Anda di halaman 1dari 9

Kinerja APBD

Istilah Kinerja sering digunakan untuk merujuk pada pencapaian atau tingkatan individu
atau kelompok individu. Kinerja bisa diketahui hanya ketika orang-orang tersebut mempunyai
keberhasilan yang telah ditetapkan. Keberhasilan ini berupa tujuan-tujuan atau target-target
tertentu yang hendak dicapai. Tanpa ada tujuan atau target, kinerja seseorang organisasi tidak
mungkin dapat diketahui karena tidak ada tolok ukurnya.(Mahsun, 2006).

1. Definisi Kinerja

Menurut (Mahsun, 2006) adalah “Gambar mengenai tingkat pencapain pelaksanaan suatu
kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan sasaran,tujuan,misi, dan visi organisasi
yang tertuang dalam strategik planning suatu organisasi.”

Menurut (Jumingan, 2006:239) adalah ”Gambaran kondisi keuangan perusahaan pada


suatu periode tertentu biasanya diukur dengan indikator kecukupan modal, likuiditas dan
profitabilitas perusahaan.”

2. Definisi Indikator Kinerja

Menurut (Bastian, 2005:267) adalah ”Ukuran kuantitatif dan kualitatif yang


menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang telah
ditetapkan,dengan memperhitungkan indikator masukan (inputs),keluaran
(outputs),manfaat (benefits), dan dampak (impacts)”.

Pengertian Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

Sejak Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan


Undang-Undang No.33 Tahun 2004 tentang Perimbabngan Keuangan antara Pemerintah Pusat
dan Daerah, terjadi beberapa perubahan mendasar dalam penyelenggaraan sistem pemerintahan
daerah, termasuk pelaksanaan manajemen keuangan pemerintahan daerah. Perubahan tersebut
terjadi pada perencanaan,pelaksanaan dan pengawasan/pengendalian pengelolaan keuangan dan
anggaran daerah. Pada awalnya konsepsi dan kewenangan daerah lebih mengacu pada porsi
kebijakan pusat bergeser menjadi kemandirian daerah dalam mengatur dan mengurus rumah
tangga daerahnya. Oleh sebab itu, sistem penanggungjawaban pengelolaan keuangan daerah
tidak berfokus pada perintahan dan pusat (vertical accountability) melainkan lebih
menitikberatkan pada masyarakat melalui Dewan perwakilan Rakyat Daerah (horiizontal
accountability).

Anggaran merupakan pernyataan mengenai estimasi kinerja yang hendak dicapai selama
periode waktu tertentu yang dinyatakan dalam ukuran finansial.(Mardiasmo, 2002). Menurut
kamus bahasa Indonesia Anggaran adalah perkiraan/perhitungan/aturan/taksiran mengenai
penerimaan dan pengeluaran kas yang diharapkan untuk periode yang akan datang. Dari
pengertian tersebut diperoleh kesimpulan bahwa anggaran pada umunya memiliki karakterisitik
sebagai berikut (Bastian, 2000:81):

a) Anggaran dinyatakan dalam satuan uang dan satuan selain keuangan dan satuan
selain keuangan.
b) Anggaran umunya mencangkup waktu satu tahun.
c) Berisi komitmen atau kesanggupan manajemen yang berarti para manajer setuju
untuk menerima tanggung jawab guna mencapai sasaran yang tepat.
d) Usulan anggaran ditelaah dan disetujui oleh pihak yang berwenang lebih tinggi
dari penyusun anggaran.
e) Anggaran hanya dapat diubah dibawah kondisi tertentu apabila telah disetujui.
f) Secara berkala kinerja keuangan sesungguhnya dibandingkan dengan danggaran
dan selisihnya dianalisis dan dijelaskan.

