Anda di halaman 1dari 61

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (research and


development) yang bertujuan mengembangkan modul prakarya dan
kewirausahaan berbasis kearifan lokal untuk meningkatkan niat berwirausaha
siswa di SMA Negeri Kabupaten Pemalang. Prosedur pengembangan yang
digunakan dalam penelitian ini mengacu pada model Borg and Gall yang telah
dimodifikasi oleh Sukmadinata (2012: 189) menjadi tiga tahapan. Tiga tahapan
penelitian tersebut yakni studi pendahuluan, pengembangan dan pengujian.

A. Hasil Studi Pendahuluan


Studi pendahuluan merupakan langkah awal yang dilakukan peneliti untuk
menganalisis kebutuhan modul prakarya dan kewirausahaan berbasis kearifan
lokal untuk meningkatkan niat berwirausaha siswa. Tahap studi pendahuluan
dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai niat berwirausaha siswa,
kualitas bahan ajar yang digunakan, tanggapan siswa dan guru terhadap bahan ajar
yang digunakan, kebutuhan siswa dan guru terhadap modul prakarya dan
kewirausahaan berbasis kearifan lokal dan hasil analisis kebutuhan modul
prakarya dan kewirausahaan berbasis kearifan lokal untuk meningkatkan niat
berwirausaha. Analisis kebutuhan pada studi pendahuluan dilakukan pada tiga
sekolah di kabupaten Pemalang yaitu SMAN 1 Randudongkal, SMAN 1 Bodeh,
dan SMAN 1 Moga. Data dalam analisis kebutuhan diperoleh melalui kegiatan
observasi, wawancara, dokumentasi dan angket analisis kebutuhan siswa dan
guru.
Pembelajaran prakarya dan kewirausahaan bertujuan salah satunya untuk
menumbuhkan semangat kewirausahaan sejak dini dan menyiapkan siswa menjadi
seorang wirausaha. Hasil angket niat berwirausaha yang diberikan kepada siswa
kelas XI IPS di SMAN 1 Randudongkal, SMAN 1 Moga dan SMAN 1 Bodeh
menunjukkan bahwa niat siswa untuk berwirausaha rendah. Hal ini dapat
ditunjukkan pada gambar 4.1 berikut ini:

104
library.uns.ac.id 105
digilib.uns.ac.id

28,81%

37,27%
Bekerja
66,10%
Kuliah
Berwirausaha

Gambar 4.1 Alternatif Pilihan Setelah Lulus SMA

Berdasarkan gambar 4.1 di atas, menunjukkan bahwa hanya sedikit siswa yang
berniat untuk membuka usaha. Siswa yang berniat berwirausaha setelah lulus
SMA hanya sebesar 28,81%, sedangkan siswa yang memilih untuk bekerja
sebesar 66,10% dan siswa yang memilih untuk melanjutkan kuliah ke perguruan
tinggi sebesar 37,27%.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan dalam pembelajaran prakarya
dan kewirausahaan di ketiga sekolah, diperoleh hasil yang sama yaitu: 1) jumlah
buku teks (cetak) yang tersedia di sekolah terbatas sehingga selama menjelaskan
materi pelajaran guru lebih banyak menggunakan metode ceramah dan siswa lebih
banyak mencatat materi pelajaran, 2) pembelajaran berorientasi pada guru
(teacher centered approach), 3) pola mengajar guru kurang menanamkan mindset
untuk berwirausaha, 4) siswa cenderung pasif dan kurang antusias saat membaca
buku pelajaran, 5) buku pegangan siswa untuk belajar hanya buku paket prakarya
dan kewirausahaan yang dipinjam dari perpustakaan.
Wawancara pada tahap studi pendahuluan ini bertujuan untuk
mengumpulkan informasi yang berkaitan dengan pembelajaran prakarya dan
kewirausahaan, kondisi bahan ajar prakarya dan kewirausahaan serta analisis
kebutuhan terhadap modul prakarya dan kewirausahaan berbasis kearifan lokal.
Wawancara dilakukan pada siswa dan guru kelas XI di SMAN 1 Moga dan
SMAN 1 Randuongkal. Berdasarkan hasil wawancara diperoleh informasi sebagai
berikut:
library.uns.ac.id 106
digilib.uns.ac.id

1. Siswa mengatakan bahwa pembelajaran prakarya dan kewirausahaan kurang


menarik dan membosankan karena metode pembelajaran yang digunakan guru
monoton.
2. Siswa tidak memiliki buku teks yang dapat digunakan untuk belajar di rumah.
Buku teks yang digunakan merupakan buku yang dipinjam dari perpustakaan
dan hanya dapat digunakaan saat pembelajaran berlangsung.
3. Siswa banyak mengalami kesulitan dalam memahami konsep kewirausahaan,
selain itu siswa mengaku materi yang ada dalam buku masih bersifat umum,
belum lengkap dan belum mengaitkan dengan kearifan lokal.
4. Siswa menyatakan bahwa pembelajaran praktik hanya dilakukan 1-2 kali.
5. Guru mengungkapkan bahwa selama ini jarang mengajak siswa untuk
pembelajaran praktik karena waktu pembelajaran yang terbatas dan tidak
tersedianya sarana dan prasarana yang mendukung.
6. Guru merasa kesulitan untuk mengajarkan materi prakarya dan kewirausahaan
karena tidak sesuai dengan kualifikasi pendidikan yang dimiliki.
7. Menurut guru buku yang yang digunakan lebih banyak menjelaskan materi
prakarya, sedangkan materi kewirausahaan hanya sebagai pelengkap.
8. Menurut guru sumber belajar yang terbatas, padatnya materi pelajaran yang
harus diajarkan dan waktu pembelajaran yang kurang menyebabkan
pembelajaran lebih banyak untuk mencatat materi dan pemberian pekerjaan
rumah.
9. Sebagian besar siswa mengaku tidak mengetahui kearifan lokal yang dimiliki
kabupaten Pemalang, dan selama pembelajaran guru kurang mengaitkan
materi pelajaran dengan kearifan lokal di daerah setempat.
10. Belum ada bahan ajar prakarya dan kewirausahaan yang spesifik
diintegrasikan dengan kearifan lokal yang ada di kabupaten Pemalang.
11. Setelah guru mengetahui pengertian modul bahan ajar prakarya dan
kewirausahaan berbasis kearifan lokal, guru berpendapat bahwa perlunya
modul pembelajaran yang sesuai dengan potensi daerah setempat sehingga
akan menarik perhatian siswa untuk mengikuti pembelajaran.
library.uns.ac.id 107
digilib.uns.ac.id

12. Guru mengharapkan bahan ajar yang menarik dan dilengkapi dengan proses
pembuatan produk sehingga dapat mendorong keinginan siswa untuk
berwirausaha.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada beberapa siswa dan
guru diketahui bahwa pembelajaran prakarya dan kewirausahaan kurang menarik
dan menyenangkan karena pembelajaran lebih cenderung teoritis, sumber belajar
yang digunakan dalam pembelajaran prakarya dan kewirausahaan hanya buku
paket dari pemerintah yang jumlahnya terbatas. Buku tersebut memiliki beberapa
kelemahan diantaranya materi yang disajikan belum spesifik dan belum lengkap,
lebih banyak menjelaskan tentang prakarya dibandingkan kewirausahaan serta
belum diintegrasikan dengan kearifan lokal daerah setempat. Selain itu siswa dan
guru menganggap bahwa perlu adanya bahan ajar seperti modul yang
diintegrasikan dengan kearifan lokal setempat sehingga siswa dapat
melestarikannya dan menjadikannya sebagai peluang usaha.
Hasil wawancara yang dilakukan terhadap guru dan siswa sejalan dengan
hasil lembar angket kebutuhan modul pembelajaran. Angket kebutuhan modul
pembelajaran terdiri dari beberapa pertanyaan untuk mengungkap kebutuhan guru
dan siswa dalam pembelajaran prakarya dan kewirausahaan. Angket tersebut
diberikan kepada siswa dan guru di SMAN 1 Bodeh, SMAN 1 Randudongkal dan
SMAN 1 Moga dengan jumlah responden sebanyak 94 siswa dan 3 guru prakarya
dan kewirausahaan. Hasil angket kebutuhan siswa terhadap modul dapat dilihat
pada gambar 4.2 berikut:
library.uns.ac.id 108
digilib.uns.ac.id

Gambar 4.2 Histogram Data Kebutuhan Modul Pembelajaran Bagi Siswa


Berdasarkan data pada gambar 4.2 diketahui bahwa 15,96% siswa
memiliki buku prakarya dan kewirausahaan. Selain itu, 65,96% siswa merasa
kesulitan mempelajari materi dari buku, seperti materi pengolahan dan rekayasa
yang lebih banyak teori. Selanjutnya, 85,04% siswa mengungkapkan tertarik
mempelajari kearifan lokal Pemalang. Sebesar 93,62% siswa merasa termotivasi
dan tertarik dengan pembelajaran prakarya dan kewirausahaan jika diintegrasikan
dengan kearifan lokal. Kearifan lokal mencakup pada semua hal yang menjadi ciri
khas suatu daerah dan dapat diintegrasikan pada materi pelajaran. Diketahui
bahwa 97,87% siswa setuju jika dikembangkan suatu modul pembelajaran yang
berbasis kearifan lokal. Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa hampir seluruh
siswa setuju jika dikembangkan suatu modul pembelajaran yang diintegrasikan
dengan kearifan lokal Pemalang.
Hasil angket kebutuhan modul pembelajaran yang diberikan kepada guru
dapat dilihat pada gambar 4.3 berikut.
library.uns.ac.id 109
digilib.uns.ac.id

Gambar 4.3 Histogram Data Kebutuhan Modul Pembelajaran Bagi Guru


Data pada gambar 4.3 menunjukkan bahwa sebesar 66,67% guru merasa
kesulitan dalam membelajarkan konsep prakarya dan kewirausahaan. Beberapa
kesulitan yang dirasakan guru karena materi pelajaran tidak sesuai dengan
kualifikasi pendidikan guru, jam pelajaran yang terbatas, sarana dan prasarana
yang belum mendukung. Dalam proses pembelajaran prakarya dan
kewirausahaan, 100% guru menggunakan buku teks yang diterbitkan oleh
Kemdikbud. Namun, guru juga merasakan bahwa pada buku tersebut masih
terdapat beberapa kekurangan seperti kelengkapan materi dan tidak ada soal
evaluasi.
Selama ini, hanya sebesar 33,33% guru sedang dalam proses menyusun
dan mengembangkan modul pembelajaran prakarya dan kewirausahaan,
sedangkan sebagian besar lainnya sama sekali belum pernah menyusun. Hal ini
karena guru memiliki keterbatasan waktu untuk menyusun modul pembelajaran.
Beberapa kendala yang dihadapi tersebut, 100% guru mengaku membutuhkan
bahan ajar yang dapat membantu guru untuk membelajarkan konsep prakarya dan
kewirausahaan secara lebih menarik dan menyenangkan, misalnya modul
library.uns.ac.id 110
digilib.uns.ac.id

prakarya dan kewirausahaan yang berbasis pada kearifan lokal Pemalang. Materi
pelajaran yang diintegrasikan dengan kearifan lokal dapat mempermudah siswa
dalam mempelajarinya karena sesuai dengan lingkungan tempat tinggal siswa.
Oleh karena itu, 100% guru setuju jika dikembangkan modul pembelajaran
berbasis kearifan lokal untuk dipergunakan dalam proses pembelajaran prakarya
dan kewirausahaan. Hasil angket analisis kebutuhan siswa dan guru dapat dilihat
pada lampiran 5 dan 6.
Analisis dokumen dilakukan untuk mengetahui isi dan cakupan materi
yang dalam sumber belajar yang biasa digunakan guru dan siswa dalam
pembelajaran prakarya dan kewirausahaan. Sumber belajar yang dianalisis dalam
penelitian ini adalah buku mata pelajaran prakarya dan kewirausahaan kelas XI
yang diterbitkan oleh Kemdikbud tahun 2014. Berikut ini adalah hasil analisis
dokumen:
1. Buku yang digunakan merupakan buku kurikulum 2013 dengan pendekatan
saintifik sehingga terdapat kegiatan 5M yang dapat mengajak siswa untuk
aktif
2. Terdapat kesalahan urutan pemaparan materi. Jika mengacu pada kompetensi
dasar yang digunakan materi yang disajikan seharusnya dimulai dengan
perencanaan usaha dan dilanjutkan dengan proses pembuatan produk. Namun
yang terdapat pada buku prakarya dan kewirausahaan kurikulum 2013 adalah
sebaliknya.
3. Materi yang terdapat dalam buku masih bersifat umum dan belum disesuaikan
dengan kearifan lokal pada masing-masing daerah, sebagai contoh:
library.uns.ac.id 111
digilib.uns.ac.id

Gambar 4.4 Materi Pengolahan Makanan Khas Asli Daerah pada Buku
Prakarya dan Kewirausahaan Kelas XI (Halaman 169)

Pada buku tersebut justru yang dicontohkan adalah materi pengolahan rendang
yang merupakan makanan khas daerah Sumatra. Sedangkan kabupaten
Pemalang sendiri memiliki berbagai makanan khas daerah yang perlu
diketahui dan dipelajari oleh siswa, seperti grombyang, lontong dekem, apem
comal, sate loso, dan ogel-ogel.
4. Contoh yang disajikan belum disertai dengan visualisasi gambar, sehingga
siswa tidak dapat memahami materi pelajaran dengan baik.
5. Pada Bab IV pengolahan belum dijelaskan secara mendetail proses
pengolahan rendang yang disertai dengan visualisasi gambar untuk
memudahkan siswa dalam praktik pengolahan.

