hysterectomy dll)

47
4. Semua pasien yang akan di lakukan pembedahan
dilakukan pemeriksaan: darah lengkap, CT BT,
Golongan darah, dan Hbs Ag atau pemeriksaan
lainnya yang dibutuhkan untuk menegakkan
diagnosa sesuai ketersediaan)
5. Petugas VK memberitahukan kepada dokter
anastesi/ahli anastesi tentang keadaan pasien
rencana pembedahan
6. Petugas VK memberitahukan kepada petugas kamar
bedah
7. Persiapan alat yang akan di bawa ke kamar bedah
a. Pakaian ibu
b. Pakaian bayi
c. Obat obatan (methergin, oksitosin, misoprostol)
d. NGT bayi no 8
e. Handscoen 2 buah
f. Plastik tempat placenta
g. Plastik tempat kain kotor
h. Alat dalam tempatnya (Artery klem 1 buah,
gunting talipusat 1 buah, Klem talipusat 1
buah)
8. Persiapan ibu
1. Pakaian ibu dilepas semua dan diganti dengan
sarung
2. Ibu di pasang infus memakai abocath no 18
3. Ibu di pasang kateter menetap
4. Mencukur daerah operasi
5. Pemberian antibiotik profilaksis (skintest dulu)
sesuai instruksi dokter obgyn. Diberikan
maksimal 60 menit sebelum operasi
6. Anjurkan keluarga mendampingi dan berdoa
9. Petugas mendorong pasien ke kamar bedah
dengan prinsip ibu selamat dan tidak terjatuh
10. Petugas membawa status pasien dan peralatan
dan memindahkan ke brankat OK.
11. Petugas menyerahkan pasien kepada petugas
kamar bedah dengan mengoverkan kondisi

48
pasien dan keadaan bayi (DJJ), kelas menginap
ibu yang diinginkan dan mengisi formulir serah
terima pasien pre op.
12. Pasien yang sudah selesai operasi caesar
diberitahukan oleh petugas OK ke ruangan yang
akan dituju pasien
13. Petugas Ruangan yang dituju menjemput ibu
yang sudah selesai operasi dan sudah
dipindahkan ke brankat Ruang Bersalin.
UNIT TERKAIT  Kamar Bedah
 Rawat Inap
 Ruang Bersalin dan Nifas

49
ADMINISTRASI PASIEN

No. Dokumen :
No. Revisi : Halaman :
__/SPO-PONEK/
RSUD dr. __ __/__
2023
HADRIANUS
SINAGA
KABUPATEN
SAMOSIR

Ditetapkan :

Direktur RSUD dr. Hadrianus Sinaga


Kabupaten Samosir

STANDAR Tanggal Terbit :


PROSEDUR
OPERASIONAL __/I/2023

dr. Iwan Hartono Sihaloho

Penata Tk.I

NIP. 19750828 200912 1 006

PENGERTIAN Identifikasi pasien dan kelengkapan administrasi pasien


Agar identitas pasien di ketahui dan berkas pasien yang
dibutuhkan dapat segera dilengkapi sesuai kebutuhan
TUJUAN
dapat segera di lengkapi untuk mempermudah
administrasi RSUD
KEBIJAKAN
PROSEDUR 1. Pasien yang dilayani di ruang Bersalin diseleksi
sesuai dengan status kepesertaan dalam BPJS atau
umum
2. Seleksi pasien: Umum, BPJS (Mandiri, askes
PNS/TNI/Polri/, PBI), Dinsos
3. Untuk semua selesi status pasien diberi keterangan
di status warna biru sesuai kepesertaan masing
masing maupun pasien umum
4. Pasien BPJS diwajibkan menyerahkan :
a. Fotocopy KTP Suami istri rangkap 1

50
5. Pasien Dinsos
a. Fotocopy KTP Suami istri rangkap 2
b. Fotocopy Surat Keterangan Kurang mampu
dari Kepala desa diketahui camat rangkap 2
c. Surat keterangan kurang mampu dari Dinas
Sosial Asli
d. Fotocopy KK Kartu Keluarga rangkap 2
e. Blm menjadi peserta BPJS
f. Di antar oleh bidan desa setempat
6. Semua berkas BPJS dan Dinsos harus lengkap 3 x
24 jam setelah di rawat di RSUD
7. Keluarga membuat pernyataan bersedia membayar
seluruh biaya perawatan apabila berkas tidak
lengkap 3 x 24 jam
8. Untuk pasien BPJS harus di pastikan sudah di SEP
kan petugas pendaftaran
UNIT TERKAIT 1. Rawat Inap
2. Rekam Medik
3. Kamar Bersalin dan Nifas

51
PENGISIAN PARTOGRAF

No. Dokumen :
No. Revisi : Halaman :
__/SPO-
RSUD dr. __ __/__
PONEK/2023
HADRIANUS
SINAGA
KABUPATEN
SAMOSIR

Ditetapkan :

Direktur RSUD dr. Hadrianus Sinaga Kabupaten


Samosir

STANDAR Tanggal Terbit :


PROSEDUR
OPERASIONAL __/I/2023

dr. Iwan Hartono Sihaloho

Penata Tk.I

NIP. 19750828 200912 1 006

PENGERTIAN Alat untuk memantau kemajuan persalinan


TUJUAN Membantu petugas kesehatan dalam menentukan keputusan dan
penatalaksanaan
KEBIJAKAN
PROSEDUR 1. Semua ibu yang hendak bersalin normal di pantau
menggunakan Partograf
2. Semua hasil pemeriksaan terhadap ibu bersalin di catatkan
ke dalam Partograf
3. Pencatatan dimulai dari fase aktif / pembukaan cerviks 4
cm atau lebih
4. Tuliskan informasi tentang Ibu dan identitas ibu.
Waktu kedatangan di tulis sebagai Jam. Catat waktu
Pecahnya selaput ketuban. Dan catat waktu merasakan
mules
5. Kondisi Janin
a. DJJ di catat setiap 30 menit dengan tanda (.) lalu di

52
hubungkan
b. Warna air ketuban di tulis: UUtuh ( Selaput Ketuban
belum pecah), JJernih ( Air ketuban berwarna
Jernih), MMekonium (bila air ketuban bercampur
Mekonium), DKetuban bercampur darah, KTidak
ada air ketuban /kering
c. Penyusupan (Molase). Dinilai setiap kali melakukan
Periksa dalam
6. Apabila sutura terpisah
 Apabila tulang kepala janin hanya bersentuhan
 Sutura tumpang tindih tapi masih bias di perbaiki
 Sutura tumpang tindih tidak bias di perbaiki
7. Kemajuan Persalinan
a. Pembukaan serviks di catat setiap 4 jam dengan tanda (X)
di garis waktu
b. Penurunan bagian terbawah janin. Beri tanda 0 pada garis
waktu yang sesuai
c. Garis waspada. Pencatatan pembukaan serviks di mulai
pada garis waspada
8. Jam dan waktu
a. Waktu mulainya fase aktif persalinan. Setiap 1 kotak 1
jam
b. Beri tanda x di garis waspada. Saat ibu masuk ke fase
aktif persalinan
9. Kontraksi uterus
Kontraksi uterus diisi sesuai hasil pemeriksaan His/Kontraksi
1. Titik titik bila kontraksi < 20 detik
2. Garis garis bila kontraksi 20-40 detik
3. Isi penuh bila kontraksi > 40 detik
10. Obat obatan dan cairan yang di berikan. Setiap pemberian di
catatkan.
11. Kondisi Ibu
a. Nadi di catat setiap 30 menit dengan tanda (.) pada
kolom yang sesuai dan dihubungkan
b. Tekanan darah dicatat setiap 4 jam atau lebih sesuai
kondisi pasien . dengan tanda ↕ Sistole/diastole
c. Suhu tubuh diisi setiap 2 jam atau tergantung

53
kondisi Pasien
12. Volume Urine
Ukur dan catat volume urine setiap 2 jam. Jika dilakukan
pemeriksaan aseton dan protein urine
13. Lembar belakang Partograf
Mencatat Proses persalinan yaitu data dasar kala I, II, III, dan
IV

UNIT TERKAIT Ruang Bersalin dan Nifas

54
PEMULANGAN PASIEN

No. Dokumen :
No. Revisi : Halaman :
__/SPO-PONEK/
RSUD dr. __ __/__
2023
HADRIANUS
SINAGA
KABUPATEN
SAMOSIR

Ditetapkan :

Direktur RSUD dr. Hadrianus Sinaga


Kabupaten Samosir

STANDAR Tanggal Terbit :


PROSEDUR
OPERASIONAL __/I/2023

dr. Iwan Hartono Sihaloho

Penata Tk.I

NIP. 19750828 200912 1 006

PENGERTIAN Tata cara Pemulangan Pasien

TUJUAN Terpenuhinya Hak dan kewajiban Pasien saat Pulang

KEBIJAKAN
PROSEDUR 1. Pasien di nyatakan boleh Pulang oleh dokter
yang merawat

2. Informasikan kepada pasien dan keluarga bahwa


pasien sudah bisa pulang dan melanjutkan
perawatan di rumah

3. Petugas memberitahukan tentang kondisi pasien


saat ini, Obat obatan yang dikonsumsi di
rumah, tata cara perawatan bayi, tata cara
perawatan luka.

4. Petugas memberikan

55
a. Jadwal Kontrol ulang

b. Obat obatan

5. Keluarga Membayar Biaya Perawatan dan biaya


obat obatan dan memberikan kwitansi tanda
pembayaran. Untuk pasien umum
6. Pasien diantar oleh petugas ke pintu Kamar
Bersalin dan Nifas
7. Pasien yang pulang dengan permintaan sendiri,
mengisi Formulir Pulang Atas permintaan
Sendiri

UNIT TERKAIT 1. Rawat Inap


2. IGD
3. Kamar Bersalin dan Nifas

56
PEMBERIAN INJEKSI

No. Dokumen :
No. Revisi : Halaman :
__/SPO-PONEK/
RSUD dr. __ __/__
2023
HADRIANUS
SINAGA
KABUPATEN
SAMOSIR

Ditetapkan :

Direktur RSUD dr. Hadrianus Sinaga


Kabupaten Samosir

STANDAR Tanggal Terbit :


PROSEDUR
OPERASIONAL __/I/2023

dr. Iwan Hartono Sihaloho

Penata Tk.I

NIP. 19750828 200912 1 006

PENGERTIAN Pemberian obat dengan cara memasukkan obat ke dalam


pembuluh darah vena melalui selang infuse, kedalam
otot, kedalam vena langsung, kedalam kulit, atau di
bawah kulit)
TUJUAN Agar obat obatan cepat di berikan kepada pasien yang
tidak bisa menelan obat
KEBIJAKAN
PROSEDUR 1. Semua yang dibutuhkan diletakkan di atas Trolly
 Obat yang akan di berikan
 Spuit steril
 Desinfectan (Alkohol swab)
 Bengkok
 Pengalas
 Hands scrub
 Sarung tangan
 Alat tulis

57
 Daftar Kontrak injeksi
 Jam
2. Memberikan salam
3. Mengklarifikasi waktu Pemberian obat
4. Menjelaskan tujuan pemberian obat kepada pasien
5. Memberi kesempatan kepada pasien untuk
bertanya
6. Mendekatkan alat dengan pasien
7. Petugas mencuci tangan
8. Petugas memakai sarung tangan
9. Menyiapkan obat sesuai 7T (Mengatur Posisi
pasien sesuai pemberian injeksi (melalui selang
infuse, melalui vena langsung, kedalam otot,
kedalam kulit, atau ke bawah kulit)
10. Pastikan tidak ada udara di dalam spuit
11. Lakukan desinfectan pada bagian yang akan
di beri injeksi
12. Masukkan jarum ke daerah penyuntikan
secara perlahan dan hati hati
13. Masukkan obat secara perlahan dengan
mendorong pendorong injeksi
14. Mencabut jarum secara perlahan dan
menindihkan kapas alcohol ke atas penyuntikan
15. Membuang jarum suntik ke dalam safety box
16. Buka sarung tangan
17. Cuci tangan
18. Nilai respon pasien setelah penyuntikan
19. Berpamitan kepada pasien
20. Dokumentasikan semua tindakan
UNIT TERKAIT Kamar Bersalin dan Nifas
Rawat Inap

58
PEMASANGAN BALON KATETER UNTUK DILATASI
SERVIKS

No. Dokumen :
No. Revisi : Halaman :
__/SPO-
RSUD dr. __ __/__
PONEK/2023
HADRIANUS SINAGA
KABUPATEN
SAMOSIR

Ditetapkan :

Direktur RSUD dr. Hadrianus Sinaga


Kabupaten Samosir

STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit :


OPERASIONAL __/I/2023

dr. Iwan Hartono Sihaloho

Penata Tk.I

NIP. 19750828 200912 1 006

PENGERTIAN Suatu upaya stimulasi mulainya persalinan (dari tidak ada


tanda tanda persalinan,kemudian distimulasi menjadi ada)
dengan menggunakan balon kateter)
TUJUAN Mempercepat pembukaan cerviks agar bayi keluar dari
rahim secara normal
KEBIJAKAN

PROSEDUR Syarat : tidak boleh di kerjakan pada kasus


perdarahan ante partum, KPD atau infeksi
ALAT:
 Kateter foley
 Aquades
 Spuit 10 cc
 Cunam tampon
 Speculum
 Kaceb
 Alkohol Swab

59
 Sarung tangan
Teknik:
1. Cuci tangan
2. Pakai sarung tangan
3. Pasang speculum pada vagina
4. Masukkan kateter foley perlahan melalui ostium uteri
internum
5. Gelembungkan balon kateter dengan memasukkan
40 cc aquabidest
6. Buka sarung tangan
7. Cuci tangan
8. Rapikan alat alat
9. Diamkan kateter dalam vagina sampai timbul
kontraksi uterus atau maksimal 12 jam
10. Kempiskan balon kateter sebelum mengeluarkannya
UNIT TERKAIT Kamar Bersalin

60
PELAYANAN PASIEN TIDAK EMERGENSI

No. Dokumen :
No. Revisi : Halaman :
__/SPO-PONEK/
RSUD dr. __ __/__
2023
HADRIANUS
SINAGA
KABUPATEN
SAMOSIR

Ditetapkan :

Direktur RSUD dr. Hadrianus Sinaga


Kabupaten Samosir

STANDAR Tanggal Terbit :


PROSEDUR
OPERASIONAL __/I/2023

dr. Iwan Hartono Sihaloho

Penata Tk.I

NIP. 19750828 200912 1 006

PENGERTIAN Tata cara penerimaan pasien yang tidak emergency


untuk berobat di Ruang Bersalin RSUD. Di luar jam
biasa /Poly Obgyn tutup

TUJUAN Pasien mendapatkan pelayanan yang cepat, tepat, dan


teratur. Sesuai dengan kondisi Pasien dan fasilitas yang
ada

KEBIJAKAN

PROSEDUR  Pasien datang dengan atau tanpa surat pengantar ke


Ruang Bersalin
 Bidan melakukan anamnesa kepada Pasien dan
mengisi formulir anamnesa dengan lengkap
 Bidan melaporkan Pasien kepada dokter jaga Kamar
Bersalin
 Dokter membaca status dan melakukan pemeriksaan
yang penting

61
1. Laboratorium

2. USG

3. Spekulum

Dokter memberi Pengobatan yang sesuai : Rawat


inap / Rawat jalan

Pasien mengambil obat ke Apotik untuk pasien


rawat jalan

Pasien yang rawat inap diantar oleh bidan ke


ruangan yang telah disetujui pasien/keluarga

Unit Terkait Ruang Bersalin

Rawat Inap

62
PENJADWALAN RENCANA SC/OPERASI GINEKOLOGI

No. Dokumen :
No. Revisi : Halaman :
__/SPO-PONEK/
RSUD dr. __ __/__
2023
HADRIANUS
SINAGA
KABUPATEN
SAMOSIR

Ditetapkan :

Direktur RSUD dr. Hadrianus Sinaga


Kabupaten Samosir

STANDAR Tanggal Terbit :


PROSEDUR
OPERASIONAL __/I/2023

dr. Iwan Hartono Sihaloho

Penata Tk.I

NIP. 19750828 200912 1 006

PENGERTIAN Pengaturan waktu pelaksanaan sectio


caesarea/ginekologi
TUJUAN Agar Petugas Polyklinik Obgyn, petugas VK dan Petugas
OK dapat bekerja sama dalam menentukan jadwal sectio
caesarea/ginekologi
KEBIJAKAN
PROSEDUR 1. Pasien yang sudah di jadwal untuk SC elektif
oleh dr Obgyn dari Poliklinik, Sebelum jam
14.00. Petugas Poliklinik yang
memberitahukan langsung ke petugas VK
melalui aephone. Petugas VK memberitahukan
kepada dokter obgyn pengirim, Dokter anastesi,
dokter anak dan petugas OK . petugas VK
melakukan persiapan SC

2. Apabila ada SC cito dari VK, Petugas VK


memberitahukan kepada petugas OK, dokter

63
anastesi/ahli anastesi, dan dokter anak

3. Apabila Petugas Vk sudah memberitahukan


Rencana SC kepada salah seorang petugas OK,
maka Petugas OK yang menerima
pemberitahuan yang menghubungi rekan
rekannya.

4. Apabila ada penggantian jadwal oleh dr Obgyn,


maka petugas Vk akan memberitahukan
kepada petugas Ok, dr anak, dan dr anastesi

5. Apabila penggantian jadwal oleh petugas Ok


maka petugas Ok memberitahukan petugas VK,
dr obgyn, dr anastesi dan dokter anak

6. Bila ada jadwal atau jam yang sama untuk


dilakukan operasi dengan dokter obgyn yang
berbeda, maka kepada kedua dokter obgyn
dikonfirmasi terlebih dahulu untuk
menentukan pasien siapa yang didahulukan
untuk operasi.

