BJT Umum Tmk1 ESPA4227
BJT Umum Tmk1 ESPA4227
TUGAS 1
3. Bank syariah tidak hanya bisa digunakan oleh golongan tertentu saja. Seperti halnya bank konvensional,
bank syariah dapat digunakan oleh siapa saja yang memenuhi syarat dan ketentuan yang berlaku.
Perbedaan utama antara bank syariah dengan bank konvensional lainnya terletak pada prinsip dasar yang
digunakan dalam aktivitas perbankan. Bank syariah beroperasi dengan menerapkan prinsip syariah yang
didasarkan pada hukum Islam, sementara bank konvensional beroperasi dengan menerapkan prinsip
dasar perbankan konvensional.
Prinsip dasar perbankan syariah melarang penggunaan bunga dalam transaksi keuangan dan tidak
memperbolehkan spekulasi atau judi dalam investasi. Sebagai gantinya, bank syariah menggunakan
konsep bagi hasil atau profit sharing untuk membagi keuntungan dan risiko dengan nasabah dalam
kegiatan investasi. Dalam sistem bagi hasil, bank syariah dan nasabah membagi keuntungan berdasarkan
kesepakatan yang telah ditentukan sebelumnya.
Selain itu, bank syariah juga memperhatikan etika dan moralitas dalam aktivitas perbankannya, termasuk
dalam pemilihan investasi. Bank syariah hanya akan melakukan investasi pada bisnis yang halal dan
memperhatikan aspek sosial serta lingkungan.
Dalam hal produk dan layanan, bank syariah menyediakan produk dan layanan yang sesuai dengan prinsip
syariah, seperti akad murabahah, akad mudharabah, akad musyarakah, dan akad ijarah. Sedangkan bank
konvensional menyediakan produk dan layanan seperti pinjaman, kartu kredit, deposito, dan rekening
giro.
Dalam regulasi, bank syariah juga harus memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh Otoritas Jasa
Keuangan (OJK) dan Dewan Syariah Nasional (DSN) untuk memastikan bahwa aktivitas perbankannya
sesuai dengan prinsip syariah.
4. Menurut Keynes, permintaan uang untuk transaksi dipengaruhi oleh tingkat pendapatan. Semakin tinggi
tingkat pendapatan semakin besar keinginan memegang uang kas untuk transaksi, ketergantungan
permintaan uang untuk transaksi terhadap pendapatan dapat dijelaskan dengan gambar berikut:
Permintaan uang untuk tujuan transaksi ditunjukkan dengan Ltr’ Dalam halini Keynes mengikuti jejak Klasik
bahwa permintaan untuk transaksi tergantung pendapatan, namun perbedaannya terletak pada
penekanan motif spekulasi dan peranan tingkat bunga dalam menentukan permintaan uang untuk
spekulasi. Secara matematis, permintaan uang untuk tujuan transaksi (Md) dirumuskan sebagai berikut.
𝑀𝑀𝑑𝑑𝑑𝑑 = 𝑘𝑘𝑘𝑘
Dimana Y meripakan tingkat pendapatan yang berhubungan positif dengan permintaan uang untuk
transaksi (Nopirin, 1998).
Permintaan uang yang muncil sebagai akibat dari motif transaksi didasarkan pada asumsi bahwa orang
beminat untuk memegang sebagai “bridge the interval between the receipt of income and its
disbursement”. Dengan demikian Keynes dapat menerima pendapat Cambridge yang menyatakan orang
memegang uang untuk memenuhi dan memperlancar transaksi yang mereka lakukan. Disini dianggap
bahwa permintaan uang nominal untuk tujuan transaksi dipengaruhi oleh tingkat pendapatan nasional.
Keynes sebenarnya tidak mengabaikan pengaruh suku bunga terhadap permintaan uang untuk tujuan
transaksi, namun Keynes tidak menekankan peranan suku bunga dalam analisisnya.
5. Dalam teori klasik, V (velocity) dianggap sebagai suatu konstanta karena pada saat itu diasumsikan bahwa
ada hubungan yang tetap antara jumlah uang yang beredar dan tingkat harga. Dalam konteks ini, V dapat
dihitung sebagai rasio antara nilai transaksi dan jumlah uang yang beredar. Oleh karena itu, dalam teori
klasik, V diasumsikan sebagai suatu konstanta karena nilai transaksi dianggap sebagai suatu faktor yang
tetap.
Menurut Fisher, pada dasarnya orang bersedia memegang uang karena kegunaannya dalam proses
transaksi dan dipengaruhi oleh faktor-faktor kelembagaan. Faktor-faktor kelembagaan misalnua metode
pembayaran yang biasanya dilakukan oleh masyarakat (harian, mingguan dan bulanan), tingkat
moneterisasi masyarakat, penggunaan alat pembayaran yang lain seperti kartu kredit dan kualitas
komunikasi. Faktor-faktor kelembagaan ini pada umumnya hanya bersifat sporadic dan akan berpengaruh
terhadap V. Namun, disini dianggap bahwa dalam jangka pendek faktor-faktor kelembagaan tersebut
tidak berubah sehingga V dianggap tetap (Hayati, 2006)