Anda di halaman 1dari 17

KISAH DATU MUSENG DAN MAIPA

DEAPATI

SUMBAWA pada abad ketujuh-belas. Di rumah Kadhi Mampawa lapat-lapat


terdengar suasana semarak pengajian. karena agama Islam baru masuk ke sana,
kewajiban agama bagi kanak-kanak belum terlalu dihiraukan. Maka tak
mengherankan jika ang mengaji di rumah kadhi adalah gadis-gadis dan pemuda
ang berasal dari segala maCam g0l0ngan masarakat.
Di situ ada Maipa Deapati, putri tunggal Maggauka #Sultan$ di Sumbawa ang
sangat kes0h0r kem0lekanna. Ia kes0h0r bukan hana karena keturunan
bangsawan tinggi ang memerintah negeri itu, tetapi juga karena ia merupakan
kembang ang semarak dan harumna tak ada duana di dalam negeri.
Dan bila di tempat itu ada Maipa sebagai kembang ang sedang mekar, di sana ada
pula se0rang pemuda istimewa. %emuda ang keras kemauan serta luar-biasa
keberanianna. ia bergelar I Bas0 Mallarangang, lelaki ang tak terlarang
kehendakna. Dia adalah Datu Museng.
Sudah ditakdirkan rupana, di rumah pengajian inilah mula terjalin riwaat Datu
Museng dan Maipa Deapati, ang kemudian menjadi Cerita rakat turun-temurun
paling kes0h0r dan amat digemari.
MU&A pertama ketika pandangan Datu Museng menatap wajah Maipa Deapati ang
laksana bidadari itu, di dada anak muda ini langsung menala bara hangat ang
membakar piala hatina dan menggetarkan seluruh jalur urat sarafna.
Ia laksana musa(r kehilangan bintang ped0man jika tak melihat wajah anak
dara itu walau hana sekejap dalam sehari. Sebalikna, hatina akan bers0rak
bertalu- talu jika ia sempat bermain-main dengan Maipa sebelum pengajian
dimulai.
AggalaCeng -- suatu permainan ang menggunakan sebilah kau berlubang ang diisi
dengan batu-batuan dan dimainkan dua 0rang ang berhadap-hadapan-- adalah
permainan ang paling mereka gemari. %ermainan ini merupakan penambung batin
antara kedua remaja ang sesungguhna telah dimabuk asmara dalam ruang lingkup
kungkungan adat ang keras.

D a t u M u s en g s eb e n a r n  m ah i r d a l a m je
m m e n  ia -n  i a k a n k e s e m p a t an s e p e r t i in i .
n is p e r m a in a n i n i. ) a p i i t k p r n a h
I a s e l a lu m e m b u a t k e s a la h a n - ke s a la han disengaja
untuk membuat permainan tidak Cepat berakhir. Dan mata ang bersilat, l0ntaran
kerling genit, senum penuh arti serta Cubit-Cubitan tangan adalah selingan
permainan ang paling sering terjadi di antara kedua insan itu.
 )ersebutlah pada suatu hari CinCin putri Maipa l0l0s lepas dari jarina ketika sedang
bersenda gurau dengan kawan-kawanna sebelum pengajian dimulai. Datu Museng
ang tak pernah lepas perhatianna kepada putri Maggauka itu, dengan gerakan
amat Cepat langsung memungutna, kemudian tanpa berpikir lagi CinCin itu
dimasukkan ke dalam jarina sendiri.

Sesungguhna ia melakukan perbuatan itu di bawah sadar, jauh dari pertimbangan

wajar. *e+eksi perbuatan itu dikuasai imbauan bawah-sadar, hasil perkawinan


antara tekad dan keberanian ang telah mendarah-daging dalam tubuhna ang
kekar-kuat.
Ia tak aCuh dengan segala sesuatu ang menangkut dengan adat istiadat. Ia tak
sadar lagi akan kedudukan Maipa Deapati sebagai putri Maggauka ang tidak saja
harus dih0rmati sebagai laimna mengh0rmati keluarga Sultan, tapi juga telah
dengan lanCang melanggar kes0panan se0rang wanita di muka khalaak.
Kendati hati Maipa sesungguhna sudah bertaut dengan hati Datu Museng, namun
dalam menerima perlakuan seperti itu di depan kawan dan guruna ang dikenal
kukuh dalam adat, tak ada jalan lain bagina keCuali harus berbuat sesuatu ang
bertentangan dengan hati nuranina.
Dengan air mata menetesi pipi pauh dilaang, ia m0h0n CinCina dikembalikan,
sekedar memenangkan adat ang sesungguhna menjadi penghalang besar untuk
memenangkan kehendak hatina.
Datu... )0l0ng kembalikan CinCin tiu. Kukira tak ada manfaatna bagimu juga kata
sang putri dengan suara sedikit bergetar.
Dan Datu Museng ang sejak lahir memiliki sifat-sifat istimewa, untuk sejenak tak
kuasa berkata-kata. /atina serasa hanCur mendengar pinta itu. Di relung jiwana
ang paling dalam bertarung sengit kemauan dan keberanian di suatu pihak
melawan keharusan adat di lain pihak. Dan seperti biasa, kemauannalah ang
akhirna menjadi pemenang.
Maaf putri Maipa. 0inCinmu telah kuCinCin menjadi penghias jari manisku. Bagiku
haram ia keluar kembali. Sem0ga )uhan mengabulkan pintaku, putri kelak menjadi
punaku.
M12D123A* jawab Datu Museng ang merupakan pelanggaran adat tak bertara
itu, Khadi Mampawa amat berang. Sambil menuding dengan telunjuk bergetar, Dia
berkata setengah berteriak4 5ika begini budi pekertimu Datu, Kau &ebih baik
menCari guru ang lain. Aku tak ingin puna murid ang dapat menCemarkan nama
baikku di mata Maggauka.