Gambar 4.5 Contoh Proses Pengolahan Rendang pada Buku Prakarya dan
Kewirausahaan Kelas XI (Halaman 179)
library.uns.ac.id 112
digilib.uns.ac.id

6. Buku tersebut belum disertai dengan soal-soal evaluasi.


Berdasarkan hasil analisis kebutuhan pada studi pendahuluan yang
dilakukan dalam proses kegiatan pembelajaran prakarya dan kewirausahaan di
kelas XI IPS menunjukkan bahwa pelaksanaan pembelajaran lebih berpusat pada
guru (teacher center approach) dan siswa hanya berperan sebagai penerima
informasi. Selain itu, bahan ajar yang digunakan hanya terbatas pada buku teks
yang diterbitkan Kemdikbud dan buku teks tersebut belum mampu memotivasi
siswa untuk berniat berwirausaha. Buku teks yang selama ini digunakan memiliki
beberapa kekurangan diantaranya materinya belum mampu menjelaskan konsep
prakarya dan kewirausahaan secara lengkap, proporsi isi materi lebih banyak
menjelaskan konsep prakarya dibandingkan kewirausahaan, dan buku teks masih
bersifat umum serta belum spesifik menjelaskan kearifan lokal setempat. Materi
pembelajaran yang diintegrasikan dengan kearifan lokal dapat memberikan
pengalaman belajar siswa sesuai dengan kehidupannya sehari-sehari, sehingga
siswa akan lebih tertarik untuk mempelajari materi. Hasil data tersebut
menunjukkan bahwa perlu adanya pengembangan modul prakarya dan
kewirausahaan berbasis kearifan lokal yang dapat menarik minat siswa untuk
mengikuti proses pembelajaran dan meningkatkan niat berwirausaha siswa.

B. Pengembangan Produk
Pengembangan produk merupakan tahap kedua dalam penelitian ini.
Tahap ini bertujuan untuk mengembangkan produk awal berupa draf awal modul
prakarya dan kewirausahaan berbasis kearifan lokal. Draf awal tersebut disusun
berdasarkan temuan yang diperoleh dari studi lapangan dan studi pustaka. Draf
awal modul kemudian divalidasi oleh ahli agar menjadi produk final modul
prakarya dan kewirausahaan berbasis kearifan lokal. Draf awal modul yang telah
divalidasi kemudian diuji cobakan secara terbatas dan luas. Hasil pengembangan
modul akan dijelaskan secara rinci sebagai berikut.
1. Penyusunan Draft Produk
Kegiatan pada tahap ini yaitu melakukan rancangan desain awal
modul. Draf modul prakarya dan kewirausahaan berbasis kearifan lokal
library.uns.ac.id 113
digilib.uns.ac.id

dikembangkan berdasarkan hasil studil pustaka dan survey lapangan yang


telah dilakukan. Modul ini memuat materi pengolahan makanan khas daerah.
Format bagian pada modul prakarya dan kewirausahaan berbasis kearifan
lokal ini terdiri dari bagian awal (halaman sampul, halaman judul, halaman
francis, kata pengantar, daftar isi, pendahuluan, peta kedudukan modul,
glosarium, petunjuk penggunaan modul, KI dan KD), bagian inti modul yang
meliputi materi pembelajaran yang diintegrasikan dengan kearifan lokal dan
bagian penutup (rangkuman, evaluasi akhir, penugasan, kunci jawaban dan
pembahasan, serta daftar pustaka). Desain draf modul prakarya dan
kewirausahaan berbasis kearifan lokal yang dikembangkan adalah sebagai
berikut:
a. Halaman Sampul (Cover)
Halaman sampul modul prakarya dan kewirausahaan berbasis
kearifan lokal terdiri dari nama penulis, bagian judul modul, sub judul,
gambar ilustrasi, pengguna, logo universitas, program studi dan tahun
penyusunan.
1) Penulis : Febyana Putri K., S.Pd
2) Judul modul : Modul Prakarya dan Kewirausahaan Berbasis
Kearifan Lokal
3) Sub judul : Pengolahan Makanan
4) Pengguna : Siswa SMA/SMK-MA/MAK kelas XI
5) Gambar ilustrasi terkait dengan isi modul berupa gambar macam-
macam makanan khas daerah Pemalang, yaitu grombyang, apem
comal dan lontong dekem.
6) Logo universitas
library.uns.ac.id 114
digilib.uns.ac.id

Gambar 4.6 Halaman Sampul Modul Prakarya dan Kewirausahaan


Berbasis Kearifan Lokal

b. Halaman Judul
Halaman judul berisi judul modul yang sama dengan halaman
sampul yaitu modul prakarya dan kewirausahaan berbasis kearifan lokal.
Halaman judul dibuat dengan tujuan untuk mempertegas judul modul.

Gambar 4.7 Halaman Judul Modul Prakarya dan Kewirausahaan Berbasis


Kearifan Lokal

c. Halaman Francis
Halaman francis berisi tentang penulis dan pihak-pihak yang
memberikan sumbangsih berupa saran dan masukan terhadap perbaikan
library.uns.ac.id 115
digilib.uns.ac.id

modul prakarya dan kewirausahaan berbasis kearifan lokal yang


dikembangkan. Berikut komponen-komponen dari halaman francis pada
modul yang telah dikembangkan.
1) Judul modul : Modul prakarya dan kewirausahaan
berbasis kearifan lokal
2) Penulis : Febyana Putri Komalasari
3) Konsultasi ahli/ pembimbing : 1. Prof. Asri Laksmi Riani, M.S.
2. Dr. Mintasih Indriayu,M.Pd
4) Validator ahli materi : Prof. Dr. Harsono, SU
5) Validator ahli media : Dr. Suharno, M.Pd
6) Validator ahli bahasa : Dr. Muhammad Rohmadi, M.Hum
7) Validator praktisi : Endang Supriasih, S.Pd

Gambar 4.8 Halaman Francis pada Modul Prakarya dan Kewirausahaan


Berbasis Kearifan Lokal

d. Kata Pengantar
Kata pengantar berisi ucapan puji syukur dan berisikan poin-poin
pokok modul yang bertujuan agar pengguna dapat memahami isi modul
secara umum serta dalam kata pengantar berisi benang merah modul.
library.uns.ac.id 116
digilib.uns.ac.id

Gambar 4.9 Kata Pengantar pada Modul Prakarya dan Kewirausahaan


Berbasis Kearifan Lokal

e. Daftar Isi
Daftar isi berisi bagian-bagian pada modul prakarya dan
kewirausahaan berbasis kearifan lokal dan di lengkapi dengan nomor
halaman. Hal tersebut bertujuan untuk mempermudah penggunaan modul.

Gambar 4.10 Daftar Isi pada Modul Prakarya dan Kewirausahaan Berbasis
Kearifan Lokal

f. Peta Kedudukan Modul


Peta kedudukan modul berisi tentang posisi modul dalam
pembelajaran, yaitu posisi modul prakarya dan kewirausahaan berbasis
kearifan lokal pada materi pengolahan makanan khas daerah.
library.uns.ac.id 117
digilib.uns.ac.id

Gambar 4.11 Peta Kedudukan Modul Prakarya dan Kewirausahaan


Berbasis Kearifan Lokal

g. Glosarium
Glosarium berisi penjelasan tentang arti dari setiap istilah-istilah
dan kata-kata yang sulit dan asing digunakan serta disusun menurut abjad.
Bagian ini bertujuan untuk mempermudah siswa dalam memahami materi
pada modul prakarya dan kewirausahaan berbasis kearifan lokal.

Gambar 4.12 Glosarium pada Modul Prakarya dan Kewirausahaan


Berbasis Kearifan Lokal
library.uns.ac.id 118
digilib.uns.ac.id

h. Petunjuk Penggunaan Modul


Petunjuk penggunaan modul berisi tentang bagaimana cara
menggunakan prakarya dan kewirausahaan berbasis kearifan lokal agar
siswa dapat belajar secara mandiri.

Gambar 4.13 Petunjuk Penggunaan Modul Prakarya dan Kewirausahaan


Berbasis Kearifan Lokal

i. Kompetensi Dasar
Bagian ini merupakan kompetensi yang dikembangkan dari
kompetensi inti pengetahuan dan keterampilan.

Gambar 4.14 Kompetensi Dasar pada Modul Prakarya dan Kewirausahaan


Berbasis Kearifan Lokal
library.uns.ac.id 119
digilib.uns.ac.id

j. Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran memuat tujuan pembelajaran yang harus
dicapai siswa dalam mempelajari materi pada modul prakarya dan
kewirausahaan berbasis kearifan lokal. Tujuan pembelajaran mengarahkan
siswa untuk menguasai ketrampilan kewirausahaan yang sesuai dengan
kearifan lokal Pemalang, sebagai contoh siswa mampu mengidentifikasi
peluang usaha yang ada di lingkungan tempat tinggalnya. Selain itu siswa
juga mampu mengolah bahan yang tersedia di lingkungan setempat
menjadi produk makanan khas daerah sebagai bentuk usaha memanfaatkan
peluang usaha di daerah.

Gambar 4.15 Kegiatan Pembelajaran pada Modul Prakarya dan


Kewirausahaan Berbasis Kearifan Lokal
k. Materi
Materi berisi uraian pengetahuan/konsep/prinsip yang harus
dipelajari oleh siswa seperti perencanaan usaha, menyusun perencanaan
usaha dan sistem pengolahan makanan khas asli daerah. Pada materi
perencanaan usaha, siswa dapat memperoleh pengetahuan yang berkaitan
dengan peluang usaha potensial makanan khas daerah di Pemalang. Materi
penyusunan perencanaan usaha dapat memberikan siswa pengalaman yang
konkret untuk menyusun perencanaan usaha berdasarkan teori dan
pengalaman langsung yang telah dilalui siswa pada materi sebelumnya.
Pada materi sistem pengolahan makanan khas daerah, siswa akan
diberikan informasi mengenai bahan, peralatan dan proses pengolahan
library.uns.ac.id 120
digilib.uns.ac.id

makanan. Siswa akan diberikan informasi mengenai bahan-bahan


makanan seperti bahan nabati dan hewani yang tersedia di lingkungan
setempat, khususnya yang menjadi komoditas unggulan di Pemalang. Pada
materi pengolahan makanan, siswa akan diberikan informasi mengenai
macam-macam makanan khas Pemalang dan proses pengolahannya.

Gambar 4. 16 Materi pada Modul Prakarya dan Kewirausahaan Berbasis


Kearifan Lokal
l. Inspirasi Kewirausahaan
Insiprasi kewirausahaan berisi tentang cerita sukses seorang
pengusaha lokal dalam menjalankan usahanya dengan memanfaatkan
peluang dan potensi kearifan lokal yang ada didaerahnya.

Gambar 4.17 Inspirasi Kewirausahaan pada Modul Prakarya dan


Kewirausahaan Berbasis Kearifan Lokal
library.uns.ac.id 121
digilib.uns.ac.id

m. Lembar Kerja Siswa


Lembar kerja siswa berisi tugas-tugas atau persoalan-persoalan
yang harus dikerjakan siswa untuk mengukur kemampuan siswa dalam
mempelajari materi yang disajikan dalam modul prakarya dan
kewirausahaan berbasis kearifan lokal.

Gambar 4.18 Lembar Kerja Siswa pada Modul Prakarya dan


Kewirausahaan Berbasis Kearifan Lokal
n. Rangkuman
Rangkuman berisi uraian materi yang lebih singkat untuk
mempermudah pemahaman siswa pada materi yang dipelajari pada modul
prakarya dan kewirausahaan berbasis kearifan lokal.
library.uns.ac.id 122
digilib.uns.ac.id

Gambar 4.19 Rangkuman Modul Prakarya dan Kewirausahaan Berbasis


Kearifan Lokal

o. Evaluasi Akhir
Evaluasi akhir berisi soal-soal yang mencakup keseluruhan materi
dan digunakan untuk mengukur tercapainya tujuan pembelajaran.

Gambar 4.20 Evaluasi Akhir Modul Prakarya dan Kewirausahaan Berbasis


Kearifan Lokal
p. Kunci jawaban
Kunci jawaban memuat jawaban dari setiap kegiatan pada soal
latihan yang terdapat pada modul.
library.uns.ac.id 123
digilib.uns.ac.id

Gambar 4.21 Kunci Jawaban pada Modul Prakarya dan Kewirausahaan


Berbasis Kearifan Lokal
q. Daftar Pustaka
Daftar pustaka berisi referensi yang digunakan dalam menyusun materi
yang ada pada modul prakarya dan kewirausahaan berbasis kearifan lokal.

Gambar 4.22 Daftar Pustaka pada Modul Prakarya dan Kewirausahaan


Berbasis Kearifan Lokal
r. Bagian Belakang Modul
Bagian belakang modul berisi biografi penulis secara singkat.
library.uns.ac.id 124
digilib.uns.ac.id

Gambar 2.3 Bagian Belakang Modul Prakarya dan Kewirausahaan


Berbasis Kearifan Lokal

2. Validasi Desain
Validasi desain adalah proses untuk menilai apakah rancangan produk,
dalam hal ini produk baru secara rasional akan lebih efektif dari yang lama
atau tidak (Sugiyono, 2010:414). Validasi desain dilakukan dengan
melibatkan para ahli diantaranya, ahli materi, ahli media, ahli bahasa dan
praktisi pendidikan. Validasi desain tidak hanya bertujuan untuk memperoleh
penilaian kelayakan penggunaan modul prakarya dan kewirausahaan berbasis
kearifan lokal, tetapi validator juga akan diminta untuk memberikan saran dan
masukan untuk penyempurnaan modul yang telah dikembangkan sehingga
modul ini nantinya akan lebih baik kedepannya.
a. Hasil Penilaian Ahli (Expert Judgement)
Hasil penilaian yang dilakukan oleh beberapa ahli adalah sebagai berikut:
1) Validasi Ahli Materi
Produk awal yang telah dikembangkan belum dapat di
implementasikan sebelum dilakukan validasi oleh ahli materi. Validasi
ahli materi bertujuan untuk mendapatkan penilaian materi pengolahan
makanan khas daerah yang berbasis pada kearifan lokal. Isi materi
dalam modul yang dikembangkan juga dinilai apakah telah
mencerminkan kesesuaian dan ketepatan isi materi. Validasi ahli
library.uns.ac.id 125
digilib.uns.ac.id

materi harus disesuaikan dengan kualifikasi latar belakang


pendidikannya.
Instrumen yang digunakan untuk validasi menggunakan angket
dan hasil penilaian kelayakan modul prakarya dan kewirausahaan
berbasis kearifan lokal oleh ahli materi dapat dilihat pada lampiran 9
dan 10. Aspek-aspek yang dinilai dalam validasi materi yaitu
kelayakan isi, kelayakan penyajian, dan kegiatan pembelajaran
pendekatan kearifan lokal. Rekapitulasi hasil penilaian ahli materi
berdasarkan setiap aspeknya dapat dilihat pada 4.1.
Tabel 4.1 Rekapitulasi Hasil Validasi Ahli Materi
Aspek Skala Penilaian
No
Penilaian ∑ ni ∑ N 100% Nilai Kriteria
1 Kelayakan Isi 60 72 100% 83,33% Sangat Baik
Kelayakan
2 62 64 100% 96,88% Sangat Baik
Penyajian
Kegiatan
Pembelajaran
3 15 16 100% 100% Sangat Baik
Pendekatan
Kearifan Lokal
Skor Total 137 152 100% 273,96%
Rata-rata Skor 45,67 50,67 100% 91,32% Sangat Baik
Sumber: Hasil Pengolahan Data Tahun 2019