Adapun fungsi dari APBD menurut (Mamesah, 1995)

a) Menentukan jumlah pajak yang dibebankan pada masyarakat daerah yang


bersangkutan.
b) Suatu sarana untuk mewujudkan otonomi yang nyata dan bertanggungjawab.
c) Memberi isi dan arti kepada tanggung jawab Pemerintah Daerah umumnya dan
kepada daerah khususunya,karena APBD itu menggambarkan seluruh kebijakan
Pemerintah Daerah.
d) Merupakan suatu sarana untuk melaksanakan pengawasan terhadap daerah
dengan cara yang lebih mudah dan berhasil guna.
e) Suatu pemberian kuasa kepada Kepala Daerah didalam batas-batas tertentu.

Analisis Kinerja Keuangan APBD


1. Analisis Varians

Teknik pengukuran kinerja organisasi yang dilakukan dengan cara membandingkan


antara anggaran dan realisasinya sehingga dapat diketahui apakah terdapat selisih
Underspending atau overspending. (Mahsun, 2006)

Fokus analisis varians pada:

a) Varians Pendapatan/Penerimaan
b) Varians Belanja/Pengeluaran

Dari hasil analisisi varians dapat diketahui yaitu :

a) Jika rencana anggaran pendapatan > realisasi, maka selisihnya bersifat menurun.
Sedangkan pada pengeluaran atau belanja jika anggaran > dari pada sesungguhnya
(aktual) ,maka selisihnya bersifat menguntungkan.
b) Jika Rencana anggaran pendapatan = realisasi,maka selisihnya bersifat sama.Sedangkan
pada pengeluaran atau belanja jika sama dengan sesungguhnya terjadi (aktual),maka
selisihnya sama dengan nol.
c) Jika rencana anggaran pendapatan < dari pada realisasi maka selisihnya naik. Sedangkan
pada pengeluaran jika anggaran lebih kecil daripada sesungguhnya terjadi (aktual), maka
selissihnya bersifat tidak menguntungkan.

Efisiensi

Pengertian efisiensi menurut Jones d an Pedlebury (1996) adalah suatu perbandingan atau rsio
antara output dengan input.

1. Analisis Efisiensi

Analisisi ini dilakukan terhadap kinerja keuangan daerah dengan menggunakan ukuran tingkat
efisiensi yaitu perbandingan antara realisasi pengeluaran rutin dengan total realisasi
pendapatan daerah dikalikan seratus dalam bentuk persentase.(Mardiasmo, 2002:2)
Berikut kriteria Kinerja nya

Prosentase Kinerja Keuangan Kriteria


100% Keatas Tidak Efisien
>90-100% Kurang efisien
>80-90% Cukup Efisien
>60-80% Efisien
Dibawah dari 60% Sangat Efisien

Efektifitas

Efektifitas pada dasarnya berhubungan dengan pencapaian atau targer kebijakan (Mardiasmo,
2002:132) Efektifitas merupakan hubungan antara pengeluaran dengna tujuan atau sasaran
yang harus dicapai dan bisa dikatakan efektif apabila proses kegiatan mencapai tujuan dan
sasaran akhir kebijakan.

1. Analisis Efektivitas

Analisis ini dilakukan terhadap kinerja keuangan daerah dengan menggunankan ukuran tingkat
efektivitas yaitu perbandingan antara realisasii pendapatan dengan total anggaran pendapatan
daerah dikalikan seratus dalam bentuk persentase.(Mahsun, 2006:18)

Berikut kriteria kinerja nya

Prosentase Kinerja Keuangan Kriteria


100% Keatas Sangat Efektif
>90-100% Efektif
>80-90% Cukup Efektif
>60-80% Kurang Efektif
Dibawah dari 60% Tidak Efektif
Sebagai ilustrasi, untuk memahami salah satu indikator pelaksanaan APBD kota Semarang tahun
2021 dapat disimak rasio anggaran terhadap realisasi tahun 2021 (Portal Data, n.d.)

