Disusun Oleh :
Kelompok 3
SUARNI C0220016
ALINNI C0220021
SAHARIAH C0220320
TRIANA C0220327
FAKULTAS EKONOMI
2022
DAFTAR ISI
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Membahas suatu perusahaan terlebih dampak kegiatan operasional tidak lepas dari biaya dan namanya
laporan keuangan. Tak terkecuali pencatatan tentang pelaporan pengelolahan limbah yang termasuk
dalam akuntansi lingkungan. Ikhsan (2008:11) menyatakan akuntansi lingkungan adalah biaya rill atas
input dan proses bisnis serta memastikan adanya efisien biaya, selain itu juga dapat digu- nakan untuk
mengukur biaya kualitas dan jasa.
Saat ini di Indonesia mengenai pengungkapan akuntansi lingkungan masih belum diatur secara khusus dalam
standar akuntansi, artinya pelaporan informasi lingkungan dalam laporan tahunan perusahaan masih
bersifat sukarela. Hadi (2012:15) mengungkapkan bahwa IAI menjelaskan dimana laporan tahunan harus
mengakomodasi kepentingan para pengambil keputusan. Di jelaskan dalam PSAK No.1 Tahun 2014,
paragraph 9 yang menyatakan : perusahaan dapat pula menyajikan laporan tambahan seperti laporan
mengenai lingkungan hidup dan laporan nilai tambah (value added statement), khususnya bagi industri.
Faktor-faktor lingkungan hidup memegang peranan penting dan bagi industrri yang menganggap pegawai
sebagai kelompok pengguna laporan yang memegang peranan penting. Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI)
juga menyusun suatu standar pengungkapan akuntansi lingkungan, dalam pernyataan standar akuntansi
keuangan (PSAK) No.33 mengatur tentang kewajiban perusahaan dari sektor pertambangan dan pemilik
hak pengusahaan hutan untuk melaporkan item lingkungannya dalam laporan keuangan.
Selain perusahaan sektor tambang, perusahaan di bidang jasa yaitu rumah sakit yang sangat diperlukan
untuk kelangsungan hidup manusia. Secara tidak langsung rumah sakit menghasilkan limbah yang
membahayakan bagi ling- kungan sekitar. Limbah rumah sakit terdiri dari beberapa jenis, seperti limbah
klinik, limbah patologi, limbah dapur, lim- bah radioaktif dan limbah limbah non-klinik. Oleh karena itu,
setiap rumah sakit diharapkan memiliki alat pengelola limbah yang disebut Incenerator dan Instalasi
Pengolahan Air Limbah (IPAL) yang juga bekerjasama dengan pihak ketiga dalam pengelolaan limbah
rumah sakit. Rumah sakit juga harus mengikuti peraturan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
(AMDAL) dalam pengelolaan limbah rumah sakit. Oleh sebab itu, rumah sakit harus mampu mengelola
limbahnya dengan baik agar tidak membahayakan lingkungan sekitar. Hal itu dijelaskan juga oleh
pemerintah sebagai tujuanya dimana pada tahun 2009 pemerintah menerbitkan UU No.32 Tahun 2009
Pasal 2 yang mengatur bahwa perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dilaksanakan
berdasarkan kesadaran manusia untuk menjaga, melindungi dan merawat lingkungan sekitar.
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis menganalisis bagaimana penerapan akuntansi lingkungan dan
bagaimana sistem pencatatan pengelolahan limbah yang dihasilkan oleh operasional rumah sakit. Atas
3
dasar pemikiran tersebut, penulis memilih judul “Analisis Penerapan Akuntansi Lingkungan Pada Rumah Sakit
Umum Daerah Majene Dalam Proses Pengelo laaan Limbah”. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui penerapan akuntansi lingkungan dalam pengelolaan limbah rumah sakit yang dilakukan oleh
RSUD Majene
Hasil limbah dari kegiatan operasional agar terlebih dahulu dikelola untuk mengurangi kandungan bahan-
bahan berbahaya bagi lingkungan saat dibuang. Setelah dilakukan observasi terlebih dahulu yang peneliti
lakukan, faktanya tidak semua perusahaan termasuk rumah sakit yang mempunyai tempat untuk pengelolahan
limbah sendiri. Hanya beberapa rumah sakit di Majene yang ada tempat pengolahan limbah sendiri. Salah
satunya Rumah Sakit Umum Daerah Majene (RSUD Majene) yang mengolah sendiri limbah cairnya. Dengan
adanya proses pengelolahan limbah tersebut tentunya menghasilkan biaya-biaya yang nanti dikeluarkan oleh
pihak rumah sakit untuk mengelola limbah.
