BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
penelitian ini:
1. Konsep Kekuasaan
Hegemoni dan kekuasaan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Kedua unsur
ini saling berkaitan dan saling berpengaruh, sebab kekuasaan dipergunakan dalam
Dengan demikian kekuasaan adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang atau
suatu kelompok untuk mempengaruhi atau memaksa orang lain agar mendapatkan
suatu yang diinginkannya. Dalam hal ini kekuasaan selain dipergunakan untuk
merubah suatu keadaan seseorang dengan kekuasaan pemimpin yang dimiliki. Jadi,
kekuasaan suatu hal yang dimiliki oleh pemimpin dengan berbagai ketingkatan yang
tujuan tertentu untuk mencapai tujuannya. Terkadang seseorang dalam keinginan untuk
oleh seseorang itu sendiri. Kekuasaan merupakan seseorang atau suatu kelompok untuk
15
16
individu atau kelompok tersebut tercapai. Dalam hal ini, kekuasaan memiliki
keinginan dan kemauan pelaku itu sendiri dengan tindakan yang memiliki kemampuan
kemampuannya. Dalam hal ini, kekuasaan sebagai keinginan pada diri sendiri yang
didukung dengan kekuasaan dan kemampuan yang dimiliki, sehingga lebih membantu
melaksanakan agar keinginannya tercapai maka pelaku tidak menghiraukan dari pihak
luar, selagi masih ingin mencapai tujuan yang diinginkan. Dalam hal ini juga pelaku
tidak peduli dengan sekitar yang melawannya, sewaktu dia masih beranggapan bahwa
pelaku memiliki kekuasaan, sehingga dia mampu melakukan apa saja demi apa yang
yang akhirnya berubah menjadi sebuah doktrin. Dalam hal ini, hegemoni merupakan
sebuah dominasi ataupun kekuasaan yang dalam prosesnya atas nilai suatu kelompok
kepada masyarakat atas norma maupun kebudayaan. Dengan demikian, atas dominasi
17
yang berkaitan dengan norma dan kebudayaan suatu kelompok masyarakat merupakan
French dan Raven (dalam Basrowi, 2014: 114) berpendapat bahwa kekuasaan
dalam hidup manusia selalu berhadapan dari berbagai sumber kekuasaan yang terjadi.
Ia menemukan beberapa sumber dari kekuasaan. Berikut lima bentuk kekuasaan yang
ditemukan:
a. Kekuasaan Imbalan
berharga dalam hidup. Dalam pandangan orang lain imbalan merupakan suatu
hal berharga mengenai tindakan yang dilakukan pada konsep kinerja yang
kepada seseorang yang memiliki suatu pemikiran kinerja yang baik, serta
demikian seseorang bisa atau mendapatkan suatu imbalan juga dengan rasa
b. Kekuasaan Sah
Kekuasaan sah adalah yang dimiliki seorang pemimpin yang mempunyai
atau tidak mengikuti dengan sesuai keinginannya. Kekuasaan sah adalah yang
dimiliki seseorang ketika orang tersebut memiliki jabatan yang sah dengan
jabatan yang lebih tinggi akan berpegaruh terhadap kepemimpinan. Dalam hal
ini pimpinan yang lebih besar dapat berpengaruh dari sudut cara kerja serta
aturan yang dibuat. Dalam hal ini suatu kepemimpinan berdasarkan kekuasaan
sah maka akan mempengaruhi suatu jalannya kinerja dalam atauran-aturan yang
dipimpin.
c. Kekuasaan Referen
dengan sikap serta perilaku positif yang berkharisma dalam suatu tindakan.
Dengan demikian kekuasaan yang referen dinilai dalam tindak tutur serta sikap
santunnya yang menjadikan diri seseorang menjadi Referen. Dalam hal ini
kekuasaan yang dimiliki oleh pemimpin yang didalamnya terdapat suatu hal
yang menarik dan berkharisma dalam setiap bertindak yang dilakukan oleh
d. Kekuasaan Ahli
keahlian yang dimiliki dengan tindakan untuk memimpin. Kekuasaan ahli ada
karena suatu keahlian dan kemampuan yang dimiliki terhadap seseorang untuk
ahli ada karena suatu pemikiran dan gagasan yang luas dan mempunyai
e. Kekuasaan Paksaan
bawahan. Dalam hal ini dapat dikatakan, sebuah paksaan terhadap pemimpin
terhadap bawahan untuk mencapai suatu kehendak yang diinginkan dengan cara
paksa dan dengan berbagai cara apapun. Kekuasaan paksaaan hanya dimiliki
20
wewenang penuh atas paksaan dari bawahan yaitu pemimpinan yang jelas
2. Konsep Ideologi
kepercayaan atau keyakinan yang dimiliki seseorang atau sekelompok atas dasar mana
dia dalam menyikapi sikap terhadap kejadian serta problematika politik yang dihadapi
dan menentukan perilaku politik yang dihadapinya. Dasar politik sendiri merupakan
keyakinan suatu pola tata tertib sosial politik yang ideal. Dalam ideologi politik sendiri
tujuan yang ideal. Dengan demikian, ideologi politik dalam menyikapi suatu
problematika yang dihadapi. Dalam hal ini juga idelogi politik memegang suatu tata
tertib yang tinggi untuk menjalankan ideologi politik yang sebaik-baiknya untuk
a. Otoritarianisme
sedangkan dalam cara berfikir hanya sebuah instruksi yang kemudian berubah
Dalam hal ini, kekuasaan yang menjadi prioritas bagi otoritarianisme, sebab
dengan adanya perintah yang kemudian menjadi sebuah paksaan dari seseorang
b. Feodalisme
kerja yang di dapat dalam diri seseorang, melainkan dari kerja sistem yang
ini seseorang tertarik terhadap kinerja seseorang yang etos dengan melihat
kinerjanya dari sebuah pangkat atau jabatan semata yang dimiliki, melainkan
bukan dari melihat cara kerja berdasarkan pengalaman atau prestasi yang
terbagi atas pangkat dan jabatan. Dalam hal ini masyarakat yang feodalisme
melihat status sosial seseorang dengan melihat dari jabatan yang dimiliki.
