Anda di halaman 1dari 47

MODUL

PENGANTAR AKUNTANSI II

OLEH

DR. DESMICE, SE, M.Ak, CHRM

1
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR 2

DAFTAR ISI 3

BAB I. Pengendalian Internal Dan Akuntansi Untuk Kas 5

A. Pengertian Pengendalian Internal 5

B. Karekteristik pengendalian internal 6

C. Prinsip-prinsip pengendalian akuntansi 7

D. Akuntansi kas 7

E. Rekonsiliasi Bank 8

F. Kas kecil 12

BAB II. INVESTASI

A. Akuntansi untuk investasi dalam utang obligasi 16

B. Akuntansi untuk investasi dalam utang obligasi penjualan 18

C. Investasi dalam saham 19

BAB III. PIUTANG USAHA

A. Pengertian dan klasifikasi piutang 22

B. Penjualan kredit, potongan dan retur 22

2
C. Anjak piutang 24

D. Piutang tak tertagih-metode cadangan 24

E. Dasar untuk menaksir kerugian piutang 28

BAB. IV. PERSEDIAAN

A. Pengertian dan klasifikasi persedian 32

B. Pengaruh kesalahan pencatatan persediaan 32

C. Penentuan kuantitas persediaan 34

D. Sistem pencatatan persediaan 36

E. Metode penilaian persediaan ( Arus biaya) 38

BAB. V PIUTANG WESEL

A. Definisi piutang wesel 42

B. Aktiva tetap 43

Daftar Pustataka 47

3
Bab 1

PENGENDALIAN INTERNAL
DAN AKUNTANSI UNTUK KAS

A. PENGERTIAN PENGENDALIAN INTERNAL


Kas merupakan aset perusahaan yang paling liquid dan paling rentan untuk
digelapkan oleh perusahaan. Untk mencapai hal terebut perusahaan harus
meyakinkan bahwa kondisi internal perusahaan mampu memberikan jaminan
bahwa kekayaan pemilik perusahaan terjaga dari kemungkinan kecurangan yang
merugikan pemilik perusahaan.
Menurut Slamet Sugiri (2016:1) pengendalian internal meliputi struktur
organisasi, semua cara dan alat-alat terkoordinasi yang digunakan di dalam
perusahaan dengan tujuan untuk (1)mengamankan aset perusahaan,
(2)meningkatkan ketelitian dan dipercayainya data akuntansi, (3)meningkatkan
efisiensi operasi, (4)mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen.
Menurut Achmad Tjahjono dan Sulastiningsih (2014:2)pengendalian internal
memiliki pengertian penyusunan organisasi, serta penerapan metode-metode
untuk menjaga harta milik perusahaan,meyakinkan bahwa catatan-catatan
akuntansi dapat dipercaya,efisiensioperasi bisa dijaga, dan kebijakan manajemen
ditaati oleh karyawan.
Pada dasarnya pengendalian internal terbagi dua yaitu pengendalian internal
akuntansi dan pengendalian akuntansi administrasi. Pengendalian internal
administrasi mempunyai tujuan meningkatkan efisiensi oiperasi dan meyakinkan
bahwa kebijakan manajemen ditaati karyawan. Sedangkan pengendalian internal
akuntansi mempunyai tujuan agar harta milik perusahaan bisa terjaga dari
kecurangan dan agar catatan-catatan akuntansi dapat dipercaya.

4
B. KARAKTERISTIK PENGENDALIAN INTERNAL

Menurut Zarkasyi (2015:18) Pengendalian internal yang baik mempunyai


beberapa karakteristik sebagai berikut :

a. KARYAWAN YANG KOMPETEN DAN PENUH INTEGRITAS


Pengendalian internal akan dapat diterapkan dengan baik apabila karyawan
yang menjalankan sistem adalah yang mempunyai integritas tinggi dan
kompeten.

b. PEMISAHAN FUNGSI YANG MENIADAKAN KECURANGAN


Pengendalian internal yang baik menghendaki adanya pemisahan fungsi-fungi
tertentu untuk meminimalkan kecurangan.pemisahan fungsi yang pali ng ideal
adalah memisahkan antara: (1) fungsi otorisasi, (2)fungsi pencatatan,
(3)fungsi penyimpanan dan (4)fungsi pengecekan fisik kekayaan.

c. OTORITAS TRANSAKSI YANG MEMADAI


Transaksi yang menyangkut kekayaan perusahaan harus terlebih dahulu
diotorisasi oleh pejabat yang berwenang. Tanpa adanya otorisasi yang
proporsional, sulit mendeteksi adanya kecurangan yang dilakukan oleh
karyawan.

d. PENCATATAN YANG MEMADAI


Semua transaksi perusahaan harus segera dicatat untuk menghindari kesalahan
analisis oleh manajemen yang bisa berakibat merugikan perusahaan. Transaksi
pembelian dengan syarat diskon, akan merugikan perusahaan apabila tidak bisa
dimanfaatkan karena tidak ada dokumentasi pencatatan yang akurat.

e. PENANGANAN KARYAWAN YANG MEMADAI


PengEndalian internal yang baik menghendaki adanya hak menangani dan
memanfaatkan kekayaan perusahaan hanya pada karyawan yang terbatas yang
telah memperoleh wewenang untuk kepentingan itu.

f. PEMBANDINGAN KEKAYAAN DAN CATATANNYA SECARA


PERIODIK
Pencocokan pada saat-saat tertentu yang tidak diberitahukan sebelumnya pada
pemegang catatan dan fisik kekayaan, merupakan salah satu unsur
pengendalian internal yang baik. Apabila secara mendadak pejabat tertentu

5
melakukan perhitungan kas di bagian kas dan mencocokkan dengan catatan,
tindakan ini akan dapat mengurangi tindak kecurangan oleh pemegang kas.

C. PRINSIP-PRINSIP PENGENDALIAN AKUNTANSI


Menurut krismiaji (2015:12) prinsip pengendalian akuntansi

a. Penetapan Tanggung Jawab


Managemen harus menetapkan siapa yang harus bertanggung jawab atas
pekerjaan tertentu agar managemen dapat meminta pertanggung jawaban
kepada petugas/pejabat terkait jika terjadi kesalahan dalam menyelesaikan
tugas.

b. Pemisahan Tugas
Sistem pengendalian internal yang baik adalah sistem yang memisahkan
fungsi operasi dan fungsi akuntansi. Mialnya pemegang buku pembantu
piutang tidak boleh merangkap menjadi petugas penagihan piutang.

c. Prosedur dokumentasi
Prosedur untuk mendokumentasikan setiap transaksi yang terjadi, karena
proses penjurnalan hanya mungkin dilakukan secara benar jika transaksi
yang telah terjadi dibuatkan dokumennya.

d. Verifikasi internal dan independen


Verifikasi adalah proses untuk meyakinkan bahwa informasi
mencerminkan realitas. Verifikasi internal dan independen adalah verifikasi
yang dilakukan oleh bagian internal perusahaan yang kedudukannya bebas
dari pengaruh bagian lainyang diverifikasi

e. Pengendalian fisis
Pengendalian fisis terutama berkaitan dengan pengamanan aset.

f. Penggunaan peralatan mekanik dan elektronik


Sedapat mungkin peralatan mekanik dan elektronik digunakan untuk
memproses transaksi. Misalnya cash register biasa digunakan oleh toko-
toko.

D. AKUNTANSI KAS

1. Pengertian Kas
Kas adalah alat pertukaran (pembayaran). Aset harus memenuhi dua
kriteria agar dapat disebut kas. Pertama, ia harus siap digunakan setiap saat
untuk membayar semua kewajiban yang ada sekarang. Kedua, ia harus bebas

6
dari ikatan-ikatan apa pun yang membatasi penggnaannya untuk melunasi
kewajiban.
Menurut IAI (2018), kas terdiri atas saldo kas di perusahaan (cash on hand)
dan saldo rekening giro. Kas di perusahaan terdiri atas uang kertas dan uang
logam. Rekening giro adalah rekening bank yang dapat ditarik kembali oleh
perusahaan kapan pun perusahaan menghendakinya.
Beberapa pos berikut tidak dikelompokkan sebagai kas, meskipun
tampaknya sekilas dapat dipandang sebagai kas, yaitu :
a. Deposito berjangka, misalnya berjangka 1, 3, 6 atau 12 bulan
b. Uang tunai yang telah dibatasi penggunaannya untk tujuan-tujuan khusus,
misalnya untuk dana ekspansi pabrik dan untuk dana pelunasan
kewajiban jangka panjang
c. Simpanan di bank yang dibatasi penggunaannya. Misalnya untuk jaminan
letter of credit.
d. Cek mundur (post-dated check), yakni cek yang baru dapat diuangkan
pada tanggal tertentu di masa yang akan datang. Cek mundur pada tanggal
neraca diklasifikasi sebagai piutang.
e. Cek kosong (non-sufficient fund check). Cek kosong adalah cek yang
tidak cukup dananya. Cek kosong diperlukan sebagai piutang.
f. Perangko dan materai. Pos ini diklasifikasi sebagai bahan habis pakai.