7. Petugas Poliklinik membuat daftar rencana SC


elektif untuk menghindari terbentur waktu
yang samadengan dokter yang berbeda,
Petugas Poly mengingatkan adanya jadwal yang
sudah sama

Unit Terkait Ruang Bersalin

Kamar Bedah

64
PELAYANAN PASIEN DENGAN PREEKLAMSIA DAN
EKLAMSIA

No. Dokumen :
No. Revisi : Halaman :
RSUD dr. __/SPO-PONEK/
__ __/__
HADRIANUS 2023
SINAGA
KABUPATEN
SAMOSIR
Ditetapkan :
Direktur RSUD dr. Hadrianus Sinaga
Kabupaten Samosir

STANDAR
PROSEDUR Tanggal Terbit :
__/I/2023
OPERASIONAL

dr. Iwan Hartono Sihaloho


Penata Tk.I
NIP. 19750828 200912 1 006
PENGERTIAN Preeklamsia adalah kenaikan tekanan darah ibu hamil
diatas 20 minggu kehamilan.
Eklamsia adalah kelainan akut pada wanita hamil, dalam
persalinan atau nifas yang ditandai dengan timbulnya
gejala kejang atau koma sebelumnya menunjukkan gejala-
gejala pre eklampsia (kejang timbul bukan kelainan
neurologi).
TUJUAN Sebagai acuan penerapan langkah-langkah pelayanan
penderita dengan preeklamsia dan eklamsia.
KEBIJAKAN Pemeriksaan Laboratorium :
- Fungsi hati
- Fungsi ginjal
- Urinalisa dan darah rutin
- Elektrolit

Pemeriksaan Penunjang lain bila diperlukan:


a. CT Scan
b. Oftal Moskopi
c. ECG dan Echo

65
d. Foto thoraks
PROSEDUR PENATALAKSANAAN :
1. Pencegahan dan tatalaksana kejang :
- Bila terjadi kejang, perhatikan jalan nafas,
pernafasan (oksigen) dan sirkulasi (cairan intravena).
- MgSO4 diberikan secara intravena kepada ibu
dengan eklampsia (sebagai tatalaksana kejang) dan
preeklampsia berat 4 mg (MgSO4 20% 20 cc atau
MgSO4 40% 10 cc yang diencerkan dengan 10 cc
aquabidest dan dibolus perlahan-lahan selama 5-10
menit). Bila kejang berulang dapat diberikan dosis
ulangan 2 gram sebanyak 2 kali pemberian selang 30
menit.
- 12 gr (30 cc) MgSO4 40% dalam 500 cc RL/Asering
diberikan 14 gtt/i (12 jam) atau 6 gr MgSO4 40%
dalam 500 cc RL/Asering diberikan 28 gtt/i (6 jam)
disesuaikan sesuai kebutuhan cairan pasien.
Pemberian dosis maintenance dilakukan sampai 24-
48 jam pasca bayi dilahirkan.
- Nifedipin 20-30 mg, Maintenance dose 10 mg/30
menit. Jika td > 160/100 mmhg (maksimal dose 120
mg/hr).
- Profilaksis antibiotika injeksi sebanyak 1-2 gr bila
akan dilakukan tindakan operasi SC (skin test
dahulu).
- Bila terjadi kejang kontinu lakukan intubasi dan
kirim ke ICU
Syarat Pemberian MgSo4 :
- Harus tersedia anti dotum MgSO4 yaitu Ca.
Glukonas 10 % diberikan IV pelan-pelan 3 menit
(bila perlu).
- Refleks patela (+) kuat
- Frekuensi pernafasan > 16 X /i
- Produksi urine > 100 cc dalam 4 jam sebelumnya
(0,5 cc/kg BB/jam).
2. Perawatan Pada Serangan Kejang :
- Di rawat di kamar isolasi

66
- Masukkan tang spatel kedalam mulut
- Kepala direndahkan lendir diisap dari orofaring
3. Perawatan penderita koma dilakukan observasi 24
jam di ICU
4. Diuretikum dan anti hipertensi
5. Kateter menetap
6. Pertimbangkan rujukan bila ada kerusakan multi
organ
Penatalaksanaan Obstetri :
a. Semua kehamilan dengan eklamsi harus
diterminasi, tanpa memandang umur kehamilan
dan keadaaan janin
b. Pada preeklamsia dengan anak hidup, bila tidak
dijumpai indikasi obstetric dapat dilakukan induksi
persalinan dan mempersingkat kala II atau dapat
dipertimbangkan langsung operasi SC dengan
melihat kondisi pasien dan ketersediaan sarana RS
yang diputuskan oleh dokter obgin
Penatalaksanaan Pasca Operasi:
a. Boleh dikonsultasikan dengan Spesialis Jantung
bila penurunan tekanan darah tidak tercapai.
b. Dijumpai kelainan jantung.
Unit Terkait - Rekam medis
- Rawat Inap
- Kamar Bedah
- ICU
- Kasir.

67
PELAYANAN PASIEN DENGAN SOLUSIO PLASENTA

No. Dokumen :
No. Revisi : Halaman :
__/SPO-PONEK/
RSUD dr. __ __/__
2023
HADRIANUS
SINAGA
KABUPATEN
SAMOSIR
Ditetapkan :
Direktur RSUD dr. Hadrianus Sinaga
Kabupaten Samosir

STANDAR
PROSEDUR Tanggal Terbit :
__/I/2023
OPERASIONAL

dr. Iwan Hartono Sihaloho


Penata Tk.I
NIP. 19750828 200912 1 006
PENGERTIAN Terlepasnya plasenta dari tempat inplantasinya sebelum
janin lahir
TUJUAN Sebagai acuan penerapan langkah-langkah pelayanan
penderita dengan solusio plasenta
KEBIJAKAN Pemeriksaan laboratorium :
- Darah rutin
- Masa perdarahan
- Masa pembekuan darah

Pemeriksaan penunjang lain


-USG
PROSEDUR PENATALAKSANAAN :
1. beri oksigen nasal
2. pasang infuse bila perlu double line
3. jika terjadi perdarahan hebat (nyata atau
tersembunyi) dengan tanda-tanda awal shok pada
ibu, lakukan persalinan segera.
a. jika pembukaan serviks lengkap lakukan
persalinan dengan ekstraksi vakum
b. jika pembukaan serviks belum lengkap

68
lakukan persalinan dengan SC.
4. waspadalah terhadap kemungkinan perdarahan
pasca salin, bila setelah dilakukan SC ternyata
terdapat uterus couvelaire yang menyebabkan
atonia uteri dan tidak respon dengan uterotonika
dapat dipertimbangkan histerektomi (STAH atau
TAH)
5. jika perdarahan ringan atau sedang dan belum
terdapat tanda-tanda shock tindakan tergantung
pada denyut jantung janin.
6. denyut jantung janin normal lakukan SC
7. DJJ tidak terdengar dan nadi dan tekanan darah
ibu bermasalah pecahkan ketuban dengan kokher
a. jika kontraksi jelek perbaiki dengan
pemberian oksitosin
b. jika serviks kenyal, tebal dan tertutup
lakukan SC

UNIT TERKAIT Ruang Bersalin dan Nifas

69
PELAYANAN PASIEN DENGAN ABORTUS

No. Dokumen :
No. Revisi : Halaman :
__/SPO-PONEK/
RSUD dr. __ __/__
2023
HADRIANUS
SINAGA
KABUPATEN
SAMOSIR
Ditetapkan :
Direktur RSUD dr. Hadrianus Sinaga
Kabupaten Samosir

STANDAR
PROSEDUR Tanggal Terbit :
__/I/2023
OPERASIONAL

dr. Iwan Hartono Sihaloho


Penata Tk.I
NIP. 19750828 200912 1 006
PENGERTIAN Ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin
dapat hidup di luar kandungan dengan batas usia kurang
dari 20 minggu
TUJUAN Mempertahankan hasil konsepsi
KEBIJAKAN Pemeriksaan laboratorium :
1. Darah rutin

Pemeriksaan penunjang lain


-USG
PROSEDUR 1. lakukan penilaian secara tepat mengenai keadaan
umum ibu termasuk tanda-tanda vital dan lakukan
tindakan ABC
2. pemeriksaan tanda-tanda shock ( akral dingin, pucat,
takikardi, tekanan sistolik < 90 mmHg) jika terdapat
syok lakukan tata laksana awal syok. Jika terlihat
tanda-tanda syok tetap pikirkan kemungkinan
tersebut saat penolong melakukan evaluasi mengenai
kondisi ibu karena kondisinya dapat memburuk
dengan cepat.
3. bila terdapat tanda-tanda septicabortion atau dugaan

70
abortus dengan komplikasi, berikan kombinasi
antibiotika sampai ibu bebas demam untuk 48 jam:
-ampicilin 2 g IV/IM kemudian 1 g diberikan setiap
6 jam
-gentamicin 80 mg/ IV setiap 8 jam
-metronidazol 500 mg IV setiap 8 jam
-semua ibu yang mengalami abortus perlu
mendapat dukungan emosional dan konseling
kontrasepsi pasca keguguran
-lakukan tata laksana selanjutnya sesuai jenis
abortus.
UNIT TERKAIT 1. Kamar Bedah
2. Rekam medis
3. Kasir
4. RUANG BERSALIN DAN NIFAS

71
PERAWATAN TALI PUSAT

No. Dokumen :
No. Revisi : Halaman :
__/SPO-PONEK/
RSUD dr. __ __/__
2023
HADRIANUS
SINAGA
KABUPATEN
SAMOSIR
Ditetapkan :
Direktur RSUD dr. Hadrianus Sinaga
Kabupaten Samosir

STANDAR
PROSEDUR Tanggal Terbit :
__/I/2023
OPERASIONAL

dr. Iwan Hartono Sihaloho


Penata Tk.I
NIP. 19750828 200912 1 006
PENGERTIAN Memberikan perawatan tali pusat pada bayi dimulai dari
hari kelahiran sampai dengan tali pusat lepas
TUJUAN Mencegah terjadinya infeksi
KEBIJAKAN Dilakukan pada bayi setelah lahir
PROSEDUR Persiapan Alat:
Kassa steril pada tempatnya
Penatalaksanaan
a. Melakukan verifikasi data dan program terapi
sebelumnya bila ada
b. Mencuci tangan atau handhyigene
c. Membawa alat didekat pasien dengan benar
d. Memberikan salam dan menanya nama bayi
kepada keluarga
e. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada
pasien/keluarga
f. Menanyakan persetujuan
g. Bersihkan tali pusat kemudian bungkus dengan
kassa steril bila tali pusat masih basah bersihkan
dari arah ujung ke pangkal, bila tali pusat sudah
kering bersihkan dari arah pangkal ke

72
ujung,setelah selesai pakaian bayi dikenakan
kembali sebaiknya bayi tidak boleh dipakaikan
gurita karena akan membuat lembab daerah tali
pusat sehingga kuman atau bakteri tumbuh subur
dan akhirnya menghambat penyembuhan
h. Melakukan evaluasi tindakan
i. Membereskan alat-alat
j. Melakukan hand hygiene
k. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan
keperawatan
UNIT TERKAIT 1. Rawat inap
2. RUANG BERSALIN DAN NIFAS

73
MONITOR BAYI BARU LAHIR

No. Dokumen :
No. Revisi : Halaman :
__/SPO-
RSUD dr. __ __/__
PONEK/2023
HADRIANUS
SINAGA
KABUPATEN
SAMOSIR

Ditetapkan :

Direktur RSUD dr. Hadrianus Sinaga


Kabupaten Samosir

STANDAR
Tanggal Terbit :
PROSEDUR
OPERASIONAL __/I/2023

dr. Iwan Hartono Sihaloho

Penata Tk.I

NIP. 19750828 200912 1 006

PENGERTIAN Pengaturan dan interpretasi status fisiologi neonatus


pada 24 jam pertama setelah kelahiran.
TUJUAN Memantau kondisi bayi 24 jam pertama.
KEBIJAKAN Dilakukan pada bayi baru lahir.
PROSEDUR PENATALAKSANAAN :
1. Hitung Apgar Score pada 1-5 menit setelah lahir.
2. Monitor temperatur bayi, sampai stabil.
3. Monitor RR dan pola nafas.
4. Monitor status respirasi, catat tanda distress
pernafasan ; tachipnea, cuping hidung, bibir
mencucu, retraksi, ronkhi atau rales.
5. Monitor distress pernafasan hipoglikemia dan
anomaly, jika ibu mengidap DM.
6. Monitor warna kulit bayi.

74
7. Monitor terhadap tanda hiperbilirubin.
8. Monitor kemampuan bayi menghisap.
9. Monitor pertama kali bayi minum.
10. Monitor berat badan bayi.
11. Buat catatan yang akurat tentang intake dan
output.
12. Catat BAB/BAK pertama dan pergerakan usus.
13. Monitor tali pusat.
UNIT TERKAIT  Rawat Inap
 RUANG BERSALIN DAN NIFAS

75
MEMBIMBING IBU CARA MENYUSUI YANG BAIK

No. Dokumen :
No. Revisi : Halaman :
__/SPO-
RSUD dr. __ __/__
PONEK/2023
HADRIANUS
SINAGA
KABUPATEN
SAMOSIR

Ditetapkan :

Direktur RSUD dr. Hadrianus Sinaga


Kabupaten Samosir

STANDAR
Tanggal Terbit :
PROSEDUR
OPERASIONAL __/I/2023

dr. Iwan Hartono Sihaloho

Penata Tk.I

NIP. 19750828 200912 1 006

PENGERTIAN Semua pasien post partum yang menyusui.


Sebagai acuan dalam membimbing ibu melakukan cara
TUJUAN
menyusui yang baik.
Dapat dilakukan oleh :
KEBIJAKAN 1. Dokter
2. Bidan Terampil
PROSEDUR PERSIAPAN ALAT :
a. Alat
 Kursi yang rendah agar kaki tidak
menggantung dan punggung bersandar pada
kursi
b. Bahan
 Lap bersih / tissue

76
PENATALAKSANAAN :
1. Beritahu ibu untuk cuci tangan dahulu.
2. Keluarkan ASI sedikit lalu oleskan pada puting
susu dan areola sekitarnya.
3. Ibu duduk dengan santai menggunakan kursi yang
rendah
4. Punggung bersandar dengan santai pada kursi.
5. Pegang bayi dengan satu lengan, Posisikan bayi
menghadap ke ibu. Dengan perut bayi menempel
ke perut ibu, kepala bayi terletak pada lengkung
siku ibu  dan bokong bayi terletak pada lengan ibu.
Kepala bayi tidak boleh tengadah dan bokong bayi
ditahan dengan telapak tangan ibu.
6. Satu tangan bayi pada arah badan ibu sebaiknya
diletakkan dibelakang badan ibu.
7. Perut bayi menempel pada badan ibu, kepala bayi
menghadap payudara ibu.
8. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis
lurus.
9. Ibu menatap bayi dengan kasih sayang.
10. Ibu memegang payudara dengan ibu jari diatas
payudara dan jari lain menopang dibawah
payudara, jangan menekan puting susu /
areolanya saja.
11. Bayi diberi rangsangan untuk membuka mulut
dengan cara menyentuh pipi / sisi mulut bayi
dengan putting susu.
12. Setelah bayi membuka mulut dengan cepat
punggung bayi didekatkan kepayudara ibu dengan
puting susu dan areola dimasukkan kedalam
mulut bayi.
13. Usahakan sebagian besar areola masuk kedalam
mulut bayi sehingga puting berada dilangit dan
lidah bayi akan menekan ASI keluar.
14. Sebaiknya bayi menyusu pada satu payudara
sampai payudara terasa kosong.
15. Lanjutkan dengan menyusui pada payudara yang

77
satu lagi.
16. Cara melepaskan isapan bayi :
 Masukkan jari kelingking ibu kemulut bayi
melalui sudut mulutnya.
 Tekan dagu bayi kebawah
17. Setelah selesai menyusui, keluarkan ASI sedikit
dan oleskan pada putting susu serta areola
sekitarnya dan biarkan kering sendiri.
18. Jangan lupa menyendawakan setelah menyusui
dengan cara :
 Bayi di gendong tegak dengan bersandar pada
bahu ibu dan tepuk punggungnya berlahan.
 Bayi tidur terlungkup dipangkuan ibu dan
tepuk punggungnya perlahan.
 RUANG BERSALIN DAN NIFAS
Unit Terkait  Ruang Laktasi
 Rawat Inap

78
PEMBERIAN IMUNISASI POLIO

No. Dokumen :
No. Revisi : Halaman :
__/SPO-
RSUD dr. __ __/__
PONEK/2023
HADRIANUS
SINAGA
KABUPATEN
SAMOSIR

Ditetapkan :

Direktur RSUD dr. Hadrianus Sinaga


Kabupaten Samosir

STANDAR
Tanggal Terbit :
PROSEDUR
OPERASIONAL __/I/2023

dr. Iwan Hartono Sihaloho

Penata Tk.I

NIP. 19750828 200912 1 006

Semua pasien yang akan melakukan imunisasi polio


PENGERTIAN
di unit pelayanan KIA pada bayibaru lahir
Sebagai acuan dalam pemberian imunisasi polio agar
TUJUAN
anak mempunyai daya tahan terhadap penyakit polio.
Dapat dilakukan oleh :
1. Dokter
KEBIJAKAN
2. Bidan
3. Perawat
PROSEDUR PERSIAPAN ALAT :
a. Alat
 Pinset / gunting kecil
b. Bahan
 Vaksin Polio
 Pippet Polio

79
PENATALAKSANAAN :
1. Petugas mencuci tangan.
2. Pastikan vaksin polio dalam keadaan baik
(perhatikan nomor, kadaluarsa dan vvm / vaksin
vial monitor).
3. Buka tutup vaksin dengan menggunakan
pinset / gunting kecil.
4. Pasang pipet diatas botol vaksin.
5. Letakkan anak pada posisi senyaman mungkin.
6. Buka mulut anak dan teteskan vaksin volio
sebanyak 2 tetes.
7. Pastikan vaksin  yang telah diberikan ditelan
oleh anak yang di imunisasi.
8. Jika di muntahkan atau di keluarkan oleh anak,
ulangi lagi penetesannya.
9. Saat meneteskan vaksin ke mulut, agar vaksin
tetap dalam kondisi steril.
10. Rapikan alat.
11. Petugas mencuci tangan.

 RUANG BERSALIN DAN NIFAS


UNIT TERKAIT
 Rawat inap

80
PEMAKAIAN OBAT-OBATAN DAN CAIRAN INFUS

No. Dokumen :
No. Revisi : Halaman :
__/SPO-
RSUD dr. __ __/__
PONEK/2023
HADRIANUS
SINAGA
KABUPATEN
SAMOSIR

Ditetapkan :

Direktur RSUD dr. Hadrianus Sinaga


Kabupaten Samosir

STANDAR
Tanggal Terbit :
PROSEDUR
OPERASIONAL __/I/2023

dr. Iwan Hartono Sihaloho

Penata Tk.I

NIP. 19750828 200912 1 006

PENGERTIAN Tata cara dan aturan dalam penggunaan obat-obatan


dan cairan infus yang penting dan harus tersedia di
RUANG BERSALIN DAN NIFAS saat
pasienmembutuhkan.
TUJUAN Persediaan obat dan cairan dalam keadaan siap pakai.
KEBIJAKAN 1. Obat-obatan RUANG BERSALIN DAN NIFAS adalah
obat live saving.
2. Tersedianya obat-obatan untuk PPGD selama 24
jam dengan jumlah dan jenis obat yang cukup.
3. Setiap penderita berkewajiban mengganti obat-
obatan dan cairan infus, bahan dan alat yang
digunakan dalam program pengobatan selama di
Ruang Bersalin Dan Nifas.
PROSEDUR PERSIAPAN ALAT :
 Troly emergensi

81
 Cairan infus
 Obat emergensi
 Buku dan alat tulis

PENATALAKSANAAN :
1. Penyediaan obat-obatan dan cairan infus harus
disesuaikan dengan standar yang telah ditetapkan.
2. Pesanan ditulis pada buku pesanan yang tersedia
yang berisi jumlah obat yang diminta dan sisa obat.
3. Penyediaan obat-obatan dan cairan infus
dilaksanakan setiap hari sabtu / hari lain sesuai
kebutuhan, melalui bon ke Apotik A, yang
diketahui oleh kepala ruang Ruang Bersalin Dan
Nifas bila obat habis sebelumnya waktunya pasien
diberi resep kredit untuk mengambil di Apotek B
dengan cara kredit.
4. Pengelolaan obat di Ruang Bersalin Dan Nifas
dilaksanakan oleh penanggung jawab inventaris
alat dan obat, sedangkan administrasi
dilaksanakan setiap pergantian jaga.
5. Setiap obat-obatan dan cairan infus yang sudah di
bon, disimpan di lemari penyimpanan obat sesuai
dengan tempatnya.
UNIT TERKAIT  Ruang Bersalin Dan Nifas
 Rawat Inap

82
PENGGUNAAN OBAT DAN ALAT LIFE SAVING

No. Dokumen :
No. Revisi : Halaman :
__/SPO-
RSUD dr. __ __/__
PONEK/2023
HADRIANUS
SINAGA
KABUPATEN
SAMOSIR

Ditetapkan :

Direktur RSUD dr. Hadrianus Sinaga


Kabupaten Samosir

STANDAR
Tanggal Terbit :
PROSEDUR
OPERASIONAL __/I/2023

dr. Iwan Hartono Sihaloho

Penata Tk.I

NIP. 19750828 200912 1 006

PENGERTIAN Obat dan alat life saving adalah obat yang dibutuhkan
untuk pertolongan hidup.
TUJUAN Pasien dapat diselamatkan dari ancaman kegawatan.
KEBIJAKAN Obat dan alat life saving harus selalu siap pakai
sewaktu-waktu bisa digunakan dan dalam tempat yang
mudah dijangkau semua petugas yang berhadapan
dengan pasien dalam kondisi gawat darurat.
PROSEDUR PERSIAPAN ALAT :
 Oksigen
 Ambu bag
 Gudel
 ETT (Endo tracheal tube)
 Laringoskop
 Suction

83
 Monitor Vital Sign
 Partus Set
 Kuret Set
 Pita meter
 Handscoen (dan Handscoen panjang)
 Heacting set
 Lampu sorot
 Doppler
 CTG
 Kateter
 Spekulum Sim
 Oval klem
OBAT :
 Oksitosin
 Methergin
 Misoprostol
 Adrenalin
 Dexametasone
 Sulfat Athropin
 MgSO4 : 40 % & 20 %
 Cairan infus (Kristaloid dan Koloid)
 Asam Traneksamat
 Pytomenadion
 Aquabides
 Nifedipin
 Lidokain
 Ca glukonas

PENATALAKSANAAN :
1. Pasien dengan gangguan pernafasan, diidentifikasi
bernapas atau tidak.
2. Pasien henti nafas diberikan oksigen, suction,
Gudel bila perlu dipasang EL, obat yang digunakan
adalah dexametason, Aminophilin, Bicarbonat
natricus dan cairan infus.
3. Pasien henti jantung dipasang alat-alat life saving

84
seperti pada henti nafas.
4. Pasien perdarahan, pemasangan infus sebelum
diagnosa ditentukan.
UNIT TERKAIT  Farmasi
 Ruang Bersalin Dan Nifas

85
PENYEDIAAN OBAT DAN PERALATAN LIFE SAVING

No. Dokumen :
No. Revisi : Halaman :
__/SPO-
RSUD dr. __ __/__
PONEK/2023
HADRIANUS
SINAGA
KABUPATEN
SAMOSIR

Ditetapkan :

Direktur RSUD dr. Hadrianus Sinaga


Kabupaten Samosir

STANDAR
Tanggal Terbit :
PROSEDUR
OPERASIONAL __/I/2023

dr. Iwan Hartono Sihaloho

Penata Tk.I

NIP. 19750828 200912 1 006

PENGERTIAN Obat life saving adalah obat-obat yang diperlukan pada


keadaan gawat darurat untuk mencegah terjadinya
kematian atau ketidakmampuan / cacat seumur hidup.

