Anda di halaman 1dari 64

L A P OR A N

PENELITIAN TINDAKAN KELAS


(PTK)

PENINGKATAN HASIL BELAJAR


MATERI KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG
KEHIDUPAN MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN
BERDIFERENSIASI MODEL PEMBELAJARAN VARIATIF TIAP
KELOMPOK KELAS VII SMP IT MADINATUL ALBAAB

Disusun oleh :

FITROH MALIK,SH
GURU SMP IT MADINATUL ALBAAB

Kp. Kiaralawang RT.05 RW.05 Desa Sarimukti Kecamatan Karangnunggal


Kab.Tasikmalaya, Jawa Barat, Kode Pos 46186
Tahun 2022
LEMBAR PENGESAHAN
PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)

Judul

PENINGKATAN HASIL BELAJAR


MATERI KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG
KEHIDUPAN MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN
BERDIFERENSIASI MODEL PEMBELAJARAN VARIATIF TIAP
KELOMPOK KELAS VII SMP IT MADINATUL ALBAAB

Disusun oleh :

FITROH MALIK,SH
GURU SMP IT MADINATUL ALBAAB

Disahkan oleh :

Mengetahui: Karangnunggal, 05 Desember 2021


Kepala SMP IT Madinatul Albaab, Pembimbing,

FITROH MALIK,SH H. PUPUNG NURYAMAN


NIP - NIP.
BERITA ACARA SEMINAR

Pada hari ini Jumat Tanggal Tiga Desember Dua Ribu Dua Puluh Satu,
bertempat di SMP IT Madinatul Albaab, yang dihadiri oleh 9 orang peserta, telah
diseminarkan sebuah Laporan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul:
“MATERI KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG
KEHIDUPAN MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN
BERDIFERENSIASI MODEL PEMBELAJARAN VARIATIF TIAP
KELOMPOK KELAS VII SMP IT MADINATUL ALBAAB

Disusun oleh:

FITROH MALIK,SH
GURU SMP IT MADINATUL ALBAAB

Pembahas :

FITROH MALIK, S.H

Moderator, Notulis,

SARAH TAHIRAH HILDA HELDIYAWATI

Mengetahui:
Kepala SMP IT Madinatul Albaab
Narasumber,

FITROH MALIK, S.H FITROH MALIK,S.H


SURAT KETERANGAN PUBLIKASI

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : HOERUDIN
NIP
Jabatan : Kepala Perpustakaan SMP IT Madinatul Albaab.

Dengan ini menerangkan bahwa kami menerima sebuah Laporan Penelitian


Tindakan Kelas (PTK) sebagai berikut:

Judul : Peningkatan Hasil Belajar Materi Kerjasama Dalam


Berbagai Bidang Kehidupan Menggunakan Pembelajaran
Berdiferensiasi Model Variatif Siswa Kelas VII SMP IT
Madinatul Albaab.
Penulis : FITROH MALIK
Jabatan : Guru
Unit Kerja : SMP IT Madinatul Albaab.

Telah disimpan di Perpustakaan SMP IT Madinatul Albaab. Kecamatan


Karangnunggal Kabupaten Tasikmalaya, sebagai Publikasi Ilmiah dan sebagai
bahan Referensi.

Demikian keterangan ini kami buat agar dapat dipergunakan sebagaimana


mestinya.

Mengetahui: Karangnunggal, 05 Desember 2021


Kepala SMP IT Madinatul Albaab, Kepala Perpustakaan,

FITROH MALIK,SH HOERUDIN


NIP - NIP.
KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, atas limpahan
rahmat dan karunianya sehingga laporan penelitian ini dapat terselesaikan.
Adapun judul laporan penelitiani ini adalah, ”MATERI KERJASAMA

DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN MENGGUNAKAN


PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI MODEL
PEMBELAJARAN VARIATIF TIAP KELOMPOK KELAS VII
SMP IT MADINATUL ALBAAB
Ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi tingginya kami
sampaikan kepada:
(1) Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Tasikmalaya ,
(2) Fitroh Malik,SH selaku Kepala SMP IT Madinatul Albaab
(3) Drs. H. PUPUNG NURYAMAN, S.Pd.,M.Pd selaku pembimbing.
(4) Semua pihak yang telah membantu sehingga laporan ini dapat
terselesaikan dengan baik.
Kami menyadari bahwa laporan penelitian ini masih banyak
kekurangannya, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan sarannya
sehingga laporan penelitian ini menjadi lebih berkualitas.
Akhir kata semoga laporan penelitian ini memberikan makna dan
manfaat khususnya dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan.

Karangnunggal, 05 Desember 2021


Penyusun
ABSTRAK

Penelitian ini berjudul: “ MATERI KERJASAMA DALAM BERBAGAI


BIDANG KEHIDUPAN MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN
BERDIFERENSIASI MODEL PEMBELAJARAN VARIATIF TIAP
KELOMPOK STRATEGI KONTEN PROSES DAN PRODUK
KELAS VII SMP IT MADINATUL ALBAAB ”

Tujuan Penelitian ini adalah untuk Meningkatkan Hasil Belajar Metode yang
digunakan pada penelitian ini adalah Penelitian Tindakan (action Research) yang
terdiri dari 2 (dua) siklus, dan setiap siklus terdiri dari: Perencanaan, Pelaksanaan,
Pengamatan, dan refleksi.
Berdasarkan hasil penelitian tindakan bahwa PEMBELAJARAN
BERDIFERENSIASI MODEL PEMBELAJARAN VARIATIF TIAP
KELOMPOK STRATEGI KONTEN PROSES DAN PRODUK KELAS
VII SMP IT MADINATUL ALBAAB ”Selanjutnya peneliti
merekomendasikan: (1) Bagi Guru yang mendapatkan kesulitan yang sama dapat
menerapkan Pembelajaran berdiferensiasi model pembelajaran variatif strategi
konten proses dan produk untuk meningkatkan Hasil Belajar. (2) Agar
mendapatkan hasil yang maksimal maka diharapkan guru lebih membuat
Pembelajaran berdiferensiasi model pembelajaran variatif strategi konten proses
dan produk yang lebih menarik dan bervariasi.
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL. i
HALAMAN PENGESAHAN ii
BERITA ACARA SEMINAR iii
KATA PENGANTAR iv
ABSTRAK v
DAFTAR ISI vi
DAFTAR TABEL vii
DAFTAR GRAFIK viii
DAFTAR GAMBAR ix

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang..................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................ 3
1.3 Tujuan Penelitian.................................................................................. 3
1.4 Manfaat Penelitian................................................................................ 3

BAB II KAJIAN PUSTAKA.................................................................................. 5


2.1 Kajian Teori.......................................................................................... 5
2.1.1 Hasil Belajar……………….............................................................. 5
2.1.2.1 Pembelajaran Berdiferensiasi model variatif 7
2.1.3 Kerjasama Dalam Berbagai Bidang Kehidupan 18

BAB III METODE PENELITIAN........................................................................... 30


3.1 Setting Penelitian.................................................................................. 30
3.2 Subjek Penelitian.................................................................................. 30
3.3 Prosedur Penelitian............................................................................... 30
3.4 Teknik Pengumpulan Data................................................................... 32
3.5 Teknik Analisis Data............................................................................ 33

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN......................................... 34


4.1 Hasil Penelitian.................................................................................... 34
4.1.1 Deskripsi kondisi awal...................................................................... 34
4.1.2 Deskripsi Hasil siklus I..................................................................... 39
4.1.3 Deskripsi Hasil Siklus II................................................................... 48
4.2 Pembahasan.......................................................................................... 54

BAB V PENUTUP.................................................................................................. 58
5.1 Kesimpulan........................................................................................... 58
5.2 Saran..................................................................................................... 58

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................... 59
LAMPIRAN-LAMPIRAN.............................................................................................
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Pendidikan sebagai suatu usaha untuk mencerdaskan kehidupan bangsa
agar menjadi manusia seutuhnya berjiwa Pancasila. Dalam Undang-Undang
Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional juga
menyatakan sebagai berikut:
“Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
Negara yang demokratis serta bertanggung jawab”
Disamping itu, pendidikan juga merupakan suatu sarana yang paling
efektif dan efisien dalam meningkatkan sumber daya manusia untuk mencapai
suatu dinamika yang diharapkan.
Berdasarkan hasil asesmen diagnostik dan asesmen formatif sumatif
melalui penilaian sikap keterampilan dan ulangan harian yang dilakukan di Kelas
VII SMP IT Madinatul Albaab, diperoleh informasi bahwa hasil belajar Materi
Kerjasama Dalam Berbagai Bidang Kehidupan siswa rendah di bawah standar
ketuntasan Minimal yaitu dibawah 70.
Faktor-faktor yang menyebabkan keadaan seperti di atas antara lain :
a. Kemampuan kognitif siswa dalam pemahaman konsep – konsep
PPKn masih rendah,
b. Pembelajaran yang berlangsung cenderung masih monoton dan
membosankan,
c. Siswa tidak termotivasi untuk belajar PPKn hanya sebagai hafalan
saja.
Dengan belajar secara menghapal membuat konsep–konsep PPKn yang
telah diterima menjadi mudah dilupakan. Hal ini merupakan sebuah tantangan
yang harus dihadapi dan diselesaikan oleh seorang guru. Guru dituntut lebih
kreatif dalam mempersiapkan pembelajaran yang akan dilaksanakan.
Dikembangkan, misal dalam pemilihan model pembelajaran yang akan
digunakan dalam pembelajaran sebagai salah satu bentuk strategi pembelajaran.
Kesiapan guru dalam memanajemen pembelajaran akan membawa dampak positif
bagi siswa diantaranya hasil belajar siswa akan lebih baik dan sesuai dengan
indikator yang ingin dicapai. Salah satu model pembelajaran yang dapat
diterapkan dalam pembelajaran Materi Kerjasama Dalam Berbagai Bidang
Kehidupan adalah Pembelajaran berdiferensiasi model variatif strategi konten
proses dan produk karena siswa dapat terlibat aktif karena memiliki peran dan
tanggung jawab masing–masing, sehingga aktivitas siswa selama proses
pembelajaran berlangsung meningkat.
Pembelajaran embelajaran berdiferensiasi model variatif strategi konten
proses dan produk merupakan suatu metode mengajar dengan cara memberikan
konten proses dan produk ajar sesuai dengan keadan kebutuhan minat dan bakat.
Siswa diharapkan mampu menyelesaikan tiap materi dan permasalahan yang
dihadapinya dengan cara yang sesuia dengan bakat minat dan kebutuhan cara
belajar peserta didik.
Berdasarkan uraian diatas, maka sebagai peneliti merasa penting
melakukan penelitian terhadap masalah di atas. Oleh karena itu, upaya
meningkatkan hasil belajar Materi Kerjasama Dalam Berbagai Bidang Kehidupan
dilakukan penelitian Tindakan Kelas dengan judul: “Peningkatan Hasil Belajar
Materi Kerjasama Dalam Berbagai Bidang Kehidupan Menggunakan
Pembelajaran Berdiferensiasi Model Pembelajaran Variatif Tiap Kelompok
Strategi Konten Proses Dan Produk Kelas Vii Smp It Madinatul Albaab “.

1.2 Perumusan Masalah


Memperhatikan latar belakang masalah maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut: “Bagaimanakah Pembelajaran berdiferensiasi
model variatif strategi konten proses dan produk dapat meningkatkan hasil belajar
Materi kerjasama dalam berbagai bidang kehidupan Kelas VII SMP IT Madinatul
Albaab?”
1.3 Tujuan Penelitian
Meningkatkan hasil belajar Materi “Kerjasama Dalam Berbagai Bidang
Kehidupan Menggunakan Pembelajaran Berdiferensiasi Model Pembelajaran
Variatif Tiap Kelompok Strategi Konten Proses Dan Produk Kelas Vii Smp It
Madinatul Albaab‟‟.

1.4 Manfaat Penelitian


Setelah penelitian selesai diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai
berikut :
1. Bagi peneliti : penelitian ini dapat mempengaruhi pembelajaran, membantu
untuk meningkatkan hasil belajar Materi Kerjasama dalam berbagai bidang
kehidupan, memberikan alternatif pembelajaran yang aktif, kreatif efektif,
dan menyenangkan bagi siswa, serta meningkatkan mutu pembelajaran
Materi Kerjasama dalam berbagai bidang kehidupan.
2. Bagi siswa : untuk meningkatkan pemahaman konsep Materi Kerjasama
dalam berbagai bidang kehidupan sehingga pelajaran Materi Kerjasama
dalam berbagai bidang kehidupan menjadi lebih sederhana.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori


2.1.1 Pengertian Hasil Belajar
Menurut Bloom (dalam Sudjana, 2012: 53) membagi tiga ranah hasil
belajar yaitu :
1. Ranah Kognitif
Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari
enam aspek, yaitu pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi,
analisis, sintesis, dan evaluasi.
2. Ranah Afektif
Berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yaitu
penerimaan, jawaban atau reaksi penilaian, organisasi, dan
internalisasi.
3. Ranah Psikomotorik
Berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemauan
bertindak, ada enam aspek, yaitu: gerakan refleks, keterampilan
gerakan dasar, keterampilan membedakan secara visual, keterampilan
di bidang fisik, keterampilan komplek dan komunikasi.
Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama
yaitu:
a. Faktor dari dalam diri siswa, meliputi kemampuan yang
dimilikinyamotivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan
belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis.
b.
Faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan, terutama
kualitas pengajaran.
Hasil belajar yang dicapai menurut Nana Sudjana, melalui proses
belajar mengajar yang optimal ditunjukan dengan ciri – ciri sebagai
berikut.
1. Kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi belajar
intrinsic pada diri siswa. Siswa tidak mengeluh dengan prestasi
rendah dan ia akan berjuang lebih keras untuk memperbaikinya atau
setidaknya mempertahankanya apa yang telah dicapai.
2. Menambah keyakinan dan kemampuan dirinya, artinya ia tahu
kemampuan dirinya dan percaya bahwa ia mempunyai potensi yang
tidak kalah dari orang lain apabila ia berusaha sebagaimana mestinya.
3. Hasil belajar yang dicapai bermakna bagi dirinya, seperti akan tahan
lama diingat, membentuk perilaku, bermanfaat untuk mempelajari
aspek lain, kemauan dan kemampuan untuk belajar sendiri dan
mengembangkan kreativitasnya.
4. Hasil belajar yang diperoleh siswa secara menyeluruh (komprehensif),
yakni mencakup ranah kognitif, pengetahuan atau wawasan, ranah
afektif (sikap) dan ranah psikomotorik, keterampilan atau perilaku.
5. Kemampuan siswa untuk mengontrol atau menilai dan mengendalikan
diri terutama dalam menilai hasil yang dicapainya maupun menilai dan
mengendalikan proses dan usaha belajarnya.
Oleh karena itu, guru diharapkan dapat mencapai hasil belajar,
Setelah melaksanakan proses belajar mengajar yang optimal sesuai
dengan ciri-ciri tersebut di atas.