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis menganalisis bagaimana penerapan akuntansi lingkungan dan
bagaimana sistem pencatatan pengelolahan limbah yang dihasilkan oleh operasional rumah sakit. Atas dasar
pemikiran tersebut, penulis memilih judul “Analisis Penerapan Akuntansi Lingkungan Pada Rumah Sakit Umum
Daerah Majene Dalam Proses Pengelo laaan Limbah”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
penerapan akuntansi lingkungan dalam pengelolaan limbah rumah sakit yang dilakukan oleh RSUD Majene
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui Kegiatan lingkungan yang menghasilkan limbah
3. Untuk mengetahui bagaimana Laporan biaya lingkungan yang harus disiapkan dalam upaya pencegahan
limbah di Rumah Sakit Umum Daerah Majene
1.4 Manfaat
Menumbuhkan kesadaran terhadap pengelolaan limbah.
1
Mengetahui pengeluaran terkait biaya pengelolaan limbah.
Bagi penulis, sebagai salah satu sarana untuk memperdalam ilmu pengetahuan
terutama dalam bidang Akuntansi kesehatan dan lingkungan
2
BAB II
KAJIAN TEORI
Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Kuangan Standar Akuntansi Keuangan
menyatakan bahwa tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyatakan posisi
keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah
besar pemakai dalam mengambil keputusan ekonomi (IAI,Paragraf 12,2009). Sedangkan
lingkungan hidup berdasarkan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 Pasal 1 angka 1 adalah :
“kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup, termasuk di dalamnya manusia
dan perlakuannya yang mempengaruhi kelangsungan peri kehi- dupan dan kesejahteraan manusia dan
makhluk hidup”. Keter- kaitan antara akuntansi dan lingkungan dijelasakan oleh Ikhsan (2008:3) bahwa
akuntansi lingkungan dalam penerapanya seperti mengidentifikasi pengukuran dan alokasi biaya-biaya ke
dalam pengambilan keputusan usaha serta mengkomuni- kasikan hasilnya kepada para stockholder
perusahaan.
Limbah menurut Peraturan Pemerintah No.101 Tahun 2014 adalah sisa suatu bahan atau kegiatan.
Begitu juga Karmana (2007) menjelaskan bahwa, limbah merupakan sisa atau sampah dari proses yang
menjadi bahan pencemaran atau polutan disuatu lingkungan. Banyak kegiatan manusia yang menghasilkan
limbah antara lain kegiatan industri, transportasi, rumah tangga dan kegiatan lainnya. Limbah di rumah sakit
tentu berbeda dengan limbah rumah tangga, dan harus dikelola berdasarkan peraturan yang ditetapkan
oleh Kepmenkes RI No. 1204/MENKES/SK/X/2004. Pengelolaan rumah sakit atau sampah medis yang
paling aman bertujuan untuk mengurangi atau mencegah tertularnya penyakit. Hal ini dimulai dengan
menempatkan sampah medis pada tempat tersendiri dan ditutup rapat. Limbah di rumah sakit adalah semua
limbah yang dihasilkan dari kegiatan rumah sakit dalam bentuk padat, cair, pasta (gel), dan gas yang
dapat mengandung mikroorganisme patogen bersifat infeksius, bahkan kimia beracun, dan sebagian bersifat
3
radioaktif Depkes, 2006 (dalam Djohan, et al, 2013). Menurut Kepmenkes
No.1204/Menkes/SK/X/2004, limbah rumah sakit bisa mengandung bermacam-macam
mikroorganisme bergantung pada jenis rumah sakit dan tingkat pengolahan yang dilakukan sebelum dibuang.
Lingkungan Hidup
Lingkungan hidup menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997 Pasal 1 (satu) ayat 1
(satu) tentang Pengelolaan Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya,
keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mem- pengaruhi kelangsungan
perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.