2. Prinsip-Prinsip Pengendalian Kas


Prinsip-prinsip pengendalian internal yang diterapkan untuk kas adalah
sebagai berikut :
a. Pemisahan tugas. Tugas mencatat penerimaan dan pengeluaran kas harus
dpisahkan dari tugas menyimpan dan menyetujui pengeluaran kas.
b. Penyetoran ke bank. Semua penerimaan kas harus segera disetor ke bank
dalam rekening giro.
c. Pemeriksaan mendadak. Pemeriksaan terhadap catatan dan fisik kas
harus dilakukan secara mendadak dan tidak dalam interval waktu
tertentu.
d. Menggunakan cek. Sejalan dengan prinsip no.2, semua pengeluaran kas
(kecuali kas kecil) hars dilakukan dengan menggunakan cek.

E. REKONSILIASI BANK
Menurut ridwan (2018:12) rekonsiliasi bank

1. Laporan Bank
Setiap akhir bulan, giran (pemegang rekening giro) menerima laporan
bank. Laporan ini berisi informasi cek-cek yang telah diuangkan, setoran-
setoran yang telah diterima, dan saldo harian. Selain itu laporan bank
mengikutsertakan informasi mengenai mengenai memo debit dan memo kredit.
Memo debit adalah pengurangan atas rekening giro selain dari cek

7
yang dikeluarkan oleh giran. Misalnya memo debit untuk biaya bank dan cek
kosong. Memo kredit adalah penambhan saldo rekening giro selain dari setoran
langsung giran. Misalnya adalah memo kredit untuk jasa giro dari bank dan
setoran dari pihak lain.

2. Rekonsiliasi Bank
Apabila perusahaan rekening giro di bank akan terpelihara dua catatan, yaitu
catatan perusahaan dan catatan bank. Oleh karena keduanya mencatat pos yang
sama, maka seharusnya dua catatan itu menghasilkan saldo yang sama. Dalam
kenyataannya dua catatan itu dapat menunjukkan saldo yang berbeda, sehingga
perlu dilakukan rekonsiliasi.
Penyebab perbedaan itu pada dasarnya ada dua. Pertama adalah yang
diakibatkan oleh beda waktu mencatat dan ini sering terjadi. Kedua adalah
akibat kesalahan. Berikut ini penyebab perbedaan karena beda waktu mencatat,
bagaimana cara menemukannya dan perlakuannya dalam laporan rekonsiliasi
bank:

1. Setoran dalam perjalanan, yakni setoran perusahaan yang belum diterima


oleh bank. Ini terjadi, misalnya karena perusahaan melakukan penyetoran
pada sore hari setelah kegiatan pembukuan bank berhenti. Cara menemukan
setoran dalam perjalanan adalah membandingkan semua setoran menurut
slip setoran dengan setoran yang telah diterima oleh bank. Setoran
perusahaan yang belum dicatat oleh bank adalah setoran dalam perjalanan
atau deposit in transit. Dalam laporan rekonsiliasi bank, setoran ini
diperlakukan sebagai penambah saldo bank.

2. Cek yang masih beredar, yakni cek yang sudah dikeluarkan oleh perusahaan
tetapi belum dibayar oleh bank. Ini terjadi karena pihak yang menerima cek
dari perusahaan belum menguangkan ke bank. Cara menemukan jumlah cek
yang masih beredar adalah dengan membandingkan seluruh cek yang telah
dikeluarkan (periksa bonggol cek) dengan cek-cek yang telah dibayarkan
oleh bank. Cek-cek yang belum dibayar oleh bank adalah cek yang masih
beredar atau outstanding check. Dalam rekonsiliasi bank, cek ini
diperlakukan sebagai pengurang saldo bank.

3. Penerimaan yang telah diakui dan dicatat oleh bank tetapi belum dicatat oleh
perusahaan. Cara menemukan pos ini adalah dengan mencari lkode memo
kredit dalam laporan bank. Dalam rekonsiliasi bank, penerimaan demikian
diperlakukan sebagai penambah saldo perusahaan.

4. Pengeluaran yang telah diakui dan dicatat oleh bank tetapi belum dicatat oleh
perusahaan, misalnya biaya bank dan cek kosong. Cara menemukan pos ini
adalah dengan mencari kode memo debit dalam laporan bank.

8
Dalam laporan rekonsialis bank, pos demikian diprlakukan sebagai
pengurang saldo perusahaan.

Apabila keempat tipe penyebab dia atas telah direkonsiliasi maka saldo
bank dan saldo perusahaan akan sama. Jika tidak sama, maka harus dicari
penyebab lain, yakni kesalahan. Kesalahan mungkin hanya pada buku giran
atau buku bank atau kedua-duanya.
Untuk menemukan kesalahan ini telusuri catatan perusahaan dan
bandingkan dengan bukti-bukti pendukungnya. Kesalahan bank dapat
ditemukan dengan menelusuri pos-pos yang ada dim laporan bank. Jika tidak
sesuai dengan catatan perusahaan yang benar, maka itulah kesalahan bank.
Contoh: Pada 1 Juni 2017, PT. ABC membuka rekening giro di Bank
Mandiri dengan setoran mula-mula sebesar Rp500.000. Saldo menurut
PT.ABC pada akhir Juni 2009 menunjukkan angka Rp 60.200, sedangkan
menurut Bank Mandiri adalah Rp 61.600. Setelah dilakukan prosedur
rekonsiliasi, diketahui bahwa perbedaan saldo di atas disebabkan oleh hal-
hal berikut :
1. Setoran dalam perjalanan Rp60.200
2. Cek yang masih beredar Rp18.700 terdiri dari :
Cek nomor 010 sebesar Rp10.000
Cek nomor 015 sebesar Rp8.700
3. Jasa giro yang diberikan oleh bank kepada perusahaan sebesar Rp10.500
dan biaya bank yang dibebankan ke perusahaan sebesar Rp11.200
4. Cek sebesar Rp11.800 yang diterima perusahaan dari PT.XYZ dan sudah
diseor ke bank dinyatakan kosong oleh bank
5. Bank berhasil menagihkan wesel nominal Rp15.000. terhadap jumlah
ini, bank membebankan biaya tagih atau biaya inkaso sebesar Rp1.200
Dari data diatas, maka laporan (kertas kerja) rekonsiliasi akan tampak
sebagai berikut :
PT. ABC
Laporan Rekonsiliasi Bank
Per 30 Juni 2017

Saldo per perusahaan 60.200 saldo per Bank 61.600


Ditambah: Ditambah:
Penagihan wesel 13.800 Setoran Dalam Perjalanan 18.600
(15.000-1.200) Dikurangi:
Jasa Giro 10.500 24.300 Cek yang masih beredar :

9
PT. ABC
Laporan Rekonsiliasi Bank
Per 30 Juni 2017

Dikurangi: cek no. 010 10.000


Cek kosong 11.800 cek no. 015 8.700
18.700
Biaya bank 11.200 23.000
Saldo perusahaan yang benar 61.500 So. Bank yg benar 61.500

Untuk membetulkan saldo-saldo buku perusahaan kita harus membuat


jurnal penyesuaian dan mempostingnya ke akun-akun yang bersangkutan.
Adapun data untuk menyesuaikan adalah informasi di laporan rekonsiliasi.
Jurnal-jurnal penyesuaian yang diperlukan adalah sebagai berikut :
Juni 30 Kas di Bank 13.800
Biaya Tagih 1.200
Piutang Wesel 15.000
(mencatat penerimaan dari piutang

Wesel dikurangi biaya tagih)


Kas di Bank 10.500
Pendapatan Jasa Giro 10.500
(mencatat penerimaan jasa giro bank)

Piutang Usaha 11.800


Kas di Bank 11.800
(mencatat cek kosong)

Biaya bank 11.200


Kas di bank 11.200
(mencatat biaya bank)

Setelah jurnal penyesuaian diposting maka saldo akun kas di bank akan
menunjukkan saldo yang benar yaitu Rp61.500 seperti yang tampak berikut
ini :

10
Kas di bank
Tanggal Uraian Debit Kredit Saldo D/K
Juni 31 Saldo (sebelum penyesuaian) - - 60.200 (D)
31 Penyesuaian (wesel minus 13.800 - 74.000 (D)
biaya tagih)
31 Penyesuaian (jasa giro) 10.500 - 84.500 (D)
31 Penyesuaian (cek kosong) - 11.800 72.700 (D)
31 Penyesuaian (biaya bank) - 11.200 61.500 (D)

F. KAS KECIL

1. Sistem Dana Tetap


Menurut endang (2016: 17) Pada sistem dana tetap jurnal
diselengggarakan dua kali. Pertama, pada waktu pembentukan; kedua, pada
waktu pengisian kemali. Saat mengelurkan kas kecil tidak perlu dijurnal.
Jika pada akhir tahun tidak dilakukan pengisisna kembali, maka jurnal
penyesuaian dibuat untuk mengakui biaya yang telah terjadi dan
menyesuaikan akun dana kas kas kecil
Contoh : pada tanggal 10 Desember 2017 CV. ABADI telah menetapkan
penggunaan dana tetap untuk kas kecil dengan jumlah Rp500.000 dan akan
diisi kembali setiap 2 pekan. Dana kas kecil dibentuk pada tanggal 15
Desember tahun tersebut. Setiap pengeluaran harus mendapatkan
persetujuan dari pejabat yang berwenang. Transaksi yang terjadi sejak
pembentukan dana kas kecil sampai akhir tahun 2017 adalah sebagai berikut
:
Des 15 membentuk dana kas kecil Rp500.000
17 membayar kuintansi langganan koran 100.000
20 membeli materai & perangko 25.000
25 membayar makanan kecil 50.000
31 mengisi kembali dana kas kecil dari bank 175.000

Jurnal-jurnal yang diperlukan adalah sebagai berikut :

Membentuk dana kas kecil

Des 15 Dana Kas Kecil 500.000


Kas di Bank 500.000

11
Menggunakan dana kas kecil

Setiap kali perusahaan mengeluarkan kas kecil untuk membayar biaya-


biaya, tidak ada pencatatan apa pun dalam buku jurnal. Penjurnalan
dilakukan pada waktu dana kas kecil diisi kembali. Sehingga tidak ada jurnal
pada tanggal-tanggal 17, 20, 25 Juli 2017.