2.1.2 Pembelajaran berdiferensiasi

Pembelajaran berdiferensiasi merupakan suatu cara berpikir yang


sangat penting tentang proses belajar mengajar pada abad ke-21 ini.
Pembelajaran berdiferensiasi bukanlah hal yang baru dalam dunia
pendidikan. Pembelajaran diferensiasi juga dikenal dengan istilah
pembelajaran differential. Menurut Schöllhorn (2000) pembelajaran
diferensial adalah model pembelajaran motorik yang dicangkokkan pada
pentingnya variabilitas gerakan dan berakar pada teori sistem dinamis
gerakan manusia. Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa
pembelajaran diferensiasi banyak diadopsi dalam konteks pembelajaran
yang bersifat motorik (Beckmann & Schöllhorn, 2006; Wagner & Müller,
2008; Reynoso, Solana, Vaillo, & Hernandez, 2013). Temuan terdahulu
melaporkan bahwa pada tingkat pembelajaran, pembelajaran diferensiasi
juga terbukti lebih baik dibandingkan metode tradisional di banyak
olahraga (Henz & Schöllhorn, 2016; Schöllhorn Mayer-Kress, Newell &
Michelbrink, 2009; Wagner & Muller, 2008). Pembelajaran diferensial
tampaknya muncul sebagai pendekatan yang menjanjikan untuk
meningkatkan perilaku kreatif (Santos, Bastos & Souza, 2014).
Dikembangkan pada perspektif sistem dinamis, pembelajaran diferensial
telah banyak diterapkan dalam konteks pembelajaran motorik (Schöllhorn,
Michel Brink, Welmin Ski, & Davis, 2009). Lebih lanjut Santos, Coutinho,
Gonçalves, Schöllhorn, Sampaio & Leite (2018) melaporkan bahwa
manfaat pendekatan pembelajaran diferensial diantaranya yakni:
memfasilitasi pengembangan komponen kreativitas, memberikan
penurunan substansial dalam kegagalan, pembelajaran mendorong adaptasi
yang berbeda berdasarkan keahlian, serta pembelajaran diferensial
tampaknya mendukung keteraturan dalam perilaku. Baru-baru ini Gray
(2020) juga melaporkan bahwa pendekatan pembelajaran differential
dirancang untuk mendorong organisasi diri (self-organizing).
Pembelajaran berdiferensiasi sejalan dengan filosofi pemikiran
pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara, bahwa pendidikan (opvoeding)
memberi tuntunan terhadap segala kekuatan kodrat yang dimiliki anak
agar anak mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-
tingginya baik sebagai seorang manusia maupun sebagai anggota
masyarakat. Oleh sebab itu, pendidik itu hanya dapat menuntun tumbuh
atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar dapat
memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup serta menumbuhkan
kekuatan kodrat anak. Dalam proses “menuntun”, anak diberi kebebasan
namun
pendidik sebagai “pamong” dalam memberi tuntunan dan arahan agar anak
tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya. Seorang „pamong‟
dapat memberikan „tuntunan‟ agar anak dapat menemukan
kemerdekaannya dalam belajar. Hal ini sejalan dengan konsep
pembelajaran mandiri atau yang lebih dikenal dengan self-directed
learning (SDL). Menurut Walsh, (2017) belajar mandiri adalah proses di
mana individu mengambil inisiatif, dengan atau tanpa bantuan orang lain,
dalam mendiagnosis kebutuhan belajar mereka, merumuskan tujuan,
mengidentifikasi sumber daya manusia dan materi untuk belajar, memilih
dan menerapkan strategi pembelajaran yang sesuai, dan mengevaluasi
hasil pembelajarannya. Persamaan pembelajaran diferensiasi dan
pembelajaran mandiri yakni sama-sama menargetkan pembelajar untuk
mempelajari apa yang benar-benar dibutuhkannya. Sedangkan
perbedaannya pembelajaran mandiri tetap dapat berjalan dengan atau tanpa
adanya bantuan pendidik atau pamong, sedangkan pembelajaran
diferensiasi memerlukan pamong sebagai pemberi arahan.
Pembelajaran berdiferensiasi merupakan
usaha untuk menyesuaikan proses pembelajaran di kelas guna memenuhi
kebutuhan belajar setiap individu. Penyesuaian yang dimaksud yakni
terkait minat, profil belajar dan kesiapan murid agar tercapai peningkatan
hasil belajar. Menurut Marlina (2019) pembelajaran berdiferensiasi
merupakan penyesuaian terhadap minat, preferensi belajar, kesiapan siswa
agar tercapai peningkatan hasil belajar. Perlu diingat bahwa pembelajaran
berdiferensiasi bukanlah pembelajaran yang diindividualkan. Namun, lebih
cenderung kepada pembelajaran yang mengakomodir kekuatan dan
kebutuhan belajar siswa dengan strategi pembelajaran yang independen.
Lebih lanjut Marlina menjabarkan bahwa dalam pembelajaran
berdiferensiasi guru dituntut untuk memahami siswa secara terus menerus
membangun kesadaran tentang kekuatan dan kelemahan murid,
mengamati, menilai kesiapan, minat, dan preferensi belajarnya. Selain itu
guru juga harus menggunakan semua preferensi tentang bagaimana siswa
mendemonstrasikan preferensi belajarnya (terkait isi, proses, produk dan
lingkungan belajar). Sehingga ketika guru terus belajar tentang
keberagaman potensi muridnya, maka pembelajaran yang profesional,
efesien, dan efektif akan terwujud.
Banyak guru yang belum biasa membayangkan bagaimana
pelaksanaan pendekatan pembelajaran diferensiasi. Karena sudah terbiasa
dan sejak lama melakukan suatu proses pembelajaran satu arah dan
berpusat hanya pada guru (teacher centred). Marlina (2019) menyebutkan
bahwa pada kelas tradisional perbedaan siswa dianggap sebagai masalah,
lebih menonjolkan kecerdasan intelektual, minat siswa jarang
diperhatikan, profil belajar siswa jarang diperhatikan, penilaian dilakukan
di akhir pembelajaran untuk mengetahui siapa yang menguasai materi,
guru yang memecahkan masalah, guru yang mengatur standar penilaian
untuk seluruh kelas, dll. Padahal dalam pembelajaran berdiferensiasi guru
secara leluasa dapat mengembangkan potensi dirinya dan siswanya
sehingga guru dan siswa dapat bekerjasama untuk mencapai tujuan
bersama. Penggunaan strategi pembelajaran diferensiasi dapat memberikan
kegiatan yang sesuai dengan kebutuhan siswa (kesiapan, minat dan gaya
belajar siswa) sehingga kebutuhan belajar siswa dapat terpenuhi. Pada
akhirnya siswa akan bisa belajar sesuai dengan kemampuannya masing-
masing (Andini, 2016: 342). Namun penelitian terkait pembelajaran
diferensiasi masih terbatas sehingga artikel ini bertujuan untuk
mengumpulkan berbagai literatur terkait pembelajaran diferensiasi.Metode
penelitian ini adalah literature review atau tinjauan pustaka. Literature
review adalah cara yang dipakai untuk mengumpulkan data atau sumber
yang berhubungan dengan sebuah topik tertentu yang bisa didapat dari
berbagai sumber seperti jurnal, buku, internet, dan pustaka lain. Literature
Review ini menggunakan literatur terbitan tahun 2009-2020 yang dapat
diakses fulltext dalam format pdf dan scholarly (peer reviewed journals).
Kriteria jurnal yang direview adalah artikel jurnal penelitian berbahasa
Indonesia dan Inggris dengan tema pembelajaran berdiferensiasi. Kriteria
jurnal yang terpilih untuk review adalah jurnal yang di dalamnya terdapat
tema pembelajaran berdiferensiasi atau differential learning.
Literature Review ini disintesis menggunakan metode naratif dengan
mengelompokkan data-data hasil ekstraksi yang sejenis sesuai dengan
hasil yang diukur untuk menjawab tujuan. Jurnal penelitian yang sesuai
dengan tema kemudian dikumpulkan dan dibuat ringkasan jurnal meliputi
nama peneliti, tahun terbit jurnal, negara penelitian, judul penelitian,
metode dan ringkasan hasil atau temuan. Buku, sumber internet dan
pustaka lainnya juga menggunakan metode yang sama dalam membuat
ringkasan.
2.1.3 Strategi Pembelajaran Berdeferensiasi
Strategi pembelajaran berdiferensiasi ada tiga, yaitu diferensiasi
konten, diferensiasi proses, dan diferensiasi produk.
1. Diferensiasi Konten
Berhubungan dengan apa yang diajarkan pada siswa dengan
mempertimbangkan pemetaan kebutuhan belajar siswa yang meliputi
aspek kesiapan belajar, aspek minat siswa, aspek profil belajar siswa atau
kombinasi dari ketiganya.
Kesiapan belajar siswa bukanlah tentang tingkat intelektualitas (IQ). Hal
ini lebih kepada informasi tentang apakah pengetahuan atau keterampilan
yang dimiliki siswa saat ini, sesuai dengan keterampilan atau pengetahuan
baru yang akan diajarkan.
Minat merupakan salah satu motivator penting bagi siswa untuk dapat
„terlibat aktif‟ dalam proses pembelajaran. Siswa yang berbeda akan
menunjukkan minat pada topik yang berbeda. Gagasan untuk membedakan
melalui minat adalah untuk “menghubungkan” siswa pada pelajaran untuk
menjaga minat mereka. Dengan menjaga minat siswa tetap tinggi,
diharapkan dapat meningkatkan kinerja siswa dalam hal ini salah satu
contohnya setiap siswa memiliki gaya belajar yang berbeda.
Pemetaan kebutuhan belajar siswa berdasarkan profil belajar adalah untuk
memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar secara natural dan
efisien dengan demikian guru perlu memvariasikan metode dan
pendekatan mengajar mereka.
2. Diferensiasi Proses
Dalam kegiatan ini guru perlu memahami apakah siswa akan belajar
secara berkelompok atau mandiri. Guru menetapkan jumlah bantuan yang
akan diberikan pada siswa-siswa. Siapa sajakah siswa yang membutuhkan
bantuan dan siapa sajakah siswa

yang membutuhkan pertanyaan pemandu yang selanjutnya dapat belajar


secara mandiri. Semua hal tersebut harus dipertimbangkan dalam skenario
pembelajaran yang akan dirancang. Cara diferensiasi proses sebagai
berikut.
Kegiatan berjenjang yaitu semua siswa bekerja membangun pemahaman
yang sama, tetapi dilakukan dengan dukungan, tantangan, dan
kompleksitas yang berbeda.
Menyediakan pertanyaan pemandu atau tantangan melalui sudut-sudut
minat, dengan demikian akan mendorong siswa mengeksplorasi berbagai
materi yang dipelajari.
Membuat agenda individual untuk siswa, misalnya guru membuat daftar
tugas berisi pekerjaan umum untuk semua kelas serta daftar pekerjaan
yang terkait dengan kebutuhan individual siswa. Jika siswa telah selesai
mengerjakan pekerjaan umum, siswa dapat selesai melihat agenda
individual dan pekerjaan yang dibuat khusus untuknya.
Memfasilitasi lama waktu yang siswa dapat ambil untuk menyelesaikan
tugas. Dalam hal ini untuk memberikan dukungan bagi siswa yang
mengalami kesulitan atau sebaliknya mendorong siswa yang cepat untuk
mengejar topik secara lebih mendalam.
Mengembangkan kegiatan yang bervariasi yang mengakomodasi gaya
belajar visual, auditori, dan kinestetik.
Menggunakan pengelompokan yang fleksibel yang sesuai dengan
kesiapan, kemampuan, dan minat siswa.
3. Diferensiasi Produk
Produk adalah hasil pekerjaan atau unjuk kerja yang harus ditunjukan
pada guru. Produk adalah sesuatu yang ada wujudnya bisa berbentuk
karangan, tulisan, hasil tes, pertunjukan, presentasi, pidato, rekaman,
diagram, dan sebagainya. Yang paling penting produk ini harus
mencerminkan pemahaman siswa yang berhubungan dengan tujuan
pembelajaran yang diharapkan.
Cara mendiferensiasi produk dapat dilakukan dengan berbagai cara
dengan mempertimbangkan kebutuhan belajar siswa terlebih dahulu
sebelum memberikan penugasan produk. Penugasan produk harus
membantu siswa secara individual atau kelompok menentukan kembali
atau memperluas apa yang telah siswa pelajari selama periode waktu
tertentu (satu semester atau satu tahun).
Produk sangat penting karena mewakili pemahaman dan aplikasi
dalam bentuk yang luas. Produk juga merupakan elemen kurikulum yang
langsung dapat dimiliki oleh siswa. Diferensiasi produk meliputi dua hal,
yaitu memberikan tantangan atau keragaman dan memberikan siswa
pilihan bagaimana mereka dapat mengekspresikan pembelajaran yang
diinginkan. Sangat penting bagi guru untuk menentukan ekspetasi pada
siswa, di antaranya menentukan: 1) kualitas pekerjaan apa yang
diinginkan; 2) konten apa yang harus ada pada produk; 3) Bagaimana cara
mengerjakannya; 4) Sifat dari produk akhir apa yang diharapkan Informasi
tambahan dari siswa akan membantu guru untuk memodifikasi prasyarat
produk yang harus dihasilkan agar sesuai dengan kesiapan, minat, dan
kebutuhan belajar siswa, tetapi gurulah yang tetap harus mengetahui dan
mengkomunikasikan indikator kualitas dari produk tersebut.