c. Kapitalisme
pribadi atau modal perusahaan swasta dengan penanaman modal yang ciri
dalam menempatkan modal di dapat dari modal pribadi atau perusahaan untuk
menjalankan usaha yang dijalankan. Dalam hal ini, untuk menjalankan usaha
d. Sosialisme
tangan/campur dalam bidang ekonomi. Dalam hal ini, suatu negara atau
harta benda, perusahaan, dan industri menjadi milik negara. (KBBI, 2008: 890).
23
e. Vandalisme
kasar dan kejam (KBBI, 2008: 1604). Dalam hal ini vandalisme dari pengertian
melalui KBBI merupakan suatu perusakan hasil karya seseorang secara kasar
B. Landasan Teori
Landasan teori pada penelitian ini menggunakan teori dari hegemoni Gramsci.
kultural/ideologis general, demikian dari teori tersebut ditemukan oleh Gramsi yang
kemudian diterapkan oleh sastra. Penemuan teori tersebut oleh Gramsci merupakan
sebuah teori yang bersifat formatif kepada masyarakat, tidak hanya saja mengakui
Teori hegemoni dari Gramsci biasa disebut juga dengan teori kultural/ideologis
kekuatan yang bersifat material. Dunia gagasan, kebudayaan dan superstruktur yang
bersifat material ini bukan saja sebagai refleksi atau ekspresi namun dari struktur kelas
ekonomi yang memiliki sifat material itu sendiri. Dalam hal ini, kultural/ideologis
dalam teorinya yang berkekuatan dengan material serta gagasan atau ideologi berfungsi
yang berkekuatan memiliki sifat material sebagai struktur kelas ekonomi dengan sifat
material tersebut yang dalam dunia gagasan, kebudayaan, dan superstrukturnya terpacu
pada proses sebagai fungsi mengorganisasi terhadap massa manusia (Faruk, 1994:62).
Formasi ideologis dalam persoalan kultural sangat penting bagi Gramsci karena
yang ada di dalamnya pun berlangsung pada proses sangat rumit dengan gagasan-
gagasan tertentu. Dalam gagasan-gagasan serta opini-opini yang muncul tidak begitu
saja lahir dan keluar dari pemikiran individual, melainkan memiliki pusat formasi,
irradiasi, penyebaran dan persuasi. Menguasai seluruh kemampuan gagasan atau opini
pemikiran gagasan dan opini-opini yang memiliki berbagai pusat dengan proses yang
sangat rumit dalam gagasan dan opini yang tidak lahir dari otak individual melainkan
berkembang melalui pusat-pusat tersebut. Dalam hal ini, suatu proses dari gagasan-
gagasan dan opini yang berkembang dengan pusat formasi, irradiasi, penyebaran, dan
Konsep dari Gramsci bahwa hegemoni berarti suatu hal yang lebih kompleks.
Dalam hal ini Gramsci menggunakan konsep tersebut untuk meneliti bentuk politis,
kultural, dan ideologis, terlebih dalam suatu masyarakat yang ada, pada kelas
bentuk-bentuk dominasi yang bersifat memaksa. Dalam hal ini, hegemoni yang bersifat
25
bentuk-bentuk politis, kultural, dan ideologis yang dalam konsep ini lebih menekankan
untuk suatu masyarakat kelas fundamental yang dalam kepemimpinannya berbeda dan
tidak memaksa. Dengan demikian, konsep ini tercipta untuk membangun suatu
kepemimpinan yang berbeda dalam bentuk dominasi yang bersifat agar tidak memaksa
(Faruk, 1994:63).
Kerja konsep hegemoni mempunyai tiga tantangan yang dibuat oleh Gramsci.
