Anda di halaman 1dari 15

Persamaan Polar, Grafik Persamaan Polar, Kurva Mawar dan Spiral, dan

Perpangkatan Bilangan Kompleks

Persamaan Polar dan Grafiknya

Koordinat-koordinat polar memiliki beraneka ragam aplikasi. Pada bagian sebelum ini,
Anda telah mempelajari hubungan di antara bilangan-bilangan kompleks dan koordinat-
koordinat polar, dan pada bagian sebelumnya Anda telah melihat bahwa lingkaran-lingkaran
yang berpusat pada titik asal memiliki persamaan-persamaan yang sangat sederhana dalam
koordinat-koordinat polar. Beberapa lingkaran lain juga memiliki persamaan-persamaan polar
yang sederhana, seperti ditunjukkan dalam Contoh 5.11 dan Contoh 5.12.

Contoh 5.11
Buatlah sketsa grafik himpunan titik-titik [r,  ] yang memenuhi persamaan polar r = 2 sin .

Jawab
Konstruksilah sebuah tabel pasangan urut [r,  ] yang memenuhi persamaan itu. Selanjutnya,
gambarlah titik-titiknya pada sebuah kisi-kisi polar dan hubungkan titik-titik berurutan dengan
kurva yang mulus.

Gambar 5.21 Gambar 5.22

Perhatikan bahwa bila     2, maka r adalah negatif dan dengan demikian titik-titik ini
bertepatan (tumpang tindih) dengan titik-titik yang digambarkan bila 0    . Ini menunjukkan
bahwa cukuplah kita menggambarkan titik-titik [r,  ] bila 0    . Juga, karena fungsi sinus
memiliki periode 2, maka tidak ada nilai-nilai  lain yang perlu diperhitungkan.
Grafik dari Contoh 5.11 dapat dibuktikan sebagai lingkaran dengan menerapkan formula-
formula konversi di antara koordinat persegipanjang dan koordinat polar.

Contoh 5.12
Buktikan bahwa grafik dari r = 2 sin  adalah lingkaran.
1
Jawab
Gagasan di sini yaitu menunjukkan bahwa persamaan polar ini ekuivalen dengan suatu
persamaan persegipanjang yang grafiknya diketahui. Terdapat tiga formula konversi:
r2 = x2 + y2, y = r sin  , dan x = r cos 
Dua formula yang pertama dapat berguna di sini.
[r,  ] adalah suatu titik pada r = 2 sin 
 = 2r sin 
 = x2 + y2 = 2y Substitusi menggunakan dua formula itu.

Ini diketahui sebagai persamaan untuk suatu lingkaran. Untuk mencari titik pusat dan jari-
jarinya, lengkapkan kuadrat.
x2 + y2 – 2y =0
x2 + (y2 – 2y + 1) =1 Lengkapi kuadrat pada y.
x2 + (y – 1)2 =1
Ini membenarkan fakta bahwa semua titik dari grafik polar r = 2 sin  terletak pada lingkaran
yang memiliki titik pusat (0, 1) dan jari-jari 1. Untuk membuktikan bahwa tidak ada titik pada
lingkaran itu yang hilang dari grafik polar, balikkan langkah-langkahnya. Misalkan (x, y)
terdapat pada lingkaran ini. Maka x2 + (y – 1)2 = 1, jadi 2y = x2 + y2. Misalkan [r,  ] = (x, y).
Maka r sin  = y dan r2 = x2 + y2, sehingga 2r sin  = r2. Artinya, r = 2 sin  atau r = 0.
Karena [0, 0] memenuhi r = 2 sin  , maka grafik dari x2 + (y – 1)2 = 1 adalah identik dengan
grafik dari r = 2 sin  .
Prosedur ini dapat digunakan untuk menunjukkan bahwa bila a adalah sebarang bilangan
real bukan nol, maka grafik-grafik polar dari persamaan-persamaan r = a cos  dan r = a sin 
adalah lingkaran-lingkaran.
Contoh 5.13 menunjukkan bahwa perubahan yang tampak kecil dalam persamaan polar
yang diberikan dalam Contoh 5.11 ternyata dapat menghasilkan grafik polar yang sangat
berbeda.

Contoh 5.13
Buatlah sketsa grafik dari persamaan polar r = 1 + 2 sin  .

Jawab
Konstruksilah sebuah tabel nilai-nilai untuk persamaan ini.