Jurnal Pendidikan Deiksis 6


Ni Putu Swandewi P-ISSN: 2655-8246
E-ISSN: 2798-3730
Vol. 3, No. 1, Januari 2021

4. KEBUTUHAN BELAJAR SISWA


Tomlinson (2001) dalam bukunya yang berjudul How to Differentiate
Instruction in Mixed Ability Classroom menggelompokkan kebutuhan
belajar siswa yang mencakup sebagai berikut.
a. Kesiapan Belajar (Readiness) Siswa
Kesiapan belajar siswa bukanlah tentang tingkat intelektualitas (IQ).
Hal ini lebih kepada informasi tentang apakah pengetahuan atau
keterampilan yang dimiliki siswa saat ini sesuai dengan keterampilan atau
pengetahuan baru yang akan diajarkan. Adapun tujuan melakukan
pemetaan kebutuhan belajar siswa berdasarkan tingkat kesiapan belajar
adalah untuk memodifikasi tingkat kesulitan pada bahan pembelajaran,
sehingga dipastikan siswa terpenuhi kebutuhan belajarnya (Joseph,
Thomas, Simonette & Ramsook, 2013).
Tomlinson (2001) mengatakan bahwa guru dapat menentukan kesiapan
belajar siswa melalui perspektif kontinum berikut inib :
 Konkret - Abstrak.
Apakah siswa masih ditingkatan perlu belajar secara konkret atau sudah
siap bergerak ke abstrak.
 Sederhana - Kompleks.
Beberapa siswa mungkin perlu bekerja dengan materi lebih sederhana
dengan satu abstraksi pada satu waktu yang lain mungkin bisa menangani
kerumitan berbagai abstraksi.
 Terstruktur - Open Ended
Kadang-kadang siswa perlu menyelesaikan tugas yang ditata dengan
cukup baik untuknya dan siswa tidak memiliki terlalu banyak keputusan
untuk dibuat. Namun, di waktu lain siswa siap menjelajah dan
menggunakan kreativitas mereka.
 Tergantung (dependent) - Mandiri (Independent)
Pada akhirnya semua siswa diharapkan dapat belajar, berpikir, dan bekerja
secara mandiri. Namun, mungkin seorang anak akan lebih cepat daripada
yang lain. Beberapa akan siap untuk kemandirian yang lebih awal daripada
yang lain.
 Lambat - Cepat
Beberapa siswa dengan kemampuan yang baik dalam suatu mata pelajaran
mungkin perlu bergerak cepat melalui materi yang akrab atau sedikit
menantang. Akan tetapi, di lain waktu siswa yang sama mungkin akan
membutuhkan lebih banyak waktu daripada yang lain untuk mempelajari
sebuah topik.
b. Minat Siswa
Setiap siswa memiliki minat tersendiri, ada yang memiliki minat dalam
bidang seni, matematika, sains, drama, memasak, dan juga minat terhadap
topik tertentu. Minat adalah salah satu motivator penting bagi siswa untuk
dapat „terlibat aktif‟ dalam proses pembelajaran. Minat siswa terhadap
pembelajaran dapat diketahui jika tugas-tugas yang diberikan dapat
memicu keingintahuan atau hasrat dalam diri seorang siswa. Dengan
mengetahui minat siswa, guru akan mendapatkan informasi yang berguna
di dalam menumbuhkan motivasi siswa untuk belajar.
Tomlinson (2001) menjelaskan bahwa mempertimbangkan minat
siswa dalam merancang pembelajaran memiliki beberapa tujuan sebagai
berikut.

 Membantu siswa menyadari bahwa ada kecocokan antara sekolah


dan keinginan mereka sendiri untuk belajar,
 Menunjukkan keterhubungan antara semua pembelajaran,
 Menggunakan keterampilan atau ide yang familiar bagi siswa
sebagai jembatan untuk mempelajari ide atau keterampilan yang
kurang familiar atau baru bagi siswa.
 Meningkatkan motivasi siswa untuk belajar.
Dengan menjaga minat siswa tetap tinggi, diharapkan dapat
meningkatkan kinerja siswa. Beberapa ide yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan dan mempertahankan minat siswa di antaranya sebagai
berikut:
 Meminta siswa untuk memilih apakah mereka ingin
mendemonstrasikan pemahaman dengan menulis lagu, melakukan
pertunjukan atau menari.
 Menggunakan teknik Jigsaw dan pembelajaran kooperatif.
 Menggunakan strategi investigasi kelompok berdasarkan minat.
 Membuat kegiatan “sehari di tempat kerja”. Siswa diminta
mempelajari bagaimana sebuah keterampilan tertentu diaplikasikan
dalam kehidupan nyata. Mereka boleh memilih profesi yang sesuai
minat mereka.
 Membuat model.
 Dan lain sebagainya.

c. Profil Belajar Siswa


Profil belajar siswa terkait dengan banyak faktor, seperti bahasa,
budaya, kesehatan, keadaan keluarga, dan kekhususan lainnya. Selain itu,
profil belajar juga berhubungan dengan gaya belajar seseorang. Menurut
Tomlinson (dalam Hockett, 2018) profil belajar siswa ini merupakan
pendekatan yang disukai siswa untuk belajar yang dipengaruhi oleh gaya
berpikir, kecerdasan, budaya, latar belakang, jenis kelamin, dan lain
sebagainya. Dalam kegiatan pembelajaran, guru dapat mengetahui profil
belajar siswa apabila tugas yang diberikan menyediakan kesempatan bagi
siswa untuk bekerja dengan cara yang disukainya.
Menurut Tomlinson (2001), ada banyak faktor yang dapat
mempengaruhi pembelajaran seseorang. Berikut ini adalah beberapa yang
harus diperhatikan.
a. Lingkungan, meliputi suhu, tingkat aktivitas, tingkat kebisingan,
jumlah cahaya.
b. Pengaruh Budaya, meliputi santai - terstruktur, pendiam - ekspresif,
personal - impersonal.
c. Visual, meliputi belajar dengan melihat (diagram, power point,
catatan, peta, grafik organisator).
d. Auditori, meliputi belajar dengan mendengar (kuliah,
membaca dengan keras, mendengarkan musik).
e. Kinestetik, meliputi belajar sambil melakukan (bergerak dan
meregangkan tubuh, kegiatan hands on, dan sebagainya).

2.1.4 Indikator Student Active Learning


Menurut Pusat Kurikulum Balitbang Kemendiknas (2010), berikut
ini disajikan sejumlah indikator atau ciri-ciri terjadinya pembelajaran
aktif pada setting kelas:
1. Kegiatan belajar suatu kompetensi dikaitkan dengan kompetensi lain
pada suatu mata pelajaran atau mata pelajaran lain. Setiap siswa
mempunyai beberapa kemampuan dan kecerdasan yang banyak dan
setiap kecerdasan tersebut harus dikaitkan antara satu domain yang
lain seperti ketika siswa berdiskusi, maka disamping mereka ada
beberapa kemampuan yang dikembangkan yang saling terkait
diantaranya kemampuan berinteraksi dan berkomunikasi, kemampuan
logika, menganalisa, kemampuan bahasa dan lain-lain.
2. Kegiatan belajar menarik minat peserta didik. Pembelajaran akan
menarik siswa jika sesuai dengan dunia siswa. Untuk itu proses
pembelajaran hendaknya didekati dari kegemaran dan kesenangan.
3. Kegiatan belajar terasa menggairahkan peserta didik. Kegiatan
pembelajaran akan lebih optimal jika prosesnya disajikan dengan
memberikan tantangan bagi siswa, dengan tantangan itu siswa akan
termotivasi untuk mengikuti proses tersebut hingga akhir pelajaran.
4. Semua peserta didik terlibat secara aktif dalam kegiatan belajar.
Aktifitas belajar aktif hendaknya melibatkan setiap individu di kelas.
Sehingga
tidak ada siswa yang mendominasi proses pembelajaran di kelas,
dengan demikian setiap siswa akan bekerja untuk mengoptimalkan
kemampuan masing-masing baik secara fisik maupun pikiran.
5. Mendorong peserta didik berfikir secara aktif dan kreatif. Dengan
pembelajaran aktif siswa akan berperan aktif dalam mencari informasi
secara mandiri, kreatif dan bertanggungjawab.
6. Saling menghargai pendapat dan hasil kerja (karya) teman.
Penghargaan terhadap karya siswa akan menumbuhkan motivasi
belajar siswa. Apapun hasil karya siswa, siswa patut untuk dihargai,
penghargaan atas proses dan kinerja mereka, bukan hasilnya.
7. Mendorong rasa ingin tahu peserta didik untuk bertanya. Sebagai
indikator dariproses berfikir adalah “pertanyaan”, karena itu
pembelajaran aktif harus merangsangkan siswa untuk selalu bertanya
sehingga otak siswa akan terus bekerja. Kemampuan bertanya
merupakan kunci dari keberhasilan siswa dalam merespon informasi.
8. Mendorong peserta didik melakukan ekplorasi (penjelajahan).
Aktivitas siswa dalam pembelajaran hendaknya memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mengeksplorasi pengetahuan sendiri
dengan melalui simulasi, pengamatan terhadap suatu kasus atau teknik
yang lain.
9. Mendorong peserta didik mengekspresikan gagasan dan perasaan
secara lisan, tertulis, dalam bentuk gambar, produk 3 dimensi, gerak,
tarian dan atau permainan.
10. Mendorong siswa agar tidak takut berbuat salah.
11. Menciptakan suasana senang dalam melakukan kegiatan belajar.
12. Mendorong peserta didik melakukan variasi kegiatan individual
(mandiri), pemasangan, kelompok, dan atau seluruh kelas.
Pembelajaran aktif hendaknya memberikan pengalaman belajar
kepada siswa secara individual, kompetisi dan kerjasama.

2.1.5 Suasana Pembelajaran Student Active Learning


Suasana yang diharapkan dalam SAL adalah Suasana yang
membuat siswa melakukan:
1. Pengalaman
Anak belajar banyak melalui berbuat. Pengalaman langsung/nyata
mengaktifkan lebih banyak indera. Ada interaksi dengan lingkungan
sekitarnya. Berikut adalah hal-hal yang dilakukan oleh guru agar siswa
mendapat pengalaman belajar.
Siswa Guru
● Melakukan pengamatan ● Menciptakan kegiatan yang
● Melakukan percobaan beragam.
● Membaca ● Mengamati siswa bekerja dan
● Melakukan wawancara sesekali mengajukan
● Membuat sesuatu pertanyaan menantang.

2. Interaksi
Ada suasana diskusi, saling bertanya dan saling mempertanyakan
pendapat, ide dan gagasan, agar dapat membangun hubungan-
hubungan baru dan berani mengungkapkan pendapat tanpa rasa takut.
Pada saat orang lain mempertanyakan pendapat kita atau apa yang kita
kerjakan, maka kita akan terpacu untuk menjelaskan lebihh lanjut
sehingga kualitas pendapat itu menjadi lebih baik. Berikut adalah hal-
hal yang dilakukan oleh guru agar siswa dapat melakukan interaksi:
Siswa Guru
● Berdiskusi ● Mendengarkan dan sesekali
mengajukan pertanyaan
yang menantang

● Mengajukan pertanyaan ● Mendengarkan, tidak


menertawakan dan memberi
kesempatan lebih dahulu kepada
siswa lain untuk
menjawab.

