Anda di halaman 1dari 21

PENGARUH KEGIATAN LITERASI TERHADAP MINAT

BACA SISWA KELAS III SD SWASTA SANTO


PAULUS ONAN RUNGGU

PROPOSAL PENELITIAN

DiajukanUntukMemenuhiPersyaratanDalamMelakukan Seminar Proposal


PadaJurusanPendidikanPraSekolahDasar

Oleh :

JENNIVER DIVIA NAIBAHO


NIM 120211015

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH


DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2023
KATA PENGANTAR

Pertama-tama Saya mengucapkan Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa, sebab telah memberika rahmat dan karuniaNya serta Kesehatan kepada Saya sehingga
mampu menyelesaikan Tugas Proposal dalam rangka untuk memenuhi sebagian
persyaratan untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Metode Penelitian dengan judul
“Pengaruh Kegiatan Literasi Terhadap Minat Baca Siswa Kelas III SD Swasta Santo
Paulus Onan Runggu”dengan Tepat waktu.
Tugas Proposal pada Mata Kuliah ini dapat diselesaikan tentunya tidak lepas dari
bantuan dan kerja sama dengan pihak lain. Berkenaan dengan hal tersebut, penulis
menyampaikan ucapan Terima kasih kepada :
1. Bapak Drs. Arifin Siregar, M.Pd., Dosen mata kuliah Meode Penelitian yang telah
memberikan dorongan, pengarahan, dan bimbingan dalam penyusunan Tugas Proposal
ini.
2. Ibu Nurhudaya Manjani, S.Pd,. Dosen mata kuliah Meode Penelitian yang telah
memberikan dorongan, pengarahan, dan bimbingan dalam penyusunan Tugas Proposal.
3. Wali kelas III dan Siswa/Siswi di SD Swasta Santo Paulus Onan Runggu, yang
telah membantu dan memperlancar pelaksanaan observasi.
4. Untuk kedua Orang Tua yaitu Bapak dan Ibu yang senantiasa memberikan Doa,
Dukungan dan semangat dalam penyusunan Tugas Proposal ini.
5. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu dalam
penyusunan Tugas Proposal ini.
Akhirnya, semoga segala bantuan yang telah diberikan semua pihak diatas menjadi
berkah yang bermanfaat dan mendapat imbalan dan semoga tugas Proposal ini menjadi
informasi yang bermanfaat bagi pembaca atau pihak lain yang membutuhkannya.

Medan, Mei 2023


Penulis

Jenniver Divia Naibaho


NIM 120211015
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Pustaka
1. Teori Kegiatan Literasi
a. Pengertian Literasi
Menurut Depdiknas (2004) literasi diartikan sebagai keterampilan dan pengetahuan
yang dibutuhkan tidak untuk dapat sekedar hidup dari segi finansial, tetapi juga sebagai
suatu yang dibutuhkan untuk mengembangkan diri secara sosial, ekonomi dan budaya
dalam kehidupan modern. DIYA. Menurut Eisner dalam Yunus A, dkk (2017:04)
mengatakan "bahwa multiliterasi atau literasi di era digital ini saat ini merupakan
kemampuan membaca, menulis, melukis, menari, ataupun kemampuan melakukan kontak
dengan berbagai media yang memerlukan literasi, Eisner berpendapat bahwa literasi
dipandang sebagai cara untuk menemukan dan membuat makna dari berbagai bentuk
epresentasi yang ada di sekitar kita" Pandangan Eisner tersebut, senada dengan pandangan
C. Luke dalam Yunus A, dkk (2017:04) yang mengatakan "bahwa multiterasi atau literasi
di era digital saat ini merupakan kemampuan memandang pengetahuan secara integratif,
tematik, multimodal, dan interdisipliner. Karalensi Naibabo (2007: 3-4), memandang
bahwa literasi dapat diartikan sebagai sebuah kemampuan membaca dan menulis. Literasi
disebut juga dengan melek huruf atau keaksaraan. Makna tersebut adalah makna yang
sempit dari literasi. Saat ini telah dikenal makna luas tentang literasi yaitu, melek
teknologi. Melek informasi, berpikir kritis, peka terhadap lingkungan dan politik.
Pendapat di atas merujuk pada hasil dari Konferensi Praha tahun 2003. Konferensi Praha
tahun 2003 memperbaharui pengertian literasi. Makna literasi yang awalnya dibatasi pada
kemampuan baca dan tulis, dimaknai juga mencakup bagaimana seseorang berkomunikasi
dalam masyarakat. Literasi juga bermakna praktik dan hubungan sosial yan terkait dengan
pengetahuan, bahasa, dan budaya (UNESCO, 2003).
Berdasarkan pengertian literasi yang telah diungkapkan oleh para ahli maka dapat
diketahui bahwa literasi merupakan kemampuan yang kompleks. Bukan hanya kemampuan
membaca dan menulis yang terdapat didalamnya. Melainkan terdapat beberapa
kemampuan mengambil dan memaknai jenis-jenis teks serta kemampuan siswa untuk
berpikir menggunakan sumber-sumber pengetahuan yang ada, baik dalam bentuk
visual, cetak
maupun audiovisual. Kemampuan literasi dasar dapat diperoleh dengan cara membaca,
menulis, menyimak, berhitung dan berbicara.