Selain berani dan tegas, Datu Museng terkenal pula Cepat mengambil suatu

ke p u t u s a n t a np a b e ru s a h a m em i k ir k a n
 a n g t e r ja d i , p er i s t iw a - p e ri s tiw a  a n g a
a k ib a tn  a t e rl b ih d a h u lu . B a g in  a , a pa p un
k a n d a ta n g m er u p a k a n s u a t u p e n g a l a m a n
baru ang berguna bagi kelangsungan hidupna di kemudian hari. Kebesaran
 jiwalah ang banak membantu membentuk sifat sifat istimewa seperti itu.

Itulah sebabna, ketika ia mendengar teguran keras guruna itu, tanpa


menguCapkan sepatah kata lagi ia meninggalkan tempat pengajian. Ia langsung
pulang ke rumah, di mana kakekna Addearangang, ang mengasuhna penuh
kasih saang sejak keCil, selalu menungguna di ambang pintu.

/ati Datu Museng ketika itu gemas berCampur sedih. Ia sadar dengan
meninggalkan tempat pengajian, berarti bakal tak bisa lagi bertemu, bergurau dan
bersilat mata

dengan %utri Maipa. /ilang kini harapanna, pupus sudah Cita-Citana terbang
laksana debu ditiup angin. %eluh dingin mengalir ke sekujur tubuh bukan karena
hati berlari pulang tetapi karena membaangkan keadaanna nanti.

&angkahna diperCepat menuju rumah. Ia hendak segera mengadukan peristiwana


kepada sang kakek terCinta. Sebelum memasuki pekarangan rumah. Ia sudah
berteriak. Suarana bergetar, teriakna parau menggelegar, membuat 0rang tua itu
terkejut dengan l0mpat berdiri men0ngs0ng CuCuna di halaman.

Ada apa CuCuku... Mengapa kau menjadi begini6 Katakan CuCuku saang sambut
kakek Addearangang tak sabar sambil memegang tangan Datu Museng.
Dibimbingna naik ke rumah panggung mereka ang besar, melewati anjungan terus
ke ruang tengah dan mendudukkan Datu Museng di haribaanna. Dibelai- belaina
rambut sang CuCu tersaang. Dibujukna penuh manja, sebagaimana biasa bila Datu
Museng menghadapi kesulitan.

Dengarlah wahai kakek. Aku telah kehilangan harta melebihi nilai jiwaku sendiri.
Aku sungguh bergundah-gulana. Datu Museng berhenti mengutarakan isi hatina.
Ia nampak sangat sedih dan tak kuasa melanjutkan kata-katana.

Kakekna heran terCengang melihat keadaan CuCuna demikian, lalu bertana4


0uCuku, susah apa ang kau tanggung, sakit apa ang kau derita. /arta apamu
ang hilang. 3erangan siapa ang mengganggu atau menakiti hatimu6 Katakan
 5ika pendekar, ia akan kutantang berperang tanding dan akan kupatahkan batang
leherna. 5ika peramp0k ang merampas barangmu, akan kusapu ia dari muka bumi
dengan pedang lidah-buaa. 0uCuku, katakan segera

Bukan 0rang jahat ang memegatku, bukan peramp0k ang merampas hartaku.
 5uga bukan musuh menjentik kulitku, kakek. Aku diusir dari rumah kadhi, tidak
diperkenankan lagi mengaji di sana. )api sebenarna bukan pengusiran itu ang
menakitkan hatiku. /ana akibatna ang meniksa batin ini. Kini aku tak dapat

la g i m el ih a t bi n ta n g k e j0 a d i te n g h m
r a tn a m u t u - m a n ik a m , p er m a t a d a la m
l a m , M aipa Deapati suluh dalam gelap,
ha  a tk u .

Datu Museng kemudian menCeritakan kepada kakekna, asal muasal ia diusir dan
disuruh menCari guru mengaji ang lain.

0uCuku, jangan susah karena putri Maipa Deapati. Bukan satu, bukan dua Maipa.
 )etapi banak bertebaran di Sumbawa ini dan di sekeliling pulau-pulauna. Mengapa
putri itu menusahkan hatimu dan membuat kau gunda-gulana6 Bukan Maipa saja
ang Cantik, bunga setangkai di dalam taman, CuCuku. Banak kembang semerbak
di berbagai taman. Bintang-bintang di langit, juga tak terbilang
 jumlahna. Mengapa kau bingung karena Maipa. Ketahuilah, putri Maipa Deapati

sudah
denganbertunangan. Diaputra
I Mangngalasa, dij0d0hkan semasih
mahk0ta Sultandalam kandungan ibunda permaisuri
&0mb0k.
Mendengar tutur kakekna, Datu Museng mendengus merentakkan kaki.
3erahamna gemertak menahan marah dan matana mendelik liar. Ia lalu berdiri
berkaCak pinggang, sambil berkata4 )idak..., tidak, kakek. Maipa Deapati adalah
Maipaku. I Mangngalasa b0leh dij0d0hkan dengan Maipa sejak keCil, semasih dalam
kandungan permaisuri. )api sekarang..., aku ang puna. Maipaku, tunangan Datu
Museng I Bas0 Mallarangang. I Mangngalasa b0leh memetik kembang-kembang di
taman, b0leh bebas memilih bintang di langit biru, tapi ia tak b0leh menjamah
perawan ang satu ini. I Mangngalasa b0leh menumpuk harapanna setinggi
gunung, tapi tak akan bisa mendapatkanna semasih aku hidup, selagi haatku di
kandung badan.
Mendengar tekad teguh Datu Museng, kakek Adearangang tafakkur berpikir dalam-
dalam. /ati-tuana menala kembali. *asa pati bangkit untuk mengabdi pada sang
CuCu, ingin membantu sekuatna dengan nawa dan badan dipertanggungkan. Ia
sadar, CuCuna berkeras ingin memetik kembang larangan ang dijaga kuat.
/endak dipetik seCara resmi, susah sungguh dan terasa amat rumit. Sebab Maipa
Deapati berdarah bangsawan, turunan Sultan ang memerintah. Akan halna Datu
Museng7 hana separuh turunan bangsawan. Darahna tidak murni, sehingga tak
pantas duduk bersanding menurut ukuran adat. Karena itu bunCahlah pikiran sang
kakek. )api pembawaan Adearangang persis sama dengan Datu Museng. Kakek dan
CuCu ini hana berbeda dalam usia, tapi tidak dalam hal-hal ang menangkut
kejantanan. %erasaan ragu-ragu segera sirna, dihapus teka hati hendak
mengabulkan harapan CuCu satu-satuna ang amat dimanjakanna.