Mengisi kembali dana kas kecil

Des 31 Biaya Langganan Koran 100.000


Biaya Bahan Habis Pakai 25.000
Biaya Makanan Kecil 50.000
Kas Di Bank 175.000

Jika tidak ada pengisian kembali pada akhir periode


Dalam hal ini tidak dilakukan pengisian kembali pada akhir periode, maka
perlu jurnal penyesuaian yang diperlukan untuk mengakui biaya sejak
pengisian sebelumnya sampai akhir periode tersebut.

Contoh : sama dengan yang diatas hanya saja tidak ada pengisian kembali.
Jurnal penyesuaian adalah sebagai berikut :
Des 31 Biaya langganan koran 100.000
Biaya bahan habis pakai 25.000
Biaya makanan kecil 50.000
Dana kas kecil 175.000
(mengakui biaya dan menyesuaian dana kas kecil)

Andaikan jurnal penyesuaian di atas telah diposting, maka saldo dana kecil
pada akhir tahun 2009 menjadi Rp325.000 (Rp500.000-Rp175.000). itulah
jumlah dana kas kecil yang akan dilaporkan di neraca per 31 Juli.

Jurnal pembalikan awal periode berikutnya :


Pada hari kerja pertama tahun berikutnya (2 Januari 2018), dibuat jurnal
pembalikan atas jurnal penyesuaian akhir tahn lalu (31 desember 2017).
Jurnal pembalikan ini penting dilakkan untuk memudahkan penjurnalan
pada waktu pengisian kembali berikutnya. Jurnal pembalikannya adalah
sebagai berikut :

12
Jan 2 Dana Kas Kecil 175.000
Biaya langganan koran 100.000
Biaya bahan habis pakai 25.000
Biaya makanan kecil 50.000
(membalik jurnal penyesuaian kas kecil akhir tahun lalu)

Contoh : diasumsikan adanya pengeluaran dari tanggal 2-15 Januari 2018


adalah untuk pembelian bahan habis pakai Rp50.000. Pengisian kembali
dilakukan pada tanggal 15 Januari 2018 untk mengganti dana kas kecil yang
sudah digunkan. Dengan demikian, pengisian kembali adalah sebesar
Rp225.000 dengan perhitungan sebagai berikut :
Tahun 2017 Tahun 2018
15-31 Des 2-15 Jan Total
Biaya langganan koran Rp100.000 - Rp100.000
Biaya bahan habis pakai 25.000 Rp50.00 0 75.000
Biaya makanan kecil 50.000 - 50.000
Rp175.000 Rp50.000 Rp225.000

Dengan data diatas, jurnal pengisian kembali pada tanggal 15 Januari 2018
adalah sebagai berikut :
Jan 15 Biaya langganan koran 100.000
Biaya bahan habis pakai 75.000
Biaya makanan kecil 50.000
Kas di Bank 225.000
(mencatat pengisian kembali)

2. Sistem Dana Berfluktuasi


Pada sistem dana berfluktuasi sangat jarang digunakan karena
menyulitkan pada saat dilakukannya audit / pemeriksaan. Yang berbeda
dari sistem tetap hanyalah pada saat terjadinya transaksi pada sistem dana
tetap tidak dibuatkan jurnal sedang kan untuk sistem dana berfluktuasi
dibuatkan jurnal sesuai dengan transaksi yang terjadi. Dan pada saat
pengisian kembali dengan sistem dana tetap dibuatkan sesuai dengan
transaksi yang terjadi sedangkan pada sistem dana tetap hanya dicatat kas
kecil (D) dan kas (K) sesuai nilai kas yag dimasukkan.

13
Selisih Kas

Oleh karena sulitnya uang kecil (receh), maka sering terjadi selisih kas.
Misalnya, perusahaan melakukan penjulan tunai pada tanggal 25 Maret
2017 dengan harga Rp11.890, tetapi uang kas yang benar-benar diterima
hanyalah Rp10.900. Jurnal untuk mencatat penerimaan kas dari
penjualan ini adalah sebagai berikut :

Mar 25 Kas 10.890 -


Selisih Kas 10 -
Penjualan - 10.900

14
Bab 2

INVESTASI
A. AKUNTANSI UNTUK INVESTASI DALAM UTANG OBLIGASI

Menurut fahmi (2014: 30) Biaya pembelian utang obligasi adalah semua
biaya yang dibayarkan ditambah biaya yang terkait, misalnya komisi pialang
(broker’s commision).

Contoh : Dibeli utang obligasi PT Lewis sebesar Rp1.000.000 pada kurs 102,
biaya broker Rp5.300 dan bunga terutang Rp10.200

Jurnal

30 Mei Investasi dalam utang 1.025.300 -


obligasi PT Lewis

Pendapatan bunga
10.200 -
Kas
- 1.035.000

Penyelesaian :
Nilai investasi dalam utang obligasi PT Lewis :
Nilai kurs ( 102/100 * 1.000.000) = Rp1.020.000
Biaya Broker = 5.300 +

= Rp1.025.300

Premium / diskon tidak diperhatikan oleh investor (tidak dibuat catatan


sendiri).
Bunga yang diterima investor dicatat dengan mendebet kas dan
mengkredit pendapatan bunga. Pada akhir tahun bunga yang belum dibayar
dicatat dengan mendebet piutang bunga (interest receivable) dan mengkredit
pendapatan bunga (interest revenue).

15
Contoh : Utang obligasi PT.Deska sebesar Rp50.000.000 bunga 8% jangka
waktu 8 tahun dibeli oleh PT Ana tanggal 1 Juli secara langsung dan tingkat
bunga pasar 11 %. Harga pembelian Rp41.706.000 ditambah bunga terutang
sebesar Rp1.000.000 dari tanggal 1 April, tanggal terakhir pembayaran bunga.

Jurnal yang dibuat PT. Ana (investor) sebagai berikut:


• Pembayaran atas investasi dalam utang obligasi dan bunga terutang

Harga perolehan investasi dalam utang


Obligasi PT Deska Rp41.706.000
Bunga terutang dari 1 April – 1 Juli
(50.000.000 * 8% * 3/12) 1.000.000

1 Juli Investasi dalam utang 41.706.000 -


obligasi PT Deska

Pendapatan Bunga
1.000.000 -
Kas
- 42.706.000

• Menerima bunga setengah tahunan (1April – 1 Oktober

1 Okt Kas 2.000.000 -

Pendapatan Bunga - 2.000.000


Penyelesaian : 50.000.000 * 8%*6/12

• Jurnal penyesuaian untuk bunga (1 oktober – 31 desember)

31 Des Piutang Bunga 1.000.000 -

Pendapatan Bunga - 1.000.000


Penyelesaian : 50.000.000 * 8% * 3/12

Diskon (disagio) yang diamortisasi dengan metode bunga diskon


(disagio) = bunga kupon 8%, bunga pasar 11% untuk 1 Juli – 31 Desember (6
bulan).

Pendapatan Bunga Rp2.294.000


(41.706.000 * 11% * 6/12)

16
Bunga yang Diterima 2.000.000
(50.000.000 * 8% * 6/12) -
Jumlah yang diamortisasi Rp 294.000

Jurnal :

31 Des Investasi dalam utang 294.000 -


obligasi PT Deska

Pendapatan bunga
- 294.000

Catatan atas pendapatan bunga 1 Juli – 31 Desember sebagai berikut :


1 Juli Membayar bunga terutang -3bulan (Rp1.000.000)
1 Okt Menerima pembayaran bunga -6 bulan Rp2.000.000
31 Des Mencatat bunga terutang -3 bulan Rp1.000.000
Mencatat amortisasi diskon -6 bulan Rp 294.000 +

Pendapatan bunga -6 bulan Rp2.294.000

B. AKUNTANSI UNTUK INVESTASI DALAM UTANG OBLIGASI-


PENJUALAN

• Jika investasi dalam utang obligasi dijual sebelum tanggal jatuh tempo,
penjual akan menerima harga jual yaitu mengurangi komisi dan biaya
pembelian lainnya ditambah bunga terutang sejak tanggal pembayaran
terakhir.
• Diskon / premium diamortisasikan lebih dahulu untkuk periode berjalan
• Laba / rugi dicatat saat mencatat cash proceeds

Contoh : Utang obligasi PT. Deska di atas dijual sebesar Rp47.350.000


ditambah bunga terutang pada tanggal 30 Juni, 7 tahun setelah pembelian.
Nilai buku utang obligasi per 1 Januari sebesar Rp47.080.000. Pada 30 Juni
diskon (disagio) yang diamortisasikan dengan metode tarif bunga.

