Anda di halaman 1dari 4

JAWABAN SOAL NO.

1a
Kedudukan anak dalam kandungan sebagai ahli waris dalam hukum positif yang
berlaku di Indonesia tidak dijumpai aturan yang jelas. Dalam KHI pasal 174 ayat
(1) yang berbicara tentang siapa-siapa yang berhak sebagai ahli waris, anak
dalam kandungan tidak dijelaskan. Sedangkan dalam beberapa literatur
fiqh konvensional kedudukan anak dalam kandungan mendapatkan porsi
pembahasan dalam ilmu mawarist, Menjadi problem ketika terjadi kasus
hukum seorang ibu yang telah mengandung seorang anak, namun sebelum
dilahirkan seorang suami meninggal dunia dengan meninggalkan beberapa
hartanya, kemudian kerabat suami meminta penetapan ahli waris (PAW) di
Pengadilan Agama, maka hal ini memicu kekosongan hukum dari kacamata
hukum kontemporer, dan sangat memungkinkan terjadi pandangan lain
terhadap status hak waris anak dalam kandungan dengan belum adanya
jurisprudensi. Metode penelitian yang digunakan penulis adalah penelitian
yuridis normatif yaitu penelitian yang difokuskan untuk mengkaji
penerapan kaidah kaidah atau norma-norma dalam hukum positif, dengan
pendekatan Conseptual Approach Pendekatan ini beranjak dari pandangan-
pandang dan doktrin-doktrin yang berkembang didalam ilmu hukum.
Penyerahan harta warisankepada anak yang masih dalam kandungan ada 2
macam yaitu diserahkan ke ibu kandung anak yang masih ada di dalam
kandungan atau diserahkan ke wali apabila tidak ada yang bisa diberikan
amanat atau tanggung jawab mengenai warisannya. Pada KUH Perdata dan
Hukum Islam terdapat persamaan dan perbedaan, persamaannya adalah anak
yang ada di dalam kandungan tersebut harus sudah dipastikan ada pada saat
pewaris meninggal dunia sehingga dapat dikatakan telah dikategorikan ada dan
yang kedua adalah apabila anak tersebut terlahir dan meninggal dunia maka
dia dianggap tidak ada dan warisannya tidak diberikan. Akibat hukum bagi ahli
waris yang lain apabila ada ahli waris yang masih ada didalam kandungan ada
dua akibat yaitu: Pertama harta waris yang harus dibagikan sesuai jumlah ahli
waris yang adapun pembagiannya seperti yang diatur dalam hukum islam akan
tetapi tetap harus mengetahui jenis kelamin dari anak yang masih didalam
kandungan agar dapat menentukan pembagiannya itu. Kedua, adalah
berkurangnya bagian ahli waris yang lain karena adanya bagian untuk anak
yang masih ada didalam kandungan itu, sama halnya dengan akibat yang
pertama anak yang ada di dalam kandungan itu harus diketahui dahulu jenis
kelaminnya, bila belum diketahui maka dapat dicontohkan anak yang di dalam

Referensi:
BMP EKMA4316-Hukum Bisnis
kandungan adalah laki-laki sedangkan pembagiannya menunggu anak tersebut
lahir.

JAWABAN SOAL NO. 1b


Jika anak tersebut sudah beranjak dewasa, makai ia berhak menuntut atas
segala haknya dalam pembagian waris ke pengadilan agama.
Pasal 834 KUHPer:
Ahli waris berhak mengajukan gugatan untuk memperoleh warisannya
terhadap semua orang yang memegang besit atas seluruh atau sebagian
warisan itu dengan alas hak ataupun tanpa alas hak, demikian pula terhadap
mereka yang dengan licik telah menghentikan besitnya.
Dia boleh mengajukan gugatan itu untuk seluruh warisan bila ia adalah satu-
satunya ahli waris, atau hanya untuk sebagian bila ada ahli waris lain. Gugatan
itu bertujuan untuk menuntut supaya diserahkan apa saja yang dengan alas
hak apa pun ada dalam warisan itu, beserta segala penghasilan, pendapatan
dan ganti rugi, menurut peraturan-peraturan yang termaktub dalam Bab III
buku ini mengenai penuntutan kembali hak milik.
Pasal 835 KUHPer:
Tuntutan itu menjadi lewat waktu dengan lewatnya waktu tiga puluh tahun,
terhitung dari hari terbukanya warisan itu.