TUJUAN Mencegah kematian dan ketidakmampuan / cacat


seumur hidup.
KEBIJAKAN Kebijakan tentang penggunaan obat dan peralatan
untuk life saving.
PROSEDUR PENATALAKSANAAN :
1. Obat gawat darurat harus selalu siap di troli
emergency.
2. Setiap pemakaian obat harus dicatat dalam buku
pemakaian (jenis obat, nama obat, dosis, nama
dokter dan perawat yang mengambil).
3. Obat yang sudah diambil harus segera diganti.

86
4. Setiap petugas jaga harus serah terima obat setiap
pertukaran dinas ( pagi, sore, malam ).
5. Setiap penggunaan obat harus berpedoman pada
4T 1W
 Tepat indikasi
 Tepat pasien
 Tepat obat
 Tepat cara pemberian
 Waspada terhadap efek samping

UNIT TERKAIT  Rawat Inap


 Kamar Bedah
 Farmasi
 Ruang Bersalin Dan Nifas

87
PEMAKAIAN ALAT RESUSITATOR MANUAL DI
RUANG BERSALIN DAN NIFAS

No. Dokumen :
No. Revisi : Halaman :
RSUD dr. __/SPO-
__ __/__
HADRIANUS PONEK/2023
SINAGA
KABUPATEN
SAMOSIR

Ditetapkan :

Direktur RSUD dr. Hadrianus Sinaga


Kabupaten Samosir

STANDAR
Tanggal Terbit :
PROSEDUR
OPERASIONAL __/I/2023

dr. Iwan Hartono Sihaloho

Penata Tk.I

NIP. 19750828 200912 1 006

PENGERTIAN Resusitator manual adalah alat bantú nafas buatan.


TUJUAN Sebagai acuan penerapan langkah-langkah pemakaian
alat bantu nafas manual.
KEBIJAKAN Pemakaian resuscitator harus sesuai standar
pelayanan atas instruksi dokter.
PROSEDUR PENATALAKSANAAN :
1. Persiapan peralatan.
2. Mengatur posisi penderita.
3. Ekstensi kepala penderita.
4. Memasang face mask ke mulut dan hidung
penderita.
5. Memompakan udara dari balon resusitator
( breathing ).
6. Memastikan keberhasilan melakukan pemompaan
udara (breathing) dari turun naiknya dada / perut

88
penderita saat dipompakan.
7. Melakukan pemompaan terus ( selama masih tidak
bernafas spontan ).
a. Untuk dewasa : 12-20 kali / menit
b. Untuk anak-anak : 20-30 kali / menit
8. Perhatikan reaksi pasien.

UNIT TERKAIT Ruang Bersalin Dan Nifas

89
PEMAKAIAN ECG ( ELECTRO CARDIO GRAPH )

No. Dokumen :
No. Revisi : Halaman :
__/SPO-
RSUD dr. __ __/__
PONEK/2023
HADRIANUS
SINAGA
KABUPATEN
SAMOSIR

Ditetapkan :

Direktur RSUD dr. Hadrianus Sinaga


Kabupaten Samosir

STANDAR
Tanggal Terbit :
PROSEDUR
OPERASIONAL __/I/2023

dr. Iwan Hartono Sihaloho

Penata Tk.I

NIP. 19750828 200912 1 006

PENGERTIAN ECG adalah alat pemeriksaan untuk merekam aktivitas


listrik dari otot jantung.
TUJUAN Sebagai acuan penerapan dan langkah-langkah
pemakaian ECG.
KEBIJAKAN Pemakaian ECG atas instruksi dokter sesuai dengan
indikasi.
PROSEDUR PENATALAKSANAAN :
1. Dokter memerintahkan bidan untuk memasang
ECG.
2. Bidan mempersiapkan alat ECG.
3. Penderita / keluarga penderita diberi penjelasan.
4. Penderita dipersiapkan untuk pemasangan ECG.
5. Bidan memasang ECG ke tubuh penderita.
6. Alat ECG disambungkan ke listrik dan dihidupkan.

90
7. Buat rekaman ECG, setelah selesai ECG dimatikan.
8. Alat ECG yang ditubuh penderita dilepas dengan
hati-hati.
9. Alat ECG disimpan kembali ketempat yang sudah
ditentukan.
10. Hasil rekaman ECG diberikan kepada dokter
untuk ditindaklanjuti.
UNIT TERKAIT  Ruang Bersalin Dan Nifas
 Rawat Inap
 IGD

91
PEMAKAIAN OROPHARYNGEAL AIRWAY TUBE
( GUEDEL )

No. Dokumen :
No. Revisi : Halaman :
RSUD dr. __/SPO-
__ __/__
HADRIANUS PONEK/2023
SINAGA
KABUPATEN
SAMOSIR

Ditetapkan :

Direktur RSUD dr. Hadrianus Sinaga


Kabupaten Samosir

STANDAR
Tanggal Terbit :
PROSEDUR
OPERASIONAL __/I/2023

dr. Iwan Hartono Sihaloho

Penata Tk.I

NIP. 19750828 200912 1 006

PENGERTIAN Suatu alat untuk membantu pernafasan pada


penderita yang gagal nafas.
TUJUAN Sebagai acuan penerapan langkah-langkah prosedur
pemasangan oropharyngeal Air tube ( guedel ).
KEBIJAKAN Pemakaian alat oropharyngeal airway tube dilakukan
oleh dokter anastesi atau tenaga yang sudah terlatih
untuk itu.
PROSEDUR PENATALAKSANAAN :
1. Persiapan posisi penderita.
2. Mengatur posisi penderita terlentang.
3. Ekstensi kepala lebih baik.
4. Buka mulut penderita dengan menekan kedua pipi
penderita.
5. Masukkan oropharyngeal airway tube secara terbalik
lekukannya setelah masuk sebahagian putar

92
setengah putaran dan dorong seluruh guedel.
6. Perhatikan pernafasan penderita.

UNIT TERKAIT  Ruang Bersalin Dan Nifas


 Kamar Bedah
 Rawat Inap

93
PENGGUNAAN OBAT UNTUK LIFE SAVING

No. Dokumen :
No. Revisi : Halaman :
__/SPO-
RSUD dr. __ __/__
PONEK/2023
HADRIANUS
SINAGA
KABUPATEN
SAMOSIR

Ditetapkan :

Direktur RSUD dr. Hadrianus Sinaga


Kabupaten Samosir

STANDAR
Tanggal Terbit :
PROSEDUR
OPERASIONAL __/I/2023

dr. Iwan Hartono Sihaloho

Penata Tk.I

NIP. 19750828 200912 1 006

PENGERTIAN Obat – obat life saving / emergensi adalah obat – obat


yang dipakai untuk bantuan hidup dasar bagi penderita
gawat darurat.
TUJUAN Sebagai acuan untuk pengadaan obat – obat life saving
untuk emergensi di RUANG BERSALIN DAN NIFAS.
KEBIJAKAN Obat – obatan Life saving atau emergensi harus tersedia
setiap saat dan digunakan sesuai instruksi dokter.
PROSEDUR PENATALAKSANAAN :

Nama Obat Indikasi Penggunaan


Adrenalin Reaksi - Dewasa : 0,3 – 0,5
anafilaktik mg
- Anak : 0,1
mg/kg BB

94
Aminophilin Akute cardiac - 1-2 ml dalam
emergensi / larutan
status 1:10000 IV
asmatikus - 5-6 mg/kg BB IV
awal
- 0,9 mg / kg BB /
Jam /
maintenence
Kortikosteroid Reaksi - Dewasa : 5–10
anafilaktik mg IV
-Anak : BB < 10 kg
max 5 mg
BB > 10 kg max
10 mg
Dopamin Odema serebri - 1 gr
Syok - 2,5 mg / kg BB /
kardiogenik menit ( 200 mg
dopamin dalam
500 cc dext 5 % )
Furosemid Oedema paru - 20 mg iv
Na. Asidosis - 1/3 x BB x Base
Bicarbonat Metabolik axes atau BB x
Ventrikel ( nilai normal
Fibrilasi Bicaborbonat-
Bicnat Kluis )
Morfin Analgeti, - 8-10 mg IM
narkotik
Petidine Analgetik, - 0,2 - 0,5 mg / kg
narkotik BB iv 1-2 mg / Kg
BB IM
SA Mengurangi - Dewasa 0, 25 –
sekresi / 0,50 mg
Bradicardi - Anak-anak 0,125
mg
Valium Antikonfulsan - 0,2 Mg – 0,6 Mg /
Kg BB
- Anak BB < 10 kg,

95
5 mg rectal BB,BB
> 10 kg 10 mg
rectal
UNIT TERKAIT  IGD
 Rawat Inap
 Ruang Bersalin Dan Nifas

96
PEMAKAIAN ALAT RUANG BERSALIN DAN NIFAS

No. Dokumen :
No. Revisi : Halaman :
__/SPO-
RSUD dr. __ __/__
PONEK/2023
HADRIANUS
SINAGA
KABUPATEN
SAMOSIR

Ditetapkan :

Direktur RSUD dr. Hadrianus Sinaga


Kabupaten Samosir

STANDAR
Tanggal Terbit :
PROSEDUR
OPERASIONAL __/I/2023

dr. Iwan Hartono Sihaloho

Penata Tk.I

NIP. 19750828 200912 1 006

PENGERTIAN Alat-alat di RUANG BERSALIN DAN NIFAS dapat


dipakai oleh semua petugas (bidan dan dokter) RUANG
BERSALIN DAN NIFAS sesuai dengan keadaan pasien.
TUJUAN Agar dapat diberikan pelayanan yang baik pada pasien.

KEBIJAKAN 1. Setiap alat-alat yang akan dipakai disiapkan dalam


satu wadah.
2. Alat yang dipakai harus tahu cara penggunannya.
3. Setelah selesai memakai alat, alat dibersihkan dan
dikembalikan ke tempatnya semula.
4. Ada buku tersendiri untuk overan alat-alat setiap
pertukaran jaga.
PROSEDUR PENATALAKSANAAN :
1. Peralatan setelah dipakai dibersihkan dari kotoran
yang menempel pada alat.

97
2. Kemudian peralatan tersebut disterilkan melalui
sterilisator.
3. Selanjutnya disimpan di dalam bak instrumen yang
sudah steril ( Peralatan siap untuk dipakai kembali
).
4. Melakukan operan alat-alat pada saat pertukaran
jaga dan dicatat dibuku tersendiri.

UNIT TERKAIT  CSSD


 Ruang Bersalin Dan Nifas

98
PEMELIHARAAN ALAT DI RUANG BERSALIN DAN
NIFAS

No. Dokumen :
No. Revisi : Halaman :
RSUD dr. __/SPO-
__ __/__
HADRIANUS PONEK/2023
SINAGA
KABUPATEN
SAMOSIR

Ditetapkan :

Direktur RSUD dr. Hadrianus Sinaga


Kabupaten Samosir

STANDAR
Tanggal Terbit :
PROSEDUR
OPERASIONAL __/I/2023

dr. Iwan Hartono Sihaloho

Penata Tk.I

NIP. 19750828 200912 1 006

PENGERTIAN Perawat yang ditugaskan untuk membersihkan semua


peralatan yang sudah dipakai dan memelihara semua
peralatan yang ada di RUANG BERSALIN DAN NIFAS
RSUD Dr. Hadrianus Sinaga Pangururan.
TUJUAN Agar pasien baru yang berobat ke RUANG BERSALIN
DAN NIFAS mendapatkan pelayanan yang
kebersihannya dan kesterilannya terjamin serta
memuaskan.
KEBIJAKAN  Dilakukan oleh Bidan di RUANG BERSALIN DAN
NIFAS
 Alat-alat tersimpan dilemari dan terkunci.
 Pisahkan alat yang bersih dan yang sudah dipakai.
 Alat yang sudah dipakai segera dicuci dan
disterilkan

99
 Pendataan tentang alat-alat yang di RUANG
BERSALIN DAN NIFAS yang baik, rusak, secara
periodic / tri wulan.
PROSEDUR PENATALAKSANAAN :
1. Pada saat peralatan dibersihkan, kemudian
diperiksa kembali apakah peralatan tersebut masih
dapat dipakai atau harus diganti.
2. Apabila peralatan tersebut perlu diganti atau tidak,
maka kepala RUANG BERSALIN DAN NIFAS
melaporkan kebagian seksi pelayanan untuk
mendapatkan alat penggantinya.
3. Kepala RUANG BERSALIN DAN NIFAS membuat
daftar permintaan alat pengganti yang diajukan
kepada Kepala Seksi Pelayanan dan ditandatangani
oleh Kepala RUANG BERSALIN DAN NIFAS.
UNIT TERKAIT  Ruang Bersalin Dan Nifas
 CSSD
 Keperawatan
 Penunjang Medis

100
PENGGUNAAN ALAT KOMUNIKASI

No. Dokumen :
No. Revisi : Halaman :
__/SPO-
RSUD dr. __ __/__
PONEK/2023
HADRIANUS
SINAGA
KABUPATEN
SAMOSIR

Ditetapkan :

Direktur RSUD dr. Hadrianus Sinaga


Kabupaten Samosir

STANDAR
Tanggal Terbit :
PROSEDUR
OPERASIONAL __/I/2023

dr. Iwan Hartono Sihaloho

Penata Tk.I

NIP. 19750828 200912 1 006

PENGERTIAN Agar alat komunikasi yang digunakan untuk


menunjang pelayanan gawat darurat dapat berjalan
lancar.
TUJUAN 1. Komunikasi berjalan lancar baik kedalam maupun
keluar RUANG BERSALIN DAN NIFAS.
2. Permintaan atas keterangan pasien dapat dipenuhi.
KEBIJAKAN Untuk menunjang kelancaran komunikasi RUANG
BERSALIN DAN NIFAS.
PROSEDUR PERSIAPAN ALAT :
Alat komunikasi terdiri dari :
 Telepon : (0626) 20106
 Pesawat air phone.

PENATALAKSANAAN :

101
1. Telephone:
a. Cara mengirim
 Catat pada buku penggunaan dan pemakaian
telepon secara lengkap.
 Operasionalkan telepon sesuai dengan cara
penggunaan dalam hal-hal mengirim telepon.
b. Cara menerima
 Catat berita / pesan dan pengirim telepon
secara lengkap.
 Operasionalkan telepon sesuai dengan cara
penggunaan, dalam hal – hal menerima telepon.
 Sampaikan pesan / berita kepada ysng berhak
menerimanya dengan segera.
2. Pesawat airphone
a. Operasionalkan alat sesuai dengan penggunaan
telepon baik menerima maupun mengirim (bila
mengirim hanya tiga angka).
UNIT TERKAIT  Rawat Jalan
 Rawat Inap
 Ruang Bersalin Dan Nifas

102
PENGGUNAAN TELEPON INTERNAL

No. Dokumen :
No. Revisi : Halaman :
__/SPO-
RSUD dr. __ __/__
PONEK/2023
HADRIANUS
SINAGA
KABUPATEN
SAMOSIR

Ditetapkan :

Direktur RSUD dr. Hadrianus Sinaga


Kabupaten Samosir

STANDAR
Tanggal Terbit :
PROSEDUR
OPERASIONAL __/I/2023

dr. Iwan Hartono Sihaloho

Penata Tk.I

NIP. 19750828 200912 1 006

PENGERTIAN Telepon yang digunakan didalam lingkungan RSUD Dr.


Hadrianus Sinaga Pangururan.
TUJUAN Untuk memberi dan menerima informasi kepada bidan
ruangan di RSUD Dr. Hadrianus Sinaga Pangururan.
KEBIJAKAN Pada semua unit yang terkait di RSUD Dr. Hadrianus
Sinaga Pangururan.
PROSEDUR PENATALAKSANAAN :
1. Angkat gagang telepon
2. Tekan tombol yang ada dipesawat telepon ke
ruangan yang dituju.
3. Tunggu telepon diangkat.
4. Ucapkan Salam
5. Setelah selesai berbicara, letakkan gagang telepon
kembali pada tempatnya.