Dasar Akuntansi dan Hukum Lingkungan Dengan Biaya Pengelolaan Limbah Ada beberapa dasar
hukum yang mengatur Akuntansi Lingkungan, pertama undang undang No 32 Tahun 2009, tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Kedua, Undang-undang No.25 tahun 2007 tentang
Penanaman Modal. Ketiga, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.33 Tahun 2014 tentang Akuntansi
Pertambangan Umum.
4
B. Akuntansi Lingkungan Sebagai Strategi Pengelolaan Lingkungan
Pengelolaan lingkungan diperlukan untuk mengukur dan mengidentifikasi dampak biaya lingkungan
yang dihasilkan dalam semua proses yang relevan (dampak lingkungan potensial) seperti emisi udara,
pembuangan limbah, dan limbah air. Perusahaan perlu mengidentifikasi dampak lingkungan yang potensial
dan pengaruhnya dalam setiap proses dan mengevaluasi sumber daya manajerial yang dialokasikan
dengan tepat untuk pengaruh lingkungan (Pratiwi, 2013).Hansen, et al, 2009 (dalam Burhany,
2014) menyatakan bahwa jika perusahaan ingin meningkatkan kinerja lingkungannya maka
akuntansi harus terlibat di dalamnya untuk melakukan fungsi pengumpulan, penghitungan, analisis dan
pelaporan biaya-biaya lingkungan dan transaksi lain yang berkaitan dengan lingkungan agar dapat
digunakan oleh manajemen untuk mengelola aspek lingkungan.
5
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Objek penelitian
dilakukan disebuah perusahaan yang bergerak dibidang jasa kesehatan yaitu Rumah Sakit Umum
Daerah Majene (RSUD Majene) kota Majene. Jenis Data yang digunakan dalam penyusunan
penelitian ini adalah data kualitatif yaitu data yang dinyatakan dalam bentuk kata, kalimat dan gambar.
penelitian ini data primer yang akan diambil berupa data yang didapat dengan pengamatan dan
wawancara secara langsung terhadap karyawan dan warga sekitar perusahaan beroperasi.
Sedangkan data sekunder yang diperoleh dari keputusan dilakukan dengan mencari kerangka
referensi dan landasan teori baik dalam baku, peraturan- peraturan, maupun sumber-sumber lainya
yang relevan.
3.3 Populasi
3.4 Sampel
yang digunakan dalam pene- litian ini adalah metode analisis kualitatif deskriptif, yaitu peneliti
mendeskripsikan hasil temuannya yang berasal dari data-data yang terkumpul melalui proses
observasi ditempat penelitian yang kemudian akan diperbandingkan dengan metode penerapan
akuntansi lingkungan secara teori yang selama ini berkembang di kalangan akademik.
yang digunakan dengan menggunakan metode deskriptif komparatif yaitu dengan proses peng-
umpulan data diantara kegiatan reduksi, penyajian, menye- suaikan Undang-undang No.32 Tahun
2009 dan PSAK yang akan diinterpresikan (penarikan kesimpulan) dalam kesesuaian
penerapannya.
6
BAB IV
PEMBAHASAN
HASIL
Rumah Sakit Umum Daerah Majene
Pembahasan.
Limbah Hasil Kegiatan Operasional Rumah Sakit
Aktivitas rumah sakit yang berhubungan dengan medis tentunya banyak sekali menghasilkan limbah
bahan berbahaya dan beracun (B3). Dimana limbah B3 perlu penanganan khusus sebelum
membuanganya. Limbah yang dihasilakan RSUD Majene ada 3 bentuk. Perlakuan limbah yang
dihasilkan akibat dari kegiatan oprasional RSUD Majene terbagi menjadi 3 jenis yaitu padat, cair, dan
gas. Berikut di antaranya klasifikasi terhadap limbah tersebut :
Limbah padat yang berbentuk padat dari hasil opra- sionalnya, terdiri dari limbah padat medis dan
non medis. Limbah padat medis di kumpulkan dari setiap ruangan penghasil limbah menggunakan
troli khusus yang tertutup. Penyimpanan limbah medis padat harus sesuai iklim tropis yaitu pada musim
hujan paling lama 48 jam dan pada musim kemarau paling lama 24 jam. Tempat pewadahan limbah
medis padat terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan, tahan karat, kedap air dan mempunyai permukaan
yang halus pada bagian dalamnya seperti Fiberglass. Limbah medis harus dibedakan dengan limbah
non medis. Limbah padat hasil oprasional rumah sakit dibedakan mulai dari tempat pembuanganya
(bak sampah) yang sudah diberi lebel antara limbah medis dan non medis yang proses penanganan
selanjutnya berbeda. Limbah yang di bedakan menjadi limbah medis yang perlu penanganan
khusus sedangkan limbah non medis dengan penanganan sederhana. Adapun beberapa macam limbah
medis yang diklasifikasin oleh RSUD Majene:
a. Limbah infeksius.
