TEKNIK PENGAMBILAN
DAN PREPARASI SAMPEL
DISUSUN OLEH :
ARDINA PURNAMA TIRTA, M.Si
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmatNya
Diktat Teori Teknik Pengambilan dan Preparasi Sampel dapat tersusun sesuai dengan
kebutuhan Teori Teknik Pengambilan Sampel untuk program D1 Politeknik AKA Bogor
– PERPAMSI.
Diktat Teori Teknik Pengambilan dan Preparasi Sampel disusun untuk membantu
mahasiswa di dalam melaksanakan perkuliahan teori teknik pengambilan sampel yang
disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku di Politeknik AKA Bogor. Untuk
memperluas wawasan dan meningkatkan pemahaman terhadap konsep-konsep teknik
pengambilan sampel, para mahasiswa dituntut pula untuk membaca berbagai literatur
terkait Teknik Pengambilan Sampel lainnya.
Diktat Teori Teknik Pengambilan dan Preparasi Sampel yang kami susun
bersumber dari Standar Nasional Indonesia (SNI), modul pelatihan, pengetahuan dan
saduran bebas dari beberapa literatur terkait teknik pengambilan sampel.
Dengan selesainya Diktat Teori Teknik Pengambilan Sampel, Penyusun
mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan dosen/asisten serta staf akademik yang
banyak memberikan bantuan. Akhir kata Penyusun mengharapkan semoga Diktat Teori
Teknik Pengambilan Sampel ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa Politeknik AKA Bogor
khususnya dan masyarakat pembaca umumnya.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
sejenisnya ..............................................................................................34
5.4. Lokasi dan titik pengambilan contoh uji air rawa dan lahan
basah lainnya.........................................................................................40
5.5. Lokasi dan titik pengambilan contoh uji air dari akuifer ......................40
BAB VI. PENGAMBILAN SAMPEL AIR PERMUKAAN UNTUK
PARAMETER FISIKA DAN KIMIA ......................................................44
6.1. Pendahuluan ..........................................................................................44
6.2. Cara Pengambilan Sampel Secara Umum ............................................45
6.3. Cara pengambilan contoh uji air sungai, anak sungai, dan
sejenisnya .............................................................................................46
6.4. Cara pengambilan contoh uji air danau dan sejenisnya ........................46
6.5. Cara pengambilan contoh uji air rawa dan lahan basah lainnya ...........46
6.6. Cara pengambilan contoh uji air dari akuifer .......................................46
6.7. Cara Pengambilan contoh uji untuk parameter tertentu ........................48
BAB VII. PENGAMBILAN SAMPEL AIR LIMBAH UNTUK
PARAMETER FISIKA DAN KIMIA ......................................................51
7.1. Penentuan titik pengambilan contoh uji................................................51
7.2. Cara pengambilan contoh uji ...............................................................58
BAB VIII. PENGAMBILAN SAMPEL AIR LAUT ...............................................61
8.1. Penentuan Titik Pengambilan Contoh ..................................................61
8.2. Alat pengambil contoh uji ....................................................................63
8.3. Cara pengambilan contoh uji ................................................................ 66
BAB IX. PENGAMBILAN SAMPEL AIR DAN AIR LIMBAH UNTUK
PARAMETER MIKROBIOLOGI ........................................................... 67
9.1. Teknik Sterilisasi Wadah Contoh Uji/Sampel ...................................... 68
9.2. Penetuan Titik dan Lokasi Pengambilan Sampel Bahan Baku
Air Minum ...........................................................................................70
9.3. Cara Pengambilan Contoh Uji .............................................................. 76
BAB X. PENANGANAN CONTOH UJI ................................................................ 83
10.1. Penyaringan Contoh Uji .......................................................................84
10.2. Pengawetan Sampel .............................................................................. 84
iii
10.3. Penanganan Contoh Uji Untuk Parameter Fisika Dan Kimia............... 86
10.4. Penanganan Contoh Uji Untuk Parameter Mikrobiologi .....................86
10.5. Penanganan Contoh Uji Air Laut .........................................................87
BAB XI. PENGUKURAN PARAMETER LAPANGAN ....................................... 90
11.1. Suhu ...................................................................................................... 90
11.2. pH.......................................................................................................... 91
11.3. Konduktivitas .......................................................................................92
11.4. Kekeruhan ............................................................................................93
11.5. Oksigen Terlarut ..................................................................................94
11.6. Debit Alir .............................................................................................95
11.7. Salinitas ................................................................................................96
BAB XII. JAMINAN DAN PENGENDALIAN MUTU SAMPLING ...................98
12.1. Jaminan Mutu Sampling ...................................................................... 98
12.2. Pengendalian Mutu Sampling ..............................................................99
BAB XIII. PREPARASI SAMPEL LINGKUNGAN .............................................. 106
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 108
iv
DAFTAR GAMBAR
v
Gambar 27. Dipper ..................................................................................................... 65
Gambar 28. Teknik Pengambilan Contoh Uji Mikrobiologi Untuk Populasi
Homogen ................................................................................................67
Gambar 29. Teknik Pengambilan Contoh Uji Mikrobiologi Untuk Populasi
Heterogen ...............................................................................................68
Gambar 30. Teknik Pengambilan Contoh Uji Mikrobiologi Untuk Populasi
Tercampur dan Terstratafikasi ................................................................ 68
Gambar 31. Pengambilan Contoh Uji Badan Air Permukaan Secara Langsung ....... 78
Gambar 32. Contoh Cara Pengambilan Contoh Uji Secara Tidak Langsung Dari
Jembatan Atau Lintasan Gantung .........................................................79
Gambar 33. Contoh Cara Pengambilan Contoh Uji Air Dari Sumur Produksi ........81
Gambar 34. Contoh Alat Penyaringan Contoh Air Dengan Sistem Tekan ..............87
Gambar 35. Contoh Alat Penyaringan Contoh Air Dengan Sistem Vakum .............88
vi
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
I. PENDAHULUAN
Praktik laboratorium yang baik (GLP) adalah sistem mutu yang berkaitan dengan
proses organisasi untuk meyakinkan bahwa data hasil uji yang diperoleh telah
mempertimbangkan perencanaan dan pelaksanaan yang benar (Good planning and
execution) serta keterpaduan antara : Good sampling practice, good analytical practice,
good measurement practice, good documentation practice dan good housekeeping
practice.
Data yang handal secara ilmiah dapat dipertahankan secara hukum, hal ini sangat
penting untuk pengambilan sampling untuk kebutuhan industri maupun monitoring
lingkungan. Komponen data yang dapat dipertahankan secara hukum perlu menyediakan
namun tidak terbatas pada hal-hal berikut:
− Custody Control
Integritas sampel harus dipertahankan untuk menghilangkan keraguan tentang
perusakan atau pengubahan sampel. Formulir custody control chain dapat digunakan
untuk membuktikan kemurnian sampel. Formulir custody control chain dirancang
untuk mengidentifikasi rantai perjalanan sampel mulai dari lokasi pengambilan
sampel ke lokasi akhir sampel akan digunakan, seperti di laboratorium.
1
2
− Dokumentasi
Dokumentasi adalah sesuatu yang digunakan untuk mengesahkan, membuktikan,
atau mendukung bukti dilakukannya kegiatan. Dokumentasi bisa dalam bentuk foto,
catatan, laporan, data printout, dan catatan analis. Bentuk lacak balak adalah salah
satu jenis dokumen yang sangat penting. Formulir chain-of-custody termasuk ke
dalam satu jenis dokumen yang sangat penting.
− Ketertelusuran
Ketertelusuran digunakan untuk rekam jejak reagen maupun standar yang digunakan
dalam pengambilan sampling maupun analisis sampel. Ketertelusuran berkaitan
dengan standar maupun bahan acuan yang digunakan untuk mengkalibrasi instrumen
analisis. Keakuratan standar menjadi penentu kearutan hasil analisis sampel.
Ketertelusuan standar maupun bahan acuan harus mampu telusur sampai ke satuan
internasional.
Penyebab hasil proses pengambilan sampel lingkungan yang tidak valid dapat
diminimalisir dengan perencanaan (protokol) sampling yang baik. Ruang lingkup
pengambilan sampel harus dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut :
1) Di mana mengambil sampel
2) Kapan harus mengambil sampel
3) Cara mengambil sampel,
4) Berapa sampel yang harus diambil,
5) Seberapa sering sampel akan diambil,
6) Berapa banyak sampel yang dibutuhkan,
7) Bagaimana cara mengawetkan sampel,
8) Berapa lama sampel akan stabil,
9) Apa yang harus diambil (udara, tanah, air),
10) Apa yang harus dianalisis (fisik, kimia, biologi),
11) Siapa yang akan mengambil sampel ?
3
Desain pengambilan sampel merupakan bagian penting dari pengumpulan data ilmiah.
Desain pengambilan sampel yang dikembangkan dengan baik dapat memastikan bahwa
data yang dikumpulkan cukup untuk menarik kesimpulan yang diperlukan. Keputusan
yang sehat dan berbasis sains didasarkan pada informasi yang akurat. Untuk menghasilkan
informasi yang akurat tentang data analisis sampel di lingkungan, perlu
mempertimbangkan hal-hal berikut:
− kesesuaian dan keakuratan metode pengumpulan dan penanganan sampel,
− pengaruh kesalahan pengukuran,
− kualitas dan kesesuaian analisis laboratorium, dan
− Data yang representative/keterwakilan data sehubungan dengan tujuan penelitian.
Berdasarkan hal tersebut, sampel yang representatif dapat diperoleh melalui desain
pengambilan sampel yang sesuai. Sampel yang representatif dapat dianggap sebagai
ukuran sejauh mana data akurat dan tepat mewakili karakteristik populasi, variasi
parameter pada titik sampling, proses kondisi, atau kondisi lingkungan (American
National Standards Institute/American Society for Quality Control (ANSI/ASQC) 1994).
Mengembangkan desain sampling adalah langkah penting dalam mengumpulkan dan
mempertahankan sampel yang secara akurat mewakili masalah yang sedang diselidiki
Terdapat beragam teknik pengambilan sampel yang bisa digunakan. Secara garis
besar, teknik pengambilan sampel terbagi menjadi dua yaitu probability
sampling (random sampel) dan non-probability sampling (non-random sampel).
Probability sampling adalah metode pengambilan sampel dengan mengasumsikan seluruh
sampel memiliki kesempatan yang setara untuk menjadi objek penelitian. Teknik ini
merupakan teknik pengambilan sampel penelitian kuantitatif.
5
Sedangkan teknik probability sampling merupakan teknik pengambilan sampel yang tidak
memberikan kesempatan atau peluang yang sama bagi setiap anggota populasi yang
dipilih. Teknik sampling jenis ini biasanya digunakan untuk populasi yang besaran
anggota populasinya belum atau tidak dapat ditentukan terlebih dahulu. Jenis-jenis teknik
pengambilan sampel non-probability sampling di antaranya adalah judgment sampling,
snowball Sampling, accidental Sampling, dan quota sampling.
Beberapa desain sampling yang biasa dilakukan pada pengambilan sampel lingkungan
yaitu :
Dalam Judgmental Sampling, pemilihan unit pengambilan sampel (yaitu jumlah dan
lokasi dan/atau waktu pengumpulan sampel) didasarkan pada pengetahuan dan
pertimbangan profesional peneliti atau perencana sampling, mengenai sampel-sampel
yang paling sesuai serta dianggap bersifat representative, bukan berdasarkan teori ilmiah
statistik. Oleh karena itu, kesimpulan tentang populasi sasaran terbatas dan bergantung
sepenuhnya pada validitas dan akurasi pertimbangan dan pengalaman profesional Teknik
pengambilan dengan purposive sampling cenderung memiliki sampel dengan kualitas
yang tinggi. Karena peneliti sebelumnya telah membuat batas atau kriteria tertentu secara
jelas mengenai sampel yang akan dipilihnya. Contoh pengambilan sampel secara
judgmental sampling dapat dilihat pada Gambar 1. Penentuan titik sampling didasarkan
pada penilaian dan pengalaman secara professional.
