Anda di halaman 1dari 20

IDENTIFIKASI TOPIK &

PERUMUSAN MASALAH

Tian Belawati
IDENTIFIKASI TOPIK/AREA PENELITIAN

Penelitian pada hakikatnya adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk menjawab
pertanyaan, menyelesaikan masalah, atau menguji-coba suatu inovasi tertentu. Dengan kata
lain, penelitian merupakan kegiatan tindak lanjut dari suatu rasa ingin tahu, rasa prihatin, dan
atau kreativitas serta ide untuk menemukan sesuatu yang baru. Dalam bidang pendidikan dasar,
cakupan isu yang dapat diteliti sangat luas, mulai dari isu pendidikan dasar yang bersifat makro
seperti kebijakan Pemerintah dan atau Pemerintah Daerah hingga yang bersifat sangat mikro
seperti aspek-aspek dalam pembelajaran, tentang siswa, ataupun relasi antar-pemangku
kepentingan. Begitu banyak isu yang mengemuka, kadang-kadang menyebabkan kebingungan
bagi peneliti pemula. Oleh karena itu, kemampuan untuk mengidentifikasi topik atau area
penelitian merupakan hal yang sangat krusial, dan biasanya akan semakin mumpuni dengan
pengalaman. Namun demikian, kemampuan identifikasi topik/area penelitian ini dapat
dilatihkan dan dibiasakan.

Konteks dan mekanisme pencarian topik atau area penelitian bisa beragam. Kadang-
kadang, jika kita ingin memasukkan proposal untuk mendapatkan dana hibah penelitian
misalnya, topik atau area penelitian sudah ditentukan oleh pemberi hibah. Dalam keadaan
seperti itu tentu lebih mudah bagi kita karena kita tinggal mengikuti saja apa yang dimintakan
oleh pemberi hibah untuk diteliti. Namun dalam konteks penelitian mandiri seperti untuk Tugas
Akhir Program (skripsi, tesis dan disertasi), kita harus mencari dan menentukan sendiri topik
penelitian kita.

Mencari dan menemukan topik/area penelitian ini sangat penting, walaupun kadang-
kadang sangat sulit. Banyak mahasiswa program Magister ataupun Doktoral yang gagal
menyelesaikan programnya karena tersandung pada tahap ini. Terlalu banyak ide namun tidak
dapat menentukan bagaimana ide tersebut dapat diterjemahkan kedalam suatu proposal dan
dapat dilaksanakan sebagai suatu penelitian. Oleh karena itu, tahap awal dari proses penelitian
ini perlu mendapat perhatian yang serius.

Nah, bagaimana caranya?

Banyak pendekatan yang dapat dilakukan untuk membantu kita menetapkan topik atau area
penelitiaan. Walaupun demikian, semua pendekatan itu pada dasarnya memberikan
rekomendasi tahapan yang perlu dilakukan sebagai berikut.

1. Identifikasi Topik/Area secara umum sesuai minat

Langkah pertama adalah mengidentifikasi area yang menarik perhatian dan minat Anda.
Untuk melakukan hal ini, Anda buat daftar beberapa isu dalam bidang pendidikan dasar
yang memiliki keterkaitan secara personal dengan Anda dan atau pekerjaan Anda. Mulai
dengan topik atau isu umum tidak apa-apa. Misalnya:

• kebijakan Kemendikbud tentang pendidikan dasar,


• kebijakan Pemda tentang pendidikan dasar,
• proses belajar mengajar di jenjang pendidikan dasar,
• kebijakan tentang penghargaan terhadap profesi guru,
• kualitas pembelajaran di sekolah dasar, dan sebagainya.

2. Identifikasi topik spesifik

Setelah tahu topik umum yang ingin Anda teliti, kini mulai diruncingkan dengan membuat
daftar topik yang bersifat lebih spesifik dari topik umum tadi. Untuk membantu Anda
membuat daftar topik spesifik ini, Anda harus banyak membaca, melihat, dan mendengar.
Gunakan juga pengetahuan dan pengalaman yang Anda miliki, semakin familiar Anda
dengan topik spesifik ini semakin mudah bagi Anda dalam menentukan masalah penelitian
nantinya.

Sebagai contoh, katakanlah Anda tertarik untuk melakukan penelitian pada topik umum
tentang “kebijakan Kemendikbud tentang pendidikan dasar”; maka sekarang Anda mulai
berpikir ‘apa-nya’ dari kebijakan ini yang menarik minat Anda, dimana Anda telah
memiliki pengetahuan tentang hal tersebut dan juga memiliki pengalaman terkait hal
tersebut. Misalnya:

• kebijakan terkait pandemi Covid-19 bagi pendidikan dasar,


• kebijakan terkait guru SD,
• kebijakan terkait zonasi sekolah,
• kebijakan terkait UAN, dan sebagainya.

3. Identifikasi Topik yang ‘Researchable”

Nah, setelah memiliki daftar yang topik spesifik, kini pikirkan lebih spesifik lagi sehingga
topik tersebut dapat diteliti secara sistematis. Dalam melakukan hal ini, Anda harus
mempertimbangkan berbagai aspek.

a. Aspek pertama yang harus Anda pikirkan adalah signifikansi dari topik spesifik
tersebut. Seberapa penting topik tersebut untuk Anda, pekerjaan Anda, sekolah tempat
Anda mengajar, pengambil kebijakan, dan lain sebagainya yang menunjukkan manfaat
dari hasil penelitian Anda.

b. Aspek kedua yang harus dipertimbangkan adalah terkait urgensi dan kemutakhiran
topik yang akan diteliti. Seberapa penting topik spesifik itu untuk diteliti sekarang?
Apakah topik/isu spesifik yang akan diteliti ini memang hal yang sedang menjadi
perhatian pemangku kepentingan saat ini? apakah topik spesifik yang akan diteliti itu
menentukan efektivitas pembelajaran saat ini? apakah ada dampak signifikan jika topik
spesifik tersebut tidak diteliti, dan sebagainya.

c. Aspek berikut yang harus Anda perhatikan adalah terkait logistik seperti waktu
penelitian yang tersedia, kemudahan pemerolehan data dan informasi yang diperlukan,
dan dana penelitian. Aspek logistik ini sangat penting karena akan mempengaruhi
kesuksesan Anda dalam melaksanakan penelitian. Topik spesifik penelitian Anda bisa
saja sangat penting, urgen, dan mutakhir untuk dilakukan, tetapi jika akan memerlukan
waktu dan dana yang tidak Anda miliki, maka tentu penelitian tidak akan mencapai
hasil yang diinginkan.