Ketiga tantangan yang dibuat oleh Gramsci tersebut berbeda-beda kerja konsepnya.
sebagai suatu hakikat persoalan dengan roh tanpa ada sangkut pautya dengan politik.
mata sebagai refleksi dari dasar ekonomik masyarakat. Dalam hal ini kebudayaan
dalam perkembangannya sebagai akibat belaka dari infra struktur dalam masyarakat.
dengan sendirinya akan mengalami perubahan tanpa adanya pengaruh balik dari
hegemoni merupakan negara yang menjadi suatu kepemimpinan moral dan intelektual
yang luas dan demokratik. Dalam hal ini, negara sebagai kekuatan kultural hegemonik
bahwa penentuan yang baik dan yang buruk, yang benar dan salah, yang pantas dan
Raymond Williams disini dalam buku yang berjudul culture and society, di
Inggris yang juga dipahami oleh Matheuw Arnold yang menjabarkan bahwa
manusia. Kebudayaan seperti ini diperlihatkan dan dianggap sebagai karya sastra yang
adiluhung. Dalam hal ini, kebudayaan merupakan karya sastra yang memiliki nilai
luhur dalam penilaian isi karyanya yang bersifat spiritual bagi manusai itu sendiri
Dengan demikian, bagi Gramsci bahwa ada suatu pertalian yang penting antara
kebudayaan dengan politik, namun pertalian tersebut jauh dari pertalian yang
sederhana dan mekanik. Dalam hal ini, bahwa kebudayaan dan politik memiliki
keterkaitan jauh yang dalam pertalian tersebut saling menghubungkan satu sama lain.
Jadi, kebudayaan dan politik merupakan suatu hal yang saling berhubungan mengingat
keduanya memiliki nilai leluhur yang jauh dan saling mengaitkan (Faruk, 1994: 135).
a. Kebudayaan
akan dapat memahami nilai historis pada dirinya, fungsi dalam hidup serta hak
dan kewajiban. Dalam hal ini konsep kebudayaan yang tepat untuk suatu
sendiri yang lahir dalam batin. Dengan demikian kebudayaan muncul dari
pemikiran-pemikiran yang lahir dari hati atau batiniah pada setiap seseorang itu
27
suatu kehidupannya serta hak dan kewajibannya sebagai manusia. Dalam hal
terhadap seseorang itu sendiri juga untuk mencapai suatu hal pemahaman dalam
1994: 64).
berimbas pada kondisi dan sebab tertentu yang bagaimana cara membalikkan
Gramsci, bahwa setiap revolusi wajib didahului terhadap kerja kritik yang
intens, oleh difusi kebudayaan serta penyebaran gagasan pada manusia yang
intens perekonomian langsung. Jadi dalam hal ini, revolusi sosial harus
didahului terlebih dulu oleh revolusi kebudayaan atau ideologis. Dalam revolusi
b. Hegemoni
pada asumsi supremasi suatu kelompok sosial yang menyatakan dirinya pada
dua hal, yaitu cara sebagai dominasi dan sebagai kepemimpinan moral dan
kelompok yang dibagi dengan kedua cara sebagai moral dan intelektual yang
harus memperhatikan dari aspek interes dan juga kecenderungan yang terjadi.
fungsi yang menetukan yaitu inti aktivitas ekonomi. Dalam hal ini, bahwa
sebagai dominan dan direktif, bukan hanya saja sebagai batas ekonomik,
bentuk ekstensif dan efektif akan ada satu keseimbangan dan harmoni yang
relatif. Relatif karena ada periode hegemoni itu dengan berbagai alasan akan
sedangkan untuk filsafat liberal pada peran gagasan. Dengan demikian, salah
satu cara yang di dalamnya “pemimpin” dan yang “dipimpin” disatukan dengan
dunia. Dalam gagasannya ada tiga cara penyebarannya yatu melalui bahasa,
common sense, dan folkor. Tiga penyebaran gagasan menurut Gramsci ialah
seseorang dapat ditafsirkan kompleksitas dengan lebih besar atau lebih kurang
Gramsci melalui common sense, yaitu sebagai konsepsi tentang dunia yang
paling pervasif tetapi tidak sistematik. Dalam hal ini common sense memiliki
30
menurut Gramsci ialah melalui folklor, folklor ialah yang meliputi sistem-
d. Kaum Intelektual
fungsionaris yang memiliki peran penting yaitu kaum intelektual. Dalam setiap
kelompok sosial menciptakan satu atau strata dalam lapangan ekonomi dalam
fungsinya yang tidak dalam lapangan ekonomi saja, namun juga melalui
e. Negara
membedakan dua wilayah yaitu dunia masyarakat sipil dan masyarakat politik.
Dalam wilayah masyarakat sipil sangat penting bagi bagi konsep hegemoni
intervensi. Dalam hal ini, negara dengan dunia wilayah tersebut merupakan
dunia yang berbeda, namun tetap dengan konsep negara yang khusus. Dengan
masing-masing, namun tetap dengan konsep negara yang ada (Faruk, 1994:
153).
dan dapat menetapkan tujuan-tujuan dari kehidupan itu sendiri. Negara dalam
asosiasi ataupun oleh negara sendiri. Dalam hal ini, negara dapat membimbing
32
2007: 47).
Dalam hal ini, penciptaan type atau level kebudayaan baru dengan cara yang
terorganisasi dan tidak dilakukan dengan cara yang spontan, namun dengan