b.Limbah benda tajam.
c. Limbah farmasi.
d.Limbah patologi.
e. Limbah kimiawi.
f. Limbah radioaktif.
g.Limbah kontainer.
h.Limbah kandungan logam berat tinggi.
7
Limbah cair di RSUD Majene berasal dari semua air buangan kegiatan rumah sakit dari limbah cair
domestik yang kemungkinan mengandung mikro organisme, bahan kimia beracun dan radioaktif.
Limbah cair berikutnya yang berasal dari loundry di RSUD Majene.
Limbah gas ini berasal dari kegiatan pembakaran limbah-limbah padat seperti hasil mesin
insenerator, dapur, perlengkapan generator, anastesi dan pembuatan obat sitostatika yang tentunya
menghasilkan uap. Uap-uap ini hasil pembakaran limbah padat yang menghasilkan limbah gas.
Limbah padat yang di bagi menjadi 2 yaitu limbah padat medis dan limbah padat non medis: Limbah padat
medis dalam pengelolahan limbah nya terdiri dari beberapa langkah: Pertama, pengumpulan dimana
semua jenis limbah padat medis di kumpulkan terlebih dahulu dalam sebuah wadah. Kedua,
pengiriman limbah yang sudah terkumpul semua, maka limbah padat tersebut dikirim ke tempat incenerator
atau tempat pembakaran. Ketiga, pembakaran dimana setelah limbah dimasukaan dalam Incenerator
untuk dibakar dan pembakaran dilakukan pada pukul 04.00 pagi.
Limbah cair yang dihasilkan rumah sakit dalam penge- lolalahnya cenderung lebih rumit. Dimana
sebelum dibuang ke lingkungan limbah cair harus melauli beberapa proses atau tahapan tertentu.
Pretreatmen adalah alat yang mengelola limbah cair dimana dalam proses ini wadah pertama
limbah dimasukan kedalam mesin IPAL. Adapun beberapa alat yang digunkan dalam mengelola limbah
cair adalah sebagai berikut
Mesin Pretreatmen ini berfungsi untuk menambahkan kandungan air untuk pengelolaan limbah-limbah cair
yang ada tentunya dengan air yang sudah diisikan dalam mesin tersebut sehingga sebelum masuk ke mesin
IPAL, limbah tersebut sudah mengandung air yang lebih banyak agar lebih mudah untuk di proses di
mesin IPAL.
a. Great Chamber ini berfungsi sebagai penyaring yang mana setelah melewati proses pretreatmen masing-
masing limbah yang dikelola di saring terlebih dahulu sebelum diproses ke mesin IPAL.
b. Reaktor Biofilter berfungsi untuk membantu bakteri- bakteri yang memakan zat-zat berbahaya yang
berada dalam limbah. Dengan adanya perkembang biakan pada proses anaerobic Biofilter akan bermanfaat
8
ketika di Reaktir Biofilter. Semakin banyak bakteri-bakteri yang berkembang biak tentunya semakin
bagus bagi pengelolaan dalam sebuah mesin IPAL.
c. Filter Pump yang berfungsi menyaring kembali limbah yang kemungkinan masih ada limbah padat
seperti gumpalan yang terdapat di dalam limbah.
d. Post Treatmen ini berguna untuk membunuh bakteri yang pertama yaitu dengan cara memberi kaporit.
Dimana kaporit ini sebagai oksidator yang akan berusaha menyingkirkan kandungan yang bersifat pengotor
dalam air seperti besi, mangan kadar bersih tinggi dan bakteri.
e. Sinar UV yang berfungsi sebagai kaporit untuk mema- tikan bakteri-bakteri yang ada namun bedanya
dengan kaporit, sinar UV lebih detail dimana tidak ada bakteri yang dapat lolos.
f. System Colnation ini sebagai alat untuk pembersihan ulang menghilangkan faktor-faktor yang dapat
membaha- yakan lingkungan hidup seperti zat berbahaya seperti bakteri, kuman atau virus dengan bentuk
seperti sumur.