Jurnal

30 Juni Investasi dalam utang obligasi 589.000 -


PT Deska
Pendapatan Bunga - 589.000

17
Penyelesaian :
1 Jan – 30 Juni = 6 Bulan
Pendapatan bunga Rp2.589.000
(47.080.000 * 11% * 6/12)
Bunga yang diterima Rp2.000.000
(50.000.000 * 8% * 6/12 ) -
Jumlah yang diamortisasi Rp 589.000

Perhitungan untuk penerimaan bunga dan hasil penjualan obligasi pada


tanggal 30 Juni adalah sebagai berikut :

Jurnal

30 Juni Kas 48.350.000 -


Kerugian atas penjualan 319.000 -
investasi
Pendapaan bunga - 1.000.000
Investasi dalam utang - 47.669.000
obligasi PT Deska

Penyelesaian :
Bunga terutang (1April-30 Juni)
(50.000.000*8%*3/12) = Rp1.000.000
Nilai buku investasi dalam utang obligasi 1 Jan Rp47.080.000
Disagio 589.000
+
Nilai buku investasi dalam utang obligasi 30 Juni 47.669.000
Penjualan 47.350.000
-
Rugi Penjualan Rp 319.000

C. INVESTASI DALAM SAHAM

• Investasi dalam saham dilakkan dengan cara membeli saham suatu


perusahaan (longterm investment) dengan tujuan mengembangkan bisnis
dan mengendalikan jalannya aktivitas perusahaan.
• Cara yang dapat dilakukan adalah dengan cara membeli langsung atau dari
investor lain.

Akuntansi untuk investasi dalam saham


Cara pencatatannya ada dua metode, yaitu :
1. Metode harga pokok (cost method)

18
2. Metode ekuitas (equity method)
Metode Harga Pokok (Cost Method)
Metode harga pokok harus mempertimbangkan semua biaya yang dikeluarkan
untuk memperoleh saham (cost of stock)dan harus pula diperhatikan tanggal
pembelian, tanggal pencatatan dan tanggal pembayaran deviden.

Contoh : PT. ABC membeli 1.000 saham biasa (common stocks) dari PT XYZ
tanggal 5 Juli seharga Rp50.000.000. kemudian diasumsikan deviden yang
diperoleh sebesar Rp1.200 per lembar diumumkan tanggal 1 Agustus dan
dibayarkan tanggal 31 Agustus kepada pemegang saham yang namanya dicatat
tanggal 31 Juli

Jurnal (Investor)
- Membeli Saham PT XYZ

5 Juli Investasi dalam saham PT 48.800.000


XYZ
Piutang dividen 1.200.000
Kas 50.000.000

- Menerima Tunai Deviden Dari Saham Biasa PT XYZ

1 Agst Kas 1.200.000


Piutang deviden 1.200.000

Jika setelah tanggal pembelian ada pengumuman dan penerimaan deviden,


dengan metode cost dicatat sebagai kenaikan aktiva dan income.

Contoh: Tanggal 1 Maret, PT. Moco membeli 100 lembar saham milik PT.
Champion (common stock) seharga Rp59.000 ditambah biaya broker
Rp50.000. Tanggal 30 April PT. Champion mengumumkan deviden sebesar
Rp2.000 per lembar dibayarkan tanggal 15 Juni dan pencatatannya tanggal 15
Mei.

Jurnal (Investor)

- Mencatat Pembelian Saham PT. Champion

1 Maret Investasi dalam saham PT. 5.950.000 -


Champion
Kas - 5.950.000

- Menerima Pendapatan Dividen

19
15 Juni Kas 200.000 -
Pendapatan dividen - 200.000

Metode Ekuitas (Equity Method)


Pada dasarnya sama dengan cost method, perbedaannya terletak pada cara
mencatat pendapatan bersih (net income) dan deviden tunai.
Pencatatan equity method terhadap pos-pos tersebut, adalah sebagai berikut :
1. Bagian net income dicatat sebagai revenue dalam neraca. Kenaikan tersebut
juga dicatat sebagai revenue dalam income statement. Juga sebaliknya jika
terjadi kerugian (loss).
2. Bagian cash deviden investor dicatat sebagai kenakan cash dan penurunan
investment. Kenaikan tersebut juga dicatat sebagai revenue dalam income
statement. Juga sebaliknya jika terjadi kerugian (loss).
Contoh : Tanggal 2 Januari PT. Halimun (investor) membayar tunai
Rp350.000.000 untuk 60 % saham biasa milik PT. Brokoli. Diasumsikan pada
akhir tahun 31 Desember, PT. Brokoli melaporkan pendapatan bersih
Rp70.000.000, mengumumkan dan membayar deviden tunai Rp30.000.000.
Dengan menggunakan equity method investor mencatat transaksi sebagai berikut
:
- Membeli 60% Saham PT. Brokoli

2 Jan Investasi dalam saham PT 350.000.000 -


Brokoli
Kas - 350.000.000

- Mencatat 60% Dari Laba Bersih PT. Brokoli

31 Des Investasi dalam saham PT 42.000.000 -


Brokoli
Pendapatan - 42.000.000

- Mencatat 60% Dari Total Deviden Tunai Sebesar Rp30.000.000

31 Des Kas 18.000.000 -


Investasi dalam saham - 18.000.000
PT Brokoli

20
Bab 3

PIUTANG USAHA
Menurut riyanto (2014: 37) Piutang usaha adalah tagihan kepada pihak ketiga
dari transaksi usaha, tanpa wesel yang akan diterima dalam bentuk uang tunai.

A. PENGERTIAN DAN KLASIFIKASI PIUTANG

Piutang adalah tagihan baik kepada individu-individu maupun kepada


perusahaan lain yang akan diterima dalam bentuk kas. Pada umumnya,
piutang diklasifikasi menjadi piutang usaha (dagang), piutang wesel dan
piutang lain-lain.
Piutang Usaha (Dagang) adalah tagihan kepada pelanggan yang sifatnya
terbuka, dalam arti bahwa tagihan ini tidak disertai instrumen kredit. Piutang
usaha berasal dari penjualan barang dagangan dan jasa secara kredit dalam
operasi usaha normal. Piutang usaha sering juga disebut piutang dagang.
Piutang Wesel adalah klaim yang dibuktikan dengan instrumen kredit
secara formal. Instrumen kredit ini mensyaratkan debitor untk membayar di
masa mendatang pada tanggal tertentu secara jelas, misalnya 60 hari setelah
tanggal penandatanganan wesel.
Piutang lain-lainmeliputi piutang non usaha seperti pinjaman kepada para
pejabat perusahaan, pinjaman kepad pegawai/karyawan, dan piutang restitusi
pajak.

B. PENJUALAN KREDIT, POTONGAN DAN RETUR

Piutang usaha dicatat pertama kali ketika perusahaan memperolehnya.


Berikutnya, piutang usaha dicatat ketka terjadi retur penjualan kredit dan
pelunasan. Piutang usaha timbul dari penjualan kredit dan dinilai sebesar
harga jual setelah dikurangi rabat (trade discount) tetapi sebelum dikurangi
potongan tunai (cash discount).
Rabat tidak dicatat dalam akun apa pun, sebab langsung diperlakukan
sebagai pegurang piutang dan penjualan. Adapun potongan tunai dicatat
dalam akun tersendiri, yakni akun potongan penjualan. Potongan penjualan

21
umumnya dicatat hanya ketika perusahaan menerima pelunasan dalam masa
potongan. Potongan penjualan kemudian dilaporkan sebagai pengurang
penjualan di laporan laba (rugi).
Rabat adalah potongan yang diberikan berdasar katalog (daftar harga). Jika
dikatalog disebutkan harga barang Rp100.000 dan rabat 20%, maka yang
harus dibayar oleh konsumen adalah Rp100.000-
(20%*Rp100.000)=Rp80.000. Sedangkan potongan tunai adalah potongan
yang diberikan kepada konsumen yang membayar dalam masa potongan.
Masa potongan sering ditulus dengan simbol 2/10,n/30. Artinya batas
pembayaran adalah 30 hari sejak tanggal transaksi, masa potongan adalah 10
hari dan pembeli yang membayar dalam masa potongan diberi potongan tunai
2% dari Rp80.000
Contoh : Pada tanggal 15 Desember 2009 Firma Syansuri menjual barang
dagangan kepada banyak pelanggan. Harga jual total adalah Rp150.000.
dalam katalog tertera trade discont 20%. Jadi harga jual setelah rabat adalah
Rp120.000. Potongan tunai yang dijanjikan adalah sebagaimana syarat
2/10,n/30. Berikut beberapa transaksi berkaitan dengan penjulan diatas.
1. Pada 20 Desember firma menerima pelunasan untuk faktur Rp30.000
2. Pada 21 Desember firma menerima dan menyetujui pengembalian
barang dari pelanggan yang dulu fakturnya sebesar Rp15.000
3. Pada 27 Desember firma menerima pelunasan untuk faktur sebesar
Rp25.000