JAWABAN SOAL NO. 2a


Jika membicarakan tentang pengertian perjanjian kerja maka harus diketahui
ketentuan pengertian perjanjian. Dalam kamus besar bahasa Indonesia
pengertian perjanjian sebagai berikut "persetujuan (tertulis atau dengan lisan)
yang dibuat oleh dua pihak atau lebih yang mana berjanji akan mentaati apa
yang tersebut di persetujuan itu". Dalam perjanjian dikenal adanya asas-asas
hukum perjanjian yang haruz selalu diperhatikan oleh semua pihak yang
terlibat dalam suatu perjanjian. Pada umumnya asas hukum tidak berwujud
peraturan konkrit, melainkan merupakan pikiran dasar yang bersifat abstrak
yang terdapat di dalam peraturan hukum konkrit. Banyak para pakar ynag
memberikan pengertian tentang asas hukum tersebut. Salah satunya asas yang
tepat dengan case soal di atas adalah asas kebebasan berkontrak. Asas
Referensi:
BMP EKMA4316-Hukum Bisnis
kebebasan berkontrak ini erat sekali kaitannya dengan isi, bentuk, dan jenis
dari perjanjian yang dibuat. Asas ini terdapat dalam pasal 1338 ayat (1) KUH
Perdata yang menyatakan bahwa "semua perjanjian yang dibuat secara sah
berlaku sebagai Undang-Undang bagi mereka yang membuatnya". asas ini
dapat disimpulkan dari kata "semua" yang mengandung 5 makna yaitu setiap
orang bebas:
a) untuk mengadakan atau tidak mengadakan perjanjian;
b) mengadakan perjanjian dengan siapa pun;
c) menentukan bentuk perjanjian yang dibuatnya;
d) menentukan isi dan syarat-syarat perjanjian yang dibuatnya;
e) untuk mengadakan pilihan hukum, maksudnya yaitu bebas untuk
memilih pada hukum mana perjanjian yang dibuatnya akan tunduk.
Dengan adanya asas kebebasan berkontrak menyebabkan timbulnya berbagai
macam perjanjian dalam masyarakat sesuai denga napa yang dibutuhkan oleh
masyarakat. Bahkan perjanjian yang timbul dalam masyarakat (perjanjian tidak
Bernama) lebih banyak daripada perjanjian Bernama yang ada dalam buku III
KUH Perdata.
Dengan adanya pertumbuhan ekonomi yang pesat timbullah perjanjian-
perjanjian yang bentuk dan isisnya sudah dibakukan serta dibuat secara massal
(standarisasi kontrak). Di dalam perjanjian-perjanjian standar ini pihak lawan
hanya tinggal disodori dan diminta persetujuannya dan pihak lawan tidak
mempunyai kebebasan untuk tawar-menawar. Apabila ia setuju berarti ia
menerima seluruh isi kontrak dan jika tidak setuju berarti ia tidak menerima
seluruh isi kontrak.
Adanya kemajuan tersebut maka kebebasan berkontrak dibatasi dengan
campur tangan penguasa yang bertindak sebagai pelindung terhadap pihak
yang secara ekonomis lebih lemah kedudukannya, misalnya besarnya suku
bunga sudah ditentukan oleh pemerintah.

JAWABAN SOAL NO. 2b


Jika Risma ingin bekerja pada perusahaan X, tentu saja ia harus mematuhi
seluruh isi kontrak syarat-syaratnya. Serta Risma wajib menerima seluruh
konsekuensi hak dan kewajibannya. Sesuai pernyataan dari jawaban soal no. 1
“Di dalam perjanjian-perjanjian standar ini pihak lawan hanya tinggal disodori
Referensi:
BMP EKMA4316-Hukum Bisnis
dan diminta persetujuannya dan pihak lawan tidak mempunyai kebebasan
untuk tawar-menawar”.

Referensi:
BMP EKMA4316-Hukum Bisnis

Anda mungkin juga menyukai