Anda di halaman 1dari 7

TUGAS TUTORIAL KE-1

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

NAMA : SYAHRIL SABIRIN


NIM : 044056203
PRODI : MANAJEMEN ( S1 )
UPBJJ : BENGKULU
MATA KULIAH : HUKUM BISNIS (EKMA 4316 )

No Tugas Tutorial Skor Maksimal


Bayi yang masih dalam kandungan ibunya dapat
dianggap telah dilahirkan bilamana kepentingan si anak
menghendakinya, misalnya untuk menjadi ahli waris.
Sebaliknya, ia dianggap tidak pernah ada jika meninggal
ketika dilahirkan (lahir mati).
1 Jika ditinjau berdasarkan persfektif subjek hukum : 50
a. Jelaskan pendapat Anda jika si Anak dilahirkan
hidup dan kedudukannya dalam Hukum
b. Jelaskan pendapat Anda jika Anak telah berumur
dewasa dan dipandang cakap bertindak dalam
hukum

Risma ingin bekerja dalam suatu perusahaan X dengan


kontrak sebagai berikut;
Risma ingin bekerja pada Perusahaan X dengan
ketentuan kontrak kerja sebagai berikut ;
1. Pekerja wajib mematuhi peraturan perusahaan X
yang berlaku
2. Jam Kerja aktif dimulai pukul 08.00-12.00 WIB,
Istirahat pukul 12.00-13.00 WIB dan melanjutkan
kerja kembali pada pukul 13.00-17.00 WIB
3. Pekerja akan memperoleh kontrak kerja setelah
memiliki masa kerja 2 tahun
4. Memperoleh perlakuan atas hak dan
kewajibannya 50
2 5. Jika melanggar ketentuan Perusahaan, maka
Perusahaan berhak memberikan sangsi yang
berlaku sampai dengan Pemutusan Hubungan
Kerja
Demikianlah isi kontrak Risma dengan perusahaan X

a. Jika mencermati kasus diatas, maka Risma dapat


melakukan kontrak dengan siapapun dan untuk
dalam hal apapun. Coba Anda analisis Asas
Hukum apa yang telah dilakukan Risma?
b. Jika Risma ingin bekerja pada perusahaan X. Apa
yang harus dilakukan oleh Risma?

* coret yang tidak sesuai


1. Bayi yang masih dalam kandungan ibunya dapat dianggap telah dilahirkan
bilamana kepentingan si anak menghendakinya, misalnya untuk menjadi ahli
waris. Sebaliknya, ia dianggap tidak pernah ada jika meninggal ketika dilahirkan
(lahir mati). Jika ditinjau berdasarkan persfektif subjek hukum :
1. Jelaskan pendapat Anda jika si Anak dilahirkan hidup dan kedudukannya
dalam Hukum
2. Jelaskan pendapat Anda jika Anak telah berumur dewasa dan dipandang
cakap bertindak dalam hukum

JAWABAN :

1. Jelaskan pendapat Anda jika si Anak dilahirkan hidup dan kedudukannya


dalam Hukum
HUKUM untuk setiap manusia tidak lepas dari kehidupan untuk membicarakan
hukum kita tidak dapat lepas untuk membicarakannya dari kehidupan manusia dan
setiap manusia mempunyai kepentingan yaitu sebuah tuntutan perorangan atau
kelompok yang diharapkan untuk dipenuhi, sejak lahir manusia butuh Namanya
kebutuhan seperti makan, pakaian, tempat berteduh dan lain sebagainya.

Dalam kasus diatas tentang anak yang dilahirkan dalam Hukum kewarisan
merupakan aturan yang mengatur peralihan harta dari seseorang yang telah
meninggal dunia kepada yang masih hidup. Dimana masalah harta warisan ini
menjadi sumber sengketa dalam keluarga, terutama apabila menentukan siapa yang
berhak dan siapa yang tidak berhak. Dan setelah itu apabila berhak, seberapa banyak
hak itu

Kewarisan anak dalam kandungan menurut KUHPerdata,

pengertian anak dalam kandungan sebagaimana disebutkan dalam pasal 2


adalah: “Anak yang ada dalam kandungan seorang perempuan dianggap sebagai
telah dilahirkan bilamana juga kepentingan si anak menghendakinya. Mati sewaktu
dilahirkan, dianggaplah dia tidak pernah ada”