Berikut adalah jurnal yang berkaitan dengan transaksi diatas yaitu :


Tanggal Keterangan Debit Kredit
Des 15 Piutang usaha 120.000 -
(150.000-(20%*150.000))
Penjualan - 120.000
(Mencatat penjualan kredit)

20 Kas 29.400 -
(30.000-(20%*30.000))
Potongan Penjualan 600 -
Piutang Usaha - 30.000
(Mencatat pelunasan dengan
potongan tunai)
21 Retur Penjualan 15.000 -
Piutang Usaha - 15.000
(Mencatat retur penjualan kredit)
27 Kas 25.000 -
Piutang Dagang - 25.000

22
C. ANJAK PIUTANG

Perusahaan dapat mengalihkan piutang usahanya kepada lembaga


keuangan untuk memperoleh uang tunai sebelum piutang jatuh tempo. Kalau
piutang sudah dialihkan ke pihak lain, maka pihak lainlah yang akan
menagihnya. Pihak lain disebut factor. Pengalihan seperti ini disebut anjak
piutang. Anjak piutang dapat dibedakan menjadi anjak piutang tanpa hak
regres (without resources) dan anjak piutang dengan hak regres (with
resources)
Dalam anjak piutang tanpa hak regres, perusahaan yang mengalihkan
piutangnya kepada factor menganggapnya sebagai penjualan piutang. Jadi
perusahaan tidak menanggung risiko jika pada tanggal jatuh tempo debitor
tidak membayar kepada factor. Berikut adalah contoh anjak piutang tanpa hak
regres. Anjak piutang dengan hak regres biasa disebut juga pendiskontoan.
Contoh : Pada tanggal 30 Desember 2017, Firma Syamsuri mengalihkan
piutangnya Rp30.000 ke Bank Niaga. Bank membayarnya sejumlah
Rp26.000.

Jurnalnya adalah sebagai berikut:

Des 30 Kas 26.000 -


Biaya Anjak Piutang 4.000 -
Piutang Usaha - 30.000

Andaikan seluruh jurnal pada contoh diatas sudah diposting, maka akan
piutang usaha akan bersaldo debit Rp20.000 sebagaimana tampak berikut ini :
Piutang Usaha
Tanggal Uraian Debit Kredit Saldo D/K
Des 15 Penjualan Kredit 120.000 - 120.000 D
20 Pelunasan - 30.000 90.000 D
21 Retur Penjualan Kredit - 15.000 75.000 D
27 Pelunasan - 25.000 50.000 D
30 Dianjakkan Ke Bank - 30.000 20.000 D
Niaga

23
Dengan anggapan bahwa (i) tidak terjadi lagi transaksi sampai akhir tahun
2017, dan (ii) semua piutang usaha akan dapat ditagih semuanya, maka piutang
usaha yang disajikan di neraca akhir tahun 2017 adalah Rp20.000.

D. PIUTANG TAK TERTAGIH – METODE CADANGAN

Meskipun perusahaan telah berhati-hati dalam mengambil kebijakan kredit


(misalnya mengharuskan calon pelanggan untuk memenuhi syarat- syarat
tertentu), namun perusahaan tidak dapat menghindarkan adanya piutang yang
tidak dapat ditagih. Piutang yang tidak dapat ditagih ini merupakan konsekuensi
logis dari kebijakan kredit. Rugi yang diperkirakan timbul dari piutang tidak
tertagih diakui sebagai biaya operasional.
Terdapat dua metode akuntansi untuk mengakui piutang tertagih. Terdapat
dua metode akuntansi untuk mengakui kerugian piutang yaitu metode cadangan
dan metode langsung. Metode langsung tidak dijelaskan karena merupakan cara
yang tidak diterima oleh akuntansi kecuali jika jumlahnya tidak meterial.
Metode cadangan harus dipakai bila kerugian piutang bersifat material.
Gambaran penting metode ini adalah sebagai berikut :
1. Piutang yang tidak tertagih ditaksir terlebih dahulu dan diakui sebagai biaya
pada periode penjualan. Bila piutang yang tidak tertagih berasal dari tahun
2010, maka kerugiannya diakui pada tahun 2010 juga.
2. Taksiran kerugian piutang didebit pada akun Biaya Piutang Taktertagih
(kerugian piutang) dan dikredit pada akun Cadangan Piutang Taktertagih
(Cadangan Piutang Ragu-Ragu) melalui jurnal penyesuaian pada akhir
setiap periode.
3. Piutang yang benar-benar tidak dapat ditagih didebit ke akun cadangan
piutang taktertagih dan dikredit pada akun piutang usaha.

a. PENAKSIRAN PIUTANG TAKTERTAGIH


Untuk memberikan gambaran metode cadangan dalam
memperlakukan piutang taktertagih, ikutilah contoh berikut :
Contoh : PT TAKASHIMURA menjual barang secara kredit pada tahun
2017 sebesar Rp252.100, dari jumlah ini Rp50.000 masih berupa piutang
pada akhir tahun 2010. Manager bagian kredit menaksir bahwa Rp3.100 di
antaranya potensial tidak dapat ditagih. Jurnal penyesuaian untuk mencatat
taksiran ini pada 31 Desember 2017 adalah sebagai berikut :

Des 31 Biaya Piutang Taktertagih 3.100 -


Cadangan PiutangTaktertagih - 3.100

Akun biaya piutang taktertagih dilaporkan di Laba Rugi dalam kelompok


biaya operasi (biasanya sebagai biaya pemasaran). Jika untuk contoh,

24
kerugian piutang ditandingkan dengan penjualan tahun 2010 karena bersal
dari risiko pemberian kredit tahun 2017. Akun cadangan piutang
taktertagih dilaporkan sebagai pengurang akun piutang usaha.

b. PENGHAPUSAN PIUTANG

Apabila taksiran kerugian piutang benar-benar terjadi, maka piutang


harus kita hapus.untuk mencegah praktik yang tidak sehat, maka hanya
pejabat berwenanglah yag boleh menyatakan hapunya piutang. Pernyataan
ini harus didokumentasikan. Penghapusan piutang dicatat dengan debit
Cadangan Piutang Taktertagih dan kredit Piutang Usaha.
Contoh : Pada tanggal 1 Maret 2017, PT TAKASHIMURA menyatakan
penghapusan Rp1.050 kepada CV BOKEK yang dinyatakan pailit oleh
pengadilan. Jurnal untuk mencatat penghapusan ini adalah sebagai berikut
:

Mar 1 Cadangan Piutang Taktertagih 1.050 -


Piutang Usaha – CV BOKEK - 1.050

Jurnal diatas bukanlah jurnal penyesuaian. Amatilah dengan seksama


bahwa pada saat menghapus piutang, akun Biaya Piutang Taktertagih tidak
didebit.
Setelah jurnal penghapusan ini diposting, maka akun Piutang Usaha dan
kaun Cadangan Piutang Taktertagih tampak sebagai berikut :

Piutang Usaha
Tanggal Uraian Debit Kredit Saldo D/K
2011
Jan 1 Saldo - - 50.000 D
Maret 1 Penghapusan - 1.050 48.950 D

Cadangan Piutang Taktertagih

Tanggal Uraian Debit Kredit Saldo D/K

2011
Jan 1 Saldo - - 3.100 K
Maret 1 Penghapusan 1.050 - 2.050 K

25
Penghapusan piutang mengurangi akun-akun piutang usaha dan cadangan
piutang taktertagih. Oleh karena itu, nilai realisasi bersih sebelum dan
sesudah penghapusan tetap sama, sebagaimana ilustrasi berikut :

Sebelum Sesudah
Penghapusan Penghapusan
Piutang Usaha Rp50.000 Rp48.950
Cadangan Piutang Taktertagih 3.100 2.050

Nilai Realisasi Bersih Rp46.900 Rp46.900

c. PENERIMAAN PELUNASAN DARI PIUTANG YANG TELAH


DIHAPUS

Kadangkala perusahaan dapat ditagih atau menerima kas dari pelanggan


yang sudah dihapus. Penerimaan kas dari pelanggan yang sudah dihapus
memerlukan dua buah jurnal. Jurnal pertama digunakan untuk menvcatat
timbulnya kembali piutang dan jurnal kedua digunakan untuk mencatat
penerimaan kas.

Contoh : Pada tanggal 1 Mei 2017 perusahaan menerima kas Rp1.050


dari pelunasan CV BOKEK yang piutang kepadanya telah dihapus.