8rang tua itu lalu berdiri dan menepuk pundak CuCuna ang sedang termenung
mel0ntar pandang lewat jendela. Datu Museng sedikit terkejut dari lamunna, lalu
men0leh dan menatap penuh harap. Sebelum ia sempat mel0ntarkan pertanaan,
kakek Adearangang tersenum lembut sambil berkata4 Datu..., Maipa Deapati
bukan sembarang kembang. Memetikna amat susah, tidak gampang. Di sekitarna
penuh 0nak-duri ang siap menusuk siapa ang C0ba-C0ba memetikna. )etapi jika

h a ti m u m e m b a j a ,  a ki n la h u a k a n b is a
b e r j u a n g k e ra s d a n m e m b e ka l k e s a b a r a n
m em p e r0 l e hn a . / a n  a k a u h arus mengarungi laut
da l am m en a ta n g ri si k 0 d a la m
menghadang maut mara bahaa. Kau harus berguru ke Mekka, negeri suCi tempat
lahir nabi akhir aman, Muhammad Sallahlahu alaihiwassallam. Kau mesti berguru
pada tuan sekh di Mekka dan Medina. 0ari dan petik Bunga 1jana Madina
#Kembang merah Medina$. 5ika berhasil memetikna, perCaalah Cita- Citamu akan
terkabul. Maipa Deapati akan dapat kau miliki. Semua perintang, 0nak- duri, tanjakan
tajam, apalagi kerikil, dengan mudah kau lindas dan lewati. Sungguh, CuCuku.

 )utur kakekna ang mengandung d0r0ngan dan harapan ini membuat Datu Museng
girang alang-kepalang dan tersenum-senum. Mata ang pudar bersinar

kembali, wajah
pun girang ang
bagai puCat berCahaa lagi. Dada berg0lak menjadi tenang dan jiwa
semula.
Dengan suara pasti Datu Museng berkata4 /ana ke Mekka dan Medina, kek6
0uma mengarungi laut ber0mbakkan air, menjelajah Sahara berpadangkan pasir6
)ak usah kuatir. Ke laut api sekalipun aku akan pergi, demi mendapatkan mutiara
hidupku. Aku akan pergi menghadang laut marabahaa, akan melintasi lautan
ber0mbak setinggi rumah. Aku akan menjelajahi padang pasir ang terik membara
membakar jagat. Keras hatiku, kek. Kuat tebal keakinanku. Maipa..., Maipaku
terbaang di ruang mata, senumna bersemaam dalam jiwaku selalu. Aku akan
pergi, pasti...

5ika keakinanmu telah bulat, kemauan sudah keras membaja dan tekad telah
membungkah, akan kusuruh buatkan bahtera kenaikanmu ke Mekka menCari
Bunga 1jana Madina. Sabarlah, CuCuku jawab kakekna sambil tersenum-
senum pula.
Sejak mufakat telah putus bahwa Datu Museng akan berangkat ke tanah suCi,
maka sejak itu pula kakek Adearangang sibuk mengurus kau bakal perahu.
Dikumpulkanna ahli pembuat bahtera untuk membangun kenaikan CuCuna.

Da b e b e r pa b u la n k e m u d i a n , ba h t e ra
MM en  a k s ik an k e n a ik a n s u d a h ra m p u n g .
te l a h se l es a i d a n d i be r i n a m a I & 0 l0gading.
D at u M us n g b e rt am b a h g em b i ra .
hasratna serasa tak tertahan-tahan lagi untuk mengarungi laut sebagai
pengabdian pada Cahaa haat ang terus menerus mengganggu kalbuna.

Sementara itu kakekna makin rep0t pula. Ia menggeledah negeri menCari bahan
kelengkapan bahtera. Makan tak makanlah dalam sehari, tidur tak tidurlah dalam
semalam, asalkan usaha berhasil untuk menenangkan hati sang CuCu.

Setelah mustaid sudah kelengkapan I &0l0gading, segala bekal kpeluan sudah


tersedia, diCarilah waktu ang baik tak bernahas. Bulan dan bintang dilihat nata.
hari dan tanggal dihitung seksama. Ketika hari telah baik an bulan pun terhisab

s u C i , m a k a d it u r u n k a n la h I &0 l0 g a d in g ke
g g a dis m a n i s b e r b a j u b 0 d 0 , d ie lu - e lu k a n d
b an d a r p el a b u h a n . D i ir i n g i e m p a t - p u l u h
a n d is 0 r a k - s 0 r a i te em an s e k a m p u n gg , an a k
daeng dan anak karaeng.