b. Pengertian Gerakan Literasi Sekolah (GLS)


Menurut Gestalt dalam Ahmadi Abu (2010:61) “belajar adalah suatu proses aktif
yang bukan hanya aktifitas nampak seperti gerakan tubuh melainkan juga aktifitas aktifitas
mental, seperti proses berpikir mengingat dan sebagainya”. Literasi menjadi sarana siswa
dalam mengenal, memahami, dan menerapkan ilmu yang didapatkannya di bangku
sekolah.
Gerakan literasi sekolah merupakan gerakan yang memperkuat gerakan
penumbuhan budi pekerti, pemerintah mengeluarkan kebijakan penumbuhan budi pekerti
siswa melalui 7 pembiasaan yang salah satunya adalah gerakan literasi sekolah.
Sebagaimana dituangkan dalam peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23
Tahun 2015. Kegiatan di dalam gerakan tersebut adalah “kegiatan 15 menit membaca buku
non pelajaran sebelum waktu belajar dimulai”. Kegiatan ini dilaksanakan untuk
menumbuhkan minat baca siswa serta meningkatkan keterampilan membaca agar
pengetahuan dapat dikuasai secara lebih baik. Materi nilai-nilai budi pekerti, berupa
kearifan lokal, nasional, dan global yang disampaikan sesuai jenjang pendidikan dan tahap
perkembangan siswa.
Gerakan Literasi Sekolah menurut Kemendikbud (2016:07) merupakan:“suatu
usaha atau kegiatan yang bersifat partisipatif dengan melibatkan warga sekolah (peserta
didik, guru, kepala sekolah, tenaga kependidikan, pengawas sekolah, komite sekolah,
orang tua/wali murid peserta didik). Akademisi, penerbit, media massa, masyarakat (tokoh
masyarakat yang dapat merepresentasikan keteladanan, dunia usaha, dll.), daan pemangku
kepentingan dibawah koordinasi Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Menurut penilaian kemampuan membaca yang
dilakukan oleh Programme for Internasional Student Assessment (PISA) dalam Yunus A,
dkk (2017:277) mengatakan bahwa: “Indonesia merupakan negara dengan tingkat
kemampuan membaca rendah. Berdasarkan penilaian PISA pada tahun 2000 diketahui
Indonesia memiliki skor 371, serta menduduki negara dengan kemampuan membaca
terendah ketiga dari negara negara yang dinilai. Pada tahun 2013, skor kemampuan
membaca peserta didik Indonesia sebesar 383. Hal tersebut menempatkan Indonesia pada
peringkat 39 dari 40 negara. Pada tahun 2006 skor kemampuan membaca Indonesia sedikit
mengalami peningkatan yakni sebesar 393 yang membuat Indonesia menempati peringkat
48 dari 56 negara yang masuk dalam penelitian PISA. PISA kembali merilis hasil
penelitiannya pada tahun 2009, 2012 dan 2015 kembali Indonesia menunjukkan
kemampuan membaca yang masih rendah. Berpijak pada data empiris tersebut, upaya
peningkatan kemampuan peserta didik pada Permasalahan ini menuntut pemerintah untuk
menciptkan strategi khusus untuk meningkatkan minat baca dan kemampuan membaca
siswa. Gerakan Literasi Sekolah ini mempunyai tujuan untuk membiasakan dan
memtoivasi peserta didik untuk mau membaca dan menulis guna menumbuh budi pekerti.
Gerakan Literasi Sekolah memperkuat gerakan penumbuhan budi pekerti .