Jurnalnya adalah sebagai berikut :

Mei 1 Piutang Usaha – CV BOKEK 1.050


Cadangan Piutang Taktertagih 1.050
(mencatat timbulnya kembali
piutang)

Kas 1.050
Piutang Usaha – CV BOKEK 1.050
(mencatat penerimaan kas)

Apabila dua jurnal diatas digabung, maka jurnal gabungannya adalah


sebagai berikut :

Mei 1 Kas 1.050


Cadangan Piutang Taktertagih 1.050

26
E. DASAR UNTUK MENAKSIR KERUGIAN PIUTANG

Terdapat dua dasar yang dapat digunakan sebagai alat untuk menaksir
kerugian piutang yaitu : (i) persentase dari penjualan satu periode (sering
disebut pendekatan laba-rugi) dan (ii) persentase dari saldo piutang akhir
periode (sering disebut pendekatan neraca). Untuk menentukan dasar atau
pendekatan mana yang akan dipakai tergantung pada kehendak managemen
terhadap biaya dan pendapatan di satu pihak, dan terhadap nilai realisasi bersih
dari piutang di lain pihak.
Jika kita menggunakan persentase dari penjualan, maka yang kita
utamakan adalah matching antara biaya dan pendapatan. Dengan kata lain, kita
mengutamakan penentuan jumlah kerugian piutang, sedangkan jumlah
cadangannya hanya merupakan sampingan.
Sebaliknya, jika kita menggunakan persentase dari saldo piutang, maka
yang kita utamakan adalah nilai realisasi kas bersih yang dapat diterima dari
piutang, dengan kata lain, kita mengutamakan penentuan jumlah cadangan,
sedangkan jumlah kerugiannya hanya merupakan sampingan.

a. PERSENTASE DARI PENJUALAN

Persentase kerugian dari penjualan didasrkan pada pengalaman masa


lalu. Oleh karena piutang selalu timbul dari penjualan kredit, maka
kerugian pun harus dihitung dari penjualan kredit. Secara logis, dasarnya
adalah penjualan kredit bersih setelah potongan dan retur penjualan. Untuk
memberi gambaran, ikutilah conmtoh berikut :

Contoh : PT TAKASHIMURA menggunakan persentase dari dasar


penjualan dan menyimpulkan dari pengalaman masa lampau bahwa 1 %
dari penjualan kredit bersih tidak dapat ditagih. Jika penjualan kredit bersih
dalam periode 2010 adalah Rp100.000 taksiran kerugian piutang adalah
Rp1.000 (1% X Rp100.000) dan jurnal penyesuaiannya adalah sebagai
berikut :
Des 11 Biaya Piutang Taktertagih 1.000
Cadangan Piutang Taktertagih 1.000

Pendebitan akun Biaya Piutang Tak Tertagih sebesar Rp1.000 tidak


perlu memperhatikan saldo akun Cadangan sebelum jurnal penyesuaian
dibuat.

27
b. PERSENTASE DARI SALDO PIUTANG

Menurut metode ini, saldo akun cadangan diturunkan dari analisis piutang
secara individual. Kita harus menyiapkan sebuah skedul (sering disebut
skedul umur) yang menggolongkan pelanggan berdasarkan jangka waktu
sebelum membayar. Oleh karena tekanannya pada waktu, maka analisis ini
disebut analisis umur piutang. Setelah piutang digolongkan berdasar
umurnya, maka cadangan piutang taktertagih ditentukan dengan cara
mengalikan persentase ketaktertagihan dengan piutang-piutang menurut
golongan tersebut. Persentase tersebut ditentukan berdasarkan pengalaman
masa lampau.

Contoh : berikut ini adalah skedul umur piutang dari PT TAKASHIMURA


ntuk piutang per 31 Desember 2017

Skedul Umur Piutang (Rp)

Pelanggan Jumlah Belum Menunggak Selama (dalam hari)


Total Jatuh
Tempo 1 - 30 31-60 61-90
Alibaba 50.000 20.000 10.000 15.000 5.000
Babaali 75.000 25.000 30.000 5.000 15.000
Abubakar 60.000 10.000 50.000 - -
Husen 40.000 - - 20.000 20.000
Abunawas 90.000 80.000 5.000 5.000 -
Lain-lain 150.000 60.000 90.000 - -

465.000 195.000 185.000 45.000 40.000

Persentase
Taksiran 2% 4% 8% 20%
Taktertagih

Taksiran
Taktertagih 22.900 3.900 7.400 3.600 8.000
Total

28
Taksiran taktertagih total Rp22.900 adalah jumlah piutang yang
diperkirakan tidak dapat ditagih. Jadi, jumlah ini menunjukkan saldo
seharusnya dalam akun cadangan pitang taktertagih.
Anggaplah bahwa sebelum penyesuaian, saldo akun Cadangan Piutang
Taktertagih adalah Rp0. Jurnal penyesuaian yang dibuat adalah sebagai
berikut :

Des 31 Biaya Piutang Taktertagih 22.900 -


Cadangan Piutang Taktertagih - 22.900

Setelah jurnal ini diposting, maka saldo Cadangan Piutang Taktertagih


adalah Rp22.900

Seandainya sebelum penyesuaian, saldo akun Cadangan Piutang


Taktertagih adalah kredit Rp2.900, maka jurnal penyesuaiannya adalah
sebagai berikut :

Des 31 Biaya Piutang Taktertagih 20.000 -


Cadangan Piutang Taktertagih - 20.000

Setelah jurnal ini diposting, maka saldo Cadangan Piutang Taktertagih


adalah Rp22.900, tetapi perhatikan bahwa biaya Piutang Tak Tertagih yang
diakui dan dilaporkan di Laporan Laba-Rugi hanyalah Rp20.000.
Kadang-kadang akun Cadangan Piutang Taktertagih bersaldo debit.
Saldo debit ini menunjukkan bahwa jumlah piutang yang dihapus pada
periode sekarang melebihi jumlah cadangan yang dibentuk akhir periode
sebelumnya. Jadi, cadangannya tidak mencukupi.
Apabila sebelum penyesuaian, saldo akun Cadangan Piutang
Taktertagih adalah debit Rp2.100, maka jurnal penyesuaiannya adalah
sebagai berikut :

Des 31 Biaya Piutang Taktertagih 25.000 -


Cadangan Piutang Taktertagih - 25.000

Perhatikan setelah jurnal ini diposting. Saldo akun Cadangan Piutang


Taktertagih adalah kredit Rp22.900, tetapi saldo Biaya Piutang Taktertagih
adalah debit Rp25.000.

F. PENYAJIAN DI NERACA

Piutang usaha dilaporkan di neraca dalam kelompok aset lancar dengan


jumlah nilai realisasi bersih (net realizable value), yakni jumlah piutang setelah
dikurangi Cadangan Piutang Taktertagih. Piutang Usaha (tanpa wesel)

29
disajikan setelah Piutang Wesel. Berikut adalah contoh penyajian Piutang
Usaha di neraca.

Aset Lancar
Piutang Usaha Rp465.000
(-) Cadangan Piutang Taktertagih 22.900
Nilai Realisasi Bersih Rp442.100

30
Bab 4

PERSEDIAAN
A. PENGERTIAN DAN KLASIFIKASI PERSEDIAAN

Menurut agus risto (2015; 20) Persediaan adalah barang-barang yang


dimiliki untuk dijual kembali atau digunakan untuk memproduksi barang-
barang yang akan dijual. Pada perusahaan tertentu, persediaan merupkan
elemen aktiva yang paling besar. Persediaan ini akan berubah menjadi harga
pokok penjualan (cost of good sold) yang merupakan elemen biaya paling
besar. Pada perusahaan perdagangan, persediaan merupakan barang yang
dibeli dari perusahaan lain yang untuk sementara disimpan untuk selanjutnya
dijual kembali tanpa diolah. Persediaan pada perusahaan dagang disebut
dengan Persediaan Barang Dagangan. Pada perusahaan manufaktur,
persediaan terdiri dari bahan baku dan penolong yang akan diolah menjadi
produk jadi, sehingga disebut Persediaan Bahan Baku dan Penolong (direct
material inventory), persediaan bahan baku yang telah diolah tetapi sampai
dengan akhir tahun belum selesai, sehingga disebut Persediaan Barang Dalam
Proses (goods in process inventory), dan barang yang telah jadi diproses tetapi
belum terjual yang disebut Persediaan Barang Jadi (finished goods inventory)

B. PENGARUH KESALAHAN PENCATATAN PERSEDIAAN

Kesalahan pencatatan persediaan akan berpengaruh terhadap laporan laba-


rugi dan neraca untuk dua periode akuntansi berturut-turut. Misalnya
pembelian barang pada akhir tahun tidak dicatat sebagai pembelian tahun ini,
tetapi baru dicatat pada awal tahun berikutnya. Kesalahan penentuan nilai
persediaan tersebut akan berpengaruh pada kesalahan penentuan harga pokok
penjualan (cost of good sold) untk periode berjalan maupun periode