Simple Random Sampling merupakan jenis teknik pengambilan sampel yang dilakukan
secara acak dengan cara sederhana melalui pengundian atau pendekatan bilangan acak.
Kelebihan dari penggunaan model ini adalah dapat mengurangi bias atau kecenderungan
berpihak pada suatu anggota populasi tertentu. Kelebihan lainnya yaitu dapat mengetahui
secara langsung adanya kesalahan baku (standard error) dalam penelitian. Meski begitu
model ini memiliki kelemahan yaitu rendahnya jaminan mengenai sampel yang terpilih
apakah dapat bersifat representatif. Contoh sampling acak sederhana ditunjukkan pada
Gambar 1. Gambar ini menggambarkan sampel acak sederhana yang mungkin untuk luas
tanah persegi. Sampling acak sederhana biasa digunakan ketika populasi yang akan
diambil relatif homogen. Desain sampling acak sederhana memberikan perkiraan rata-
rata, proporsi, dan variabilitas yang tidak bias secara statistik, mudah dipahami dan
dilaksanakan.
Pengambilan sampel melalui model ini berarti menetapkan sampel awal secara acak tetapi
untuk sampel selanjutnya dipilih secara sistematis melalui cara dan pola tertentu. Pola
umum dari pengambilan sampel teknik ini adalah dapat melalui bilangan kelipatan dari
jumlah anggota populasi yang akan diambil. Misalnya, diambil sampel dari populasi
dengan jumlah 50. Setiap sampel yang masuk urutan kelipatan 5 akan diambil sebagai
sampel artinya, sampel ke-5, 10, 15, 20, dan seterusnya akan dijadikan sampel penelitian
hingga sampel ke-50.
7
Sesuai dengan namanya model pengambilan sampel ini menentukan sampel berdasarkan
kelompok wilayah atau area dari suatu populasi tertentu. Model pengambilan sampel ini
mengelompokkan objek penelitian menurut suatu area tempat domisili populasi.
Tujuannya antara lain untuk meneliti suatu hal yang ada hingga menjadi ciri khas dari satu
wilayah tertentu.
Teknik multi stage sampling adalah penggabungan antara beberapa metode sampling
secara bersamaan dengan tujuan supaya efektif dan efisien. Jadi ada dua teknik sampling
yang digunakan. Ada beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk menerapkan teknik
sampling ini, yaitu menetapkan populasi dan tingkatan, menghitung besarnya sampel,
mengambil secara acak unsur yang ada di tiap tingkatan, dan kemudian mengambil sampel
secara acak lagi sesuai besaran sampel di tingkatan akhir.
Lenih jelas terkait perbedaan desain sampling dapat dilihat pada Gambar 5. Berikut :
9
Teknik pengambilan contoh uji sesaat dilakukan apabila kondisi lokasi pengambilan
contoh uji diasumsikan homogen atau konstan, maupun parameter khusus yang menurut
sifat dan karakteristik harus diambil secara sesaat.
Teknik pengambilan sampel gabungan adalah metode pengambilan sampel air untuk
analisis kimia atau biologi dengan cara menggabungkan sejumlah sampel air yang diambil
10
dari beberapa titik atau lokasi atau waktu atau kedalaman berbeda. Metode ini umumnya
digunakan untuk mengambil sampel air permukaan seperti sungai, danau, dan laut.
Pengambilan contoh uji gabungan merupakan campuran dua atau lebih sampel sesaat ke
dalam sebuah wadah untuk diuji,sangat bermanfaat untuk menentukan rata-rata
konsentrasi parameter yang diuji selama periode waktu tertentu ,harus memperhatikan
jenis parameter yang akan dianalisis dan dilakukan oleh petugas pengambil sampel yang
kompeten serta mempunyai intuitive dan technical judgment yang cukup, bila tidak akan
memberikan kesimpulan yang keliru
Apabila kondisi di lokasi pengambilan contoh uji heterogen atau fluktuatif, maka lakukan
pengambilan contoh uji sesaat pada waktu dan keadaan yang berbeda sehingga mewakili
kualitas yang sebenarnya dari waktu ke waktu. Pemilihan jenis pengambilan contoh uji
gabungan disesuaikan dengan tujuan, lokasi dan titik sampling, bisa dilakukan dengan
cara :
Setelah pengambilan sampel selesai, semua sampel air digabungkan dalam satu wadah
dan diaduk hingga tercampur dengan baik. Campuran air yang dihasilkan kemudian
diambil sampelnya sebagai sampel gabungan (composite sample) yang dianggap
mewakili kualitas air pada area yang diambil sampelnya. Teknik pengambilan sampel
11
sesaat composit gabungan sering digunakan untuk analisis kualitas air dalam program
pemantauan lingkungan dan pengawasan kualitas air untuk memperoleh data yang lebih
representatif dan akurat. Namun, teknik ini memiliki beberapa kelemahan, yaitu tidak
dapat mengidentifikasi sumber pencemar yang spesifik, dan juga rentan terhadap
kesalahan pengambil
BAB II. PERENCANAAN PENGAMBILAN SAMPEL
12
13
dan biaya. Sebagai contoh, penetapan titik pengambilan sampel pada sampling air
sungai memperhatikan lebar sungai, kedalaman dan debit alir. Dalam hal penegakan
hukum, data yang valid sangat dibutuhkan untuk dapat menyelesaikan masalah,
faktor biaya seharusnya tidak menjadi kendala.
7) Penentuan alat pengambil sampel, peralatan pengukuran parameter lapangan,
pendukung peralatan dan peralatan K3
8) Penentuan pengendalian mutu di lapangan
9) Proses pengambilan sampel harus memenuhi kaidah ilmiah dan kaidah hukum, oleh
karena itu pengendalian mutu di lapangan perlu ditetapkan
10) Penentuan wadah sampel
11) Penentuan cara penyimpanan contoh uji dan batas maksimum waktu simpan sampel
sebelum diuji
12) Penentuan rangkaian pengamanan sampel dan transportasi sampel uji ke
laboratorium
13) Persiapan dokumen pendukung dan rekaman lapangan
14) Penentuan personil/petugas pengambil sampel
Personil pengambil sampel yang ditugaskan harus yang kompeten, dilihat dari
pendidikan yang sesuai, pelatihan pengambilan sampel lingkungan , dan mampu
mendemonstrasikan keterampilannya. Petugas pengambil contoh uji harus
memahami:
− sistem manajemen mutu laboratorium;
− pengambilan contoh uji, pengendalian mutu pengambilan contoh uji, dan
pengujian parameter lapangan;
− parameter kualitas lingkungan;
− Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3);
− pengelolaan limbah laboratorium;
− identifikasi dan pengendalian risiko.
15
Contoh dokumen perencanaan pengambilan sampel dapat dilihat pada Gambar 7 berikut
:
16
17
18
Beberapa hal yang perlu diperhatikan terkait wadah sampel uji yang digunakan:
Gambar 8. Contoh alat pengambil contoh uji sederhana ember yang dilengkapi tali
Dalam praktiknya, alat sederhana ini paling sering digunakan dan dipakai untuk
mengambil air permukaan atau air sungai kecil yang relatif dangkal. Ember plastik
atau gayung plastik yang digunakan bukan dari bahan plastik daur ulang.
Gambar 10. Contoh alat pengambil air botol biasa secara langsung
Alat pengambil contoh uji untuk kedalaman tertentu digunakan untuk mengambil contoh
uji pada kedalaman yang telah ditentukan pada sungai yang relatif dalam, atau danau dan
sejenisnya. Alat pengambil contoh uji pada kedalaman tertentu dapat berupa botol dengan
pemberat/ well sampler ( gambar 11, 12), point sampler tipe horizontal atau point sampler
tipe vertikal.
Gambar 11. Contoh alat pengambil air botol biasa dengan pemberat
21
(a) (b)
Alat pengambil contoh untuk kedalaman tertentu atau point sampler digunakan
untuk mengambil contoh air pada kedalaman yang telah ditentukan pada sungai
yang relatif dalam, danau atau waduk. Ada dua tipe point sampler, yaitu tipe
horizontal (Gambar. 13) dan vertikal (Gambar. 14).
Gambar 13. Contoh Alat Pengambil Contoh Air Point Sampler Tipe Horisontal
Point sampler tipe horisontal biasa digunakan untuk pengambilan sampel di sungai atau
air mengalir pada kedalaman tertentu.
22
Gambar 14. Contoh alat pengambil contoh air point sampler tipe vertikal
Point sampler tipe vertikal biasa digunakan untuk mengambil sampel pada lokasi yang
airnya tenang atau aliran sangat lambat pada kedalaman tertentu, seperti di danau, waduk
dan muara sungai.
Alat pengambil contoh uji gabungan kedalaman digunakan untuk mengambil contoh uji
pada sungai yang dalam (Gambar 15). Contoh yang diperoleh merupakan gabungan
contoh uji mulai dari permukaan sampai ke dasarnya. Alat ini digunakan untuk
pengambilan contoh uji untuk pengujian total padatan tersuspensi atau untuk
mendapatkan contoh yang mewakili semua lapisan air.
− Bailer
Alat Bailer terdiri dari tabung politetrafluoroetilen (PTFE) dengan ujung atas terbuka,
ujung bawah tertutup dilengkapi dengan katup ball valve, dan dapat juga dilengkapi alat
emptying device (lihat Gambar 16). Alat ini umumnya digunakan untuk pengambilan
contoh uji air dari akuifer pada sumur pantau atau sumur bor atau pengambilan contoh uji
untuk pengujian senyawa organik.
Keterangan:
Alat pengambil contoh uji secara otomatis yang dilengkapi alat pengatur waktu dan
volume yang diambil, digunakan untuk pengambilan contoh uji gabungan waktu, agar
diperoleh kualitas air rata-rata selama periode tertentu (lihat Gambar 17). Alat ini mampu
mengambil contoh uji pada kedalaman terbatas bergantung pada kemampuan pompa.
24
25
26
secara bulanan, mingguan, atau bahkan harian dalam rangka pemantauan kualitas air
limbah maupun untuk mengetahui efisiensi instalasi pengolahan air limbah (IPAL). Data
hasil pengujian yang diperoleh dapat digunakan untuk peningkatan efisiensi instalasi
pengolahan air limbah maupun evaluasi kinerja produksi. Hal ini disebabkan jumlah
limbah yang dihasilkan dapat mencerminkan efektifitas maupun efisiensi produksi yang
sedang berlangsung.
Frekuensi pengambilan sampel juga dapat ditentukan berdasarkan beberapa kriteria
antara lain, seperti : tingkat bahaya polutan, faktor resiko dan dampak ke lingkungan
maupun manusia. Contoh frekuensi pengambilan contoh uji di badan air berdasarkan
tujuan pengambilan contoh uji dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1.Contoh frekuensi pengambilan contoh uji di badan air berdasarkan tujuan
pengambilan contoh uji
Peralatan pendukung : perekam, alat tulis, meteran, tali, jam, GPS, dll
Peralatan K3 : pakaian, sepatu boot/safety, helm, sarung tangan, P3K, safety glass,
dll.