Sekarang I &0l0gading terapung megah menunggu keberangkatanna. Awak


bahtera telah lengkap hadir, semua siap sedia patuh diperintah menjalankan
kewajiban. )inggal menunggu Datu Museng ang sedang dalam semedi di
rumahna. Bersama kakek ia mem0h0n kepada )uhan agar perjalananna berbuah
dan berhasil baik.
Asap kemenan harum setanggi memenuhi ruangan kamar. Keadaan tenang suni
dalam ruang tempat memuja ang dipuja. Dalam kesunian itu terCipta baangan
ang diharap, baangan Maipa Deapati, Cempaka putih tanah Sumbawa, bintang

ang tak terlindung Cahaana, berkelip selalu meninari jiwa Datu Museng.
Kini terCipta baangan itu, hadir di hadapanna. Datu Museng lalu berbisik4
Maipaku, adinda Maipa... Kupinta pada )uhan, kau kelak jadi kembang petikanku.
Kutanam kupelihara dalam jiwaku, kupupuk kusirami dengan air mata harapan. Aku
akan pergi, saang. Untuk menCari dan menemukanmu.
&ihatlah ke piala hati ini, dindaku. )ak ada riak dan tak ada 0mbak ang tidak
karena dikau. 5ika sentana pantai hati ini bukan Cadas nan keras, sudah lama
gugur berkeping-keping. 5atuh menjadi pasir dan abu, lalu terbang tak berbekas,
berberita pun tidak.
 )api, dindaku saang, kendati keras kuat batu di gunung, ia akhirna akan tembus
0leh air lemah ang jatuh menimpa berulang-ulang. )embus dindaku, tembus... dan
 jadilah pasir halus hanut berlarat-larat, hilang ke laut lepas.
Akan demikianlah halna rasa hati ini dindaku, jika aku selalu menjadi tukang
berharap saja. 8rang dan adat mengatakan kita tak dapat sejajar bersanding
dua karena kau anak Maggauka, 0rang ang berkuasa dalam pemerintahan. Dan
aku hana anak gelarang #pimpinan daerah keCil$ Karaeng %alili. )idak berkuasa,
tidak memegang pemerintahan. Aku rendah dalam derajat dari darah ang
mengalir dalam tubuhmu.
 )api ketahuilah adinda, tekadku telah bulat. Keakinanku tak terg0ahkan lagi

m e n gh a d a p ia d a t u s a g  a n g r ib u t te n t a n
b0 le h b e rC a m p u r . B a tin k u m e n  a n g k a l it u
g a sa l d a r a h m u d a n d r ah k u  n g ta k
se m u a . A k u  a k i n , d a ra h k it a sa m a , d ari Adam
dan /awa Ciptaan )uhan, bukan Ciptaan manusia. Akan kur0mbak dan
kuhanCurkan segala adat istiadat ang berdiri membenteng di antara kita berdua.
Semua Ciptaan manusia ang palsu itu akan kutenggelamkan ke bawah tanah lapis
ketujuh. Kupinta pada )uhan, kurebut kau dari tangan manusia, dari kekuasaan
duniawi dan aahmu Maggauka.
Dengarlah adinda, tak ada benteng ang kukuh, tak ada laskar ang kuat, semua
akan hanCur jika )uhan menghedndaki. Sekarang aku hana melihat baanganmu,
berbiCara dengan baanganmu, karena aku tak dapat menjumpaku dengan badan
kasar dan meneng0kmu di Istana.
Aku tak mampu mengunjungimu di dalam bilik peraduamu ang dijaga inang setiap

p e n g a p it  a n j u j u r. A k u ta k d a p a t m
l la h ir . K u p a n gg il k a u d a t a n g , k u s e r u
e l ak u k an n  a , k r e n a a k u m a si h l e m a h
n a m a m u , ku C i p ta b a  a n g a n m u d i h ad a p
d a l a m
a n k u , agar kau melihatku dan aku melihatmu. Kukurimkan rasa rinduku ke
dalam hatimu, kudeburkan segala rasa ang terbetik dalam jantungku ke dalam
jantungmu. sebentar lagi aku akan pergi berlaar menCari wujudmu. Akan kuCari
dinda sampai bersua, hingga kau berada dalam penkuanku, tidak di pangkuan
0rang lain.
Sekarang kuhembuskan nafasku ke dalam nafasmu, dan kuterima nafasmu ke
dalam nafasku7 kau dan aku hana satu . . .Amin
Suara helaan nafas panjang dan tangan ang digesekkan untuk mkemudian
diraupkan ke wajah, mengakhiri semedi Datu Msueng.

Adearangang lalu mendekat, mengajak Datu Museng berdiri. Dengan takim sang

CuCu mengikuti kakekna turun tangga. Mereka kemudian menuju dermaga dimana
I &0l0gading bersama awak bahtera telah lama menanti.
Melihat Datu Museng dan kakekna datang, seluruh awak bahtera Ceria. %erahu
lepa-lepa diauh menjemput di pinggir pantai. Setiba di atas bahtera, Adearangang
memeluk CuCuna, dan memberina pesan-pesan penguat batin agar selamat
dalam perjalanan. 30ng dan gendang ditabuh bertalu-talu, ditingkah dentuman lela
#meriam$ sebagai tanda siap berangkat dan sekaligus uCapan selamat tinggal
kepada penduduk. Sebelum meninggalkan bahtera, Adearangang sekali lagi
memeluk CuCuna dan menjabat tanganna erat-erat sambil mel0ntarkan senum.
 )iba di darat, ia bergabung dengan halaak ang berb0nd0ng-b0nd0ng datang
menaksikan keberangkatan Datu Museng untuk menuntut ilmu ke tanah suCi.

&alu sauh pun dib0ngkar. Daung mulai bergerak serentak-seaun. I &0l0gading


bergerak berangsur-angsur menjauh dari pantai pulau Sumbawa nan indah.