Program literasi yang telah diterapkan di Indonesia berdasarkan Permendikbud Nomor
23 Tahun 2015 tentang penumbuhan budipekerti, khususnya dalam pelaksanaan 7
kegiataan pembiasaan yang telah tercantum dalam peraturan yang bertujuan untuk
meningkatkan dan menumbuhkan budi pekerti peserta didik, melalui pembudayaan
ekosistem literasi sekolah yang diwujudkan dalam Gerakan Literasi Sekolah agar menjadi
pembelajar sepanjang hayat. Diperkuat dan diperjelas dalam UU Nomor 23 Tahun 2015
tentangPenumbuhan Budi pekerti yaitu pada bagian mengembangkan potensi diri peserta
didik secara utuh yang berbunyi: “Setiap peserta didik mempunyai potensi yang beragam.
Sekolah hendaknya memfasilitasi secara optimal agar peserta didik bisa menemukenali dan
mengembangkan potensinya. Kegiatan wajib:
1) Menggunakan 15 menit sebelum hari pembelajaran untuk membaca buku selain
buku mata pelajaran (hari-hari).
2) Tertentu untuk kegiatan olah fisik seperti senam kesegaran jasmani, dilaksanakan
secara berskala dan rutin, sekurangkurangnya satu kali dalam seminggu.
Pembiasaan yang secara jelas mengatur Gerakan Literasi Sekolah di antara tujuh
pembiasaan lainnya adalah pembiasaan tentang mengembangkan potensi diri peserta didik
secara utuh. Pembiasaan ini menghendaki kegiatan literasi selama 15 menit sebelum proses
pembelajaran pada setiap pagi hari awal pembukaan pembelajaran di dalam kelas. Dengan
peserta didik dalam pelaksanaannya membaca buku pengetahuan yang bukan berupa buku
pelajaran dengan tujuan untuk membuka wawasan dan pengalaman yang lebih dari proses
literasi yang dilaksanakan peserta didik.
Berdasarkan uraian di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa literasi dalam konteks
Gerakan Literasi Sekolah adalah suatu kegiatan memahami informasi melalui suatu
aktifitas yang dapat menambah pengetahuan baik melalui membaca, mendengarkan,
menulis dan sebagainya. Informasi yang didapat tersebut sebagai wawasan tambahan siswa
dalam menggali suatu ilmu yang sebanyak-banyaknya.
c. Tujuan Gerakan Literasi Sekolah
Tujuan Gerakan Literasi Sekolah dibedakan menjadi dua macam, yaitu tujuan umum
dan tujuan khusus. Tujuan umum gerakan literasi sekolah adalah untuk
menumbuhkembangkan budi pekerti peserta didik melalui pembudayaan ekosistem literasi
sekolah yang diwujudkan dalam gerakan literasi sekolah agar mereka menjadi pembelajar
sepanjang hayat. Tujuan khusus gerakan literasi sekolah antara lain:
1) Menumbuhkembangkan budaya literasi di sekolah.
2) Meningkatkan kapasitas warga dan lingkungan sekolah agar literat.
3) Menjadikan sekolah sebagai taman belajar yang menyenangkan dan ramah anak
agar warga sekolah mampu mengelola pengetahuan.
4) Menjaga keberlanjutan pembelajaran dengan menghadirkan beragam buku bacaan
dan mewadahi berbagai strategi membaca.
Menurut Teguh (2017: 20-21) Tujuan GLS adalah untuk menjadikan sekolah sebagai
komunitas yang memiliki komitmen dan budaya membaca yang tinggi serta memiliki
kemampuan menulis yang komprehensif.