103
6. Tuliskan ke buku komunikasi

UNIT TERKAIT Semua Instalasi

104
MERUJUK PASIEN

No. Dokumen :
No. Revisi : Halaman :
__/SPO-
RSUD dr. __ __/__
PONEK/2023
HADRIANUS
SINAGA
KABUPATEN
SAMOSIR

Ditetapkan :

Direktur RSUD dr. Hadrianus Sinaga


Kabupaten Samosir

STANDAR
Tanggal Terbit :
PROSEDUR
OPERASIONAL __/I/2023

dr. Iwan Hartono Sihaloho

Penata Tk.I

NIP. 19750828 200912 1 006

PENGERTIAN Permintaan untuk pertolongaan dan pemeriksaan lebih


lanjut ke RS Rujukan.
TUJUAN Sebagai acuan penerapan langkah – langkah pengiraan
pasien dari RUANG BERSALIN DAN NIFAS ke RS
Rujukan.
KEBIJAKAN Pengiriman penderita dari RUANG BERSALIN DAN
NIFAS ke RS Rujukan dengan indikasi alat penunjang
medis yang kurang dan tenaga medis yang kurang
lengkap.
PROSEDUR PENATALAKSANAAN :
1. Dokter RUANG BERSALIN DAN NIFAS
memutuskan pasien untuk segera dirujuk ke RS
Rujukan.
2. Bidan menghubungi Rumah Sakit rujukan atau

105
secara sistem rute rujukan online.
3. Pasien dipersiapkan oleh bidan :
 Pemasangan infus
 Pemasangan O2
 Pemasangan alat lain sampai dengan
kebutuhan.
4. Memberi penjelasan kepada keluarga bahwa pasien
harus segera dirujuk.
5. Dokter membuat surat pengantar ke RS Rujukan.
6. Petugas Admission mencetak SEP dan Rujukan
Online bagi peserta BPJS
7. Pasien diberangkatkan dengan menggunakan
ambulance dan bidan pendamping
8. Pasien diserah terimakan bidan pendamping
kepada petugas RS Rujukan.
UNIT TERKAIT  IGD
 Rawat Inap
 Ruang Bersalin Dan Nifas

106
MELAKUKAN RUJUKAN SPESIMEN

No. Dokumen :
No. Revisi : Halaman :
__/SPO-
RSUD dr. __ __/__
PONEK/2023
HADRIANUS
SINAGA
KABUPATEN
SAMOSIR

Ditetapkan :

Direktur RSUD dr. Hadrianus Sinaga


Kabupaten Samosir

STANDAR
Tanggal Terbit :
PROSEDUR
OPERASIONAL __/I/2023

dr. Iwan Hartono Sihaloho

Penata Tk.I

NIP. 19750828 200912 1 006

PENGERTIAN Permintaan untuk pemeriksaan spesimen ke


laboratorium rumah sakit yang lebih lengkap.
TUJUAN Sebagai acuan untuk mengetahui yang diperlukan.
KEBIJAKAN Permintaan pemeriksaan specimen melalui permintaan
dokter.
PROSEDUR PENATALAKSANAAN :
1. Dokter membuat surat permintaan pemeriksaan
spesimen yang ditandatangani langsung.
2. Bon permintaan diberikan oleh petugas RUANG
BERSALIN DAN NIFAS kepada petugas
laboratorium.
3. Petugas laboratorium mengambil spesimen dari
pasien.
4. Petugas laboratorium meletakkan pemeriksaan

107
spesimen.
5. Petugas laboratorium memberikan hasil
pemeriksaan kepada petugas RUANG BERSALIN
DAN NIFAS / dokter jaga RUANG BERSALIN DAN
NIFAS.
6. Petugas RUANG BERSALIN DAN NIFAS / dokter
RUANG BERSALIN DAN NIFAS memberitahukan
atau menerangkan penyakit kepada keluarga
berdasarkan hasil pemeriksaan spesimen.

UNIT TERKAIT  Laboratorium


 Rawat Inap
 Ruang Bersalin Dan Nifas

108
PEMAKAIAN USG

No. Dokumen :
No. Revisi : Halaman :
RSUD dr. __/SPO-
HADRIANUS __ __/__
PONEK/2023
SINAGA
KABUPATEN
SAMOSIR

Ditetapkan :

Direktur RSUD dr. Hadrianus Sinaga Kabupaten


Samosir

STANDAR
Tanggal Terbit :
PROSEDUR
OPERASIONAL __/I/2023

dr. Iwan Hartono Sihaloho

Penata Tk.I

NIP. 19750828 200912 1 006

PENGERTIAN Salah satu pemeriksaan penting saat kehamilan menggunakan


ultrasonografi

TUJUAN Untuk pemeriksaan dan diagnosis kondisi kesehatan bayi

KEBIJAKAN

PROSEDUR 1. Ada instruksi dari dokter


2. Persiapan alat di kamar USG
a. USG dalam keadaan stand by. Hidupkan power on
b. Bersihkan transducer dari jelly yang melekat
c. Tissue
d. Jelly secukupnya
3. Persiapan Pasien: Beritahukan kepada pasien tindakan
yang akan di lakukan. Pasien membuat persetujuan
tindakan

109
4. Ibu dianjurkan untuk minum banyak agar kandung
kemih penuh bila akan dilakukan pemeriksaan USG
ginekologi transabdominal
5. Ibu dibaringkan di atas tempat tidur. Atur pakaian ibu
untuk USG
6. Oleskan Jelly dipermukaan perut ibu
7. Dokter melakukan USG sesuai kebutuhan pasien
8. Hasil USG di masukkan kedalam status pasien
9. Ambil tissue, bersihkan jelly dari permukaan perut ibu.
10. Bersihkan transducer dari sisa jelly yang melekat
11. Pasien diperbolehkan turun dari tempat tidur
12. Dokter menginformasikan hasil pemeriksaan kepada
pasien
13. USG dimatikan dan menekan tombol shut down
14. Cuci tangan
UNIT TERKAIT  Rawat Inap
 Rawat Jalan
 Radiologi
 Ruang Bersalin Dan Nifas

110
PASIEN DENGAN TRANSFUSI DARAH

No. Dokumen :
No. Revisi : Halaman :
RSUD dr. __/SPO-
HADRIANUS __ __/__
PONEK/2023
SINAGA
KABUPATEN
SAMOSIR

Ditetapkan :

Direktur RSUD dr. Hadrianus Sinaga Kabupaten


Samosir

STANDAR
Tanggal Terbit :
PROSEDUR
OPERASIONAL __/I/2023

dr. Iwan Hartono Sihaloho

Penata Tk.I

NIP. 19750828 200912 1 006

PENGERTIAN Pemberian transfusi darah pada pasien anemia atau perdarahan

TUJUAN Sebagai acuan penerapan langkah langkah transfusi

KEBIJAKAN

PROSEDUR 1. Syarat:
o Pasien dengan Hb < 9 gr/dl dengan tindakan
o Pasien dengan Hb < 9 gr % anemia kronis
2. Ada Instruksi Dokter
3. Menghubungi UTDRS untuk ketersediaan darah
4. Mengisi Permintaan darah ditanda tangani dokter
5. Mengambil sampel darah pasien dan mengirim sampel
darah dengan permintaan. Untuk di cross chek di
UTDRS
6. Mengganti infus set biasa dengan transfusi set

111
7. Memberikan NaCl bolus sebanyak 100 cc
8. Memberikan obat-obat premedikasi sesuai perintah
dokter
9. Darah yang telah diambil dari UTDRS diberikan kepada
pasien sesuai instruksi Dokter.
10. Apabila selesai pemberian darah, infus set diganti
dengan infus set biasa cairan NaCl
11. Pantau keadaan umum pasien dan reaksi tubuh
terhadap darah yang masuk
12. Cek kembali Hb setelah 6 jam selesai transfusi.
13. Khusus pasien operasi:Jika kebutuhan darah terjadi
pada saat operasi adalah menjadi tanggungjawab
petugas OK dengan UTDRS.
UNIT TERKAIT  UTDRS
 OK
 Ruang Bersalin Dan Nifas
 Rawat Inap
 Laboratorium

112
OPERASI SECTIO CESAREA (SC)

No. Dokumen :
No. Revisi : Halaman :
__/SPO-
RSUD dr. __ __/__
PONEK/2023
HADRIANUS
SINAGA
KABUPATEN
SAMOSIR

Ditetapkan :

Direktur RSUD dr. Hadrianus Sinaga


Kabupaten Samosir

STANDAR
Tanggal Terbit :
PROSEDUR
OPERASIONAL __/I/2023

dr. Iwan Hartono Sihaloho

Penata Tk.I

NIP. 19750828 200912 1 006

Pengertian Suatu tindakan operatif yang dilakukan dengan


menyayat perut ibu sampai pada rahim (uterus)
Tujuan Melahirkan janin yang tidak dapat dilahirkan dengan
pervaginam
Kebijakan Sesuai prinsip-prinsip operasi dan kesterilan
Prosedur PENATALAKSANAAN :
1. Dokter menegakkan diagnosis sesuai dengan
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang seperti USG dan laboratorium.
2. Dokter melakukan informed consent terhadap
pasien/keluarga tentang diagnosis pasien yang
harus dilakukan tindakan operasi SC.
3. Indikasi operasi SC antara lain adalah indikasi ibu
(panggul sempit, partus lama atau terlantar, riwayat
SC sebelumnya, perdarahan antepartum, tumor

113
jalan lahir, preeklamsia/eklamsia, primigravida tua,
kelainan jantung, kelainan tulang panggul atau
ekstremitas bawah, kehilangan kesadaran, status
asmatikus dan lain-lain) dan indikasi janin (gawat
janin, malpresentasi kehamilan kembar, kelainan
bawaan janin, solusio plasenta, profuse bleeding
pada plasenta previa, plasenta previa totalis dan
lain-lain)
4. Risiko SC antara lain robekan rahim, perdarahan >
1 liter, cedera kandung kemih, cedera usus, cedera
organ abdomen lain, angkat rahim, perawatan ICU,
kematian ibu
5. Komplikasi SC antara lain infeksi rahim, infeksi luka
operasi, dan emboli paru
6. Prognosis operasi SC akan tergantung dengan
kondisi awal ibu dan janin. Dapat dikategorikan ad
bonam atau ad malam
7. Prosedur operasi SC disesuaikan dengan langkah-
langkah tindakan operasi SC sesuai dengan standar
yang telah ditentukan oleh kolegium
8. Sebelum operasi diberikan antibiotika spektrum luas
dengan dosis 1-2 gram (skin test dahulu)
9. Setelah tindakan operasi SC, pasien dapat dilakukan
observasi di ruang pulih, rawat inap, atau ICU
sesuai indikasi.
10. Pemberian obat-obatan pasca operasi dapat
dilakukan sesuai indikasi dapat berupa cairan infus
atau transfusi darah, uterotonika oral atau injeksi
atau suppositoria, antibiotika spektrum luas bentuk
injeksi dengan dosis tunggal maupun kombinasi
(misalnya ampicilin, gentamisin, metronidazole,
ceftriaxone, cefotaxime, ceftizoxime, ciprofloxacin,
levofloxacin, fosmicin), antibiotika oral (cefadroxil,
cefixime, ciprofloxacin, levofloxacin, metronidazole,
meiact), antiperdarahan oral atau injeksi, anti nyeri
oral maupun suppositoria, anti mual/muntah oral
atau injeksi, anti hipertensi oral atau injeksi, anti

114
kejang pada preeklamsia/eklamsia, dan lain-lain
sesuai indikasi.
11. Pemberian antibiotika injeksi dapat diberikan
selama 1-2 hari pasca operasi kemudian dilanjutkan
terapi oral atau dapat diperpanjang sesuai indikasi
ibu.
12. Mobilisasi ibu harus segera dilakukan secara
bertahap pasca operasi
13. Diet pasien diusahakan langsung diet MBTKTP
kecuali ada halangan yang menyertai.
14. Kateter urin sebaiknya dilepas 1 hari pasca
operasi kecuali ada indikasi.
15. Pasien dapat pulang berobat jalan setelah
perawatan paling cepat 2-3 hari pasca operasi
tergantung dari kondisi pasien. Pasien diberikan
terapi oral selama di rumah dan dianjurkan untuk
kontrol kembali pasca operasi ke poliklinik rawat
jalan.
Unit Terkait  Kamar Bedah
 Rawat Inap
 RUANG BERSALIN DAN NIFAS

115
OPERASI KURETASE

No. Dokumen :
No. Revisi : Halaman :
__/SPO-
RSUD dr. __ __/__
PONEK/2023
HADRIANUS
SINAGA
KABUPATEN
SAMOSIR

Ditetapkan :

Direktur RSUD dr. Hadrianus Sinaga


Kabupaten Samosir

STANDAR
Tanggal Terbit :
PROSEDUR
OPERASIONAL __/I/2023

dr. Iwan Hartono Sihaloho

Penata Tk.I

NIP. 19750828 200912 1 006

PENGERTIAN Suatu tindakan operatif yang dilakukan untuk


mengevakuasi janin atau sisa konsepsi
TUJUAN Mengeluarkan janin/sisa konsepsi
KEBIJAKAN Sesuai prinsip-prinsip operasi dan kesterilan
PROSEDUR PENATALAKSANAAN :
1. Dokter menegakkan diagnosis sesuai dengan
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang seperti USG dan laboratorium.
2. Dokter melakukan informed consent terhadap
pasien/keluarga tentang diagnosis pasien yang
harus dilakukan tindakan kuretase.
3. Indikasi kuretase antara lain adalah abortus
(iminens, insipiens, incomplete, missed abortion),
kehamilan kosong (blighted ova), kehamilan mola,
sisa plasenta, kuretase endometrium untuk

116
diagnostik dan terapeutik pada kasus dugaan
hiperplasia endometrium atau mioma uteri, kasus
polip endometrium atau serviks.
4. Risiko kuretase antara lain robekan rahim,
perdarahan, cedera kandung kemih, angkat rahim,
perawatan ICU, kematian ibu
5. Komplikasi kuretase antara lain infeksi rahim dan
emboli paru
6. Prognosis operasi kuretase akan tergantung dengan
kondisi awal ibu. Dapat dikategorikan ad bonam
atau ad malam
7. Prosedur operasi kuretase disesuaikan dengan
langkah-langkah tindakan operasi kuretase sesuai
dengan standar yang telah ditentukan oleh kolegium
8. Sebelum operasi diberikan antibiotika spektrum luas
dengan dosis 1-2 gram (skin test dahulu)
9. Setelah tindakan operasi kuretase, pasien dapat
dilakukan observasi di ruang pulih, rawat inap, atau
ICU sesuai indikasi.
10. Pemberian obat-obatan pasca operasi dapat
dilakukan sesuai indikasi dapat berupa cairan infus
atau transfusi darah, uterotonika oral atau injeksi
atau suppositoria, antibiotika spektrum luas bentuk
injeksi dengan dosis tunggal maupun kombinasi
(misalnya ampicilin, gentamisin, metronidazole,
ceftriaxone, cefotaxime, ceftizoxime, ciprofloxacin,
levofloxacin, fosmicin), antibiotika oral (cefadroxil,
cefixime, ciprofloxacin, levofloxacin, metronidazole,
meiact), antiperdarahan oral atau injeksi, anti nyeri
oral maupun suppositoria, anti mual/muntah oral
atau injeksi, dan lain-lain sesuai indikasi.
11. Pemberian antibiotika injeksi dapat diberikan
selama 1-2 hari pasca operasi kemudian dilanjutkan
terapi oral atau dapat diperpanjang sesuai indikasi
ibu.
12. Mobilisasi ibu harus segera dilakukan secara
bertahap pasca operasi

117
13. Diet pasien diusahakan langsung diet MBTKTP
kecuali ada halangan yang menyertai.
14. Pasien dapat pulang berobat jalan setelah
perawatan paling cepat 1-2 hari pasca operasi
tergantung dari kondisi pasien. Pasien diberikan
terapi oral selama di rumah dan dianjurkan untuk
kontrol kembali pasca operasi ke poliklinik rawat
jalan.
15. Jaringan yang dikuret dapat diperiksakan ke
laboratorium Patologi Anatomi
UNIT TERKAIT  Kamar Bedah
 Rawat Inap
 Rawat Jalan
 Ruang Bersalin Dan Nifas

118
OPERASI HISTEREKTOMI

No. Dokumen :
No. Revisi : Halaman :
__/SPO-
RSUD dr. __ __/__
PONEK/2023
HADRIANUS
SINAGA
KABUPATEN
SAMOSIR

Ditetapkan :

Direktur RSUD dr. Hadrianus Sinaga


Kabupaten Samosir

STANDAR
Tanggal Terbit :
PROSEDUR
OPERASIONAL __/I/2023

dr. Iwan Hartono Sihaloho

Penata Tk.I

NIP. 19750828 200912 1 006

PENGERTIAN Suatu tindakan operatif yang dilakukan untuk


mengangkat rahim sebagian (STAH) atau seluruhnya
(TAH)
TUJUAN Mengatasi akibat yang disebabkan oleh penyakit dasar
KEBIJAKAN Sesuai prinsip-prinsip operasi dan kesterilan
PROSEDUR PENATALAKSANAAN :
1. Dokter menegakkan diagnosis sesuai dengan
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang seperti USG dan laboratorium.
2. Dokter melakukan informed consent terhadap
pasien/keluarga tentang diagnosis pasien yang
harus dilakukan tindakan histerektomi.
3. Indikasi histerektomi antara lain adalah atonia uteri,
prolapsus uteri, mioma uteri, tumor uteri lainnya,
kista ovarium yang besar, kista ovarium dugaan

119
ganas, endometriosis dengan perlengketan ke rahim
4. Risiko histerektomi antara lain perdarahan, cedera
kandung kemih, cedera usus atau organ abdomen
lainnya, cedera ureter, perawatan ICU, kematian ibu
5. Komplikasi histerektomi antara lain pemasangan
stoma pada cedera usus, pemasangan ureter
kateter, ureter terikat dan emboli paru
6. Prognosis operasi histerektomi akan tergantung
dengan kondisi awal ibu. Dapat dikategorikan ad
bonam atau ad malam
7. Prosedur operasi histerektomi disesuaikan dengan
langkah-langkah tindakan operasi histerektomi
sesuai dengan standar yang telah ditentukan oleh
kolegium
8. Sebelum operasi diberikan antibiotika spektrum luas
dengan dosis 1-2 gram (skin test dahulu)
9. Setelah tindakan operasi histerektomi, pasien dapat
dilakukan observasi di ruang pulih, rawat inap, atau
ICU sesuai indikasi.
10. Pemberian obat-obatan pasca operasi dapat
dilakukan sesuai indikasi dapat berupa cairan infus
atau transfusi darah, antibiotika spektrum luas
bentuk injeksi dengan dosis tunggal maupun
kombinasi (misalnya ampicilin, gentamisin,
metronidazole, ceftriaxone, cefotaxime, ceftizoxime,
ciprofloxacin, levofloxacin, fosmicin), antibiotika oral
(cefadroxil, cefixime, ciprofloxacin, levofloxacin,
metronidazole, meiact), antiperdarahan oral atau
injeksi, anti nyeri oral maupun suppositoria, anti
mual/muntah oral atau injeksi, dan lain-lain sesuai
indikasi.
11. Pemberian antibiotika injeksi dapat diberikan
selama 1-2 hari pasca operasi kemudian dilanjutkan
terapi oral atau dapat diperpanjang sesuai indikasi
ibu.
12. Mobilisasi ibu harus segera dilakukan secara
bertahap pasca operasi

120
13. Diet pasien diusahakan langsung diet MBTKTP
kecuali ada halangan yang menyertai.
14. Pasien dapat pulang berobat jalan setelah
perawatan paling cepat 2-3 hari pasca operasi
tergantung dari kondisi pasien. Pasien diberikan
terapi oral selama di rumah dan dianjurkan untuk
kontrol kembali pasca operasi ke poliklinik rawat
jalan.
15. Jaringan yang diangkat dapat diperiksakan ke
laboratorium Patologi Anatomi
UNIT TERKAIT  Kamar Bedah
 Rawat Inap
 Rawat Jalan
 Ruang Bersalin Dan Nifas

121
OPERASI KISTEKTOMI (SALFINGO-OOFOREKTOMI)

No. Dokumen :
No. Revisi : Halaman :
__/SPO-
RSUD dr. __ __/__
PONEK/2023
HADRIANUS
SINAGA
KABUPATEN
SAMOSIR

Ditetapkan :

Direktur RSUD dr. Hadrianus Sinaga


Kabupaten Samosir

STANDAR
Tanggal Terbit :
PROSEDUR
OPERASIONAL __/I/2023

dr. Iwan Hartono Sihaloho

Penata Tk.I

NIP. 19750828 200912 1 006

PENGERTIAN Suatu tindakan operatif yang dilakukan untuk


mengangkat kista ovarium beserta tuba ovarium, satu
sisi (unilateral=USO) atau dua sisi (bilateral=BSO)
TUJUAN Mengatasi akibat yang disebabkan oleh penyakit dasar
KEBIJAKAN Sesuai prinsip-prinsip operasi dan kesterilan
PROSEDUR PENATALAKSANAAN :
1. Dokter menegakkan diagnosis sesuai dengan
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang seperti USG dan laboratorium.
2. Dokter melakukan informed consent terhadap
pasien/keluarga tentang diagnosis pasien yang
harus dilakukan tindakan histerektomi.
3. Indikasi kistektomi antara lain adalah Kehamilan
ektopik, kista ovarium yang besar, kista ovarium
dugaan ganas, endometriosis dengan atau tanpa