Datu Museng naik ke anjungan bahtera melambaikan tangan kepada kakekna.


Angin pun berhembus dari darat, dan laar terkembang memutih. Dingin...,
sungguh dingin terasa hati Datu Museng ditiup-tiup bau ag datang dari arah
istana Maggauka. )erbaanglah wajah nan bundar-telur, kulit kuning-langsat,

r a m b u t  a n g b e r ge r i p a n j a n g k e k ak i
b b e rd ir i d i p a n t a i m e la m b a i . 9 a n g k in i t e
m e n g h it m ik a l . & u p a l a h s u d a h k a k ek m asih
rin g a t d an t e r b a  a n g h a n  a k e k a s ih , l a in
tiada. )erkenang kembali masa silam ang membius.

Ketika Ia dan Maipa berCengkerama, bebas berCumbu bersenda-gurau. )ertawa


terbahak-bahak, Cubit-menCubit, ajuk-mengajuk hati di saat-saat pengajian
jedah.

Kini...., semuana tinggal kenangan. Sudah tertinggal jauh dan kian jauh juga.
 )ertinggal pula baang-baang manis itu......
 )api... dengar . dengarlah bisikan angin dari darat, ke hati langsung berbisik4
%ergilah dikau kanda saang Datu Museng. )inggalkan daku se0rang diri melamun
dalam mengharap pada Ilahi. &ekas datang, lekas pulang menjemput dindamu

t a m b a t n h a ti . U n t uk m e n g u r a i ik a t a n
a a n gk a s a, h in g g a p m e m i lih d a h a n d a n
k e t a t, a g a r t e r b a n g s e p a s a n g b u r u n g ke
r a n t in g d i m a n a s u k a . % e r g i. .. p e r g il a h
penguasa hatiku. Bertiuplah bau, kembangkan laar bahterana menuju tempat
idaman, agar kekasih lekas sampai ke pantai harapan. I &0l0gading, melajulah
dikau. Bawalah kekasih pergi dan antar pulang kembali ke haribaanku. 5angan
putuskan harapan se0rang gadis pingitan. Wahai dendangan-saang, telah
kudengar berita keberangkatanmu, dari bisikan rakat sampai kemari. Kuiring d0a
selamat, sem0ga harapan berbuah. Aku tak dapat mengiringimu seCara nata,
hana haalku ang menertaimu. 8h angin, bisikkan pesanku ini kepada kekasih
saang, sem0ga ia berlaar dengan tenang.....

&aar kian mengembang penuh ditiup angin ang kian kenCang. I &0l0gading kini

dengan megah melaju meninggalkan pantai Sumbawa ang berangsur hilang dari
pandangan.
Sumbawa sudah dibelakangi Datu... &0mb0k dan Bali tepat di haluan, sem0ga
Cepat sampai ke tujuan. Marilah, Datu. Marilah, tuan, kita turun ke ruang istirahat
untuk melepas lelah, membaringkan tubuh di atas tilam peraduan ang sudah
tersedia. Malam sudah larut. Angin laut makin terasa dingin menusuk ke sumsum.
%enakit akan lekas menerang jika hati k0s0ng melengah-hampa ajak nakh0da I
&0l0gading kepada Datu Museng, ang sejak Sumbawa ditinggalkan, belum
beranjak dari dudukna di anjungan bahtera. Ia tinggal tafakkur menghadap arah
darat tanah tepian pulau Sumbawa di mana istana Maggauka telah menimpan
 jiwana sebagian.
8hhhh... Datu Museng tersentak dari renungan. Ia insaf, lemah dalam derita
rasa.
Wahai nakh0da..., baru kuderita perasaan begini. Baru kutanggung
penanggungan semaCam ini. *upana tak gampang tiada mudah meninggalkan
kekasih se0rang diri pergi berlaar mengarungi samudera luas. )api akan
kuapakanlah rinduku, bagaimana kupupus hilang dendam-kesumat. MenguCapkan
tak semudah melaksanakanna. *asana hanCur hati ini jika kupaksa merenggut
rindu ang mendamba di dada. Biarkanlah begini, wahai nakh0da. 5ika aku lapar
dan haus-

d a h a g a , ak n k u m i n t m a k an a n d a n m i n
t te r ti d u r ju ga . U s a h a k an s a ja I & 0 l 0 g a d in g
u m a n . A p a b il a m e n g a n u k, a k u p sti
le k a s s a m p a i d i t a n a h t ep i a n p u lau harapan
kita.
)uanku Datu Museng... Sudah laim teruna menanggung rindu. 5angan diturutkan
kata hati, jangan biarkan lamunan berlarat-larat dalam diri. Masih amat luas
samdera ang harus kita jelajahi, masih banak negeri ang akan kita singgahi, dan
masih berbilang-hari berbilang-bulan kita terkatung-katung, dan terdampar di
rantau 0rang. 5ika begini Cara Datu berlaar, bakal tak sampai jiwa dan badan ke
rantau tujuan. B0leh jadi hana keranda tuanku ang akan balik menemui kekasih
nan tak pernah putus menunggu dan berharap. Bersusah hati seperti ini tak laak
Datu lakukan. Akan merusak iman, melemahkan bathin. Selaak 0rang ang
berputus asa.