d. komponen Literasi
Clay (2001) dan Ferguson menjabarkan bahwa komponen literasi informasi terdiri atas
literasi dini. Literasi dasar, literasi perpustakaan, literasi media, literasi teknologi, dan
literasi visual. Dalam konteks Indonesia, literasi dini diperlukan sebagai dasar
pemerolehan berliterasi tahap selanjutnya. Komponen literasi tersebut dijelaskan sebagai
berikut:
1) Literasi Dini (early literacy) yaitu kemamp memahami bahasa lisan, dan lisan untuk
menyimak, dibentuk oleh pengalamannya berinteraksi dengan lingkungan sosialnya
di rumah. Pengalaman peserta didik dalam berkomunikasi dengan bahasa ibu
menjadi fondasi perkembangan literasi dasar.
2) Literasi Dasar (basic literacy) yaitu kemampuan untuk mendengarkan, berbicara,
membaca, menulis, dan menghitung (counting) berkaitan dengan kemampuan
analisis untuk memperhitungkan (calculating). Mempersepsikan informasi
(perceiving), mengkomunikasikan, serta menggambarkan informasi berdasarkan
pemahaman dan pengambilan kesimpulan pribadi.
3) Literasi Perpustakaan (library literacy) antara lain, memberikan pemahaman cara
membedakan bacaan fiksi dan nonfiksi, memanfaatkan koleksi referensi dan
periodikal, memahami Dewey Decimal System sebagai klasifikasi pengetahuan
yang memudahkan dalam mengunakan perpustakaan, memahami penggunaan
katalog dan pengindeksan, hingga memiliki pengetahuan dalam memahami
informasi jika sedang menyelesaikan sebuah tulisan atau penelitian.
4) Literasi Media (media literacy) yaitu kemampuan untuk mengetahui berbagai
bentuk media yang berbeda, seperti media cetak. Media eletronik (media radio,
media televisi), media digital (media internet), dan memahami tujuan
penggunaannya.
5) Literasi Teknologi (technology literacy) acy) yaitu kemampuan memahami
kelengkapan yang mengikuti teknologi seprti peranti keras (hardware) peranti lunak
(software), serta etika dan etiket dalam memanfaatkan teknologi. Berikutnya,
kemampuan dalam memahami teknologi untuk mencetak, mempresentasikan, dan
mengakses internet. Dalam praktiknya, juga pemahaman menggunakan komputer,
menyimpan dan mengelola data, serta mengoperasikan program perangkat lunak.
Sejalan dengan membanjirnya informasi karena perkembangna teknologi saat ini,
diperlukan pemahaman yang baik dalam mengelola informasi yang dibutuhkan
masyarakat.
6) Literasi Visual (visual literacy) adalah pemahaman tingkat lanjut antara literasi
media dan literasi teknologi, yang mengambangkan kemampuan dan kebutuhan
belajar dengan memanfaatkan materi visual dan audiovisual secara kritis dan
bermartabat. Tafsir terhadap materi visual yang tidakn terbendung, baik dalam
bentuk cetak, auditori, maupun digital (perpaduan ketiganya disebut teks
multimodal), perlu dikelola dengan baik. Bagaimanapun di dalamnya banyak
manipulasi dan hiburan yang benar-benar perlu disaring berdasarkan etika dan
patutan.

