Istilah Kinerja sering digunakan untuk merujuk pada pencapaian atau tingkatan individu
atau kelompok individu. Kinerja bisa diketahui hanya ketika orang-orang tersebut mempunyai
keberhasilan yang telah ditetapkan. Keberhasilan ini berupa tujuan-tujuan atau target-target
tertentu yang hendak dicapai. Tanpa ada tujuan atau target, kinerja seseorang organisasi tidak
mungkin dapat diketahui karena tidak ada tolok ukurnya.(Mahsun, 2006).
1. Definisi Kinerja
Menurut (Mahsun, 2006) adalah “Gambar mengenai tingkat pencapain pelaksanaan suatu
kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan sasaran,tujuan,misi, dan visi organisasi
yang tertuang dalam strategik planning suatu organisasi.”
Anggaran merupakan pernyataan mengenai estimasi kinerja yang hendak dicapai selama
periode waktu tertentu yang dinyatakan dalam ukuran finansial.(Mardiasmo, 2002). Menurut
kamus bahasa Indonesia Anggaran adalah perkiraan/perhitungan/aturan/taksiran mengenai
penerimaan dan pengeluaran kas yang diharapkan untuk periode yang akan datang. Dari
pengertian tersebut diperoleh kesimpulan bahwa anggaran pada umunya memiliki karakterisitik
sebagai berikut (Bastian, 2000:81):
a) Anggaran dinyatakan dalam satuan uang dan satuan selain keuangan dan satuan
selain keuangan.
b) Anggaran umunya mencangkup waktu satu tahun.
c) Berisi komitmen atau kesanggupan manajemen yang berarti para manajer setuju
untuk menerima tanggung jawab guna mencapai sasaran yang tepat.
d) Usulan anggaran ditelaah dan disetujui oleh pihak yang berwenang lebih tinggi
dari penyusun anggaran.
e) Anggaran hanya dapat diubah dibawah kondisi tertentu apabila telah disetujui.
f) Secara berkala kinerja keuangan sesungguhnya dibandingkan dengan danggaran
dan selisihnya dianalisis dan dijelaskan.
a) Varians Pendapatan/Penerimaan
b) Varians Belanja/Pengeluaran
a) Jika rencana anggaran pendapatan > realisasi, maka selisihnya bersifat menurun.
Sedangkan pada pengeluaran atau belanja jika anggaran > dari pada sesungguhnya
(aktual) ,maka selisihnya bersifat menguntungkan.
b) Jika Rencana anggaran pendapatan = realisasi,maka selisihnya bersifat sama.Sedangkan
pada pengeluaran atau belanja jika sama dengan sesungguhnya terjadi (aktual),maka
selisihnya sama dengan nol.
c) Jika rencana anggaran pendapatan < dari pada realisasi maka selisihnya naik. Sedangkan
pada pengeluaran jika anggaran lebih kecil daripada sesungguhnya terjadi (aktual), maka
selissihnya bersifat tidak menguntungkan.
Efisiensi
Pengertian efisiensi menurut Jones d an Pedlebury (1996) adalah suatu perbandingan atau rsio
antara output dengan input.
1. Analisis Efisiensi
Analisisi ini dilakukan terhadap kinerja keuangan daerah dengan menggunakan ukuran tingkat
efisiensi yaitu perbandingan antara realisasi pengeluaran rutin dengan total realisasi
pendapatan daerah dikalikan seratus dalam bentuk persentase.(Mardiasmo, 2002:2)
Berikut kriteria Kinerja nya
Efektifitas
Efektifitas pada dasarnya berhubungan dengan pencapaian atau targer kebijakan (Mardiasmo,
2002:132) Efektifitas merupakan hubungan antara pengeluaran dengna tujuan atau sasaran
yang harus dicapai dan bisa dikatakan efektif apabila proses kegiatan mencapai tujuan dan
sasaran akhir kebijakan.
1. Analisis Efektivitas
Analisis ini dilakukan terhadap kinerja keuangan daerah dengan menggunankan ukuran tingkat
efektivitas yaitu perbandingan antara realisasii pendapatan dengan total anggaran pendapatan
daerah dikalikan seratus dalam bentuk persentase.(Mahsun, 2006:18)
Uraian % Kesimpulan
Pendapatan
Pajak Daerah 93,85
TKDD 124,35 Meningkat
Pendapatan Lainnya 84,18
Jumlah Pendapatan 101,32 Meningkat
Belanja Rutin
Belanja Pegawai 109,22 Tidak menguntungkan
Belanja Barang Jasa 95,53 Menguntungkan
Belanja Modal 87,49 Menguntungkan
Belanja Lainnya 95,57 menguntungkan
Jumlah Belanja 98,14 Menguntungkan
Berdasarkan hasil analisis varians dapat diketahui pada bagian pendapatan bahwa
realisasi lebih tinggi daripada anggaran yang telah ditetapkan yang berarti terjadi
peningkatan. Pada bagian belanja , realisasi belanja lebih rendah dari rencana anggaran
yang berarti belanaj untuk tahun 2021 bersifat menguntungkan.
Menghitung efisiensi
(Tidak Efisien)
Menghitung efektifitas
(Sangat Efektif)
Desentralisasi Fiskal
Sejarah telah mencatat bahwa desentralisasi keuangan atau yang lebih dikenal dengan
desentralisasi fiskal telah muncul sebagai wawasan baru dalam kebijakan negara pada era 1970-
an. (Kuncoro, 1995) menyatatakan tumbuhnya perhatian terhadap desentralisasi fiskal
disebabkan oleh dua hal
(1) dikaitkan dengan gagalnya perencanaan terpusat yang populernya adalah strategi
pertumbuhan dengan pemerataan (growth with equity);
(2) adanya kesadaran bahwa pembangunan adalah suatu proses yang kompleks dan penuh
ketidakpastian yang tidak dapat dengan mudah dikendalikan dan direncanakan dari pusat berikut.
Menurut (Litvack & Seddon, 1999) bahwa ”desentralisasi fiskal dapat diartikan sebagai
pelimpahan kewenangan dan tanggung jawab pemerintah (fungsi publik) dari pemerintah
kepada daerah fbawahan) atau organisasi semi-mandiri finstansi vertikal) atau kepada pihak
swasta. Pasal 3 Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 disebutkan bahwa kewenangan
provinsi sebagai daerah otonom mencakup kewenangan dalam bidang pemerintahan yang
bersifat lintas kabupaten/kota serta kewenangan dalam bidang pemerintahan tertentu lainnya."
Kuncoro, M. (1995). Desentralisasi Fiskal di Indonesia: Dilema Otonomi dan Ketergantungan. Prisma, 4,
3–19.
Litvack, J. I., & Seddon, J. (1999). Decentralization briefing notes. World Bank Institute Washington, DC.
Mamesah, D. J. (1995). Sistem Administrasi Keuangan Daerah, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Suwandi, I. M., & Riyadmadji, D. (2004). Menggagas format otonomi daerah masa depan. Samitra Media
Utama.