• Tahanan jar. Rendah (ideal) --> Residual ridge tinggi (pada saat ditekan, mukosanya
pucat) --> Mucostatic --> Alginat, Pasta ZnOE
• Tahanan jar. Tinggi --> Residual ridge Rendah --> Mucocompressive --> Elastomer
heavy body saja
○ Mucocompressive = Mucodynamic --> Pada saat mencetak, ridgenya ditekan.
Karena ridge dengan tahanan jaringan tinggi akan berubah bentuk saat
ditekan. Hal tsb dilakukan supaya hasil GT yg dibuat, si fitting surfacenya
menyesuaikan dengan bentuk ridge, sehingga pada saat dipakai fungsi GT
tetap stabil.
○ Teknik ini mencetak bentuk ridge pada saat menerima beban kunyah
○ Penekanan yg dilakukan adalah dengan menekan mukosa oleh bahan cetak yg
flownya rendah
• Flabby --> Resorpsi jaringan sudah progressif --> Ketika disentuh mukosanya akan
bergetar dan lembek --> Selective Pressure (kombinasi alginat + elastomer)
• Khusus untuk free-end --> + Mucofunctional --> greenstick compound
• Contoh kasus:
○ Pasien merasa GT nya longgar, ternyata ada resorpsi tulang, lalu tahanan
jaringan tinggi --> Mucocompressive pakai elastomer
○ Kasus free-end dengan tahanan jaringan tinggi --> mucocompresi +
mucofungsional
○ Kasus free-end dengan tahanan jaringan rendah mau cetak model studi -->
alginat. Kalau model studi apapun pake alginat.
Modifikasi Post-Insersi
Direct Relining
Langsung ke pasien, aduk akrilik, masukin ke fitting surface GT, insersi
Sebelum masukin akrilik ke mulut, oles dulu pake vaselin untuk mengurangi panas dr akrilik
1. Persiapan pasien
2. Evaluasi awal
3. Identifikasi
4. Manipulasi akrilik
5. Finishing polishing
6. Insersi
7. Pengecekan oklusi dan artikulasi
Indirect Relining
Bikin model kerja dulu, pakai GT sebagai SCP, cetak, cor bikin model kerja, mounting,
kesananya sama kaya bikin GT kaya di lab
1. Persiapan pasien
2. Evaluasi awal
3. Pencetakkan
4. Working model
5. Packing
6. Sama kaya 5-7 di direct relining
Kelly's Syndrome
• Maksila
○ Resorpsi anterior
○ Flabby anterior
○ Pertumbuhan berlebih tuberositas
• Mandibula
○ Ekstrusi gigi anterior
Jenis Oklusi
Saat melakukan artikulasi, ada working dan balancing side.
Working side: sisi aktif mengunyah (jika ngunyah di kanan, working side di kanan)
Balancing side: sisi lawannya sebagai penyeimbang
• Bilaterally Balance Occlusion: ketika pasien mengunyah, baik sisi balancing dan
working berkontak dengan rahang lawannya. Oklusi ini memiliki stabilitas paling baik.
Untuk GTL wajib pakai jenis oklusi ini
• Canine Guidance/Cuspid Protected: pada saat artikulasi, gigi yg berkontak pada
working side hanya gigi kaninus
• Unilateral Balanced Occlusion/Group Function: hanya sisi working side saja yg
berkontak
• Mutually Protected Occlusion: pada saat RB protrusi, gigi posterior kanan kiri tidak
berkontak (Fenomena Christensen)
Sebelum perawatan prostodonti, sangat dibutuhkan untuk memperhatikan jenis oklusi
yang sudah ada di mulut pasien. Hal tersebut untuk menimbang kelayakan antara
perawatan yg diinginkan pasien dengan kenyataan yg ada di dalam mulut pasien. Contoh:
apabila pasien memiliki oklusi canine guidance, dimana gigi posterior dan insisif tidak
berkontak, dapat dikatakan pada gigi yg tdk berkontak itu tidak memiliki beban oklusal yg
besar, sehingga sangat mungkin jika ingin dilakukan perawatan bridge dengan material
porselen atau zirconia.
Direct Retainer
Pertama, tentukan dulu bentuk kehilangan giginya apakah free end atau bounded saddle
• Bounded Saddle
○ Acrylic: 3 jari (lengan retentif di bukal, oklusal rest di dekat area edentolus,
lengan resiprokal di lingual) atau half jackson paradental (kaya c clasp,
shouldernya ada di area interdental di atas titik kontak)
§ Gigi C: gillet
○ GTSKL: akers (mirip 3 jari, prinsipnya juga sama)
• Free-end
○ Acrylic: 2 jari (ga ada oklusal rest di mesial) atau 2 jari modifikasi (ada oklusal
rest di mesial)
§ Gigi C: gillet
○ GTSKL:
§ Gigi C/P: RPI
§ Gigi M: RPY atau RPT
Contoh kasus:
• Kehilangan 16 17 18 --> Abument di 15, mau dibikin GTSKL --> RPI. Pada sisi
sebelahnya diberikan indirect retainer double akers atau embrassure clasp. Kedua
alat tersebut digunakan dalam kasus kehilangan unilateral, diletakkan pada rahang
yg tidak ada kehilangan gigi.