● Meminta pendapat orang ● Mendengarkan


lain ● Meminta pendapat
siswa lain

● Memberi komentar ● Mendengarkan, sesekali


mengajukan pertanyaan yang
menantang, memberi
kesempatan kepada siswa lain
untuk memberi
pendapat tentang komentar
tersebut

● Bekerja dalam kelompok ● Berkeliling ke kelompok,


sesekali duduk bersama,
mendengarkan perbincangan
kelompok dan sesekali memberi
komentar atau mengajukan
pertanyaan
yang menantang
2.1 Strategi SAL: Modelling the Way
Ada banyak strategi yang dapat digunakan dalam menerapkan student
active learning dalam pembelajaran di sekolah. Mel Silberman (dalam
Hartono, 2001: 3) mengemukakan 101 bentuk strategi yang dapat digunakan
dalam pembelajaran aktif. Kesemuannya dapat diterapkan dalam
pembelajaran di kelas sesuai dengan jenis materi dan tujuan yang diinginkan
dapat dicapai oleh anak. Berdasarkan tujuan dan karakteristiknya, strategi
SAL digolongkan menjadi 5 kelompok, sebagai berikut:
1. Based on Card
a. Question student have
b. Index card match
c. Card sort
d. Everyone is teacher here
e. Billboard ranking
2. Based on Discussing
a) Active debate
b) Point counter point
c) Jigsaw learnin
d) The power of two
e) Active knowledge sharing
3. Based on Text
a) Scrabble text
b) Crossword puzzle
c) Reading guide
d) Guide note taking
4. Based on Demonstration
a) Modelling the way
b) Silent demonstration
5. Based on Question
a) Giving question and getting ans
b) Information search
c) Planted question
d) Learning. start with question
Based on Demonstration (Berbasis Demonstrasi)
Nama Strategi : Modelling The Way (Membuat Contoh Praktik)
Tujuan : Untuk mempraktikkan keterampilan spesifik untuk
dipelajari di kelas melalui demonstrasi, dengan
memberikan kebebasan kepada siswa menentukan
skenarionya sendiri.
Letak Kegiatan : Kegiatan inti
Aplikasi : Seluruh bidang studi
Langkah-langkah :
1. Setelah pembelajaran satu topik tertentu, carilah topik-topik yang menurut
siswa untuk mencoba/mempraktikkan keterampilan yang baru
diterangkan.
2. Bagilah siswa ke dalam beberapa kelompok kecil sesuai dengan jumlah
mereka. Kelompok-kelompok ini akan mendemonstrasikan suatu
keterampilan tertentu sesuai dengan skenario yang dibuat.
3. Beri siswa waktu 10 - 15 menit untuk menciptakan skenario kerja.
4. Beri waktu 5 - 7 menit untuk berlatih.
5. Secara bergiliran tiap kelompok diminta mendemonstrasikan kerja
masingmasing. Setelah demonstrasi selesai, beri kesempatan kepada
kelompok yang lain untuk memberikan masukan kepada setiap
demonstrasi yang dilakukan.
6. Guru memberi penjelasan secukupnya untuk
mengklarifikasi Variasi:
(1) Jumlah anggota bisa lebih banyak dengan menambah peran sebagai
pengarang skenario, sutradara dan penasehat.
(2) Ciptakan skenario spesifik dan tujuan tertentu (Suyatno, 2011 : 45).

2.2 Hasil Belajar Siswa


Menurut Dimyati dan Mudjiono (dalam juprimalino.blogspot.com,
2011), hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu
sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat
perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum
belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis
ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar
merupakan saat terselesikannya bahan pelajaran,
Menurut Hamalik (2006:30), hasil belajar adalah bila seseorang telah
belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya
dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.
Berdasarkan teori Taksonomi Bloom hasil belajar dalam rangka studi
dicapai melalui tiga kategori ranah, dua diantaranya adalah kognitif, dan
efektif.
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa
Setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar digunakan guru
untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan.
Hal ini dapat tercapai apabila siswa sudah memahami belajar dengan diiringi
oleh perubahan tingkah laku yang lebih baik lagi Howard Kingsley membagi
3 macam hasil belajar:
a. Keterampilan dan kebiasaan
b. Pengetahuan dan pengertian
c. Sikap dan cita-cita
(www.blogspot.corn/2017/05/ Pengertian-Hasil-Belajar-Menurut-Para-Ah1i
html.scribd.com).

A. Kerjasama dalam Berbagai Bidang Kehidupan


Kerja sama dalam mengusir penjajah dalam meraih kemerdekaan
bangsa merupakan bukti kemampuan bangsa Indonesia mengatasi
perbedaan-perbedaan yang ada. Terbentuknya Negara Kesatuan Republik
Indonesia, diawali dengan kesadaran nasional akan persatuan dan kesatuan
bangsa. Persatuan adalah perserikatan, ikatan atau gabungan beberapa
bagian yang sudah bersatu. Persatuan dan kesatuan berasal dari kata satu
yang berarti utuh dan tidak terpecah belah. Persatuan mengandung makna
terikatnya beberapa bagian menjadi satu kesatuan, sedangkan kesatuan
berarti keadaan yang merupakan satu keutuhan.
Persatuan dan kesatuan terwujud karena adanya kerja sama sesama
masyarakat Indonesia untuk mengusir penjajah. Kesadaran akan satu
kesatuan kebangsaan Indonesia berawal dari persamaan senasib dan
sepenanggungan sebagai bangsa yang terjajah.
Persatuan dan kesatuan merupakan senjata yang paling ampuh bagi
bangsa Indonesia baik dalam rangka merebut maupun mempertahankan
kemerdekaan. Persatuan mengandung arti ”bersatunya macam-macam
corak yang beraneka ragam menjadi satu kebulatan yang utuh dan
serasi.” Persatuan Indonesia berarti persatuan bangsa yang mendiami
wilayah negara Indonesia.
Oleh karena itu, semangat kerja sama para pejuang bangsa merebut
dan mempertahankan kemerdekaan harus mendorong setiap warga negara
untuk mengisi kemerdekaan dengan melakukan kerja sama dalam berbagai
bidang kehidupan untuk melaksanakan pembangunan nasional.
Pembangunan nasional adalah usaha secara sadar untuk mewujudkan suatu
masyarakat Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan
UUD NRI Tahun 1945.
Tujuan nasional bangsa Indonesia yang hendak dicapai melalui
upaya pembangunan nasional, tercantum dalam Pembukaan UUD Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 alinea keempat, yaitu sebagai berikut.
● Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia.
● Memajukan kesejahteraan umum.
● Mencerdaskan kehidupan bangsa.
● Ikut serta melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.

Tercapainya tujuan nasional bangsa Indonesia tersebut


mensyaratkan bahwa setiap warga negara harus melakukan kerja sama
dalam berbagai bidang kehidupan untuk menyukseskan pembangunan
nasional. Adanya kerja sama dalam berbagai bidang kehidupan sangat
menunjang keberhasilan pembangunan nasional.
Kerja sama merupakan kegiatan atau usaha yang dilakukan dua
orang atau lebih untuk mencapai tujuan bersama. Semangat kerja sama
dalam kehidupan dimasyarakat terwujud dalam kegiatan gotong royong
yang sesuai dengan kehidupan budaya daerah. Contoh kegiatan gotong
royong yang dilandasi semangat kerja sama misalnya manunggal sakato di
daerah Sumatra Barat, sikaroban di daerah Palembang, gugur gunung di
daerah Jawa, mapalus di Minahasa, dan subak di daerah Bali.
Dalam kehidupan di masyarakat, kerjasama dikenal juga dengan
sebutan gotong royong. Sesungguhnya, gotong royong yang dilakukan
oleh masyarakat Indonesia merupakan perwujudan semangat sila ketiga
Pancasila, yaitu Persatuan Indonesia. Gotong royong adalah kerja sama
yang dilakukan sejumlah warga masyarakat untuk menyelesaikan tugas
atau pekerjaan. Dengan demikian pada hakikatnya, dalam gotong royong
terdapat kerja sama untuk kepentingan bersama. Buatlah karangan tentang
pengalaman kalian melakukan gotong royong di lingkungan. Kumpulkan
pada guru kalian tepat waktunya.
Gotong royong merupakan ciri khas dan budaya masyarakat
Indonesia yang didorong adanya kesadaran bahwa :
● Manusia memerlukan bantuan orang lain dalam kehidupannya;
● Manusia dapat hidup secara wajar apabila bersama-sama dengan
manusia lainnya.
Bentuk kerjasama atau gotong royong dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dapat nampak dalam kehidupan
sosial politik, ekonomi, keamanan dan pertahanan, dan kehidupan umat
beragama. Nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, musyawarah, dan
keadilan merupakan nilai-nilai Pancasila yang mendasari kerjasama atau
gotong royong dalam kehidupan bernegara.
1. Kerjasama dalam Bidang Kehidupan Sosial Politik
Landasan kehidupan sosial politik masyarakat Indonesia adalah sila
keempat Pancasila yang berbunyi ”Kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan”. Sila
keempat Pancasila pada prinsipnya menegaskan bahwa bangsa
Indonesia akan terus memelihara dan mengembangkan semangat
bermusyawarah dalam perwakilan. Bangsa Indonesia akan tetap
memelihara dan mengembangkan kehidupan demokrasi.
Permusyawaratan adalah suatu tata cara khas kepribadian Indonesia
untuk merumuskan dan/atau memutuskan suatu hal berdasarkan
kehendak rakyat, hingga tercapai keputusan yang berdasarkan
kebulatan pendapat atau mufakat. Perwakilan adalah suatu sistem
dalam arti tata cara (prosedur) mengusahakan turut sertanya rakyat
mengambil bagian dalam kehidupan bernegara, antara lain dilakukan
dengan melalui badan-badan perwakilan.
2. Kerjasama dalam Bidang Kehidupan Ekonomi
Dalam kehidupan ekonomi kerja sama digambarkan pada pasal 23A
UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berbunyi, ”Pajak dan
pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur
dengan undang- undang.”
Pajak digunakan oleh negara untuk membiayai pembangunan
nasional. Dengan demikian pembangunan nasional untuk
kesejahteraan dan kemakmuran rakyat dibiayai dari pajak. Setiap
wajib pajak secara bergotong royong membiayai pembangunan
nasional melalui pajak yang dibayarkannya.
Kemudian pada pasal 33 ayat 1 UUD Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 menyatakan ”Perekonomian disusun sebagai usaha
bersama berdasarkan asas kekeluargaan”. Hal ini berarti dalam
kegiatan usaha ekonomi digunakan prinsip kerjasama, saling
membantu dalam suasana demokrasi ekonomi untuk mencapai
kesejahteraan bersama secara adil.
Wujud badan usaha yang diharapkan dalam pasal ini adalah koperasi.
Sebagai badan usaha, koperasi beranggotakan orang-orang dan badan
hukum dengan berlandaskan prinsip kerja sama dan kekeluargaan.
Gotong royong dan kekeluargaan merupakan salah satu asas koperasi.
Asas kekeluargaan mencerminkan adanya kesadaran manusia untuk
melaksanakan kegiatan koperasi oleh, dari, dan untuk semua anggota
di bawah kepengurusan koperasi.
Kekeluargaan didasarkan rasa kekeluargaan, seperti rasa saling
menyayangi yang tinggi dan bertanggung jawab dalam
mempertahankan nilai-nilai keluarga. Sikap kekeluargaan dalam
masyarakat Indonesia bukan hanya didasarkan oleh ikatan darah.
Sikap kekeluargaan sudah ada dalam masyarakat Indonesia sejak dulu.
Istilah torang samua basudara di masyarakat Manado, semboyan silih
asah, asih, dan asuh dalam masyarakat Jawa Barat merupakan contoh
nilai kekeluargaan dipelihara dalam masyarakat. Adanya nilai-nilai
tersebut menimbulkan keakraban dan rasa dekat seperti layaknya
keluarga dalam masyarakat. Ceritakan pengalaman kalian menjadi
anggota atau pengurus koperasi sekolah di depan kelas dan mintalah
tanggapan teman-teman kalian agar koperasi sekolah lebih baik lagi.
Dalam gotong royong membangun perekonomian nasional tersebut
terdapat semangat kekeluargaan, kerja sama antaranggota dan
tanggung jawab bersama untuk memajukan kesejahteraan anggota dan
masyarakat. Keunggulan Koperasi dibandingkan dengan badan usaha
lainnya adalah sebagai berikut.
● Dasar persamaan artinya setiap anggota dalam koperasi
mempunyai hak suara yang sama;
● Persatuan, artinya dalam koperasi setiap orang dapat diterima
menjadi anggota, tanpa membedakan, agama, suku bangsa, dan
jenis kelamin;
● Pendidikan, artinya koperasi mendidik anggotanya untuk hidup
sederhana, tidak boros, dan suka menabung;
● Demokrasi ekonomi, artinya imbalan jasa yang disesuaikan
dengan jasa masing- masing anggota berdasarkan keuntungan
yang diperoleh; dan
● Demokrasi kooperatif artinya koperasi dibentuk oleh para anggota
dijalankan oleh anggota dan hasilnya untuk kepentingan anggota.
Berdasarkan keunggulan ini, koperasi sangat baik dikembangkan
dengan sungguh-sungguh, jujur, dan baik, sebagai wahana yang
ampuh untuk mencapai suatu masyarakat yang adil dan makmur.
Menurut Mohammad Hatta Pasal 33 Ayat (1) UUD Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 merupakan soko guru sistem perekonomian di
Indonesia.
3. Kerjasama dalam Bidang Kehidupan Pertahanan dan Keamanan
Negara
Pasal 30 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
menyebutkan bahwa ”Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut
serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara.” Selain itu, pada
pasal 27 ayat (3) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 juga
menyebutkan bahwa, ”Setiap warga negara berhak dan wajib ikut
serta dalam upaya pembelaan negara”.
Setiap warga negara harus melakukan kerja sama untuk mewujudkan
keamanan dan pertahanan negara. Kerja sama warga negara untuk
mewujudkan pertahanan dan keamanan negara merupakan contoh
sikap dari bela negara. Bela negara adalah sikap mental yang dimiliki
seseorang atau sekelompok orang untuk ikut serta dalam usaha
melindungi dan mempertahankan keberadaan bangsa dan negara. Bagi
bangsa Indonesia, bela negara adalah hak dan kehormatan sebagai
warga negara sekaligus merupakan kewajiban hukum yang harus
dijalani oleh setiap warga negara (Pendidikan Kesadaran
Berkonstitusi, 2009 :226).
Kesadaran bela negara mengembangkan nilai kenegaraan yang
diperuntukkan pada pembangunan Sistem Pertahanan Negara yang
terdiri dari 5 nilai dasar bela negara, yaitu : (1) cinta tanah air; (2)
kesadaran berbangsa dan bernegara; (3) keyakinan Pancasila sebagai
falsafah dan ideologi negara; (4) rela berkorban untuk bangsa dan
negara; dan (5) memiliki kemampuan awal bela negara fisik maupun
nonfisik (H. Afandi; 2010:20).
4. Kerjasama Antarumat Beragama
Pasal 29 ayat (2) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945
berbunyi, ”Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk
memeluk agamanya masing-masing dan beribadat menurut agama dan
kepercayaannya itu.” Ketentuan pasal tersebut mengandung
pengertian adanya jaminan negara atas hak kebebasan penduduk untuk
memeluk agama dan dan beribadah menurut agama yang dianutnya.
Kerjasama antarumat beragama ditandai dengan adanya sikap-sikap
sebagai berikut. (1) saling menghormati umat seagama dan berbeda
agama; (2) saling menghormati lembaga keagamaan yang seagama
dan berbeda agama; (3) sikap saling menghormati hak dan kewajiban
umat beragama. Dengan demikian, ketentuan pasal tersebut
mengandung pengertian adanya jaminan negara atas hak kebebasan
penduduk untuk memeluk agama dan beribadah menurut agama yang
dianutnya.
Dalam mengembangkan sikap kerjasama di berbagai bidang
kehidupan masyarakat, setiap warga negara harus menghindari sikap
tidak terpuji seperti di bawah ini.
● Sikap fanatik sempit, yaitu sifat yang merasa diri sendiri paling
benar.
● Sikap individualis, yaitu sifat yang lebih mendahulukan
kepentingan sendiri.
● Sikap eksklusivisme, yaitu sikap selalu memisahkan diri dari
kehidupan sosial di masyarakat karena adanya jurang pemisah
akibat perbedaan suku bangsa, adat istiadat, agama, dan bahasa
daerah.
● Sikap primordialisme, yaitu perasaan kesukuan yang berlebihan.