Dan ketika Datu


melanjutkan4 Museng
5ika hana ingin
Datu belum tersenum menanggapi
melepas nasihatna,
lelah, marilah sang nakh0da
kita bergembira
bersama. Ambil rebab, ambil keCapi, kita hilangkan susah di hati. Marilah
menembang lagu, mari berdendang saang. Datu..., marilah tuan

2akh0da itu kemudian men0leh ke awak bahtera ang sudah berkerumun, sambil
berkata4 )ukang keCapi, ha0 petik keCapi itu, kita bernani, menghilangkan duka
ang mengganggu
 )ukang keCapi mulai memetik dawai keCapina. /alus merdu membelah kesunian
malam di tingkah bau semilir serta sibakan 0mbak ang memerCiki bahtera I
&0l0gading.
Datu Museng Cuma mampu mengulum senum, menggigit bibir. Marah tak dapat,

kesal di hati tertahan, diusik heningan Ciptana. 2akh0da pura-pura tak melihat.
%andanganna diarahkan ke laut lepas, ke bintang berkedip di langit ang
terhampar luas, sambil mendendangkan nanian gembira.

&aju-lajulah bahtera I &0l0gading


&aju melunCurlah mengarungi laut
Biar jauh kasih nan saang
Ke hati ia tetap terpaut

 )embang lagu diulang kembali 0leh awak bahtera an membentuk lingkaran. Datu
Museng ang sedikit tersinggung, hana memandang Cakrawala ang bertaburkan
bintang. &aakna ia sedang menCari satu dari sejuta bintang ang berkelip indah di
alam lepas tak terukur itu.
2akh0da berhenti menani, mengalihkan pandangan dari laut ke Cakrawala,
kemudian ke wajah Datu Museng. Awak bahtera suruhan kakek Adearangang, tak
pula ketinggalan. Semua mata menumpuk di satu sasaran, ke wajah pemuda ang
duduk bersila dengan tenang. /ening sejenak, tak ada suara ang mengusik,
keCuali deburan 0mbak menepis tubuh I &0l0gading. Suasana demikian sentimentil.
Untunglah Datu Museng Cepat sadar. Dengan lemah lembut ia bertutur. /alus
dalam

s u ra ta p i
 S au d a ra - s enung bersuni diri di bawah naungan langit dan
t e g a s d a la m
a u d a r a k u .. , a
m ak n a .
ku b e rm
bintang temarang serta dihembus angin laut nan dingin meneuk kalbu, bukanlah
karena bersusah hati. 6Aku sedang berpinta kepada 9ang Maha Kuasa, agar
perjalanan kita ke 5edda, Mekka dan Media lekas sampai. )ak ada areal ang
melintang, tak ada bahaa ang menghadang. Menanilah, petiklah keCai itu.
Beribu terima-kasihku pada kalian atas segala usaha menghiburku. )ak sia-sia
kalian
 jadi penganti kakek.

9a, tuanku Datu Museng. Kami ini adalah suruhan kakek Adearangang,
melaksanakan perintah dan amanatna. %ulang-maklumlah, Datu jawab sang
nakh0da.

Itulah watak manusia ang mengerti kewajiban dan mengetahui tanggungjawab.


Aku sangat bersukur bersama nakh0da dan awak bahtera sepeti kalian. /ana
pintaku padamu, biarkanlah aku bertekun bersuni diri. jangan aku diusik lagi
pintu Datu Museng.

Demikianlah sejak itu, sejak pulau Sumbawa dibelakangi dan pulau &0mb0k dan Bali
tepat di haluan bahtera, Datu Museng tetap tinggal di geladak di waktu malam
untuk bersemedi. Ia baru turun ke ruang bawah untuuk beristirahat di kala fajar
akan meningsing, hingga petang berebut senja. Makan dan minumna tak pernah
banak dalam usaha mendekatkan diri sedekat-dekatna kepada Maha %enCipta.
Dan dengan demikian,
menambar. I &0l0gading
Memutih buih terus
di haluan, melunCur
membelah bagaikan
0mbak burung garuda
menggulung, ang
laksana tiada
ang kuasa menahan lajuna. 1mpat puluh hari empat puluh malam dalam keadaan
demikian, maka sampailah bahtera itu dengan selamat di pelabuhan 5edda.

Datu Museng gembira tak terkira. Ia turun ke darat mendapatkan sahbandar. Diri
diperkenalkan, maksud hati diCeritakan, Cita-Cita disampaikan. Sahbandar nan arif
tak berkebaratan. Datu Museng b0leh mengunjungi tanah suCi Mekka dan Medina
untuk berguru menuntut ilmu.

Setelah Cukup lama menuntut ilmu seperti ang dipesankan kakekna, aitu
sesudah kembang merah Medina dapat dipetikna, Datu Museng kembali ke
negerina 5iwana ang lemah, kinikuat laksana baja. *agana ang kekar telah
berisi ilmu ang tak ternilai bagi manusia biasa. %endek kata, ia kini adalah s0s0k
manusia ang kebal lahir dan bathin.

Beberapa hari setelah Datu Museng tiba dari tanah suCi, terbetik berita bahwa
Maggauka di Sumbawa akan mengadakan gelanggang permainan raga. Berita ini
disambut gembira 0leh penduduk, terutama bagi kaum muda dan gadis-gadis.
Betapa tidak, gelanggang semaCam itu selalu menjadi pertemuan besar-besaran
a n t ar a k du a j en is m a n u s i . A d a j u g a a n g
r re s m i . S em u a g ad i s b a n g s a w a n  a n g m 0 le k
m e n a m a k a n n  a p e r te m u a n j0 d 0 h t i d a k
d il e lu as a k a n d a t a n g u n tu k m e n 0 n t 0 n .
 )idak heran, jika para memuda dan anak bangsawan sekeliling pulau Sumbawa,
berduun-duun ke tempat gelanggang. Sebagian hana men0nt0n sepakraga,
sambil memandang sepuas-puasna dara-dara rupawan di atas jendela istana. )api,
sebagian besar datang untuk ambil bagian dalam gelanggang sepak raga. Siapa
tahu, mereka akan mendapat simpati dari salah se0rang gadis m0lek di jendela.
Dewasa itu, permainan sepakraga #b0la terbuat dari r0tan$ merupakan permainan
ag harus dikehtahui 0leh setiap pemuda. Baik ia 0rang biasa, terlebih lagi
keturunan bangsawan. Se0rang remaja, betapapun sempurna hidupna, baru akan
merasa bahagia jika dapat bersepakraga, apalagi jika termasuk ahli. Ini karena
telah menjadi traisi dalam setiap punCak keramaian selalu diadakan gelanggang

permainan raga,
dan mel0ntar di mana
kerling gadis-gadis
ke pemuda penujuterpingit
hatina.berkesempatan bebas semaCam
)ak aal, gelanggang men0nt0nini,

menjadi tempat pemuda bersaing keras.