e. Prinsip-prinsip Literasi Sekolah


Beers (2009) (dalam Wiedarty dkk, 2016: 11-12) mengatakan bahwa terdapat beberapa
prinsip-prinsip dasar dalam literasi sekolah. Prinsip-prinsip tersebut antara lain:
1) Pengembangan literasi disesuaikan dengan perkembangan yang dapat diprediksi.
Tahap perkembangan anak akan mempengaruhi kemampuan anak dalam membaca
dan menulis. Guru perlu mengetahui tahap perkembangan anak, guna merancang
strategi pembiasaan yang tepat. Strategi pembiasaan yang tepat akan menentukan
keberhasilan proses pembiasaan yang dilakukan.
2) Program literasi yang baik bersifat berimbang. Guru perlu menyadari bahwa setiap
anak memiliki kebutuhan dan minat yang berbeda. Strategi membaca dan jenis teks
yang dibaca harus dibuat variatif dan menyesuaikan jenjang pendidikan anak. Guru
perlu memanfaatkan beragam jenis bacaan yang ada secara seimbang.
3) Program literasi terintegrasi dengan kurikulum.Pembiasaan literasi bukan menjadi
bagian terpisah dari kurikulum. Pembiasaan ini harus terintegrasi dengan
kurikulum. Guru harus dapat memadukan setiap pelajaran yang ada dengan
kegiatan pembiasaan literasi. Guru perlu diberikan pengembangan profesi agar
dapat menjalankan kegiatan pembiasaan ini.
4) Kegiatan baca dan menulis dilakukan kapanpun. Kegiatan pembiasaan literasi tidak
hanya dilakukan sebelum pembelajaran dimulai. Pembiasaan ini dapat dilakukan
kapanpun. Guru dan sekolah harus memfasilitasi anak dalam kegiatan tersebut.
Pembiasaan literasi dilakukan kapanpun agar dapat optimal dalam menanamkan
budaya literasi pada anak.
5) Kemampuan literasi mengembangkan budaya Budaya literasi diharapkan dapat
menumbuhk Anak diharapkan dapat memiliki kemampu budaya lisan pada anak.
Menyampaikan gagsan dan idenya yang diperoleh dari kegiatan literasi. Kegiatan
pembiasaan literasi harus diwarnai dengan kegiatan diskusi sehingga anak dapat
belajar berpendapat, mendengarkan dan menghormati pendapat orang lain.
6) Kegiatan literasi perlu mengembangkan kesadaran terhadap keberagaman.
Kesadaran dan penghormatan akan perbedaan merupakan salah satu nilai yang
dikembangkan dalam kegiatan ini. Pembiasaan literasi ini diharapkan dapat
membuka pemikiran anak akan keberagaman yang ada. Bahan bacaan harus
memperlihatkan kekayaan dan keberagaman budaya Indonesia sehingga melatih
anak untuk menghargai keberagaman.

f. Tahap-tahap Literasi
Menurut Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah tahapan pelaksanaan
program literasi sekolah adalah sebagai berikut:
1) Tahap Pembiasaan
Tahap pembiasaan bertujuan untuk menumbuhkan minat siswa terhadap bacaan dan giatan
membaca. Pada tahap pembiasaan ini kegiatan yang dilakukan sesuai dengan jenjang
pendidikan yaitu SD kelas rendah dan SD kelas tinggi, dengan kegiatan seperti menyimak
dan membaca buku bacaan/pengayaan.
2) Tahap Pengembangan
Tahap pengembangan bertujuan untuk mempertahankan minat terhadap bacaan dan
terhadap kegiatan membaca, serta meningkatkan kelancaran dan pemahaman membaca
siswa. Kegiatan yang dilakukan meliputi menyimak, membaca, berbicara, menulis dan
memilah informasi.
3) Tahap Pembelajaran
Tahap pembelajaran bertujuan untuk mempertahankan minat siswa terhadap bacaan dan
terhadap kegiatan membaca, serta meningkatkan kecakapan literasi siswa melalui buku-
buku pengayaan dan buku teks pelajaran.