− pastikan semua peralatan dalam keadaan baik dan layak digunakan;
− lakukan kalibrasi atau pengecekan alat pengukuran parameter lapangan sesuai dengan
petunjuk penggunaan alat;
− cuci alat pengambil contoh uji air dan peralatan pendukung (contoh: kotak pendingin
dan sistem penyaringan vakum).
Logam dan logam terlarut 1. cuci wadah gelas atau plastik PE, PP, atau
PTFE beserta tutupnya dengan deterjen bebas
fosfat kemudian bilas dengan air keran;
2. bilas dengan asam nitrat (HNO3) 1:1,
kemudian bilas lagi dengan air bebas mineral
sebanyak 3 kali dan keringkan;
3. setelah kering, tutup wadah dengan rapat;
4. beri label berbahan tahan air pada wadah
contoh uji.
BOD, COD, fosfor, 1. cuci wadah gelas atau plastik PE, PP, atau
nitrogen, nitrit, nitrat, dan amonia PTFE beserta tutupnya dengan deterjen bebas
fosfat kemudian bilas dengan air keran;
2. bilas dengan asam klorida (HCl) 1:1,
kemudian bilas kembali dengan air bebas
mineral sebanyak 3 kali dan keringkan;
3. setelah kering, tutup wadah dengan rapat.
pengambilan contoh uji (contoh dokumen dapat dilihat pada Gambar 8 ); formulir
rekaman data lapangan (contoh formulir dapat dilihat pada Gambar 9); dokumen
pendukung lainnya sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Tabel 3. Contoh data dan informasi minimum berdasarkan jenis contoh uji
30
Gambar 18. Dokumen Analisis Risiko Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Pengambilan
Contoh Uji
31
Keterangan:
L1…L10 : lebar sungai (m) ke-1 sampai lebar sungai ke-10;
t1… t10 : kedalaman sungai (m) pada titik ke-1 sampai kedalaman sungai pada titik
ke-10;
F1…F10 : laju alir air sungai (m/detik) pada titik ke-1 sampai laju alir air sungai pada
titik ke10.
32
33
DV = (t 4 × L5 × F5 ) (5)
1
DVI = (t 6 × L6 × F6 ) + [ 2 (t 5 − t 6 ) × L6 × F6 ] (6)
1
DVII = (t 7 × L7 × F7 ) + [ 2 (t 6 − t 7 ) × L7 × F7 ] (7)
1
DVIII = (t 8 × L8 × F8 ) + [ 2 (t 7 − t 8 ) × L8 × F8 ] (8)
1
DIX = (t 9 × L9 × F9 ) + [ 2 (t 8 − t 9 ) × L9 × F9 ] (9)
1
DX = × L10 × t 9 × F10 (10)
2
4. Tentukan debit air sungai, anak sungai, dan sejenisnya (m3/detik) dengan rumus
sebagai berikut:
Debit air sungai = DI + DII + DIII + DIV + DV + DVI + DVII+ DVIII + DIX +
DX
5.2. Lokasi dan titik pengambilan contoh uji air sungai, anak sungai, dan
sejenisnya
Sungai, anak sungai, dan sejenisnya adalah alur atau wadah air alami dan/atau
buatan berupa jaringan pengaliran air beserta air di dalamnya mulai dari hulu sampai
muara, dengan dibatasi kanan dan kiri oleh garis sempadan.
34
5.2.1. Cara pengambilan contoh uji air sungai, anak sungai, dan sejenisnya
Pengambilan contoh uji air sungai, anak sungai, dan sejenisnya umumnya dilakukan
di lokasi sesuai pada Tabel 4.
Tabel 4. Lokasi pengambilan contoh uji air sungai, anak sungai dan sejenisnya
No. Lokasi Pengambilan Contoh Uji Titik Pengambilan Contoh Uji
5.2.2. Titik pengambilan contoh uji air sungai, anak sungai, dan sejenisnya
Untuk menentukan jumlah titik pengambilan contoh uji air sungai, anak sungai, dan
sejenisnya lakukan pengukuran debit air sungai yang dapat dilakukan dengan cara:
1. Lakukan pengumpulan data karakteristik sungai, anak sungai, dan sejenisnya seperti
lebar sungai, kedalaman sungai, dan debit rata-rata tahunan dari instansi yang
berwenang;
2. Jika data pada langkah 1) tidak tersedia, lakukan survey pendahuluan di lokasi
pengambilan contoh uji;
36
3. Lakukan pengukuran debit air secara representatif berdasarkan lebar, kedalaman, dan
kecepatan aliran sungai (contoh pengukuran debit air dapat dilihat di Lampiran A);
4. Tentukan jumlah titik pengambilan contoh uji berdasarkan hasil pengukuran debit air
sesuai Tabel 5.
Tabel 5 – Titik Pengambilan contoh uji air sungai, anak sungai, dan sejenisnya
berdasarkan debit air
Keterangan:
A adalah jarak 1/2 kali lebar sungai;
B adalah jarak ½ kali kedalaman sungai dari
permukaan;
adalah titik pengambilan contoh uji
5 m3/detik – 150 m3/detik Titik pengambilan contoh uji pada 4 (empat) titik
masing-masing pada jarak 1/3 lebar sungai dan 2/3 lebar
sungai dengan kedalaman masing-masing titik
1/5 kali kedalaman dari permukaan dan
4/5 kali kedalaman dari permukaan.
Keterangan:
37
Keterangan:
F adalah jarak 1/4 kali lebar sungai;
G adalah jarak 1/5 kali kedalaman sungai dari
permukaan;
H adalah jarak 4/5 kali kedalaman sungai dari
permukaan;
adalah titik pengambilan contoh uji.
5.3. Lokasi dan titik pengambilan contoh uji air danau dan sejenisnya
Danau dan sejenisnya adalah tempat limpasan air permukaan dan/atau pada aliran
air tanah yang berkumpul pada suatu titik yang nisbi lebih rendah daripada wilayah
sekitarnya, baik secara alami maupun buatan.
Tabel 6. Titik Pengambilan Contoh Uji Air Danau Dan Sejenisnya Berdasarkan
Kedalaman
No. Kedalaman Danau Titik pengambilan contoh uji
Dan Sejenisnya
1. < 10 m Titik pengambilan contoh uji 2 (dua) titik yaitu bagian
permukaan dan dasar.
4. > 100 m Titik pengambilan contoh uji sesuai butir 3) dan dapat
ditambahkan sesuai tujuan pengambilan contoh uji
Epilimnion adalah lapisan atas air danau dan sejenisnya, letaknya di atas termoklin
Metalimnion atau termoklin adalah lapisan air danau dan sejenisnya yang mengalami
penurunan suhu cukup besar (lebih dari 1°C/m) yang berada di antara epilimnion dan
hipolimnion
Hypolimnion adalah lapisan bawah air danau dan sejenisnya yang mempunyai suhu relatif
sama dan lebih dingin dari lapisan di atasnya, biasanya lapisan ini mengandung kadar
oksigen yang rendah dan relatif stabil
40
5.4. Lokasi dan titik pengambilan contoh uji air rawa dan lahan basah lainnya
Rawa dan lahan basah lainnya adalah wadah air beserta air dan daya air yang
terkandung di dalamnya, tergenang secara terus menerus atau musiman, terbentuk secara
alami di lahan yang relatif datar atau cekung dengan endapan mineral atau gambut, dan
ditumbuhi vegetasi, yang merupakan suatu ekosistem.
5.4.1. Lokasi pengambilan contoh uji air rawa dan lahan basah lainnya
Pengambilan contoh uji air rawa dan lahan basah lainnya disesuaikan dengan tujuan
pengambilan contoh uji, umumnya dilakukan di:
a) tempat masuknya air ke rawa dan lahan basah lainnya;
b) di tengah rawa dan lahan basah lainnya;
c) lokasi pemanfaatan air.
5.4.2. Titik pengambilan contoh uji air rawa dan lahan basah lainnya
Tentukan titik pengambilan contoh uji pada kedalaman sekitar 15 cm dari permukaan,
jumlah titik disesuaikan dengan lokasi pengambilan contoh uji dan topografi rawa atau
lahan basah lainnya.
5.5. Lokasi dan titik pengambilan contoh uji air dari akuifer
Akuifer adalah lapisan batuan/tanah jenuh air tanah yang dapat menyimpan dan
meneruskan air tanah dalam jumlah cukup dan ekonomis.
Keterangan:
1 adalah hulu dari daerah industri;
2 adalah hilir dari daerah industri;
3 adalah hulu dari daerah pertanian;
4 adalah hilir dari daerah pertanian;
5 adalah hulu dari daerah penimbunan/pengolahan limbah domestik;
6 adalah hilir dari daerah penimbunan/pengolahan limbah domestik;
7 adalah sumur observasi untuk pemantauan dampak pencemaran intrusi air laut.
Gambar 21. Contoh lokasi pengambilan contoh uji air dari akuifer
c) tempat-tempat lain yang dianggap perlu tergantung pada tujuan pengambilan contoh
uji.
Titik pengambilan contoh uji sesuai dengan yang telah ditentukan untuk keperluan
eksplorasi;
2) Sumur observasi (sumur pantau)
Tentukan titik pengambilan contoh uji pada sumur setelah air dalam sumur bor/pipa
dibuang/dikuras sebanyak tiga kali volume air sumur atau dikuras sampai kering atau
setelah pengukuran suhu, konduktivitas, atau pH air sumur konstan;
3) Sumur produksi
Sumur produksi adalah sumur air tanah dari kedalaman tertentu yang dibuat dengan
mesin bor dan pengambilan airnya dilakukan dengan pompa turbin atau pompa hisap,
digunakan untuk keperluan tertentu yang bermanfaat untuk kehidupan manusia dengan
harus mempertimbangkan berbagai aspek lingkungan hidup. Titik pengambilan contoh
uji ditentukan pada keran/mulut pompa keluarnya air.
BAB VI. PENGAMBILAN SAMPEL AIR PERMUKAAN UNTUK
PARAMETER FISIKA DAN KIMIA
6.1. Pendahuluan
Air permukaan adalah air yang ditemukan di atas permukaan tanah. Air permukaan
penting bagi manusia dan lingkungan karena menyediakan air untuk konsumsi manusia,
pertanian, industri, transportasi, pariwisata, serta menyediakan habitat bagi berbagai jenis
makhluk hidup. Air permukaan seperti sungai, danau, waduk, laut, dan rawa-rawa.
− Sungai merupakan aliran air yang bergerak dari sumber air (hulu) ke muara laut.
Sungai bisa menjadi sumber air minum dan tempat pengambilan air untuk irigasi
pertanian dan produksi energi listrik.
− Danau adalah air yang terkumpul dalam cekungan atau depresi alami di permukaan
tanah. Danau sering digunakan sebagai tempat rekreasi, seperti berenang,
memancing, dan perahu.
− Waduk adalah bentuk buatan manusia yang digunakan untuk mengendalikan aliran
sungai dan menyimpan air. Waduk sering digunakan untuk produksi energi listrik,
irigasi, dan pengendalian banjir.
− Laut adalah air permukaan terbesar di dunia. Laut memiliki peran penting dalam
regulasi iklim global, transportasi, dan ekonomi global, seperti penangkapan ikan dan
pariwisata.
− Rawa adalah kawasan basah yang berisi air di permukaan tanah. Rawa adalah habitat
yang penting bagi berbagai spesies makhluk hidup, seperti burung dan reptil, dan juga
bisa dimanfaatkan sebagai sumber air irigasi dan energi.
Dalam pengambilan sampel air permukaan, penentuan lokasi dan titik pengambilan
sampel merupakan salah satu factor penting dalam perencanaan sampling. Aspek-aspek
berikut harus dipertimbangan dalam penentuan lokasi dan titik pengambilan sampel yang
representative :
− apa tujuan pengambilan sampel yang akan dilakukan?