Sebagai ilustrasi lagi, katakanlah dari beberapa alternatif topik spesifik terdahulu Anda
memutuskan untuk meneliti “Kebijakan terkait pandemi Covid-19 bagi pendidikan dasar”.
Hal ini Anda pilih karena walaupun semua topik sangat signifikan dan urgen untuk
pendidikan dasar, namun topik spesifik “Kebijakan terkait pandemi Covid-19 bagi
pendidikan dasar” ini sangat relevan dengan situasi dan kondisi (konteks) persekolahan
yang dihadapi saat ini, jadi sangat aktual. Maka dengan pertimbangan ketiga aspek diatas,
Anda membuat daftar pendek alternatif topik yang menurut Anda dapat diteliti
(researchable topic. Dari dua langkah pertama, Anda telah menentukan bahwa:

• Topik umum : kebijakan Kemendikbud tentang pendidikan dasar


• Topik spesifik : kebijakan terkait pandemi Covid-19 bagi pendidikan dasar

Maka, daftar alternatif topik yang dapat diteliti (researchable topic) misalnya adalah
sebagai berikut.
• Implementasi kebijakan Kemdikbud bagi pendidikan dasar pada masa pandemi
Covid-19 di sekolah
• Kebijakan Penutupan Sekolah pada masa pandemi Covid-19 dan motivasi belajar
anak
• Kebijakan Penutupan Sekolah pada masa pandemi Covid-19 dan hasil belajar siswa
• Sikap orang tua siswa terhadap kebijakan sekolah daring
• Metode pembelajaran yang efektif selama masa pandemi

Researchable topic pilihan Anda inilah yang nantinya akan menjadi permasalahan
penelitian Anda.

4. Menentukan Masal ah Peneliti an

Nah, sekarang waktunya Anda memilih satu topik yang akan Anda teliti, atau yang akan
menjadi masalah penelitian Anda. Sekali lagi, pertimbangkan ketiga aspek pada langkah
sebelumnya dalam membuat keputusan. Diantara alternatif topik yang dapat diteliti itu
mana yang paling menarik minat Anda, yang paling urgen, yang hasilnya akan paling
bermanfaat, dan yang secara logistik paling dapat dilakukan.
Selain itu, untuk membantu Anda memilih pada tahapan ini, Anda juga dapat mulai
membayangkan hal-hal sebagai berikut.

• Tipe penelitian apa yang dapat dilakukan untuk topik tersebut. Topik-topik tertentu
punya kecenderungan untuk diteliti dengan tipe penelitian tertentu pula, misalnya ada
topik yang lebih lazim dan lebih ‘pas’ untuk diteliti dengan tipe penelitian kuantitatif
dan ada yang lebih baik jika diteliti dengan tipe penelitian kualitatif. pendekatan
penelitian mana yang paling Anda kuasai?

• Jenis sumber informasi apa yang harus dikumpulkan, apakah informasi yang harus
diperoleh dari sumber langsung (data primer) atau bisa dari sumber kedua (data
sekunder. Jika harus melibatkan pengumpulan informasi dari sumber langsung maka
harus dibayangkan bagaimana cara mengumpulkannya, apakah survey, wawancara,
atau pengamatan. Hal-hal ini juga berkaitan dengan masalah fisibilitas terkait
pertimbangan aspek logistik yang tadi; dan

• Siapa yang dapat membantu Anda untuk berdiskusi tentang topik yang akan diteliti,
mungkin yang pernah melakukan penelitian serupa atau yang memiliki kepakaran pada
bidang yang diteliti atau pada metodologi penelitian yang paling sesuai untuk topik
yang dipilih.

Jadi, pada tahapan ini, banyak membaca dan mendengar menjadi kunci. Apakah ada teori
yang terkait dengan topik ini, apakah ada penelitian-penelitian terdahulu terkait topik ini?
Apakah topik ini sudah terlalu banyak diteliti sebelumnya? Apa yang bisa membedakan
penelitian Anda dengan penelitian serupa yang telah ada? Literatur dan pakar akan
membantu Anda melihat, untuk setiap alternatif topik, pendekatan penelitian apa yang
harus digunakan, variabel apa yang harus diukur, data apa yang harus dikumpulkan;
sehingga Anda dapat membuat keputusan yang terbaik agar penelitian Anda memiliki
kualitas yang tinggi.

Dalam menentukan masalah penelitian ini, bacaan-bacaan aktual seperti berita dalam
media massa atau media sosial juga dapat membantu karena itu akan menunjukkan faktor
‘kekinian’ dari isu terkait topik tersebut. Nah, sebagai ilustrasi, misalnya Anda menemukan
bahwa banyak berita terkait kebijakan Kemendikbud tentang belajar selama masa pandemi
ini seperti yang ditulis dan diterbitkan dalam beberapa media berikut.
=====================================================

Buka Sekolah Tatap Muka, Mendikbud Nadiem Akui PJJ Berdampak Negatif
Bagi Masa Depan Anak

Oleh: Candra Mata | Sabtu, 08 Agustus 2020 - 12:05 WIB

INDUSTRY.co.id - Jakarta, Menteri Pendidikan


dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim
mengakui pembelajaran jarak jauh (PJJ) telah
menimbulkan dampak negatif berkepanjangan
pada para pelajar dan berpotensi merusak masa
depan anak.

Hal tersebut lantaran belajar mengajar yang tidak


dilakukan di sekolah bisa menimbulkan ancaman
putus sekolah. "Sebab, anak terpaksa harus
bekerja," ujar Nadiem seperti dikutip redaksi dari
Kompas TV pada Sabtu (8/8).

Keterpaksaan itu menurut Nadiem terjadi untuk membantu keuangan atau ekonomi
keluarga di tengah masa sulit pandemi saat ini. "PJJ akhirnya tak optimal karena anak
terancam putus sekolah. Ancaman putus sekolah ini riil bisa berdampak eumur
hidup," ungkap Nadiem. Tidak hanya itu, dijelaakan Nadiem persepsi orang tua juga
berubah karena mereka tidak bisa melihat peranan sekolah dalam proses belajar
mengajar apabila proses pembelajaran tidak dilakukan secara tatap muka.

Dampak negatif yang kedua, berpotensi menurunkan capaian belajar. Hal itu
disebabkan karena kesenjangan akses dan kualitas selama pembelajaran jarak jauh.
Akibatnya, dapat terjadi kesenjangan capaian belajar, terutama untuk anak dari
sosio-ekonomi berbeda. “Selain itu, ada risiko learning loss. Sebuah studi bahwa
pembelajaran di kelas menghasilakn pencapaian akademik yang lebih baik
dibandingkan dengan PJJ,” ujar Nadiem.