2. Literasi Dasar
a. Pengertian Literasi Dasar
Literasi Dasar (basic literacy) yaitu kemampuan untuk mendengarkan, berbicara,
membaca, menulis, dan menghitung (counting) berkaitan dengan kemampuan analisis
untuk memperhitungkan (calculating), mempersepsikan informasi (perceiving),
berdasarkan pemah mengkomunikasikan, serta menggambarkan informasi dan
pengambilan kesimpulan pribadi.
Literasi dasar yaitu kemampuan membaca, pembiasaan kegiatan membaca yang
menyenangkan di sekolah. Pembiasaan ini bertujuan untuk menumbuhkan minat terhadap
bacaan dan terhadap kegiatan membaca dalam diri warga sekolah. Penumbuhan minat baca
merupakan hal fundamental bagi pengembangan kemampuan literasi peserta didik.

b. Macam -Macam Literasi Dasar


1) Literasi baca tulis
Salah satu diantara enam literasi dasar yang perlu dikuasai adalah literasi baca-
tulis.Membaca dan menulis merupakan literasi yang dikenal paling awal dalam
sejarah peradaban manusia. Peningkatan budaya baca dan kegemaran menulis harus
diterapkan sejak dini.
2) Literasi numerasi adalah pengetahuan dan kecakapan untuk berbagai macam angka
dan simbol-simbol yang terkait dengan matematika dasar untuk memecahkan
masalah praktis dalam berbagai macam konteks kehidupan sehari-hari,
menganalisis informasi yang ditampilkan dalam berbagai bentuk serta
menggunakan interprestasi hasil analisis tersebut untuk memprediksi dan
mengambil keputusan.
3) Literasi sains Hal ini dapat diartikan sebagai pengetahuan dan kecakapan ilmiah
untuk mampu mengidentifikasi pertanyaan, memperoleh pengetahuan baru,
menjelaskan fenomena ilmiah, serta mengambil simpulan berdasar fakta.
4) Literasi finansial
Lietrasi finansial adalah pengetahuan dan kecakapan untuk mengaplikasikan
pemahaman tentang konsep dan resiko, keterampilan agar dapat membuat
keputusan yang efektif dalam konteks finansial untuk meningkatkan kesejahteraan
finansial, baik individu maupun sosial, dan dapat berpartisipasi dalam lingkungan
masyarakat.
5) Literasi digital
Menurut Ananto, memasuki era industri 4.0 perpustakaan memiliki tantangan yang
berbeda dengan era sebelumnya. Era industri 4.0 dihadapkan pada Networking dan
Knowledge Sharing yang kuat. “ciri dari era adalah connecting. Karenanya
tantangan kita saat i lah Arworking dan Anonsleder Sharing, pusakan kedepan.
Adalah harus terkoneksi satu sama lain. Abad nanti data adalah barang publik,
semua orang harus biasa mengakses itu dimana saja dan kapan saja”.
6) Literasi budaya dan kewargaan
Literasi budaya merupakan kemampuan dalam memahami dan bersikap terhadap
kebudayaan Indonesia sebagai identitas bangsa.

3. Minat Baca
a. Pengertian Minat Baca
Minat membaca pada anak tidak muncul begitu saja, tetapi melalui proses yang
panjang dan tahapan perubahan yang muncul secara teratur dan berkesinambungan.
Pengertian minat baca adalah adanya perhatian atau keinginan untuk membaca, inilah yang
perlu dibina pada anak atau peserta didik karena membaca merupakan keterampilan dasar
untuk belajar dan apabila seseorang telah gemar membaca maka pembaca tidak hanya
memperoleh informasi tetapi juga kesenangan dan kepuasan tersendiri.
Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah ialah dengan
melalui perbaikan pengajaran pemahaman membaca. Umumnya para guru menganggap
bahwa pengajaran membaca telah berakhir ketika seorangpeserta didik dapat membaca dan
menulis. Dalam perkembangan teknologi yang sangat pesat seperti saat ini. Manusia harus
terus menerus memperbaharui pengetahuan dan keterampilannya. Pengetahuan dan
keterampilan tersebut sebagian besar diperoleh melalui membaca.
Farida Rahim (2011: 28) mengemukakan bahwa “minat baca ialah keinginan yang
kuat akan diwujudkannya dengan kesediaan untuk mendapat bahan bacaan dan kemudian
membacanya atas kesadaran sendiri”. Seseorang yang mempunyai minat membaca yang
kuat akan diwujudkannya dalam kesediaannya untuk mendapat bahan bacaan dan
kemudian membacanya atas kesadaran sendiri atau dorongan dari luar.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa minat membaca adalah
suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada kegiatan membacayang ditunjukkan
dengan keinginan dan kecenderungan untuk memperhatikan aktivitas tersebut tanpa ada
yang menyuruh atau dilakukan dengan kesadarannya, menimbulkan perasaan senang serta
adanya usaha-usaha seseorang untuk membaca yang dilakukan karena adanya motivasi
dari dalam diri.