Limbah gas yang berasal dari sistem pembakaran limbah padat atau dari hasil mesin icenerator. Pihak
RSUD Majene meminimalis pembuangan limbah gasnya dengan cara membakar limbah-limbah padat
dari tiap-tiap ruangan pun harus dengan bekerja dini hari. Pembakaran yang dilakukan setiap hari ini
karena banyaknya limbah yang dihasilkan akibat kegiatan operasional rumah sakit. Jadi agar tidak
menumpuk limbah tersebut dibakar.
Biaya lingkungan adalah biaya yang dikeluarkan perusahaan berhubungan akibat kegiatan yang
ditimbulkan dan perlindungan yang dilakukan. Akuntansi lingkungan menurut pihak rumah sakit
adalah biaya yang timbul dari kegiatan operasional rumah sakit yang bertujuan untuk untuk mengelola
dan mencegah terjadinya kerusakan, di lingkungan rumah sakit, baik itu limbah maupun taman. Biaya ini
keluarkan jika terjadi kerusakan ataupun untuk mencegah terjadinya limbah yang dihasilkan dari
aktivitas rumah sakit. Akuntansi lingkungan jika diterapkan itu sangat baik untuk menjaga lingkungan
dari bahaya limbah yang ditimbulkan. Apalagi pihak rumah sakit memiliki niat untuk memberikan
rasa aman dari bahaya limbah kepada pasien, pengunjung maupun lingkungan disekitar rumah sakit.
Dalam pengelolaan limbah di rumah sakit, terdapat biaya- biaya yang dikeluarkan oleh pihak RS SMC.
9
Berdasarkan penelitian yang dilakukan bahwa biaya yang dikeluarkan pihak rumah sakit dikelompokkan ke
dalam laporan keuangan rumah sakit. Dengan demikian biaya yang timbul untuk mencegah dan
mengatasi terjadinya kerusakan lingkungan akibat dari kegiatan operasional RS Samarinda yang biasa
disebut dengan biaya pengelolahan limbah juga dapat dikategorikan sebagai biaya pengelolahan
lingkungan.
a. Limbah Padat.
1. Gaji pegawai Insenerator oleh rumah sakit dimasukkan ke dalam gaji karyawan dan komisaris.
2. Biaya pembelian bahan penolong untuk pengelolahan limbah padat berupa minyak tanah dan listrik, oleh
rumah sakit dimasukkan ke dalam biaya umum, infrastruktur dan overhead.
3. Biaya yang dikeluarkan untuk pihak ketiga sebagai pengambil limbah-limbah padat oleh rumah sakit
dimasukkan ke dalam biaya tenaga kerja.
b.Limbah Cair
1. Gaji pegawai IPAL oleh rumah sakit dimasukkan ke dalam gaji karyawan dan komisaris.
2. Biaya pembelian bahan penolong untuk pengelolahan limbah cair berua kaporit, lampu sinar UV dan
listrik oleh rumah sakit dimasukkan ke dalam biaya umum, infrastruktur dan overhead
c. Limbah Gas
1. Gaji pegawai Incenator oleh rumah sakit dimasuk- kan ke dalam gaji karyawan dan komisaris.
Pengakuan berhubungan dengan masalah transaksi yang akan dicatat atau tidak ke dalam sistem
pencatatan, sehingga pada akhirnya transaksi tersebut akan berpengaruh pada laporan keuangan rumah
sakit. RSUD Majene mengakui elemen tersebut sebagai biaya apabila sudah memberikan manfaat bagi
pihak rumah sakit.
Pengakuannya terjadi saat pihak rumah sakit sudah mendapatkan manfaat dari adanya sebuah
transaksi tersebut meskipun transaksi itu belum di lakukan pembayaran secara tunai atau cash.