Terakhir, dampak negatif paling parah yakni menimbulkan kekerasan pada anak dan
risiko eksternal. Dengan tak sekolah, Nadiem menuturkan, banyak anak mengalami
kekerasan di rumah yang tidak terdeteksi oleh guru. “Ada ancaman peningkatan
kekerasan anak, stres di dalam rumah karena tak bertemu teman. Ini bisa berdampak
psikologis," tandasnya.

Berikutnya teejadi juga risiko eksternal yaitu ketika anak tidak lagi datang ke
sekolah, terdapat peningkatan risiko terjadinya pernikahan dini, eksploitasi anak
terutama perempuan dan kehamilan pada remaja.

Karenanya, untuk mencegah terjadinya dampak negatif tersebut akibat pembelajaran


jarak jauh, Kemendikbud mengeluarkan dua kebijakan baru.

Pertama, perluasan pembelajaran tatap muka untuk wilayah zona kuning. Artinya,
pelaksanaan pembelajaran tatap muka diperbolehkan untuk semua jenjang
pendidikan yang berada di zona hijau dan kuning. Kedua, Kemendikbud
mengeluarkan kebijakan kurikulum darurat (dalam kondisi khusus). Artinya, sekolah
diberikan fleksibilitas untuk memilih kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan
pembelajaran siswa. "Sekali lagi, diperbolehkan bukan diwajibkan," pungkas
Nadiem.

============================oOo============================

Sekolah Jarak Jauh Merusak Masa Depan Anak

Editor : Muh. Asdar 9 Agustus 2020

Berita Satu.com. Pembelajaran jarak


jauh (PJJ) mempunyai dampak negatif
berkepanjangan pada anak atau siswa.
Hal tersebut diungkapkan oleh Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem
Makarim. Karena memiliki banyak
dampak negatif itulah, sehingga dapat
mengakibatkan rusaknya masa depan
sang anak secara permanen.

Nadiem menguraikan beberapa hal yang bisa saja yang terjadi sekolah jarak
jauh,Pertama, kelangsungan belajar mengajar yang tidak dilakukan di sekolah
berpotensi menimbulkan ancaman putus sekolah. Sebab, anak terpaksa harus
bekerja. Ini dilakukan untuk membantu keuangan keluarganya di tengah terjadinya
krisis pandemi virus corona atau Covid-19. “PJJ akhirnya tak optimal karena anak
terancam putus sekolah. Ancaman putus sekolah ini riil bisa berdampak seumur
hidup,” kata Nadiem di Jakarta pada Jumat (7/8/2020).

Terkait hal tersebut, lanjut Nadiem, persepsi orang tua juga berubah karena mereka
tidak bisa melihat peranan sekolah dalam proses belajar mengajar apabila proses
pembelajaran tidak dilakukan secara tatap muka. Dampak negatif yang kedua,
berpotensi menurunkan capaian belajar. Hal itu disebabkan karena kesenjangan
akses dan kualitas selama pembelajaran jarak jauh. Akibatnya, dapat terjadi
kesenjangan capaian belajar, terutama untuk anak dari sosio-ekonomi berbeda.
“Selain itu, ada risiko learning loss. Sebuah studi bahwa pembelajaran di kelas
menghasilakn pencapaian akademik yang lebih baik dibandingkan dengan PJJ,” ujar
Nadiem.

Terakhir, dampak negatif paling parah yakni menimbulkan kekerasan pada anak dan
risiko eksternal. Dengan tak sekolah, Nadiem menuturkan, banyak anak mengalami
kekerasan di rumah yang tidak terdeteksi oleh guru. “Ada ancaman peningkatan
kekerasan anak, stres di dalam rumah karena tak bertemu teman. Ini bisa berdampak
psikologis,” ujarnya. Sementara risiko eksternal yakni, ketika anak tidak lagi datang
ke sekolah, terdapat peningkatan risiko terjadinya pernikahan dini, eksploitasi anak
terutama perempuan dan kehamilan pada remaja.
Karenanya, untuk mencegah terjadinya dampak negatif tersebut akibat pembelajaran
jarak jauh, pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
mengeluarkan dua kebijakan baru. Pertama, perluasan pembelajaran tatap muka
untuk wilayah zona kuning. Artinya, pelaksanaan pembelajaran tatap muka
diperbolehkan untuk semua jenjang pendidikan yang berada di zona hijau dan
kuning. Kedua, Kemendikbud mengeluarkan kebijakan kurikulum darurat (dalam
kondisi khusus). Artinya, sekolah diberikan fleksibilitas untuk memilih kurikulum
yang sesuai dengan kebutuhan pembelajaran siswa.

Meskipun Kemendikbud mengeluarkan kurikulum darurat, satuan pendidikan tidak


wajib mengikuti kurikulum tersebut. Kemendikbud menyediakan tiga opsi: Pertama,
tetap menggunakan kurikulum nasional 2013. Kedua, menggunakan kurikulum
darurat (dalam kondisi khusus). Ketiga, melakukan penyederhanaan kurikulum
secara mandiri.“Bagi yang membutuhkan standar lebih sederhana, boleh
menggunakan kurikulum darurat. Tetapi, opsi menggunakan kurikulum darurat tidak
dipaksa,” tutupnya. (***)

=============================oOo===========================

bbc.com/indonesia/indonesia-52661836

Sekolah di tengah pandemi Covid-19: Para siswa 'tertinggal' secara akademik,


orang tua: 'Saya pilih anak selamat'

• Callistasia Wijaya
• Wartawan BBC News Indonesia
2 Juni 2020

Menjelang awal tahun ajaran


baru 13 Juli mendatang,
sejumlah guru dan orang tua
menyatakan khawatir dengan
perkembangan akademik para
siswa setelah diterapkannya
pendidikan jarak jauh (PJJ)
untuk menekan penularan
Covid-19.
Keterangan gambar:
Mereka mengatakan, Seorang siswa SD mengerjakan ulangan praktek mata
keterbatasan fasilitas pendukung pelajaran IPA tentang Identifikasi Sifat Campuran
hingga ketidaksiapan siswa melalui media daring di rumahnya, Desa Laladon,
belajar di rumah, membuat Ciomas, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, (11/05).
sistem itu "belum efektif"-
keadaan yang mengakibatkan capaian akademik siswa "tertinggal", menurut seorang
pengamat pendidikan.