Ketua gelanggang raga, ang diadakan Maggauka kali ini, ialah Mangngalasa, putra
mahk0ta Sultan &0mb0k dan tunangan semasa keCil putri Maipa Deapati. Ia
datang ke Sumbawa, khusus menghadiri gelanggang itu, karena ia terkenal pula
ahli bersepak raga. Ia ang diberi tugas 0leh bakal mertuana untuk memilih
pemuda dan kawan sejawatna bermain raga dalam pekarangan istana.
/ari ang dinantikan pun tiba. Kakak Adearangang mengajak CuCuna. Datu mari
ke gelanggang raga ang kabarna dipimpin I Mangngalasa. Berpakaianlah CuCuku,
kita ke sana menaksikan keahlian anak-anak muda Sumbawa ini, istimewa
pangeran Mangngalasa ang kabarna pemain raga terakhli di daratan &0mb0k.

Akan kulihat nanti,


dan merebut apakah
hati setiap ia dapat
dara menaingi keahlianmu
ang menaksikan dalam bersepak raga
gelanggang.
Mendengar ajakan kakekna, Datu Museng tersenum. Ia memang sangat ingin
menaksikan keramaian itu. Keinginanna seperti tak tertahan lagi. *asana ia
ingin seCepatna tiba di tempat keramaian itu. Ia akin, inilah kesempatan ang tak
b0leh diabaikan, jika hendak berjumpa dengan jantung hatina, meski hana mata
dengan mata belaka.
*induna ang lama tak ter0bati, kian hari kian parah, membuat Datu Museng
serasa ingin terbang ke tempat itu. Bukankah jika menginjak pekarangan istana, ia
sudah dekat dengan kekasihna ang hampir-hampir membuatna gila. Dan pasti
Maipa Deapati turut men0nt0n permainan itu, pikirna.
/ati Datu Museng memekar, memikirkan hal ini. Ia segera berpakaian agar lekas
berangkat, dan Cepat pula tiba di pekarangan istana.
Seusai berpakaian, ia mendekati kakekna. Kek, bila aku masuk gelanggang dan
anak-anak muda mel0ntarkan raga padaku,aku akan pura-pura menapkna salah,
sampai dua-tiga kali. Andaikata mereka men0raki dan menertawakan karena
ket0l0lan ang kusengaja itu, kuharap kakek jangan perduli. 5angan membuat
kakek marah, supaa segala renCanaku berjalan baik, kata Datu Museng.

 B a ik l h, Cu C u k u  ja n j i k a k e k n a . K e d u a
m m e n  an d a n g p e d a n g l i d a h b u a  a . % e d ang it
p u n b e r a n g k a t. 8 r n g tu a it u
u la h  a n g m e m b u at n  a t e r s 0h0r dan sangat disegani
kawan dan lawan sejak di masa mudana.

Setiba keduana di pintu gerbang istana, mereka pun berhenti. *upana,


gelanggang sudah dibuka. Keduana men0nt0n 0rang ang asik bermain raga, dari
luar pekarangan istana, laakna seperti tempaan ang tidak ditimpa air saluran.
 )ak dipanggil, tidak ditegur dan tiada ajakan.

%angeran Mangngalasa ang melihat kehadiran Datu Museng di luar, justru


mempersibuk dirina dengan mempermainkan raga seenak dan sesuai keahlianna.
%en0nt0n kia bers0rak, dan terdengar jerit manja gadis-gadis rupawan makin riuh.

Ia sengaja
tidak berbuat demikian untuk memberi kesan bahwa kehadiran Datu Museng,
diketahuina.

BDua hal ang menebabkan I Mangngalasa bertindak demikian. %ertama, ia tahu


Datu Museng pemuda tampan ang keahlianna bermain raga, kurang
tandinganna. Kedua, ia tahu, pemuda itu Cinta kepada tunanganna, Maipa
Deapati. Demikian pula sebalikna, Maipa pun menaruh hati kepada Datu Museng.

Mangngalasa maklum, kedatangan Datu Museng untuk memenangkan kedua hal


tersebut. Dan jika diberi kesempatan, akan mengahanCurkan reputasina sebagai
ahli raga di daratan &0mb0k bukan saja, tapi juga bakal merampas tunanganna di
depan matana sendiri dan disaksikan 0leh khalaak ang kini sedang mengelu-

elukanna.
Datu Museng memperbaiki duduk. &alu ia menukas, :)uangku 3elarang dan
pembesar-pembesar ang arif. /amba mem0h0n dimaafkan karena tak dapat
berkunjung ke istana ang tak laak bagi manusia maCam hamba ini. Apalagi untuk
menaiki tangga berjenjang empatpuluh itu. /amba takut durhaka sebab turunan
hamba belum pernah menginjakna. /amba hana manusia keCil ang hina-dina.
Samaikanlah kepada tuanku Maggauka bahwa tak mungkin menginjak istanana,