Berdasarkan tabel 4.1 diketahui bahwa dari segi materi modul


prakarya dan kewirausahaan berbasis kearifan lokal memiliki kriteria
sangat baik. Aspek kelayakan isi memperoleh nilai 83,33% dengan
kriteria sangat baik. Aspek penyajian memperoleh nilai 96,87%
dengan kriteria sangat baik. Aspek kegiatan pembelajaran pendekatan
kearifan lokal memperoleh nilai 100% dengan kriteria sangat baik.
Hasil penilaian validator materi secara keseluruhan pada aspek materi
memperoleh nilai rata-rata 91,32%, sehingga modul prakarya dan
kewirausahaan berbasis kearifan lokal dapat dikelompokkan dalam
kategori sangat baik dan layak untuk di uji cobakan serta digunakan
dalam proses pembelajaran. Modul prakarya dan kewirausahaan
berbasis kearifan lokal sebelum di uji cobakan, dilakukan perbaikan
library.uns.ac.id 126
digilib.uns.ac.id

sesuai dengan saran yang diberikan oleh ahli materi. Hal ini bertujuan
agar modul prakarya dan kewirausahaan menjadi lebih baik dan
mempunyai nilai kebermanfaatan.
2) Validasi Ahli Media
Validasi media bertujuan untuk mendapatkan penilaian dari
ahli media atas modul prakarya dan kewirausahaan berbasis kearifan
lokal yang telah dikembangkan. Validasi ahli media pembelajaran
dilakukan oleh seorang validator yang telah disesuaikan dengan latar
belakang pendidikannya.
Instrumen yang digunakan untuk validasi media menggunakan
angket. Hasil penilaian kelayakan modul prakarya dan kewirausahaan
berbasis kearifan lokal oleh ahli media dapat dilihat pada lampiran 12
dan 13. Aspek-aspek yang dinilai dalam validasi media yaitu fungsi
dan manfaat modul, karakteristik tampilan dan materi modul, serta
karakteristik modul sebagai bahan ajar. Rekapitulasi hasil penilaian
ahli media berdasarkan setiap aspeknya dapat dilihat pada 4.2.
Tabel 4.2 Rekapitulasi Hasil Validasi Ahli Media
Skala Penilaian
No Aspek Penilaian
∑ ni ∑ N 100% Nilai Kriteria
Fungsi dan
1 35 40 100% 87,50% Sangat Baik
manfaat modul
Karakteristik
2 tampilan dan 66 84 100% 78,57% Baik
materi modul
Karakteristik
3 modul sebagai 47 56 100% 83,93% Sangat Baik
bahan ajar
Skor Total 148 180 100% 250%
Rata-rata Skor 49,33 60 100% 83,33% Sangat Baik
Sumber : Hasil Pengolahan Data tahun 2019

Berdasarkan tabel 4.2 diketahui bahwa pada aspek fungsi dan


manfaat modul memperoleh nilai 87,50% dengan kriteria sangat baik.
Aspek karakteristik tampilan dan materi modul memperoleh nilai
78,57%. Aspek karakteristik modul sebagai bahan ajar memperoleh
library.uns.ac.id 127
digilib.uns.ac.id

nilai 83,93% dengan kriteria sangat baik. Penilaian pada aspek media
secara keseluruhan memperoleh nilai rata-rata 83,33%, sehingga
modul prakarya dan kewirausahaan berbasis kearifan lokal dapat
dikelompokkan dalam kategori baik. Ahli media selain memberikan
penilaian juga memberikan saran untuk perbaikan modul. Modul
prakarya dan kewirausahaan berbasis kearifan lokal yang telah
diperbaiki layak untuk diuji cobakan serta digunakan dalam proses
pembelajaran.
3) Validasi Ahli Bahasa
Validasi oleh ahli bahasa dilakukan dengan tujuan untuk
memperoleh penilaian tentang kelayakan bahasa yang digunakan
dalam modul prakarya dan kewirausahaan berbasis kearifan lokal.
Validasi bahasa dilakukan oleh validator yang sesuai dengan
kualifikasi latar belakang pendidikannya.
Instrumen yang digunakan untuk validasi bahasa menggunakan
angket dan hasil penilaian kelayakan modul prakarya dan
kewirausahaan berbasis kearifan lokal oleh ahli bahasa dapat dilihat
pada lampiran 15 dan 16. Aspek bahasa yang dinilai meliputi, aspek
lugas, komunikatif, dialogis dan interaktif, kesesuaian dengan tingkat
perkembangan peserta didik dan penggunaan istilah. Rekapitulasi hasil
penilaian ahli bahasa berdasarkan setiap aspeknya dapat dilihat pada
4.3.
library.uns.ac.id 128
digilib.uns.ac.id

Tabel 4.3 Rekapitulasi Hasil Validasi Ahli Bahasa


Skala Penilaian
Aspek Penilaian
∑ ni ∑ N 100% Nilai Kriteria
Kelayakan Bahasa
1. Lugas 12 12 100% 100% Sangat Baik
2. Komunikatif 16 16 100% 100% Sangat Baik
3. Dialogis dan
7 8 100% 87,5% Sangat Baik
interaktif
4. Kesesuaian
dengan tingkat
8 8 100% 100% Sangat Baik
perkembangan
peserta didik
5. Penggunaan Sangat Baik
8 8 100% 100%
istilah
Skor Total 51 52 100% 487,50%
Rata-rata Skor 10,2 10,4 100% 97,50% Sangat Baik
Sumber: Hasil Pengolahan Data Tahun 2019

Pada tabel 4.3 menunjukkan bahwa dari segi bahasa modul


prakarya dan kewirausahaan berbasis kearifan lokal memiliki kriteria
sangat baik. Aspek kelayakan bahasa yang meliputi lugas,
komunikatif, kesesuaian dengan tingkat perkembangan peserta didik
dan penggunaan istilah memperoleh nilai 100% dengan kriteria sangat
baik. Aspek dialogis dan interaktif memperoleh nilai 87,5% dengan
kriteria baik. Berdasarkan penilaian secara keseluruhan pada aspek
bahasa diperoleh nilai rata-rata 97,50% dengan kriteria sangat baik,
sehingga modul prakarya dan kewirausahaan berbasis kearifan lokal
layak untuk digunakan dengan memperhatikan saran yang telah
diberikan oleh ahli.
4) Validasi Praktisi
Validasi praktisi ini bertujuan untuk mendapatkan penilaian
dan saran tentang keefektifan, keterlaksanaan, dan kesesuaian modul
prakarya dan kewirausahaan berbasis kearifan lokal. Validasi praktisi
pada penelitian ini dilakukan oleh guru prakarya dan kewirausahaan di
SMAN 1 Randudongkal yaitu ibu Endang Supriasih, S.Pd. Instrumen
yang digunakan untuk validasi praktisi menggunakan angket dan hasil
library.uns.ac.id 129
digilib.uns.ac.id

penilaian kelayakan modul prakarya dan kewirausahaan berbasis


kearifan lokal oleh praktisi dapat dilihat pada lampiran 18 dan 19.
Penilaian pada validasi praktisi meliputi tiga aspek penilaian,
diantaranya aspek kelayakan isi, kelayakan penyajian, dan kegiatan
pembelajaran pendekatan kearifan lokal. Rekapitulasi hasil penilaian
praktisi pembelajaran berdasarkan setiap aspeknya dapat dilihat pada
4.4.
Tabel 4.4 Rekapitulasi Hasil Validasi Praktisi
Aspek Skala Penilaian
No
Penilaian ∑ xi ∑ X 100% Nilai Kriteria
1 Kelayakan isi 62 72 100% 86,11% Sangat Baik
Kelayakan Sangat Baik
2 58 64 100% 90,63%
penyajian
Kegiatan Sangat Baik
pembelajaran
3 13 16 100% 81,25%
pendekatan
kearifan lokal
Skor Total 133 152 100% 257,99%
Rata-Rata Skor 43,33 50,67 100% 86% Sangat Baik
Sumber : Hasil Pengolahan Data tahun 2019

Berdasarkan tabel 4.4, hasil data yang diperoleh dari penilaian


praktisi pembelajaran menunjukkan bahwa untuk penilaian aspek
kelayakan isi memperoleh nilai 86,11% dengan kriteria sangan baik.
Aspek kelayakan penyajian memperoleh nilai 90,63% dengan keriteria
sangat baik. Aspek kegiatan pembelajaran pendekatan kearifan lokal
memperoleh nilai 81,25% dengan kriteria sangat baik. Nilai rata-rata
yang diperoleh dari validator praktisi adalah 86% dengan kriteria
sangat baik. Hasil nilai tersebut menunjukkan bahwa penggunaan
modul prakarya dan kewirausahaan berbasis kearifan lokal sangat baik
dan layak untuk digunakan dalam proses pembelajaran.
b. Revisi Produk
Draft awal modul prakarya dan kewirausahaan berbasis kearifan
lokal yang telah divalidasi oleh tim ahli (expert judgement), selanjutnya
dilakukan perbaikan dan penyempurnaan (revisi). Revisi terhadap draft
library.uns.ac.id 130
digilib.uns.ac.id

awal modul didasarkan pada saran dan masukan yang diberikan oleh tim
ahli. Hasil dan revisi produk dapat dilihat pada tabel 4.5 sebagai berikut.
Tabel 4.5 Hasil Revisi Produk
No. Saran/Masukan Perbaikan
1) Ahli Materi Pembelajaran
a) Perlu kesesuaian KD-tujuan- Kata-kata yang tulisannya masih
indikator salah sudah diperbaiki misalnya
pada KD 3.1 “memahami” diganti
“menjelaskan”.
b) Perhatikan aspek Ejaan-ejaan dalam modul sudah
kebahasaan yaitu bahasa diperbaiki sesuai dengan PUEBI.
tulis yang sesuai dengan
PUEBI (Pedoman Umum
Ejaan Bahasa Indonesia)
2) Ahli Media Pembelajaran
a) Penggunaan/ pemilihan kata Kata pada sub bab “analisa”
perlu ditinjau lagi sudah diperbaiki dengan
“analisis”.
b) Body modul harap Ukuran modul sudah diperbaiki
disesuaikan dari A4 menjadi B5.
c) Rangkuman/ ringkasan Rangkuman telah ditulis pada
sebaiknya dibuat pada setiap akhir setiap kegiatan
kegiatan pembelajaran pembelajaran.
d) Pada bagian belakang perlu Pada bagian belakang sudah
informasi tentang penulis ditulis informasi tentang penulis.
seperti “nama, foto, dst”
3) Ahli Bahasa
a) Perbaiki tulisan sesuai Kesalahan-kesalahan dalam
dengan PUEBI penulisan telah diperbaiki sesuai
dengan PUEBI.
4) Praktisi
a) Proses pengolahan makanan Proses pengolahan makanan
perlu disajikan dengan sudah diperbaiki dengan gambar/
gambar yang mendetail ilustrasi yang mendetail.

3. Uji Coba Draft Produk


Uji coba produk merupakan bagian penting dalam penelitian
pengembangan setelah selesai merancang produk. Uji coba produk dilakukan
dalam dua tahap yaitu uji coba terbatas dan uji coba luas. Uji coba produk
modul prakarya dan kewirausahaan berbasis kearifan lokal akan dijelaskan
sebagai berikut.
library.uns.ac.id 131
digilib.uns.ac.id

a. Uji Coba Terbatas


Uji coba terbatas dilakukan setelah modul prakarya dan
kewirausahaan berbasis kearifan lokal yang telah dikembangkan divalidasi
oleh beberapa ahli dan praktisi pendidikan. Uji coba terbatas ini
dilaksanakan di SMAN 1 Bodeh dengan melibatkan 10 siswa kelas XI IPS
3. Uji coba terbatas dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh informasi,
saran dan masukan dari siswa dan guru sebagai bahan pertimbangan untuk
memperbaiki dan menyempurnakan modul prakarya dan kewirausahaan
berbasis kearifan lokal.
Pada kegiatan uji coba terbatas, guru dan siswa diberikan beberapa
pertanyaan untuk mengetahui penggunaan modul prakarya dan
kewirausahaan berbasis kearifan lokal dalam proses pembelajaran. Berikut
data hasil wawancara dengan guru dan siswa.
1. Menurut guru modul prakarya dan kewirausahaan berbasis kearifan
lokal sangat baik dan menambah referensi guru untuk mengajar.
2. Tampilan atau desain modul secara keseluruhan sudah cukup baik,
desainnya sederhana dan dapat menarik perhatian siswa untuk
mempelajarinya.
3. Menurut siswa gambar/ ilustrasi yang disajikan sangat bagus, menarik
dan berwarna. Gambar yang disajikan juga dapat membantu siswa
dalam memahami materi pelajaran.
4. Materi yang disajikan disusun sesuai dengan KD dan indikator,
lengkap dan mudah untuk dipahami siswa karena materinya lebih
menarik untuk dipelajari.
5. Modul prakarya dan kewirausahaan telah diintegrasikan dengan
kearifan lokal Pemalang, dan gambar yang disajikan juga sesuai
dengan kearifan lokal Pemalang.
6. Modul prakarya dan kewirausahaan berbasis kearifan lokal disusun
dengan menggunakan tata bahasa yang mudah dipahami siswa.
7. Contoh yang disajikan pada modul sangat membantu siswa dalam
memahami materi.
library.uns.ac.id 132
digilib.uns.ac.id

Berdasarkan wawancara tersebut menunjukkan bahwa modul


prakarya dan kewirausahaan berbasis kearifan lokal dapat menarik
perhatian siswa untuk mempelajarinya. Hal ini karena modul disusun
dengan tampilan yang menarik, materi yang mudah dipahami dan gambar
yang bagus. Hasil wawancara kepada guru dan siswa dapat dilihat pada
lampiran 23 dan 24.
Pada tahap ini, peneliti juga meminta saran dan masukan kepada
siswa dan guru sebagai bahan perbaikan modul prakarya dan
kewirausahaan berbasis kearifan lokal. Modul yang telah diperbaiki
selajutnya dapat digunakan pada uji coba luas. Saran dan revisi perbaikan
berdasarkan uji coba terbatas dapat dilihat pada tabel 4.5 sebagai berikut.
Tabel 4.6 Saran dan Revisi Perbaikan Produk
No Saran/Masukan Revisi Produk
1. Beberapa siswa mengatakan Warna yang digunakan pada
warna pada modul terlalu modul sudah diperbaiki agar
monoton perlu ada variasi warna tidak monoton, yaiu dengan
agar lebih menarik mengkombinasikan beberapa
warna agar lebih menarik.
2. Pada cover perlu diberikan tanda Pada cover telah diberi tanda
yang memperjelas bahwa modul lingkaran untuk memperjelas
ini tentang pengolahan makanan kalimat “edisi pengolahan
makanan”