122
perlengketan ke rahim
4. Risiko kistektomi antara lain perdarahan, cedera
kandung kemih, cedera usus atau organ abdomen
lainnya, cedera ureter, perawatan ICU, kematian ibu
5. Komplikasi kistektomi antara lain pemasangan
stoma pada cedera usus, pemasangan ureter
kateter, ureter terikat dan emboli paru
6. Prognosis operasi kistektomi akan tergantung
dengan kondisi awal ibu. Dapat dikategorikan ad
bonam atau ad malam
7. Prosedur operasi kistektomi disesuaikan dengan
langkah-langkah tindakan operasi histerektomi
sesuai dengan standar yang telah ditentukan oleh
kolegium
8. Sebelum operasi diberikan antibiotika spektrum luas
dengan dosis 1-2 gram (skin test dahulu)
9. Setelah tindakan operasi kistektomi, pasien dapat
dilakukan observasi di ruang pulih, rawat inap, atau
ICU sesuai indikasi.
10. Pemberian obat-obatan pasca operasi dapat
dilakukan sesuai indikasi dapat berupa cairan infus
atau transfusi darah, antibiotika spektrum luas
bentuk injeksi dengan dosis tunggal maupun
kombinasi (misalnya ampicilin, gentamisin,
metronidazole, ceftriaxone, cefotaxime, ceftizoxime,
ciprofloxacin, levofloxacin, fosmicin), antibiotika oral
(cefadroxil, cefixime, ciprofloxacin, levofloxacin,
metronidazole, meiact), antiperdarahan oral atau
injeksi, anti nyeri oral maupun suppositoria, anti
mual/muntah oral atau injeksi, dan lain-lain sesuai
indikasi.
11. Pemberian antibiotika injeksi dapat diberikan
selama 1-2 hari pasca operasi kemudian dilanjutkan
terapi oral atau dapat diperpanjang sesuai indikasi
ibu.
12. Mobilisasi ibu harus segera dilakukan secara
bertahap pasca operasi

123
13. Diet pasien diusahakan langsung diet MBTKTP
kecuali ada halangan yang menyertai.
14. Pasien dapat pulang berobat jalan setelah
perawatan paling cepat 2-3 hari pasca operasi
tergantung dari kondisi pasien. Pasien diberikan
terapi oral selama di rumah dan dianjurkan untuk
kontrol kembali pasca operasi ke poliklinik rawat
jalan.
15. Jaringan yang diangkat dapat diperiksakan ke
laboratorium Patologi Anatomi
UNIT TERKAIT  Kamar Bedah
 Rawat Inap
 Rawat Jalan
 Ruang Bersalin Dan Nifas

124
MIOMA UTERI

No. Dokumen :
No. Revisi : Halaman :
__/SPO-
RSUD dr. __ __/__
PONEK/2023
HADRIANUS
SINAGA
KABUPATEN
SAMOSIR

Ditetapkan :

Direktur RSUD dr. Hadrianus Sinaga


Kabupaten Samosir

STANDAR
Tanggal Terbit :
PROSEDUR
OPERASIONAL __/I/2023

dr. Iwan Hartono Sihaloho

Penata Tk.I

NIP. 19750828 200912 1 006

PENGERTIAN Tumor jinak rahim yang berasal dari sel otot polos
rahim, jaringan ikat dan terkadang berasal dari sel otot
polos pembuluh darah rahim
TUJUAN Mengatasi akibat yang disebabkan oleh penyakit dasar
KEBIJAKAN Pemeriksaan dibantu dengan alat penunjang:
Laboratorium dan USG
PROSEDUR PENATALAKSANAAN :
 Mioma uteri akan diterapi bila telah menimbulkan
gangguan pada penderita seperti gangguan fertilitas,
perdarahan, penekanan ke organ sekitar yang
mengakibatkan obstruksi.
 Pada mioma uteri intramural, subserosum,
submukosa dengan perdarahan dapat dilakukan
penanganan sesuai PUA — L (pemberian terapi
berupa preparat progesterone, anti perdarahan dan

125
anti nyeri).
 Pembedahan masih merupakan pilihan terbaik pada mioma uteri,
baik miomektomi ataupun histerektomi dengan melihat kondisi
klinis pasien dan keinginan mempertahankan fertilitas.

 Bila pilihan pada histerektomi, terlebih dahulu


stabilisasi kondisi umum termasuk Hb > 10 gr%.
UNIT TERKAIT  Kamar Bedah
 Rawat Inap
 Rawat Jalan
 Ruang Bersalin Dan Nifas

126
PENGGUNAAN DOPPLER

No. Dokumen :
RSUD dr. No. Revisi : Halaman :
__/SPO-PONEK/
HADRIANUS __ __/__
2023
SINAGA
KABUPATEN
SAMOSIR
Ditetapkan :
Direktur RSUD dr. Hadrianus Sinaga
Kabupaten Samosir
STANDAR
PROSEDUR Tanggal Terbit :
__/I/2023
OPERASIONAL
dr. Iwan Hartono Sihaloho
Penata Tk.I
NIP. 19750828 200912 1 006
PENGERTIAN Fetal Doppler adalah alat untuk deteksi detak jantung janin di
dalam kandungan sang ibu. Gunanya untuk memeriksa
apakah sang janin tumbuh dengan normal, dengan ditandai
adanya denyut jantungnya. Umumnya teknik yang digunakan
untuk deteksi detak jantung janin adalah dengan ultrasound
(frekuensi 2 MHz).
TUJUAN Sebagai pedoman bagi petugas Ruang RUANG BERSALIN DAN NIFAS
untuk mendengarkan detak jantung janin pada ibu hamil usia
kehamilan ≥ 16minggu
KEBIJAKAN

Prosedur 1 Petugas mencuci tangan


2 Petugas menekan tombol power doppler sampai dalam keadaan
on
3 Petugas menyiapkan jelly dan tisssue
4 Petugas mengoleskan jelly di dinding perut ibu pada posisi
janin yang tepat untuk deteksi jantung janin
5 Petugas menempelkan doppler pada dinding perut ibu yang
telah diberi jelly dan menghitung detak jantung janin (normal
120 – 160x / menit )
6 Petugas menekan tombol power sampai dalam keadaan off

127
PENGGUNAAN DOPPLER

No. Dokumen :
No. Revisi : Halaman :
__/SPO-PONEK/
__ __/__
2023
7 Petugas menghapus jelly dengan tissue (membersihkan
doppler)
8 Petugas menyimpan doppler pada tempatnya
9 Petugas mencuci tangan.
UNIT TERKAIT - Rawat Inap
- Rawat Jalan
- Ruang Bersalin Dan Nifas

128
PENGGUNAAN PULSE OXYMETRE

RSUD dr. No. Dokumen :


No. Revisi : Halaman :
HADRIANUS __/SPO-PONEK/
__ __/__
SINAGA 2023
KABUPATEN
SAMOSIR

Ditetapkan :
Direktur RSUD dr. Hadrianus
Sinaga Kabupaten Samosir

STANDAR
Tanggal Terbit :
PROSEDUR
__/I/2023
OPERASIONAL
dr. Iwan Hartono Sihaloho
Penata Tk.I
NIP. 19750828 200912 1 006
PENGERTIAN Pulse Oxymetre merupakan  teknik monitoring non
invansive untuk mengukur saturasi oksigen arteri dan
fungsi haemoglobin.
TUJUAN  Menilai data dasar saturasi oksigen yang
merupakan bagian pengkakajian oksigenasi.
 Deteksi dini terhadap perubahan saturasi yang
sering berubah terutama padaa keadaan kritis
 Mengevaluasi respon pasien terhadap aktivitasoksi
genasi pasien seperti suction, reposisi, merubah
konsentrasi O2
KEBIJAKAN
PROSEDUR 1.Persiapan Alat Pulse Oxymetre beserta sensornya.
2.Cara Kerja:
 Cuci tangan.
 Lokasi tempat sensor dibersihkan dari darah dan
kotoran lain.
 Pilih sensor yang tepat sesuai lokasi tempat
sensor.
 Sambungkan oxymetre dengan menekan tombol
ON/OFF

129
PENGGUNAAN PULSE OXYMETRE

No. Dokumen :
No. Revisi : Halaman :
__/SPO-PONEK/
__ __/__
2023
 Set alarm secara tepat dan cek fungsi lainnya.
 Untuk mematikan tekan kembali power ON/OFF.
 Sambungkan sensor lempeng klip pada
tangan/kaki/telinga.
 Cuci tangan.
UNIT TERKAIT  Instalasi Rawat Jalan
 Instalasi Rawat Inap
 Instalasi Gawat Darurat
 Ruang Bersalin Dan Nifas/Perinatologi

130
PENGGUNAAN SUCTION

No. Dokumen :
No. Revisi : Halaman :
__/SPO-
RSUD dr. __ __/__
PONEK/2023
HADRIANUS
SINAGA
KABUPATEN
SAMOSIR

Ditetapkan :

Direktur RSUD dr. Hadrianus Sinaga


Kabupaten Samosir

STANDAR
Tanggal Terbit :
PROSEDUR
OPERASIONAL __/I/2023

dr. Iwan Hartono Sihaloho

Penata Tk.I

NIP. 19750828 200912 1 006

PENGERTIAN Melakukan tindakan penghisapan lendir di jalan nafas

TUJUAN 1. Mengeluarkan secret/cairan pada jalan nafas


2. Melancarkan jalan nafas
KEBIJAKAN
PROSEDUR Persiapan Alat:
1. Suction
2. Selang suction sesuai kebutuhan
3. Cairan NaCl 0,9% di dalam kom
4. Sarung Tangan
5. Nierbeken
6. Bak instrumen berisi kasa
Persiapan Pasien:
Posisikan pasien dengan kepala ekstensi.
Pelaksanaan:

131
1. Cuci tangan

2. Pasang Sarung tangan

3. Posisikan kepala pasien dengan posisi ekstensi

4. Selang dipasang pada suction

5. Suction dihidupkan dengan memutar tombol ke


arah ON.

6. Hisap lendir pasien sampai bersih

7. Setelah selesai matikan suction putar tombol ke


arah off

8. mulut pasien dengan kasa

9. Buang selang ke tempat sampah infeksius.

10. Bereskan alat alat.

11. Buka sarung tangan dan buang ke tempat


sampah infeksius

12. Cuci tangan.

UNIT TERKAIT 1. Instalasi Rawat Jalan


2. Ruang Bersalin Dan Nifas
3. Instalasi Rawat Inap
4. Instalasi Gawat Darurat
5. OK

132
MENGUKUR TEKANAN DARAH

No. Dokumen :
No. Revisi : Halaman :
__/SPO-
RSUD dr. __ __/__
PONEK/2023
HADRIANUS
SINAGA
KABUPATEN
SAMOSIR

Ditetapkan :

Direktur RSUD dr. Hadrianus Sinaga


Kabupaten Samosir

STANDAR
Tanggal Terbit :
PROSEDUR
OPERASIONAL __/I/2023

dr. Iwan Hartono Sihaloho

Penata Tk.I

NIP. 19750828 200912 1 006

PENGERTIAN Suatu proses untuk mengetahui desakan darah


terhadap dinding pembuluh darah arteri sebagai akibat
dipompa dan dialirkannya darah kedalam pembuluh
darah.

TUJUAN  Mengetahui keadaan umum pasien


 Mengetahui / Mengikuti perkembangan penyakit
 Membantu menegakkan Diagnosa
KEBIJAKAN Mengukur Tekanan Darah dilakukan oleh Dokter,
perawat dan bidan.
PROSEDUR A. Persiapan
Persiapan Pasien
Pasien diberi penjelasan tentang hal-hal yang akan
dilakukuan, posisi pasien diatur sesuai kebutuhan.
Persiapan Alat

133
- Tensimeter

- Stetoscope
- Alat tulis.
B.Pelaksanaan :
- Memberitahu Pasien tentang tindakan yang
akan dilakukan
- Mencuci Tangan
- Menyinsingkan lengan baju pasien
- Memasang manset tidak terlalu erat atau
terlalu longgar
- Menghubungkan pipa tensimeter dengan pipa
- Menutup sekrup balon karet
- Mencuci Reservoir
- Letak tensimeter harus datar
- Meraba arteri brachialis dengan 3 jari tengah
- Meletakkan bagian diafragma stetoscope tepat
diatasnya
- Memompa balon sehingga udara masuk
kedalam manset sampai detak arteri tidak
terdengar lagi atau 30 mmHg diatas nilai
sistolik.
- Membuka sekrup balon perlahan – lahan
dengan kecepatan 2-3 mmHg perdetik sambil
melihat skala dan mendengarkan bunyi detik
pertama (Sistolik) dan detik terakhir (Diastole)
- Pada waktu melihat skala, mata setinggi skala
tersebut
- Bila hasilnya meragukan perlu diulang
kembali ( tunggu 30 detik )
- Menurunkan air raksa sampai dengan nol dan
mengunci reservoir
- Membuka pipa penghubung
- Melepaskan manset dan mengeluarkan udara
yang masih tertinggal di dalam manset
- Menggulung manset dan memasukkan ke
dalam tensimeter.

134
- Merapikan pasien
- Mengembalikan alat pada tempatnya
- Mencuci tangan
- Mencatat pada lembar catatan yang ada
- Membuat grafik / kurve pada lembaran status
pasien dengan tepat dan benar.

UNIT TERKAIT  IGD


 Ruang Bersalin Dan Nifas
 Rawat Jalan
 Rawat Inap

135
PENANGANAN PASIEN HEPATITIS B

No. Dokumen :
No. Revisi : Halaman :
RSUD dr. __/SPO-
__ __/__
HADRIANUS PONEK/2023
SINAGA
KABUPATEN
SAMOSIR
Ditetapkan :

Direktur RSUD dr. Hadrianus Sinaga Kabupaten


Samosir

STANDAR
Tanggal Terbit :
PROSEDUR
OPERASIONAL __/I/2023

dr. Iwan Hartono Sihaloho

Penata Tk.I

NIP. 19750828 200912 1 006

PENGERTIAN Pasien dengan hasil Laboratorium HBs AG Positif

TUJUAN Sebagai acuan dalam penerapan langkah langkah penanganan


terhadap Pasien Ruang Bersalin Dan Nifas dengan hasil
Laboratorium HBs AG Positif

KEBIJAKAN

PROSEDUR 1. Dokter informed consent hasil pemeriksaan termasuk


hasil laboratorium.
2. Pasien dirujuk jika keadaan memungkinkan untuk
dirujuk ke RS dengan fasilitas lebih lengkap.
3. Jika tidak memungkinkan pasien ditangani di ruang VK
dengan langkah yang aman:
 Cuci tangan dengan air mengalir.
 Siapkan alat dan APD hepatitis B
 Memakai APD set hepatitis B yang sudah di set dan

136
tersedia.
 Lakukan penanganan sesuai dengan langkah yang
sudah ditetapkan
 Bersihkan semua tempat tidur dan semua daerah yang
terkena cairan tubuh pasien dengan air bersih,
 Bersihkan kembali daerah yang terpapar cairan tubuh
pasien dan sekitarnya dengan desinfektan dan
kemudian dengan spilkit.
 Rendam alat hepatitis B dengan larutan klorin selama 1
x 24 jam.
 Buang semua APD yang sudah terpakai ke dalam tempat
sampah infeksius khusus untuk dimusnahkan.
 Cuci tangan.
UNIT TERKAIT Ruang Bersalin Dan Nifas

137
BAYI BARU LAHIR DENGAN IBU HBsAg POSITIF

No. Dokumen :
No. Revisi : Halaman :
RSUD dr. __/SPO-PONEK/
__ __/__
HADRIANUS 2023
SINAGA
KABUPATEN
SAMOSIR
Ditetapkan :

Direktur RSUD dr. Hadrianus Sinaga


Kabupaten Samosir

STANDAR
Tanggal Terbit :
PROSEDUR
OPERASIONAL __/I/2023

dr. Iwan Hartono Sihaloho

Penata Tk.I

NIP. 19750828 200912 1 006

PENGERTIAN Pasien yang di seleksi adalah Bayi Baru Lahir dengan


Ibu Hbs AG Positif
TUJUAN Sebagai acuan dalam penerapan langkah langkah
menangani Bayi Baru Lahir dengan Ibu Hbs AG Positif
KEBIJAKAN
PROSEDUR 1. Petugas menggunakan APD maksimal agar tidak
terpapar dengan cairan tubuh bayi
2. Bayi di tempatkan di atas tempat tidur dengan alas
maksimal
3. Bidan melakukan tindakan dasar untuk Bayi baru
lahir
4. Bidan melakukan anamnese dan pemeriksaan fisik
dan mengisi formulir yang sudah disediakan sesuai
kondisi pasien.
5. DPJP memberikan inform concern kepada orang tua
bayi tentang kondisi bayi

138
6. Semua Bayi dengan ibu hbs Ag Positif wajib di
berikan Imunisasi Hb o pada paha kanan dan Hb
Ig /Hyper heb 1x 12 jam pertama dip aha kiri
7. Semua tindakan di dokumentasikan
8. Bayi dengan ibu Hbs ag Positif di perbolehkan
menyusui pada ibu
9. Memberikan informasi kepada keluarga untuk
pemberian dan jadwal vaksin hb 0 berikutnya
UNIT TERKAIT Rawat Inap

Perinatologi

139
PENILAIAN FISIK BBL

No. Dokumen :
No. Revisi : Halaman :
RSUD dr. __/SPO-
__ __/__
HADRIANUS PONEK/2023
SINAGA
KABUPATEN
SAMOSIR
Ditetapkan :

Direktur RSUD dr. Hadrianus Sinaga


Kabupaten Samosir

STANDAR
Tanggal Terbit :
PROSEDUR
OPERASIONAL __/I/2023

dr. Iwan Hartono Sihaloho

Penata Tk.I

NIP. 19750828 200912 1 006

PENGERTIAN Tata laksana petugas melakukan pemeriksaan fisik


kepada BBL
TUJUAN 3. Agar terlaksana penilaian Fisik sesuai standard

KEBIJAKAN Dilakukan kepada pasien di ruang rawat inap yang


memerlukan konsultasi dokter spesialis.
PROSEDUR PENATALAKSANAAN :
SUHU
5. Semua BBL di ukur suhu pertama di rectum untuk
menyingkirkan kemungkinan imperforasi anus
6. Selanjutnya di ukur di axila. Suhu normal (36,5-
37,5)
7. Bila Bayi menggunakan inkubator pemeriksaan
dilakukan melalui lubang pada inkubator
DENYUT JANTUNG
8. Semua BBL di lakukan pemeriksaan Denyut

140
Jantung melakukan auskultasi. Dan menghitungnya
satu menit penuh
9. Untuk neonatus yang stabil denyut Jantung harus
di ukur dengan jadwal penanganan setiap jam
10. Untuk neonatus yang tidak stabil denyut
Jantung harus di ukur setiap jam
11. Denyut jantung normal adalah 120-160 kali per
menit
12. Takhicardia : denyut jantung >160 kali per
menit
13. Bradi kardia denyut jantung <100 kali per
menit
14. Saat mengukur denyut Jantung, Pastikan bayi
tidak sedang menangis atau bergerak dengan kuat
Penilaian mencakup: Prekordium (diam atau aktif),
Bunyi Jantung, Ritme/irama, Murmur, Pengisian
ulang Kapiler, Denyut tepi, femoral dan brakial
Frekuensi Nafas
15. Semua BBL di lakukan pemeriksaan Frekuensi
nafas. Dan menghitungnya satu menit penuh
16. Untuk neonatus yang stabil frekuensi nafas
harus di ukur dengan jadwal penanganan setiap 4
jam
17. Untuk neonatus yang tidak stabil frekuensi
nafas harus di ukur setiap jam
Frekuensi nafas normal 40 - 60 per menit Penilaian
Pernafasan mencakup: Warna kulit, Pernapasan,
Suara napas, Dinding dada, Apnea/Bradikardia,
Sekresi
Tekanan Darah
18. Pada saat masuk ruangan, di lakukan
pembacaan Tekanan Darah pada keempat
ekstremitas dengan menggunakan alat pengukur
Tekanan Darah
19. Untuk neonatus yang stabil Tekanan Darah
harus di ukur dengan jadwal tugas jaga
20. Untuk neonatus yang tidak stabil Tekanan