b. Faktor yang mempengaruhi kegiatan membaca


Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kegiatan membaca menurut Lamb
dan Amol dalam Farida Rahim (2011: 16) ada 3 (tiga) yaitu;
1) Faktor Fisiologis
Mencakup kesehatan fisik, pertimbangan neurologi, dan jenis kelamin. Beberapa ahli
mengemukakan bahwa keterbelakangan neurologis (misalnya berbagai cacat otak) dan
kekurangan matang secara fisik merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan
anak gagal dalam meningkatkan kemampuan membaca pemahaman mereka.
2) Faktor Intelektual
Istilah intelegensi didefinisikan sebagai suatu kegiatan berpikir yang terdiri dari
pemahaman yang esensial tentang situasi yang diberikan dan meresponnya secara tepat.
Secara umum ada hubungan antara kecerdasan yang diindikasikan oleh IQ dengan rata-rata
peningkatan remedial membaca. Tingkatan intelegensi membaca itu sendiri pada
hakikatnya proses berfikir dan memecahkan masalah. Dua orang yang berbeda IQ-nya
sudah pasti akan berbeda hasil dan kemampuan membacanya.
3) Faktor lingkungan
Faktor lingkungan ikut mempengaruhi kemajuan kemampuan membaca peserta didik
yang mencakup latar belakang dan pengalaman peserta didik dirumah serta sosial ekonomi
keluarga peserta didik.

Terdapat beberapa unsur dalam minat baca yaitu: unsur keinginan, perhatian, kesadaran
dan rasa senang untuk membaca. Minat baca adalah suatu kecenderungan kepemilikan
keinginan atau ketertarikan yang kuat dan disertai usaha-usaha yang terus menerus pada
diri seseorang terhadap kegiatan membaca yang dilakukan secara terus menerus dan diikuti
dengan rasa senang tanpa paksaan, atas keinginannya sendiri atau dorongan dari luar
sehingga seseorang tersebut mengerti atau memahami yang dibacanya dengan dipengaruhi
beberapa faktor berupa faktor intelektual dan lingkungan.
Dapat disimpulkan bahwa minat baca adalah salah satu dorongan yang berasal dari
dalam diri maupun dari luar diri setiap individu untuk membaca dikarenakan adanya
motivasi yang mendorong individu tersebut. Dengan adanya minat baca yang kuat yang
dimiliki oleh siswa maka akan berpengaruh terhadap hasil belajar dan pengetahuan siswa
serta tingkat kecerdasan siswa, karena dari kebiasaan membaca yang dilakukan oleh siswa
dapat memberi pengaruh kepada otak untuk terbiasa berpikir dan mengolah informasi dan
menemukan hal-hal penting terkandung didalamnya.