3. Pada bagian pengenalan materi Bagian yang tidak dapat dibaca


pembelajaran III ada bagian yang telah diperbaiki agar dapat
tidak dapat dibaca. terbaca.
library.uns.ac.id 133
digilib.uns.ac.id

4. Beberapa siswa berpendapat Kegiatan siswa telah diperbaiki


bahwa kegiatan siswa seharusnya peletakkannya yaitu berada
diletakkan setelah materi bukan setelah materi.
pada awal materi.

b. Uji Coba Luas


Tahap uji coba luas dilakukan setelah modul prakarya dan
kewirausahaan berbasis kearifan lokal direvisi berdasarkan saran/masukan
pada uji coba terbatas. Uji coba luas dilakukan dengan tujuan untuk
memperoleh respon mengenai penggunaan modul dan sekaligus
mengetahui hasil niat berwirausaha siswa sebelum dan sesudah
menggunakan modul. Pada tahap ini, untuk mengukur niat berwirausaha
siswa dapat digunakan metode one group pretest postest control group
design yaitu hanya menggunakan satu kelas eksperimen yang diberikan
pretest dan postest.
Uji coba luas dilaksanakan pada siswa kelas XI IPS 2 di SMAN 1
Bodeh. Hasil pretest dan postest dalam pengujian ini dianalisis dengan uji
library.uns.ac.id 134
digilib.uns.ac.id

t non independent yang dibantu menggunakan IBM SPSS 22.0 for


windows. Rangkuman hasil uji ditunjukkan pada tabel 4.7 sebagai berikut.
Tabel 4.7 Rangkuman Hasil Uji T Non-Independent
Uji yang dilakukan Jenis uji Sig. Keputusan Kesimpulan
Uji prasyarat
a. Uji normalitas Kolmogrov-
Smirnov
Pretest 0,127 H0 di terima Data normal
Postest 0,121 H0 diterima Data normal
b. Uji Homogenitas Levene’s test 0,175 H0 diterima Data
homogen
Uji t non-independent Paired 0,000 H0 diterima Tidak ada
sample t-test perbedaan
Sumber : Pengolahan Data Tahun 2019

Pada tabel 4.7 menunjukkan bahwa data nilai pretest dan postest
pada uji coba luas berdistribusi normal dan homogen. Hal tersebut dapat
diketahui pada hasil uji normalitas dan reliabilitas sebagai uji prasyarat.
Uji normalitas dianalisis menggunakan kolmogrov-smirnov, nilai pretest
dan postest menghasilkan taraf signifikansi masing-masing adalah 0,127
dan 0,121 (sig. >0,05), sehingga H0 diterima. Hal tersebut menunjukkan
bahwa nilai pretest dan postest berdistribusi normal. Uji homogenitas
pretest dan postest pada tahap ini dianalisis menggunakan Levene’s test.
Taraf signifikansi pada uji homogenitas sebesar 0,175 (sig. >0,05),
sehingga H0 diterima, artinya bahwa nilai pretest dan postest homogen.
Tahap berikutnya setelah uji prasyarat adalah melakukan uji-t-non
independent menggunakan uji-t-non parametric paired sample t-test. Hasil
uji t-non-independent pada nilai pretest dan postest diperoleh nilai
signifikansi sebesar (sig. <0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa H0
ditolak, yang artinya ada perbedaan antara niat berwirausaha siswa
sebelum menggunakan modul dan setelah menggunakan modul prakarya
dan kewirausahaan berbasis kearifan lokal. Hasil perhitungan uji t-non
independent dapat dilihat pada lampiran 38.
Hasil nilai pretest dan postest niat berwiraushaa siswa pada
masing-masing indikator dapat ditampilkan pada tabel 4.8 berikut ini.
library.uns.ac.id 135
digilib.uns.ac.id

Tabel 4.8 Hasil Pretest dan Postest Berdasarkan Indikator Niat


Berwirausaha
Pretest Postest %
No. Indikator
∑ ni ∑ N % Nilai ∑ ni ∑ X % Nilai Kenaikan
1. Sikap 3262 4224 100 77,23 3586 4224 100 84,90 9,93
2. Perceived
behaviour 632 896 100 70,54 755 896 100 84,26 19,46
control
3. Subjective
529 768 100 68,88 675 768 100 87,89 27,60
norm
4. Pendidikan
1797 2560 100 70,20 2199 2560 100 85,90 22,37
kewirausahaan
Jumlah 6220 8448 100 73,63 7215 8448 100 85,40 16
Sumber: Hasil Pengolahan Data Tahun 2019

Berdasarkan hasil rekapitulasi angket niat berwirausaha pada saat


uji coba luas menunjukkan bahwa setiap indikator niat berwirausaha siswa
mengalami persentase kenaikan. Indikator sikap mengalami peningkatan
sebesar 9,93%, perceived behaviour control sebesar 19,46%, subjective
norm sebesar 27,60% dan pendidikan kewirausahaan sebesar 22,37%.
Hasil secara keseluruhan niat berwirausaha pada uji coba luas mengalami
peningkatan sebesar 16%. Hasil rekapitulasi angket niat berwirausaha
pada tahap uji coba uji coba luas dapat dilihat pada lampiran 37.
Pada tahap uji coba luas, respon siswa terhadap penggunaan modul
yang telah dikembangkan diukur menggunakan angket respon siswa.
Angket respon siswa berisi item pertanyaan mengenai penggunaan modul
dan dilengkapi dengan kolom saran serta masukan dari siswa untuk
perbaikan modul. Hasil angket respon siswa terhadap penggunaan modul
prakarya dan kewirausahaan adalah sebagai berikut.
Tabel 4.9 Rekapitulasi Hasil Respon Siswa pada Uji Coba Luas
Skala Penilaian
No. Aspek Penilaian
∑ ni ∑N % Nilai Kriteria
1. Tampilan 1010 1152 100% 87,67% Sangat baik
2. Penyajian materi 1314 1536 100% 85,55% Sangat Baik
3. Manfaat 1104 1280 100% 86,25% Sangat baik
Skor Total 3428 3968 100% 259,47%
Rata-rata Skor 1142,67 1322,67 100% 86,39% Sangat Baik
Sumber : Hasil Pengolahan Data tahun 2019
library.uns.ac.id 136
digilib.uns.ac.id

Berdasarkan rekapitulasi hasil respon siswa pada tabel 4.8


diketahui bahwa penilaian siswa terhadap tampilan modul prakarya dan
kewirausahaan berbasis kearifan lokal memperoleh nilai 87,67% dengan
kriteria sangat baik. Aspek penyajian materi memperoleh nilai 85,55% dan
pada aspek manfaat memperoleh nilai 86,25% dengan kriteria sangat baik
pada kedua aspek tersebut. Hasil penilaian modul prakarya dan
kewirausahaan berbasis kearifan lokal memperoleh nilai rata-rata sebesar
86,39 dengan kriteria sangat baik. Hal tersebut menunjukkan bahwa siswa
memberikan respon positif terhadap penggunaan modul prakarya dan
kewirausahaan yang telah dikembangkan. Maka dapat disimpulkan bahwa
modul prakarya dan kewirausahaan berbasis kearifan lokal layak
digunakan dalam proses pembelajaran. Rekapitulasi hasil respon siswa
dapat dilihat pada lampiran 39.
Pada angket respon siswa terdapat kolom saran dan masukan.
Siswa yang merasa perlu dilakukan perbaikan pada modul yang telah
dikembangkan dapat memberikan kontribusi dengan menuliskan saran dan
masukan pada kolom yang telah disediakan. Saran dan masukan siswa
terhadap modul prakarya dan kewirausahaan dapat dilihat pada tabel 4.10
sebagai berikut.
Tabel 4.10 Saran/Masukan dan Revisi Produk pada Uji Coba Luas
No Saran/Masukan Revisi Produk
1. Menurut pendapat dari beberapa Kata mutiara telah ditulis
siswa kata mutiara perlu ditulis dengan jenis huruf yang
dengan jenis huruf yang berbeda berbeda dengan materi dan
dan perlu di tampilankan secara ditampilkan dengan bingkai
mencolok. yang mencolok.

2. Penjelasan mengenai analisis Penjelasan mengenai analisis


SWOT sebaiknya menngunakan SWOT telah diperbaiki dengan
library.uns.ac.id 137
digilib.uns.ac.id

warna yang bervariasi agar siswa variasi warna yang menarik.


tertarik untuk membaca.

3. Beberapa siswa berpendapat bahwa Untuk mempermudah siswa


materi mengenai konsep dasar dalam memahami konsep
pemasaran “AIDAS” sulit untuk AIDAS telah ditambahkan
dipahami. ilustrasi yang menarik.

4. Informasi mengenai makanan khas Informasi mengenai makanan


daerah perlu ditambah lagi. khas daerah telah ditambahkan,
seperti cara menyajikan dan
asal asul nama makanan.

Tabel 4.10 Menunjukkan beberapa saran dan masukan dari siswa


untuk perbaikan modul yang telah dikembangkan pada uji coba luas. Saran
dan masukan tersebut diantaranya perbaikan pada kata mutiara, variasai
warna pada analisis SWOT, penjelasan konsep dasar pemasaran “AIDAS”
dan informasi yang perlu ditambahkan pada materi maacam-macam
makanan khas daerah. Saran dan masukan tersebut kemudian direvisi
untuk menyempurnakan produk modul prakarya dan kewirausahaan
berbasis kearifan lokal sebelum dilakukan uji efektivitas.
library.uns.ac.id 138
digilib.uns.ac.id

C. Pengujian Produk
Pada tahap ini dilakukan pengujian produk untuk mengetahui keefektivan
modul prakarya dan kewirausahaan berbasis kearifan lokal terhadap peningkatan
niat berwirausaha siswa. Uji efektivitas modul prakarya dan kewirausahaan
berbasis kearifan lokal dilaksanakan di SMA N 1 Randudongkal dan SMA N 1
Moga. Penentuan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dilakukan dengan
cara undian dan diperoleh hasil yaitu di SMAN 1 Moga, kelas XI IPS 1 sebagai
kelas eksperimen dan XI IPS 4 sebagai kelas kontrol. Di SMAN 1 Randudongkal
XI IPS 3 sebagai kelas eksperimen dan XI IPS 2 sebagai kelas kontrol.
Data yang digunakan pada uji efektivitas diperoleh dari hasil pretest dan
postest pada kelompok eksperimen dan kontrok. Uji efektivitas dapat dilakukan,
jika kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dalam keadaan seimbang.
Berikut hasil uji kesimbangan pada nilai pretest pada kelompok eksperimen dan
kontrol.
Tabel 4.11 Hasil Uji Keseimbangan
Uji yang dilakukan Jenis uji Sig. Keputusan Kesimpulan
Uji prasyarat
a. Uji normalitas Kolmogrov-
Smirnov
Eksperimen 0,200 H0 di terima Data normal
Kontrol 0,089 H0 diterima Data normal
b. Uji Homogenitas Levene’s test 0,194 H0 diterima Data
homogen
T Independent Independent 0,316 H0 diterima Tidak ada
Sample T- perbedaan
Test
Sumber: Hasil Pengolahan Data Tahun 2019
Berdasarkan tabel 4.11 menunjukkan bahwa data hasil pretest pada
kelompok eksperimen dan kontrol berdistribusi normal dan homogen. Hal tersebut
dapat diketahui dari hasil uji normalitas dan uji homogenitas sebagai uji prasyarat.
Pada uji keseimbangan ini, uji normalitas data niat berwirausaha dianalisis
menggunakan uji kolmogorov smirnov. Pada kelompok eksperimen diperoleh
taraf signifikansi 0,200 lebih besar dari α = 0,05 (Sig. > 0,05), sehingga H0
diterima yang artinya nilai pretest kelompok eksperimen berdistribusi normal.
Pada kelompok kontrol diperoleh taraf signifikansi 0,089 lebih besar dari α = 0,05
library.uns.ac.id 139
digilib.uns.ac.id

(Sig. > 0,05), sehingga H0 diterima yang artinya bahwa nilai pretest kelompok
kontrol juga berdistribusi normal.
Uji homogenitas pretest pada kelompok eksperimen dan kontrol dianalisis
menggunakan uji Levene’s. Taraf signifikansi yang diperoleh adalah 0,194 lebih
besar dari 0,05 (Sig. > 0,05), sehingga H0 diterima. Maka dapat disimpulkan
bahwa nilai pretest pada kelompok eksperimen dan kontrol memiliki variansi
yang homogen. Setelah dilakukan uji prasyarat, kemudian dilakukan uji
keseimbangan antara kelompok eksperimen dan kontrol menggunakan uji
independent sample t-test. Nilai signifikansi uji-t adalah 0,316 lebih besar dari
0,05 (Sig. > 0,05), sehingga H0 tidak ditolak artinya bahwa tidak ada perbedaan
niat berwirausaha antara kelompok eksperimen dan kontrol.
Hasil pretest niat berwirausaha siswa pada kelas eksperimen dan kontrol
dapat ditunjukkan pada tabel uji-t berikut ini.
Tabel 4.12 Uji-t Pretest Kelompok Eksperimen dan Kontrol
Group Statistics

St d. Error
Kelompok N Mean St d. Dev iation Mean
Pret est Kelompok 1 72 187.2778 9.21301 1.08576
Kelompok 2 72 188.7222 7.95803 .93786