141
darah harus di ukur setiap 1-2 jam
21. Tekanan darah normal bervariasi sesuai usia
kehamilan dan usia pasca lahir
Penilaian Pernafasan mencakup: Warna kulit,
Pernapasan, Suara napas, Dinding dada,
Apnea/Bradikardia, Sekresi
UKURAN PERTUMBUHAN
22. Berat Badan harus diukur setiap hari
23. Panjang Badan harus diukur pada saat masuk
dan setiap minggu
24. Lingkar Kepala harus diukur pada saat masuk
dan setiap minggu
Penilaian Neurologis
25. Penilaian Neurologis harus di ukur setiap hari
Aktivitas, Tingkat kesadaran, Pergerakan, Tonus,
Pupil, Membuka mata, Menangis, fontanela, Sutura,
Kejang
Penilaian Gastro intestinal
26. Penilaian harus dilakukan setiap hari
Penilaian mencakup (Bising usus, Lingkar abdomen,
Emesis(residual), Dinding Perut, Palpasi
Penilaian Menyusui
Frekuensi, Posisi, Kelekatan
Penilaian Sistem lain
Gambaran luka dan Pembalutnya
Sistem genitourinaria
Out put kolostomi
UNIT TERKAIT  Ruang Rawat Inap
 Ruang Bersalin Dan Nifas

142
Transfusi darah

No. Dokumen :
No. Revisi : Halaman :
RSUD dr. __/SPO-
__ __/__
HADRIANUS PONEK/2023
SINAGA
KABUPATEN
SAMOSIR
Ditetapkan :

Direktur RSUD dr. Hadrianus Sinaga


Kabupaten Samosir

STANDAR
Tanggal Terbit :
PROSEDUR
OPERASIONAL __/I/2023

dr. Iwan Hartono Sihaloho

Penata Tk.I

NIP. 19750828 200912 1 006

PENGERTIAN

TUJUAN

KEBIJAKAN

PROSEDUR 1) Dapatkan sampel darah untuk dicocokkan denagn


darah pasien
2) Untuk produk sel darah merah dan putih: kirimkan
minimal 2 ml dalam tabung EDTA (tutup ungu)
untuk setiap permintaan uji kecocokan produk
3) Specimen hanya dapat digunakan selama 72 jam.
Jika darah di perlukan lagi setelah waktu tersebut,
perlu di ambil specimen baru
4) Pastikan bahwa nama dan nomor yang tercantum
pada label darah sesuai dengan nama dan nomor
pasien
5) Kateter iv paling kecil harus berukuran 23 gauge.
Kateter kecil dapat merusak sel darah merah.
6) Jangan melakukan transfuse produk darah apapun
melalui jalur arteri atau kateter arteri umbilicus

143
Prosedur
 Dokter harus menuliskan semua instruksi
transfuse
 Minta persetujuan dari orang tua setelah
menjelaskan alasan transfuse
 Dua perawat atau dokter harus memeriksa
darah bersama untuk mengetahui nama,
golongan dan Rh nomor Rekam medic, dan
tanggal kadaluarsa
 Jika volume darah yang akan ditransfusikan
cukup besar, maka darah tersebut harus
dihangatkan terlebih dahulu, jangan pernah
merendam kantung ke dalam air hangat atau
meletakkannya di bawah lampu panas
 Darah yang di alirkan harus melalui filter
darah dan diberikan dengan cara tetes
langsung atau melalui syiringe pump. Infusin
pump tidak boleh digunakan untuk transfuse
sel darah merah dalam keadaan apapun
 Menggunakan monitor jantung pada bayi
selama transfuse
 Tanda vital harus di catat menurut jadwal
berikut:
1) 15 menit sebelum transfuse
2) Sekali /jam selama transfuse
3) Satu jam setelah transfuse
4) Amati bayi jika ada reaksi transfuse
5) Kantung darah harus di kembalikan ke
laboratorium setelah ada reaksi
transfuse
6) Informasi transfuse harus di
dokumentasikan pada grafik bayi
setelah prosedur
7) Jangan menginfus nutrisi parenteral (mengandung
glukosa) bersamaan dengan transfuse pada jalur
yang sama. Jangan pernah menambahkan obat atau
cairan iv ke dalam kantung darah atau produk
darah
8) Bilas IV dengan Nacl 0,9% setelah transfuse darah
selesai

Unit Terkait RUANG BERSALIN DAN NIFAS

144
Audit kematian Maternal/Perinatal

No. Dokumen :
No. Revisi : Halaman :
RSUD dr. __/SPO-
__ __/__
HADRIANUS PONEK/2023
SINAGA
KABUPATEN
SAMOSIR
Ditetapkan :

Direktur RSUD dr. Hadrianus Sinaga


Kabupaten Samosir

STANDAR
Tanggal Terbit :
PROSEDUR
OPERASIONAL __/I/2023

dr. Iwan Hartono Sihaloho

Penata Tk.I

NIP. 19750828 200912 1 006

PENGERTIAN Pelaporan setiap adanya Kejadian Kematian Ibu dan


Neonatus

TUJUAN

KEBIJAKAN

PROSEDUR 1.Setiap Kematian ibu/Neonatus di buat pernyataan


oleh dokter DPJP

2.Kronologis kematian di buatkan secara singkat oleh


petugas Ruang Bersalin Dan Nifas

3.PJ AMP mengisi formulir AMP.RMP perantara dan


rekap dan mengirimkan Laporan AMP ke Dinas
Kesehatan Kabupaten

4.Team AMP RSU mengikuti pertemuan yang di adakan


oleh Dinas Kesehatan untuk membahas AMP ibu dan
Neonatus

UNIT TERKAIT Rawat Inap

145
RUANG BERSALIN DAN NIFAS

146
ASUHAN PERSALINAN NORMAL

No. Dokumen :
No. Revisi : Halaman :
RSUD dr. __/SPO-PONEK/
__ __/__
HADRIANUS 2023
SINAGA
KABUPATEN
SAMOSIR
Ditetapkan :

Direktur RSUD dr. Hadrianus Sinaga


Kabupaten Samosir

STANDAR
Tanggal Terbit :
PROSEDUR
OPERASIONAL __/I/2023

dr. Iwan Hartono Sihaloho

Penata Tk.I

NIP. 19750828 200912 1 006

PENGERTIAN Suatu proses pengeluaran hasil konsepsi ( janin dan uri)


yang dapat hidup di dunia luar dari Rahim maupun jalan
lahir
TUJUAN Menerangkan penerapan langkah-langkah Asuhan
Persalinan Normal

KEBIJAKAN

PROSEDUR I. MELIHAT TANDA DAN GEJALA KALA DUA


1. Mengamati tanda dan gejala persalinan kala dua.
 Ibu mempunyai keinginan untuk meneran.
 Ibu merasa tekanan yang semakin
meningkat pada rektum dan/atau
vaginanya.
 Perineum menonjol.
 Vulva-vagina dan sfingter anal membuka

II. MENYIAPKAN PERTOLONGAN PERSALINAN


2. Memastikan perlengkapan, bahan dan obat-
obatan esensial siap digunakan. Mematahkan

147
ampul oksitosin 10 unit dan menempatkan
tabung suntik steril sekali pakai di dalam
partus set.
3. Mengenakan baju penutup atau celemek plastik
yang bersih.
4. Melepaskan semua perhiasan yang dipakai di
bawah siku, mencuci kedua tangan dengan
sabun dan air bersih yang mengalir dan
mengeringkan tangan dengan handuk satu kali
pakai/pribadi yang bersih.
5. Memakai satu sarung dengan DTT atau steril
untuk semua pemeriksaan dalam.
6. Mengisap oksitosin 10 unit ke dalam tabung
suntik (dengan memakai sarung tangan disinfeksi
tingkat tinggi atau steril) dan meletakkan kembali
di partus set/wadah disinfeksi tingkat tinggi atau
steril tanpa mengkontaminasi tabung suntik).

III. MEMASTIKAN PEMBUKAAN LENGKAP


DENGAN JANIN BAIK
7. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya
dengan hati-hati dari depan ke belakang dengan
menggunakan kapas atau kasa yang sudah
dibasahi air disinfeksi tingkat tinggi. Jika mulut
vagina, perineum atau anus terkontaminasi oleh
kotoran ibu, membersihkannya dengan seksama
dengan cara menyeka dari depan ke belakang.
Membuang kapas atau kasa yang terkontaminasi
dalam wadah yang benar. Mengganti sarung
tangan jika terkontaminasi (meletakkan kedua
sarung tangan tersebut dengan benar di dalam
larutan dekontaminasi, langkah # 9).
8. Dengan menggunakan teknik aseptik, melakukan
pemeriksaan dalam untuk memastikan bahwa
pembukaan serviks sudah lengkap.• Bila selaput
ketuban belum pecah,sedangkan pembukaan
sudah lengkap, lakukan amniotomi.
9. Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara
mencelupkan tangan yang masih memakai
sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin
0,5% dan kemudian melepaskannya dalam
keadaan terbalik serta merendamnya di dalam
larutan klorin 0,5% selama 10 menit.Mencuci
kedua tangan (seperti di atas).
10. Memeriksa Denyut Jantung Janin (DJJ)
setelah kontraksi berakhir untuk memastikan
bahwa DJJ dalam batas normal (100 – 160
kali/menit).Mengambil tindakan yang sesuai jika

148
DJJ tidak normal dan mendokumentasikan hasil-
hasil pemeriksaan dalam, DJJ dan semua hasil-
hasil penilaian serta asuhan lainnya pada
partograf.

IV. MENYIAPKAN IBU & KELUARGA UNTUK


MEMBANTU PROSES PIMPINAN MENERAN.
11. Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap
dan keadaan janin baik. Membantu ibu berada
dalam posisi yang nyaman sesuai
keinginannya.Menunggu hingga ibu mempunyai
keinginan untuk meneran. Melanjutkan
pemantauan kesehatan dan kenyamanan ibu
serta janin sesuai dengan pedoman persalinan
aktif dan mendokumentasikan temuan-
temuan.Menjelaskan kepada anggota keluarga
bagaimana mereka dapat mendukung dan
memberi semangat kepada ibu saat ibu mulai
meneran.
12. Meminta bantuan keluarga untuk
menyiapkan posisi ibu utuk meneran. (Pada saat
ada his,bantu ibu dalam posisi setengah duduk
dan pastikan ia merasa nyaman).
13. Melakukan pimpinan meneran saat Ibu
mempunyai dorongan yang kuat untuk meneran :
o Membimbing ibu untuk meneran saat ibu
mempunyai keinganan untuk meneran
o Mendukung dan memberi semangat atas
usaha ibu untuk meneran.
o Membantu ibu mengambil posisi yang
nyaman sesuai pilihannya (tidak meminta
ibu berbaring terlentang).
o Menganjurkan ibu untuk beristirahat di
antara kontraksi.
o Menganjurkan keluarga untuk mendukung
dan memberi semangat pada ibu.
o Menganjurkan asupan cairan per oral.
o Menilai DJJ setiap lima menit.
o Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi
belum akan terjadi segera dalam waktu 120
menit (2 jam) meneran untuk ibu primipara
atau 60/menit (1 jam) untuk ibu
multipara,merujuk segera.
o Jika ibu tidak mempunyai keinginan untuk
meneran,menganjurkan ibu untuk berjalan,
berjongkok atau mengambil posisi yang
aman. Jika ibu belum ingin meneran dalam
60 menit, menganjurkan ibu untuk mulai

149
meneran pada puncak kontraksi-kontraksi
tersebut dan beristirahat di antara kontraksi.
o Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi
belum akan terjadi segera setelah 60 menit
meneran, merujuk ibu dengan segera.

V. PERSIAPAN PERTOLONGAN KELAHIRAN BAYI.

14. Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan


diameter 5-6 cm, meletakkan handuk bersih di
atas perut ibu untuk mengeringkan bayi.
15. Meletakkan kain yang bersih dilipat 1/3 bagian,
di bawah bokong ibu.
16. Membuka partus set.
17. Memakai sarung tangan DTT atau steril pada
kedua tangan.

VI. MENOLONG KELAHIRAN BAYI

19. Saat kepala bayi membuka vulva dengan


diameter 5-6 cm, lindungi perineum dengan satu
tangan yang dilapisi kain tadi, letakkan tangan
yang lain di kelapa bayi dan lakukan tekanan yang
lembut dan tidak menghambat pada kepala bayi,
membiarkan kepala keluar perlahan-lahan.
Menganjurkan ibu untuk meneran perlahan-lahan
atau bernapas cepat saat kepala lahir. Jika ada
mekonium dalam cairan ketuban, segera hisap
mulut dan hidung setelah kepala lahir
menggunakan penghisap lendir DeLee disinfeksi
tingkat tinggi atau steril atau bola karet penghisap
yang baru dan bersih.
20. Dengan lembut menyeka muka, mulut dan
hidung bayi dengan kain atau kasa yang bersih.
21. Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil
tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi, dan
kemudian meneruskan segera proses kelahiran
bayi :Jika tali pusat melilit leher janin dengan
longgar, lepaskan lewat bagian atas kepala bayi.
Jika tali pusat melilit leher bayi dengan erat,
mengklemnya di dua tempat dan memotongnya.
22. Menunggu hingga kepala bayi melakukan
putaran paksi luar secara spontan.
23. Setelah kepala melakukan putaran paksi
luar, tempatkan kedua tangan di masing-masing
sisi muka bayi. Menganjurkan ibu untuk meneran
saat kontraksi berikutnya. Dengan lembut
menariknya ke arah bawah dan kearah keluar
hingga bahu anterior muncul di bawah arkus

150
pubis dan kemudian dengan lembut menarik ke
arah atas dan ke arah luar untuk melahirkan bahu
posterior. Lahir badan dan tungkai.
24. Setelah kedua bahu dilahirkan,
menelusurkan tangan mulai kepala bayi yang
berada di bagian bawah ke arah perineum tangan,
membiarkan bahu dan lengan posterior lahir ke
tangan tersebut. Mengendalikan kelahiran siku
dan tangan bayi saat melewati perineum,gunakan
lengan bagian bawah untuk menyangga tubuh bayi
saat dilahirkan. Menggunakan tangan anterior
(bagian atas) untuk mengendalikan siku dan
tangan anterior bayi saat keduanya lahir.
25. Setelah tubuh dari lengan lahir,
menelusurkan tangan yang ada di atas (anterior)
dari punggung ke arah kaki bayi untuk
menyangganya saat panggung dari kaki lahir.
Memegang kedua mata kaki bayi dengan hati-hati
membantu kelahiran kaki.

VII. PENANGANAN BAYI BARU LAHIR


26. Menilai bayi dengan cepat, kemudian
meletakkan bayi di atas perut ibu dengan posisi
kepala bayi sedikit lebih rendah dari tubuhnya
(bila tali pusat terlalu pendek, meletakkan bayi di
tempat yang memungkinkan).
27. Segera mengeringkan bayi, membungkus
kepala dan badan bayi kecuali bagian pusat.
28. Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-
kira 3 cm dari pusat bayi. Melakukan urutan pada
tali pusat mulai dari klem ke arah ibu dan
memasang klem kedua 2 cm dari klem pertama (ke
arah ibu).
29. Memegang tali pusat dengan satu tangan,
melindungi bayi dari gunting dan memotong tali
pusat di antara dua klem tersebut.
30. Mengganti handuk yang basah dan
menyelimuti bayi dengan kain atau selimut yang
bersih dan kering, menutupi bagian kepala,
membiarkan tali pusat terbuka.Jika bayi
mengalami kesulitan bernapas, mengambil
tindakan yang sesuai. 30. Memberikan bayi kepada
ibunya dan menganjurkan ibu untuk memeluk
bayinya dan memulai pemberian ASI jika ibu
menghendakinya.

VIII. PENANGANAN BAYI BARU LAHIR


31. Meletakkan kain yang bersih dan kering.

151
Melakukan palpasi abdomen untuk menghilangkan
kemungkinan adanya bayi kedua.
32. Memberi tahu kepada ibu bahwa ia akan
disuntik.
33. Dalam waktu 2 menit setelah kelahiran bayi,
memberikan suntikan oksitosin 10 unit IM di 1/3
paha kanan atas ibu bagian luar, setelah
mengaspirasinya terlebih dahulu.Penegangan tali
pusat terkendali
34. Memindahkan klem pada tali pusat
35. Meletakkan satu tangan diatas kain yang
ada di perut ibu, tepat di atas tulang pubis, dan
menggunakan tangan ini untuk melakukan palpasi
kontraksi dan menstabilkan uterus.Memegang tali
pusat dan klem dengan tangan yang lain.
36. Menunggu uterus berkontraksi dan
kemudian melakukan penegangan ke arah bawah
pada tali pusat dengan lembut. Lakukan tekanan
yang berlawanan arah pada bagian bawah uterus
dengan cara menekan uterus ke arah atas dan
belakang (dorso kranial) dengan hati-hati untuk
membantu mencegah terjadinya inversio uteri. Jika
plasenta tidak lahir setelah 30 – 40 detik,
menghentikan penegangan tali pusat dan
menunggu hingga kontraksi berikut mulai.Jika
uterus tidak berkontraksi, meminta ibu atau
seorang anggota keluarga untuk melakukan
rangsangan puting susu.Mengeluarkan plasenta.
37. Setelah plasenta terlepas, meminta ibu
untuk meneran sambil menarik tali pusat ke arah
bawah dan kemudian ke arah atas, mengikuti
kurve jalan lahir sambil meneruskan tekanan
berlawanan arah pada uterus. Jika tali pusat
bertambah panjang, pindahkan klem hingga
berjarak sekitar 5 – 10 cm dari vulva. Jika plasenta
tidak lepas setelah melakukan penegangan tali
pusat selama 15 menit :
 Mengulangi pemberian oksitosin 10 unit IM.
 Menilai kandung kemih dan
mengkateterisasi kandung kemih dengan
menggunakan teknik aseptik jika perlu.
 Meminta keluarga untuk menyiapkan
rujukan.
 Mengulangi penegangan tali pusat selama 15
menit berikutnya.
 Merujuk ibu jika plasenta tidak lahir dalam
waktu 30 menit sejak kelahiran bayi.

38. Jika plasenta terlihat di introitus vagina,

152
melanjutkan kelahiran plasenta dengan menggunakan
kedua tangan. Memegang plasenta dengan dua tangan
dan dengan hatihati memutar plasenta hingga selaput
ketuban terpilin. Dengan lembut perlahan melahirkan
selaput ketuban tersebut.Jika selaput ketuban robek,
memakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau
steril dan memeriksa vagina dan serviks ibu dengan
seksama. Menggunakan jari-jari tangan atau klem atau
forseps disinfeksi tingkat tinggi atau steril untuk
melepaskan bagian selaput yang tertinggal.

39. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir,


melakukan masase uterus, meletakkan telapak tangan di
fundus dan melakukan masase dengan gerakan
melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi
(fundus menjadi keras).

VIII. MENILAI PERDARAHAN

40. Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel


ke ibu maupun janin dan selaput ketuban untuk
memastikan bahwa selaput ketuban lengkap dan utuh.
Meletakkan plasenta di dalam kantung plastik atau
tempat khusus. Jika uterus tidak berkontraksi setelah
melakukan masase selam 15 detik mengambil tindakan
yang sesuai. .

41. Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan


perineum dan segera menjahit laserasi yang mengalami
perdarahan aktif.

IX. MELAKUKAN PROSEDUR PASCA PERSALINAN

42. Menilai ulang uterus dan memastikannya


berkontraksi dengan baik.Mengevaluasi perdarahan
persalinan vagina.

43. Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung


tangan ke dalam larutan klorin 0,5 %,membilas kedua
tangan yang masih bersarung tangan tersebut dengan air
disinfeksi tingkat tinggi dan mengeringkannya dengan
kain yang bersih dan kering.