Ada orang tua siswa yang berharap anaknya segera kembali ke sekolah, tapi ada juga
yang tidak sepakat kegiatan belajar secara tatap muka diberlakukan karena alasan
kesehatan.Sementara, pemerintah meminta pihak terkait memanfaatkan fasilitas
yang ada untuk mengoptimalkan PJJ.
• Tahun ajaran baru dan skenario kembali ke sekolah, mengapa ada penolakan dari
orang tua siswa?
• Beberapa hari dibuka, ratusan sekolah di Korea Selatan harus ditutup lagi karena
lonjakan kasus virus corona
• Guru honorer jual barang, orang tua siswa tunggak iuran sekolah: 'Mending
untuk makan'
• Kisah guru di Jawa Barat mendatangi rumah murid-muridnya yang tidak punya
gawai dan sulit akses siaran televisi

'Tak belajar selama tiga bulan'

Oktoriyadi, guru sekolah


dasar negeri di
Kabupaten Kapuas Hulu,
Kalimantan Barat,
mengatakan sudah tiga
bulan belakangan siswa-
siswanya tidak
menjalani pendidikan
sebagaimana mestinya.
Keterangan gambar, Alih-alih belajar di
(Foto ilustrasi) Setelah sekolah diliburkan dan warga
dianjurkan diam di rumah guna menghambat penularan virus
rumah, siswanya kini
corona hanya membantu orang
tua mereka masing-
masing berladang karena tidak adanya layanan internet di desa itu.
"Saya kan daerahnya termasuk daerah tertinggal. Di sana belum ada sinyal.
Jangankan sinyal internet, untuk telepon, SMS itu pun hanya tempat tertentu saja
yang ada sinyalnya," ujar Oktoriyadi. Menonton siaran TVRI pun tidak bisa karena
tidak adanya sumber listrik di siang hari, ujar Oktoriyadi. Itu membuatnya khawatir.
"Saya sangat mengkhawatirkan anak-anak tidak mendapat akses pendidikan."

"Kalau saya pikir di daerah saya, sebaiknya anak-anak diberlakukan sekolah seperti
biasa, dengan pertimbangan di sana belum juga terlalu zona merah. Sekolah bisa
dilaksanakan dengan protokol pencegahan Covid-19, seperti menjaga jarak," kata
Oktoriyadi.

Kapuas Hulu tercatat memiliki satu kasus positif Covid-19 dengan dua pasien dalam
pengawasan (PDP) dan lebih dari 500 orang dalam pemantauan (ODP) per tanggal
1 Juni 2020.

Sementara, di Tegalwaru, Purwakarta, Jawa Barat, keadaannya sedikit lebih baik


meski penuh tantangan, seperti dituturkan seorang guru sekolah dasar negeri, Dian
Misastra. Ia mengatakan tak semua dari siswanya, yang kebanyakan anak dari petani,
memiliki ponsel. Karenanya, ia harus mengunjungi rumah siswa-siswanya untuk
mengajar secara langsung, hal yang dilakukannya secara sukarela meski
dikatakannya "belum mendapatkan insentif".
FOMeski begitu, ia
mengatakan tak
mungkin kurikulum
yang normal bisa
diterapkan dalam
PJJ. Jika sekolah
baru dibuka akhir
tahun atau awal
tahun depan,
dampaknya pun akan
sangat besar bagi
siswa, katanya.
Keterangan gambar,
Sejumlah anak bermain permainan ular tangga edukasi di SekolahMaka itu, ia
Automasi dan Robotika (Autobot), Klaten, Jawa Tengah, (14/05). berpendapat, jika
situasi sudah aman
dan memungkinkan, sekolah mestinya dapat dibuka kembali. "Misalnya zona di
sini nggak terlalu berbahaya, nggak harus semua sekolah dirumahkan. Ada yang
kondisi aman, lanjut masuk sekolah dengan protokol kesehatan," ujarnya.

'Anak belum siap'

Selain keterbatasan fasilitas, sistem PJJ juga dinilai belum efektif karena
ketidaksiapan siswa belajar di rumah. Pendi, orang tua siswa kelas IX di sebuah
sekolah di Pamulang, Tangerang Selatan, menceritakan apa yang diamatinya.

"Berantakan [cara belajarnya]. Ya [anak] berpikirnya main saja. Yang jelas,


anaknya nggak siap untuk belajar di rumah," ujarnya pada Oki Budhi, wartawan
BBC News Indonesia."Kalau ujian yang jawab malah ibunya. Saat ujian, minta
(jawaban) di Google, jadi nggak murni itu." Pendi mengatakan tak masalah jika
anaknya kembali bersekolah, asal protokol jaga jarak aman bisa dijalankan.

Namun, sikap orang tua murid lain, Ardi, warga Bintaro, Jakarta Selatan, berbeda.

"Pilihannya itu
kan keselamatan
anak atau anak
bodoh. Kasarnya
begitu. Kalau
kita disuruh pilih,
ya pilih anak
selamat dong,"
ujar Ardi, ayah
dua anak laki- Keterangan gambar,
laki yang duduk IDAI menyarankan pemerintah untuk menerapkan PJJ setidaknya
hingga Desember.
di bangku TK
dan SD itu. Ia mengatakan juga tak keberatan jika generasi pelajar saat ini, yang
terdampak Covid-19, diminta mengulangi pelajaran yang tidak bisa mereka terima
saat pandemi di kemudian hari. "Karena mereka benar-benar missed (ketinggalan)
pelajaran. Takutnya mereka dipaksain naik [kelas], tapi tidak mampu, ada yang
kelewat silabusnya," ujarnya.
======================================================

Dari beberapa berita di media massa di atas, ada beberapa concern dikemukakan
sehubungan dengan proses pembelajaran semasa Covid-19, salah satu aspek yang dapat
ditangkap adalah kekhawatiran tentang dampak dari kebijakan sekolah dari rumah selama
Covid-19 terhadap hasil belajar yang tidak akan optimal. Katakanlah itu kesimpulan Anda
setelah membaca berita-berita tadi. Sebagai seorang pendidik, maka Anda khawatir dengan hal
tersebut dan oleh karena itu ingin meneliti apakah benar ‘belajar dari rumah menyebabkan
hasil belajar tidak optimal’. Nah, berarti Anda sudah menetapkan researchable topik Anda
diantara alternatif topik spesifik yang telah ada dalam contoh diatas, yaitu: “Kebijakan
Penutupan Sekolah pada masa pandemi Covid-19 dan hasil belajar siswa”. Inilah permasalahan
penelitian Anda.