B. Arti Penting Kerjasama dalam Berbagai Bidang Kehidupan


Kerjasama dalam berbagai bidang kehidupan yang dimiliki bangsa
Indonesia merupakan kekuatan untuk mencapai tujuan nasional. Hal
tersebut sesuai dengan semboyan negara kita, Bhinneka Tunggal Ika.
Sebagai bangsa Indonesia, setiap warga negara harus memahami
makna yang terkandung dalam semboyan Bhinneka Tunggal Ika. Oleh
karena itu, masyarakat Indonesia harus membiasakan diri melakukan kerja
sama dalam berbagai bidang kehidupan di masyarakat tanpa membeda-
bedakan suku bangsa, adat istiadat, agama dan bahasa daerah. Meskipun
berbeda-beda, setiap warga negara harus tetap kerja sama bersatu padu
dalam perjuangan mengisi kemerdekaan bangsa untuk mewujudkan cita-
cita nasional yakni negara yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan
makmur.
Arti penting kerja sama dalam berbagai bidang kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara akan memperkokoh persatuan
dan kesatuan bangsa.
Perilaku yang menunjukkan mencintai persatuan dan kesatuan
harus tampak dalam kehidupan kita sehari-hari. ”Bersatu kita teguh,
bercerai kita runtuh” merupakan suatu ungkapan yang menyatakan betapa
besarnya arti persatuan dan kesatuan. Apabila bersatu padu, kita tidak
hanya teguh dalam arti lebih kuat dalam menghadapi permasalahan, tetapi
juga mampu menyelesaikan persoalan yang tidak dapat kita selesaikan
sendiri.
Selain memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa, arti penting
kerja sama dalam berbagai kehidupan di negara Indonesia bagi diri sendiri,
masyarakat, bangsa dan negara diantaranya sebagai berikut.

● Memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa.


● Mempererat persaudaraan dan kebersamaan.
● Mendorong timbulnya semangat gotong royong dan kekeluargaan.
● Menjadikan pekerjaan yang berat menjadi ringan dan cepat
diselesaikan.
● Meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam bekerja

C. Mewujudkan Kerjasama dalam Berbagai Lingkungan Kehidupan


1. Kerjasama dalam Kehidupan Sekolah
Di sekolah kerjasama dilaksanakan didasarkan rasa saling
membantu dan saling menyayangi. Mulai kepala sekolah, wakil kepala
sekolah, dewan guru, staf, komite sekolah, dan tentu saja peserta didik
saling membantu dan saling menyayangi.
Terkait dengan cara menumbuhkan semangat kerjasama di
lingkungan sekolah, dapat dilaksanakan, dengan cara sebagai berikut.

● Tentukan dan raih tujuan bersama.


● Berpartisipasi secara aktif menyusun dan melaksanakan aturan
sekolah.
● Melaksanakan aturan sekolah. Peraturan sekolah apabila ditaati akan
membentuk sekolah tersebut menjadi sekolah yang tertib.
● Selalu bekerjasama. Jangan memandang rendah peserta didik lain
sehingga dia tidak pernah diajak kerja sama. Mungkin saja peserta
didik yang pendiam memiliki banyak ide dan gagasan.
● Tidak membuat masalah
● Saling percaya
● Saling menghargai dan memberikan penghargaan

2. Kerjasama dalam Kehidupan Masyarakat


Bentuk-bentuk hubungan kerja sama dalam lingkungan
masyarakat, yaitu diantaranya peserta didik ikut serta dalam kegiatan
masyarakat, misal- nya dalam kegiatan kerja bakti, perayaan-perayaan
hari besar nasional atau keagamaan, sanitasi, dan sebagainya.
Sekolah secara khusus juga dapat melakukan kerjasama dengan
masyarakat misalnya dalam bentuk adanya program baksos (bakti
sosial) untuk masyarakat yang kurang mampu ataupun yang terkena
musibah/ bencana, kegiatan bazar sekolah dengan memamerkan hasil
karya peserta didik, termasuk pementasan karya tulis, karya seni dan
karya keterampilan pada saat HUT RI dengan melibatkan masyarakat.
3. Kerjasama dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara
Mewujudkan kerjasama antar sesama warga negara dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara dapat dilakukan dengan cara
berikut ini.

● Warga negara bekerja sama dengan pemerintah dalam


pembangunan nasional dengan membayar pajak.
● Menyelenggarakan peringatan hari besar keagamaan dan hari besar
nasional yang diatur oleh pemerintah
● Berperan aktif dalam mendukung pelaksanaan program-program
dari pemerintah.

Demikianlah rangkuman materi PPKn Kelas 7 Bab 5 tentang "Kerja Sama


dalam Berbagai Bidang Kehidupan".
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Setting Penelitian


Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di SMP IT Madinatul Albaab ,
yang berada di Kabupaten Karangnunggal. SMP IT Madinatul Albaab Kabupaten
tasikmalaya Provinsi Jawa Barat mempunyai fasilitas yang sangat terbatas dan
belum lengkap. Sekolah belum memiliki perpustakaan, lab dan ruangan yang
lainya selain kelas dan kantor guru. . Dengan jumlah guru sebanyak 10 orang
Guru no PNS dan non serdik.

3.2 Objek Penelitian


Objek Penelitian ini adalah Siswa Kelas VII SMP IT Madinatul Albaab
dengan jumlah siswa sebanyak 30, yang terdiri dari 14 siswa laki – laki dan 16
siswa perempuan.

3.3 Prosedur Penelitian


Waktu Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan selama 1 minggu yaitu
pada bulan November 2022 bertetpatan dengan kegiatan PPL PPG daljab kategori
2. Penelitian ini pada materi Materi Kerjasama dalam berbagai bidang kehidupan.
Penelitian ini direncanakan sebanyak 2 siklus masing – masing siklus 1 kali
pertemuan. Penelitian ini menggunakan desain Penelitian Tindakan Kelas dengan
Siklus.
1. Siklus I
Pada siklus ini membahas sub konsep Materi Kerjasama dalam berbagai bidang
kehidupan
a. Tahap Perencanaan
Pada tahap ini dilakukan persiapan–persiapan untuk melakukan
perencanaan tindakan dengan membuat silabus, rencana pembelajaran, lembar
observasi guru dan siswa, lembar kerja siswa, dan membuat alat evaluasi
berbentuk tes tertulis dengan model pilihan ganda.
b. Tahap pelaksanaan
Pada tahap ini dilakukan :
1) Guru menjelaskan Materi Kerjasama dalam berbagai bidang kehidupan secara
variatif yaitu secara audio, visual dan kinestetik.
2) Pengorganisasian siswa yaitu dengan membentuk 5 kelompok, masing–
masing kelompok terdiri dari 6 orang siswa, kemudian peserta didik masing -
masing kelompok diberi materi yang dikaitkan dengan sebuah konten
permasalahan yang sedang viral selanjutnya diberi model pembelajaran
variatif yang disesuaikan dengan keadaan bakat minat dan profil peserta
didik.
3) Dalam kegiatan pembelajaran peserta didik dibagi menjadi 5 kelompok 5
model dan 5 konten dan 5 materi pembelajaran kemudian diakhiri dengan
mempresentasikan hasil pekerjaannya.
1. kelompok 1 materi kerjasama dalam bidang kehidupan sosial dan politik
permasalahan bagaimana bentuk kerjasama sosial politik di indonesia
konten konten keadaan sosial politik indonesia yang selalu terjadi
kericuhan menggunakan model discovery learning.
2. kelompok 2 materi kerjasama dalam bidang kehidupan pertahanan dan
keamanan permasalahan bagaimana cara menjalin kebersamaan melalui
pertahanan dan keamanan negara agar kedaulatan indonesia tetap terjaga
konten konflik natuna menggunakan model PBL
3. kelompok 3 materi kerjasama dalam kehidupan ekonomi di indonesia
permasalahan buktikan apakah koperasi merupakan salah satu bentuk
kerjasama ekonomi yang sesuai dengan kultur masyarakat indonesia
konten koperasi di KUD model inquiry learning.
4. kelompok ke 4 materi kerjasama dalam kehidupan kerukunan antar
agama permasalahan bagaimana bentuk kerjasama yang harus dilakukan
antar aliran pemahaman islam yang berbeda-beda konten perbedaan
pendapat khilafiyah di Kp. Nangewer model PJBL membuat gallery
walk.
5. kelompok ke 5 meresume materi dari awal materi sampai akhir
menggunakan model mind mapping.
c. Tahap Observasi
Pada tahapan ini dilakukan observasi pelaksanaan tindakan, aspek
yang diamati adalah keaktifan siswa dan guru dalam proses pembelajaran
menggunakan lembar observasi aktivitas dan respon siswa serta guru.
Sedangkan peningkatan hasil belajar siswa diperoleh dari tes hasil belajar
siswa.
d. Tahap Refleksi
Pada tahap ini dilakukan evaluasi proses pembelajaran pada siklus I
dan menjadi pertimbangan untuk merencanakan siklus berikutnya.
Pertimbangan yang dilakukan bila dijumpai satu komponen dibawah ini
belum terpenuhi, yaitu sebagai berikut :
1. Siswa mencapai ketuntasan individual ≥ 70.
2. Ketuntasan klasikal jika ≥ 85% dari seluruh siswa mencapai ketuntasan
individual yang diambil dari tes hasil belajar siswa.
2. Siklus II
Hasil refleksi dan analisis data pada siklus I digunakan untuk acuan
dalam merencanakan siklus II dengan memperbaiki kelemahan dan
kekurangan pada siklus I. Tahapan yang dilalui sama seperti pada tahap siklus
I.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Ada beberapa teknik pengumpulan data yang diterapkan dalam PTK
ini yaitu :
a. Observasi dilakukan oleh guru yang bersangkutan dan seorang
kolaborator untuk merekam perilaku, aktivitas guru dan siswa selama
proses pembelajaran berlangsung menggunakan lembar observasi.
b. Tes hasil belajar untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa.
Instrumen yang digunakan pada Penelitian Tindakan Kelas ini terdiri
dari:
1. Lembar Test / ulangan harian untuk mengetahui hasil belajar siswa.
Lembar observasi siswa untuk mengetahui tingkat motivasi siswa.
2. Lembar observasi Guru untuk mengetahui kegiatan pembelajaran yang
dilakukan oleh Guru.
3.5 Teknik Analisa Data
Data hasil penelitian selanjutnya dianalisis secara Deskriptif, seperti
berikut ini :
1. Data tes hasil hasil belajar digunakan untuk mengetahui ketuntasan
Belajar siswa atau tingkat keberhasilan belajar pada materi
Materi Kerjasama dalam berbagai bidang kehidupan dengan
menggunakan Pembelajaran berdiferensiasi. Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) secara individual jika siswa tersebut mampu
mencapai nilai 70.
Ketuntasan klasikal jika siswa yang memperoleh nilai 70 ini
jumlahnya sekitar 85% dari seluruh jumlah siswa dan masing –
masing dihitung dengan rumus, menurut Arikunto (2012: 24) sebagai
berikut:
𝐹

𝑃 = 𝑁 𝑥 100%

Dimana : P = Prosentase
F = frekuensi tiap aktivitas N = Jumlah seluruh aktivitas
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian


4.1.1 Deskripsi kondisi Awal
1. Perencanaan
Pada tahap perencanaan guru mempersiapkan tindakan berupa
rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan Metode
Pembelajaran berdiferensiasi pada Materi Kerjasama dalam berbagai
bidang kehidupan. Disamping itu guru juga membuat Lembar Kerja
Siswa (LKS) dan menyusun lembar observasi aktifitas guru dan siswa.
Selanjutnya, guru membuat tes hasil belajar. Sebelum pelaksanaan
tindakan dilakukan di kelas, guru dan observer mendiskusikan lembar
observasi.
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan dilaksanakan pada tanggal 24 November
2022 dari pukul 08.30 s.d 09.50 WIB. Kegiatan pembelajaran yang
dilakukan terdiri dari tiga tahap yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti
dan kegiatan penutup. Waktu yang dialokasikan untuk kegiatan
pendahuluan adalah 10 menit, sedangkan alokasi waktu untuk kegiatan
inti adalah 50 menit dan alokasi kegiatan penutup sebesar 20 menit.
Pada kegiatan pendahuluan, guru melakukan tiga kegiatan, yaitu :
(1) menyapa dan mengecek kehadiran siswa,
(2) melakukan icebreakingberupa menyanyi,
(3) menggali pengetahuan siswa dan mengaitkan dengan materi
pelajaran yang akan diajarkan selanjutnya. Kegiatan ice breaking
yang dilakukan guru.
Melalui kegiatan inti mendesain kegiatan agar siswa dapat
mengalami proses menemukan, menamai dan mempresentasikan. Untuk
dapat menemukan berkaitan dengan Pembelajaran berdiferensiasi,
pertama-tama guru membagi siswa dalam 5 kelompok dan setiap
kelompok terdiri dari 6 orang siswa.
Guru menjelaskan terlebih dahulu tentang tugas siswa, sebelum
penugasan dilakukan sehingga siswa tidak menjadi bingung. Selain itu,
selama diskusi berlangsung guru berkeliling kelompok untuk mengawasi
siswa bekerja sambil sesekali mengomentari hasil kerja siswa.
Perwakilan setiap kelompok kemudian membacakan hasil diskusi
kelompok. Siswa dari kelompok lain akan ditanyakan pendapatnya terkait
jawaban kelompok yang sedang presentasi. Jika terdapat kekeliruan, guru
terlebih dahulu meminta sesama siswa yang melakukan perbaikan. Siswa
yang hasil temuan kelompok yang benar dan mempresentasikan dengan
bagus mendapatkan pujian dari guru sedangkan siswa yang belum
melakukan dengan maksimal dimotivasi dan diberi penguatan.
Kegiatan akhir antara lain:
(1) melakukan evaluasi untuk mengetahui pencapaian siswa
setelah dilaksanakan pembelajaran dengan strategi Pembelajaran
berdiferensiasi,
(2) siswa melakukan kilas balik tentang pembelajaran yang baru
dilakukan dan
(3) siswa dan guru merayakan keberhasilan belajar dengan
bertepuk tangan gembira.

3. Observasi
Partisipasi siswa Kelas VII SMP IT Madinatul Albaab ada
peningkatan dalam Kegiatan Pembelajaran pada kondisi awal setelah
dilakukan penerapan model pembelajaran menggunakan Pembelajaran
berdiferensiasi. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar dan respons siswa
terhadap Kegiatan Pembelajaran meskipun masih ada sebagian kecil
masalah yang muncul pada saat proses Kegiatan Pembelajaran
berlangsung. Dengan adanya masalah yang terjadi pada kondisi awal,
maka kami bersama pengamat merefleksikan masalah tersebut agar
mampu diperbaiki pada siklus I dengan harapan semua siswa mampu
meningkatkan hasil belajarnya. Partisipasi siswa Kelas VII SMP IT
Madinatul Albaab dalam kegiatan belajar mengajar Sejarah. Hal ini
terlihat dari hasil belajar siswa pada kondisi awal. Hasil belajar siswa
pada kondisi awal tidak dengan penerapan Pembelajaran berdiferensiasi
dengan jumlah 30 terdapat 20 siswa atau 66,7% yang tuntas dan yang
tidak tuntas ada 10 Siswa atau 33,3% yang tidak tuntas, dengan nilai rata-
rata sebesar 66,7. Data dapat
dilihat pada tabel 1 dibawah ini.

Tabel.1 hasil ulangan harian kondisi awal


No Nama Siswa Nilai Keterangan
1 Ajay Maulana 70 Tuntas
2 Alva Nisa Delane 55 Tidak Tuntas
3 Andrea Mareno 70 Tuntas
4 Bagas Palentino 70 Tuntas
5 Diva Purnia 80 Tuntas

6 Eraini 65 Tidak Tuntas


7 Febe Adonia BG 75 Tuntas
8 Ferry Leonardo 50 Tidak Tuntas
9 Jagat Jari janang 70 Tuntas
10 Jerniyana 75 Tuntas
11 Jovan Rafael 70 Tuntas
12 Lia Verani 85 Tuntas
13 Mattew Amino PP 60 Tidak Tuntas
14 Maya Sari 80 Tuntas
15 Melsa 50 Tidak Tuntas
16 Mhicel Ernt Mada 65 Tidak Tuntas
17 M. Adi Prayetno 80 Tuntas
18 Perdi Yosef 70 Tuntas
19 Pretty Marinda 70 Tuntas
20 Rahma Fitriani 70 Tuntas
21 Rey Yediya 70 Tuntas
22 Ria Rana 70 Tuntas
23 Rizal N 55 Tidak Tuntas
24 Ruth Novinata 70 Tuntas
25 Salamah 70 Tuntas
26 Seldian A 55 Tidak Tuntas
27 Septia Sinta 70 Tuntas
28 Tulus MA Gabe 50 Tidak Tuntas
29 Venessa E 70 Tuntas
30 William Natalino 50 Tidak Tuntas
Jumlah 2010
Rata-rata 67
Ketuntasan Klasikal 66,70% Tidak Tuntas

b. Refleksi
Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan
hasil belajar pada materi Materi Keragaman Sosial dan Budaya Indonesia
Multikultural dengan menerapkan Pembelajaran berdiferensiasi ternyata
hasil yang didapat nilai rata-rata sebesar 66,7 dan secara klasikal sebesar
67%. Hal ini masih jauh dari harapan. Oleh karena itu refleksi yang
dikemukakan akan difokuskan pada peningkatan hasil belajar siswa pada
Materi Kerjasama dalam berbagai bidang kehidupan.
Pada kondisi awal terdapat kekurangan pemahaman siswa pada
materi bahan Materi Kerjasama dalam berbagai bidang kehidupan.
Menurut pengamat, ada beberapa hal yang menyebabkan hal ini terjadi.
Pertama, siswa tidak fokus pada pengisian LKPD sehingga ada bagian
tertentu dari isi LKPD yang tidak terisi dengan sempurna. Kedua, siswa
banyak melakukan hal–hal di luar konteks pembelajaran, seperti bermain
dengan teman sekelompoknya. Ketiga, diantara satu atau dua kelompok
tidak mampu menjawab dengan baik pertanyaan yang diberikan guru pada
saat evaluasi di akhir pelajaran.
Dari temuan kekurangan tersebut maka peneliti membuat strategi
baru untuk mengurangi penyebab kekurangan pemahaman siswa tersebut
di atas, selanjutnya akan diterapkan pada siklus I. Untuk masalah yang
pertama peneliti menugaskan tiga orang siswa pada setiap kelompok untuk
menulis hasil kegiatan agar semua LKPD terisi semua. Dengan cara
demikian maka data yang terkumpul menjadi lengkap sehingga siswa lebih
memahami materi pengelompokan baru, agar mengurangi siswa yang
saling bermain dengan temannya. Sedangkan masalah yang ketiga, peneliti
memberikan penjelasan lebih detail tentang materi Materi Keragaman
Sosial dan Budaya Indonesia khususnya untuk pertanyaan yang sulit atau
tidak mampu dijawab oleh kelompok dalam diskusi. Disamping itu untuk
masalah yang ketiga ini penjelasannya dibantu oleh pengamat.

4.1.2 Deskripsi hasil siklus 1


1. Perencanaan
Pada tahap perencanaan guru mempersiapkan tindakan berupa
rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan Metode
Pembelajaran Tipe Pembelajaran berdiferensiasi dengan Materi
Kerjasama dalam berbagai bidang kehidupan Multikultural sub (3) Kerja
sama di Lingkungan Sekolah. Disamping itu guru juga membuat Lembar
Kerja Peserta Didik (LKPD) dan menyusun lembar observasi aktifitas
guru dan siswa. Selanjutnya, guru membuat tes hasil belajar. Sebelum
pelaksanaan tindakan dilakukan di kelas, guru dan observer
mendiskusikan lembar observasi.

2. Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan siklus I dilaksanakan pada hari WIB.
Kegiatan pembelajaran yang dilakukan terdiri dari tiga tahap yaitu
kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Waktu yang
dialokasikan untuk kegiatan pendahuluan adalah 10 menit, sedangkan
alokasi waktu untuk kegiatan inti adalah 50 menit dan alokasi kegiatan
penutup sebesar 20 menit.
Pada kegiatan pendahuluan, guru melakukan tiga kegiatan, yaitu
(1) menyapa dan mengecek kehadiran siswa,
(2) melakukan ice breaking berupa menyanyi,
(3) menggali pengetahuan siswa dan mengaitkan dengan materi pelajaran
yang akan diajarkan selanjutnya. Kegiatan ice breaking yang dilakukan
guru.
Melalui kegiatan inti mendesain kegiatan agar siswa dapat
mengalami proses menemukan, menamai dan mempresentasikan. Untuk
dapat menemukan berkaitan dengan Pembelajaran berdiferensiasi,
pertama-tama guru membagi siswa dalam 6 kelompok dan setiap
kelompok terdiri dari 5 orang siswa.
Guru menjelaskan terlebih dahulu tentang tugas siswa, sebelum
penugasan dilakukan sehingga siswa tidak menjadi bingung. Selain itu,
selama diskusi berlangsung guru berkeliling kelompok untuk mengawasi
siswa bekerja sambil sesekali mengomentari hasil kerja siswa.
Perwakilan setiap kelompok kemudian membacakan hasil diskusi
kelompok. Siswa dari kelompok lain akan ditanyakan pendapatnya terkait
jawaban kelompok yang sedang presentasi. Jika terdapat kekeliruan, guru
terlebih dahulu meminta sesama siswa yang melakukan perbaikan. Siswa
yang hasil temuan kelompok yang benar dan mempresentasikan dengan
bagus mendapatkan pujian dari guru sedangkan siswa yang belum
melakukan dengan maksimal dimotivasi dan diberi penguatan.
Kegiatan akhir siklus I antara lain:
(1) melakukan evaluasi untuk mengetahui pencapaian siswa
setelah dilaksanakan pembelajaran menggunakan
Pembelajaran berdiferensiasi
(2) siswa melakukan kilas balik tentang pembelajaran yang baru
dilakukan dan
(3) siswa dan guru merayakan keberhasilan belajar dengan
bertepuk tangan gembira.

3. Observasi
1) Hasil Belajar Siswa
Partisipasi siswa Kelas VII SMP IT Madinatul Albaab ada
peningkatan dalam Kegiatan Pembelajaran pada siklus 1 setelah
dilakukan penerapan model Pembelajaran berdiferensiasi. Hal ini
dapat dilihat dari hasil belajar dan respons siswa terhadap Kegiatan
Pembelajaran meskipun masih ada sebagian kecil masalah yang
muncul pada saat proses Kegiatan Pembelajaran berlangsung. Dengan
adanya masalah yang terjadi pada siklus I, maka kami bersama
pengamat merefleksikan masalah tersebut agar mampu diperbaiki
pada siklus II dengan harapan semua siswa mampu meningkatkan
hasil belajarnya.
Partisipasi siswa Kelas VII SMP IT Madinatul Albaab dalam
kegiatan belajar mengajar Pendidikan Sejarah. Hal ini terlihat dari
hasil belajar siswa pada siklus I. Hasil belajar siswa pada siklus I
dengan penerapan model pembelajaran menggunakan Pembelajaran
berdiferensiasi dengan jumlah siswa 30 orang, terdapat 24 siswa atau
80,0% yang tuntas dan yang tidak tuntas ada 6 Siswa atau 20,0%
yang tidak tuntas dengan nilai rata-rata sebesar 72,3. Data dapat
dilihat pada tabel 3 dibawah ini.
Tabel.2 hasil ulangan harian siklus I
No Nama Siswa Nilai Keterangan
1 Ajay Maulana 75 Tuntas
2 Alva Nisa Delane 70 Tuntas
3 Andrea Mareno 75 Tuntas
4 Bagas Palentino 75 Tuntas
5 Diva Purnia 85 Tuntas
6 Eraini 70 Tuntas
7 Febe Adonia BG 80 Tuntas
8 Ferry Leonardo 55 Tidak Tuntas
9 Jagat Jari janang 75 Tuntas
10 Jerniyana 80 Tuntas
11 Jovan Rafael 75 Tuntas
12 Lia Verani 90 Tuntas
13 Mattew Amino PP 70 Tuntas
14 Maya Sari 85 Tuntas
15 Melsa 55 Tidak Tuntas
16 Mhicel Ernt Mada 70 Tuntas
17 M. Adi Prayetno 75 Tuntas
18 Perdi Yosef 75 Tuntas
19 Pretty Marinda 75 Tuntas
20 Rahma Fitriani 75 Tuntas
21 Rey Yediya 75 Tuntas
22 Ria Rana 75 Tuntas

