Anda di halaman 1dari 13

TUGAS TUTORIAL 2

Lola Ramadhana
856244096
Evaluasi Pembelajaran di SD

1. Jelaskan tentang asesmen alternative beserta kelompok-kelompok


asesmen yang tergolong pada asesmen alternative!

Asesmen alternatif merupakan salah satu model asesmen yang diharapkan


dapat menjadi salah satu syarat tercapainya tujuan pembelajaran. Asesmen
alternatif dianggap sebagai upaya untuk mengintegrasikan kegiatan pengukuran
hasil belajar dengan keseluruhan proses belajar.
Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa asesmen alternatif adalah assessment
apapun, dan semua asesmen yang bukan asesmen bertipe standar. Asesmen
alternatif meliputi jenis asesmen apapun di mana siswa memberikan respon dari
daftar yang ada seperti pada pilihan ganda, benar atau salah, atau mencocokkan.
Untuk dapat melakukan penilaian pada asesmen alternatif maka diperlukan suatu
standar tertentu. Standar yang dimaksud ini diperlukan untuk mengidentifikasi
secara jelas apa yang seharusnya siswa ketahui dan apa yang seharusnya siswa
dapat lakukan standar tersebut dikenal dengan istilah performance kriteria atau
rubrik.
Sedangkan untuk kelompok-kelompok yang tergolong pada asesmen
alternatif adalah:
 performance assessment ( asesmen kinerja) merupakan asesmen yang
menghendaki siswa untuk mendemonstrasikan kemampuannya baik
pengetahuan atau keterampilan dalam bentuk kinerja nyata yang ditunjukkan
dalam bentuk penyelesaian suatu tugas. Sehingga dapat dikatakan bahwa
assessment kinerja ini bukan hanya menjawab atau memilih jawaban yang
sudah tersedia, akan tetapi lebih kepada menilai hasil belajar siswa dan proses
belajarnya.
 portfolio assessment (asesmen portofolio) merupakan kumpulan hasil karya
siswa yang disusun secara sistematis yang menunjukkan upaya, proses, hasil,
dan kemajuan belajar yang dilakukan siswa dari waktu ke waktu. Oleh karena
itu dapat dikatakan bahwa portofolio merupakan Kumpulan hasil karya siswa
yang dapat menunjukkan pencapaian dan perkembangan hasil belajar siswa.
 authentic assessment merupakan asesmen yang menuntut siswa mampu
menerapkan pengetahuan dan keterampilannya dalam kehidupan nyata di luar
sekolah.
 achievement asesmen merupakan pengertian umum terhadap semua usaha
untuk mengukur, mengetahui, dan mendeskripsikan hasil belajar siswa baik
yang digunakan dengan tes tertulis, asesmen kinerja, portofolio, dan semua
usaha untuk memperoleh hasil dan kemajuan belajar siswa.

2. Jelaskan masing-masing empat keunggulan dan kelemahan asesmen


alternatif sebagai carapenilaian hasil belajar siswa!