Dalam contoh kita, sampai tahapan ini Anda telah menetapkan:


Topik umum : kebijakan Kemendikbud tentang pendidikan dasar
Topik spesifik : kebijakan terkait pandemi Covid-19 bagi pendidikan dasar
Topik yang dapat diteliti : Kebijakan Penutupan Sekolah pada masa pandemi Covid-19
dan hasil belajar siswa

Jika Anda mengidentifikasi masalah penelitian Anda melalui langkah-langkah diatas, maka
masalah penelitian Anda seharusnya sudah mempertimbangkan aspek signifikansi dan
kebermanfaatan, urgensi, dan fisibilitasnya. Lihatlah sekali lagi, apakah permasalahan
penelitian Anda terah memiliki ciri-ciri masalah penelitian yang baik berikut ini.

a. Signifikansi, Urgensi, dan Kebermanfaatan: seberapa signifikan dan urgen


permasalahan tersebut terhadap topik umum yang terkait (dalam hal contoh kita:
“kebijakan Kemendikbud tentang pendidikan dasar”), apa kontribusi penelitian ini pada
pengembangan teori dan ilmu pengetahuan secara umum, apa kontribusi penelitian ini
pada perbaikan kebijakan dan atau metode implementasi kebijakan, dan sebagainya.
b. Fisibilitas: apakah penelitian dengan permasalahan yang telah dipilih ini dapat
dilakukan, apakah variabel-variabel yang harus diteliti dapat diukur, apakah data yang
diperlukan dapat dikumpulkan, cukupkah waktu yang dibutuhkan, cukupkah anggaran
yang diperlukan, dan sebagainya.
c. Orisinalitas: apakah permasalah penelitian yang dipilih sudah terlalu banyak diteliti
sebelumnya tanpa ada unsur kebaruan baik dalam fenomena, metode, pendekatan,
kerangka, ataupun konsep yang digunakan.
PERUMUSAN MASALAH, TUJUAN PENELITIAN,
dan JUDUL PENELLITIAN

Setelah Anda berhasil menentukan masalah yang akan diteliti, dan telah memperoleh
persetujuan dari Pembimbing TAPM Anda, maka langkah berikut yang harus dilakukan adalah
merumuskan masalah dengan tepat dan benar. Rumusan masalah merupakan indikasi awal
yang menunjukkan tujuan penelitian, variabel-variabel yang akan diukur, subjek penelitian,
jenis atau tipe penelitian yang akan dilakukan, serta judul penelitian yang tepat yang
mencerminkan substansi penelitian. Oleh karena itu, perumusan masalah sangat penting.

Secara umum, rumusan masalah adalah suatu pernyataan tentang suatu fenomena yang
mengkhawatirkan, suatu kondisi yang perlu diperbaiki, atau suatu kesulitan/kendala yang perlu
dihilangkan. Dalam bidang ilmu-ilmu sosial, rumusan masalah ini sering juga dituangkan
dalam bentuk suatu pertanyaan. Tujuan perumusan masalah adalah untuk: (1) memberikan
penjelasan mengapa permasalah perlu diteliti, (2) konteks dimana masalah tersebut terjadi, dan
(3) kerangka bagaimana masalah tersebut akan dicoba di’jawab’ dalam penelitian yang akan
dilakukan.

A. TIPE PERMASALAHAN PENELITIAN

Berdasarkan permasalahan penelitian yang telah Anda identifikasi, kita dapat melihat tipe
permasalahan yang ingin Anda teliti. Secara umum, sifat permasalah penelitian dapat
dibedakan menjadi permasalah yang bersifat deskriptif, komparatif, atau korelatif. Sifat
permasalahan ini secara langsung akan mempengaruhi rumusan masalah Anda.

• Permasalahan penelitian deskriptif adalah permasalahan yang mempertanyakan status atau


potret dari fenomena/isu yang akan diteliti. Jadi bersifat eksploratif, eksplanatif, ataupun
evaluatif; dan umumnya akan melahirkan penelitian deskriptif. Dalam contoh di atas, maka
peneliti dapat menetapkan bahwa permasalahannya adalah misalnya: belum adanya potret
yang komprehensif tentang bgaimana implementasi kebijakan penutupan sekolah pada
satuan pendidikan dan tentang hasil belajar siswa pada masa kebijakan ‘sekolah dari
rumah’.

• Permasalahan penelitian komparatif adalah permasalahan yang mempertanyakan


perbandingan antara suatu fenomena/variabel pada satu keadaan dengan keadaan lainnya,
atau antara satu variabel dengan variabel lainya. Dalam contoh di atas, maka permasalahan
penelitiannya misalnya: belum ada bukti yang memperlihatkan bahwa terdapat perbedaan
hasil belajar siswa sebelum dengan setelah diberlakukan kebijakan penutupan sekolah dan
siswa diharuskan belajar dari rumah.

• Permasalahan penelitian korelatif adalah permasalahan yang mempertanyakan ada


tidaknya hubungan antar dua atau lebih variabel/fenomena. Permasalah korelatif ini juga
dapat merupakan korelatif sejajar atau korelatif sebab-akibat. Dalam contoh di atas,
✓ jika korelatif sejajar maka permasalahannya misalnya: belum ada bukti empirik
yang representatif yang menunjukkan secara langsung hubungan antara antara
siswa belajar di rumah dengan hasil belajar mereka.

✓ Jika korelasi sebab-akibat maka permasalahannya misalnya: belum ada bukti


empirik yang representatif yang menunjukkan secara langsung bahwa kebijakan
penutupan sekolah/siswa belajar di rumah menyebabkan penurunan hasil belajar
siswa.

B. LANGKAH-LANGKAH MERUMUSKAN MASALAH

Keseluruhan proses berpikir dan analisis yang Anda lakukan dalam langkah-langkah
menetapkan masalah (Kegiatan Belajar 1) merupakan materi untuk menyusun latar belakang
dan merumuskan masalah dalam proposal penelitian Anda. Sesuai tujuan perumusan masalah,
rumusan masalah yang efektif adalah yang mengandung:

• konteks masalah (apa yang sudah diketahui tentang masalah tersebut?);


• uraian tentang ‘isu spesifik’ yang akan diteliti (apa yang perlu diketahui tentang masalah
tersebut?);
• uraian tentang signifikansi, urgensi, relevansi masalah (mengapa kita harus tahu?); dan
• rumusan masalah dan tujuan penelitian (apa yang akan dilakukan untuk mencari ‘tahu’
tentang hal tersebut?)