  3 5 3 7
   2
4 2 4 4 2 4
r 1 1 2 3 1 2 1 1 2 -1 1 2 1

5π 3π 7π
Perhatikan bahwa r adalah negatif bila  = , = , dan  = . Juga, r = 0 untuk nilai-
4 2 4
1
nilai  untuk mana 1 + 2 sin  = 0; yaitu, bila sin  =  . Sekarang dalam interval 0    2,
2

2
1 7π 11π
sin  =  bila  = atau . Dengan demikian, nilai r adalah negatif di sepanjang
2 6 6
7π 11π
interval    . Bila masing-masing titik dalam tabel itu digambarkan dan
6 6
disambungkan secara urut dengan suatu kurva mulus, maka dihasilkan grafik seperti yang
ditampilkan di bawah ini.

Gambar 5.23

Grafik polar r = 1 + 2 sin  yang dikonstruksi dalam Contoh 5.13 merupakan jenis kurva
yang dikenal sebagai limaçon (dilafalkan lim ə son). Limaçon adalah kata bahasa Perancis
untuk “siput.” Grafik-grafik polar dari persamaan-persamaan berbentuk

r = a + b cos 
atau r = a + b sin ,

di mana a dan b merupakan bilangan-bilangan real bukan nol, adalah semuanya limaçon. Untuk
mendapatkan suatu simpul-dalam seperti limaçon pada Contoh 5.13, r haruslah negatif untuk
suatu interval nilai-nilai  ; jika tidak demikian, limaçon yang terbentuk hanya merupakan suatu
“lesung” seperti grafik dari r = 3 + 2 sin  berikut ini.
r = 3 + 2 sin 

Sumbu
1 2 3 4 5 polar

Gambar 5.24

Grafik persegipanjang dan grafik polar dari suatu persamaan tertentu r = f( ) biasanya
sangat berbeda. Misalnya, meski grafik polar dari r = 1 + 2 sin  pada 0    2 adalah
3
limaçon dari Contoh 5.13, namun grafik persegipanjang ini adalah kurva sinus beramplitudo 2
yang ditranslasi (digeser) 1 satuan ke atas pada sumbu r vertikal.
r

 2 

Gambar 5.25

Meski grafik polar dan grafik persegipanjang dari suatu persamaan r = f( ) memiliki
penampilan-penampilan sangat berbeda, namun terdapat relasi geometrik yang dekat di antara
keduanya yang sangat berguna untuk membuat grafik persamaan-persamaan polar.




Sumbu
  polar

Grafik polar dari r = f()

Gambar 5.26 Gambar 5.26

Anak panah vertikal dalam grafik


persegipanjang berkorespondensi dengan anak
panah-anak panah radial (jari-jari) dalam
grafik polar sebagai berikut: Untuk tiap nilai 
, panjang anak panah vertikal dari sumbu  ke
grafik persegipanjang r = f( ) sama dengan
panjang ruasgaris dari kutub ke grafik polar
pada sudut  terhadap sumbu polar. Di bawah
ini, hubungan di antara grafik persegipanjang
dan grafik polar diilustrasikan untuk Gambar 5.27
Grafik persegipanjang: r = 1 + 2 sin 
persamaan r = 1 + 2 sin .

4
Gambar 5.29
Grafik polar: r = 1 + 2 sin 

Beberapa pembuat grafik otomatis membuat grafik-grafik polar secara langsung, yang
lainnya tidak dapat melakukannya. Sekarang perhatikan sebuah grafik polar yang dihasilkan oleh
alat pembuat grafik otomatis seperti itu dalam Contoh 5.14 berikut ini.

Contoh 5.14
Gunakan grafik persegipanjang dari r = 3 + 2 cos  pada 0    2 untuk membuat sketsa
grafik polarnya.

Jawab
Karena ini adalah persamaan berbentuk r = a + b cos  , maka grafik polarnya akanlah suatu
limaçon. Dengan menggunakan pembuat grafik untuk menggambar grafik persegipanjang dari
persamaan itu, kita mendapatkan yang berikut ini.

Gambar 5.30
Grafik persegipanjang : r = 3 + 2 cos ; 0    2

Perhatikan bahwa saat  menaik dari 0 ke 2, nilai dari r menurun dari nilai maksimumnya,
yaitu 5 pada  = 0, ke nilai minimumnya, yaitu 1 pada  = , kemudian ia menaik ke nilai
maksimumnya lagi, 5 pada  = 2. Dengan demikian, dalam grafik polar yang berkorespondensi
dengannya, panjang ruasgaris-ruasgaris dari kutub menurun dari panjang maksimumnya 5 pada
 = 0 ke panjang minimumnya 1 pada  = , dan kemudian menaik ke panjang maksimum 5
pada  = 2. Jadi, grafik polar dari r = 3 + 2 cos  dapat digambarkan seperti di bawah ini.