Dalam Suryanto (2021) dijabarkan keunggulan asesmen alternatif


diantaranya:
A. Dapat menilai hasil belajar yang kompleks dan keterampilan-keterampilan
yang tidak dapat dinilai dengan asesmen tradisional.
Hal ini dapat dicontohkan ketika ingin mengukur kinerja siswa dalam
membuat karangan maka banyak aspek yang dapat diukur dari tugas
membuat karangan tersebut misalnya kemampuan siswa dalam membuat
paragraf yang baik, pemilihan kosakata yang tepat, kemampuan siswa dalam
menuangkan ide ke dalam bentuk tulisan, kemampuan merangkai kata dan
kalimat, serta kemampuan berimajinasi.
B. Meningkatkan motivasi.
Hal ini dapat dilakukan oleh guru dengan cara membuat sebuah forum agar
anak mengetahui dengan pasti tugas apa yang harus mereka kerjakan,
bagaimana cara mengerjakan tugas tersebut, kapan tugas tersebut harus
dikumpulkan, dan bagaimana cara penilaian yang akan dilakukan terhadap
tugas tersebut. Hal ini dapat menyebabkan anak mengetahui apa yang harus
dikerjakannya dengan persyaratan yang harus mereka penuhi kalau anak
tersebut menginginkan nilai yang baik, sehingga hal tersebut menjadi
motivasi siswa untuk dapat belajar dengan baik serta mendapatkan keinginan
nilai yang diinginkan.
C. Memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan evaluasi diri.
Hal ini dikarenakan dengan menggunakan asesmen alternatif siswa akan
mampu melakukan evaluasi diri terhadap hasil karyanya. Dapat dicontohkan
misalnya seseorang siswa mendapatkan nilai yang di bawah rata-rata KKM
penilaian secara tidak langsung siswa tersebut akan melakukan evaluasi
terhadap apa yang salah terhadap proses pembelajarannya kenapa nilainya
berada tidak mencapai target yang diinginkan.
D. Membantu guru untuk menilai efektivitas pembelajaran yang telah dilakukan.
Dengan menggunakan asesmen alternatif seorang guru akan dapat melihat
keberhasilan pembelajaran dari unjuk kerja yang dilakukan siswa. Hal itu
dapat dilakukan oleh seorang guru dengan cara membandingkan perencanaan
pembelajaran yang telah dibuat sebelumnya dengan hasil belajar yang dicapai
oleh siswa sehingga guru dapat melihat keberhasilan suatu pembelajaran yang
telah dilakukan di dalam kelas terhadap siswanya.
Sedangkan untuk kelemahannya asesmen alternatif yaitu :
1. Membutuhkan banyak waktu.
Hal ini dikarenakan dalam melakukan tahapan awal sebuah asesmen
membutuhkan perancangan dan perencanaan yang matang. Seorang guru
harus melakukan diskusi terhadap siswanya sehingga membentuk
kesepakatan terhadap perencanaan pembelajaran yang akan dianggap sebagai
kontrak pembelajaran yang akan dilaksanakan bersama.
2. Adanya unsur subjektivitas dalam penskoran.
Cara pemberian skor pada asesmen alternatif hampir sama dengan cara
penskoran tes uraian sehingga untuk memberi skor pada hasil karya siswa
seorang guru tidak akan dapat memberikan skor secara objektif. Hal
dikarenakan adanya unsur subjektivitas yang ikut mewarnai pemberian hasil
skor pada nilai siswa. Oleh karena itu, seorang guru harus meminimalisir
unsur subjektivitas tersebut agar tidak menimbulkan suatu permasalahan di
kemudian hari baik oleh siswa maupun guru dalam proses penilaian dalam
pembelajaran.
3. Ketetapan penskoran rendah.
Hal ini dikarenakan seorang guru tidak dapat memberi skor yang sama untuk
hasil karya beberapa siswa karena setiap jawaban yang sesuai berikan
terhadap hasil karya mereka tentu mempunyai beberapa perbedaan karena
dihasilkan oleh pola pikiran yang berbeda-beda.
4. Tidak tepat untuk kelas besar.
Hal ini dikarenakan pada saat pelaksanaan pembelajaran dan asesmen
penilaian dilakukan seorang guru harus mengamati dan memberikan umpan
balik satu persatu terhadap siswa yang berada di kelasnya. Oleh karena itu
assessment tidak cocok jika siswa yang ada di kelas memiliki jumlah yang
banyak.

3. Buatlah contoh rubric yang dapat digunakan untuk menilai berbagai


jenis kinerja siswa!