Akun Anggaran Realisasi Persentase


Pendapatan Daerah 4.760,12 M 4.822,89 M 101,32
PAD 2.542,29 M 2.385,94 M 93,85
Pajak Daerah 1.974,54 M 1.445,17 M 73,19
Retribusi Daerah 129,36 M 96,45 M 74,56
Hasil Pengelolaan Kekayaan
Daerah yang Dipisahkan 39,37 M 66,90 M 169,92
Lain-Lain PAD yang Sah 399,02 M 777,43 M 194,84
TKDD 1.418,96 M 1.764,43 M 124,35
Pendapatan Transfer
Pemerintah Pusat 1.418,96 M 1.764,43 M 124,35
Pendapatan Lainnya 798,87 M 672,51 M 84,18
Pendapatan Transfer Antar
Daerah 667,56 M 556,10 M 83,3
Pendapatan Hibah 0,00 M 116,41 M 0
Lain-lain Pendapatan Sesuai
dengan Ketentuan Peraturan
Perundang-Undangan 131,31 M 0,00 M 0
Belanja Daerah 4.854,39 M 4.764,05 M 98,14
Belanja Pegawai 1.564,26 M 1.708,46 M 109,22
Belanja Pegawai 1.564,26 M 1.708,46 M 109,22
Belanja Barang Jasa 2.076,03 M 1.983,31 M 95,53
Belanja Barang dan Jasa 2.076,03 M 1.983,31 M 95,53
Belanja Modal 1.089,99 M 953,67 M 87,49
Belanja Modal 1.089,99 M 953,67 M 87,49
Belanja Lainnya 124,11 M 118,60 M 95,57
Belanja Hibah 70,83 M 85,55 M 120,79
Belanja Bantuan Sosial 3,28 M 4,66 M 142,1
Belanja Tidak Terduga 50,00 M 28,39 M 56,78
Surplus/(Defisit) -94,27 M 58,84 M -62,42
Pembiayaan Daerah 94,27 M 220,78 M 234,19
Penerimaan Pembiayaan Daerah 183,04 M 288,55 M 157,64
Sisa Lebih Perhitungan
Anggaran Tahun Sebelumnya 183,04 M 288,55 M 157,64
Pengeluaran Pembiayaan Daerah 88,76 M 67,76 M 76,34
Penyertaan Modal Daerah 84,76 M 67,76 M 79,94
Pemberian Pinjaman Daerah 4,00 M 0,00 M 0

Uraian % Kesimpulan
Pendapatan
Pajak Daerah 93,85
TKDD 124,35 Meningkat
Pendapatan Lainnya 84,18
Jumlah Pendapatan 101,32 Meningkat
Belanja Rutin
Belanja Pegawai 109,22 Tidak menguntungkan
Belanja Barang Jasa 95,53 Menguntungkan
Belanja Modal 87,49 Menguntungkan
Belanja Lainnya 95,57 menguntungkan
Jumlah Belanja 98,14 Menguntungkan

Berdasarkan hasil analisis varians dapat diketahui pada bagian pendapatan bahwa
realisasi lebih tinggi daripada anggaran yang telah ditetapkan yang berarti terjadi
peningkatan. Pada bagian belanja , realisasi belanja lebih rendah dari rencana anggaran
yang berarti belanaj untuk tahun 2021 bersifat menguntungkan.

Menghitung efisiensi
(Tidak Efisien)

Menghitung efektifitas

(Sangat Efektif)

Faktor kemampuan daerah sangat penting dalam mengelola keuangan daerah,khuususnya


dalam era otonomi daerah. Anggaran daerah pada dasarnya merupakan kewenangan pemerintah
daerah untuk meningkatkan pendapatan daerah dan yang menjadi lebih penting adalah spek
kemandirian finansial Biasanya desentralisasi fiskal atau otonomi fiskal daerah yang
mengukurnya,diketahui melalui perhitungan kontribusi Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Desentralisasi Fiskal