Pengertian tersebut akan memberikan gambaran bahwa seorang anak dalam


kandungan telah dapat menerima warisan karena telah dianggap hidup. Hal ini juga
ditegaskan dalam pasal 836 yang menyebutkan:

“Dengan mengingat akan ketentuan dalam pasal 2 kitab ini, supaya dapat
bertindak sebagai pewaris, seorang harus telah ada pada saat jatuh meluang. Selain
ketentuan mengenai hakekat kehidupan anak dalam kandungan, dalam KUHPerdata
juga diatur mengenai legalitas anak dalam kandungan yang dapat menerima warisan
pada dasarnya, kewarisan bagi anak didasarkan pada keabsahan anak dalam suatu
keluarga. sebab KUHPerdata tidak memperbolehkan kewarisan bagi anak dalam
kandungan akibat dari perzinaan.”

Selain itu juga seorang anak yang masih berada dalam kandungan ibunya
tidak dapat dipastikan atau masih kabur apakah ia (anak yang dalam kandungan
tersebut) saat dilahirkan nantinya dalam keadaan hidup atau tidak, dan belum dapat
ditentukan si bayi yang dalam kandungan tersebut berjenis kelamin laki-laki atau
berjenis kelamin perempuan, selain itu juga apakah anak dalam kandungan itu
kembar atau tidak, sedangkan ketiga hal tersebut (keadaan hidup atau mati dan jenis
kelamin laki-laki atau perempuan serta kembar atau tidaknya) sangat penting artinya
dalam mengadakan pembagian harta warisan si pewaris, termasuk dalam penentuan
porsinya/bagiannya

Hukum perdata dalam sistem hukum di Indonesia terkait dengan anak yang
masih dalam kandungan mempunyai hak sebagai berikut:

1. sebelum lahir maka anak yang masih dalam kandungan merupakan


tanggung jawab orang tuam meliputi aspek hukum yang terkandung
didalamnya,
2. sebelum menjadi subjek hukum dan sebelum ia dewasa dalam melakukan
aktifitasnya masih dalam pengampuan walinya,
3. setelah ia dewasa dan melakukan aktifitas merupakan tanggung jawab
dirinya sendiri, pada saat ini setiap manusia adalah subjek hukum yang
bebas merdeka melakukan aktifitasnya, sehingga berada pada posisi yang
sama dengan siapapun tanpa adanya diskriminasi dalam melakukan
aktifitas

Memang dalam hukum tidak dijelaskan secara detail mengenai hak janin, lebih
menjelaskan tentang anak, akan tetapi janin merupakan cikal bakal anak yang
nantinya menjadi subyek hukum atau pelaku hukum. Menurut batasan usia, untuk
hukum tertulis yang terdapat didalam hukum perdata berbeda-beda tergantung dari
perundang-undangannya.

Menurut Kitab Undang-undang Hukum Perdata kekuasaan orang tua adalah


kekuasaan bersama dari orang tua atas anak-anaknya yang belum dewasa atau
belum kawin, yang dilahirkan dalam perkawinan yang sah dan untuk mewakilinya
didalam maupun diluar pengadilan

Janin dalam kaitannya dengan waris-mewarisi statusnya adalah menggantikan


kedudukan si yang meninggal dunia dalam memiliki harta bendanya, artinya dalam
hal ini janin sebagai ahli warisnya manakala kerabatnya ada yang meninggal dunia,
dan apabila yang meninggal dunia tidak memiliki ahli waris lain kecuali janin yang
dalam kandungan tersebut. Maka janin tersebut sebagai ahli waris utama. Sekiranya
janin tersebut belum berwujud dan tidak ada pergantian yang dimaksud sebelumnya.

Karena syarat menjadi ahli waris adalah minimal seorang pengganti yang
harus berwujud, sekalipun masih dalam kandungan ibunya. Sebab sperma yang
berada didalam rahim itu, selagi tidak hancur mempunyai zat hidup, karenanya ia
dihukumi dengan hidup.