Indikator Skor Keterangan


aspek 1 2 3 4
Tanggung Tidak Menerima Menerima Menerima Situasi:
jawab dan melaksanakan tanggung tanggung tanggung Ketika
produktivit tanggung jawab jawab dengan jawab dengan jawab dengan pembagian
as. dan tidak bekerja sesuai bekerja bekerja tugas untuk
bekerja sesuai dengan sesuai dengan sesuai dengan menganalisi
tugasnya ketika tugasnya tugasnya tugasnya s sebuah
proses ketika proses ketika proses ketika proses teks bacaan
menganalisis menganalisis analisis teks menganalisis dari cerita
teks bacaan dari teks bacaan bacaan dari teks bacaan dongeng.
cerita dongeng dari cerita cerita dari cerita
bahasa dongeng dongeng dongeng
Indonesia, serta bahasa bahasa bahasa
mampu bekerja Indonesia, Indonesia, Indonesia,
akan tetapi serta mampu serta mampu serta mampu
tidak bekerja dan menyelesaika bekerja dan
menyelesaikan menyelesaika n tugasnya menyelesaika
tugasnya tepat n tugasnya dengan tepat n tugasnya
waktu. tidak tepat waktu akan dengan tepat
waktu dengan tetapi dengan waktu tanpa
cara diminta cara diminta diminta
terlebih terlebih terlebih
dahulu. dahulu oleh dahulu oleh
guru. guru.
Responsif Tidak Mendengarka Mendengarka Mendengarka Situasi:
mendengarkan, n akan tetapi n dan n dan ketika
tidak kurang menanggapi menanggapi melakukan
menanggapi memperhatika teman yang temannya diskusi
temannya yang n, kurang bertanya akan yang secara
bertanya, serta menanggapi tetapi bertanya serta berkelompo
tidak merespon temannya memberikan berinisiatif k.
ketika yang bantuan jika memberikan
memberikan bertanya, diminta. bantuan.
bantuan serta
meskipun telah memberikan
diminta. bantuan
meskipun di
minta.
Kerjasama Tidak berperan Ikut berperan Ikut berperan Selalu Situasi:
aktif dalam aktif dalam aktif dalam berperan aktif ketikan
mempersiapkan mempersiapk mempersiapk dalam yang
dan an dan an dan mempersiapk melakukan
menganalisis menganalisis menganalisis an dan analisis
suatu cerita suatu cerita suatu cerita menganalisis secara
serta tidak serta serta dalam suatu cerita berkelompo
mengambil mengambil mengambil serta dalam k.
keputusan- keputusan keputusan mengambil
keputusan sendiri atau dengan keputusan
dengan secara berdiskusi dengan
berdiskusi pada sepihak pada pada saat berdiskusi
saat melakukan saat melakukan pada saat
analisis cerita. melakukan diskusi melakukan
diskusi tentang analisis cerita
tentang analisis tersebut.
analisis cerita. cerita.

4. Jelaskan langkah-langkah yang dapat ditempuh untuk


mengembangkan instrument afektif serta buatlah sebuah contoh alat
ukurnya!