− adakah lokasi dan titik yang telah ditentukan berdasarkan persyaratan legal atau
ketentuan yang berlaku?
44
45
− apakah lokasi dan titik pengambilan sampel dapat mewakili kondisi yang sebenarnya?
− parameter apa yang akan dianalisis pada lokasi dan titik pengambilan sampel
tersebut?
− bagaimana lokasi dan titik pengambilan sampel dapat diketahui serta memastikan
bahwa petugas pengambil sampel dapat kembali ke lokasi dan titik yang sama, atau
mengarahkan orang lain ke lokasi dan titik tersebut?
− apa yang harus direkam untuk menunjukkan mengapa lokasi dan titik tersebut dapat
atau tidak dapat mewakili?
11) Lakukan pencatatan dan laporkan seluruh rangkaian kegiatan pengambilan contoh
uji dalam formular rekaman data lapangan sesuai prosedur pelaporan
6.3. Cara pengambilan contoh uji air sungai, anak sungai, dan sejenisnya
Ambil contoh uji dengan teknik pengambilan contoh uji sesaat (grab sampling) atau
Teknik pengambilan contoh uji gabungan (composite sampling) pada titik pengambilan
contoh uji sesuai Tabel 3.
6.5. Cara pengambilan contoh uji air rawa dan lahan basah lainnya
Ambil contoh uji dengan teknik pengambilan contoh uji sesaat (grab sampling) atau
Teknik pengambilan contoh uji gabungan (composite sampling) pada lokasi dan titik
pengambilan contoh uji yang telah ditentukan.
Gambar 22. Contoh pengukuran tinggi sumur, diameter sumur, muka air tanah, dan
kedalaman sumur
CATATAN Jika diduga terjadi pencemaran pada air dari akuifer, kuras sumur gali
sebanyak tiga kali volume air sumur atau kuras sampai kering, atau ukur suhu,
konduktivitas, atau pH air sumur hingga konstan, tunggu sampai air terkumpul kembali,
kemudian ambil contoh uji sesuai langkah 1) sampai 4).
6.7.1. Cara pengambilan contoh uji untuk pengujian logam total dan logam terlarut
Lakukan pengambilan contoh uji untuk pengujian logam total dan logam terlarut dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
1) ambil contoh uji sesuai cara pengambilan sampel umum
2) untuk pengujian logam total, ambil contoh uji, masukkan ke dalam wadah contoh uji
dan lakukan pengawetan sesuai prosedur pengawetan sampel
3) untuk pengujian logam terlarut, ambil contoh uji, lakukan penyaringan contoh uji sesuai
prosedur penyaringan contoh uji, masukkan ke dalam wadah contoh uji, dan lakukan
pengawetan sesuai prosedur pengawetan sampel
6.7.2. Cara pengambilan contoh uji untuk pengujian minyak mineral dan minyak
lemak
Lakukan pengambilan contoh uji untuk pengujian minyak mineral dan minyak lemak
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1) selama pengambilan contoh uji, gunakan sarung tangan lateks (jangan gunakan sarung
tangan plastik);
2) ukur penampang badan air dan/atau laju alir air dan/atau kedalaman badan air jikabelum
ada data sekunder;
3) ambil 1 L contoh uji dengan cara memasukkan wadah gelas bermulut lebar ke dalam
badan air hingga hampir penuh;
4) ukur segera parameter lapangan yang dapat berubah dengan cepat dan tidak dapat
diawetkan seperti pH, oksigen terlarut, dan temperatur ; lakukan perlakuan
pendahuluan contoh uji; catat identitas pada label setiap wadah yang telah berisi contoh
49
2) ambil contoh uji secara hati-hati dengan cara memasukkan wadah contoh uji
berkapasitas 1 L ke dalam badan air hingga penuh;
3) ambil contoh uji menggunakan alat pengambil contoh uji kemudian pindahkan contoh
uji ke dalam wadah contoh uji. Hindari terjadinya turbulensi dan gelembung udara
selama pengisian wadah dan pastikan tidak ada gelembung udara yang tertinggal;
4) ukur segera parameter lapangan yang dapat berubah dengan cepat dan tidak dapat
diawetkan seperti pH, oksigen terlarut, dan temperatur ; lakukan perlakuan
pendahuluan contoh uji; catat identitas pada label setiap wadah yang telah berisi contoh
uji, kemudian simpan contoh uji dalam kotak pendingin;lakukan rangkaian
pengamanan contoh uji;
BAB VII. PENGAMBILAN SAMPEL AIR LIMBAH UNTUK
PARAMETER FISIKA DAN KIMIA
51
52
5) Apabila tujuan pengambilan contoh uji mensyaratkan pengambilan contoh uji pada
inlet IPAL, maka tentukan titik pengambilan contoh uji pada lokasi aliran air limbah
di akhir proses produksi sebelum masuk IPAL
Contoh penetapan lokasi dan titik pengambilan sampel air limbah dapat dilihat pada
Gambar 23.
Gambar 23. Contoh Penetapan Lokasi dan Titik Pengambilan Sampel Air Limbah
a) Untuk keperluan evaluasi efisiensi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL), contoh
diambil pada 3 titik :
1. Contoh diambil pada lokasi sebelum dan setelah IPAL dengan memperhatikan
waktu tinggal (waktu retensi).
2. Titik lokasi pengambilan contoh pada inlet (titik 2, Gambar 23)
(a) Dilakukan pada titik pada aliran bertubulensi tinggi agar terjadi pencampuran
dengan baik, yaitu pada titik dimana limbah mengalir pada akhir proses
produksi menuju ke IPAL.
(b) Apabila tempat tidak memungkinkan untuk pengambilan contoh maka dapat
ditentukan lokasi lain yang dapat mewakili karakteristik air limbah.
53
3. Titik lokasi pengambilan contoh pada outlet (titik 3, Gambar 23) Pengambilan
contoh pada outlet dilakukan pada lokasi setelah IPAL atau titik dimana air limbah
yang mengalir sebelum memasuki badan air penerima (sungai).
b) Untuk keperluan pengendalian pencemaran air, contoh diambil pada 3 (tiga) lokasi:
1. Pada perairan penerima sebelum tercampur limbah (upstream) (titik 4,Gambar 23).
2. Pada saluran pembuangan air limbah sebelum ke perairan penerima (titik
3,Gambar 23).
3. Pada perairan penerima setelah bercampur dengan air limbah (downsream),
namun belum tercampur atau menerima limbah cair lainnya (titik 5, Gambar 23).
Penetapan lokasi dan titik sampling air limbah untuk kegiatan yang memiliki IPAL atau
belum dan keberadaan bak penampung (bak ekualisasi) dapat dilihat pada Tabel 7.
54
Tabel 7. Titik Pengambilan Contoh Uji Air Limbah Pada Beberapa Kondisi
Kondisi Keberadaan Bak Titik Pengambilan Contoh Uji
Penampung
kegiatan yang belum Tidak terdapat bak atau 1) Apabila kondisi air limbah tidak berfluktuasi, tentukan titik
memiliki IPAL dengan kompartemen penampung pengambilan contoh uji pada saluran sebelum masuk ke badan air
proses kontinyu dan air penerima dengan teknik pengambilan contoh uji sesaat (grab
limbahnya berasal dari satu sampling).
saluran pembuangan 2) Apabila kondisi air limbah berfluktuasi akibat proses produksi,
tentukan titik pengambilan contoh uji pada saluran sebelum masuk ke
badan air penerima dengan Teknik pengambilan contoh uji gabungan
waktu (composite sampling).
Terdapat bak atau 1) Apabila bak atau kompartemen penampung menggunakan sistem
kompartemen penampung overflow, tentukan titik pengambilan contoh uji di lokasi setelah
overflow dengan teknik pengambilan contoh uj sesaat (grab
sampling).
2) Apabila bak atau kompartemen menggunakan sistem saluran, tentukan
titik pengambilan contoh uji pada saluran keluaran setelah bak atau
kompartemen penampung sebelum masuk ke badan air penerima
dengan teknik pengambilan contoh uji sesaat (grab sampling).
55
Titik pengambilan contoh Tidak terdapat bak atau Apabila kondisi air limbah berfluktuasi akibat proses produksi, tentukan
uji untuk kegiatan yang kompartemen penampung titik pengambilan contoh uji pada saluran sebelum masuk ke badan air
belum memiliki IPAL penerima, dengan teknik pengambilan contoh uji gabungan waktu dan
dengan proses batch dan proporsional pada saat pembuangan dilakukan.
air limbahnya berasal dari Terdapat bak atau Tentukan titik pengambilan contoh uji pada saluran sebelum masuk ke
satu saluran pembuangan kompartemen penampung badan air penerima dengan teknik pengambilan contoh uji sesaat (grab
sampling).
kegiatan yang belum Tidak terdapat bak atau 1) Apabila kondisi air limbah tidak berfluktuasi dan semua saluran
memiliki IPAL dengan kompartemen penampung pembuangan limbah disatukan dari beberapa sumber sebelum masuk
proses kontinyu dan air badan air penerima, tentukan titik pengambilan contoh uji pada saluran
limbahnya berasal dari sebelum masuk ke badan air penerima dengan teknik pengambilan
beberapa saluran contoh uji sesaat (grab sampling).
pembuangan 2) Apabila kondisi air limbah tidak berfluktuasi dan semua saluran
pembuangan limbah dari beberapa sumber tidak disatukan sebelum
masuk badan air penerima, tentukan titik pengambilan contoh uji pada
masing-masing saluran sebelum masuk ke badan air penerima dengan
teknik pengambilan contoh uji gabungan tempat (composite sampling)
dengan mempertimbangkan debit.
3) Apabila kondisi air limbah berfluktuasi akibat proses produksi dan
semua saluran pembuangan limbah dari beberapa sumber disatukan
56
beberapa saluran penerima, dengan teknik pengambilan contoh uji gabungan waktu
pembuangan (composite sampling).
2) Apabila kondisi air limbah berfluktuasi akibat proses produksi dan
semua saluran air limbah dari beberapa sumber tidak disatukan dalam
saluran pembuangan sebelum masuk badan air penerima, tentukan
titik pengambilan contoh uji pada masing-masing saluran sebelum
masuk ke badan air penerima, dengan teknik pengambilan contoh uji
gabungan waktu dan tempat (composite sampling) dengan
mempertimbangkan debit.
Terdapat bak atau Apabila kondisi air limbah berfluktuasi atau sangat berfluktuasi akibat
kompartemen penampung proses produksi, semua air limbah dari masing-masing proses disatukan
dan dibuang melalui bak penampung,tentukan titik pengambilan contoh
uji pada saluran setelah bak atau kompartemen penampung sebelum
masuk ke badan air penerima, dengan teknik pengambilan contoh uji
sesaat (grab sampling).