5
Gambar 5.31
Grafik polar : r = 3 + 2 cos  ; 0    2

Jika Anda menggambar sketsa grafik persamaan dalam Contoh 5.14 pada interval 0  
 , maka Anda hanya akan mendapatkan separuh atas dari limaçon itu, dan grafik Anda akan
berbentuk seperti berikut ini.

Gambar 5.32

Namun demikian, jika Anda menggambarkan sketsa persamaan yang sama itu pada
interval lebih besar dari 0    2, dan pada sebarang interval yang panjangnya lebih besar
atau sama dengan 2 radian, grafik polar Anda akan tampak seperti yang diberikan dalam
Contoh 5.14. Ini dapat terjadi karena fungsi kosinus bersifat periodik dengan perioda 2,
sehingga nilai-nilai dari r = 3 + 2 cos  berulang setiap 2 radian.
Kita mungkin saja tertarik untuk menggeneralisasi observasi-observasi sebelumnya dan
menyebutkan konjektur berikut ini: Jika r = f( ) adalah periodik dengan perioda p, maka grafik
polar lengkap dari r = f( ) dapat diperoleh dengan membuat grafik r = f( ) pada sebarang
interval yang panjangnya p. Anda akan melihat dalam bagian selanjutnya bahwa konjektur
tersebut ternyata salah.

6
Kurva Mawar dan Spiral

Koordinat-koordinat polar pada khususnya sangat berguna untuk mendeskripsikan dua


kategori kurva yang cantik: kurva mawar dan spiral.

Contoh 5.15
Buatlah sketsa grafik polar r = sin 2 untuk 0    2.

Jawab
Grafik persegipanjang dari r = sin 2 untuk 0    2 diberikan di bawah ini.

r
Busur 1 Busur 3
1

2
 3 5 7 
4 4 4 4

-1
Busur 2 Busur 4

Gambar 5.33

Sumbu  membagi grafik ini menjadi 4 busur yang kongruen, masing-masingnya


simetrik pada salah satu dari garis vertikal putus-putus di mana  merupakan kelipatan ganjil
π
dari . Tiap busur tersebut menyumbangkan salah satu dari empat simpul kongruen dalam
4
grafik polar di bawah ini.

Gambar 5.34

Karena keperiodikan fungsi sinus, maka nilai-nilai  di luar 0    2 tidak menghasilkan


titik-titik baru untuk grafik itu.

7
Grafik polar indah dalam Contoh 5.15 disebut mawar 4-daun. Secara umum, grafik-
grafik polar dari persamaan-persamaan berbentuk
r = a cos (n ), a  0, n suatu bilangan bulat,
atau r = a sin (n ), a  0, n suatu bilangan bulat,
disebut kurva-kurva mawar. Panjang masing-masing daun bunganya adalah a dan banyaknya
daun ditentukan oleh n. Misalnya, grafik polar dari persamaan
r = 2 cos 3
adalah mawar 3-daun dan panjang tiap daunnya adalah 2.
r
2

sumbu
   2 polar
2 
2 2

-2

Gambar 5.35 Gambar 5.36


Grafik persegipanjang r = 2 cos 3 Grafik pola mawar 3-daun r = 2 cos 3
0    2 0    2

Dalam menentukan titik-titik yang memenuhi r = 2 cos 3 , perhatikan bahwa nilai-nilai r



berulang dengan perioda tetapi grafik polar lengkap dari r = f( ) memerlukan keseluruhan
3
interval 0    . Oleh karena itu, konjektur yang disebutkan pada akhir pelajaran sebelum ini
adalah salah. Kamu kadang-kadang perlu memperhitungkan interval yang lebih besar daripada
perioda fungsi trigonometrinya untuk mendapatkan grafik polar yang lengkap.