Dalam Suryanto 2021 dipaparkan Lima Langkah langkah pengembangan


instrumen afektif:
 Merumuskan tujuan pengukuran afektif.
Langkah pengembangan alat ukur sikap bertujuan untuk
mengetahui sikap siswa terhadap sesuatu objek, dapat dimisalkan sikap
siswa terhadap kegiatan ekstrakurikuler di sekolah. Sikap siswa terhadap
sesuatu dapat positif atau negatif. Hasil pengukuran sikap siswa sangat
bermanfaat untuk menentukan strategi pembelajaran yang tepat untuk
siswa.
Dapat dikatakan bahwa tujuan dari alat ukur tersebut adalah untuk
memperoleh informasi tentang minat siswa terhadap sesuatu. Hasil
pengukuran minat akan bermanfaat bagi sekolah untuk dapat
mengidentifikasi dan menyediakan sarana dan prasarana yang sesuai
dengan minat siswa tersebut. Sedangkan manfaat yang diperoleh siswa
adalah dapat mempelajari sesuatu objek sesuai dengan minatnya.
 Mencari definisi konseptual dari afektif yang akan diukur.
Hal ini dapat dilakukan oleh seorang guru dengan cara mencari
pada buku-buku teks yang relevan tentang definisi konseptual dari afektif
yang akan diukur sehingga dapat memberikan pengembangan instrumen
secara baik dan tepat dalam proses pembelajaran.
 Menentukan definisi operasional dari setiap afektif yang akan diukur.
Hal ini dilakukan setelah definisi konseptual diperoleh dari bahan
yang relevan sehingga seorang guru dapat juga menentukan definisi
operasional yang tepat dan sesuai dengan pengembangan instrumen
afektif yang tepat dan sesuai dengan tujuan pembelajaran.
 Menjabarkan definisi operasional menjadi sejumlah indikator.
Indikator merupakan petunjuk terukurnya definisi Operasional.
Oleh karena itu, indikator harus bersifat operasional sehingga dapat
diukur. Hal ini dikarenakan ketepatan pengukuran ranah afektif sangat
ditentukan oleh kemampuan penyusunan instrumen yang dilakukan oleh
seorang guru dalam membuat sebuah indikator pembelajaran.
 Menggunakan indikator sebagai acuan menulis pernyataan-pernyataan
dalam instrumen.
Hal ini dikarenakan dalam sebuah instrumen atau alat ukur dapat
dilakukan dengan cara menggunakan skala pengukuran.
 Meneliti kembali setiap butir pernyataan.
Hal ini dilakukan untuk menilai kembali ke catatan instrumen
afektif dengan menggunakan pengalaman keahlian masing-masing
sehingga berdasarkan masukan dari ahli yang terkait maka dapat
disimpulkan akan instrumen tersebut dan apabila jika langkah ini telah
selesai maka seorang guru siap melakukan uji coba lapangan.
 Melakukan uji coba.
Uji coba dilakukan untuk mengetahui apakah perangkat alat ukur
tersebut sudah dapat memberikan hasil pengukuran seperti apa yang
diinginkan oleh seorang guru .
 Menyempurnakan instrumen.
Berdasarkan data hasil uji coba seorang guru dapat memperbaiki
butir-butir pernyataan yang dianggap lemah dan tidak tepat sasaran.
Dengan demikian pada akhir kegiatan seorang guru sudah dapat
memperoleh perangkat instrumen yang memenuhi syarat sebagai alat
ukur dengan kriteria yang baik.
 Mengadministrasikan instrumen.
Pangkat terakhir yang dimaksud adalah melaksanakan
pengambilan data di lapangan dengan memperhatikan kesiapan perangkat
instrumen tenaga lapangan dan kesiapan responden.

Contoh alat ukur untuk menilai sikap siswa terhadap mata pelajaran bahasa
Indonesia.
■ Saya senang belajar mata pelajaran bahasa Indonesia.
Sangat senang (5) (4) (3) (2) (1) sangat tidak senang
■ Saya sangat senang mengerjakan tugas mata pelajaran bahasa Indonesia
Sangat senang (5) (4) (3) (2) (1) sangat tidak senang
■ saya sering berdiskusi tentang mata pelajaran bahasa Indonesia dengan teman
saya.
Sangat sering (5) (4) (3) (2) (1) sangat jarang
■ saya sering aktif dengan bertanya dan menjawab pertanyaan guru tentang mata
pelajaran bahasa Indonesia
Sangat sering (5) (4) (3) (2) (1) sangat jarang
■ saya ya memiliki banyak buku-buku tentang mata pelajaran bahasa Indonesia.
Sangat banyak (5) (4) (3) (2) (1) sangat sedikit
5. Jelaskan bagaimana sebaiknya memeriksa tes uraian agar
permasalahan-permasalahan dalam pemeriksaan tes uraian dapat
diminimalkan! (Berikan 3 solusi cara mengatasinya!