58
7.2.2. Cara pengambilan contoh uji untuk pengujian logam total dan logam terlarut
Lakukan pengambilan contoh uji untuk pengujian logam total dan logam terlarut dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
1) lakukan pengambilan contoh uji sesuai pengambilan sampel secara umum pada sub bab
7.2.1
2) untuk pengujian logam total, ambil contoh uji dan masukkan ke dalam wadah contoh
uji dan lakukan pengawetan sesuai prosedur pengawetan;
3) untuk pengujian logam terlarut, ambil contoh uji, lakukan penyaringan contoh uji sesuai
prosedur penyaringan contoh, lalu masukkan ke dalam wadah contoh uji, dan lakukan
pengawetan sesuai prosedur pengawetan
59
7.2.3. Cara pengambilan contoh uji untuk pengujian Volatile Organic Carbon (VOC)
Lakukan pengambilan contoh uji untuk pengujian senyawa organik yang mudah menguap
(contoh: benzena dan toluena), dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1) pastikan contoh uji yang akan diambil bebas residual klorin. Apabila mengandung
residual klorin, tambahkan 80 mg Na2SO3 ke dalam 1 L contoh uji yang akan diambil;
2) gunakan sarung tangan lateks (jangan gunakan sarung tangan plastik atau sintetis)
selama pengambilan contoh uji;
3) lakukan pengukuran debit air limbah pada titik pengambilan contoh uji;
4) masukkan vial yang masih tertutup ke dalam air limbah, buka penutup vial kemudian
isi penuh vial dan tutup vial secara hati-hati, pastikan tidak boleh ada udara dalam vial;
5) apabila langkah 4) pada sub bab 7.2.1 tidak memungkinkan dilakukan, ambil contoh
uji menggunakan alat pengambil contoh uji bertangkai kemudian masukkan vial yang
masih tertutup ke dalam wadah penampung di alat pengambil contoh uji bertangkai,
buka penutup vial kemudian isi penuh vial dan tutup vial secara hati-hati, pastikan tidak
boleh ada udara dalam vial
6) lakukan langkah 6) sampai 9) pada sub bab 7.2.1;
7.2.4. Cara pengambilan contoh uji untuk pengujian senyawa organik yang dapat
diekstraksi
Lakukan pengambilan contoh uji untuk pengujian senyawa organik yang dapat diekstraksi
(contoh: minyak mineral, minyak lemak, surfaktan, fenol) dengan langkah-langka sebagai
berikut:
1) gunakan sarung tangan lateks (jangan gunakan sarung tangan plastik atau sintetis)
selama pengambilan contoh uji;
2) lakukan pengukuran debit air limbah pada titik pengambilan contoh uji;
3) ambil sejumlah contoh uji sesuai parameter dengan cara memasukkan wadah gelas
bermulut lebar dengan volume 1 L ke dalam air limbah hingga hampir penuh.
4) apabila langkah 3) pada sub bab 7.2.1 tidak memungkinkan dilakukan, ambil contoh
uji dengan alat pengambil contoh uji berbahan stainless steel kemudian masukkan ke
dalam wadah gelas hingga hampir penuh;
5) lakukan langkah 6) sampai 9) pada sub bab 7.2.1
60
7.2.5. Cara pengambilan contoh uji untuk pengujian senyawa organik yang dapat
diekstraksi
Lakukan pengambilan contoh uji untuk pengujian senyawa organik yang dapat diekstraksi
(contoh: minyak mineral, minyak lemak, surfaktan, fenol) dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
1) gunakan sarung tangan lateks (jangan gunakan sarung tangan plastik atau sintetis
selama pengambilan contoh uji;
2) lakukan pengukuran debit air limbah pada titik pengambilan contoh uji;
3) ambil sejumlah contoh uji sesuai parameter dengan cara memasukkan wadah gelas
bermulut lebar dengan volume 1 L ke dalam air limbah hingga hampir penuh.
4) apabila langkah 3) pada sub bab 7.2.1 tidak memungkinkan dilakukan, ambil contoh
uji dengan alat pengambil contoh uji berbahan stainless steel kemudian masukkan ke
dalam wadah gelas hingga hampir penuh;
5) lakukan langkah 6) sampai 9) pada sub bab 7.2.1
61
62
Tabel 11. Titik Pengambilan Contoh Uji Perairan Yang Tidak Di Pengaruhi Oleh Air
Sungai Berdasarkan Kedalaman
Kedalaman Air 1-100 meter >100 meter
Titik pengambilan contoh 0,2 D 0,2 D
kedalaman 0,5 D 0,4 D
0,8 D 0,6 D
0,8 D
Catatan :
Untuk keperluan khusus, dapat ditambahkan atau digunakan titik pengambilan contoh
sesuai dengan desain pengambilan contoh atau pemantauan spesifik
63
- Jaring plankton.
(Sumber: Calazans, Danilo & Muelbert, José & Muxagata, Erik. (2011). Organismos
PlanctÔnicos)
(Sumber : SNI 6964.8:2015 Kualitas air laut – Bagian 8: Metode pengambilan contoh uji
air laut)
Gambar 25. Contoh alat Pengambil Contoh Multi Sampler, Rosette Sampler
65
8.2.2. Pengambil contoh uji secara horizontal (Horizontal point water sampler)
Alat pengambil contoh uji horisontal untuk estuari dan pesisir. Alat pengambil
contoh horisontal terbuat dari polycarbonate transparan atau teflon berbentuk silinder
mempunyai katup bentuk bola terbuat dari bahan teflon dengan cincin pengaman (seal)
terbuat dari silicone rubber yang dilengkapi messenger.
Gambar 28. Teknik Pengambilan Contoh Uji Mikrobiologi Untuk Populasi Homogen
Pengambilan contoh uji mikrobiologi untuk populasi homogen dilakukan dengan teknik
pengambilan contoh uji sesaat secara aseptis.
67
68
Gambar 29. Teknik Pengambilan Contoh Uji Mikrobiologi Untuk Populasi Heterogen
Gambar 30. Teknik Pengambilan Contoh Uji Mikrobiologi Untuk Populasi Tercampur
dan Terstratafikasi
− bermulut lebar;
− dapat ditutup dengan kuat dan rapat;
− bersih dan bebas kontaminan;
− tidak mudah pecah dan dapat disterilisasi dengan autoclave/oven;
− tidak berinteraksi dengan contoh uji
− volume wadah contoh uji harus lebih besar dari volume contoh uji yang akan diambil.
Wadah contoh uji yang akan disterilisasi sebelumnya dilakukan pencucian terlebih
dahulu. Wadah gelas atau plastik PE, PP, PS, polikarbonat beserta tutupnya dicuci dengan
deterjen bebas fosfat kemudian bilas 5 sampai dengan 10 kali dengan air kran. Apabila
pada wadah contoh uji terdapat kotoran kering yang menempel, lakukan perendaman
dengan air kran terlebih dahulu sebelum pencucian. Kemudian wadah contoh uji dibilas 2
sampai dengan 3 kali dengan air bebas mineral, lalu keringkan.
Sebelum dilakukan proses sterilisasi, lakukan persiapan wadah contoh uji. Apabila
contoh uji air yang akan diambil diketahui mengandung residu klor atau senyawa halogen
lainnya, tambahkan 0,1 mL larutan Na2S2O3 10 % ke dalam botol contoh uji sebelum botol
disterilkan (dalam botol 120 mL, 0,1 mL larutan 10% Na2S2O3 akan menetralkan contoh
uji yang mengandung hingga 15 mg/L sisa klorin). Dapat juga menggunakan wadah
contoh uji steril yang telah mengandung Na2S2O3 yang tersedia secara komersial. Apabila
contoh uji mengandung Cu dan Zn, tambahkan 0,3 mL larutan dinatrium EDTA ke dalam
wadah contoh uji sebelum disterilkan.
Sterilisasi wadah contoh uji dapat dilakukan dengan teknik kering menggunakan
oven atau teknik basah menggunakan autoclave. Langkah-langkah untuk sterilasai wadah
contoh uji sebagai berikut :
1. Siapkan wadah contoh uji yang telah dicuci, kemudian pasang tutup wadah contoh
uji tanpa dikencangkan. Wadah contoh uji beserta tutupnya dapat dibungkus dengan
aluminium foil sebelum disterilkan.
2. Sterilkan wadah contoh uji beserta tutup menggunakan autoclave pada suhu 121 °C
± 3°C selama 30 menit atau menggunakan oven kering setidaknya selama 2 jam pada
suhu 170°C ± 10°C;
70
9.2. Penetuan Titik dan Lokasi Pengambilan Sampel Bahan Baku Air Minum
Penentuan titik dan lokasi sampling untuk parameter mikrobiologi sama seperti pada
penentuan titik dan lokasi sampling air untuk parameter fisika dan kimia. Sebagai
tambahan, pada sampling untuk parameter mikrobiologi dijelaskan penentuan titik dan
lokasi sampling untuk contoh uji bahan baku air minum,
Lokasi dan titik pengambilan contoh uji air bahan baku air minum ditentukan
sebagai berikut:
1) Harus mewakili sistem secara keseluruhan atau mewakili komponen utamanya.
2) Untuk setiap instalasi pengolahan air minum, minimal harus ada satu pengambilan
contoh uji pada lokasi bangunan sadap (intake) dan setidaknya satu pengambilan
contoh uji di lokasi setelah air yang diolah keluar.
3) Pada sistem dengan lebih dari satu sumber air, lokasi pengambilan contoh uji harus
mewakili output setiap sumber, permintaan debit setiap sumber, dan populasi yang
memanfaatkan masing-masing sumber.
4) Harus terdistribusi secara merata ke seluruh sistem jaringan distribusi perpipaan yang
jumlahnya proporsional dengan jumlah jaringan atau cabang pada sistem.
71
5) Harus mencakup perwakilan lokasi yang kritis dan dianggap rawan terhadap
pencemaran seperti jaringan tertutup (loop), zona bertekanan rendah, dan ujung
sistem.
6) Apabila air berasal dari berbagai sumber yang berbeda dan bercampur dalam sistem
jaringan distribusi perpipaan yang kompleks, jumlah lokasi pengambilan contoh uji
di lokasi pengumpulan harus proporsional terhadap setiap sumber air yang masuk ke
dalam sistem.
7) Sistem perpipaan bangunan gedung seperti hotel atau perkantoran, lokasi
pengambilan contohnya di titik pengambilan (tapping) dan di setiap bangunan sesuai
prinsip-prinsip pada butir 4) dan 5) tersebut di atas.
8) Tentukan titik pengambilan contoh uji air bahan baku air minum berdasarkan lokasi
sesuai subpasal 8.2.1 sampai dengan 8.2.5.
9.2.1. Titik pengambilan contoh uji air bahan baku air minum pada reservoir
pelayanan (termasuk menara air)
Titik pengambilan contoh uji harus ditetapkan sesuai dengan ketentuan berikut:
a) Tentukan titik pengambilan contoh uji pada pipa inlet dan outlet reservoir
pelayanan.
b) Titik pengambilan contoh uji di outlet harus berada di bagian hulu pelanggan
pertama.
c) Apabila inlet dan outlet reservoir pelayanan melalui pipa yang sama, pengambilan
contoh uji dilakukan pada saat pipa berfungsi sebagai outlet sehingga kualitasnya
mewakili air yang telah disimpan dalam reservoir pelayanan sebelumnya. Jika hal
ini tidak memungkinkan, gunakan sistem pengambilan contoh uji dengan
pemompaan.
d) Jika reservoir pelayanan memiliki lebih dari satu kompartemen dan secara hidraulis
tersambung, kompartemen tersebut dapat dianggap sebagai sebuah reservoir tunggal
dan ditentukan sebagai lokasi pengambilan contoh uji.
e) Jika reservoir pelayanan memiliki lebih dari satu kompartemen dan secara hidraulis
tidak tersambung, maka setiap kompartemen harus dianggap sebagai reservoir
72
9.2.2. Titik Pengambilan Contoh Uji Air Bahan Baku Air Minum Pada Instalasi
Pengolahan Air
Titik pengambilan contoh uji harus ditetapkan sesuai dengan ketentuan berikut:
a) Tentukan titik pengambilan contoh uji pada pipa inlet dan outlet instalasi
pengolahan air.
b) Untuk pemantauan pada proses-proses yang berbeda (misalnya, sedimentasi dan
filtrasi) dalam instalasi pengolahan air, maka pengambilan contoh uji ditentukan
pada titik sebelum dan setelah proses pengolahan yang sedang dipantau.
c) Jika terdapat proses disinfeksi/oksidasi, tentukan titik pengambilan contoh uji sesuai
dengan sub bab 8.2.3
CATATAN Kualitas air setelah pengolahan umumnya lebih baik. Penurunan kualitas
mikrobiologi air dapat terjadi apabila peralatan dari unit pengolahan air tidak sesuai
dengan spesifikasi atau peralatan tidak terpasang dengan benar atau tidak dirawat dengan
baik, sehingga terjadi kontaminasi.