Sumber: Hasil Pengolahan Data Tahun 2019

Berdasarkan tabel 4.11 diatas dapat diketahui bahwa akumulasi nilai rata-
rata (mean) pretest niat berwirausaha pada kelompok eksperimen adalah 187,27
dan kelompok kontrol 188,72. Hal ini menunjukkan bahwa pada kelas eksperimen
dan kontrol tidak memiliki perbedaan niat berwirausaha yang signifikan. Maka
dapat diartikan juga bahwa kedua kelompok memiliki niat berwirausaha yang
seimbang.
Tahap selanjutnya setelah kedua kelompok seimbang adalah dilakukan uji
hipotesis untuk mengetahui keefektifan produk yang dikembangkan. Pada uji
hipotesis dilakukan analisis terhadap nilai postest yaitu nilai yang diperoleh
setelah menerima perlakuan atau kegiatan pembelajaran pada kelompok
eksperimen dan kontrol. Hasil hipotesis tersebut dapat dilihat pada tabel 4.13.
library.uns.ac.id 140
digilib.uns.ac.id

Tabel 4.13 Hasil Uji Hipotesis


Uji yang dilakukan Jenis uji Sig. Keputusan Kesimpulan
Uji prasyarat
a. Uji normalitas Kolmogrov-
Smirnov
Eksperimen 0,081 H0 diterima Data normal
Kontrol 0,200 H0 diterima Data normal
b. Uji Homogenitas Levene’s test 0,249 H0 diterima Data
homogen
T Independent Independent 0,000 H0 ditolak Ada
Sample T- perbedaan
Test
Sumber : Hasil Pengolahan data tahun 2019
Berdasarkan tabel 4.13 menunjukkan bahwa data hasil postest pada
kelompok eksperimen dan kontrol berdistribusi normal dan homogen. Hal tersebut
dapat diketahui dari hasil uji normalitas dan uji homogenitas sebagai uji prasyarat.
Pada uji keefektifan ini, uji normalitas data niat berwirausaha dianalisis
menggunakan uji kolmogorov smirnov. Pada kelompok eksperimen diperoleh
taraf signifikansi 0,081 lebih besar dari α = 0,05 (Sig. > 0,05), sehingga H0
diterima yang artinya nilai postest kelompok eksperimen berdistribusi normal.
Pada kelompok kontrol diperoleh taraf signifikansi 0,200 lebih besar dari α = 0,05
(Sig. > 0,05), sehingga H0 diterima yang artinya bahwa nilai postest kelompok
kontrol juga berdistribusi normal.
Uji homogenitas postest pada kelompok eksperimen dan kontrol dianalisis
menggunakan uji Levene’s. Taraf signifikansi yang diperoleh adalah 0,249 lebih
besar dari 0,05 (Sig. > 0,05), sehingga H0 diterima. Maka dapat disimpulkan
bahwa nilai postest pada kelompok eksperimen dan kontrol memiliki variansi
yang homogen. Setelah dilakukan uji prasyarat, kemudian dilakukan uji hipotesis
antara kelompok eksperimen dan kontrol menggunakan uji independent sample t-
test. Hasil uji independent sample t-test memperoleh nilai signifikansi 0,000 lebih
kecil dari 0,05 (Sig. < 0,05), sehingga H0 ditolak artinya bahwa ada perbedaan
niat berwirausaha antara kelompok eksperimen dan kontrol. Perbedaan hasil niat
berwirausaha pada kelompok eksperimen dan kontrol dapat dilihat pada tabel uji-t
berikut:
library.uns.ac.id 141
digilib.uns.ac.id

Tabel 4.14 Uji-t Postest Kelompok Eksperimen dan Kontrol

Group Statistics

Std. Error
Kelompok N Mean Std. Dev iation Mean
Postest Kelompok 1 72 219.3611 6.00072 .70719
Kelompok 2 72 208.3889 5.33275 .62847

Sumber: Hasil Pengolahan Data Tahun 2019

Berdasarkan tabel 4.14 di atas, diketahui bahwa nilai rata-rata (mean)


postest kelompok eksperimen lebih tinggi dibandingkan nilai rata-rata kelompok
kontrol. Nilai rata-rata (mean) kelompok eksperimen adalah 219,3611, sedangkan
nilai rata-rata (mean) kelompok kontrol adalah 208,3889. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara niat berwirausaha
pada kelompok eksperimen dan kontrol. Hal tersebut menunjukkan bahwa pada
modul prakarya dan kewirausahaan berbasis kearifan lokal efektif dalam
meningkatkan niat berwirausaha siswa kelas eksperimen. Hasil analisis yang
dilakukan menggunakan IBM SPSS 22.0 for windows pada tahap pengujian
produk dapat dilihat pada lampiran 44.
Hasil peningkatan niat berwirausaha dapat dilihat pada hasil pretest dan
postest. Nilai pretest dan postest niat berwirausaha siswa pada masing-masing
indikator dapat ditampilkan pada tabel 4.15 berikut ini.
library.uns.ac.id 142
digilib.uns.ac.id

Tabel 4.15 Hasil Pretest dan Postest Berdasarkan Indikator Niat Berwirausaha
pada Kelompok Eksperimen dan Kontrol
Kelompok Kelompok
Eksperimen % Kontrol %
Indikator
Pretest Postest kenaikan Pretest Postest kenaikan
(%) (%) (%) (%)
Sikap 72,36 87,38 20,76 74,18 79,60 7,30
1. Otonomi & otoritas 67,53 89,53 32,56 67,77 80,90 19,39
2. Peluang & 75,69 88,39 16,78 79,51 83,33 4,80
tantangan ekonomi
3. Keamanan dan 76,59 88,64 15,74 79,46 82,54 3,87
beban kerja
4. Menghindari 63,77 79,75 25,05 68,29 75,00 9,83
tanggung jawab
5. Realisasi dan 70,78 86,52 22,24 71,70 76,04 6,05
partisipasi diri
6. Lingkungan sosial 75,17 87,24 16,05 73,35 74,74 1,89
dan karir
Kontrol perilaku yang 70,04 87,40 24,79 69,35 71,43 3,00
dirasakan
7. Kepercayaan diri 70,14 87,96 25,41 67,71 71,76 5,98
yang dirasakan
8. Kontrol perilaku 69,97 86,98 24,32 70,57 71,18 0,86
yang dirasakan
Norma Subjektif 66,15 74,54 12,69 60,53 70,14 15,87
9. Keluarga 65,10 72,57 11,47 60,24 71,01 17,87
10.Teman-teman 63,89 72,57 13,59 60,94 68,58 12,54
11.Orang-orang 69,44 78,47 13 60,42 70,83 17,24
penting
Pendidikan 70,35 87,66 24,61 71,08 83,11 6,93
Kewirausahaan
12.Know what 68,13 88,33 29,66 69,86 83,13 18,99
13.Know why 71,88 88,13 22,61 70,49 81,88 16,16
14.Khow who 71,53 86,25 20,58 72,50 84,24 16,19
15.Know how 69,86 87,92 25,84 71,46 83,19 16,42
Rata-rata Skor 70,94 86,30 21,66 71,49 78,94 10,42
Sumber : Hasil Pengolahan Data Tahun 2019

Berdasarkan tabel 4.15 di atas menunjukkan bahwa rata-rata skor niat


berwirausaha siswa pada kelompok eksperimen mengalami peningkatan sebesar
21,66% lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol yang mengalami
peningkatan sebesar 10,42%. Tabel di atas menunjukkan bahwa setiap indikator
niat berwirausaha pada kelas eksperimen mengalami peningkatan. Indikator sikap
(atittude) mengalami peningkatan sebesar 20,76%, kontrol perilaku yang
dirasakan sebesar 24,79%, norma subjektif sebesar 12,69%, dan pendidikan
library.uns.ac.id 143
digilib.uns.ac.id

kewirausahaan sebesar 24,61%. Peningkatan niat berwirausaha yang paling besar


dipengaruhi oleh indikator kontrol perilaku yang dirasakan dan pendidikan
kewirausahaan.
Hasil pretest dan postest pada kelompok kontrol mengalami persentase
kenaikan. Indikator sikap mengalami kenaikan 7,30%, kontrol perilaku yang
dirasakan sebesar 3%, norma subjektif sebesar 15,87% dan pendidikan
kewirausahaan sebesar 16,87% . Peningkatan niat berwirausaha pada kelompok
kontrol paling besar dipengaruhi oleh indikator norma subjektif dan pendidikan
kewirausahaan. Peningkatan niat berwirausaha siswa pada kelompok eksperimen
dan kontrol dapat dilihat pada gambar 4.24 berikut ini.
Grafik Rekapitulasi Angket Niat Berwirausaha Siswa

95
86,3
78,94
80
70,94 71,49 Pretest
Postest
65

50
Kelompok Kelompok Kontrol
Eksperimen

Gambar 4.24 Rekapitulasi Niat Berwirausaha Siswa pada tahap Pengujian

Gambar di atas menunjukkan bahwa niat berwirausaha pada kelompok


eksperimen mengalami peningkatan dari 70,94% menjadi 86,3%, sedangkan niat
berwirausaha pada kelompok kontrol mengalami peningkatan dari 71,49%
menjadi 78,94%. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kelompok yang
menggunakan modul prakarya dan kewirausahaan berbasis kearifan lokal
mengalami peningkatan niat berwirausaha yang lebih tinggi dibandingkan dengan
kelompok yang tidak menggunakan modul prakarya dan kewirausahaan berbasis
kearifan lokal.
library.uns.ac.id 144
digilib.uns.ac.id

D. Pembahasan Hasil Penelitian


Tahapan penelitian dalam pengembangan modul prakarya dan
kewirausahaan berbasis kearifan lokal yaitu: 1) melakukan studi pendahuluan
terhadap kebutuhan modul prakarya dan kewirausahaan berbasis kearifan lokal, 2)
mengembangkan produk modul prakarya dan kewirausahaan berbasis kearifan
lokal, dan 3) melakukan pengujian produk modul prakarya dan kewirausahaan
berbasis kearifan lokal. Tahapan dalam penelitian ini didasarkan pada tahap
pengembangan menurut Sukmadinata (2012: 189), yang meliputi tahap studi
pendahuluan, tahap pengembangan dan tahap pengujian.
1. Studi Pendahuluan
Studi pendahuluan merupakan langkah awal dalam penelitian
pengembangan modul prakarya dan kewirausahaan berbasis kearifan lokal.
Pendekatan yang digunakan pada tahap ini adalah deskriptif kualitatif dan
kuantitatif. Hal-hal yang dapat dilakukan pada tahap ini adalah melakukan
observasi, wawancara, analisis dokumen, dan menyebarkan angket untuk
memperoleh informasi mengenai niat berwiraushaa siswa, proses
pembelajaran prakarya dan kewirausahaan, buku teks yang digunakan dan
analisis kebutuhan guru serta siswa terhadap modul prakarya dan
kewirausahaan. Analisis kebutuhan pada tahap ini dilaksanakan di SMAN 1
Moga, SMAN 1 Randudongkal dan SMAN 1 Bodeh.
Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan di SMAN 1
Moga, SMAN 1 Randudongkal, dan SMAN 1 Bodeh dapat diketahui bahwa
pembelajaran prakarya dan kewirausahaan belum mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Hal ini dapat dilihat pada niat berwirausaha siswa yang rendah
yaitu sebesar 28,81%. Hasil niat berwirausaha tidak dapat dilepaskan dari
proses pembelajaran prakarya dan kewirausahaan. Hasil studi pendahuluan
yang telah dilakukan diketahui bahwa bahan ajar yang digunakan selama
proses pembelajaran memiliki kekurangan diantaranya: a) konsep prakarya
dan kewirausahaan belum dijelaskan secara lengkap, b) proporsi materi
prakarya lebih banyak dibandingkan materi kewirausahaan, c) buku tidak
dilengkapi dengan soal-soal evaluasi, d) buku yang digunakan belum
library.uns.ac.id 145
digilib.uns.ac.id

didukung dengan visualisasi gambar yang menarik, e) contoh soal belum


menjelaskan secara spesifik kondisi atau kearifan lokal setempat, f) buku
masih bersifat teoritis dan belum dilengkapi dengan hal-hal yang praktis
sesuai dengan kearifan lokal setempat, dan g) materi masih bersifat umum
sedangkan dalam silabus perlu disesuaikan dengan kondisi tempat sekitar.
Kondisi bahan ajar yang demikian membuat siswa kurang tertarik untuk
mempelajari materi.
Proses pembelajaran prakarya dan kewirausahaan kurang menarik dan
membosankan, serta pembelajaran cenderung pada guru (teacher centered
approach), sedangkan siswa hanya berperan sebagai penerima informasi.
Selain itu pola mengajar guru kurang menanamkan mindset berwirausaha pada
siswa, sesuai dengan tujuan prakarya dan kewirausahaan yang telah
ditetapkan. Siswa selama proses pembelajaran prakarya dan kewirausahaan
menunjukan sikap kurang antusias mengikuti proses pembelajaran. Hal
tersebut karena metode pembelajaran yang digunakan guru bersifat monoton
dan kurang variatif, sehingga siswa merasa bosan mengikuti pembelajaran.
Proses pembelajaran agar tidak membosankan perlu dilakukan
pembelajaran praktik. Kegiatan praktik dalam pembelajaran prakarya dan
kewirausahaan yang seharusnya dalam satu semester dapat dilakukan
sebanyak empat kali, namun dalam satu semester kegiatan praktik hanya
dilaksanakan satu atau dua kali. Kegiatan praktik seharusnya dapat dilakukan
setelah siswa mempelajari materi pada setiap strand, sehingga siswa pada
akhir pelajaran mampu menciptakan suatu karya yang memiliki nilai jual. Hal
ini sejalan dengan pendapat Wibowo (2011: 113), bahwa untuk mendorong
siswa mau berwirausaha adalah dengan melakukan kegiatan praktik”.
Hasil studi pendahuluan bahwa sumber belajar yang digunakan dalam
pembelajaran prakarya dan kewirausahaan adalah buku prakarya dan
kewirausahaan yang diterbitkan Kemdikbud. Buku teks tersebut merupakan
satu-satunya sumber belajar yang digunakan guru sebagai pedoman dalam
membelajarkan materi. Sedangkan siswa hanya dapat belajar menggunakan
library.uns.ac.id 146
digilib.uns.ac.id