10
Pengakuan biaya dari kegiatan pengelolaan limbah dinyatakan dalam satuan rupiah dan dicantumkan
dalam laporan operasional rumah sakit, sehingga diharapkan dapat memberikan informasi yang relevan,
andal, dapat dibandingkan, dan dapat dipahami para pengguna laporan keuangan. Laporan keuangan
tersebut juga digunakan untuk memperlihatkan hasil kinerja dari RSUD Majene. Dengan laporan
keuangan tersebut, dapat dilihat berapa aset dari rumah sakit, berapa pengeluarannya, bagaimana
realisasi anggarannya dan informasi lain yang menunjukkan kinerja dari RSUD Majene. Berikut
disajikan tabel unsur-unsur biaya lingkungan yang dikeluarkan oleh RSUD Majene.
11
Berdasarkan hasil pengamatan atas penyajian biaya lingkungan, telah diketahui bahwa RS SMC
menyajikan biaya lingkungan bersamaan dengan biaya yang berhubungan dengan pengelolaan
limbah. Penyajian tersebut dilakukan bersama sebagai sub-sub biaya tidak langsung. Sehingga
penyajian terkait kegiatan pengelolaan limbah tersebut memudahkan para pembaca laporan
keuangan untuk memahami dan membandingkan kinerja yang dicapai. Oleh karenanya, rumah sakit
juga perlu untuk membuat akun khusus untuk biaya pengelolaan limbah dalam laporan keuangannya,
sehingga memudahkan dalam menelusuri setiap biaya yang dikeluarkan dan nantinya diharapkan pihak
pengguna/pembaca laporan keuangan, baik internal maupu eksternal percaya bahwa rumah sakit telah
mengelola limbahnya dengan baik, hal tersebut ditunjukkan dengan adanya biaya khusus terkait
pengelolaan limbah, sehingga akan memudahkan mengetahui kinerja rumah sakit. Berdasarkan standar
IFAC laporan khusus biaya lingkungan harus dibuatkan oleh rumah sakit namun kurangnya sosialisasi
dan sumber daya manusia terhadap hal tersebut pihak rumah sakit tidak membuat laporan khusus ter-
kait biaya lingkungan yang telah diatur.
Kegiatan pengelolaan limbah rumah sakit perlu untuk diungkapkan terutama terkait transaksi yang
dilakukan, sehingga akan memberikan informasi yang berguna bagi para stakeholders, terlebih dalam
laporan keuangan yang disajikan. Pelaksanaan kegiatan pengelolaan limbah rumah sakit belum
dilakukan pencatatan akuntansi tersendiri dalam laporan khusus biaya lingkungan.
Adanya pengungkapan sama halnya dengan penyem- purnaan dalam proses akuntansi biaya lingkungan.
Biaya yang timbul dari kegiatan pengelolaan limbah oleh rumah sakit, diungkapkan ke laporan
operasional. Pengungkapan tersebut bermanfaat untuk mengetahui setiap transaksi yang terjadi selama
kegiatan pengelolaan limbah rumah sakit. Keterangan dari laporan keuangan tersebut menunjukan
bahwa biaya yang dikeluarkan oleh RSUD Majene untuk mengelola limbahnya dijadikan satu dengan
akun-akun yang serumpun seperti jasa cleaning service. Meskipun pengungkapanya tidak secara
12
langsung ataupun penyajian biaya lingkungan mereka tidak dikhususkan namun pada kegiatan mereka
sudah ada kegiatan mengenai pengelolahan limbah mereka.
Biaya lingkungan khususnya biaya yang dikeluarkan yang berkaitan dengan pengelolahan limbah
diperlukan sebagai biaya tidak langsung. Meskipun pengungkapan pengelolahan limbah dari pihak
RSUD Majene pada laporan keuangan mereka belum dikhususkan namun hal tersebut sudah
dicantumkan secara umum dengan biaya-biaya yang lainnya. Dilihat dari laporan laba rugi juga
belum mampu membuat pengguna laporan tersebut terkait rincinya biaya lingkungan yang
dikeluarkan karena piihak rumah sakit sendiri tidak membuat laporan biaya khusus terkait biaya
pengelolahan lingkungan terhadap limbah.
13
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan mengenai penerapan akun- tansi lingkungan di Rumah Sakit Samarinda Medika Citra
maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Rumah Sakit Umum Daerah Majene mereduksi liimbah pada sumbernya merupakan upaya yang pertama
dilaksanakan. Adanya mesin IPAL dan Inesenator yaitu untuk mencegah atau mengurangi terjadinya
limbah yang keluar dari proses produksi. Rumah Sakit Umum Daerah Majene sudah mengelola
limbahnya dengan baik. Sesuai dengan Undang-Undang No.32 Tahun 2009 Pasal 1 ayat 2 dan 23 dan
peraturan Kemenkes RI No. 1204/MENKES/SK/X-/2004.