9.2.3. Titik Pengambilan Contoh Uji Air Bahan Baku Air Minum Pada Unit
Disinfeksi Atau Oksidasi
Titik pengambilan contoh uji harus ditetapkan sesuai dengan ketentuan berikut:
a) Tentukan titik pengambilan contoh uji pada inlet dan outlet unit desinfeksi/oksidasi.
73
b) Pengambilan contoh uji pada outlet unit disinfeksi/oksidasi dilakukan setelah terjadi
waktu kontak antara air dan disinfektan/oksidan hingga jumlah mikroorganisme 0
CFU/100 mL.
CATATAN Pada beberapa unit, waktu kontak tergantung dari sistem distribusi yang
digunakan,sehingga contoh uji yang dibutuhkan untuk menguji efisiensi tahap
disinfeksi/oksidasi harus diambil pada titik yang tepat dalam sistem jaringan distribusi
perpipaan.
9.2.4. Lokasi dan titik pengambilan contoh uji air bahan baku air minum pada sistem
distribusi
Lokasi dan titik pengambilan contoh uji harus ditetapkan sesuai dengan ketentuan
berikut:
a) Penentuan lokasi dan titik pengambilan contoh uji dalam jaringan distribusi harus
mewakili kualitas air yang sejenis serta lokasi yang dianggap rentan terhadap
kontaminasi seperti pada jaringan tertutup (loop), zona bertekanan rendah, dan
ujung jaringan.
b) Jika air dari berbagai sumber bercampur dalam jaringan distribusi tersebut, maka
jumlah titik pengambilan contoh uji harus proporsional terhadap masing-masing
sumber air.
c) Jika dalam jaringan distribusi terdapat unit pengolahan, maka pengambilan contoh
uji ditentukan pada lokasi sebelum dan setelah unit pengolahan, untuk bisa menilai
efisiensi pengolahan.
d) Tentukan titik pengambilan contoh uji pada jaringan distribusi pada kran pelanggan
atau kran pengambilan contoh uji yang telah terpasang
74
2. Titik pengambilan contoh uji pada kran untuk pengambilan contoh uji yang
terpasang
Tentukan titik pengambilan contoh uji sebagai berikut:
− tentukan jumlah titik pengambilan contoh uji pada kran aktif;
− pilih kran sesuai dengan aturan 1 b) dan hindari kran sesuai ketentuan pada aturan
1 c)
9.2.5. Pengambilan Contoh Uji Air Dari Sistem Perpipaan Dalam Bangunan Gedung
1. Lokasi Pengambilan Contoh Uji Air Dari Sistem Perpipaan Dalam Bangunan
Gedung
Lokasi pengambilan contoh uji harus ditetapkan sesuai dengan ketentuan berikut:
− Penentuan lokasi pengambilan contoh uji didasarkan pada gambar purnalaksana
(as built drawing) jaringan distribusi dan peruntukan air dalam bangunan gedung.
− Contoh uji berasal dari pipa lurus yang mewakili jaringan distribusi dan
peruntukan air dalam bangunan gedung.
− Hindari lokasi pengambilan contoh uji yang dapat menyebabkan kontaminasi
silang.
CATATAN 1 Gambar purnalaksana (as built drawing) menjadi pedoman untuk
menentukan lokasi pengambilan contoh uji, karena kompleks bangunan gedung seperti
rumah sakit, sering kali terdiri dari berbagai bangunan dengan usia dan bahan pipa yang
berbeda, dan seringkali terdapat pipa yang panjang dan rumit bahkan buntu.
CATATAN 2 Kontaminasi silang pada sistem perpipaan, yang biasanya sangat rumit,
umumnya diakibatkan kesalahan dalam pemasangan sambungan, kesalahan sistem,
kurang terpeliharanya fasilitas penyimpanan, pemanasan setempat, aliran balik,
kontaminasi silang, hambatan aliran, dan perembesan melalui bahan pipa.
CATATAN 3 Peraturan kesehatan dan keselamatan kerja yang berlaku meliputi
pemantauan dan pengambilan contoh uji, perlu diperhatikan dalam beberapa kondisi
contoh uji di wilayah tertentu,misalnya pemantauan mikrobiologi pada organisma seperti
Legionella.
76
2. Titik Pengambilan Contoh Uji Air Dari Sistem Perpipaan Dalam Bangunan Gedung
Tentukan titik pengambilan contoh uji pada:
− Inlet dan outlet tangki penyimpanan air untuk minum, penyiapan makanan, atau
untuk mandi.
− Tangki penyimpanan yang besar [mungkin akan diperlukan tambahan
pengambilan contoh uji yang dibenamkan (dip sampling) untuk daerah stagnan].
− Inlet dan outlet peralatan pengolahan air minum, seperti unit pelunakan bagi air
yang digunakan untuk air minum atau penyiapan makanan.
− Inlet dan outlet peralatan pengolahan khusus bagi air yang digunakan untuk
penyiapan atau produksi makanan atau minuman.
− Titik-titik yang mewakili jaringan distribusi, misalnya awal, tengah, dan akhir
cabang distribusi.
− Titik-titik tertentu untuk memeriksa sisa klor yang terletak pada bak pengatur
tekanan (potable service break tanks) pada bangunan tinggi.
− Titik-titik di lokasi yang rentan seperti saluran buntu.
− Jalur pengaliran air untuk dapur dan peralatan seperti mesin pembuat es atau
vending machine.
− Jalur pengaliran air panas.
CATATAN Pada situasi tertentu, pengambilan contoh uji dari bak penampung dengan
cara dibenamkan (dip sampling) dapat dilakukan apabila peralatan pengambilan contoh
uji sudah melalui proses sterilisasi.
7) Catat dan laporkan seluruh rangkaian kegiatan pengambilan contoh uji dalam
formular rekaman data lapangan
Gambar 31. Pengambilan Contoh Uji Badan Air Permukaan Secara Langsung
Pengambilan contoh uji secara langsung dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:
1) Wadah contoh uji disiapkan dengan volume sesuai dengan kebutuhan dan telah
disterilkan
2) Gunakan sarung tangan pada saat pengambilan contoh uji di bawah permukaan air,
untuk meminimalkan risiko kontaminasi dari personel petugas pengambil contoh
uji;
3) Contoh uji diambil dengan cara memegang botol steril bagian bawah dan celupkan
botol ± 20 cm di bawah permukaan air dengan posisi mulut botol berlawanan dengan
arah aliran;
4) Sisakan ruang udara ± 2,5 cm dari leher botol untuk melakukan homogenisasi
sebelum analisis dan botol contoh uji ditutup;
79
5) Catat identitas pada label setiap wadah yang telah berisi contoh uji, kemudian
simpan contoh uji dalam kotak pendingin;
6) Lakukan rangkaian pengamanan contoh uji
7) Catat dan laporkan seluruh rangkaian kegiatan pengambilan contoh uji dalam
formular rekaman data lapangan
2. Cara Pengambilan Contoh Uji Badan Air Permukaan Secara Tidak Langsung Dari
Jembatan Atau Lintasan Gantung Atau Perahu
Cara pengambilan contoh uji secara tidak langsung dilakukan pada badan air
permukaan yang tidak dapat langsung dijangkau sehingga pengambilan contoh uji
dilakukan dari atas jembatan,lintasan gantung, atau perahu (Gambar 32).
Gambar 32. Contoh Cara Pengambilan Contoh Uji Secara Tidak Langsung Dari
Jembatan Atau Lintasan Gantung
Lakukan pengambilan contoh uji secara tidak langsung dengan tahapan sebagai berikut:
1) Siapkan alat pengambilan contoh uji untuk kedalaman tertentu baca petunjuk
penggunaan alat, jika ada;
2) Turunkan perlahan-lahan alat pengambil contoh uji hingga mencapai titik
pengambilan contoh uji yang telah ditentukan dalam dokumen perencanaan;
80
3) Setelah terisi contoh uji, angkat/tarik alat pengambil contoh uji secara perlahan-
lahan;
4) Masukkan contoh uji yang telah diambil ke dalam wadah contoh uji secara cepat
dan aseptis;
5) Sisakan ruang udara ± 2,5 cm dari leher wadah contoh uji untuk melakukan
homogenisasi sebelum analisis kemudian tutup wadah contoh uji;
6) Catat identitas pada label setiap wadah yang telah berisi contoh uji, kemudian
simpan contoh uji dalam kotak pendingin;
7) Lakukan rangkaian pengamanan contoh uji
8) Catat dan laporkan seluruh rangkaian kegiatan pengambilan contoh uji dalam
formular rekaman data lapangan
4. Tutup wadah contoh uji dibuka dan pastikan tutupnya tidak terkontaminasi;
tampung air dalam wadah contoh uji;
5. Sisakan ruang udara ± 2,5 cm dari leher botol untuk melakukan homogenisasi
sebelum analisis;
6. Bakar mulut wadah contoh uji kemudian tutup wadah, lakukan pelabelan dan
pengamanan contoh uji
Lebih jelas tahapan pengambilan contoh uji untuk parameter mikrobiologi pada sumur
produksi dapat dilihat pada Gambar 33 berikut :
Gambar 33. Contoh Cara Pengambilan Contoh Uji Air Dari Sumur Produksi
82
9.3.4. Cara Pengambilan Contoh Uji Air Bahan Baku Air Minum
Pengambilan contoh uji air bahan baku air minum (contoh: air sumur atau air hasil olahan)
yang dilewatkan melalui pipa dan dikeluarkan melalui kran air, dilakukan sesuai dengan
langkah pada pengambilan contoh uji sumur produksi.
83
84
tinta tahan air (waterproof ink). Transportasi untuk membawa sampel dari lokasi menuju
laboratorium harus ditentukan, apakah menggunakan transportasi darat, laut atau udara.
Selama proses transportasi pengamanan sampel harus dijamin.
mikrobiologi, kimia, maupun fisika terhadap parameter yang akan dianalisis sehingga
stabil dalam waktu tertentu.
Pengawetan dapat dilakukan dengan cara fisika, kimia, atau gabungan keduanya.
Cara fisika dilakukan dengan mendinginkan sampel pada 30 ± 3 °C, serta menutup rapat
wadah sampel sehingga tidak ada pengaruh dari udara luar. Cara kimia dilakukan dengan
menambahkan bahan kimia tertentu yang dapat menghambat aktifitas mikrobiologi atau
mencegah terjadinya reaksi kimia.
Secara umum, berikut ini hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam melakukan
pengawetan sampel lingkungan:
1. Pengawetan sampel lingkungan harus dilakukan di lapangan sesaat setelah
pengambilan sampel;
2. Bahan pengawet harus merupakan bahan kimia yang mempunyai kemurnian tinggi
(reagent grade atau higher grade chemical);
3. Penambahan asam kuat atau basah kuat sebagai bahan pengawet harus dilakukan pada
area terbuka. Apabila terjadi reaksi yang tidak biasa, maka harus direkam dalam
catatan lapangan;
4. Setelah penambahan bahan pengawet, sampel lingkungan harus dihomogenkan dan
dilakukan pengecekan pH. Apabila pH belum menunjukkan sesuai persyaratan, maka
penambahan bahan pengawet dilakukan hingga memenuhi persyaratan. Pengecekan
pH dan jumlah penambahan bahan pengawet harus dicatat;
5. Penambahan bahan pengawet tidak boleh bersifat mengencerkan volume sampel,
karena itu bahan pengawet harus dalam keadaan pekat.