Hal senada dalam hukum perdata yang menempatkan kedudukan janin


menggantikan ahli waris untuk mendapatkan warisan, yang didasarkan pada
beberapa alasan yang ditentukan dalam pasal KUHperdata. Anak dalam kandungan
atau janin menurut KUHPerdata memiliki hak atas kepentingan yang berlaku
kepadanya.Oleh sebab itu, anak yang masih dalam kandungan dapat dianggap telah
lahir. Pernyataan tersebut tertulis dalam KUHPerdata pasal 2 yang menyatakan.

KUHPerdata pasal 2, pasal 836 sebagai keadaan telah dianggap ada dan
memiliki hak untuk mewarisi pada saat warisan tersebut dibuka (dibagi). Selain itu
juga agar lebih jelas dan memperkuat kedudukan anak dalam kandungan sebagai ahli
waris harus dilihat dari status perkawinan orang tua anak dalam kandungan tersebut.

Berdasarkan dari status perkawinan orang tua anak dalam kandungan dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu:

a. Anak dalam kandungan dari perkawinan yang sah, maka anak dalam
kandungan yang memperoleh warisan adalah anak dalam kandungan yang
lahir dari perkawinan yang sah menurut Undang-undang No. 1 Tahun
1974
pasal 2 yang menyatakan:Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan
menurut hukum masingmasing agama dan kepercayaannya.
b. Tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan perundangan yang
berlaku. Apabila perkawinan dilakukan secara sah menurut hukum, maka
status anak dalam kandungan tersebut berhak mendapatkan warisan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 836 KUHPerdata.
Menurut pasal 2 KUHperdata yang menjelaskan jika seorang anak yang masih
didalam kandungan itu dianggap telah lahir dan ia berhak untuk menerima hhak-
haknya, namun jika ia mati sewaktu dilahirkan maka janin itu dianggap tidak pernah
ada.
2. Jelaskan pendapat Anda jika Anak telah berumur dewasa dan dipandang cakap
bertindak dalam hukum
Jawaban :

Bahwa orang yang dapat melakukan perbuatan hukum adalah orang yang
sudah dewasa dan sehat akal pikirannya serta tidak dilarang oleh undangundang untk
melakukan perbuatan hukum tersebut. Adapun orang yang belum dewasa dan orang
yang dibawah pengampuan (curatele) untuk melakukan perbuatan hukum harus
diwakili oleh orang tuanya, walinya atau pengampunya (curator). Untuk penyelesaian
utang piutang dalam hal seseorang dinyatakan pailit berdasarkan putusan pengadilan
dilakukan oleh Balai Harta Peninggalan (weeskamer).

dalam Pasal 330 Kitab Undang Undang Hukum Perdata ( selanjutnya


disingkkat KUH Perdata) dan Pasal 47 ayat (1) UU Nomor 1 Tahun 1974 tentang
Perkawinan. Ketentuan dalam Pasal 330 Kitab UUH Perdata menyatakan: “Seseorang
dianggap sudah dewasa jika sudah berusia 21 tahun atau sudah (pernah) menikah.”
Pasal tersebut mengharuskan bahwa seseorang dinyatakan cakap dalam melakukan
perbuatan hukum harus terlebih dahulu berusia 21 tahun atau sudah menikah
sebelum berusia 21 tahun.

Anak dianggap dewasa dianggap mampu berbuat karena memiliki daya yuridis
atas kehendaknya sehingga dapat pula menentukan keadaan hukum bagi dirinya
sendiri. Undang-undang menyatakan bahwa anak yang telah dewasa dapat
melakukan pernyataan kehendaknya dalam suatu perbuatan hukum, misalnya
membuat perjanjian, membuat surat wasiat. Ketika hakim berpendapat seorang anak
dinyatakan dewasa maka harus secara tegas wewenang apa saja diberikan. Sehingga
anak yang dewasa dapat melakukan perbuatan hukum dan memilki kepastian dan
perlindugan hukum.