buku tersebut pada saat jam pelajaran prakarya dan kewirausahaan


berlangsung, setelah pelajaran selesai buku dikembalikan ke perpustakaan.
Buku teks yang disediakan perpustakaan jumlahnya terbatas. Satu
buku prakarya dan kewirausahaan hanya dapat digunakan untuk dua siswa.
Hal tersebut tentunya kurang efektif, karena setiap siswa memiliki kecepatan
belajarnya masing-masing. Mata pelajaran prakarya dan kewirausahaan juga
memiliki materi yang cukup banyak, sedangkan waktu yang disediakan hanya
satu kali pertemuan dalam satu minggu. Kedua hal tersebut mendorong guru
untuk lebih banyak menjelaskan materi pelajaran menggunakan metode
ceramah dan mencatat agar materi dapat tersampaikan secara keseluruhan.
Efek negatif dari mencatat yang terlalu sering adalah tidak efektifnya waktu
pembelajaran, karena waktu akan habis terbuang untuk mencatat dan
pembelajaran akan berjalan monoton dan membosankan.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan maka dikembangkan modul
pembelajaran. Modul merupakan salah satu bahan ajar mandiri, karena di
dalam modul terdapat berbagai kegiatan yang dapat dilakukan peserta didik
seperti membaca uraian, petunjuk di dalam lembar kegiatan, menjawab
pertanyaan serta langkah-langkah yang harus diselesaikan setiap tugas. Modul
juga dapat digunakan untuk mengatasi keterbatasan ruang dan waktu
pembelajaran. Pembelajaran menggunakan modul menjadikan siswa sebagai
titik pusat kegiatan belajar mengajar. Selain itu modul juga dapat mewadahi
kecepatan belajar peserta didik yang berbeda-beda. Oleh karena itu untuk
mengatasi keterbatasan buku ajar dan waktu pembelajaran dapat
dikembangkan modul pembelajaran untuk memfasilitasi siswa belajar mandiri
tanpa perlu ada kehadiran guru. Pembelajaran dengan modul juga dapat
menggiring siswa untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran, sehingga
pembelajaran tidak berpusat pada guru melainkan berpusat pada siswa. Hal ini
sejalan dengan pendapat Rufii (2015: 19) bahwa modul dapat menggiring
partisipasi aktif siswa untuk berinteraksi dengan materi pelajaran.
Guru memiliki peran penting dalam mengembangkan modul
pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa. Namun hanya 33,33%
library.uns.ac.id 147
digilib.uns.ac.id

guru yang sedang dalam proses menyusun modul, dan sebagian besar lainnya
belum menyusun modul. Guru mengaku kesulitan dalam mengembangkan
modul prakarya dan kewirausahaan karena tidak memiliki pengetahuan yang
sesuai dengan kualifikasi pendidikan. Selain itu, guru juga memiliki beban
kerja yang berat sehingga tidak memiliki cukup waktu untuk mengembangkan
modul. Guru seharusnya mampu mengembangkan modul pembelajaran yang
disesuai dengan kebutuhan siswa sehingga dapat menarik perhatian siswa
untuk mempelajari materi dan memudahkan siswa untuk memahami materi
pelajaran. Hal ini sejalan dengan pendapat Nurwanti, Samhati, & Karomani
(2015: 2) bahwa guru perlu memilih dan merancang bahan ajar yang sesuai
dengan kebutuhan sehingga akan memudahkan siswa untuk mempelajari dan
mengimplementasikan ilmu yang diperolehnya.
Modul yang dikembangkan perlu diintegrasikan dengan kearifan lokal
yang sesuai dengan kondisi dan lingkungan siswa sehari-hari. Materi pelajaran
yang diintegrasikan dengan kearifan lokal dapat mempermudah peserta didik
dalam memahami materi. Sebagaimana yang diungkapkan Martawijaya
(2014) bahwa buku yang disisipkan muatan-muatan yang berbasis kearifan
lokal dapat meningkatkan karakter dan ketuntasan belajar siswa. Selain itu,
modul yang diintegrasikan dengan kearifan lokal dapat menarik minat siswa
untuk mempelajari materi dan mendorong siswa untuk mengikuti proses
pembelajaran sehingga pada nantinya siswa tertarik untuk menjadi wirausaha.
Berdasarkan hasil observasi, wawancara, angket dan analisis dokumen maka
dalam penelitian ini dikembangkan produk modul prakarya dan
kewirausahaan berbasis kearifan lokal untuk meningkatkan niat berwirausaha
siswa.
2. Tahap Pengembangan Produk
Berdasarkan permasalahan yang diperoleh pada studi pendahuluan,
selanjutnya dilakukan pengembangan produk. Pengembangan produk pada
penelitian ini dilakukan dalam beberapa langkah penelitian, yang meliputi: a)
menyusun desain prototipe modul prakarya dan kewirausahaan berbasis
kearifan lokal, b) melakukan validasi desain melalui penilaian tim ahli (expert
library.uns.ac.id 148
digilib.uns.ac.id

judgment), c) revisi produk berdasarkan penilaian tim ahli (expert judgment),


d) uji coba terbatas, e) revisi hasil uji coba terbatas, f) uji coba luas, g) revisi
hasil uji coba luas untuk menjadi produk final. Langkah pengembangan
produk tersebut, sesuai dengan pendapat Sukmadinata (2012: 189) bahwa
tahap pengembangan terdiri atas uji coba terbatas dan uji coba luas, sebelum
dilakukan pengujian terlebih dahulu disusun draft produk dan dievalusikan
pada para ahli.
a. Penyusunan Draft Produk
Draft produk modul prakarya dan kewirausahaan berbasis kearifan
lokal disusun berdasarkan hasil yang diperoleh dari studi pendahuluan.
Penyusunan draft produk dimulai dari menentukan unsur-unsur yang harus
ada dari sebuah modul yaitu rumusan tujuan pengajaran yang eksplisit dan
spesifik, petunjuk untuk guru, lembaran kegiatan siswa, lembar kerja bagi
siswa, kunci lembaran kerja, lembaran evaluasi dan kunci lembaran
evaluasi (Prastowo, 2014: 214). Dalam penelitian ini, kriteria penyusunan
modul yang berbasis kearifan didasarkan pada pendapat Anwari, Nahdi, &
Sulistyowati (2006: 3) bahwa kearifan lokal sebagai produk pengetahuan
lokal memiliki peran dalam menyediakan konteks dan sinkronisasi teori-
teori ilmiah dan kondisi lokal. Selain itu Asmani dalam Lase, Sipatuhar, &
Harahap (2016: 101) mengungkapkan bahwa ruang lingkup bembelajaran
kearifan lokal terdiri dari atas: lingkup situasi dan kondisi daerah serta
lingkup keunggulan lokal. Maka kriteria penyusunan modul prakarya dan
kewirausahaan berbasis kearifan lokal pada penelitian ini adalah materi
pembelajaran perlu disinkronisasi antara teori dan kondisi lokal, dan
mencakup kondisi daerah serta keunggulan lokal daerah.
Tahapan awal penyusunan draft modul prakarya dan
kewirausahaan berbasis kearifan lokal dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut: 1) menentukan materi yang dikembangkan yaitu pengolahan
makanan khas asli daerah, 2) mengindetifikasi materi pengolahan
makanan khas asli daerah, 3) mencari materi pengolahan makanan khas
asli daerah dari berbagai referensi, 4) menyusun materi pengolahan
library.uns.ac.id 149
digilib.uns.ac.id

makanan khas asli daerah yang dibagi menjadi beberapa bagian yaitu
memahami perencanaan usaha, menyusun perencanaan usaha dan sistem
pengolahan makanan khas asli daerah, 5) mencari berbagai gambar dan
contoh yang mendukung materi, 6) membuat lembar kegiatan siswa, 7)
membuat soal-soal evaluasi, dan 8) membuat desain layout modul.
Produk yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah modul prakarya
dan kewirausahaan kelas XI materi pengolahan makanan khas asli daerah
yang diintegrasikan dengan kearifan lokal daerah setempat. Modul
prakarya dan kewirausahaan berbasis kearifan lokal merupakan bahan ajar
cetak yang memuat teori-teori prakarya dan kewirausahaan yang
dihubungkan dengan kearifan lokal daerah setempat seperti lingkup
situasi, kondisi daerah, dan potensi keunggulan lokal sehingga dapat
meningkatkan pengetahuan siswa mengenai potensi keunggulan lokal
yang ada didaerah untuk dijadikan sebagai peluang usaha. Menurut
Anwari, Nahdi dan Sulistyowati (2016: 3), penggunaan kearifan lokal
dalam pembelajaran akan memiliki efek untuk membangun pembelajaran
konstekstual, merangsang siswa untuk belajar lebih banyak tentang
lingkungan di sekitar tempat tinggal mereka.
Modul yang dikembangkan berisi materi yang disusun secara
lengkap dan memuat contoh-contoh yang kontekstual serta disajikan
dengan bahasa yang sederhana sehingga dapat dipahami dengan mudah
oleh siswa. Sebagaimana yang diungkapkan Sudarwati (2013: 109) bahwa
modul disusun menggunakan bahasa yang sederhana dan jelas, serta
contoh-contoh yang aplikatif pada setiap topik. Pemilihan bahasa dalam
modul disesuaikan dengan tingkat pekembangan dan pemahaman siswa.
Hal sesuai dengan pendapat Larawan (2013: 11) bahwa modul dirancang
dan ditulis dalam bahasa yang jelas dan benar sesuai dengan tingkat
perkembangan siswa, karena modul menjadi tidak berguna jika sebagai
sasarannya tidak dapat memahaminya. Di dalam modul juga terdapat
warna-warna yang menarik, kombinasi huruf yang variatif, seperti pada
soal kegiatan dan contoh serta ditunjang juga dengan gambar yang bagus
library.uns.ac.id 150
digilib.uns.ac.id

dan menarik sehingga menumbuhkan minat siswa untuk belajar


menggunakan modul. Penyajian modul dengan kombinasi antara huruf
gambar terbukti dapat menarik perhatian siswa terhadap konten, sehingga
akan meningkatkan pemahaman siswa (Ong & Tasir, 2015: 502).
Format isi modul disusun berdasarkan sistematika yang telah
ditetapkan oleh Depdiknas (2008: 21), yang terdiri atas tiga bagian utama
yaitu bagian awal, bagian inti dan bagian penutup. Bagian awal terdiri dari
halaman sampul, halaman judul, halaman francis, kata pengantar, daftar
isi, pendahuluan, peta kedudukan modul, glosarium, petunjuk penggunaan
modul, kompetensi inti dan kompetensi dasar. Bagian inti terdiri dari
tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, dan lembar kerja siswa. Bagian
penutup terdiri dari rangkuman, evaluasi akhir, penugasan, kunci jawaban
dan pembahasan serta daftar pustaka.
Materi pengolahan makanan khas daerah dalam modul prakarya
dan kewirausahaan berbasis kearifan lokal disajikan dengan
mensikronisasikan antara teori-teori ilmiah dengan kondisi lokal. Hal
tersebut dapat terlihat pada materi menganalisis SWOT, disajikan contoh
menganalisis SWOT pada salah satu usaha makanan khas daerah di
Pemalang. Selain itu modul yang berbasis kearifan lokal juga memuat
kondisi daerah dan potensi keunggulan lokal. Pada bagian dalam modul,
penjelasan mengenai kondisi daerah dapat dijumpai pada kotak “info
penting” yang memuat informasi mengenai kondisi alam di Kabupaten
Pemalang dan komoditas unggulannya. Sedangkan potensi keunggulan
lokal dapat dijumpai pada materi peluang usaha, yang menjelaskan bahwa
Pemalang memiliki beberapa makanan khas daerah yang dapat dijadikan
peluang usaha.
b. Validasi Melalui Penilaian oleh Ahli (Expert Judgement)
1) Validasi Ahli Materi
Bagian paling utama setelah mengembangkan produk adalah
menguji kelayakan produk dari segi materi. Validasi ahli materi
bertujuan untuk mengetahui kesesuaian dan kelengkapan isi materi
library.uns.ac.id 151
digilib.uns.ac.id

sistem pengolahan makanan yang berbasis kearifan lokal. Aspek-aspek


penilaian kelayakan materi meliputi: aspek kelayakan isi (kesesuaian
isi materi dengan KI dan KD, keakuratan materi, pendukung materi
pembelajaran, kemutakhiran materi), aspek kelayakan penyajian
(teknik penyajian, pendukung penyajian, penyajian pembelajaran), dan
aspek kegiatan pembelajaran pendekatan kearifan lokal.
Validasi ahli materi dalam penelitian ini dilakukan oleh dosen
S2 pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta yaitu Prof. Dr.
Harsono, SU. Hasil penilaian secara keseluruhan pada ketiga aspek
materi yaitu total skor sebesar 273,96% dan nilai rata-rata yang
diperoleh sebesar 91,32%. Menurut Ridwan (2010:88), nilai rata-rata
aspek materi pada modul termasuk kategori sangat baik karena berada
direntang nilai 81%-100%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa materi
dalam modul prakarya dan kewirausahaan berbasis kearifan lokal
sudah sesuai dengan tujuan pembelajaran dan relevan sehingga dapat
digunakan.
2) Validasi Ahli Media
Aspek-aspek penilaian media pembelajaran meliputi fungsi dan
manfaat modul, karakteristik tampilan dan materi modul, serta
karakteristik modul sebagai bahan ajar. Aspek penilaian fungsi dan
manfaat modul terdiri dari penilaian pada kejelasan penyajian,
kemudahan pembelajaran, memotivasi belajar, dan mengatasi sikap
pasif. Aspek karakteristik tampilan dan materi modul dinilai pada
menarik minat belajar siswa, ilustrasi sampul modul, isi/materi, bentuk
dan ukuran huruf, organisasi dan daya tarik. Aspek karakteristik modul
sebagai bahan ajar dinilai pada belajar secara mandiri, materi terdiri
dari unit kompetensi, berdiri sendiri, memiliki daya adaptif dan
bersahabat dengan penggunanya.
Modul prakarya dan kewirausahaan berbasis kearifan lokal ini
disusun berdasarkan karakteristik modul sebagai bahan ajar.
Sebagaimana yang diungkapkan Daryanto (2013: 9), bahwa dalam
library.uns.ac.id 152
digilib.uns.ac.id