• Kehilangan 11 12 21 22 --> Abutment di posterior untuk estetik karena blm ada
kehilangan gigi --> Abutment di 16/17, mau dibikin GTSKL --> double
akers/embrassure clasp di gigi 16 dan 17 (karena disimpan di area yg tidak ada
kehilangan gigi)
• Embrassure clasp atau double akers di GTSKL = half jackson paradental di akrilik
• Kehilangan 15 16 26 27 28 --> Abutment 14 17 25, mau dibikin akrilik --> regio 2 free-
end, jadi 2 jari/2 jari modif di gigi 25 --> regio 1 bounded, jadi 3 jari di 14 17 atau 3
jari di 14 dan half jackson paradental di 17.
• Kehilangan 14 15 25 24 --> Abutment 17 27 16 26, mau dibikin GTSKL ---> akers di
semua gigi
• RA ada torus palatinus sampe posterior, hilang 15 16 17 18 26, mau dibikin GTSKL -->
U-shape, abutment 14 25 27, RPI di 14, akers di 25 27
Tambahan:
• Indikasi GTSKL:
○ Tidak ada kelainan sistemik yg ada kaitannya dg laju resorpsi tulang
○ Tidak osteoporosis
○ Tidak sedang konsumsi obat bifosfonat
○ Tidak DM
○ Bentuk linggir sisa alveolar favorable, tidak segitiga (sulit membentuk minor
connector), cenderung ovoid atau rectangular
○ Gigi yg akan dijadika abutment wajib memenuhi syarat gigi abutment
○ Jika pasien ingin merasakan sensasi termal, karna metal itu konduktor, beda
dengan akrilik yg sifatnya isolator
Garis PON (Garis Puncak Linggir): menunjukkan neutral zone, pedoman penyusunan gigi
Inklinasi kemiringan TG anterior 15 derajat, posterior 45 derajat
• Garis kaninus: tempat patokan cusp caninus, kalau salah bisa menyebabkan gigi
tiruan terlihat terlalu besar
• Garis senyum/high lip line: batas penempatan servikal gigi tiruan, kalau salah bisa
menyebabkan gummy smile
• Garis midline: Jika pasien mengeluhkan midline tidak segaris, kesalahan terletak pada
saat penentuan RS atau penetapan garis midline
Dental Surveyor
Surveying Tools
• Analyzing rod: untuk melihat kesejajaran gigi abutment
• Carbon marker: kaya isi pensil, untuk mengidentifikasi height of contour, setelah
diketahui HOC, area dibawah HOC itu area undercut
• Undercut gauge: untuk mengukur undercut
• Wax trimmer: untuk mengurangi wax saat block out agar tetap sejajar dengan
midline
Penentuan DVF
• Metode Willis
Jarak sudut mata-komisura bibir = Jarak dasar hidung-ujung dagu
• Two dots
Jarak titik paling prominen hidung ke titik paling prominen dagu, pasien diinstruksikan untuk rileks
• Sorensen Profile Scale
Alat ukur yang difiksasi di titik glabela-pertemuan midline rahang atas rahang bawah-ujung dagu
• Swallowing method
Pasien disuruh menelan dan rileks sampai garis bibir sampai ujung dagu segaris dengan median
wajah, saat garis berimpit dihitung jarak bibir ke ujung dagu
• Fonetik
Pasien disuruh mengucapkan huruf M berulang ulang lalu diinstruksikan istirahat, ukur jarak titik
ujung hidung ke titik ujung dagu
• Rumus Hayakawa
Sn-Gn= 36,653 + 4,576 (jenis kelamin) +0,46 (p-p)
Keterangan: Nilai jenis kelamin:
Sn= subnasion (tepi inferior hidung) Perempuan = 0
Gn= gnathion ( titik inferior dagu) Laki- laki = 1
P= pupil point (pupil mata) p-p = jarak antar pupil
• Niswonger
Pasiennya suruh duduk tegak FHP sejajar lantai terus tentukan titik di bawah hidung dan paling
prominen dari dagu terus pasiennya disuruh nelen ludah dan relax jaraknya mesti 2-4mm
Jenis-Jenis Bur
• Round metal/tungsten-carbide: ekskavasi karies
• Round diamond: penetrasi kavitas/mengangkat atap kamar pulpa
• Fissure tapered diamond: preparasi labial/proksimal atau 1/3 servikopalatal
• Flame type diamond: preparasi fossa palatal
• Wheel type diamond: preparasi insisal
• Fine diamond: pembulatan sudut
• Depth marker diamond: pembuatan groove sebagai pedoman preparasi