31
selanjutnya. Kesalahan penentuan nilai persediaan juga akan berpengaruh pada
nilai persediaan yang disajikan di neraca. Contoh berikut dapat memberikan
gambaran pengaruh kesalahan penentuan nilai persediaan.
Berikut data jumlah persediaan dan informasi lkainnya PT EMESCE untuk
dua periode akuntansi:

1. Nilai persediaan yang benar dan hanya salah untuk dua periode :

Persediaan Jumlah Yang Jumlah Yang


Akhir Tahun Salah Benar
2016 Rp240.000 Rp220.000
2017 Rp300.000 -

2. Penjualan barang tahun 2016 dan 2017 masing-masing Rp1.800.000

3. Pembelian barang dagangan tahun 2005 dan 2006 masing-masing


Rp1.000.000
Pengaruh kesalahan penentuan nilai persediaan pada tahun 2016 terhadap
laporan laba-rugi dan neraca tahun 2016 terhadap laporan laba-rugi dan neraca
tahun 2016 dan 2017.
PT.EMESCE
LAPORAN LABA-RUGI
Untuk Periode yang Berakhir 31 Desember 2016 dan 2017

Jumlah Yang Benar Jumlah Yang Salah


Tahun 2016
Penjualan 1.800.000 1.800.000
HPP
Pers. Awal - -
Pembelian 1. 000.000 1.000.000
BTUD 1. 000.000 1.000.000
Pers. Akhir (240.000) (760.000) (220.000) (780.000)
Laba Kotor
Operasi 1.040.000 1.020.000

Tahun 2017

Penjualan 1.800.000 1.800.000


HPP

32
Pers. Awal 240.000 220.000
Pembelian 1.000.000 1.000.000
BTUD 1.240.000 1.220.000
Pers. Akhir (300.000) (940.000) (300.000) (920.000)
Laba Kotor 860.000 880.000
Operasi

Gambar 4.1 Pengaruh Kesalahan Persediaan Pada Laporan Laba-Rugi


PT. EMESCE
NERACA
Per 31 Desember 2016 dan 2017

Jumlah Yang Benar Jumlah Yang Salah

Tahun 2016

Aktiva lancar :
Persediaan Rp240.000 Rp220.000
Modal :
Modal Pemilik Sama dengan yang Terlalu besar Rp20.000
seharusnya

Tahun 2017

Aktiva lancar :
Persediaan Rp300.000 Rp300.000
Modal :
Modal Pemilik Sama dengan yang Terlalu kecil Rp20.000
Seharusnya

Gambar 4.2 Pengaruh Kesalahan Persediaan Pada Neraca

Dari gambar 4.1 dan 4.2 dapat diketahui bahwa, apabila nilai persediaan dicatat
terlalu rendah sebesar Rp20.000 berakibat pada harga pokok penjualan terlalu
tinggi dan laba kotor operasi terlalu rendah sebesar Rp20.000 pada tahun 2016.
Kesalahan tersebut juga berpengaruh pada nilai persediaan yang dicantumkan
di aktiva lancar terlalu rendah Rp20.000 dan modal pemilik terlalu besar
Rp20.000. pada tahun 2006, harga pokok penjualan terlalu besar Rp20.000 dan
laba kotor operasi terlalu kecil Rp20.000. sedangkan pada neraca tahun 2016
akan menyajikan modal pemilik dalam jumlah yang terlalu kecil sebesar
Rp20.000.

C. PENENTUAN KUANTITAS PERSEDIAAN

33
a. PENGHITUNGAN FISIK PERSEDIAAN

Menurut anwar (2014:16)Untuk menentukan nilai persediaan yang akurat


yang akan dilaporkan pada laporan keuangan, perusahaan harus melakukan
perhitungan secara fisik barang yang ersedia di gudang. Dalam sistem fisik,
penghitungan fisik barang menjadi suatu keharusan dalam rangka menentukan
harga pokok penjualan. Sedangkan dalam sistem perpetual, walaupun tidak
wajib tetapi hasil perhitungan fisik akan sangat bermanfaat untk tujuan
pengendalian persediaan. Pengendalian persediaan dalam sistem perpetual
dilakukan dengan cara membandingkan catatan dalam buku persediaan dengan
hasil perhitungan fisik. Apabila terjadi selisih yang cukup material harus dicari
penyebabnya untuk menentukan siapa yang bertanggung jawab. Untuk tujuan
pengendalian yang lain, penghitungan fisik persediaan juga bermanfaat untuk
mencegah kecurangan atau pencurian yang dilakukan oleh karyawan.
Penghitungan fisik biasanya dilakukan oleh 2 orang petugas yang
masing-masing dibekali dengan Kartu Penghitungan Fisik. Penghitungan
dilakukan sebanyak dua kali. Penghitungan pertama dilakukan oleh petugas
pertama dan hasilnya dituliskan pada kartu perhitungan fisik 1. Petugas kedua
juga menghitung dengan cara yang sama dan hasilnya juga dituliskan pada
kartu penghitungan fisik 2. Hasil kedua perhitungan kemudian dicocokkan.
Untuk item-item yang berbeda kemudian dihitung kembali untuk menentukan
angka final yang akan dilaporkan.

b. ELEMEN PERSEDIAAN PADA PENGHITUNGAN FISIK

Nilai persediaan dipengaruhi oleh ketepatan dalam menghitung persediaan


secara fisik. Prinsip utama dalam menghitung persediaan secara fisik adalah
semua persediaan yang menjadi hak milik perusahaan harus dimasukkan ke
dalam penghitungan fisik. Berikut ini adalah masalah- masalah yang berkaitan
dengan elemen persediaan yang perlu dipretimbangkan dalam menghitung
fisik persediaan.
• Persediaan Dalam Perjalanan. Barang-barang yang pada tanggal neraca
masih dalam perjalanan menimbulkan masalah apakah barang sudah
menjadi haknya atau belum. Pada dasarnya ada dua cara pengiriman yang
lazim digunakan dalam praktik, yaitu :
➢ FOB Shipping Point (Frangko Gudang Penjual)
Dalam FOB Shipping Point, hak atas barang berpindah kepada
pembeli pada saat barang diserahkan kepada perusahaan
pengangkutan. Menurut ketentuan ini, barang yang masih dalam
perjalanan harus dihitung dalam penghitungan fisik persediaan.
➢ FOB Destination (Frangko Gudang Pembeli)
Dalam FOB Destination, hak atas barang berpindah kepadapembeli
pada saat barang diterima pembeli. Menurut ketentuan ini, barang

34
yang masih dalam perjalanan tidak boleh dimasukkan dalam
penghitungan fisik persediaan
• Barang Konsinyasi. Barang-barang yang dititipkan kepada pihak lain
masih menjadi hak milik penitip sampai barang tersebut terjual, sehingga
harus tetap dihitung dalam penghitungan fisik. Demikian juga apabila
perusahaan mempunyai titipan barang dari perusahaan lain harus
dikeluarkan dalam penghitungan fisik.
• Barang Yang Dipisahkan. Barang-barang yang diproduksi berdasarkan
kontrak yang telah disepakati sebelumnya, walaupun belum dikirim kepada
pemesan tetapi hak atas barang sudah berpindah ke tangan pemesan sehingga
hars dikeluarkan dari penghitngan fisik persediaan.

D. SISTEM PENCATATAN PERSEDIAAN

Ada dua sistem akntansi yang utama untuk pembelian dan penjulan
barang dagangan, yaitu sistem periodik dan sistem perpetual.

a. SISTEM PERIODIK

Pada sistem periodik, persediaan barang dagangan tidak diikuti mutasi


masuk keluarnya barang, sehingga besarnya persediaan barang dapat diketahui
dengan cara penghitungan secara fisik barang di gudang. Oleh karena itu,
sistem periodik sering disebut dengan sistem fisik. Pendapatan dari penjualan
barang dagangan dicatat pada waktu penjualan dilakukan, tetapi biaya pokok
atas barang yang terjual tidak dicatat pada saat yang sama. Biaya pokok barang
yang terjual dihitung pada akhir tahun, setelah diketahui besarnya persediaan
barang digudang. Apabila perusahaan memberikan potongan tunai akan dicatat
secara terpisah dalam akun potongan penjualan, demikian juga apabila ada
pengembalian barang yang telah terjual, juga dicatat pada akun terpisah yang
disebut dengan Retur Penjualan. Akunpotongan penjualan dan retur penjualan
merupakan pengurang akun penjualan sehingga keduanya disebut sebagai
akun kontra penjualan.
Sedangkan pembelian barang dagangan dicatat pada akun pembelian,
bukan akun persediaan barang. Akun pembelian didebit sebesar harga
fakturpada saat pembelian. Potongan yang diterima dicatat pada akun yang
terpisah yaitu akun potongan pembelian. Saldo potongan pembelian
merupakan pengurang akun pembelian, atau sering disebut sebagai akun kontra
pembelian. Retur dan pengurangan harga dicatat seperti akun potongan
pembelian dan diakui sebagai akun kontra pembelian. Pembayaran biaya
angkut atas pembelian barang dagangan yang ditanggung oleh pembeli dicatat
pada akun biaya angkut pembelian. Beban angkut pembelian merupakan
elemen biaya pokok barang yang dibeli. Pada setiap akhir periode