mengembangkan modul perlu memperhatikan karakteristik modul,


yaitu memfasilitasi belajar secara mandiri (self instruction), materi
terdiri dari unit kompetensi (self contained), berdiri sendiri (stand
alone), memiliki daya adaptif terhadap IPTEK (adaptive), dan
bersahabat dengan penggunanya (user friendly).
Validasi ahli media dilakukan oleh Dr. Suharno, M.Pd yang
merupakan dosen Program Studi Teknologi Pendidikan Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret. Pada aspek fungsi dan manfaat modul
memperoleh nilai 87,50% dengan kriteria sangat baik. Aspek
karakteristik tampilan dan materi modul memperoleh nilai 78,57%
dengan kriteria baik dan aspek karakteristik modul sebagai bahan ajar
memperoleh nilai 83,93% dengan kriteria sangat baik. Berdasarkan
ketiga aspek penilaian media, yaitu fungsi dan manfaat modul,
karakteristik tampilan dan materi modul, serta karakteristik tampilan
modul sebagai bahan ajar secara keseluruhan memperoleh nilai 250%
dengan rata-rata 83,33%. Menurut Riduwan (2010: 88), nilai yang
diperoleh dari validator media memiliki kriteria yang sangat baik,
karena berada direntang nilai antara 81%-100%. Hal tersebut
menunjukkan bahwa aspek media pada modul prakarya dan
kewirausahaan sudah sesuai dengan kriteria sehingga dapat digunakan
dalam pembelajaran.
3) Validasi Ahli Bahasa
Produk awal yang telah dikembangkan perlu dilakukan
penilaian dari segi bahasa. Validasi bahasa dilakukan untuk menilai
kelayakan bahasa. Kelayakan bahasa dapat dilihat dari kriteria
penilaian berikut, yaitu penggunaan bahasa yang lugas, komunikatif,
dialogis dan interaktif, kesesuaian dengan tingkat perkembangan
peserta didik dan penggunaan istilah yang dapat dipahami. Kriteria
penilaian tersebut sesuai dengan penilaian bahasa menurut Badan
Standar Nasional Pendidikan (BNSP) 2014, yang meliputi kelugasan
kalimat, komunikatif, dialogis dan interaktif, kesesuaian dengan
library.uns.ac.id 153
digilib.uns.ac.id

perkembangan siswa, kesesuaian dengan kaidah bahasa, serta


penggunaan istilah.
Validator bahasa dalam penelitian ini adalah Dr. Muhammad
Rohmadi, M.Hum yang merupakan kepala UPT Perpustakaan dan
Program Studi Bahasa Indonesia Pascasarjana Universitas Sebelas
Maret. Nilai yang diperoleh dari validaor bahasa yaitu penggunaan
bahasa yang lugas, komunikatif, kesesuaian dengan tingkat
perkembangan pesrta didik, dan penggunaan istilah memperoleh nilai
100% dengan kriteria sangat baik, sedangkan penggunaan bahasa yang
dialogis dan interaktif memperoleh nilai 87,50% dengan kriteria sangat
baik.
Penilaian dari validator bahasa secara keseluruhan memperoleh
skor total 487,50% dan rata-rata nilai 97,50%. Maka dapat dikatakan
bahwa hasil penilaian pada aspek bahasa memiliki kriteria sangat baik,
karena terletak dalam rentang 81-100% (Riduwan, 2010: 88). Dengan
demikian, penggunaan bahasa dalam modul prakarya dan
kewirausahaan berbasis kearifan lokal sesuai dengan kriteria, sehingga
dapat untuk digunakan.
c. Tahap Uji Coba Produk
1) Tahap Uji Coba Terbatas
Uji coba terbatas dilakukan setelah modul prakarya dan
kewirausahaan berbasis kearifan lokal telah divalidasi oleh beberapa
ahli dan praktisi pendidikan. Uji coba terbatas ini dilaksanakan di
SMAN 1 Bodeh dengan melibatkan satu guru dan 10 siswa kelas XI
IPS 3 pada semeseter II tahun ajaran 2018/2019. Tahapan uji coba
terbatas dilaksanakan dalam satu kali pertemuan. Pada uji coba
terbatas, proses pembelajaran dilaksanakan dengan memanfaatkan
modul prakarya dan kewirausahaan berbasis kearifan lokal. Kegiatan
tersebut dilakukan berdasarkan tahapan kegiatan pembelajaran yang
telah disusun dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).
library.uns.ac.id 154
digilib.uns.ac.id

Uji coba terbatas dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh


informasi, saran dan masukan dari siswa dan guru sebagai bahan
pertimbangan untuk memperbaiki dan menyempurnakan modul
prakarya dan kewirausahaan berbasis kearifan lokal. Pada kegiatan uji
coba terbatas, guru ikut terlibat dalam proses pembelajaran yakni
berperan untuk mengamati proses pembelajaran yang sedang
berlangsung. Siswa berperan sebagai subjek uji coba dengan bertindak
sebagai pengguna dan memberikan respon. Setelah proses
pembelajaran selesai, guru dan siswa diberikan beberapa pertanyaan
untuk mengetahui penggunaan modul prakarya dan kewirausahaan
berbasis kearifan lokal dalam proses pembelajaran.
Hasil wawancara yang dilakukan dengan guru dan siswa
menunjukkan hasil bahwa guru merasa senang dengan
dikembangkannya modul prakarya dan kewirausahaan berbasis
kearifan lokal karena dapat menambah referensi guru dalam mengajar.
Siswa juga merasa senang menggunakan modul karena mempunyai
tampilan/ desain yang menarik, ilustrasi/ gambar yang bagus dan
berwarna, bahasa yang mudah dipahami, dan contoh yang dapat
membantu siswa untuk lebih memahami materi. Hal tersebut didukung
oleh pendapat Daryanto (2013: 13) bahwa untuk meningkatkan daya
tarik modul maka pada bagian isi modul perlu menempatkan
rangsangan-rangsangan berupa gambar atau ilustrasi. Selain itu
tersedianya contoh dan ilustrasi dapat mendukung kejelasan
pemaparan materi pembelajaran (Daryanto, 2013: 9). Menurut siswa
materi yang disajikan pada modul mudah untuk dipahami karena
menggunakan bahasa sederhana dan sesuai dengan tingkat kemampuan
siswa. Hal tersebut diperkuat oleh Larawan (2013: 11), bahwa modul
yang dirancang seharusnya ditulis dalam bahasa yang jelas dan benar
sesuai dengan tingkat kemampuan siswa.
Pada akhir wawancara peneliti juga meminta siswa dan guru
untuk memberikan saran dan masukan. Saran dan masukan tersebut
library.uns.ac.id 155
digilib.uns.ac.id

diantaranya yaitu pada cover perlu diberikan tanda untuk memperjelas


kalimat “edisi pengolahan makanan” misalnya diberi garis tepi pada
tulisan, beberapa halaman memiliki warna yang monoton, ada tulisan
yang kurang terlihat jelas, dan kesalahan penempatan kegiatan siswa
yang seharusnya terletak diakhir materi. Hasil dari saran dan masukan
tersebut selanjutnya perlu dilakukan perbaikan agar modul dapat
tersampaikan dengan baik. Hal tersebut sejalan dengan pendapat
Abduh (2015: 48) yang menyatakan bahwa desain uji coba yang
dilakukan bertujuan untuk menyempurnakan produk yang
dikembangkan dengan mempraktikkannya secara langsung di
lapangan.
2) Tahap Uji Coba Luas
Tahap uji coba luas dilakukan setelah modul prakarya dan
kewirausahaan berbasis kearifan lokal direvisi berdasarkan
saran/masukan pada uji coba terbatas. Tujuan dilakukannya uji coba
luas adalah untuk mengumpulkan informasi terkait dengan kualitas
modul prakarya dan kewirausahaan berbasis kearifan lokal. Uji coba
luas dilakukan pada semester II tahun ajaran 2018/2019 di SMAN 1
Bodeh. Subjek penelitian pada tahap ini adalah 30 siswa di kelas XI
IPS 2.
Kegiatan pembelajaran pada tahap uji coba luas dilakukan
dalam satu kali pertemuan. Proses pembelajaran diawali dengan
memberikan pretest kepada siswa, selanjutnya siswa memulai belajar
menggunakan modul prakarya dan kewirausahaan berbasis kearifan
lokal. Siswa terlebih dahulu diberikan informasi mengenai pentingnya
mempelajari materi sistem pengolahan makanan khas daerah, sehingga
siswa dapat memahami tujuan dari mempelajari materi tersebut. Guru
kemudian mengajak siswa untuk mengamati bahan-bahan apa saja
yang tersedia di lingkungan sekitar?, apakah siswa dapat menciptakan
produk dari bahan-bahan tersebut?, dan bagaimana caranya
library.uns.ac.id 156
digilib.uns.ac.id

mewujudkan ide tersebut serta perencanaannya. Siswa sangat antusias


dalam mencari ide usaha pengolahan makanan.
Kegiatan selanjutnya adalah siswa dibagi secara kelompok
untuk melakukan pengamatan terhadap usaha pengolahan makanan
khas daerah, kemudian melakukan analisis sesuai dengan teori yang
ada pada modul. Siswa sangat antusias melakukan pengamatan
terhadap usaha makanan khas daerah di lingkungan tempat tinggal.
Masing-masing kelompok kemudian mempresentasikan hasil
diskusinya. Kegiatan presentasi dilakukan agar siswa yang lain dapat
mengetahui hasil pengamatan yang dilakukan kelompok lain.
Pada bagian akhir pelajaran, siswa diberikan waktu untuk
mengerjakan “tugas mandiri 1” dalam modul yang telah
dikembangkan. Kegiatan tersebut bertujuan untuk menambah
pemahaman siswa dan mengukur keberhasilan belajar siswa. Sebelum
pembelajaran selesai guru juga memberikan tugas kelompok yaitu
melakukan wawancara kepada pemilik usaha makanan khas daerah
untuk mencari informasi mengenai ide dan peluang usaha, analisis
peluang usaha, sumberdaya yang dibutuhkan, administrasi dan
pemasaran. Siswa juga diminta membuat laporan hasil wawancara dan
dipresentasikan pada pertemuan selanjutnya.
Pada saat pembelajaran menggunakan modul prakarya dan
kewirausahaan berbasis kearifan lokal, siswa diberikan angket respon
siswa terhadap penggunaan modul tersebut. Aspek penilaiain pada
angket respon siswa meliputi aspek tampilan, aspek penyajian materi,
dan aspek manfaat. Hasil nilai total pada ketiga aspek adalah 259,47%
dan nilai rata-rata 86,39%. Menurut Riduwan (2010: 88), nilai yang
diperoleh dari angket respon siswa memiliki kriteria sangat baik,
karena berada direntang nilai antara 81%-100%. Hal tersebut
menunjukkan bahwa modul prakarya dan kewirausahaan layak
digunakan dalam pembelajaran.
library.uns.ac.id 157
digilib.uns.ac.id

Kegiatan terakhir pada uji coba luas adalah dengan


memberikan postest kepada siswa setelah pembelajaran dengan
menggunakan modul prakarya dan kewirausahaan berbasis kearifan
lokal. Pemberian postest dilakukan untuk mengetahui niat
berwirausaha setelah menggunakan modul. Hasil pretest dan postest
niat berwirausaha dianalisis menggunakan uji t non independent.
Sebelum dilakukan uji t, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat untuk
mengetahui normalitas dan homogenitas data. Hasil uji prasyarat pada
nilai pretest dan postest diketahui bahwa data yang diperoleh
berdistribusi normal dan homogen.
Uji t non independent dihitung menggunakan uji t non
parametric paired sample t test. Hasil uji t non independent pada uji
coba luas diketahui bahwa nilai pretest dan postest memperoleh nilai
signifikansi 0,000 kurang dari 0,05 (sig. <0,05) artinya H0 ditolak. Hal
tersebut menunjukkan bahwa ada perbedaan niat berwirausaha
sebelum dan sesudah menggunakan modul prakarya dan
kewirausahaan berbasis kearifan lokal. Berdasarkan hasil rekapitulasi
niat berwirausaha diketahui bahwa niat berwirausaha mengalami
peningkatan sebesar 16% setelah belajar menggunakan modul
prakarya dan kewirausahaan berbasis kearifan lokal. Hasil penelitian
Wiguna & Suharmanto (2013) membuktikan bahwa modul
pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar. Selanjutnya, menurut
Nugroho (2013: 136) bahwa prestasi belajar berpengaruh positif dan
signifikan terhadap minat berwirausaha.
Pada uji coba luas ini, selain memberikan penilaian, beberapa
siswa juga menuliskan saran dan masukan pada bagian yang terdapat
pada angket. Saran dan masukan yang diberikan siswa diantaranya
perbaikan pada penulisan kata mutiara, gambar pada analisis SWOT,
konsep AIDAS perlu dicontohkan dengan ilustrasi gambar, dan
infromasi mengenai makanan khas daerah perlu ditambah. Beberapa
saran dan masukan tersebut akan dijadikan pedoman perbaikan guna
library.uns.ac.id 158
digilib.uns.ac.id

menyempurnakan modul yang telah dikembangkan, sehingga dapat


digunakan pada tahap pengujian produk.
3. Pengujian Produk Modul Prakarya dan Kewirausahaan Berbasis
Kearifan Lokal
Pada penelitian ini tahap pengujian dilakukan untuk mengetahui
keefektifan produk modul prakarya dan kewirausahaan berbasis kearifan lokal.
Tahap pengujian dilakukan menggunakan metode eksperimen dengan desain
pretest postest control group desain. Dalam desain ini terdapat dua kelompok
yang dipilih secara random, kemudian diberi pretest untuk mengetahui
keadaan awal adakah perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol. Kelompok eksperimen dan kelompok kontrol ditentukan dengan cara
undian. Di SMAN 1 Moga diperoleh kelas XI IPS 1 sebagai kelompok
eksperimen dan XI IPS 4 sebagai kelompok kontrol. Sedangkan di SMAN 1
Randudongkal diperoleh kelas XI IPS 3 sebagai kelompok eksperimen dan
kelas XI IPS 2 sebagai kelompok kontrol. Subyek penelitian pada tahap ini
sejumlah 72 siswa sebagai kelompok eksperimen dan 72 siswa sebagai
kelompok kontrol.
Dalam penelitian ini, kelompok eksperimen diberikan perlakuan yakni
menggunakan modul prakarya dan kewirausahaan berbasis kearifan lokal
dalam proses pembelajaran. Pada kelompok kontrol diberikan perlakukan
yang berbeda yaitu tanpa menggunakan modul prakarya dan kewirausahaan
berbasis kearifan lokal. Proses pembelajaran pada kedua kelompok dilakukan
sebanyak 3 kali pertemuan. Pada pertemuan pertama kedua kelas diberikan
pretest dan pertemuan terakhir setelah proses pembelajaran diberikan postest.
Soal pada pretest dan postest berupa angket yang berisi pertanyaan-pertanyaan
yang berkaitan dengan niat berwirausaha siswa. Peningkatan niat
berwirausaha siswa dapat dilihat dari selisih antara hasil pretest dan postest.
Hasil nilai pretest dan postest pada kedua kelompok digunakan untuk
mengukur apakah modul yang diterapkan pada kelas eksperimen lebih efektif
untuk meningkatkan niat berwirausaha siswa atau tidak.
library.uns.ac.id 159
digilib.uns.ac.id