44. Menempatkan klem tali pusat disinfeksi tingkat tinggi


atau steril atau mengikatkan tali disinfeksi tingkat tinggi
dengan simpul mati sekeliling tali pusat sekitar 1 cm dari
pusat.

45. Mengikat satu lagi simpul mati dibagian pusat yang


berseberangan dengan simpul mati yang pertama.

153
46. Melepaskan klem bedah dan meletakkannya ke
dalam larutan klorin 0,5 %.

47. Menyelimuti kembali bayi dan menutupi bagian


kepalanya. Memastikan handuk atau kainnya bersih
atau kering.

48. Menganjurkan ibu untuk memulai pemberian ASI.

EVALUASI

49. Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan


perdarahan pervaginam :

• 2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca


persalinan.
• Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pasca
persalinan.
• Setiap 20-30 menit pada jam kedua pasca
persalinan.

Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik,


melaksanakan perawatan yang sesuai untuk
menatalaksana atonia uteri.Jika ditemukan laserasi yang
memerlukan penjahitan, lakukan penjahitan dengan
anestesia lokal dan menggunakan teknik yang sesuai.

50. Mengajarkan pada ibu/keluarga bagaimana


melakukan masase uterus dan memeriksa kontraksi
uterus.

51. Mengevaluasi kehilangan darah.

52. Memeriksa tekanan darah, nadi dan keadaan


kandung kemih setiap 15 menit selama satu jam
pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama
jam kedua pasca persalinan.Memeriksa temperatur
tubuh ibu sekali setiap jam selama dua jam pertama
pasca persalinan.

53. Menempatkan semua peralatan di dalam larutan


klorin 0,5% untuk dekontaminasi (10menit). Mencuci
dan membilas peralatan setelah dekontaminasi

54. Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke


dalam tempat sampah yang sesuai.

55. Membersihkan ibu dengan menggunakan air


disinfeksi tingkat tinggi. Membersihkan cairan ketuban,
lendir dan darah. Membantu ibu memakai pakaian yang
bersih dan kering.

56. Memastikan bahwa ibu nyaman. Membantu ibu

154
memberikan ASI. Menganjurkan keluarga untuk
memberikan ibu minuman dan makanan yang
diinginkan.

57. Mendekontaminasi daerah yang digunakan untuk


melahirkan dengan larutan klorin 0,5% dan membilas
dengan air bersih.

58. Mencelupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan


klorin 0,5%, membalikkan bagian dalam ke luar dan
merendamnya dalam larutan klorin 0,5% selama 10
menit.

59. Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air


mengalir.

60. Melengkapi partograf (halaman depan dan belakang

Unit Terkait RUANG BERSALIN DAN NIFAS

155
PENYULUHAN GIZI IBU MENYUSUI

No. Dokumen :
No. Revisi : Halaman :
RSUD dr. __/SPO-PONEK/
__ __/__
HADRIANUS 2023
SINAGA
KABUPATEN
SAMOSIR
Ditetapkan :

Direktur RSUD dr. Hadrianus Sinaga


Kabupaten Samosir

STANDAR
Tanggal Terbit :
PROSEDUR
OPERASIONAL __/I/2023

dr. Iwan Hartono Sihaloho

Penata Tk.I

NIP. 19750828 200912 1 006

PENGERTIAN Gizi ibu menyusui adalah zat makanan pokok yang diperlukan oleh
ibu selama menyusui.
TUJUAN Setelah diberikan penyuluhan, keluarga klien  dapat mengerti dan
memahami serta dapat mengidentifikasi kebutuhan gizi pada ibu
menyusui.

KEBIJAKAN

PROSEDUR 13.     Kegiatan Penyuluhan


Tahap K e g i a t an
Waktu
kegiatan Penyuluh Sasaran
5 menit Pembuka  Membuka acara  Menjawab
an dengan salam
mengucapkan
salam kepada
sasaran  Mendengarka
 Menyampaikan n penyuluh
topik dan tujuan menyampaika

156
penkes kepada n topik dan
sasaran tujuan.
 Kontrak waktu  Menyetujui
untuk kesepakatan
kesepakatan waktu
pelaksanaan pelaksanaan
penkes dengan penkes
sasaran
 Mengkaji ulang  Menyampaika
pengetahuan n
sasaran tentang pengetahuan
materi nya tentang
penyuluhan. materi
10 Kegiatan
 Menjelaskan penyuluhan
menit inti
materi penyuluhan  2. Mendengar
kepada sasaran kan penyuluh
dengan menyampaika
menggunakan  n materi
leaflet
 Memberikan  Menjawab
pertanyaan kepada pertanyaan
sasaran tentang
materi yang sudah
disampaikan  Mendengarka
penyuluh n
 Menyimpulkan
Evaluasi/ materi penyuluhan
5 menit
penutup yang telah  Mendengarka
disampaikan n penyuluh
kepada sasaran menutup
 Menutup acara acara dan
dan mengucapkan menjawab
salam serta terima salam
kasih kepada
sasaran.
UNIT TERKAIT Rawat Inap

Rawat Jalan

Ruang Bersalin Dan Nifas

157
MANAJEMEN LAKTASI

No. Dokumen :
No. Revisi : Halaman :
RSUD dr. __/SPO-PONEK/
__ __/__
HADRIANUS 2023
SINAGA
KABUPATEN
SAMOSIR
Ditetapkan :

Direktur RSUD dr. Hadrianus Sinaga


Kabupaten Samosir

STANDAR
Tanggal Terbit :
PROSEDUR
OPERASIONAL __/I/2023

dr. Iwan Hartono Sihaloho

Penata Tk.I

NIP. 19750828 200912 1 006

PENGERTIAN Manjemen laktasi adalah memberi minum ASI pada bayi


dengan posisi dan cara yang benar.
TUJUAN Ibu bayi dan keluarga dapat memahami dan
melaksanakan manajemen laktasi

KEBIJAKAN

PROSEDUR Langkah -Langkah Pelaksanaan Laktasi Dengan Posisi


Duduk
 Mencuci tangan
 Atur posisi ibu dengan duduk tegak tapi santai
 Bersihkan putting susu dan daerah sekitar areola
mamae dengan kapas bersih
 Gunakan bantal atau selimut untuk menopang
bayi
 Tidurkan bayi diatas pangkuan ibu kemudian
sangga kepala dengan lengan ibu dan satu  tangan
bayi dibelakang ibu dan lengan yang lainnya

158
didepan
 Hadapkan muka bayi ke payudara ibu dan sentuh
pipi atau sudut mulut bayi dengan puting
payudara
 Waktu bayi membuka mulut segera masukan ke
putting susu sampai semua areola masuk kedalam
mulut
 Perhatikan bahwa telinga dan lengan bayi berada
dalam satu garis lurus, untuk memastikan posisi
menyusui sudah benar
 Sangga payudara dengan empat jari tangan dan
ibu jari pada bagian atas payudara
 Awasi agar payudara ibu tidak menutupi hidung
bayi
 Susukan kedua payudara secara bergantian
selama 10-15 menit pada setiap payudara
 Setelah selesai tepuk punggung bayi secara
perlahan agar bayi bersendawa
 Putting susu dibersihkan dengan kapas basah
 Cuci tangan setelah selesai menyusui

Dengan posisi berbaring


 Mencuci tangan
 Bersihkan putting susu dan daerah areola dengan
kapas basah
 Atur posisi ibu berbaring miring ke kiri atau ke
kanan
 Baringkan bayi disisi ibu dengan posisi kepala
sedikit lebih tinggi dari badan
 Ibu berbaring miring pada mamae yang akan
ditetekan dan punggung ibu bisa diganjal dengan
bantal
 Lengan pada sisi mamae yang akan ditetekan
diusahakan dapat menopang tubuh bayi mulai dari
leher, punggung dan pantatnya. Jadi kedudukan
bayi ikut berbaring sambil ditopang lengan ibunya
 Kedudukan tinggi rendahnya mulut bayi dapat
diatur sesuai dengan papila mamae
 Tangan ibu yang ikut bebas ikut membantu
memasukan putting susu ke mulut bayi sambil
telapak tangan menahan payudara agar tidak
menutupi hidung bayi. Sedang jari telunjuk dan
jari tengah membantu pengeluran ASI dengan cara
menjepit- jepit payudara

159
 Susukan bayi dengan cara seperti posisi duduk
 Pindahkan bayi ke payudara yang lain setelah
menyusui 10-15 menit
 Setelah selesai putting susu dibersihkan dengan
kapas basah
 Cuci tangan setelah selesai menyusui

UNIT TERKAIT Rawat Inap

Ruang Bersalin Dan Nifas

160
MEMERAH ASI

No. Dokumen :
No. Revisi : Halaman :
RSUD dr. __/SPO-PONEK/
__ __/__
HADRIANUS 2023
SINAGA
KABUPATEN
SAMOSIR
Ditetapkan :

Direktur RSUD dr. Hadrianus Sinaga


Kabupaten Samosir

STANDAR
Tanggal Terbit :
PROSEDUR
OPERASIONAL __/I/2023

dr. Iwan Hartono Sihaloho

Penata Tk.I

NIP. 19750828 200912 1 006

PENGERTIAN Metode ini dilakukan ketika ibu tidak bisa memberikan


ASI secara langsung misalnya disaat bayi masih dirawat
di ruang perinatologi sementara ibu sudah pulang,atau
ingin membuat stok ASI. Jadi bayi tetap bisa menerima
ASI dan sehat

TUJUAN Untuk mensuplai kebutuhan asupan bayi saat bayi lahir


prematur, sakit, atau harus dirawat di rumah sakit
sehingga tidak bisa menyusu langsung atau belum bisa
menyusu langsung dengan efektif.

KEBIJAKAN

PROSEDUR 1. Metode untuk Memerah ASI


Metode untuk memerah ASI memang terdiri dari
beberapa cara. Semua ibu bisa menentukan atau
memilih jenis metode memerah ASI yang akan
digunakan. Semua cara tentu memiliki kelebihan dan
kekurangan. Jadi ibu bisa mempertimbangkan beberapa
metode untuk memerah ASI seperti dibawah ini:
Cara Memerah ASI dengan Tangan
 Bersihkan tangan Anda sebelum memerah ASI
dengan tangan. Tangan yang bersih akan

161
mengurangi kontaminasi bakteri atau kuman ke
ASI secara langsung. Anda juga bisa melakukan
kebiasaan ini sebagai cara mencegah diare pada
bayi.
 Siapkan beberapa perlengkapan sebelum memerah
ASI seperti botol ASI dan penampung khusus
untuk ASI.
 Usap lembut bagian payudara dengan gerakan
melingkar dari bagian atas,bawah dan samping
dengan pusat pada bagian puting.
 Jangan menekan berlebihan pada payudara karena
bisa menyebabkan rasa sakit.
 Tempatkan empat jari pada bagian bawah
payudara, dan ibu jari dibagian atas payudara.
 Temukan kelenjar susu dengan sentuhan yang
lembut lalu mulai menekan pelan dari atas ke
bawah dan bawah ke atas. Jika digambarkan maka
gerakan jari Anda akan membentuk huruf C.
 Ketika Anda sudah menemukan kelenjar susu,
maka Anda bisa menemukan susu akan keluar
dari bagian puting.
 Gunakan dua sisi payudara untuk memerah ASI
dengan tangan secara bergantian.
 Ketika ASI sudah akan berhenti keluar, maka
jangan memasak untuk memerah. Segera berhenti
dan usap lembut semua bagian payudara Anda.

Cara Memerah ASI dengan Pompa


 Cara memompa ASI, baik itu pompa manual atau
pompa elektrik pada dasarnya sama seperti
memerah ASI dengan tangan. Hanya saja metode
ini dilakukan dengan alat sehingga lebih praktis.
 Cuci bersih semua perangkat untuk memerah ASI,
baik itu corong untuk menampung ASI dari puting,
pompa untuk menekan gerakan ke payudara dan
botol ASI. Jika perlu cuci bersih dengan air hangat
agar bakteri atau kuman mati. Kemudian
keringkan dan siap digunakan untuk
memompa. Cara memperbanyak ASI bisa Anda
lakukan pada tahap awal ini.
 Usap semua bagian payudara dengan
menggunakan handuk hangat yang bersih. Cara
ini menghindari kontaminasi bakteri atau kuman
dari bagian kulit payudara ke ASI.
 Tempatkan corong pompa ASI pada bagian areola
sehingga bentuknya pas dengan payudara.
 Jika Anda menggunakan pompa manual maka
gerakan tangan untuk menarik dan melepaskan
tuas pompa. Sementara tangan yang lain
memegang botol ASI.
 Jika Anda menggunakan pompa elektrik maka
caranya hampir sama seperti dengan pompa
manual. Tempatkan corong pada bagian areola
payudara lalu setelah siap, hidupan panel
penggerak.
 Kemudian ASI akan mengalir ke botol ASI lewat

162
selang penampungan.
UNIT TERKAIT Rawat Inap

Rawat Jalan

Ruang Bersalin Dan Nifas

163
PERAWATAN LUKA PERINEUM

No. Dokumen :
No. Revisi : Halaman :
RSUD dr. __/SPO-PONEK/
__ __/__
HADRIANUS 2023
SINAGA
KABUPATEN
SAMOSIR
Ditetapkan :

Direktur RSUD dr. Hadrianus Sinaga


Kabupaten Samosir

STANDAR
Tanggal Terbit :
PROSEDUR
OPERASIONAL __/I/2023

dr. Iwan Hartono Sihaloho

Penata Tk.I

NIP. 19750828 200912 1 006

PENGERTIAN Perawatan luka perineum adalah suatu tindakan


keperawatan yang dilakukan pada pasien post partum
dengan luka perineum baik luka episiotomi maupun luka
ruptur.
TUJUAN  Menjaga agar luka perineum tetap bersih, tidak
infeksi dan cepat sembuh
 Agar pasien mampu melakukan perawatan luka
perineum dengan baik dan benar

KEBIJAKAN

PROSEDUR 1. Jelaskan kepada pasien dan keluarga tentang


tindakan yang akan dilakukan
2. Melakukan verifikasi ulang dengan cara meminta
pasien menyebutkan nama dan tanggal lahir
kemudian cocokkan dengan gelang identitas
3. Siapkan dan dekatkan peralatan yang dibutuhkan

164
sebagai berikut :
 Kasa steril
 Sarung tangan steril
 Pembalut wanita
 Nierbekken
4. Siapkan lingkungan yang nyaman atau jaga privasi
pasien
5. Atur tidur pasien dengan posisi pasien dengan posisi
telentang, kemudian lepaskan gurita serta bagian
bawah pasien.
6. Selanjutnya bantu pasien atau anjurkan untuk
menekuk kedua lutut atau dorsal recumbent
7. Bidan atau perawat cuci tangan dan memakai sarung
tangan
8. Lakukan perawatan luka perineum sebagai berikut :
 Perhatikan sekitar luka perineum ada tanda-tanda
infeksi atau tidak
 Jika tidak infeksi, luka ditutup kembali dan
dipasang pembalut wanita
 Jika infeksi diberikan antibiotika
9. Rapikan pasien dengan memakai kembali gurita serta
pakaian bawah pasien
10. Rapikan alat ke tempat semula dan bidan atau
perawat cuci tangan
11. Lakukan dokumentasi dalam catatan perawat

UNIT TERKAIT Rawat Inap

Ruang Bersalin Dan Nifas

165
SENAM NIFAS

No. Dokumen :
No. Revisi : Halaman :
RSUD dr. __/SPO-PONEK/
__ __/__
HADRIANUS 2023
SINAGA
KABUPATEN
SAMOSIR
Ditetapkan :

Direktur RSUD dr. Hadrianus Sinaga


Kabupaten Samosir

STANDAR
Tanggal Terbit :
PROSEDUR
OPERASIONAL __/I/2023

dr. Iwan Hartono Sihaloho

Penata Tk.I

NIP. 19750828 200912 1 006

PENGERTIAN Senam nifas adalah senam yang dilakukan pada ibu


setelah melahirkan dari hari ke-1 s.d hari ke 9 dengan
gerakan yang berbeda

TUJUAN 1. Melancarkan peredaran darah


2. Memperbaiki sikap tubuh
3. Memperbaiki kekuatan otot panggul
4. Memperbaiki kelenturan otot perut
5. Memperbaiki kelenturan otot kaki

KEBIJAKAN

PROSEDUR Latihan perut ringan


 Bisa melakukannya sambil berbaring, duduk,
posisi seperti ingin merangkak atau berdiri.
 Untuk melakukannya, jaga agar punggung bagian
bawah tetap rata.
 Kemudian embuskan napas dan tarik pusar ke
arah tulang belakang (ke dalam).
 Pada saat melakukan hal tersebut, posisi

166
punggung bawah tidak bergerak.
 Tahan posisi ini selama 10 detik sambil bernapas
secara perlahan-lahan. Kemudian mengembalikan
pusar ke posisi normal.Gerakan ini dilakukan 10 x
setiap set.
Latihan otot perut bagian bawah.
 Pasien tidur telentang dengan lutut ditekuk dan
kedua kaki menempel di lantai.
 Kemudian, kencangkan otot-otot perut. Lalu secara
perlahan-lahan luruskan kaki, tanpa membuat
punggung melengkung.
 Lakukan 10 kali tiap set-nya.

Senam Nifas dilakukan di tempat tidur pasien jika


nifas hari ke 1-2 dan jika sudah hari ke 3 dan
seterusnya,senam nifas dilakukan di ruang senam
nifas.
UNIT TERKAIT Rawat Inap

Ruang Bersalin Dan Nifas

167
PENGGUNAAN CTG

No. Dokumen :
RSUD dr. No. Revisi : Halaman :
__/SPO-PONEK/
HADRIANUS __ __/__
2023
SINAGA
KABUPATEN
SAMOSIR
Ditetapkan :
Direktur RSUD dr. Hadrianus Sinaga
Kabupaten Samosir
STANDAR
PROSEDUR Tanggal Terbit :
__/I/2023
OPERASIONAL
dr. Iwan Hartono Sihaloho
Penata Tk.I
NIP. 19750828 200912 1 006
PENGERTIAN Merupakan langkah kerja atau tata cara metoda elektronik
untuk memantau kesejahteraan janin dalam kehamilan dan
atau dalam persalinan.
TUJUAN Untuk memantau kesejahteraan janin dalam kehamilan dan atau
dalam persalinan terutama untuk kehamilan dengan resiko tinggi.

KEBIJAKAN Peraturan Direktur Tentang Kebijakan Penggunaan CTG di


RSUD Dr. Hadrianus Sinaga Pangururan Kabupaten Samosir.
PROSEDUR  Cuci tangan.
 Kosongkan kandung kemih pasien
 Periksa kesadaran dan tanda vital ibu.
 Ibu posisikan dengan tidur terlentang.
 Lakukan pemeriksaan leopold.
 Hitung DJJ selama satu menit ,bila ada his,dihitung
sebelum dan segera setelah kontraksi berakhir.
 Pasang transduser untuk tokometri di daerah fundus dan
DJJ di daerah punktum maksimum.
 Beritahu ibu bila janin terasa bergerak ,pencet bel yang
telah disediakan dan hitung berapa gerakan bayi yang
dirasakan oleh ibu selama perekaman CTG.
 Lakukan pencetakan hasil perekaman CTG.
 Matikan CTG dan bersihkan.
 Cuci tangan.

168
PENGGUNAAN CTG

No. Dokumen :
No. Revisi : Halaman :
__/SPO-PONEK/
__ __/__
2023
Unit Terkait RUANG BERSALIN DAN NIFAS

169
PENGGUNAAN INFUS PUMP

RSUD dr. No. Dokumen :


No. Revisi : Halaman :
HADRIANUS __/SPO-PONEK/
__ __/__
SINAGA 2023
KABUPATEN
SAMOSIR

Ditetapkan :
Direktur RSUD dr. Hadrianus Sinaga
Kabupaten Samosir

STANDAR
Tanggal Terbit :
PROSEDUR
__/I/2023
OPERASIONAL
dr. Iwan Hartono Sihaloho
Penata Tk.I
NIP. 19750828 200912 1 006

PENGERTIAN Suatu proses suatu alat untuk mengatur jumlah cairan /obat
yang dimasukkan ke dalam sirkulasi darah pasien secara
langsung melalui vena.