6. Jumlah penambahan bahan pengawet ke dalam sampel lingkungan harus sama dengan
jumlah penambahan ke dalam blanko yang digunakan sebagai pengendalian mutu
lapangan;
7. Bahan pengawet yang dibawa ke lokasi sampling harus disimpan dalam wadah yang
aman, hindari terjadinya kebocoran atau tumpahan serta dipisahkan dari wadah
sampel untuk menghindari kontaminasi.
86
Gambar 34. Contoh Alat Penyaringan Contoh Air Dengan Sistem Tekan
b) Sistem Vakum
Penyaringan dengan system vakum dilakukan dengan cara rnenghisap udara yang
ada dalam tabung. Dengan pengisapan udara ini maka tabung menjadi vakum, sehingga
menyebabkan air mengalir melewati kertas saring.
88
Gambar 35. Contoh Alat Penyaringan Contoh Air Dengan Sistem Vakum
10.5.2. Pengawetan
c) Parameter Kimia
Pengawetan contoh uji untuk parameter kimia disesuaikan dengan parameter
sebagaimana dalam Lampiran A. Penambahan volume pengawet tidak boleh melebihi 0,5
% dari volume contoh uji, untuk menghindari pengenceran.
d) Parameter Biologi
1. Plankton
Contoh plankton diawetkan dengan menambahkan lugol 0,3 mL/100 mL (sampai warna
kuning kecoklatan), Contoh uji disimpan dalam botol berwarna gelap dan simpan di
tempat yang terhindar dari cahaya. Untuk penyimpanan jangka panjang sampai dengan 3-
6 bulan tambahkan lugol 0,7 mL/100 mL dan tambahkan sedikit (2 %) buffer formalin.
2. Klorophil a
Contoh uji klorophil a disaring sesegera mungkin dengan kertas saring selulosa asetat
berpori 0,25 µm, dan tetesi dengan MgCO3. Contoh uji disimpan dalam keadaan dingin
(< 0° C) dan gelap (dalam alumunium foil) dan tempatkan dalam wadah khusus seperti
89
petridish. Bila tidak langsung disaring simpan di tempat gelap pada suhu 4 °C, batas waktu
penyimpanan 28 jam.
3. Coliform
Contoh uji coliform diawetkan pada suhu 4 °C dan tidak terkena sinar matahari langsung.
Batas waktu setelah pengambilan contoh dengan analisis maksimal adalah 6 jam ± 2 jam.
BAB XI. PENGUKURAN PARAMETER LAPANGAN
Ada tiga parameter kualitas air yang membantu untuk mengukur kualitas air, yang
meliputi parameter fisik, parameter kimia, dan parameter biologi . Parameter fisik
meliputi warna, rasa, bau, suhu, kekeruhan, padatan, dan daya hantar listrik. Parameter
kimia dapat mencakup pH, keasaman, alkalinitas, klorin, kekerasan, oksigen terlarut, dan
kebutuhan oksigen biologis. Parameter ketiga melibatkan parameter biologis, yang
meliputi bakteri, alga, dan virus.
Dalam pengambilan sampel lingkungan dikenal istilah parameter kunci. Parameter
kunci adalah parameter lingkungan yang dapat mewakili kondisi kualitas lingkungan.
Contoh pada air limbah, parameter kunci untuk mengetahui kualitas air limbah adalah
suhu (°C), daya hantar listrik (DHL), derajat keasaman (pH), oksigen terlarut (DO),
kebutuhan oksigen secara kimiawi (COD), kebutuhan oksigen secara biologi (BOD),
maupun senyawa anion dan kation yang dominan.
Parameter kualitas air dibagi juga menjadi parameter ex situ dan parameter in situ.
Parameter ex situ adalah parameter kualitas yang dilakukan di laboratorium, contohnya
logam berat. Sedangkan analisis in situ adalah pengukuran parameter fisik dan kimia
dalam badan air yang dilakukan di lapangan saat pengambilan sampel. Analisis in situ
biasanya dilakukan karena parameter yang diukur dapat berubah dengan cepat. Data in
situ seringkali diperlukan untuk membantu interpretasi hasil kualitas air lainnya.
Parameter kualitas air in situ yaitu suhu, pH, konduktivitas, kekeruhan, oksigen terlarut,
salinitas, kedalaman.
Data analisis insitu harus memiliki tingkat presisi dan akurasi yang diterima, sama
halnya dengan parameter yang diukur di laboratorium. Oleh karena itu harus dipastikan
instrumen yang digunakan di lapangan terkalibrasi.
11.1. Suhu
Suhu air merupakan derajat atau pengukuran kuantitatif dari tinggi rendahnya panas air.
Suhu air pada suatu perairan dapat dipengaruhi oleh musim, lintang (latitude), ketinggian
dari permukaan laut (altitude), waktu dalam satu hari, penutupan awan, aliran dan
kedalaman air. Peningkatan suhu air mengakibatkan peningkatan viskositas, reaksi kimia,
90
91
evaporasi dan volatisasi serta penurunan kelarutan gas dalam air seperti O2, CO2, N2, CH4
dan sebagainya.
Stratifikasi umum terjadi pada musim panas ketika air permukaan lebih hangat dari
perairan dasar. Oleh karena itu, jika airnya tidak dangkal (kurang dari 0,5m) dan tidak
mengalir, pembacaan suhu dilakukan pada kedalaman yang berbeda bersama dengan
parameter lainnya untuk menentukan apakah ada stratifikasi atau tidak. Jika sensor
kedalaman tidak tersedia pada peralatan pengukur suhu, dapat digunakan tanda pada kabel
meteran.
Pengukuran suhu dilakukan menggunakan termometer air raksa yang telah
terkalibrasi . Air raksa dalam termometer akan memuai atau menyusut sesuai dengan
panas air yang diperiksa, sehingga suhu air dapat dibaca pada skala termometer
(°C). Pengukuran suhu dilakukan sebagai berikut :
a) Pengukuran Suhu contoh uji air permukaan
− Termometer langsung dicelupkan ke dalam contoh uji dan biarkan selama 2 menit
sampai dengan 5 menit sampai termometer menunjukkan nilai yang stabil;
− Pembacaan skala termometer dicatat tanpa mengangkat lebih dahulu termometer
dari air.
11.2. pH
Menurut SNI SNI 06-6989.11-2004, pH larutan adalah minus logaritma konsentrasi
ion hidrogen. pH larutan diukur menggunakan pH meter. Prinsip pengukuran pH
menggunakan pH meter yaitu berdasarkan pengukuran aktifitas ion hidrogen secara
potensiometri/elektrometri.
92
11.3. Konduktivitas
Konduktivitas atau daya hantar listrik adalah kemampuan air untuk menghantarkan
arus listrik yang dinyatakan dalam μmhos/cm (μS/cm). Daya hantar listrik diukur dengan
elektroda konduktimeter dengan menggunakan larutan kalium klorida (KCl) sebagai
larutan baku pada suhu 25°C.
Prosedur umum pengukuran konduktivitas menggunakan konduktometer sebagai
berikut:
93
a) Kalibrasi Konduktemeter
Kalibrasi konduktometer dilakukan dengan mengukur larutan KCl 0,01 M. Atur
sampai menunjuk angka 1413 μmhos/cm (sesuai dengan instruksi kerja alat). Apabila
DHL contoh uji lebih besar dari 1413 μmhos/cm, lakukan kalibrasi menggunakan
larutan baku KCl 0,1 M (DHL = 12900 μmhos/cm) atau KCl 0,5 M (DHL = 58460
μmhos/cm).
b) Pengukuran Konduktivitas Contoh Uji
− Bilas elektroda dengan contoh uji sebanyak 3 kali.
− Celupkan elektroda ke dalam contoh uji sampai konduktimeter menunjukkan
pembacaan yang tetap.
− Catat hasil pembacaan skala atau angka pada tampilan konduktimeter dan catat
suhu contoh uji.
11.4. Kekeruhan
Kekeruhan merupakan sifat pembiasan dan atau penyerapan optik dari suatu cairan,
di hitung dalam satuan Nefelometrik Turbidity Unit (NTU) atau Unit Kekeruhan
Nefelometri (UKN). Tingkat kekeruhan yang tinggi dapat terjadi sebagai akibat dari
konsentrasi lanau, lempung, dan bahan organik yang lebih tinggi. Kekeruhan pada air
dapat jugaterjadi karena adanya kandungan zat organik yang berasal dari hewan dan
tanaman atau zat anorganik
Kekeruhan diukur menggunakan nefelometer. Prinsip nefelometer yaitu intensitas
cahaya contoh uji yang di serap dan dibiaskan, dibandingkan terhadap intensitas cahaya
suspensi baku. Cara pengukuran kekeruhan menggunakan nefelometer sebagai berikut:
a) Kalibrasi Nefelometer
− Lakukan kalibrasi nefelometer dengan cara nefelometer untuk pengujian
kekeruhan dioptimalkan sesuai petunjuk penggunaan alat, kemudian masukkan
suspensi baku kekeruhan (misalnya 40 NTU) ke dalam tabung pada nefelometer.
− biarkan alat menunjukkan nilai pembacaan yang stabil;
− atur alat sehingga menunjukkan angka kekeruhan larutan baku (misalnya 40
NTU).
94
dengan pengertian:
V adalah mL Na2S2O3;
N adalah normalitas Na2S2O3;
F adalah faktor (volume botol dibagi volume botol dikurangi volume pereaksi
MnSO4 dan alkali iodida azida
kecepatan arus yang sedang diukur yang kemudian dimasukkan ke dalam persamaan
sesuai petunjuk alat. Pengukuran debit pada arus air seperti sungai atau saluran
membutuhkan pengukuran yaitu luas penampang aliran dan kecepatan aliran.
11.7. Salinitas
Salinitas air memiliki pengertian tingkat keasinan yang terlarut atau tingkat kadar
garam dalam air. Air tawar memiliki salinitas kurang dari 0,05 part-per-thousand (ppt),
air payau atau saline memiliki salinitas antara 3-5 ppt dan brine memiliki salinitas lebih
dari 5 ppt. Alat untuk mengukur salinitas air adalah salinometer.
BAB XII. JAMINAN DAN PENGENDALIAN MUTU SAMPLING
Data hasil pengambilan sampel dan analisis parameter lingkungan harus memenuhi
kaidah ilmiah dan hukum.
Kaidah ilmiah yang dimaksud bahwa pada perencanaan sampling, tujuan sampling
perlu ditetapkan, sampel yang diambil harus mewakili populasi atau wilayah yang
diteliti,metode pengambilan sampel harus dipilih dengan benar dan harus sesuai dengan
tujuan yang ditetapkan, setiap sampel harus diidentifikasi dan diberi label dengan benar
untuk memudahkan identifikasi di laboratorium atau selama analisis, pengukuran harus
dilakukan dengan hati-hati dan teliti serta harus dilakukan dengan instrumen yang valid,
hasil pengukuran harus tepat dan teliti, data yang diperoleh harus diolah dengan baik dan
diinterpretasikan secara cermat sesuai dengan tujuan penelitian.