Uji keefektifan dapat dilakukan apabila kelompok eksperimen dan


kelompok kontrol dalam keadaan seimbang. Oleh karena itu, sebelum
pembelajaran prakarya dan kewirausahaan dimulai kedua kelompok perlu
diberikan soal pretest yang sama agar dapat diketahui bahwa niat
berwirausaha siswa dalam keadaan yang seimbang. Hasil nilai pretest pada
kedua kelompok dianalisis menggunakan uji t dengan bantuan program IBM
SPSS 22.0 for windows yang menghasilkan nilai signifikansi sebesar 0,316
(sig. > 0,05) maka H0 diterima. Hal tersebut menunjukkan bahwa tidak ada
perbedaan niat berwirausaha siswa antara kelas kelompok kontrol dan
kelompok eksperimen atau dapat dikatakan bahwa kedua kelompok dalam
keadaan seimbang. Setelah diketahui bahwa kedua kelompok dalam keadaan
seimbang, maka selanjutnya dapat dilakukan pembelajaran prakarya dan
kewirausahaan dengan materi sistem pengolahan makanan khas daerah.
Pembelajaran prakarya dan kewirausahaan, pada kelompok
eksperimen menggunakan modul prakarya dan kewirausahaan berbasis
kearifan lokal sedangkan pada kelompok kontrol bahan ajar yang digunakan
adalah buku teks dari Kemdikbud yang biasa dipakai oleh siswa.
Pembelajaran di kelompok eksperimen lebih menyenangkan karena siswa
diajak untuk mengamati peluang usaha yang ada dilingkungan sekitar. Siswa
sangat antusias ketika membahas mengenai peluang usaha makanan khas
daerah, selain itu siswa merasa termotivasi dengan adanya inspirasi
kewirausahaan yang terdapat pada modul. Inspirasi kewirausahaan berisi
mengenai kisah sukses seseorang yang menjalankan bisnis dibidang
pengolahan makanan khas daerah Pemalang.
Pada kelompok kontrol, siswa cenderung pasif karena pembelajaran
lebih banyak untuk membaca materi. Siswa terlihat bosan dan kurang
berminat ketika membaca materi pada buku. Sebaliknya, siswa pada
kelompok eksperimen lebih antusias dalam mempelajari materi, sebab materi
diintegrasikan dengan kearifan lokal Pemalang dan terdapat gambar-gambar
yang membantu siswa untuk memahami materi.
library.uns.ac.id 160
digilib.uns.ac.id

Belajar menggunakan modul prakarya dan kewirausahaan berbasis


kearifan lokal, siswa dapat termotivasi untuk berwirausaha karena terdapat
banyak kata mutiara yang dapat mempengaruhi siswa untuk berwirausaha.
Selain itu dalam modul yang telah dikembangkan, materi mengenai macam-
macam makanan khas daerah dijelaskan secara mendetail dan disertai dengan
proses pengolahan makanan tersebut. Hal ini dapat meningkatkan
pengetahuan dan pengalaman siswa, serta dapat melestarikan kebudayaan
secara turun menurun.
Pada akhir pembelajaran, siswa akan diberikan postest berupa angket
niat berwirausaha siswa pada kelompok kontrol dan eksperimen. Kegiatan
tersebut bertujuan untuk mengetahui tingkat niat berwirausaha siswa setelah
diberikan perlakuan. Hasil rata-rata pretest kelompok eksperimen sebesar
sebesar 187,2278 dan nilai rerata postest meningkatkan menjadi 219,3611.
Adapun nilai rerata pretest kelompok kontrol sebesar 188, 7222 dan nilai
rerata postest naik menjadi 208,3889. Hasil rerata nilai pretest dan postest
pada kelompok eksprimen dan kontrol menunjukkan bahwa niat berwirausaha
siswa pada kelompok eksperimen yang menggunakan modul prakarya dan
kewirausahaan berbasis kearifan lokal lebih tinggi dibandingkan pada
kelompok kontrol yang menggunakan bahan ajar biasanya.
Keefektifan modul prakarya dan kewirausahaan berbasis kearifan lokal
juga dapat dilihat pada hasil perhitungan statistika menggunakan uji-t
independent. Uji t independent dianalisis menggunakan bantuan program IBM
SPSS 22.0 for windows. Data yang digunakan pada pengujian ini adalah data
hasil postest pada kelompok eksperimen dan kontrol. Data hasil postest
sebelumnya perlu dilakukan uji prasyarat yaitu menguji normalitas dan
homogenitas data. Hasil uji prasyarat menunjukkan bahwa data hasil postest
dalam keadaan normal dan homogen sehingga selanjutnya dapat dilakukan uji
t independent. Hasil pengujian data postest kelompok ekpserimen dan kontrol
diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,000 (sig. <0,05) maka H0 ditolak. Hal
tersebut menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan rata-rata hasil
library.uns.ac.id 161
digilib.uns.ac.id

niat berwirausaha siswa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol setelah


menggunakan modul prakarya dan kewirausahaan berbasis kearifan lokal.
Berdasarkan rerata nilai postest pada kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol dapat terlihat perbedaannya. Kelompok eksperimen yang
menggunakan modul prakarya dan kewirausahaan berbasis kearifan lokal
memiliki nilai rerata postest yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok
kontrol yang menggunakan buku teks yang biasa digunakan dalam proses
pembelajaran prakarya dan kewirausahaan. Hal tersebut menunjukkan bahwa
niat berwirausaha siswa kelompok eksperimen lebih tinggi dari pada
kelompok kontrol. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa modul prakarya
dan kewirausahaan berbasis kearifan lokal efektif untuk meningkatkan niat
berwirausaha siswa.
Peningkatakan niat berwirausaha pada kelompok eksperimen dan
kontrol dapat dilihat melalui peningkatan pada indikator niat berwirausaha
siswa yang meliputi sikap, kontrol perilaku yang dirasakan, norma subjektif
dan pendidikan kewirausahaan. Siswa dapat dikatakan memiliki niat
berwirausaha apabila siswa tersebut menunjukkan sikap yang positif terhadap
perilaku berwirausaha. Indikator sikap menunjukkan bahwa hasil sikap
terhadap niat berwirausaha siswa setelah belajar menggunakan modul
prakarya dan kewirausahaan berbasis kearifan lokal mengalami peningkatan.
Hal ini dikarenakan setelah belajar menggunakan modul yang telah
dikembangkan siswa dapat memperoleh pengetahuan yang dibutuhkan untuk
memulai usaha. Pengetahuan yang diperoleh siswa dapat mempengaruhi
keyakinan siswa terhadap perilaku berwirausaha. Semakin meningkat
pengetahuan dan semakin positif keyakinan siswa untuk berwirausaha maka
semakin positif juga sikap yang ditunjukkan untuk memulai wirausaha. Hal
yang sama diungkapkan Sarwoko (2011: 128) bahwa keyakinan individu
terhadap perilaku tertentu akan diekspresikan dalam bentuk sikap maupun
tindakan.
Hasil indikator kontrol perilaku yang dirasakan setelah belajar
menggunakan modul prakarya dan kewirausahaan berbasis kearifan lokal juga
library.uns.ac.id 162
digilib.uns.ac.id

mengalami peningkatan. Hal ini karena pada modul yang telah dikembangkan
mampu memberikan pengetahuan yang berkaitan dengan proses
merencanakan usaha, hingga proses memasarkan produk. Pengetahuan dan
pengalaman belajar yang ada pada modul menjadi bekal bagi siswa untuk
dapat memulai usaha. Selain itu, inspirasi kewirausahaan yang ada pada
modul dapat menambah keyakinan siswa terhadap kemampuannya untuk
memulai bisnisnya sendiri.
Indikator norma subjektif mengalami peningkatan setelah
menggunakan modul prakarya dan kewirausahaan berbasis kearifan lokal. Hal
ini dapat diartikan bahwa orang tua, teman-teman dan orang-orang penting
menjadi salah satu faktor yang dapat mempengaruhi niat berwirausaha siswa.
Motivasi untuk berwirausaha yang disampaikan guru pada saat pembelajaran
prakarya dan kewirausahaan dapat mempengaruhi keinginan siswa untuk
menjadi seorang wirausaha. Selain itu, kegiatan pembelajaran pada modul
yang diharuskan siswa untuk melakukan observasi pada salah satu wirausaha
setempat juga dapat mendorong siswa untuk berwirausaha.
Hasil analisis pada indikator pendidikan kewirausahaan menunjukkan
bahwa terdapat peningkatan niat berwirausaha siswa setelah menggunakan
modul parakarya dan kewirausahaan berbasis kearifan lokal. Hal ini karena
pada modul yang telah dikembangkan siswa dapat mempelajari bagaimana
menghasilkan ide-ide kreatif, motif seseorang untuk berwirausaha misalkan
karena kebutuhan dan peluang usaha, mencari dukungan finansial dan
mengelola sumber daya. Selain itu siswa juga dapat memperoleh
pemahamanan mengenai perencanaan usaha, analisis peluang usaha, riset
pasar dan lain sebagainya. Materi pada modul prakarya dan kewirausahaan
berbasis kearifan lokal berisi serangkaian kegiatan belajar yang dapat menarik
siswa untuk berwirausaha.
Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan di atas, modul
prakarya dan kewirausahaan berbasis kearifan lokal yang telah dikembangkan
efektif untuk meningkatkan niat berwirausaha siswa kelas XI di SMAN
Kabupaten Pemalang. Hasil penelitian Prasetya & Sukardi (2016), Padmapriya
library.uns.ac.id 163
digilib.uns.ac.id

(2015), dan Matanluk, Mohammad, Kiflee, & Imbug (2013) membuktikkan


bahwa pembelajaran dengan meningkatkan hasil belajar siswa. Penelitian
yang dilakukan Dimopoulus, Paraskevopoulos dan Pantis (2009) diperoleh
hasil bahwa pembelajaran dengan modul memiliki dampak yang signifikan
terhadap tingkat kognitif dan sikap siswa. Penelitian yang dilakukan
Azizahwati, Maaruf, Yassin dan Yuliani (2015), bahwa modul pembelajaran
berbasis kearifan lokal dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil
penelitian tersebut didukung oleh Kurniawati, Wahyuni, & Putra (2017)
bahwa kearifan lokal sebagai bahan pembelajaran efektif untuk membantu
siswa meningkatkan keterampilan afektif, kognitif dan psikomotorik siswa.
Berdasarkan sisi prakarya dan kewirausahaan, penelitian ini sependapat
dengan Wirandana & Hidayati (2017: 75) bahwa pendidikan kewirausahaan
dapat meningkatkan niat berwirausaha siswa. Berdasarkan beberapa hasil
penelitian tersebut menunjukkan bahwa setelah belajar menggunakan modul
prakarya dan kewirausahaan berbasis kearifan lokal dapat meningkatkan
pengetahuan, sikap, ketrampilan wirausaha serta hasil belajar. Hal ini sejalan
dengan pendapat Wang & Wong (2004: 163) bahwa pengetahuan dan sikap
tentang kewirausahaan mereka untuk memulai bisnis mereka sendiri di masa
depan. Hasil penelitian yang dilakukan Nugroho (2013) bahwa hasil belajar
berpengaruh positif dan signifikan terhadap niat berwirausaha siswa.
Modul prakarya dan kewirausahaan yang telah dikembangkan
memiliki beberapa kelebihan yaitu terdapat inspirasi kewirausahaan dari
seorang tokoh yang sukses membuka usaha oleh-oleh khas Pemalang yang
berawal dari kesulitan yang dirasakan dan peluang yang ada daerah setempat.
Hal tersebut didukung oleh Laviolette & Lefebvre (2010: 721) bahwa cerita
kewirausahaan dapat bertindak sebagai inspirasi dan mendorong emulsi,
meskipun konten spesifik cerita tidak selalu tentang prestasi untuk memicu
niat berwirausaha. Selain itu, modul yang dikembangkan dapat meningkatkan
proses pembelajaran menjadi lebih efektif, siswa dapat belajar sesuai dengan
pengalamannya sendiri, selain itu siswa juga dapat berpartisipasi aktif siswa
dalam proses pembelajaran.
library.uns.ac.id 164
digilib.uns.ac.id

Modul yang telah dikembangkan dapat meningkatkan pemahaman


siswa terhadap materi pelajaran. Hal ini karena materi dan kegiatan
pembelajaran pada modul disusun dan diurutkan secara benar dan logis. Hal
tersebut diperkuat oleh pendapat Larawan (2013: 11) bahwa materi dan
aktivitas modul harus diurutkan secara benar ke dalam susunan logis yang
mengikuti pola pembelajaran induktif. Hal yang sama juga diungkapkan
Daryanto (2013: 13) bahwa isi materi pembelajaran disusun dan diurutkan
secara sistematis sehingga dapat memudahkan peserta didik memahami isi
pelajaran. Materi pada modul disajikan secara lengkap, disertai dengan
gambar yang menarik dan contoh yang konkret di sekitar siswa. Pada modul
terdapat kata mutiara yang disajikan dengan tampilan yang menarik yang
dapat memotivasi siswa untuk berwirausaha.
Belajar menggunakan modul yang telah dikembangkan dapat
mengajak siswa untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Pada bagian
awal modul siswa diajak melakukan pengamatan dan diarahkan untuk
menemukan ide-ide kreatif untuk dikembangkan sebagai usaha, kemudian
melakukan diskusi kelompok, membuat tugas pengamatan dan
mempresentasikan tugas di kelas. Pada modul juga dilengkapi dengan proses
pembuatan produk yang dilengkapi dengan visualisasi gambar yang
mendetail, sehingga siswa dapat mempraktikkannya di sekolah maupun di
rumah. Bagian akhir dari modul siswa diberikan tugas untuk membuat suatu
produk makanan khas daerah dan kemudian memasarkannya. Serangkaian
kegiatan yang terdapat pada modul prakarya dan kewirausahaan berbasis
kearifan lokal mampu meningkatkan pengetahuan dan pengalaman
kewirausahaan siswa dan pada akhirnya meningkatkan niat siswa untuk
berwirausaha sesuai dengan peluang usaha dari potensi daerah serta sekaligus
dapat melestarikan kearifan lokal setempat.

Anda mungkin juga menyukai