Oleh karena itu, rumusan masalah yang baik harus selalu didahului oleh uraian latar
belakang yang mendeskripsikan konteks serta uraian kepentingan dan kebermanfaatan. Secara
sistematis, Langkah-langkah penyusunan rumusan masalah adalah sebagai berikut.

1. Deskripsikan konteks permasalahan. Beberapa pertanyaan yang dapat membantu Anda


mendeskripsikan konteks misalnya (tetapi tidak terbatas):
• dimana dan kapan permasalahan muncul/terjadi?
• mengapa permasalahan itu muncul?
• siapa yang terkena dampak dari permasalahan tersebut? Seberapa besar?
• dsb.
2. Uraikan mengapa masalah tersebut penting untuk dilakukan. Beberapa pertanyaan yang
dapat membantu Anda mendeskripsikan konteks misalnya (tetapi tidak terbatas):
• berapa lama permasalahan tersebut akan berdampak? Jangka pendek, menengah,
panjang?
• apa akibatnya jika permasalahan tersebut tidak diteliti? Siapa yang akan terkena
dampak terparah?
• Apakah permasalah memiliki dampak yang lebih luas dari dimana permasalahan
tersebut terjadi?
• dsb.
3. Rumuskan masalah dan tujuan penelitian. Rumusan masalah dan tujuan npenelitian
memiliki fungsi yang sama, dan oleh karena itu sering digunakan secara berganti-ganti oleh
para peneliti. Ada juga peneliti yang menuliskan satu rumusan masalah yang kemudian
dijabarkan dalam beberapa tujuan penelitian. Tujuan penelitian ini secara langsung
menyatakan apa yang ingin Anda lakukan dalam penelitian dalam rangka untuk menjawab
permasalahan yang telah diidentifikasi.

Sebagai ilustrasi dari contoh kita di atas, rumusan masalah dapat disusun seperti berikut:

“Walaupun telah banyak keluhan masyarakat, namun belum


ada bukti empirik yang secara signifikan memperlihatkan
bahwa belajar dari rumah menyebabkan hasil belajar tidak
optimal”

Rumusan masalah ini apabila dinyatakan dalam format tujuan maka kurang lebih akan
berbunyi seperti berikut:

“Penelitian ini ditujukan untuk menginvestigasi apakah


kebijakan sekolah dari rumah mempengaruhi hasil belajar
siswa”

Tujuan penelitian dapat dirumuskan sebagai tujuan umum dan tujuan khusus jika
diinginkan. Tujuan umum merupakan tujuan akhir/luas dari penelelitian Anda. Misalnya,
berdasarkan contoh kita terdahulu:

• Penelitian ini ditujukan untuk menginvestigasi apakah kebijakan sekolah dari rumah
mempengaruhi hasil belajar siswa
• Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan ada tidaknya hubungan antara kebijakan
sekolah dari rumah dengan hasil belajar siswa
• Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi ada tidaknya keterkaitan antara
kebijakan sekolah dari rumah dengan hasil belajar siswa

Tujuan khusus sudah lebih konkrit dan menunjukkan cara Anda akan menjawab
permasalahan yang telah diidentifikasi. Misalnya:

• Tujuan penelitian ini akan membandingkan dengan analisis statistik hasil belajar siswa
pada saat sebelum diberlakukan kebijakan sekolah dari rumah dan setelah diberlakukan
kebijakan sekolah dari rumah.
• Penelitian ini akan mengidentifikasi secara kualitatif hubungan antara kebijakan
sekolah dari rumah dengan hasil belajar siswa
• Penelitian ini akan meneliti apakah kebijakan sekolah dari rumah berkorelasi dengan
hasil belajar siswa secara statistik

Permasalahan suatu penelitian dapat sangat bervariasi dari yang sangat sederhana hingga
yang sangat kompleks, tergantung dari variable-variabel yang akan diukur serta keterkaitan
antar-variabel yang diukur. Oleh karena itu, Ketika Anda akan merumuskan masalah atau
tujuan penelitian, Anda harus memahami ruang lingkup dari permasalahan yang ingin Anda
teliti, variable-variabel yang terkait dengan masalah penelitian Anda, berbagai kemungkinan
korelasi diantara variable-variabel tersebut, dan yang terpenting variabel mana yang menurut
Anda yang paling penting dalam isu permasalahan yang akan diteliti. Pemahaman itu akan
membantu Anda merumukan masalah dan tujuan penelitian Anda dengan tepat. Sebgai catatan,
Anda dapat memiliki lebih dari satu tujuan penelitian berdasarkan satu masalah penelitian yang
telah ditetapkan. Demikian pula, dari satu tujuan umum Anda juga dapat merumuskan lebih
dari satu tujuan khusus.

Latar belakang masalah harus disusun secara runtun dan cermat, sehingga pembaca akan
dapat mengikuti alur berpikir Anda dan dapat merasakah tingkat kepentingan akan topik dan
permasalah penelitian yang akan dilakukan. Dalam menyusun latar belakang masalah ini,
batasi konteks yang diuraian pada situasi dan kondisi yang secara langsung berhubungan
dengan topik penelitian Anda. Banyak proposal yang menuliskan latar belakangnya terlalu luas
sehingga tidak fokus dan membuat pembaca kesulitan menangkap inti yang ingin disampaikan.
Kemudian, dalam mengemukakan fakta, gejala, dan fenomena yang membuat Anda ingin
melakukan penelitian perlu didukung dengan data, teori yang ada, ataupun hasil-hasil
penelitian sebelumnya (jika ada) yang relevan dan secukupnya. Uraian teori dan hasil
penelitian terdahulu yang digunakan untuk mendukung tingkat kepentingan topik ini harus
singkat dan tidak serinci pada Kajian Pustaka. Literatur yang sama nantinya tentu akan Anda
uraikan lagi dalam bagian Kajian Pustaka.

Dengan kata lain, latar belakang dan rumusan masalah atau tujuan penelitian agar efektif
harus:

• fokus pada satu isu/problem,


• cukup specifik sehingga dapat dijawab tuntas oleh penelitian yang akan dilakukan,
namun cukup komprehensif sehingga dapat menjawab isu penelitian,
• memungkinkan untuk diteliti (researchable),
• fisibel dalam waktu dan faktor operasional/logistik lainnya, dan
• relevan dengan bidang studi dan atau concern masyarakat secara umum.

