Pertemuan 2GRA1420254
Pertemuan 2GRA1420254
Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan
(kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu)
sesudah kuat itu lemah (kembali) dan berubah. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-
Nya dan Dialah yang Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa (QS Al-Rum [30]: 54).
Firman Allah tersebut menunjukkan empat kondisi fisik pada manusia, yaitu :
a. Tahap lemah yang ditafsirkan terjadi pada bayi dan kanak-kanak.
b. Tahap menjadi kuat, uang terjadi pada masa dewasa.
c. Masa menjadi lemah kembali, di mana terjadi penurunan dari masa penuh kekuatan.
d. Masa ketika orang sudah beruban atau masa tua (Novan, 2014: 16).
Pertumbuhan Perkembangan
Perbedaan Fisik, fisiologis, biologis Fisiologis dan/atau psikologis
Kuantitas Kualitas
Lebih konkrit Lebih abstrak
Terbatas usia Tidak terbatas usia
Irreversible Reversible
Lebih faktor heriditas (nature) Lebih faktor lingkungan (nurture)
Struktur Fungsi
Persamaan Adanya perubahan Adanya perubahan
Perubahan bersifat progresif Perubahan bersifat progresif
Ada faktor pengaruh Adanya faktor pengaruh
Ada pengaruh positif/negatif Ada pengaruh positif/negatif
Mengarah pd pertumbuh lbh baik Mengarah pd perkembang lbh baik
Dari pola umum ke khusus Dari pola umum ke khusus
Dari sederhana, makin kompleks Dari sederhana, makin kompleks
Butuh kondisi & stimulant positif Butuh kondisi & stimulant positif
Strukturnya makin sempurna Fungsinya makin matang
Hubungan o Perubahan fisiologis dpt pengaruhi o Perubahan psikologis dpt
perubahan psikologis pengaruhi perubahan fisiologis
o Perubahan fisiologis terjadi pd o Perubahan psikologis terjadi pd
psikologis yg hidup fisiologis yg hidup
o Kuantitas pertumbuhan o Kualitas perkembangan
berimplikasi pd kualitas berimplikasi pd kuantitas
perkembangan pertumbuhan.
o Fisiologis dan psikologis sbg o Fisiologis dan psikologis sbg satu
kesatuan yang tdk terpisahkan, kesatuan yg tdk terpisahkan,
dibutuhkan, saling melengkapi utk dibutuhkan, saling melengkapi utk
kesempurnaan kehidupan manusia kesempurnaan kehidupan manusia.
Menurut Yuliani Nuraini dan Bambang Sujiono, bahwa rasa percaya, kemandirian,
dan inisiatif merupakan hal yang penting dibelajarkan untuk mengembangkan sosial emosi
anak usia dini, sedangkan Rini Hidayani lebih menekankan kepada empat aspek dalam
mengembangkan sosial emosi anak usia dini yaitu :
1. Perkembangan Pemahaman Diri
Ada dua aspek penting tentang diri yang dipelajarai pada masa bayi, yaitu
kesadaran diri (self-awareness) dan pengenalan diri (self-recognition). Pada awalnya
bayi belum dapat membedakan dirinya dengan orang lain. Kemampuan membedakan
antara dirinya dengan orang lain baru di dapat beberapa bulan kemudian, yaitu
sepanjang 3-4 bulan pertama kehidupan.
Pada usia sekitar 18 bulan, bayi mengembangkan pengertian yang kasar tentang
pengenalan diri untuk pertama kalinya. Pengenalan diri itu dapat diamati dengan
memberikan bayi gambar diri mereka sendiri, misalnya melalui cermin atau media
visual lainnya seperti rekaman video.
Pada akhir masa bayi, anak mulai membuat gambaran tentang dirinya dengan
mengelaborasi berbagai sifat unik yang dimilkinya. Pada saat itu anak memerlukan
bantuan orang lain untuk membantunya dalam mendefinisikan sifat-sifat yang
dimilikinya. Pada tahun ke tiga anak mulai menggambarkan karakteristik dirinya pada
saat membuat gambaran tentang diri, karakteristik tersebut mencangkup perasaan dan
persepsi yang dimiliki, penampilan, pendapat, dan keinginan dirinya.
Pada masa kanak-kanak awal (4-6 tahun) gambaran tentang diri yang dibuat
oleh anak menjadi semakin konkrit. Mereka memandang dirinya dalam cara yang
positif dan juga menilai dirinya secara berlebihan karena mereka lebih mendasari
penilaian dirinya pada kemajuan yang mereka buat dalam berbagai kegiatan yang
dilakukan dari pada membandingkan kemampuan mereka dengan teman-teman
sebayannya.
Itulah sebabnya jika dalam menilai hasil anak dalam kemampuan menggambar
atau menggunting itu jelek, anak akan merasa sedih dan marah. Anak juga tidak
senang jika kemampuannya dibandingkan dengan anak yang lainnya. Sebaliknya, jika
memberikan apresiasi positif terhadap hasil karya anak, anak akan menjadi senang dan
merasa dirinya dihargai, dan akan menimbulkan rasa percaya diri pada anak.
Penilain diri yang berlebihan ini dapat memunculkan rasa percaya diri yang
berlebihan pula. Rasa percaya diri yang berlebihan tersebut dapat bermanfaat bagi
perkembangan anak karena rasa percaya diri tersebut akan memotivasi anak untuk
berupaya menyelesaikan berbagai tugasnya.