Contoh 5.16
Gambarlah sketsa grafik-grafik polar dari persamaan-persamaan berikut ini pada kisi-kisi
koordinat polar yang sama:

r =  + 1, 0    2; dan r = 2, 0    2.

r
Jawab 80 (2, 22)
Pertama, buatlah sketsa grafik-  (6,3, 77,9)
60
grafik dua persamaan itu pada
r = 2
grafik koordinat persegipanjang 40
yang sama.
20
r = ) (2, 2)
(0, 1)  (6,3, 7,3)

2  Gambar 5.37
8
Dua fungsi itu menaik pada interval 0    2 dan sama-sama memiliki nilai 1 di  = 0. Tetapi
fungsi eksponen r = 2 menaik jauh lebih cepat daripada fungsi linear r =  + 1. Grafik-grafik
persegipanjang dari persamaan-persamaan ini bertransformasi menjadi grafik-grafik polar yang
ditampilkan di bawah ini.

[2 + 1, 2]  [77,9, 2

 
r = )

r = 2

Gambar 5.38

Jadi, dua grafik polar itu adalah bagian-bagian dari spiral-spiral, tetapi grafik polar r = 2 meluas
sebagai suatu spiral jauh lebih cepat dibandingkan grafik polar r =  + 1.

Grafik-grafik polar dari r =  + 1 dan, lebih umumnya,


{[r,  ]: r = a + b},
di mana a adalah positif dan b bukan negatif, disebut spiral-spiral Archimedes, yang memiliki
tampilan seperti kumparan tali atau selang dengan jarak yang konstan di antara masing-masing
lilitan yang berurutan.

Gambar 5.39

Di sisi lain, grafik-grafik polar dari r = 2 dan, lebih umumnya,


{[r,  ]: r = ab },
di mana a  0 dan b  1, disebut spiral-spiral logaritmik. Jarak di antara masing-masing lilitan
yang berurutan pada suatu spiral logaritmik tidak konstan seperti pada spiral-spiral Archimedes.
Lebih tepatnya, jarak d ini memiliki nilai a bila  = 0, mendekati + saat  mendekati +, dan
mendekati 0 saat  mendekati .

9
d

Gambar 5.40

Spiral-spiral logaritmik mendapatkan namanya dari fakta bahwa


r = ab
 log r = log (ab)
 log r = log a + (log b) ,
yang berbentuk log r = A + B .

Jadi, jika Anda menggambarkan [log r, ] sebagai ganti [r, ] untuk persamaan r = ab, maka
grafik polarnya adalah spiral Archimedes, bukan spiral logaritmik.
Salah satu sifat geometrik yang sangat mencolok dari spiral logaritmik r = ab yaitu
bahwa sudut  di antara garis singgung ke grafik polar dan garis dari kutub besarnya sama di
sebarang titik pada spiral itu.

Gambar 5.41

Salah satu konsekuensi dari sifat ini yaitu bahwa sebarang dua wilayah yang dibatasi oleh
dua garis yang berpotongan di sebuah sudut tertentu di kutub dan dua busur berurutan (dari
spiral-spiral) yang terlintasi oleh dua garis tadi adalah serupa.

Gambar 5.42 Gambar 5.43


10
Cangkang-cangkang dari beberapa hewan laut berbentuk seperti spiral-spiral logaritmik
untuk alasan sebagai berikut: saat hewan laut semacam itu tumbuh, ruang cangkang membesar
dalam suatu cara yang memungkinkan hewan itu mempertahankan bentuknya. Gambar di atas ini
memperlihatkan cangkang dari nautilus-berkamar, dibelah dua untuk menunjukkan ruang-ruang
di dalamnya.

Perpangkatan Bilangan Kompleks

Sekarang kita akan membahas pengambilan pangkat-pangkat bilangan bulat positif dari
bilangan kompleks. Kemampuan untuk menghitung pangkat-pangkat ini memberikan semua
perangkat berhitung yang diperlukan untuk memperoleh nilai-nilai dari fungsi-fungsi polinom
yang melibatkan bilangan-bilangan kompleks. Juga, terdapat hubungan yang menarik di antara
pangkat-pangkat dari bilangan kompleks dan beberapa kurva yang telah Anda pelajari dalam
bagian sebelum ini.
Ingat kembali bahwa dalam bagian 4.9 dari Modul Rekursi dan Induksi Matematis, dua
algoritma diberikan untuk menghitung xn untuk suatu bilangan real x tertentu dan bilangan bulat
positif n. Algoritma yang pertama, dengan menggunakan perkalian berulang, memerlukan n – 1
langkah. Algoritma kedua menuntutkan penganggapan bilangan bulat n sebagai penjumlahan
perpangkatan dari 2, namun lebih efisien karena ia memerlukan lebih sedikit langkah.
Serupa demikian, terdapat lebih dari satu cara untuk menghitung zn untuk suatu bilangan
kompleks tertentu z dan bilangan bulat positif n. Misalnya, salah satu cara untuk menghitung z9
bila z = -1 + 3 i adalah dengan berulang-ulang mengkuadratkan z untuk memperoleh z2, z4, dan
z8, dan kemudian mengalikan z8 dengan z untuk tiba pada z9. Namun demikian, untuk
kebanyakan nilai z dan n, terdapat suatu cara yang lebih efisien untuk memperoleh zn. Cara ini
didasarkan pada Teorema Perkalian Geometrik dan menggunakan formula sederhana yang
dikenal sebagai Teorema DeMoivre (dilafalkan di mwav), yang disebut demikian dari nama
penemunya, yaitu Abraham DeMoivre (1667-1754).
Teorema DeMoivre menyaratkan sesuatu untuk efisiensinya. Bilangan kompleks harus
ditulis dalam bentuk polar atau bentuk trigonometri untuk dapat menerapkan teorema tersebut
dengan mudah.