Kaidah hukum dalam perencanaan sampling mencakup izin dari instansi yang
berwenang, seperti izin pemilik tanah atau izin pemerintah daerah, pengambilan sampel
lingkungan harus mempertimbangkan keselamatan, termasuk keselamatan petugas
sampling dan masyarakat sekitar, pengambilan contoh lingkungan tidak boleh merusak
lingkungan atau mempengaruhi keseimbangan ekosistem yang ada, sampel lingkungan
harus ditangani dengan tepat dan sesuai dengan standar keselamatan untuk menghindari
kontaminasi atau kerusakan pada sampel, hasil penelitian harus dilaporkan secara jujur
dan terbuka, serta harus menyebutkan sumber data yang digunakan dan metode yang
digunakan.
Validitas data harus dapat dibuktikan, oleh karena itu pengendalian dan jaminan
mutu analisis harus diterapkan. Validitas data harus dapat dibuktikan, oleh karena itu
pengendalian jaminan mutu analisis harus diterapkan. Jaminan dan pengendalian mutu
97
98
Jaminan dan pengendalian mutu adalah aktivitas yang perlu diakukan untuk
menunjukkan akurasi/keakuratan (seberapa dekat hasil terhadap nilai benar) dan
presisi/ketelitian (seberapa dekat nilai antar ulangan) dari hasil sampling dan analisis
sampel yang dilakukan. Jaminan mutu/ Quality Assurance (QA) umumnya mengacu pada
rencana secara komprehensif untuk menjaga kualitas di semua aspek. Rencana yang
dibuat harus dapat menjelaskan bagaimana upaya pemantauan yang dilakukan,
dokumentasi yang tepat dari semua prosedur, pelatihan personil , manajemen dan analisis
data, prosedur jaminan mutu yang spesifik, sampai ke pelaporan hasil sampling dan data
hasil sampling. Jaminan mutu/Quality Control (QC) terdiri dari prosedur yang diterapkan
untuk menentukan validitas pengambilan sampel dan prosedur analitis. Penilaian
kualitas/Quality Assesment adalah penilaian tingkat presisi dan akurasi dari data yang
dihasilkan.
Saat pengambilan sampel di lapangan, jaminan mutu yang perlu ditekankan untuk
dilakukan yaitu :
− Gunakan wadah contoh uji yang bebas kontaminan dibuktikan dengan melakukan
pengujian blanko wadah contoh uji sebanyak 5% dari jumlah wadah yang telah
dicuci setidaknya 6 bulan sekali.
− Gunakan alat pengambil contoh uji yang bebas kontaminan.
− Gunakan peralatan pengukuran parameter lapangan yang terkalibrasi.
− Lakukan pengambilan contoh uji oleh petugas pengambil contoh uji yang kompeten.
− Lakukan pelabelan sampel sesuai SOP
− Gunakan formular Chain of Custody untuk dapat mampu telusur proses sampling
yang dilakukan (contoh formulir dapat dilihat pada Lampiran 2)
− lakukan pengendalian mutu di lapangan dan di laboratorium sesuai tujuan
pengambilan contoh uji dengan pengukuran blanko
bertujuan untuk mendeteksi berbagai kontaminasi yang bersumber dari peralatan yang
digunakan. Blanko peralatan digunakan untuk mengecek kesesuaian proses pencucian
peralatan pengambilan sampel serta untuk mengecek kontaminasi silang. Karena itu,
blanko peralatan disebut juga blanko pembilasan (rinsate blank).
Apabila peralatan dicuci di lapangan untuk keperluan pengambilan sampel
berikutnya pada lokasi yang berbeda, maka tambahan blanko peralatan dilakukan untuk
lokasi yang berbeda tersebut. Namun dalam prakteknya, hal ini jarang dilakukan oleh
petugas pengambil sampel. Oleh karena itu, untuk menghindari kontaminasi silang, maka
proses pengambilan sampel dilakukan pada lokasi yang diperkirakan memiliki kadar
analit rendah (hulu) hingga tinggi (hilir). Hasil pengukuran blanko peralatan dievaluasi
sebagai berikut:
diawetkan dan diperlakukan sama halnya dengan sampel yang diambil dari lapangan.
Tujuan pengukuran blanko lapangan adalah untuk mendeteksi kontaminasi yang berasal
dari lingkungan sekitar lokasi sampling. Blanko lapangan disiapkan di laboratorium
dengan menggunakan air bebas analit dan dibawa ke lokasi pengambilan sampel untuk
dipaparkan dan diperlakukan sama dengan sampel sesungguhnya sehingga sumber-
sumber potensial kontaminasi dapat diketahui. Hasil pengukuran blanko lapangan
dievaluasi sebagai berikut :
Jika:
[Kadar]blank ≤ MDL -- lingkungan sekitar sampling tidak memberikan kontribusi
kontaminan
[Kadar]blank >MDL -- lingkungan sekitar sampling memberikan kontribusi kontaminan
a. Blanko standar: air bebas analit disiapkan seperti pada pembuatan deret standar untuk
kurva kalibrasi
b. Blanko pelarut: air bebas analit disiapkan seperti sampel mulai dari pretreatment ,
preparasi dan analisis.
c. Blanko sampel : blanko sampel biasa digunakan pada metode spektrofotometri
visible. Sampel disiapkan seperti perlakuan sampel, namun tanpa penambahan
pereaksi pembangkit warna. Blanko sampel diukur untuk mengevaluasi kontaminasi
berupa matriks sampel
Catatan :
MDL adalah method detection limit yaitu konsentrasi terkecil yang dapat dibaca oleh
metode namun tidak terkuantisasi
LoQ adalah Limit of Quantitation yaitu konsentrasi terkecil yang dapat dibaca oleh
metode secara terkuantisasi
sampel. Pada sampel influen IPAL ada banyak pertumbuhan bakteri pada filter setelah
inkubasi. Pelat positif dilakukan untuk mendeteksi kesalahan prosedur atau adanya
kontaminan dalam analisis laboratorium yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri.
Selain cara-cara yang dijelaskan, dalam penjaminan mutu internal hal-hal berikut
perlu untuk diperhatikan :
− Gunakan bahan kimia berkualitas pro analisis (pa).
105
106
107
2. Destruksi Basah
Destruksi basah umumnya dilakukan untuk penetapan logam total, fosfor total, dan
nitrogen total. Destruksi basah memecah ikatan organik pada sampel dan mengubah
sampel menjadi bentuk yang dapat dianalisis. Destruksi dilakukan pada suhu panas
dengan menggunakan asam-asam pengoksidasi seperti H2SO4, HNO3, HClO4, HCl, atau
menggunakan campuran pengoksidasi seperti aquaregia. Terkadang, penambahan bromin
(Br2) atau H2O2 ke dalam asam mineral akan meningkatkan proses pelarutan sampel dan
mempercepat proses oksidasi bahan organik dalam sampel. Jika sampel mengandung
silikat, digunakan asam flourida (HF) sebagai pelarut. Namun perlu diperhatikan wadah
yang digunakan tidak boleh berbahan kaca. Proses destruksi memiliki tingkat resiko
tinggi, terutama jika sampel mengandung kandungan senyawa organik yang tinggi. Selalu
kenakan kacamata, jas lab, dan gunakan sarung tangan jika terjadi tumpahan asam selama
proses destruksi asam.
3. Ekstraksi
Beberapa bahan kimia memiliki kelarutan yang berbeda dalam pelarut yang
berbeda, yang secara selektif dapat memisahkan zat terlarut dari campuran. Proses
ekstraksi ini sering digunakan sebagai persiapan sampel untuk pemekatan sampel senyawa
organik yang memilikik konsentrasi sangat kecil sekali (trace analisis). Teknik ekstraksi
cair-cair menggunakan corong pemisah untuk sampel cair, dan ekstraksi Soxhlet untuk
sampel padat (tanah, lumpur).
Dalam ekstraksi cair-cair, pastikan fase yang akan diambil untuk dianalisis dan fase
yang akan dibuang. Dietil eter, benzena, petroleum eter, dan heksana lebih ringan dari air,
sedangkan kloroform, etilen diklorida, metilen klorida, dan tetraklorometana lebih berat
dari air.
DAFTAR PUSTAKA
108
Handbook of Analytical Methods for Environmental Sampling ; Publication date: 1983 ;
Publisher: Ontario Ministry of the Environment
Herawati, AP.Tirta.2016. Diktat Praktikum Jaminan Mutu Analisis. Politeknik AKA
Bogor. Kementrian Perindustrian Republik Indonesia
https://archive.epa.gov/water/archive/web/html/132.html.Quality Assurance, Quality
Control, and Quality Assessment Measures. Diakses pada 08 Maret 2023
Hutton LG.1983.Field Testing of Water in Developing Countries.Water Research centre
and LG Hutton. Department of Civil Engineering University of Technology
Loughborough
Kurniawan Agung. 2019. Dasar-dasar Analisis Kualitas lingkungan. Wineka Media
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 82 tahun 2001 tentang
pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air
PUSFASTER dan PSIKLH- BSIKLH – KLHK.2022. Metode Pengambilan Contoh Uji
Air Dan Air Limbah Untuk Parameter Mikrobiologi (SNI 9063 – 2022).Manggala
Wanabhakti Tanggal 16 Desember 2022
Rudiyati.TEORI TEKNIK SAMPLING AIR.Disampaikan pada BIMTEK Laboratorium
Kualitas Air Tngkat Menengah
Schreuder, H. T.; Gregoire, T. G.; Weyer, J. P. 2001. For what applications can probability
and non-probability sampling be used Environmental Monitoring and Assessment. 66:
281-291.
SNI 6964.8-2015.Kualitas Air Laut : Metode Pengamblan Contoh Uji Air Laut
SNI 06-6989.1-2004 Air dan air limbah – Bagian 1: Cara uji daya hantar listrik (DHL)
SNI 06-6989.11-2004 Air dan air limbah – Bagian 11: Cara uji derajat keasaman (pH)
dengan menggunakan alat pH meter
SNI 6989.23 Air dan air limbah Bagian 23: Cara uji suhu dengan termometer
SNI 06-6989.14-2004 Air dan air limbah – Bagian 14: Cara uji oksigen terlarut secara
yodometri (modifikasi azida)
SNI 8990:2021 ;. Metode pengambilan contoh uji air limbah untuk pengujian fisika dan
kimia
SNI 8995:2021 Metode Pengambilan Contoh Uji Air Untuk Pengujian Fisika Dan Kimia
109
SNI 9063:2022 Metode pengambilan contoh uji air dan air limbah untuk parameter
mikrobiologi.
SNI ISO/IEC 17025 : 2008 , Persyaratan Umum kompetensi laboratorium pengujian dan
laboratorium kalibrasi
Standard Methods for the Examination of Water and Wastewater, 2017, 23th edition, Part
1060. Collection and Preservation of samples, American Public Health Association,
American Water Works Association, Water Pollution Control Federation,
Washingthon,D.C.
Surface water sampling methods and analysis — technical appendices. Standard operating
procedures for water sampling - methods and analysis. 2009. Department of
WaterGovernment of Western Australia. www.water.wa.gov.au
Wilde. Franceska D..2005.National Field Manualfor the Collection of Water-Quality
Data. Book 9 Handbooks for Water-Resources Investigations.Chapter A1.
PREPARATIONS FOR WATER SAMPLING. U.S. GEOLOGICAL SURVEY.
accessible online at http://pubs.water.usgs.gov/twri9A/
110
Lampiran 1. Penanganan Contoh Uji Berdasarkan Parameter Yang Diuji
111
112
113
114
115
116
Lampiran 2. Contoh Formulir Chain of Custody
117
Lampiran 3. Contoh Formulir Rekaman Data Lapangan
118
Lampiran 4. Contoh Formulir analisis risiko keselamatan dan kesehatan kerja
pengambilan contoh
119