2. Perkembangan Hubungan Sosial anak
Area utama dari perkembangan hubungan sosial adalah pertemanan. Dalam
pertemanan anak ingin bisa bermain sebanyak mungkin dengan teman-temannya. Anak
juga mulai memahami bahwa fungsi pertemanan adalah untuk berbagi, memberi
dukungan, dan bergantian. Pengalaman sosial yang dimilki oleh anak dapat dilihat
respons yang dimilki dalam pertemanan. Sejak awal kehidupan seorang bayi, respons
terhadap perilaku dan kehadiran bayi lain yang sebaya sudah muncul. Pada usia 2
bulan bayi sudah mengamati bayi lain seusianya. Pada usia 3-4 tahun dia akan
menyentuh bayi laninnya sebagai upaya mencari dan mengharapkan respons sosial dari
bayi yang lain.
Pada usia 6 bulan, hubungan sosial baru benar-benar muncul di mana bayi
mulai mengenali bayi lain sebagai rekan sosialnya. Bayi akan tersenyum dan
mengeluarkan suara-suara (celotehan) ke arah bayi lain. Interaksi pada bayi yang
meningkat pada usia 6 bulan sejalan dengan perkembangan kemampuan kognitif dan
bahasa yang dimilikinya.
Pada usia 1 tahun, berbagai macam perilaku sosial terjadi dalam interaksi bayi
dengan bayi lainnya, seperti tertawa, penggunaan bahasa tubuh, dan imitasi/peniruan
perilaku. Pada usia 2 tahun hubungan sosial antara bayi menjadi labih kompleks
dengan dicapainya kemampuan bahasa dan sejumlah gerakan pada bayi. Terdapat
aspek kerj sama dan konflik dalam hubungannya dengan bayi lain.
Pada usia 2 dan 3 tahun anak lebih suka berinteraksi dengan teman sebaya dari
pada dengan orang dewasa. Hal utama dan penting yang dicapai pada masa ini adalah
kemampuan berbagi makna dengan anak lain. Dengan saling berkomunikasi, berbagai
perasaan yang muncul dalam pertemanan akan muncul, sepeti cinta, benci,
permusuhan, simpati dan lain sebagainnya. Perasaan tersebut dikenal dengan perasaan
sosia, dimana perasaan itu timbul dalam menjalin hubungan dengan orang lain. Pada
usia 4-6 tahun anak mulai menyadari bahwa kepercayaan seseorang sangat
mempengaruhi perilakunya sesuai dimensi psikologi yang sangat konkrit, terutama
mengenai gambaran fisik, kepemilikan, dan berbagai hal kegiatan yang dilakukan
khususnya kegiatan bermain. Oleh karenanya anak usia dini akan mengalami kemajuan
hubungan sosial melalui urtan kegiatan bermain.
3. Perkembangan Kemampuan Mengatur Diri Sendiri
Kemampuan individu untuk mengatur diri sendiri berkembang seiring dengan
perkembangan sosial individu. Perkembangan sosial individu tidak terlepas dari
kognisi sosial atau bgaimana individu memahami pikiran, perasaan, dan perilaku orang
lain. Ada beberapa fase yang dilalui oleh seorang anak untuk sampai pada kemampuan
mengatur dirinya sendiri seperti berikut ini:
a. Fase kontrol (1-1,5)
Pada fase ini anak menunjukkan kesadarannya terhadap tuntutan tugas dan tuntutan
sosial yang diberikan oleh orang dewasadisekitarnya dan ia akan memulai,
memperhatikan, menyesuaikan diri atau menghentikan erilakunya sesuai dengan
tuntutan yang diberikan.
b. Fase kontrol (1,5-3 tahun)
Pada fase ini anak memiliki kepatuhan sesuai dengan ekspektasi orang dewasa di
sekitarnya tanpa adanya pengawasan secara langsung (pengawasan eksternal).
Perkembangan berfikir dan ingatan anak menjadikan mereka dapat mengingat
berbagai aturan keluarga dan rutinitas yang ada dalam kegiatan yang bersifat umu,
seperti makan, bermain, dan berpakain.
c. Fase kemampuan mengatur diri (4-6 tahun)
Pada fase ini anak mampu menggunakan berbagai strategi dan rencana yang
dimilikinya untuk mengarahkan perikaunya serta membantunya untuk menunda
keinginan dan bertahan godaan. Pada saat anak mulai belajar di Sekolah Dasar,
anak mulai mengalami peningkatan dalam mematuhi aturan yang ada di
lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.
4. Perkembangan Perilaku Sosial
Perilaku sosial merupakan kegiatan yang berhubungan dengan orang lain,
kegiatan yang berkaitan dengan pihak lain yang memerlukan sosialisasi dalam hal
berperilaku yang dapat diterima oleh orang lain, serta upaya mengembangkan sikap
sosial yang layak diterima oleh orang lain.perilaku sosial pada anak usia dini diarahkan
untuk pengembangan sosial yang baik, seperti kerja sama, tolong-menolong, berbagi,
simpati, dan empati.
Pada dasarnya kebutuhan akan rasa percaya diri dapat terpenuhi manakala
orang tua atau pendidik dapat menghargai dan menghormati anak. Kepercayaan diri
pada anak tersebut merupakan modal bagi anak untuk dapat memenuhi kebutuhan
aktualisasi dirinya. Dalam aktualisasi diri anak akan melakukan apa yang anak kuasai.
DAFTAR PUSTAKA
Oding, Supriadi. (2010). Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta: Kurnia Kalam Semesta.
Wiyani, Novan Ardy. (2014). Mengelola & Mengembangkan Kecerdasan Sosial & Emosi
Anak Usia Dini. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Wiyani, Novan Ardy. (2014). Psikologi Perkembangan Anak Usia Dini. Yogyakarta: Gava
Media