2. Rumah Sakit Umum Daerah Majene telah melakukan tahapan perlakuan akuntansi untuk biaya pengelolaan
limbah. Biaya yang timbul terkait pengelolaan limbah Rumah Sakit Umum Daerah Majene terdiri dari biaya
pengangkutan sampah medis, biaya petugas Inecenator, biaya cleaning service dan biaya IPAL. Di Rumah Sakit
Umum Daerah Majene telah mengidentifikasi biaya yang timbul selama pengelolaan limbah dan mengakui biaya
lingkungan yang terjadi sebagai biaya operasional, pengakuan tersebut menggunakan metode Akrual Basis.
Rumah sakit dalam mengukur biaya dalam hal pengelolaan limbah adalah berdasarkan harga perolehan pada tahun
atau anggaran sebelumnya (Historical Cost). Rumah Sakit Umum Daerah Majene menyajikan biaya lingkungan
bersamaan dengan biaya yang berhubungan dengan pengelolahan limbah. Penyajian dan pengungkapan
dilakukan bersama sebagai biaya pemeliharaan lingkungan (K3) dalam sub akun biaya tidak langsung.
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA
Agustia, D. 2010. Pelaporan Biaya Lingkungan Sebagai Alat Bantu Bagi Pengambilan Keputusan yang
Berkaitan Dengan Pengelolaan Lingkungan. Jurnal Akuntansi : Akrual. 1(2): 190-214.
Aminah et al. 2014. Analisis penerapan Akuntansi Lingkungan di Rumah Sakit Mardi Waluyo Metro. Jurnal
Akuntansi dan Keuangan.
Arifin, M. 2008. Pengaruh Limbah Rumah Sakit Terhadap Kesehatan. Skripsi. Universitas Indonesia.
Aniela, Y. 2012. Peran Akuntansi Lingkungan Dalam Meningkatkan Kinerja Lingkungan Dan Kinerja
Keuangan Perusahaan. Skripsi. Universitas Widya Mandala Chatolic Surabaya.
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.
14
Burhany, D I. 2014. Pengaruh Implementasi Akuntansi Ling- kungan Terhadap Kinerja Lingkungan Dan
Pengungkapan Informasi Lingkungan (Studi Pada Perusahaan Pertambangan Umum yang
Mengikuti PROPER Periode 2008-2009. Jurnal Akuntansi Prosceeding SNEP.
Cahyono, B. 2002. Pengaruh Kualitas Manajemen Lingkungan Terhadap Kinerja Pada Industri
Manufaktur di Kota Semarang. Jurnal Bisnis Strategi Program MM. Universitas Diponegoro. Vol. 9.
Damayanti et al. 2013. Global Warming dalam Perspektif Environmental Management Accounting
EMA. Jurnal Ilmiah Esay
De Beer et al. 2006. Environmental Accounting : a Management Tool for Enhaching Corporate
Environmental and Economic Performance. Ecological Economics.
Depkes RI. 2006. Pedoman Penyelenggaraan dan Prosedur Rekam Medis Rumah Sakit di Indonesia.
Jakarta : Depkes RI.
Djohan et al. 2013. Pengelolan Limbah Rumah Sakit. Jakarta : Salemba Medika. Dutta, A. 2014. An
Overview of Impacting Factors on Environment Cost in the Area of Environment Accounting. The
International Journal Of Business & Management.
Hadi, S. 2012. Analisis Penerapan Akuntansi Lingkungan Pada PT Istana Cipta Sembada Banyuwangi.
Skripsi. Universitas Jember.
Husaini et al. 2008. Metodologi Penelitian Sosial. Penerbit PT Bumi Aksara : Jakarta.
: Graha Ilmu.
Irianti et al. 2014. Penerapan Green Accounting Bagi Rumah Sakit Sektor Publik dalam Rangka Mendukung
Peran Akuntansi Manajemen. Jurnal Informasi Keuangan dan Akuntansi.
Januarti et al. 2005. Pengaruh Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Terhadap Kinerja Keuangan. Jurnal
MAKSI. Vol. 5 No. 2.
