Tulang Rusuk
Tulang Rusuk
Sebuah senja yang sempurna, sepotong donat, dan lagu cinta yang lembut. Adakah
yang lebih indah dari itu, bagi sepasang manusia yang memadu kasih?
Raka dan Dara duduk di punggung senja itu, berpotong percakapan lewat, beratus
tawa timpas, lalu Dara pun memulai meminta kepastian. Ya, tentang cinta.
Ada tertulis, “Tuhan melihat bahwa Adam kesepian. Saat Adam tidur, Tuhan
mengambil rusuk dari Adam dan menciptakan Hawa. Semua pria mencari tulang
rusuknya yang hilang dan saat menemukan wanita untuknya, tidak lagi merasakan
sakit di hati.”
Setelah menikah, Dara dan Raka mengalami masa yang indah dan manis untuk
sesaat. Setelah itu, pasangan muda ini mulai tenggelam dalam kesibukan masing-
masing dan kepenatan hidup yang kian mendera. Hidup mereka menjadi
membosankan.
Kenyataan hidup yang kejam membuat mereka mulai menyisihkan impian dan cinta
satu sama lain. Mereka mulai bertengkar dan pertengkaran itu mulai menjadi semakin
panas. Pada suatu hari, pada akhir sebuah pertengkaran, Dara lari keluar rumah. Saat
tiba di seberang jalan, dia berteriak, “Kamu nggak cinta lagi sama aku!”
Raka sangat membenci ketidakdewasaan Dara dan secara spontan balik berteriak,
“Aku menyesal kita menikah! Kamu ternyata bukan tulang rusukku!”
Tiba-tiba Dara menjadi terdiam , berdiri terpaku untuk beberapa saat. Matanya basah.
Ia menatap Raka, seakan tak percaya pada apa yang telah dia dengar. Raka menyesal
akan apa yang sudah dia ucapkan. Tetapi seperti air yang telah tertumpah, ucapan itu
tidak mungkin untuk diambil kembali. Dengan berlinang air mata, Dara kembali ke
rumah dan mengambil barang-barangnya, bertekad untuk berpisah..
“Kalau aku bukan tulang rusukmu, biarkan aku pergi. Biarkan kita berpisah dan
mencari pasangan sejati masing-masing.”
Lima tahun berlalu… Raka tidak menikah lagi, tetapi berusaha mencari tahu akan
kehidupan Dara. Dara pernah ke luar negeri, menikah dengan orang asing, bercerai,
dan kini kembali ke kota semula. Dan Raka yang tahu semua informasi tentang Dara,
merasa kecewa, karena dia tak pernah diberi kesempatan untuk kembali, Dara tak
menunggunya.
Dan di tengah malam yang sunyi, saat Raka meminum kopinya, ia merasakan ada
yang sakit di dadanya. Tapi dia tidak sanggup mengakui bahwa dia merindukan
Dara..
Suatu hari, mereka akhirnya kembali bertemu. Di airport, ditempat ketika banyak
terjadi pertemuan dan perpisahan, mereka dipisahkan hanya oleh sebuah dinding
pembatas, mata mereka tak saling mau lepas..
“Good bye....”
“Kita melampiaskan 99% kemarahan justru kepada orang yang paling kita
cintai. Dan akibatnya seringkali adalah fatal”
1 Korintus 7:1. Dan sekarang tentang hal-hal yang kamu tuliskan kepadaku. Adalah
baik bagi laki-laki, kalau ia tidak kawin,
7:2 tetapi mengingat bahaya percabulan, baiklah setiap laki-laki mempunyai isterinya
sendiri dan setiap perempuan mempunyai suaminya sendiri.
7:5 Janganlah kamu saling menjauhi, kecuali dengan persetujuan bersama untuk
sementara waktu, supaya kamu mendapat kesempatan untuk berdoa. Sesudah itu
hendaklah kamu kembali hidup bersama-sama, supaya Iblis jangan menggodai kamu,
karena kamu tidak tahan bertarak.
13:13 Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan
yang paling besar di antaranya ialah kasih.
Sumber : www.rumahrenungan.com