Teorema 5.5 DeMoivre


(Bentuk Polar) Untuk semua bilangan bulat positif n, jika z= [r,  ], maka zn = [rn, n ].
Bentuk Untuk semua bilangan bulat positif n, jika
Trigonometri) z = r (cos  + i sin  ), maka
zn = rn (cos n + i sin n ).

11
Bukti
Seperti seringkali terjadi saat mencoba untuk menunjukkan bahwa suatu pernyataan matematis
adalah benar untuk semua bilangan bulat positif, induksi matematis digunakan. Diketahui z =
[r,  ], kebenaran dari S(n) harus dibuktikan untuk semua bilangan bulat positif n, di mana S(n)
adalah zn = [rn, n ]. Pertama tunjukkan bahwa S(1) adalah benar.

S(1): z1 = [r1, 1   ].
Karena z = [r,  ], maka S(1) adalah benar.
Kedua, tunjukkan bahwa untuk sebarang bilangan bulat positif k, asumsi bahwa S(k) benar
menyimpulkan bahwa S(k + 1) adalah benar.
Di sini S(k): zk = [rk, k ],
dan S(k + 1): zk +1 = [rk + 1, (k + 1) ].
Jika S(k) adalah benar, maka mengalikan kedua sisi dengan z menghasilkan
z  zk = [r,  ]  [rk, k ].
zk + 1 = [r  rk,  + k ] Teorema Perkalian Geometrik

= [rk+1, (k + 1)  ]
Jadi, S(k + 1) adalah benar. Dengan demikian, dengan Prinsip Induksi Matematis, S(n) adalah
benar untuk semua bilangan bulat positif n.
Contoh selanjutnya menunjukkan bagaimana menggunakan Teorema DeMoivre untuk
menghitung perpangkatan yang telah disebutkan tadi.

Contoh 5.17
Hitunglah z9 untuk z = -1 + 3 i.

Jawab 1
Temukan suatu bentuk geometrik untuk z: jika z = r(cos  + i sin  ), maka
2 2
r= (1)  ( 3 ) = 4 = 2.
3
tan  = dan  berada di kuadran ke-2.
1

Oleh karena itu,  = , dan dengan demikian suatu bentuk trigonometri dari z adalah
3

z = 2 cos
2π 2π 
 i sin .
 3 3 

Terapkan Teorema DeMoivre dengan r = 2,  = , dan n = 9.
3
 2π 
z9 = 2 9 cos  9    i sin  9   .

  3   3 

12

Karena 29 = 512 dan 9  = 6   0 (mod 2), maka suatu bentuk trigonometri yang lebih
3
sederhana dari z9 adalah z9 = 512[cos (0) + i sin (0)] = 512.
yaitu, (-1 + 3 i)9 adalah bilangan real 512.

Jawab 2
Gunakan bentuk polar untuk z. Jika z = [r,  ], maka hitunglah r dan  seperti dalam Jawab 1.
Jadi suatu bentuk polar dari z adalah
 2π 
z =  2,  .
 3
Terapkan Teorema DeMoivre untuk mencari
 2π 
z = 2 9 , 9   = [512, 6] = [512, 0] = 512.
 3 
Geometri dari barisan perpangkatan urut dari suatu bilangan kompleks sangatlah indah.