23 Rizal N 60 Tidak Tuntas


24 Ruth Novinata 75 Tuntas
25 Salamah 75 Tuntas
26 Seldian A 60 Tidak Tuntas
27 Septia Sinta 75 Tuntas
28 Tulus MA Gabe 55 Tidak Tuntas
29 Venessa E 80 Tuntas
30 William Natalino 55 Tidak Tuntas
Jumlah 2170
Rata-rata 72,3
Ketuntasan Klasikal 80,0% Tidak Tuntas
Keterangan :

F =Frekuensi respons siswa terhadap pembelajaran


Menggunakan Strategi SAL
N=Jumlah: 30 orang

2) Aktifitas Siswa
Hasil penelitian pengamat terhadap aktivitas siswa selama
kegiatan belajar yang menerapkan model Pembelajaran Kooperatif
Tipe SAL pada Materi Kerjasama dalam berbagai bidang kehidupan
pada siklus 1 adalah rata– rata 3,00 berarti termasuk kategori baik.
Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran.
Untuk mengetahui respons siswa terhadap kegiatan
pembelajaran yang mereka jalani dengan menggunakan Pembelajaran
berdiferensiasi digunakan angket yang diberikan kepada siswa setelah
seluruh proses pembelajaran selesai. Hasil angket respons siswa
terhadap Pembelajaran berdiferensiasi, ditunjukan pada tabel 3 di
bawah ini yang merupakan rangkuman hasil angket tentang tanggapan
30 siswa terhadap model Pembelajaran berdiferensiasi yang
diterapkan selama kegiatan pembelajaran materi Materi Kerjasama
dalam berbagai bidang kehidupan, siswa secara umum memberikan
tanggapan yang positif selama mengikuti kegiatan pembelajaran
dengan senang, siswa juga merasa senang dengan LKPD yang
digunakan, suasana kelas, maupun cara penyajian materi oleh guru,
dan model pembelajaran yang baru mereka terima, selama kegiatan
pembelajaran berlangsung siswa juga merasa senang karena bisa
menyatakan pendapat, dan siswa merasa memperoleh manfaat
dengan pembelajaran berdiferensiasi.
Tabel 3 Respons siswa terhadap model Pembelajaran berdiferensiasi

No Uraian Tanggapan Siswa

. Senang Tidak Senang

F % F %

1. Bagaimana perasaan kamu selama 24 80,0 6 20,0

mengikuti kegiatan pembelajaran ini ?

Senang Tidak Senang

F % F %

2. Bagaimana perasaan kamu terhadap :

a. Materi pelajaran 30 100 0 0

b. Lembar kerja siswa (LKPD) 29 96,7 1 3,3

c. Suasana Belajar di Kelas 29 96,7 1 3,3

d. Cara penyajian materi oleh guru 30 100 0 0


Mudah Sulit

F % F %

3. Bagaimana pendapat kamu Mengikuti 24 80,0 6 20,0


pembelajaran ini

Tidak
Bermanfaat
Bermanfaat

F % F %

4. Apakah pembelajaran ini bermanfaat bagi 30 100 0 0


kamu ?

Baru Tidak Baru

F % F %

5. Apakah pembelajaran ini baru bagi kamu? 30 100 0 0

Ya Tidak

F % F %

6. Apakah kamu menginginkan pokok 30 100 0 0


bahasan yang lain menggunakan
pembelajaran berdiferensiasi?

Keterangan :

F =Frekuensi respons siswa terhadap pembelajaran


berdiferensiasi
N=Jumlah: 30 orang
3) Aktifitas Guru
Data hasil pengamatan kemampuan guru dalam mengelola kegiatan
Pembelajaran berdiferensiasi ditunjukan pada tabel 4, bahwa pengelolaan
pembelajaran dengan penerapan pembelajaran berdiferensiasi dalam
materi pelajaran Kerjasama dalam berbagai bidang kehidupan pada siklus I
sebesar 2.75 yang berarti termasuk kategori baik. Data dapat dilihat pada
tabel di bawah ini.
Tabel 4. Data Hasil PKBM Pembelajaran berdiferensiasi
Skor pengamatan
No. Aspek yang diamati
Siklus I Keterangan

1. Pesiapan 3,0 Baik

2. Pelaksanaan 2,5 Baik

3. Pengelolaan Kelas 2,5 Baik

4. Suasana Kelas 3,0 Baik

Rata – Rata 2,75 Baik

Keterangan :
0 - 1,49 = kurang baik
1,5 - 2,49 = Cukup
2,5 - 3,49 = Baik
3,5 - 4,0 = Sangat Baik

4. Refleksi
Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan
hasil belajar pada Materi Keragaman Sosial dan Budaya Indonesia dengan
menerapkan model Pembelajaran berdiferensiasi. Oleh karena itu refleksi
yang dikemukakan akan difokuskan pada peningkatan hasil belajar siswa
pada Materi Kerjasama dalam berbagai bidang kehidupan.
Pada siklus 1 terdapat kekurangan pemahaman siswa pada Materi
Kerjasama dalam berbagai bidang kehidupan. Menurut pengamat, ada
beberapa hal yang menyebabkan hal ini terjadi. Pertama, siswa tidak
fokus pada pengisian LKPD sehingga ada bagian tertentu dari isi LKPD
yang tidak terisi dengan sempurna. Kedua, siswa banyak melakukan hal–
hal di luar konteks pembelajaran, seperti bermain dengan teman
sekelompoknya. Ketiga, diantara satu atau dua kelompok tidak mampu
menjawab dengan baik pertanyaan yang diberikan guru pada saat evaluasi
di akhir pelajaran.
Dari temuan kekurangan tersebut maka peneliti membuat strategi
baru untuk mengurangi penyebab kekurangan pemahaman siswa tersebut
di atas, selanjutnya akan diterapkan pada siklus II. Untuk masalah yang
pertama peneliti menugaskan tiga orang siswa pada setiap kelompok
untuk menulis hasil kegiatan agar semua LKPD terisi semua. Dengan
cara demikian maka data yang terkumpul menjadi lengkap sehingga
siswa lebih memahami materi pengelompokan baru, agar mengurangi
siswa yang saling bermain dengan temannya. Sedangkan masalah yang
ketiga, peneliti memberikan penjelasan lebih detail tentang Materi
Kerjasama dalam berbagai bidang kehidupan Khususnya untuk
pertanyaan yang sulit atau tidak mampu dijawab oleh kelompok dalam
diskusi. Disamping itu untuk masalah yang ketiga ini penjelasannya
dibantu oleh pengamat.
3. Deskripsi data siklus II
1. Perencanaan
Pada tahap perencanaan guru mempersiapkan tindakan berupa
rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan Metode
Pembelajaran Tipe Pembelajaran berdiferensiasi dengan memperbaiki
kekurangan pada siklus I pada materi Materi Kerjasama dalam berbagai
bidang kehidupan. Disamping itu guru juga membuat Lembar Kerja
Siswa (LKPD) dan menyusun lembar observasi aktifitas guru dan siswa.
Selanjutnya, guru membuat tes hasil belajar.Sebelum pelaksanaan
tindakan dilakukan di kelas, guru dan observer mendiskusikan lembar
observasi.
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan siklus II dilaksanakan pada hari Rabu 23
Agustus 2017 dari pukul 07.00 s.d 08.20 WIB.Kegiatan pembelajaran
yang dilakukan terdiri dari tiga tahap yaitu kegiatan pendahuluan,
kegiatan inti dan kegiatan penutup. Waktu yang dialokasikan untuk
kegiatan pendahuluan adalah 10 menit, sedangkan alokasi waktu untuk
kegiatan inti adalah 50 menit dan alokasi kegiatan penutup sebesar 20
menit.
Pada kegiatan pendahuluan, guru melakukan tiga kegiatan, yaitu
(1) menyapa dan mengecek kehadiran siswa,
(2) melakukan icebreaking berupa menyanyi,
(3) menggali pengetahuan siswa dan mengaitkan dengan materi pelajaran
yang akan diajarkan selanjutnya. Kegiatan ice breaking yang
dilakukan guru.
Melalui kegiatan inti mendesain kegiatan agar siswa dapat
mengalami proses menemukan, menamai dan mempresentasikan. Untuk
dapat menemukan berkaitan dengan Pembelajaran berdiferensiasi,
pertama-tama guru membagi siswa dalam 7 kelompok dan setiap
kelompok terdiri dari 4-5 orang siswa.
Guru menjelaskan terlebih dahulu tentang tugas siswa, sebelum
penugasan dilakukan sehingga siswa tidak menjadi bingung. Selain itu,
selama diskusi berlangsung guru berkeliling kelompok untuk mengawasi
siswa bekerja sambil sesekali mengomentari hasil kerja siswa.Perwakilan
setiap kelompok kemudian membacakan hasil diskusi kelompok. Siswa
dari kelompok lain akan ditanyakan pendapatnya terkait jawaban
kelompok yang sedang presentasi. Jika terdapat kekeliruan, guru terlebih
dahulu meminta sesama siswa yang melakukan perbaikan.Siswa yang
hasil temuan kelompok yang benar dan mempresentasikan dengan bagus
mendapatkan pujian dari guru sedangkan siswa yang belum melakukan
dengan maksimal dimotivasi dan diberi penguatan.
Kegiatan akhir siklus II antara lain: (1)melakukan evaluasi untuk
mengetahui pencapaian siswa setelah dilaksanakan pembelajaran dengan
strategi Pembelajaran berdiferensiasi, (2) siswa melakukan kilas
balik tentang pembelajaran yang baru dilakukan dan (3)siswa dan guru
merayakan keberhasilan belajar dengan bertepuk tangan gembira.
3.Observasi
1) Hasil Belajar Siswa
Partisipasi siswa Kelas VII SMP IT Madinatul Albaab ada peningkatan
dalam Kegiatan Pembelajaran berdiferensiasi setelah dilakukan penerapan model
pembelajaran berdiferensiasi. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar dan respons
siswa terhadap Kegiatan Pembelajaran meskipun masih ada sebagian kecil
masalah yang muncul pada saat proses Kegiatan Pembelajaran berlangsung.
Partisipasi siswa Kelas VII SMP IT Madinatul Albaab dalam kegiatan
belajar mengajar Pendidikan Sejarah. Hal ini terlihat dari hasil belajar siswa pada
siklus II. Hasil belajar siswa pada siklus II dengan penerapan model Pembelajaran
berdiferensiasi dengan jumlah 30 siswa, terdapat 27 siswa atau 90,0% yang tuntas
dan yang tidak tuntas ada 3 Siswa atau 10,0% yang tidak tuntas dan nilai rata-rata
sebesar 79,5. Data dapat dilihat pada tabel 5 dibawah ini.
Tabel.5 Hasil ulangan harian pada siklus II
No Nama Siswa Nilai Keterangan
1 Ajay Maulana 80 Tuntas
2 Alva Nisa Delane 80 Tuntas
3 Andrea Mareno 80 Tuntas
4 Bagas Palentino 80 Tuntas
5 Diva Purnia 100 Tuntas
7 Febe Adonia BG 90 Tuntas
8 Ferry Leonardo 60 Tidak Tuntas
9 Jagat Jari janang 80 Tuntas
10 Jerniyana 90 Tuntas
11 Jovan Rafael 80 Tuntas
12 Lia Verani 100 Tuntas
13 Mattew Amino PP 75 Tuntas
14 Maya Sari 90 Tuntas
15 Melsa 60 Tidak Tuntas
16 Mhicel Ernt Mada 75 Tuntas
17 M. Adi Prayetno 80 Tuntas
18 Perdi Yosef 80 Tuntas
19 Pretty Marinda 80 Tuntas
20 Rahma Fitriani 80 Tuntas
21 Rey Yediya 80 Tuntas
22 Ria Rana 80 Tuntas
23 Rizal N 70 Tuntas
24 Ruth Novinata 80 Tuntas
25 Salamah 80 Tuntas
26 Seldian A 70 Tuntas
27 Septia Sinta 80 Tuntas
28 Tulus MA Gabe 65 Tidak Tuntas
29 Venessa E 90 Tuntas
30 William Natalino 70 Tuntas
Jumlah 2385
Rata-rata 79,5
Ketuntasan Klasikal 90,0% Tuntas

Keterangan :
F =Frekuensi respons siswa terhadap Pembelajaran berdiferensiasi
N = Jumlah: 30 orang

2) Aktivitas Guru
Data hasil pengamatan kemampuan guru dalam mengelola
kegiatan Pembelajaran Kooperatif Tipe Pembelajaran berdiferensiasi
ditunjukan pada tabel 6, bahwa pengelolaan pembelajaran dengan
penerapan Pembelajaran berdiferensiasi dalam materi pelajaran
Keragaman Sosial dan Budaya Indonesia pada siklus II sebesar 3,25 yang
berarti termasuk kategori baik. Data dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 6. Data Penilaian pengelolaan pembelajaran menggunakan
Pembelajaran Kooperatif Tipe SAL
Skor pengamatan
No. Aspek yang diamati
Siklus II Keterangan

1. Pesiapan 4,0 Sangat Baik

2. Pelaksanaan 3,0 Baik

3. Pengelolaan Kelas 3,0 Baik

4. Suasana Kelas 3,0 Baik

Rata – Rata 3,25 Baik

Keterangan :
0 - 1,49 = kurang baik
1,5 - 2,49 = Cukup
2,5 - 3,49 = Baik
3,5 - 4,0 = Sangat Baik