Sejarah telah mencatat bahwa desentralisasi keuangan atau yang lebih dikenal dengan
desentralisasi fiskal telah muncul sebagai wawasan baru dalam kebijakan negara pada era 1970-
an. (Kuncoro, 1995) menyatatakan tumbuhnya perhatian terhadap desentralisasi fiskal
disebabkan oleh dua hal
(1) dikaitkan dengan gagalnya perencanaan terpusat yang populernya adalah strategi
pertumbuhan dengan pemerataan (growth with equity);

(2) adanya kesadaran bahwa pembangunan adalah suatu proses yang kompleks dan penuh
ketidakpastian yang tidak dapat dengan mudah dikendalikan dan direncanakan dari pusat berikut.

Menurut (Litvack & Seddon, 1999) bahwa ”desentralisasi fiskal dapat diartikan sebagai
pelimpahan kewenangan dan tanggung jawab pemerintah (fungsi publik) dari pemerintah
kepada daerah fbawahan) atau organisasi semi-mandiri finstansi vertikal) atau kepada pihak
swasta. Pasal 3 Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 disebutkan bahwa kewenangan
provinsi sebagai daerah otonom mencakup kewenangan dalam bidang pemerintahan yang
bersifat lintas kabupaten/kota serta kewenangan dalam bidang pemerintahan tertentu lainnya."

Oleh karena banyaknya pendapat tentang desentralisasi maka untuk menghindari


kerancuan (Suwandi & Riyadmadji, 2004;28) membatasi pengertian desentralisasi yaitu:
"Desentralisasi sebagai kebiiakan pelimpahan kewenangan dari pemerintah kepada unit
pemerintah bawahan. Secara politis, desentralisasi merupakan kebijakan'berbagi kewenangan
(power sharing) antara pemerintah dengan pemerintah daerah-"

Secara teoritis fiskal dapat dikatakan bahwa dengan desentralisasi,maka pememrintah


daerah akan lebih dekat dengan masyarkat sehingga pemerintah daerah diharapkan dapat
mamahi kebutuhan dan keinginan masyarakat lokal (local needs and local preferences).
Desentralisasi Fiskal diharapkan dapat meningkatkan pelayanan publik (publick service delivery)
kepada masyarakat lokal. Putusan-putusan yang dibuar atas alokasi barang publik akan semakin
efisien karena pemerintah daerah lebih dapat menjangkau masyarkatnya.

Setelah dietapkannya Undang-Undang baru Nomor 33 tahun 2004 tentang perimbangan


Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah,dalam pengimplementasianyya lebih
memiliki kepastian penyedaan sumber-sumber perumpamaan bagi daerah otonom. Daerah
otonom tersebut juga lebih memiliki kebebasan dan kepastian dalam meenyediakan sumber
penerimaan bagi daerah otonom.
Daftar Pustaka
Bastian, I. (2006). Akuntansi sektor publik: Suatu pengantar.

Jumingan, D. (2006). Analisis laporan keuangan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Kuncoro, M. (1995). Desentralisasi Fiskal di Indonesia: Dilema Otonomi dan Ketergantungan. Prisma, 4,
3–19.

Litvack, J. I., & Seddon, J. (1999). Decentralization briefing notes. World Bank Institute Washington, DC.

Mahsun, M. (2006). Pengukuran kinerja sektor publik. Yogyakarta: BPFE.

Mamesah, D. J. (1995). Sistem Administrasi Keuangan Daerah, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Mardiasmo, D. (2002). Akuntabilitas Sektor Publik Yogyakarta. Penerbit Andi Yogyakarat.

Portal data. (n.d.). Retrieved September 19, 2022, from https://djpk.kemenkeu.go.id/portal/data/apbd?


tahun=2019&provinsi=--&pemda=--

Suwandi, I. M., & Riyadmadji, D. (2004). Menggagas format otonomi daerah masa depan. Samitra Media
Utama.

Anda mungkin juga menyukai