Contoh 5.18
π
Misalkan z = [1,1, ].
3
a. Gunakan Teorema DeMoivre untuk menghitung perpangkatan urut: z2, z3, z4, z5, z6, z7, z8, z9.
b. Gambarlah titik-titik ini pada sebuah kisi-kisi polar dan buatlah sebuah kurva mulus melalui
titik-titik tersebut secara urut.
Jawab
a. Berikut adalah nilai-nilai dari bilangan-bilangan kompleks ini dengan r sampai dua tempat

desimal. z2 = [1,21, ]
3

z3 = [1,33, ] = [1,33, ]
3

z4 = [1,46, ]
3

z5 = [1,61, ]
3

z6 = [1,77, ] = [1,77, 0]
3
7π π
z7 = [1,95, ] = [1,95, ]
3 3
8π 2π
z8 = [2,14, ] = [2,14, ]
3 3

z9 = [2,36, ] = [2,36, ]
3

b. Ditampilkan di bawah ini adalah grafik-grafik dari titik-titik tersebut pada sebuah kisi-kisi
polar.

13
z8
z7
z2

z9 z3 sumbu
1 z6 2 polar

z4
z5

Gambar 5.44
π
Kurva di atas tampak seperti spiral. Pada kenyataan, semua perpangkatan dari z = [1,1, ]
3
terletak pada spiral logaritmik r = (1,1)3 /. Anda dapat memeriksa ini dengan menyubstitusikan
π
kelipatan-kelipatan bilangan bulat dari untuk  dan mendapatkan nilai-nilai r. Misalnya,
3
4π 4π
untuk  = , r = (1,1)(3/)  (4/3) = 1,14. Jadi, z4 = [1,14, ] terletak pada spiral itu.
3 3

Di dalam Contoh 5.18, perpangkatan dari z =


[r,  ], secara urut semakin menjauh dari titik asal, w2

karena r, nilai mutlak dari z, memenuhi r  1. Oleh w3 w


karena itu, saat n menaik, demikian pula rn. Bila r  1, w9
perpangkatan itu spiral ke arah dalam. Misalnya, w8 sumbu
di samping ini adalah grafik dari perpangkatan ke-1 w4 1 polar

sampai ke-9 dari w di mana w7

 π  π  w5 w6
w = 0,9  cos    i sin    .
 4  4 
Gambar 5.45

Jika z adalah suatu bilangan kompleks dengan | z | = 1, maka | zn | = 1 untuk semua bilangan bulat
positif n. Ini berarti bahwa grafik-grafik dari barisan urut perpangkatan dari z,
z, z2, z3, ... , zk, ... ,
semuanya terletak pada lingkaran dengan jari-jari 1 yang berpusat di titik asal (lingkaran satuan).
Untuk beberapa pilihan z barisan titik-titik ini bersifat periodik. Misalnya, jika z = i, maka
z, z2, z3, ... adalah barisan
i, -1, -i, 1, i, -1, -i, 1, ...
dengan periode 4, karena suku-sukunya berulang tiap 4 suku. Sebagai satu contoh lain, jika z = 1,
maka z, z2, z3, ... adalah barisan konstan dengan perioda 1 dan semua sukunya sama dengan 1.
Terdapat nilai-nilai z dengan | z | = 1 untuk mana semua suku dari barisan z, z2, z3, ...
adalah titik-titik berbeda pada lingkaran satuan dalam bidang kompleks. Misalnya, jika z = cos 1
+ i sin 1 (yaitu, argumen dari z adalah 1 radian), maka berdasarkan Teorema DeMoivre,
zn = cos n + i sin n.

14
Pada kasus ini, kita dapat tunjukkan bahwa untuk semua n, nilai-nilai zn adalah berbeda.
Diagram-diagram di bawah ini menunjukkan grafik-grafik dari 10, 50, dan 500 titik yang
pertama dari barisan ini.

imajiner imajiner

1 1

0,5 0,5

-1 -0,5 0,5 1 real -1 -0,5 0,5 1 real

-0,5 -0,5

-1 -1

Gambar 5.46 {z n  1  n  10} Gambar 5.47 {z n  1  n  50}

imajiner
Tidak semua titik pada lingkaran itu termasuk 1

dalam barisan infinit perpangkatan dari z, namun dapat


0,5
ditunjukkan, dengan menggunakan teknik-teknik seperti
dalam Bagian 5.10, bahwa ditentukan sebarang titik pada
-1 -0,5 0,5 1 real
lingkaran itu, maka terdapat suatu perpangkatan dari z
-0,5
yang sedekat mungkin ke titik tersebut seperti yang Anda
kehendaki. -1

Gambar 5.48 {z n  1  n  500}

15

Anda mungkin juga menyukai