Sebagai ilustrasi, mari kita berlatih dengan menguraikan konteks dan signifikansi dari
permasalah penelitian yang kita contohkan di atas. Coba bandingkan contoh sederhana dan
singkat berikut untuk melihat perbedaan cara penyusunan latar belakang masalah dan tujuan
penelitian.
Contoh A Contoh B

Latar Belakang Masalah Latar Belakang Masalah

Tujuan pendidikan menurut UUD 45 Pandemi Covid-19 yang tengah


adalah …. dan oleh karena itu pendidikan melanda dunia telah menyebabkan
harus diselenggarakan dengan baik agar perubahan yang luar biasa pada tatanan
tercapai kualitas sumberdaya manusia yang kehidupan kita, termasuk pada cara kita
memiliki karakteristik seperti yang diuraikan bekerja, bersekolah, dan beribadah. Pada
dalam tujuan pendidikan tersebut. Sistem negara-negara yang terkena wabah virus
pendidikan nasional dirancang berdasarkan Corona termasuk Indonesia, Pemerintah
UU Sisdiknas yang mengamanatkana…… terpaksa menutup perkantoran, sekolah dan
Berdasarakan hal tersebut, pendidikan di kampus, serta tempat-tempat peribadatan.
Indonesia bertumpu pada sistem Kebijakan ini dengan serta merta menuntut
persekolahan yang diselenggarakan secara berbagai penyesuaian termasuk pada bidang
tatap muka dengan metode pembelajaran pendidikan. Proses pembelajaran yang
klasikal (guru berceramah di depan kelas). biasanya dilakukan secara tatap muka di
sekolah dan kampus harus berubah mejadi
Disamping itu, tradisi pendidikan di pembelajaran jarak jauh (PJJ) dimana peserta
Indonesia juga sangat dipengaruhi oleh didik belajar dari rumah masing-masing.
budaya lisan, dimana pemeroleh informasi
dan pengetahuan lebih disukai jika PJJ merupakan sistem pendidikan dan
disampaikan secara lisan oleh seorang ‘ahli’ pembelajaran yang dicirikan dengan adanya
(Xxxx,1999). Hal ini lebih menguatkan lagi keterpisahan antara pengajar dengan
preferensi dan tradisi mengajar dengan pembelajar (Aaaa, 1990). Sistem PJJ
berceramah, dan peserta didik hanya bukanlah konsep baru, dan di Indonesia
mendengarkan secara pasif (Yyyy, 1995). sistem PJJ telah dilakukan sejak pertengahan
Peserta didik tidak biasa melakukan tahun 1950an dan bahkan Universitas
pembelajaran secara aktif dengan Terbuka (UT) yang menerapkan sistem PJJ
bereksperimen, berdiskusi, ataupun sejak 1984 telah menghasilkan jutaan lulusan
bersimulasi. Kondisi ini telah berjalan yang kompetensinya dapat diterima oleh
beberapa dekade dan hasilnya dapat kita lihat dunia kerja (Bbbb, 2010). Namun demikian,
dari data prestasi peserta didik yang secara PJJ pada umumnya dilakukan untuk jenjang
rata-rata nasional belum optimal (Zzzz, pendidikan menengah dan tinggi, dan
1990). Oleh karena itu kita patut khawatir Indonesia belum memiliki pengalaman PJJ
dan seharusnya mencari terobosan agar pada tingkat pendidikan dasar. Demikian
proses pembelajaran dapat dilakukan dengan juga, PJJ yang diselenggarakan oleh UT,
metode yang lebih interaktif agar hasil misalnya, dilakukan dengan proses persiapan
belajar optimal. Lebih dari itu, perlu dicari dan perancangan yang matang sehingga
metode pembelajaran yang akan melatih keseluruhan proses dan hasil dapat
peserta didik menjadi siswa aktif dan dipertanggung jawabkan kualitasnya.
memiliki kemampuan untuk menjadi Sementara itu, PJJ yang diadopsi oleh
pembelajar yang mandiri. kebijakan Pemerintah pada masa pandemi ini
berlaku untuk semua jenjang pendidikan
Banyak teori dan hasil penelitian termasuk pendidikan dasar. Kebijakan
menunjukkan bahwa metode pembelajaran inipun harus dilaksanakan dengan segera
aktif dapat meningkatkan prestasi belajar walaupun tanpa persiapan yang memadai,
peserta didik. Pembelajaran jarak jauh (PJJ) dan walaupun guru maupun peserta didik
merupakan salah satu metode pembelajaran tidak memiliki pengetahuan dan pengalaman
yang mensyaratkan peserta didik untuk aktif tentang PJJ. Semua proses pembelajaran
dalam belajar, karena proses pembelajaran yang biasanya tatap muka di kelas diubah ke
tidak secara langsung dibimbing dan diawasi PJJ, bahkan PJJ yang berbasis Internet atau
oleh guru (Wwww, 1999). Dalam PJJ, pembelajaran dalam jaringan (daring).
peserta didik dituntut untuk secara aktif dan
mandiri, di rumahnya masing-masing, Kebijakan peralihan sistem
melakukan proses belajar melalui membaca, pembelajaran yang mendadak ini tentu saja
menyimak video, mengerjakan latihan, dan menghasilkan implementasi yang sangat
bahkan menguji sendiri apakah dirinya sudah beragam karena keragaman kesiapan
menguasai materi yang dipelajarinya ataukah infrastruktur, kompetensi guru, dan kesiapan
belum. peserta didik di setiap sekolah. Berdasarkan
berita-berita yang bertebaran di media massa
Seiring dengan pemahaman tersebut, dan media sosial, tampaknya banyak kendala
Pemerintah merasa bahwa pada masa yang dihadapi baik oleh guru maupun peserta
pandemi Covid-19 dan sekolah-sekolah didik dan orang tua mereka dalam
ditutup untuk mengurangi penularan, maka melakukan pembelajaran daring ini.
menerapkan PJJ merupakan solusi yang baik. Kendala-kendala tersebut umumnya
Dengan demikian, walaupun di rumah, berkaitan dengan kesulitan dan mahalnya
peserta didik diharapkan dapat belajar sesuai koneksi ke Internet, ketiadaan gawai yang
konsep PJJ dan mencapai hasil belajar yang memadai bagi peserta didik, ketidak siapan
optimal. Maka keluarlah kebijakan belajar guru dalam mengajar secara daring, dan
dari rumah dengan menggunakan sistem PJJ, sebagainya, yang akhirnya melahirkan
dan khususnya PJJ daring. banyak kekahawatiran dan keluhan tentang
proses dan hasil pembelajaran yang tidak
Setelah kebijakan belajar dari rumah
optimal. Benarkah demikian?
diberlakukan, ternyata banyak peserta didik
dan orang tua yang mengeluh karena merasa Berita-berita yang ada umumnya tidak
proses belajar tidak optimal dan hasil belajar menyertakan data empirik dan hanya
juga menjadi tidak optimal. Namun mensitasi pernyataan-pernyataan yang
demikian, permasalahannya adalah diberikan orang tua dan masyarakat pada
walaupun telah banyak keluhan umumnya. Sehingga, walaupun telah
masyarakat, namun belum ada bukti banyak keluhan masyarakat, namun
empirik yang secara signifikan belum ada bukti empirik yang secara
memperlihatkan bahwa belajar dari signifikan memperlihatkan bahwa belajar
rumah menyebabkan hasil belajar tidak dari rumah menyebabkan hasil belajar
optimal. tidak optimal.