B. Penelitian Relevan
1. Jurnal berjudul “Analisis Gerakan Literasi Sekolah terhadap Minat Baca Siswa-
siswa Sekolah Dasar” karya Aini Semarang. Hasil penelitian menunjukkDAN
Salma, Universitas PGRI bahwa ada dampak positif dari adanya program gerakan
literasi sekolah pada minat baca siswa, melalui perhitungan angket minat baca dari
siswa kelas III dan V yang tergolong tinggi. Perbedaan penelitian yang dilakukan
oleh Aini Salma dengan penelitian yang saya lakukan yaitu terletak pada
pendekatan
kualitatif sedangkan pada penelitian yang saya lakukan menggunakan pendekatan
kuantitaf.Memiliki persamaan dengan penelitian dengan yang di lakukan oleh Aini
Salma terdapat pada instrumen penilaian yaitu menggunakan angket.
2. Jurnal berjudul “Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah Dasar” karya Muhammad
Hilal Hidayat, Universitas Negeri Malang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pelaksanaan GLS di dua sekolah tersebut belum terlaksana secara optimal karena
masih memiliki beberapa faktor penghambat yang masih kurang teratasi sehingga
belum memiliki dampak positif terhadap gairah membaca siswa, hal tersebut
terindikasi dari kurang terlihatnya aktivitas membaca buku bacaan oleh siswa
selama berada di sekolah. Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Muhammad
Hilal Hidayat dengan penelitian yang saya lakukan yaitu pada teknik pengumpulan
data ( wawancara mendalam terstruktur, observasi, studi dokumentasi) dan
menggunakan pendekatan kualitatif sedangkan penelitian yang saya lakukan yaitu
teknik pengumpulan data (perlakuan), post-angket), dan menggunakan pendekatan
kuantitatif. Memiliki persamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Muhammad Hilal Hidayat yaitu mengenai literasi di sekolah dasar.

C. Kerangka Pikir
Minat membaca merupakan sarana utama bagi seseorang yang ingin selalu
berkembang dalam memperluas pengalaman dan pengetahuan, oleh sebab itu minat
membaca sebaiknya ditanamkan kepada anaknya sedini mungkin. Minat baca yang tinggi
dapat mempermudah anak untuk belajar dan berperan penting dalam penyelenggaraan
pembelajaran, karena memberi dampak yang besar atas perilaku dan sikap peserta didik
dalam melakukan kegiatan pembelajaran.
Minat baca peserta didik yang masih terlihat rendah tentu membutuhkan upaya
yang dapat meningkatkan minat baca peserta didik. Untuk itu, melalui Program Gerakan
Literasi yang diatur dalam Permindikbud Nomor 23 Tahun 2015 tentang penumbuhan budi
pekerti diharapkan dapat menciptakan generasi yang gemar membaca dan berbudi pekerti
luhur. Sebab, dengan dibiasakan membaca buku tentang tidak hanya menjadi Esenetahuan,
inspiratif dan teladan maka implikasinya, enerasi yang cerdas dan melek informasi, tetapi
juga dapat terbentuk perilaku dan berbudi pekerti baik sesuai dengan pancasila. Dalam
pelaksanaannya, pengaruh dari gerakan literasi sekolah tidak serta merta langsung
meningkatkan minat baca peserta didik. Ada banyak faktor penunjang keberhasilan
gerakan literasi sekolah.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti ingin mengetahui sejauh apakah pengaruh
kegiatan literasi dasar terhadap minat baca siswa kelas III SD Swasta Santo Paulu. Berikut
adalah kerangka pikir dari penelitian ini:
KEGIATAN LITERASI DASAR
1. Pembiasaan kegiatan membaca
2. Pengembangan minat baca
3. Pelaksanaan kegiatan
Berpengaruh terhadap
MINAT BACA SISWA
1. Faktor Psikologi
2. Faktor Intelektual
3. Faktor Lingkungan

D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan uraian rumusan masalah, kajian pustaka dan kerangka pikir, masala maka
hipotesis dari penelitian ini adalah terdapat pengaruh kegiatan literasi dasar terhadap minat
baca Siswa kelas III SD Swasta Santo Paulus Onan Runggu, Kecamatan Onan Runggu
Kabupaten Samosir.

Anda mungkin juga menyukai