4. Refleksi
Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan
hasil belajar pada Materi Keragaman Sosial dan Budaya Indonesia dengan
menerapkan model pembelajaran menggunakan Pembelajaran
berdiferensiasi. Oleh karena itu refleksi yang dikemukakan akan
difokuskan pada peningkatan hasil belajar siswa pada materi Materi
kerjasama dalam berbagai bidang kehidupan.
Pada siklus 1 terdapat kekurangan pemahaman siswa pada Materi
Keragaman Sosial dan Budaya Indonesia. Menurut pengamat, ada
beberapa hal yang menyebabkan hal ini terjadi. Pertama, siswa tidak fokus
pada pengisian LKPD sehingga ada bagian tertentu dari isi LKPD yang
tidak terisi dengan sempurna. Kedua, siswa banyak melakukan hal – hal di
luar konteks pembelajaran, seperti bermain dengan teman sekelompoknya.
Ketiga, diantara satu atau dua kelompok tidak mampu menjawab dengan
baik pertanyaan yang diberikan guru pada saat evaluasi di akhir pelajaran.
Dari temuan kekurangan tersebut maka peneliti membuat strategi
baru untuk mengurangi penyebab kekurangan pemahaman siswa tersebut
di atas, selanjutnya akan diterapkan pada siklus II. Untuk masalah yang
pertama peneliti menugaskan tiga orang siswa pada setiap kelompok untuk
menulis hasil kegiatan agar semua LKPD terisi semua. Dengan cara
demikian maka data yang terkumpul menjadi lengkap sehingga siswa lebih
memahami materi pengelompokan baru, agar mengurangi siswa yang
saling bermain dengan temannya. Sedangkan masalah yang ketiga, peneliti
memberikan penjelasan lebih detail tentang materi Keragaman Sosial dan
Budaya Indonesia khususnya untuk pertanyaan yang sulit atau tidak
mampu dijawab oleh kelompok dalam diskusi. Disamping itu untuk
masalah yang ketiga ini penjelasannya dibantu oleh pengamat.
4.2. Pembahasan
4.2.1. Hasil Belajar
Hasil penelitian menunjukan bahwa hasil belajar evaluasi kondisi
awal siswa Kelas VII SMP IT Madinatul Albaab untuk Materi Kerjasama
dalam berbagai bidang kehidupan dengan model pembelajaran
menggunakan Pembelajaran berdiferensiasi diperoleh nilai rata – rata
kondisi awal sebesar 67,0 dengan nilai tertinggi adalah 85 terdapat 1 orang
dan nilai terendah adalah 50 terdapat 4 orang dengan ketentuan belajar
66,7% dan yang tidak tuntas 333,%.
Hasil penelitian menunjukan bahwa hasil belajar siswa Kelas VII
SMP IT Madinatul Albaab pada siklus 1 untuk Materi Kerjasama dalam
berbagai bidang kehidupan dengan model pembelajaran berdiferensiasi
diperoleh nilai rata – rata siklus 1 sebesar 72,3 dengan nilai tertinggi
adalah 90 terdapat 1 orang dan nilai terendah adalah 55 terdapat 4 orang
dengan ketuntasan belajar 80,0% dan yang tidak tuntas 20,0%.
Sedangkan pada siklus II untuk materi Materi Kerjasama dalam
berbagai kehidupan diperoleh nilai rata – rata siklus II sebesar 79,5 dengan
nilai tertinggi adalah 100 terdapat 2 orang dan nilai terendah adalah 60
terdapat 2 orang dengan ketuntasan belajar 90,0% dan yang tidak tuntas
10,0%. Siswa yang tidak tuntas baik pada siklus I maupun pada siklus II
adalah siswa yang sama, ini disebabkan siswa tersebut pada dasarnya tidak
ada niat untuk belajar dan sering tidak masuk sekolah.
Berdasarkan data hasil belajar siswa dari siklus I dan siklus II
menunjukan adanya peningkatan hasil belajar siswa Kelas VII SMP IT
Madinatul Albaab tahun pelajaran 2022 menunjukan peningkatan hasil
belajar siswa pada materi yang sama yaitu Kerjasama dalam berbagai
bidang kehidupan. Hal ini disebabkan pada siklus I dan siklus II
menunjukan peningkatan hasil belajar siswa pada materi yang sama yaitu
Kerjasama dalam berbagai bidang kehidupan. Hal ini disebabkan pada
siklus I dan siklus II Sudah menerapkan model Pembelajaran kerjasama
dalam berbagai bidang kehidupan.

2. Aktivitas Siswa
Aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung yang
menerapkan Pembelajaran berdiferensiasi pada materi Kerjasama dalam
berbagai bidang kehidupan menurut penilaian pengamat termasuk kategori baik
semua aspek aktivitas siswa. Adapun aktivitas siswa yang dinilai oleh
pengamat adalah aspek aktivitas siswa: mendengar dan memperhatikan
penjelasan guru, kerjasama dalam kelompok, bekerja dengan menggunakan alat
peraga, keaktifan siswa dalam diskusi, mempresentasikan hasil diskusi,
menyimpulkan materi, dan kemampuan siswa menjawab pertanyaan dari guru.
Berdasarkan hasil penilaian yang telah dilakukan aktivitas siswa yang
paling dominan dilakukan yaitu bekerja sama mengerjakan LKPD dan
berdiskusi. Hal ini menunjukan bahwa siswa saling bekerja sama dan
bertanggung jawab untuk mendapatkan hasil yang baik. Hal ini sesuai dengan
pendapat santoso (dalam anam, 2000:50) yang menyatakan bahwa
pembelajaran kooperatif mendorong siswa dalam kelompok belajar, bekerja
dan bertanggung jawab dengan sungguh–sungguh sampai selesainya tugas–
tugas individu dan kelompok.

3. Pembelajaran berdiferensiasi
Kemampuan guru dalam pengelolaan model Pembelajaran berdiferensiasi
menurut hasil penilaian pengamat termasuk kategori baik untuk semua aspek.
Berarti secara keseluruhan guru telah memiliki kemampuan yang baik dalam
mengelola Pembelajaran berdiferensiasi pada Materi Kerjasama dalam berbagai
bidang kehidupan. Hal ini sesuai dengan pendapat Ibrahim (2000), bahwa guru
berperan penting dalam mengelola kegiatan mengajar, yang berarti guru harus
kreatif dan inovatif dalam merancang suatu kegiatan pembelajaran di kelas,
sehingga minat dan motivasi siswa dalam belajar dapat ditingkatkan. Pendapat
lain yang mendukung adalah piter (dalam Nur dan Wikandari 1998).
Kemampuan seorang guru sangat penting dalam pengelolaan pembelajaran
sehingga kegiatan pembelajaran dapat berlangsung efektif dan efisien.

4. Respons siswa Terhadap pembelajaran menggunakan Pembelajaran


berdiferensiasi
Berdasarkan hasil angket respons siswa terhadap model Pembelajaran
berdiferensiasi yang diterapkan oleh peneliti menunjukan bahwa siswa merasa
senang terhadap materi pelajaran. LKPD, suasana belajar dan cara penyajian
materi oleh guru. Menurut siswa, dengan model Pembelajaran berdiferensiasi
mereka lebih mudah memahami materi pelajaran interaksi antara guru dengan
siswa dan interaksi antar siswa tercipta semakin baikdengan adanya diskusi,
sedangkan ketidaksenangan siswa terhadap model Pembelajaran
berdiferensiasi disebabkan suasana belajar dikelas yang agak ribut.
Seluruh siswa (100%) berpendapat baru mengikuti pembelajaran dengan
Pembelajaran berdiferensiasi. Siswa merasa senang apalagi pokok bahasan
selanjutnya menggunakan Pembelajaran berdiferensiasi, dan siswa merasa
bahwa model pembelajaran kooperatif menggunakan Pembelajaran
berdiferensiasi bermanfaat bagi mereka, karena mereka dapat saling bertukar
pikiran dan materi pelajaran yang didapat mudah diingat.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan Hasil Penelitian Dengan Menerapkan Model
Pembelajaran Berdiferensiasi, Maka Dapat Diambil Kesimpulan Sebagai
Berikut:
Penggunaan Pembelajaran Berdiferensiasi Dapat Meningkatkan Hasil Belajar
Materi Keragaman Sosial Dan Budaya Indonesia Siswa Kelas VII SMP IT
Madinatul Albaab.

5.2 Saran
Berdasarkan Kesimpulan Di Atas, Maka Peneliti Dapat Memberikan
Saran–Saran, Yaitu:
1) Kepada Guru Yang Mengalami Kesulitan Yang Dapat Menerapkan
Pembelajaran Berdiferensiasi Sebagai Alternatif Untuk Meningkatkan
Kualitas Proses Belajar Mengajar Kelas.
2) Kepada Guru–Guru Yang Ingin Menerapkan Pembelajaran Berdiferensiasi
Disarankan Untuk Membikin Pembelajaran Berdiferensiasi Yang Lebih
Menarik Dan Bervariasi.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. 1997.Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia


Arikunto, Suharsimi. 2012. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara

Depdiknas. 2003.UU RI No.20 Tahun 2003 tentang system Pendidikan Nasional.


Jakarta: Depdiknas

--------------. 2004. Standar Kompetensi Guru Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas

--------------.2005. PP No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.


Jakarta: Depdiknas

-------------. 2007. Permendiknas RI No. 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses.


Jakarta: Depdiknas

-------------. 1999. Pedoman Penyusunan Karya Tulis Ilmiah di Bidang


Pendidikan. Jakarta: Depdikbud
Ibrahim, M. 2005. Pembelajaran Kooperatif. UNESA: University Press.

Kemdiknas.2011.Membimbing Guru dalam Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:

Kemdiknas
-------------. 2011. Paikem Pembelajaran Aktif Inovatif
Kreatif Efektif dan Menyenangkan. Jakarta: Kemdiknas
Ngalim, Purwanto. 2008. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung:PT
Remaja Rosda Karya

Ngalim, Purwanto. 203. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran.


Bandung:PT Remaja Rosda Karya
Sudjana, Nana. 2012. Tujuan Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta

Suyatno. 2009. Pembelajaran Kooperatif Tipe SAL. Surakarta: Tiga

Serangka
PEDOMAN OBSERVASI GURU
1. Nama Sekolah : .........................................................................................................
2. Nama Guru : .........................................................................................................
3. Mata Pelajaran : .........................................................................................................
4. Kelas / Semester: .........................................................................................................
5. Hari / Tanggal : .........................................................................................................
YA / ADA
Tidak Nil
No Uraian Kegiatan Kuran Catatan
Baik ada ai
g baik
1 2 3 4 5 6 7
1 PERSIAPAN
a. Silabus
b. Program / Rencana Pembelajaran Semester
c. Buku nilai : yang memuat nilai ulangan harian, ujian
blok, ujian remedi, nilai tugas-tugas lainnya
2 KEGIATAN PEMBELAJARAN
A. PENDAHULUAN
a. Pretest/persepsi
b. Motivasi siswa/mengecek kesiapan siswa
c. Memberitahukan topik pembelajaran : SK/KD
B. KEGIATAN POKOK
a. Penyiapan Materi Pelajaran
b. Penyiapan Media
c. Penyajian materi
C. PENUTUPAN
a. Post Test
b. Membuat rangkuman / kesimpulan
c. Memberikan tugas / Pekerjaan Rumah (PR)
Jumlah
Rata – rata

Kesimpulan :......................................................................................................................

Saran / Pembinaan :.....................................................................................................................

Pengamat/Observer,

.....................................
PEDOMAN OBSERVASI SISWA
Hari/Tanggal :
Kelas :
Materi :
Nama Guru :

NO ASPEK PENGAMATAN KOMENTAR KET


1 Memperhatikan penjelasan Guru

2 Mempelajari LKPD dengan sungguh-


sungguh
3 Melakukan kegiatan sesuai LKPD

4 Mencatat hasil kegiatan sesuai LKPD

5 Diskusi kelompok tentang hasil kegiatan

6 Menyusun hasil kegiatan

7 Mempresentasikan hasil kegiatan


Kelompok
8 Menghargai gagasan teman

9 Menyampaikan gagasan pada kelompok

10 Mengambil keputusan/ kesimpulan


kelompok
11 Member tanggapan pada kelompok lain

12 Bertanggung jawab dan disiplin kerja

13 Memcatat hasil kesimpulan

Pengamat,

………………..………
LEMBAR RESPONDEN SISWA

Nama Siswa :…………………………………..


Kelas :…………………………………..
Hari/Tanggal :…………………………………..

NO URAIAN YA TIDAK KET


1 Apakah kamu merasa senang selama mengikuti kegiatan

pembelajaran ini ?

2 Apakah kamu merasa senang terhadap Materi pelajaran?

3 Apakah kamu merasa senang menggunakan Lembar kerja

siswa (LKPD)?

4 Apakah kamu merasa senang Suasana Belajar di Kelas ini?

5 Apakah kamu merasa senang Cara penyajian materi oleh

guru?

6 Apakah kamu merasa sulit Mengikuti pembelajaran ini?

7 Apakah pembelajaran ini bermanfaat bagi kamu ?

8 Apakah pembelajran ini baru bagi kamu?

9 Apakah kamu menginginkan pokok bahasan yang lain

Berdiferensiasi model variatif?

JUMLAH

Responden,

……………………………….
DAFTAR HADIR SEMINAR
Hari / Tanggal :
Pukul :
Tempat :

TANDA
NO NAMA UNIT KERJA JABATAN
TANGAN
1 Narasumber
2 Penyaji
3 Moderator
4 Notulis
5 Pembahas I
6 Pembahas II
7 Peserta
8 Peserta
9 Peserta
10 Peserta
11 Peserta
12 Peserta
13 Peserta
14 Peserta
15 Peserta
16 Peserta
Mengetahui:
Kepala Sekolah, Notulis,

............................................... .......................................................
NIP……………………………. NIP. ...............................................

Anda mungkin juga menyukai