Tujuan Penelitian Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan tersebut, Berdasarkan permasalahan tersebut,


penelitian ini ditujukan untuk penelitian ini ditujukan untuk
menginvestigasi apakah kebijakan menginvestigasi apakah kebijakan
sekolah dari rumah memang benar sekolah dari rumah memang benar
mempengaruhi hasil belajar siswa. Secara mempengaruhi hasil belajar siswa. Secara
lebih spesifik, penelitian ini bermaksud lebih spesifik, penelitian ini bermaksud
untuk membandingkan dengan analisis untuk membandingkan dengan analisis
statistik hasil belajar siswa pada saat statistik hasil belajar siswa pada saat
sebelum diberlakukan kebijakan sekolah sebelum diberlakukan kebijakan sekolah
dari rumah dan setelah diberlakukan dari rumah dan setelah diberlakukan
kebijakan sekolah dari rumah. kebijakan sekolah dari rumah.

Catatan: kalimat yang ditulis tebal adalah rumusan masalah, tujuan penelitian umum dan
tujuan penelitian khusus yang diambil dari contoh sebelumnya.

Menurut Anda, apakah uraian latar belakan masalah dan tujuan penelitian A atau B yang
lebih baik dan efektif? Mari kita bandingkan.

Uraian A:

Latar Belakang menguraikan tentang tujuan pendidikan, budaya lisan bangsa Indonesia, sistem
pembelajaran konvensional, belajar pasif dan belajar aktif, sistem PJJ, kebijakan pjj pada saat
pandemi, dan keluhan proses dan hasil pembelajaran tidak optimal.

Perhatikan bahwa di sini penulis menguraikan aspek-aspek yang tidak terkait langsung
dengan permasalahan yang ingin diteliti (seperti tentang budaya lisan, belajar aktif dan pasif),
yaitu keluhan proses dan hasil pembelajaran tidak optimal. Uraian tidak fokus pada konteks
isu sekolah dari rumah pada masa pandemic.

Uraian B:

Latar Belakang menguraikan situasi pandemi saat ini, penutupan sekolah dan kebijakan
PJJ/belajar dari rumah, sistem PJJ, implementasi PJJ tanpa persiapan, keluhan proses dan hasil
pembelajaran tidak optimal.

Uraian langsung menjelaskan situasi pandemic yang melatarbelakangi kebijakan belajar dari
rumah secara PJJ, sistem PJJ, implementasi kebijakan, dan keluhan proses dan hasil
pembelajaran tidak optimal. Uraian berfokus pada satu (1) isu saja yaitu sekolah dari rumah
pada masa pandemic.
Nah, dengan contoh sederhana di atas, mudah-mudahan Anda dapat memahami bagaimana
caranya menyusun uraian latar belakang dan merumuskan masalah serta tujuan penelitian Anda
dengan baik.

C. MENETAPKAN JUDUL PENELITIAN

Judul penelitian merupakan bagian pertama yang akan dibaca oleh pembimbing Anda dan
pengguna hasil penelitian Anda. Judul penelitian yang efektif adalah yang dapat menunjukkan
substansi penelitian yang dilakukan. Oleh karena itu, judul penelitian ini harus dirumuskan
berdasarkan masalah penelitian yang telah ditetapkan. Secara umum, karakteristik judul yang
baik dan efektif adalah sebagai berikut.
• Menggambarkan secara akurat subjek dan ruang lingkup penelitian.
• Tidak menggunakan singkatan.
• Menggunakan kosa kata yang memberikan impresi positif dan menimbulkan rasa ingin
tahu pembaca.
• Menggunakan nomenklatur yang lazim digunakan dalam bidang yang diteliti.
• Menunjukkan variabel kunci yang diteliti.
• Singkat (10-15 kata).
• Dirumuskan dengan format kalimat pernyataan.
• Sesuai ejaan yang baku.

Jika diperlukan, Anda dapat memberi sub-judul pada penelitian Anda. Pemberian sub-judul
lazim dilakukan untuk memberikan keterangan yang lebih spesifik pada penelitian Anda,
misalnya keterangan tentang konteks, keterangan untuk menunjukkan pendekatan dan atau
metode penelitian yang digunakan, dan sebagainya.

Dari contoh kita di atas, dengan latar belakang masalah, rumusan masalah, dan tujuan
penelitian, maka judul penelitian diantaranya dapat dirumuskan sebagai berikut.

• Dampak Kebijakan Sekolah dari Rumah Selama Pandemi Covid-19 Terhadap Hasil
Belajar Siswa Sekolah Dasar
• Perbandingan Hasil Belajar Siswa Sekolah Dasar Pada Masa Belajar dari Rumah dan
Belajar di Sekolah
• Efektivitas Belajar Dari Rumah Terhadap Hasil Belajar Siswa Sekolah Dasar
• Dan sebagainya.

Jika ingin diberi sub-judul maka misalnya dapat dirumuskan sebagai berikut.
• Dampak Kebijakan Sekolah dari Rumah Selama Pandemi Covid-19 Terhadap Hasil
Belajar Siswa Sekolah Dasar: Studi Kasus pada Hasil Belajar Kelas 6 SD di Kabupaten
Lebak.
• Dampak Kebijakan Sekolah dari Rumah Selama Pandemi Covid-19 Terhadap Hasil
Belajar Siswa Sekolah Dasar: Studi Komparatif Hasil Belajar Mata Pelajaran
Mataematika Siswa Kelas 6 SD.
• Dan sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA

Cryer, Pat. (2006). The research student's guide to success. Berkshire, England: Open
University Press.
Gall, Gall, and Borg. (2007). Educational research: An introduction, 8th Edition. New York:
Pearson
University of Southern California (USC) Libraries. (2020). Research guide. URL:
https://libguides.usc.edu/writingguide/

Anda mungkin juga menyukai