Menggunakan tes uraian tentu memberikan jawaban yang berbeda-beda


oleh setiap siswa. Dengan jawaban yang beragam tersebut juga dapat
mempengaruhi subjektivitas pemeriksa dalam penskoran. Oleh karena itu
Alangkah baiknya untuk meminimalisirkan kelemahan tersebut sebaiknya
seorang guru disarankan menggunakan tes uraian terbatas Hal ini dikarenakan
dengan penggunaan tes uraian terbatas jawaban yang diberikan Siswa juga
akan terbatas sesuai dengan batasan-batasan yang diminta dalam butir soal
yang diberikan oleh karena itu siswa akan mampu dengan cepat
menyelesaikan jawaban dan kemudian segera pindah untuk lanjut
mengerjakan butir soal lainnya Hal ini tentu seorang guru dapat menanyakan
materi dengan butir soal yang banyak sehingga representasi materi yang
ditanyakan kan dalam satu waktu ujian dapat ditingkatkan dengan cara inilah
suatu validitas isi teks dapat ditingkatkan oleh seorang guru.

Akan tetapi untuk mengatasi permasalahan pemeran permasalahan pada ada


pemeriksaan hasil tes uraian maka ada tiga solusi yang dapat diberikan.
1. Sebaiknya dalam setiap lembar jawaban siswa diminimalisir
pemeriksaannya hanya 2 orang pemeriksa yang terdiri dari pemeriksa 1
dan pemeriksa 2.
2. Sebelum melakukan proses pemeriksaan terhadap lembar jawaban siswa
sebaiknya kedua pemeriksa harus duduk bersama untuk menyepakati
persepsi dalam mencari kesamaan jawaban. Serta mendiskusikan
bagaimana cara memeriksa lembar jawaban siswa tersebut agar tidak
terjadi miskomunikasi antara pemeriksa satu dengan pemeriksa 2.
Langkah pertama yang harus dilakukan adalah melihat kesesuaian antara
pertanyaan dengan jawaban yang ada pada pedoman penskoran, jika
terdapat sesuatu yang tidak sesuai maka sebaiknya kedua pemeriksaan
tersebut dapat memperbaikinya.
3. Solusi ketiga dalam permasalahan tersebut adalah kedua pemeriksa
sepakat dalam pemberian skor perlu diujicobakan pada beberapa lembar
jawaban siswa. Oleh karena itu, selama uji coba tersebut kedua
pemeriksa harus bekerja secara sendiri-sendiri dan tidak boleh melakukan
diskusi terhadap penskoran. Selanjutnya, setelah selesai memeriksa
lembar jawaban tersebut dalam uji coba maka skor yang diberikan oleh
kedua pemeriksa perlu dicocokkan satu sama lain. Hal ini dilakukan
untuk dapat melihat apakah kedua pemeriksa sudah mempunyai persepsi
yang sama. Selain itu, dalam memberikan skor kesamaan persepsi
diantara kedua pemeriksa dapat dilihat dari pemberian skor yang relatif
sama. Apabila pada pelaksanaannya, ternyata kedua pemeriksa belum
mempunyai persepsi yang sama maka kedua pemeriksa tersebut harus
kembali berdiskusi tentang permasalahan itu dan mencari jalan keluarnya.

6. Untuk mengukur suatu keterampilan / kecenderungan sikap, dapat


digunakan skala rating / skala sikap dari Likert. Bagaimana cara
mengolah data yang telah diperoleh melalui skala sikap tersebut?
No Pertanyaan SS S RG TS STS
1 Apakah kamu setuju dengan v
peraturan pembelajaran di
kelas yang mewajibkan untuk
merapikan kursi dan meja
setelah jam belajar usai.?