t ak u t d u h ka k ar en a m e l a n g g a r k e b i a s a a n
  n g b e rd a r h C m p u r a n , t a k t u l e n se p e r t i
a d a t . B uka n ka h h a mba hana manusia
t u a n k u M g g u ka 6 ;
<)api bukan itu maksud Maggauka, anakku. Bagi beliau tak ada
perbedaanmu dengan anak muda bangsawan lanna. 5angan anakku berkeCil hati
disebabkan Maipa sudah dij0d0hkan dengan 0rang lain. 5angan, anakku %ikirlah
baik-baik.
 )imbanglah masak-masak. Karena Maggauka ingin agar kedua belah (hak tidak
keCewa dan beliau tidak hilang muka ;
<Ah, hamba masih segan mengunjungi istana, tuanku 3elarang /ati hamba
melarang;
<5angan diperuntukan kata hati itu, anakku; desak gelarang.
<Baiklah, hamba pikir-pikir dulu. %ulanglah tuanku dulu. Sampaikan pada
Maggauka bahwa hamba masih bimbang;.

< 5 ik d e m k ia n k a t am u , b a ik l a h . ) a pi harap
 )etapk a n lah h a ti m e n g a m bi l k e p u t u s a n . ;
anakku jangan bimbang.
Utusan pun meminta diri. Mereka kembali ke istana, menampaikan hasil
kunjunganna.
Mendengar hasil kunjungan itu, Maggauka keCewa. /atina panas
diperlakukan demikian 0leh salah se0rang rakatna. 2amun beliau Cukup
bijaksana. Dalam s0al seperti ini, beliau berpendapat tak ada manfaat memilih jalan
kekerasan. Maka, diperintahkanna sekali lagi, utusan kembali ke rumah Datu
Museng.
<3elarang, pulang kembali ke rumah Datu Museng  S ampaikan salamku
untuk kedua kalina. Katakan aku bersama %ermaisuri pasti datang sendiri,
andaikata ada ang menunggui adikna Maipa Deapati. Sampaikan lgi, kami

mengharapkan kedatanganna.
kaki, usung ia kemari. Bawa
5angan lupa usunganbahwa
sampaikan ke sana. 5ika ia kami
ia sudah tak dapat berjalan
anggap
sebagai
anak sendiri, bersaudara dengan Maipa.;

===
  Karena lama menunggu, para pengiring mulai kesal dianak tangga. Dan
setelah ang dipertuan mereka tak munCul-munCul juga, mereka mulai
Curiga.
 5angan-jangan I )uan 5urubahasa mendapat kesulitan. Siapa tau diatas rumah masih
ada 50a nag mengawal puteri Maipa Deapati, dan>.
  Ah, kepala pengawal tak tahan menerka-nerka lebih lama. Bersama lima
0rang prajurit, ia bergegas naik kerumah dan lansung ke ruang tengah. Alangkah
terkejutna mereka, ketika menaksikan tuanna tiarap di atas %ermadani, dihimpit
tubuh sang puteri.
  Buru-buru diperiksana dua 0rang ang tergeletak di lantai itu. )ernata
dua- duana sudah meninggal. )anpa sadar, kepala pengawal berteriak minta
t0l0ng, dan seluruh pengawal dan pemikul usungan menghambur keatas rumah
dengan keris terhunus. Fikir mereka, tentu musuh telah menCelakai ang
dipertuan dan pengawal ang naik belakangan.
  Mereka berdesak-desakan hendak dahulu-mendahului. Ketika tiba di ruang

t eng a h , m er e k a m n  a k s ik a n p m a n d an g a n 
S S e n ap ru a n g n s e g e r a d i g e le d h , t p i ta k
a n g m e n g e r i ka n d a n ta k ma s u k akal.
s e 0 ra n g p u n m u su h a n g e r e a
 jumpai.
  Mereka kemudian kembali kepada kedua maat itu dan samamematung
memikirkan kejadian ang jauh dari sangka dan kira-kirana. )ak se0rangpun dari
mereka ang mengerti apa ang sesugguhna terjadi.
  Akhirna, salah se0rang dari mereka akhirna memberi perintah supaa
maat I )uan 5urubahasa diangkat kebawah, dinaikkan keusungan dan diantar
kembali menghadap I )uan )umal0mp0a.
  Demikianlah itu terjadi, usungan ang sediana membawa %uteri Maipa
Deapati, kini dibawa kembali dengan mengangkut maat 5urubahasa di atas
usungan indah-permai itu6

  M a t a n  a m e m b e l a la k , m u l u t n  a m
enge lu a r k a n s ep a ta h k a ta p un . / a t i n  a
 
m e n g a n g a . I a s a n g a t h e r a n , t a p i ta k uasa
h a n C u r t0 t al , s e m a n g a t n a t er p uk u l
hebat. )ak disangkana k0rban ang demikian banak jatuh, hana berakhir sia-sia
dan demikian menedihkan.
  Sejak saat itu, )umal0p0a terus diamuk gundah-gulana.hatina risau
berkepanjangan dan selalu murung termenung. Ia rasana bias rela mengerti
tentang malapetaka itu. Mengapa kekuasaanna ang demikian besar dan selama
ini menCapai tujuanna , kini menderita kegagalan seCara amat hina.
  Dan ketika berhari-hari, bahkan berminggu-minggu ia terus didera
masgul dan rasa bersalah itu, ia akhirna tiba pada satu kesimpulan. Datu
Museng dan Maipa Deapati, adalah dua anak manusia ang amat istimewa, taka da
tarana diseanter0 jagat. Mereka telah dirajut 0leh paduan jiwa ang satu dan
hakiki ang

tak mungkin dipisah.


  Dan kisah Cinta-kasih ang suCi dan agung ini telah dilukis sejarah>>

---000000---

Anda mungkin juga menyukai