TUJUAN 1.Untuk menjaga pemberian cairan parenteral sesuai


kebutuhan.
2.Mencegah kelebihan volume cairan yang diberikan

KEBIJAKAN Dilakukan pada pasien yang memerlukan pemantauan dan


pengukuransecara khusus cairan yang masuk melalui
intravena/parentera
PROSEDUR PERSIAPAN
1. Infuse pump dan tiang penyangga
2. Cairan infus
3. Infus set sesuai dengan kebutuhan alat infuse pump
PROSEDUR KERJA
1. Bawa alat-alat ke dekat pasien.
2. Cuci tangan
3. Siapkan cairan infus dan infuse set dan
gantungkan di tiang pengangga infuse pump
4. Pasangkan bagian selang pada infus set pada infuse
pump, pastikantidak ada udara pada selang

170
PENGGUNAAN INFUS PUMP

No. Dokumen :
No. Revisi : Halaman :
__/SPO-PONEK/
__ __/__
RSUD dr. 2023
HADRIANUS
SINAGA 5. Pasang drip sensor (jika ada) sesuai jenis infus pump
pada tempat tetesan infus set
6. Nyalakan infuse pump
7. Atur infus set pada infuse pump sesuai infuse set yang
digunakan danjenis infus pump yang digunakan
8. Atur jumlah cairan yang akan diberikan pada pasien
tiap jam dantotal caiaran keseluruhan yang akan
dimasukan
9. Tekan start untuk memulai pemberian cairan
10. Cuci tangan
11. Jika ada hal yang kurang tepat, alat akan
memberikan peringatandengan suara dan lampu
yang menyala merah pada tulisan air,occlusion,
flow err, empty, door, completion
12. Evaluasi respon klien terhadap pemberian cairan
UNIT TERKAIT 1. Instalasi Perinatologi RUANG BERSALIN DAN NIFAS
2. Instalasi Rawat Inap
3. ICU

171
PENGGUNAAN SYRINGE PUMP

RSUD dr. No. Dokumen :


No. Revisi : Halaman :
HADRIANUS __/SPO-PONEK/
__ __/__
SINAGA 2023
KABUPATEN
SAMOSIR

Ditetapkan :
Direktur RSUD dr. Hadrianus
Sinaga Kabupaten Samosir

STANDAR
Tanggal Terbit :
PROSEDUR
__/I/2023
OPERASIONAL
dr. Iwan Hartono Sihaloho
Penata Tk.I
NIP. 19750828 200912 1 006

PENGERTIAN Syringe pump adalah suatu alat yang digunakan untuk


mengatur pemberian medikasi intravena kepada pasien.
TUJUAN 1.Menjaga pemberian medikasi intravena sesuai kebutuhan
pasien.
2. Memberikan medikasi dengan dosis kecil dan waktu yang lama.

KEBIJAKAN Peraturan Direktur Tentang Kebijakan Penggunaan syringe


pump di RSUD Dr. Hadrianus Sinaga Pangururan
Kabupaten Samosir.
PROSEDUR Persiapan alat:
1. Syringe Pumpdan standar infus
2. Spuit 10 cc/20cc/50 cc sesuai kebutuhan pasien
3. Selang penghubung spuit dengan medicut(IV extension)

Prosedur Kerja:
1. Petugas mencuci tangan
2. Bawa semua alat ke dekat pasien
3. Pasang spuit ke syringe pump dan kunci
4. Sambungkan selang penghubung spuit ke akses intravena
pasien
5. Tekan tombol ON/OFF
6. Atur dosis dengan tekan “rate/D.Limit/ml(SELECT)”
sehingga muncul RATE pada layar, putar dial setting

172
PENGGUNAAN SYRINGE PUMP

No. Dokumen :
No. Revisi : Halaman :
__/SPO-PONEK/
__ __/__
2023
sebelah samping(rate dalam satuan ml/H=cc/jam)
7. Tekan start (jika sudah operasional maka lampu
indikator hijau)

Unit Terkait - Rawat Inap


- Perinatologi
- ICU
- IGD

173
PEMINDAHAN PASIEN SC ELEKTIF KE RUANGAN
LAIN

No. Dokumen :
RSUD dr. No. Revisi : Halaman :
HADRIANUS __/SPO-PONEK/
SINAGA __ __/__
2023
KABUPATEN
SAMOSIR

Ditetapkan :

Direktur RSUD dr. Hadrianus Sinaga


Kabupaten Samosir

STANDAR Tanggal Terbit :


PROSEDUR
__/I/2023
OPERASIONAL

dr. Iwan Hartono Sihaloho

Penata Tk.I

NIP. 19750828 200912 1 006

PENGERTIAN Pasien yang SC elektif adalah pasien yang sudah


terencana dijadwal sectio cesarea.

TUJUAN Sebagai acuan dalam memindahkan pasien SC elektif ke


ruangan lain

KEBIJAKAN

PROSEDUR  Pasien masuk ke Ruang Bersalin Dan Nifas dengan


membawa surat pengantar dari Poli kebidanan atau
Klinik Dokter Kandungan diterima oleh petugas di
Ruang Bersalin Dan Nifas.
 Pasien ditempatkan di atas tempat tidur.
 Bidan melakukan anamnese dan pemeriksaan fisik
dan mengisi formulir Assesmen Awal Kebidanan.
 Bidan menyiapkan status pasien.
 Bidan menghubungi Laboratorium untuk melakukan
pemeriksaan Penunjang
 Bidan melaporkan kondisi pasien kepada DPJP
 Jika pasien jadwal operasi adalah keesokan harinya

174
maka pasien rawat inap berdasarkan jatah kelas hak
pasien untuk pasien BPJS,sedangkan pasien umum
berdasarkan permintaan pasien.
 Pasien yang pindah ruangan diantarkan ke ruangan
oleh Bidan lengkap dengan statusnya dan menjadi
tanggungjawab petugas di ruangan tersebut.
 Besoknya,Pasien yang akan dilakukan persiapan pre
operasi diantarkan kembali oleh perawat/Bidan
ruangan yang merawat dengan status pasien.
 Pasien dilakukan persiapan SC sampai selesai.
 Pasien diantar ke OK
 Pasien setelah selesai SC dijemput oleh ruangan
dimana pasien dirawat.

UNIT TERKAIT  POLI


 OK
 VK/Ruang Bersalin Dan Nifas
 Rawat Inap

175
INISIASI MENYUSUI DINI

No. Dokumen :
No. Revisi : Halaman :
RSUD dr.
HADRIANUS __/SPO-PONEK/
__ __/__
SINAGA 2023
KABUPATEN
SAMOSIR

Ditetapkan :

Direktur RSUD dr. Hadrianus Sinaga


Kabupaten Samosir

STANDAR Tanggal Terbit :


PROSEDUR
__/I/2023
OPERASIONAL

dr. Iwan Hartono Sihaloho

Penata Tk.I

NIP. 19750828 200912 1 006

PENGERTIAN Proses bayi menyusu segera setelah dilahirkan, dimana


bayi di biarkan mencari putting susu ibunya sendiri
( tidak disodorkan ke putting susu)

TUJUAN Membantu dalam keberlangsungan ASI eksklusif dan


lama menyusui. Dengan demikian, bayi akan terpenuhi
kebutuhannya hingga usia 2 tahun

KEBIJAKAN

PROSEDUR Inisiasi Menyusu Dini Pada Partus Spontan

1. Dianjurkan suami atau keluarga mendampingi ibu


di kamar bersalin
2. Dalam menolong ibu melahirkan disarankan untuk
mengurangi/tidak menggunakan obat kimiawi
3. Bayi lahir, segera dikeringkan secepatnya terutama
kepala, kecuali tangannya,tanpa menghilangkan

176
vernix. Mulut dan hidung bayi dibersihkan, tali
pusat diikat.
4. Bila bayi tidak memerlukan resusitasi, bayi d
tengkurapkan di dada-perut ibu dengan kulit bayi
melekat pada kulit ibu dan mata bayi setinggi
putting susu. Keduanya diselimuti,bayi dapat
diberi topi.
5. Anjurka ibu untuk menyentuh bayi untuk
merangsang bayi. Biarkan bayi mencari putting
sendiri.
Ibu di dukung dan dibantu mengenali perilaku
bayi sebelum menyusu.
6. Biarkan kulit bayi bersentuhan dengan kulit ibu
selama paling tidak 1 jam, bila menyusu awal
Terjadi sebelum 1 jam,tetap biarkan kulit ibu-bayi
bersentuhan sampai setidaknya 1 jam.
7. Bila dalam 1 jam awal menyusu belum terjadi,
bantu ibu dengan mendekatkan bayi ke putting ibu
tapi jangan memasukkan putting ke mulut bayi.
Beri waktun kulit melekat pada kulit 30 menit atau
1 jam lagi.

Inisiasi Menyusu Dini Pada Sectio Caesaria

1. Dianjurkan suami atau keluarga mendampingi ibu


dikamar pemulihan
2. Begitu lahir, bayi diletakkan di meja resusitasi
untuk dinilai,dikeringkan secepatnya terutama
kepala tanpa menghilangkan vernix,kecuali
tangannya. Dibersihkan mulut dan hidung bayi,
tali pusat diikat.
3. Kalau bayi tidak perlu diresusitasi, bayi dibedong,
dibawa ke ibu. Diperlihatkan kelaminnya pada ibu
kemudian mencium ibu.
4. Tengkurapkan bayi di dada ibu dengan kulit bayi
melekat pada kulit ibu. Kaki bayi agak agak sedikit
serong/melintang menghindari sayatan operasi.

177
Bayi dan ibu diselimuti. Bayi diberi topi
5. Anjurkan ibu menyentuh bayi untuk merangsang
bayi mendekati puting. Biarkan bayi mencari
puting sendiri
6. Biarkan kulit bayi bersentuhan dengan kulit ibu
paling tidak selama 1 jam, bila menyusu awal
selesai sebelum 1 jam, tetap kontak kulit ibu-bayi
selama setidaknya 1 jam. Jika bayi menunjukkan
kesiapan untuk minum, bantu ibu dengan
mendekatkan bayi ke putting tapi tidak
memasukkan putting ke mulut bayi. Bila dalam 1
jam belum bisa menemukan putting ibu, beri
tambahan waktu melekat pada dada ibu 30 menit
atau 1 jam lagi.
7. Bila operasi telah selesai, ibu dapat dibersihkan
dengan bayi tetap melekat di dadanya dan dipeluk
erat oleh ibu dipindahkan dari meja operasi ke
ruang pulih (RR) dengan bayi tetap didada ibu.
8. Suami/keluarga pasien mendampingi ibu dan
mendoakan anaknya dikamar pulih.
Inisiasi Menyusu Dini Pada Gemelli

1. Dianjurkan suami atau keluarga mendampingi di


kamar bersalin
2. Bayi pertama lahir, segera dikeringkan secepatnya
terutama kepala, kecuali tangannya, tanpa
menghilangkan vernix. Mulut dan hidung bayi di
bersihkan,tali pusat di ikat
3. Bila bayi tidak memerlukan resusitasi,bayi di
tengkurapkan di dada-perut ibu dengan kulit bayi
melekat pada kulit ibu , mata bayi setinggi putting
susu. Keduanya diselimuti. Bayi dapat di beri topi
4. Anjurkan ibu menyentuh bayi untuk merangsang
bayi. Biarkan bayi mencari putting sendiri
5. Bila ibu merasa akan melahirkan bayi kedua,
berikan bayi pertama pada ayah, ayah memeluk
bayi dengan kulit bayi melekat pada kulit ayah
seperti pada perawatan metode kanguru. Keduanya

178
ditutupi baju ayah
Bayi kedua lahir,segera dikeringkan secepatnya
terutama kepala,kecuali
tangannya,tanpamenghilangkan vernix,mulut dan
hidung bayi dibersihkan,tali pusat diikat

6. Bila bayi kedua tidak memerlukan resusitasi,bayi


kedua ditengkurapkan didada-perut ibu dengan
kulit bayi melekat pada kulit ibu.letakkan kembali
bayi pertama di dada ibu berdampingan dengan
saudaranya,ibu dan kedua bayinya
diselimuti .kedua bayi dapat diberi topi
7. Biarkan kulit kedua bayi bersentuhan dengan kulit
ibu selama paling tidak 1 jam, bila menyusu awal
terjadi sebelum 1 jam , tetap biarkan kulit ibu-bayi
bersentuhan sampai setidaknya 1 jam
Bila dalam 1 jam menyusu awal belum terjadi, bantu ibu
dengan mendekatkan bayi ke puting tapi jangan
memasukkan putting ke mulut bayi. Beri waktu 30 menit
atau 1 jam lagi kulit melekat pada kulit

UNIT TERKAIT  Ruang Bersalin Dan Nifas


 OK

179
PENERIMAAN PASIEN IBU TERDUGA COVID 19

No. Dokumen :
No. Revisi : Halaman :
RSUD dr.
HADRIANUS __/SPO-PONEK/
__ __/__
SINAGA 2023
KABUPATEN
SAMOSIR

Ditetapkan :

Direktur RSUD dr. Hadrianus Sinaga


Kabupaten Samosir

STANDAR Tanggal Terbit :


PROSEDUR
__/I/2023
OPERASIONAL

dr. Iwan Hartono Sihaloho

Penata Tk.I

NIP. 19750828 200912 1 006

PENGERTIAN Menentukan alur penerimaan pasien terduga Covid 19

TUJUAN Sebagai pedoman dalam pelaksanaan pelayanan pasien


dengan terduga COVID 19 di RUANG BERSALIN DAN
NIFAS RSUD Dr Hadrianus Sinaga

KEBIJAKAN

PROSEDUR 1. Pasien dilakukan skrining dengan menilai gejala


klinis ,riwayat kontak/riwayat perjalanan di ruang
skrining.
2. Pasien yang sudah membawa hasi rapid antigen
dengan hasil belum lewat dalam waktu 1 x 24 jam
atau hasil PCR tidak lewat dari waktu 2x 24 jam
masuk langsung ke VK.
3. Pasien dilaporkan langsung oleh petugas kepada
DPJP

180
4. Pasien dilakukan cek laboratorium dan swab
antigen.
5. Jika Rapid antigen non reaktif maka dilakukan
prosedur biasa
6. Jika Rapid antigen reaktif maka Pasien dikonsul ke
dokter spesialis paru.
7. Pasien dilakukan/tidak dilakukan foto thorax
tergantung dari DPJP
8. Pasien dengan suspek/konfirmasi COVID 19 :
 Elektif:dilakukan pengambilan RT-PCR swab,tunda
operasi dan dilakukan isolasi mandiri selama 14
hari.
 Pasien dengan keadaan gawat daruratan,dilakukan
pertolongan persalinan di ruang ISOLASI IGD
RUANG BERSALIN DAN NIFAS dan jika sudah
stabil dipindahkan ke ruang ISOLASI rawat inap.
 Pasien dengan keadaan gawat darurat dilakukan
Sectio Caesarea,dilakukan di ruang OK darurat
dan setelah post Operasi pasien dipindahkan ke
ruang ISOLASI rawat inap.

UNIT TERKAIT  Ruang Bersalin Dan Nifas


 Isolasi
 Laboratorium
 Radiologi
 OK

181
PENANGANAN BAYI LAHIR DARI IBU TERDUGA
COVID 19

No. Dokumen :
RSUD dr. No. Revisi : Halaman :
HADRIANUS __/SPO-PONEK/
SINAGA __ __/__
2023
KABUPATEN
SAMOSIR

Ditetapkan :

Direktur RSUD dr. Hadrianus Sinaga


Kabupaten Samosir

STANDAR Tanggal Terbit :


PROSEDUR
__/I/2023
OPERASIONAL

dr. Iwan Hartono Sihaloho

Penata Tk.I

NIP. 19750828 200912 1 006

PENGERTIAN Neonatus yang lahir dari ibu suspect,probable dan


konfirmasi covid 19

TUJUAN Sebagai pedoman dalam pelaksanaan pelayanan pasien


neonatus dengan ibu dan bayi terduga COVID 19 di
RUANG BERSALIN DAN NIFAS RSUD Dr Hadrianus
Sinaga

KEBIJAKAN

PROSEDUR 1. Petugas memakai alat pelindung diri (APD) minimal


level 2
2. Petugas yang bertugas menerima bayi hanya 1
orang dan petugas tersebut tidak menerima pasien
lain.
3. Bayi lahir segera dipisahkan dari ibunya dan tidak
dilakukan IMD.
4. Bayi dijemput dari ruang OK maupun isolasi VK

182
dengan menggunakan inkubator transport.
5. Bayi ditempatkan pada tempat terpisah dari
ibu,bayi dan dari bayi sehat.Bayi ditempatkan di
ruang isolasi.
6. Jika tempat terbuka,bayi ditempatkan pada jarak
minimal 2 meter dari bayi lain.
7. Semua alat yang dipakai untuk bayi bayi di isolasi
tidak digunakan untuk pasien lain diluar isolasi.
8. Segera mandikan bayi dengan menggunakan air
dan sabun untuk mengilangkan sisa air ketuban
yang mungkin terkontaminasi virus.
9. Feces,urine dan cairan tubuh bayi dimasukkan ke
dalam wadah terpisah atau tempat sampah
infeksius terpisah karena 10-14 hari virus dapat
tinggal di bagian tersebut.Sampah medis dibuang
dalam tempat sampah tersendiri dan dilapis
dengan plastik sampah medis 2 lapis.Sebelum
sampah dibuang,di desinfeksi dulu dengan larutan
klorin > 10 menit.

UNIT TERKAIT  Ruang Bersalin Dan Nifas


 Isolasi
 Laboratorium
 OK

183
RUANG PERAWATAN BAYI BARU LAHIR

No. Dokumen :
No. Revisi : Halaman :
RSUD dr.
HADRIANUS __/SPO-PONEK/
__ __/__
SINAGA 2023
KABUPATEN
SAMOSIR

Ditetapkan :

Direktur RSUD dr. Hadrianus Sinaga


Kabupaten Samosir

STANDAR Tanggal Terbit :


PROSEDUR
__/I/2023
OPERASIONAL

dr. Iwan Hartono Sihaloho

Penata Tk.I

NIP. 19750828 200912 1 006

PENGERTIAN Ruangan dimana semua bayi baru lahir secara sectio


cesarean maupun spontan dirawat.

TUJUAN Sebagai pedoman untuk menempatkan bayi baru lahir


sesuai dengan ruangannya .

KEBIJAKAN

PROSEDUR 1. Bayi dijemput oleh bidan RUANG BERSALIN


DAN NIFAS dari ruang OK maupun ruang
bersalin
2. Bayi dihangatkan,ditimbang dan diukur.
3. Bayi diberikan injeksi Vitamin K1 dengan dosis
1 mg di paha kiri bagian anterolateral secara
IM.
4. Imunisasi Hepatitis B diberikan minimal 2 jam
setelah penyuntikan vitamin K1 di paha kanan

184
bagian anterolateral secara IM.
5. Semua bayi diobservasi sesuai waktu yang
ditentukan oleh dokter spesialis anak atau
sesuai kondisi.
6. Bayi sakit dirawat di ruang perinatologi.
7. Bayi sehat dirawat di ruang bayi sehat.Bayi
sehat jika waktunya menyusui kepada
ibunya,dibawa oleh Bidan petugas jaga bayi
sehat kepada ibunya dan didampingi oleh
bidan.

UNIT TERKAIT  Ruang Bersalin Dan Nifas

185

Anda mungkin juga menyukai