Juliana. 2018. Penerapan Environmental Accounting Dalam Upaya Pencegahan Limbah Rumah Sakit (Studi
Empiris Pada Rumah Sakit Islam Faisal). Skripsi. Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.
15
Karmana, O. 2007. Cerdas Belajar Biologi. Bandung : Grafindo. Kepmenkes RI
No.1204/MENKES/SK/X/2004 tentang
Martusa, R. 2009. Peranan Environmental Accounting terhadap Global Warming. Jurnal Akuntansi Vol. 1 No. 2.
Mardikanto, T. 2009. Majalah Bisnis dan CSR. Jakarta : Latofi. Mulyani, N S. 2013. Analisis Penerapan
Akuntansi Biaya
Lingkungan Pada Pabrik Gondorukem dan terpentin (PGT) Garahan Jember. Skripsi. Universitas Jember.
Munn. 1999. A System View of Accounting for Waste, First Edition, Nixxon and Schinitteiet Universiteit Press, Bonn.
Nuryanti et al. 2015. Pengaruh Akuntansi Lingkungan Terhadap Kinerja Lingkungan. Prosiding Penelitian SPeSIA.
Peraturan Menteri Keuangan No.76 Tahun 2008 Tentang Pencatatan Akuntasi Biaya Lingkungan.
Peraturan Pemerintah No. 3 tahun 2012 tentang Tata Ruang Kalimantan Timur. Peraturan Pemerintah No.
101 tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 1 Tahun 2014 Tentang Penyajian Laporan Keuangan.
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 33 Tahun 2014 Tentang Penyertaan Biaya-Biaya Lain Seperti
Biaya Lingkungan.
Prasojo, T B. 2012. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pelaksanaan Akuntansi
Lingkungan (Studi Pada KLH/BLH, Dinkeb & PDAM Kab/Kota di Provinsi Jateng). Skripsi.
Universitas Diponegoro Semarang.
Pratiwi, M W. 2013. Akuntansi Lingkungan Sebagai Strategi Pengelolaan Dan Pengungkapan Pada
Perusahaan Manufaktur. Jurnal Mahasiswa Teknologi.
Robert et al. 2009. Snapshots of Environmental Cost Accounting. A Report to: US EPA
Environmental Accounting Project. Tellus Institute, Boston.
Rinanda, D. 2014. Analisis Penerapan Auntansi Lingkungan dan Penyajianya dalam Laporan Keuangan
(Studi Pada Industri Tahu H.Makhrus). Skripsi. Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.
Sari, M. 2017. Analisis Penerapan Akuntansi Lingkungan Pada Rumah Sakit Umum Daerah Daya
Makassar. Jurnal Riset Edisi XII.
Sakdiyah, H. 2017. Analisis Penerapan Environmental Mana- gemental Accounting (EMA) Pada RSUD
DR.H.Slamet Martodjirjo Pamekasan. Jurnal Performance Bisnis & Akuntansi. 7(1): 1-18.
16
Said, N I. 1999. Teknologi Pengolahan Air Limbah Rumah Sakit Dengan Sistem Biofilter Anaerob - Aerob.
Seminar Teknologi Pengelolaan Limbah II : Prosiding, Jakarta.
Schaltegger et al. 2000. Contempory Environmental Accounting Issues, Concepts and Practices. Greenleaf
Publishing . UK.
Solihin, I . 2009. Corporate Social Responsibility, From Charity to Sustainability. Jakarta : Salemba Empat.
Statment of Financial Accounting Concepts (SFAC) No.1. Element of Financial Statments : a Replacement of
FASB Concept Statment No. 3. Publication Department FASB. Stamford. Connecticut.
Suartana, I W. 2010. Akuntansi Lingkungan dan Triple Bottom Line Accounting: Paradigma Baru
Akuntansi Bernilai Tambah. Jurnal Bumi Lestari.
Sudarno. 2008. Akuntansi Lingkungan Sebagai Alat Manajemen Bisnis. Jurnal Akuntansi Universitas Jember. Vol. 5
No. 1.
Sugiyono. 2011. Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta. Tanc et al. 2015. The Impact of Environmental
Accounting on
Undang-Undang No.23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. Undang-Undang No.25 Tahun
2007 Tentang Penanaman Modal.
Undang-Undang No.32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
17