Perspektif peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia batas


kedewasaa anak tergantung perbuatan mana yang dilakukan oleh anak, hal ini
disebabkan tidak adanya keseragaman batas minimal usian anak dewasa. Prinsipnya
untuk melakukan perbuatan tersebut barakibat hukumatau tidak maka sudut
pandang yang dijadikan acuan adalah berbagai peraturan perundang-undanagan
yang berlaku terkait dengan kedewasan seorang anak.
2.. Risma ingin bekerja dalam suatu perusahaan X dengan kontrak sebagai berikut;

Risma ingin bekerja pada Perusahaan X dengan ketentuan kontrak kerja sebagai berikut ;

a. Pekerja wajib mematuhi peraturan perusahaan X yang berlaku


b. Jam Kerja aktif dimulai pukul 08.00-12.00 WIB, Istirahat pukul 12.00-13.00 WIB dan melanjutkan
kerja kembali pada pukul 13.00-17.00 WIB
c. Pekerja akan memperoleh kontrak kerja setelah memiliki masa kerja 2 tahun
d. Memperoleh perlakuan atas hak dan kewajibannya
e. Jika melanggar ketentuan Perusahaan, maka Perusahaan berhak memberikan sangsi yang
berlaku sampai dengan Pemutusan Hubungan Kerja Demikianlah isi kontrak Risma dengan
perusahaan X

a. Jika mencermati kasus diatas, maka Risma dapat melakukan kontrak dengan siapapun dan
untuk dalam hal apapun. Coba Anda analisis Asas Hukum apa yang telah dilakukan Risma?
b. Jika Risma ingin bekerja pada perusahaan X. Apa yang harus dilakukan oleh Risma?
JAWABAN :
1. Berdasarkan isi kontrak yang diberikan, Risma telah melakukan kontrak kerja
dengan perusahaan X yang mengikat dan mengikuti ketentuan-ketentuan yang
telah ditetapkan oleh perusahaan X. Kontrak kerja tersebut mencakup beberapa
asas hukum, antara lain:

a. Asas Kebebasan Berkontrak: Risma telah sepakat dan menyetujui isi kontrak
kerja yang diberikan oleh perusahaan X, termasuk peraturan-peraturan yang
berlaku di dalamnya.
b. Asas Kesepakatan Bersama: Risma dan perusahaan X telah melakukan
kesepakatan bersama mengenai isi kontrak kerja, termasuk mengenai jam kerja,
masa kerja, hak dan kewajiban, serta sanksi yang berlaku jika melanggar
ketentuan perusahaan.
c. Asas Kepastian Hukum: Kontrak kerja yang dibuat oleh Risma dan perusahaan X
memberikan kepastian hukum mengenai hak dan kewajiban Risma selama
bekerja di perusahaan X.
2. Jika Risma ingin bekerja pada perusahaan X, Risma harus mematuhi dan mengikuti
ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan dalam kontrak kerja, antara lain:

a. Mematuhi peraturan perusahaan X yang berlaku, termasuk aturan jam kerja yang
telah ditetapkan.
b. Menjalani jam kerja sesuai dengan yang telah ditentukan, yaitu aktif mulai pukul
08.00-12.00 WIB, istirahat pukul 12.00-13.00 WIB, dan melanjutkan kerja kembali
pada pukul 13.00-17.00 WIB.
c. Menjalani masa kerja selama 2 tahun sebelum memperoleh kontrak kerja.

Memahami dan melaksanakan hak dan kewajiban yang telah ditetapkan dalam
kontrak kerja.

d. Menghindari melanggar ketentuan perusahaan X, karena perusahaan berhak


memberikan sanksi atau bahkan melakukan pemutusan hubungan kerja jika
terbukti melanggar kontrak kerja atau peraturan perusahaan.
e. Risma juga sebaiknya memahami dan mengikuti peraturan perusahaan X yang
berlaku selama bekerja di perusahaan tersebut, serta mengkomunikasikan dan
berdiskusi dengan perusahaan jika ada pertanyaan atau kebingungan mengenai
kontrak kerja atau ketentuan perusahaan.

SUMBER :
MODUL EKMA4316 MODUL 1 KB. PENEGENALAN TENTANG HUKUM
http://repo.iain-tulungagung.ac.id/10506/5/BAB%20II.pdf
http://repositori.uin-alauddin.ac.id/5270/1/ikhwal%20nasrul.pdf
https://jdihn.go.id/files/4/2019uu016.pdf
https://fahum.umsu.ac.id/hukum-waris-islam/
https://www.hukumonline.com/klinik/a/perbedaan-batasan-usia-cakap-hukum-dalam-peraturan-
perundang-undangan-lt4eec5db1d36b7
https://www.pa-blitar.go.id/informasi-pengadilan/160-untuk-kepentingan-apa-batasan-usia-
dewasa-itu.html

Anda mungkin juga menyukai