Berdasarkan data di atas, terdapat 120 responden. Jawaban dari 120 responden
tersebut akan dianalisis dengan perhitungan sebagai berikut:
▪ 80 responden menjawab SS (Sangat Setuju)
▪ 15 responden menjawab S (Setuju)
▪ 10 responden menjawab RG (Ragu-ragu)
▪ 10 responden menjawab TS (Tidak Setuju)
▪ 5 responden menjawab STS (Sangat Tidak Setuju)
Berdasarkan data tersebut, terdapat 80 responden menjawab sangat setuju
dan 15 responden menjawab setuju. Dengan hasil tersebut, dapat diambil
kesimpulan bahwa mayoritas siswa di SDN 27 Singgalang, setuju dengan
peraturan tersebut.
Cara kedua untuk menerjemahkan hasil skala sikap tersebut adalah dengan
analisis interval. Agar dapat dihitung dalam bentuk kuantitatif, jawaban-jawaban
responden tersebut diberi nilai atau skor.
SS = 5 Jawaban Sangat Setuju 80×5 = 400
S=4 Jawaban Setuju 15×4 = 60
RG = 3 Jawaban Ragu-ragu 10×3 = 30
TS = 2 Jawaban Tidak Setuju 10×2 = 20
STS = 1 Jawaban Sangat Tidak Setuju 5×1 = 5
Total skor : 515

Skor maksimum = 120×5=600 (Jumlah responden × skor tertinggi)


Skor minimum =120×1= 120 (Jumlan responden × skor terendah)
Indeks (%) = (Total skor/ skor maksimum × 120
= (515/ 600) × 120
= 103 %

Interval penilaian
Indeks 0% - 24,99% = Sangat Tidak Setuju
Indeks 25% - 49,99% = Tidak Setuju
Indeks 50% - 74,99% = Ragu-ragu
Indeks 75% - 94,99% = Setuju
Indeks 95% - 120% = Sangat Setuju

Karena nilai indeks yang diperoleh dari perhitungan adalah 103%, maka
dapat disimpulkan bahwa semua siswa sangat setuju dengan peraturan merapikan
kursi dan meja setelah jam belajar berlangsung.
7. Terdapat dua pendekatan yang sering digunakan untuk
menginterpretasikan data hasil pengukuran yaitu PAN dan PAK.
Jelaskan tiga perbedaan antara keduanya!

1. Penilaian Acuan Norma (PAN) merupakan salah satu pendekatan penilaian di


mana hasil belajar sekarang siswa dibandingkan dengan rasa belajar dan
diperoleh kelompoknya. PAN tidak mencerminkan pencapaian setiap siswa
terhadap tujuan pembelajaran tetapi lebih mencerminkan pencapaian
kelompok siswa terhadap tujuan pembelajaran jika jumlah siswa banyak
maka pengolahan data dengan pendekatan pendaki lebih mudah dilakukan
dengan bantuan statiska sederhana.
Sedangkan Penilaian Acuan Kriteria (PAK) mendasarkan pada pencapaian
setiap individu siswa terhadap standar keberhasilan yang telah ditetapkan
terlebih dahulu siswa yang mampu melempar kriteria keberhasilan yang telah
ditetapkan maka ia akan dinyatakan berhasil dan apabila belum mencapai
kriteria iya dinyatakan belum darat berhasil dalam pembelajaran berbasis
kompetensi maka penyelesaiannya tidak dapat menggunakan PAN tapi harus
menggunakan PAK.
2. PAN biasanya mengukur sejumlah besar prilaku khusus dengan sedikit butir
tes untuk setiap prilaku. Berbeda halnya dengan PAK yang biasanya
mengukur prilaku khusus dalam jumlah yang terbatas dengan banyak butir
soal tes untuk setiap prilaku.
3. PAN lebih mementingkan butir-butir tes yang mempunyai tingkat kesulitan
yang sedang dan biasanya membuat tes yang terlalu mudah menjadi sulit.
Sedangkan PAK mementingkan butir-butir soal tes yang relevan dengan
prilaku yang akan diukur tanpa peduli dengan tingkat kesulitannya.
Daftar Pustaka.

Suryanto, Adi. Dkk. 2021. Evaluasi Pembelajaran di SD. Tangerang -


Selatan. Universitas Terbuka.

Sriyanto, Agus. 2019. Teknik Pengolahan Hasil Asesmen Penentuan Standar


Asesmen, Teknik Pengolahan dengan Pendekatan Acuan Norma (PAN). Jurnal
Al-Luhab. Volume 5, No.2 November 2019.

Anda mungkin juga menyukai