Anda di halaman 1dari 3

TB Paru 7.2.1.

3
No. :C/ / VII / Ditetapkan/Disahkan oleh :
Dokumen SPO / PKMBS / Kepala Puskesmas
SPO No Revisi
IX / 2015
: 00
Bungursari

Tanggal : 30 September
terbit 2015 PUSKESMAS
Halaman : 1/3 Asep Sukandar, Drs BUNGURSARI
NIP.196212241984031004

1. Pengertian Tatalaksana TB Paru adalah rangkaian kegiatan penanganan kasus TB Paru di


Puskesmas/RSUD/RS Swasta dengan Strategi DOTS
2. Tujuan 1. Kasus baru TB paru di setiap layanan ditemukan sedini mungkin
2. Penatalaksanaan Laboratorium yang berkwalitas
3. Kasus TB Paru dapat diobati secara tuntas dan benar
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Nomor : C / / IX / SK / PKMBS / I / 2015 tentang Standar
Layanan Klinis
4. Referensi 1. Petunjuk Teknis Manajemen TB (Ditjen P2PL Kemenkes RI, 2013)
2. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis (DEPKES RI, 2012 )
5. Langkah- PENANGANAN KASUS TB ANAK
Langkah 1. Petugas menjaring kasus TB anak di layanan DOTS dengan melihat gejala-gejala :
berat badan turun tanpa sebab yang jelas, demam lama ( ≥ 2 minggu ), batuk lama ≥
3 minggu, tidak ada napsu makan, lesu, diare menetap yang tidak sembuh dengan
pengobatan baku diare
2. Apabila terdapat 1 atau lebih gejala TB anak masukan sebagai suspek TB anak
3. Lakukan diagnosis TB anak dengan sistem skoring
4. Pasien dengan jumlah skor ≥ 6 harus ditatalaksana sebagai TB dan mendapat (OAT)
obat anti tuberculosis
5. Berikan OAT sesuai standar Nasional
6. Dievaluasi setelah 2 bulan terapi
7. Apabila ada perbaikan ( respon + ) terapi OAT diteruskan
8. Apabila tidak ada perbaikan ( respon - ) rujuk ke RS untuk evaluasi lebih lanjut.
9. OAT diberikan selama 6-12 bulan dalam 2 tahap
10. Tahap intensif, selama 2 bulan pertama. Pada tahap intensif diberikan minimal 3
macam obat tergantung hasil pemeriksaan bakteriologis dan berat ringannya
penyakit.
11. Tahap lanjutan, selama 4-10 bulan selanjutnya, tergantung hasil pemeriksaan
bakteriologis dan berat ringannya obat.
12. Pemantauan dan hasil pengobatan TB anak
13. Pada fase intensif pasien TB anak kontrol tiap minggu untuk melihat kepatuhan,
toleransi dan kemungkinan adanya efek samping
14. Pada fase lanjutan pasien kontrol tiap bulan. Setelah diberi OAT selama 2 bulan
respon pasien harus dievaluasi
15. Setelah pemberian obat selama 6 bulan, OAT dapat dihentikan dengan melakukan
evaluasi baik klinis maupun pemeriksaan penunjang lain seperti foto toraks
TB Paru
No. :C/ / VII / Ditetapkan/Disahkan oleh :
Dokumen SPO / PKMBS / Kepala Puskesmas
SPO No Revisi
IX / 2015
: 00
Bungursari

Tanggal : 30 September
terbit 2015 PUSKESMAS
Halaman : 2/3 Asep Sukandar, Drs BUNGURSARI
NIP.196212241984031004

5. Langkah- PENANGANAN KASUS TB DEWASA


Langkah 1. Petugas menjaring kasus TB di layanan DOTS dengan melihat gejala-gejala :
Batuk-batuk berdahak lebih dari 2 minggu, berat badan turun tanpa sebab yang
jelas, demam lama ( ≥ 2 minggu ),timbul keringat pada malam hari, tidak ada napsu
makan, lesu, kadang disertai batuk berdarah
2. Apabila terdapat 1 atau lebih gejala tersebut diatas masukan sebagai suspek TB dan
catat di buku TB 06 UPK
3. Berikan rujukan ke laboratorium untuk pemeriksaan dahak SPS dengan
menggunakan format TB 05 UPK
4. Memindahkan identitas suspek dari formatTB 05 ke buku TB 04 di Laboratorium
5. Pembuatan sediaan dahak sewaktu, pagi, sewaktu (SPS) dan pembacaan dilakukan
oleh petugas laboratorium ( analis/perawat) yang sudah dilatih atau mendapat OJT
standar prosedur opersaional pemeriksaan mikroskopis TB di unit DOTS baik PRM
maupun PPM .
6. Unit DOTS PS ( Puskesmas Satelit ) hanya melakukan pembuatan sediaan dan
pewarnaan. Petugas PS melakukan rujukan untuk pembacaan sediaan ke PRM
7. Cantumkan Hasil laboratorium ke dalam format TB 05 bagian bawah untuk
diberikan kepada poli DOTS
8. Petugas Poli DOTS mencatat hasil jawaban dari format TB 05 ke Buku TB 06 UPK
9. Mencatat identitas pasien yang memulai pengobatan OAT di Format TB 01
10. Memberikan konseling kepada pasien dan keluarganya ( PMO) tentang pengobatan
OAT, lamanya pengobatan, kapan pengambilan obat, efek samping obat dan anjuran
kontrol untuk mengetahui perkembangan klinis dan mikroskopis pasien
11. Memberikan format TB 02 untuk dibawa oleh pasien sebagai pedoman kapan harus
kembali untuk pengambilan obat anti tuberkulosis ke Poli DOTS.
12. Berikan OAT tahap intensif sesuai standar Nasional ( RHZE selama 56 hari)
13. Dievaluasi setelah 2 bulan terapi
14. Apabila ada perbaikan/konversi terapi OAT diteruskan ke tahap lanjutan ( RH 3 kali
seminggu selama 16 minggu)
15. Apabila tidak ada perbaikan/tidak konversi berikan obat sisipan (HRZE selama 28
hari ) kemudian dievaluasi :
o Apabila hasil evaluasi BTA negatif (Konversi) diteruskan ke tahap
lanjutan selama 4 bulan
o Apabila hasil evaluasi BTA masih positif ( tidak konversi ) dinyatakan
pengobatan gaga,l (masukan suspek TB MDR)
TB Paru
No. :C/ / VII / Ditetapkan/Disahkan oleh :
Dokumen SPO / PKMBS / Kepala Puskesmas
SPO No Revisi
IX / 2015
: 00
Bungursari

Tanggal : 30 September
terbit 2015 PUSKESMAS
Halaman : 3/3 Asep Sukandar, Drs BUNGURSARI
NIP.196212241984031004

5. Langkah- 16. Pemantauan kemajuan pengobatan TB


Langkah o Apabila pada akhir pengobatan hasil BTA negatif : dinyatakan sembuh
o Apabila pada akhir pengobatan hasil BTA positif : dinyatakan gagal
pengobatan , ganti dengan OAT Kategori 2 mulai dari awal
17. Pelaporan semua pasien yang diobati dicatat di kohort TB 03 di UPK mulai dari
awal pengobatan sampai dengan akhir pengobatan
6. Hasil 1. Buku kohort TB 03 UPK

7. Unit terkait 3. Petunjuk Teknis Manajemen TB (Ditjen P2PL Kemenkes RI, 2013)
4. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis (DEPKES RI, 2012 )

Anda mungkin juga menyukai