35
dilakukan penghitungan harga pokok penjulaan melalui proses penyesuaian
akhir tahun.

b. SISTEM PERPETUAL
Menurut mulyadi (2017:18) Dalam sistem perpetual, baik jumlah
penjualan maupun biaya pokok penjualan akan dicatat pada setiap penjualan.
Cara demikian dapat dilakukan karena informasi tentang persediaan diikuti
mutasi masuk-keluarnya, dalam sebuah buku pembantu persediaan. Sehingga
harga pokok barang yang terjual dapat diketahui setiap saat. Sama seperti sistem
periodik, potongan tunai yang diberikan perusahaan akan catat pada akun yang
terpisah, yaitu akun potongan penjualan. Apabila terjadi pengembalian barang,
selain mencatat adanya retur penjualan, juga mencatat pengurangan harga
pokok penjualan dan barang dagangan yang diterima kembali.
Sedangkan pembelian barang dagangan dicatat pada akun persediaan
barang. Akun ini didebit sebesar harga faktur pada saat pembelian. Potongan
tunai pembelian yang diterima dan retur pembelian dicatat sebagai pengurang
akun persediaan. Sedangkan biaya angkut pembelian dicatat sebagai penambah
akun persediaan. Sedangkan biaya angkut pembelian dicatat sebagai penambah
akun persediaan. Pembayaran biaya angkut penjlan barang dagangan, dicatat
pada akun Biaya angkut penjualan dan diperlakukan sebagai biaya operasi.

PENCATATAN TRANSAKSI PERSAHAAN PERDAGANGAN


DENGAN SISTEM PERIODIK DAN PERPETUAL

Keterangan Siste m Fisik Sistem Perpetu al


1. Transaksi Pembelian Dicatat pada akun Dicatat pada akun
Barang Dagangan pembelian (D) Persediaan (D)

2. Pembayaran Dicatat pada akun Dicatat pada akun


Biaya Angkut Persediaan (D)
Pembelian (D)

3. Pengembalian Barang Dicatat pada akun Dicatat pada akun


(Retur Pembelian) Retur pembelian(K) persediaan (D)

37
4. Potongan tunai Dicatat pada akun Dicatat pada akun
Pembelian Pot. Pembelian (K) persediaan (D)

5. Transaksi Penjualan Dicatat pada akun Dicatat pada akun


Barang Dagangan Piutang (D) dan Piutang (D) dan
Penjualan (K) penjualan (K), HPP (D)
Dan Persediaan (K)

6. Pembayaran Beban Dicatat pada akun Dicatat pada akun


Angkut Penjualan Biaya Angkut Biaya Angkut
Penjualan (Biaya Penjualan (Biaya
Operasi) (D) Operasi) (D)

7. Pengembalian Barang Dicatat pada akun Dicatat pada akun


(Retur Penjualan) Retur Penjualan (D) Retur Penjualan (D)
dan Piutang dan Piutang Dagang (K)
Dagang (K) serta akun Persediaan (D)
Dan HPP (K)

8. Potongan Tunai Dicatat pada akun Dicatat pada akun


Penjualan Potongan Penjua Potongan Penjualan (D)
Lan (D)
Gambar 4.3
Perbandingan Pencatatan Transaksi Perusahaan Perdagangan dengan Sistem
Periodik dan Perpetual

E. METODE PENILAIAN PERSEDIAAN (ARUS BIAYA)

Selama setiap periode akuntansi tertentu, kemungkinan besar suatu


barang dibeli dengan beberapa harga yang berbeda. Hal ini seringkali menjadi
permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan. Dalam Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 14 tahun 2012 oleh Ikatan Akuntan
Indonesia (IAI), terdapat beberapa metode penilaian harga pokok penjualan,
yaitu antara lain: 1. Identifikasi Khusus Identifikasi khusus biaya artinya biaya-
biaya tertentu yang diatribusikan ke unit persediaan tertentu. Cara ini
merupakan perlakuan yang sesuai bagi unit yang dipisahkan untuk proyek
tertentu, baik yang dibeli 12 maupun yang dihasilkan. Namun demikian,
identifikasi khusus biaya tidak tepat ketika terdapat jumlah besar unit dalam
persediaan yang dapat menggantikan satu sama lain (ordinarily
interchangeable). Dalam keadaan demikian,
metode pemilihan unit yang masih berada dalam persediaan dapat
dipergunakan untuk menentukan dampaknya dalam laporan laba rugi. 2.

38
Masuk Pertama Keluar Pertama (MPKP) Masuk Pertama Keluar Pertama
(MPKP) mengasumsikan unit persediaan yang pertama dibeli akan dijual atau
digunakan terlebih dahulu sehingga unit yang tertinggal dalam persediaan
akhir adalah yang dibeli atau diproduksi kemudian. 3. Metode Rata-rata Biaya
rata-rata biaya tiap unit yaitu biaya tiap unit ditentukan berdasarkan biaya rata-
rata tertimbang dari unit yang serupa pada awal periode dan biaya unit yang
serupa yang dibeli atau diproduksi selama satu periode. Perhitungan rata-rata
dapat dilakukan berkala atau pada setiap penerimaan kiriman, tergantung pada
keadaan entitas.
Jenis-jenis metode penilaian persediaan menurut Stice (2009) adalah
sebagai berikut:
1. Identifikasi Khusus Biaya dapat dialokasikan ke barang yang terjual
selama periode berjalan dan ke barang yang ada ditangan pada akhir
periode berdasarkan biaya aktual dari unit tersebut. Metode identifikasi
khusus memerlukan suatu cara untuk mengidentifikasikan biaya historis
dari setiap unit persediaan. Dengan identifikasi khusus, arus biaya yang
dicatat disesuaikan dengan arus fisik barang.
2. Metode Biaya Rata-rata Metode biaya rata-rata membebankan biaya rata-
rata yang sama ke setiap unit. Metode ini didasarkan pada asumsi bahwa
barang yang terjual seharusnya dibebankan dengan biaya rata-rata, yaitu
rata-rata tertimbang dari jumlah unit yang dibeli pada tiap harga.
3. Metode Masuk Pertama, Keluar Pertama (First-In, First-Out – FIFO)
Metode masuk pertama, keluar pertama (first-in, first-out – FIFO)
didasarkan pada asumsi bahwa unit yang terjual adalah unit yang lebih
dahulu masuk. 4. Metode Masuk Terakhir, Keluar Terakhir (Last-In, First-
Out – LIFO) Metode masuk terakhir, keluar pertama (last-in, first- out –
LIFO) didasarkan pada asumsi bahwa barang yang paling barulah yang
terjual. 13 Metode penilaian persediaan dan harga pokok penjualan
berdasarkan biaya pembelian.
menurut Kartikahadi (2012) adalah sebagai berikut:
1. Identifikasi Khusus (Spesific Identification) Metode identifikasi khusus
lazimnya diaplikasikan untuk perdagangan atau perusahaan dagang yang
khusus atau unik dan lazimnya bernilai tinggi. Misalnya barang antik, gaun
pengantin yang dirancang khusus, bangunan rumah, kapling tanah menurut
lokasi dan ukuran, dan lainlain.
2.Rata-rata (Average) Dalam metode rata-rata atau metode rata-rata
tertimbang (weighted average) biaya barang tersedia untuk dijual
(persediaan awal dan pembelian) dibagi dengan unit yang tersedia untuk
dijual, untuk mendapatkan biaya rata-rata per unit.
Apabila perusahaan menggunakan metode pencatatan periodik, maka biaya
rata-rata per unit hanya akan dihitung di akhir periode saja. Sedangkan
dalam metode pencatatan perpetual, setiap kali dilakukan pembelian maka
akan dihitung biaya rata-rata per unit yang baru. 3. Masuk Pertama Keluar
Pertama (First In First out – FIFO) Metode ini mengasumsikan bahwa
barang yang pertama dibeli merupakan barang yang pertama

39
dijual. Keunggulan metode ini terletak pada nilai persediaan yang
dilaporkan di laporan keuangan (neraca).
Karena barang yang dibeli pertama diasumsikan dijual pertama kali dan
barang yang dilaporkan sebagai persediaan di neraca mencerminkan harga
perolehan yang terakhir sehingga dalam keadaan perputaran persediaan
normal, nilai persediaan di neraca mendekati nilai sekarang dari
persediaan. Metode harga pokok penjualan dan harga pokok persediaan
akhir menurut Baridwan (2008) antara lain sebagai berikut: 1. Identifikasi
Khusus Metode identifikasi khusus didasarkan pada anggapan bahwa arus
barang harus sama dengan arus biaya. Untuk itu perlu dipisahkan tiaptiap
jenis barang berdasarkan harga pokoknya dan untuk masingmasing
kelompok dibuatkan kartu persediaan sendiri, sehingga masingmasing
harga pokok bisa diketahui. 2. Masuk Pertama Keluar Pertama (FIFO)
Harga pokok persediaan akan dibebankan sesuai dengan urutan terjadinya.
Apabila ada penjualan atau pemakaian barang- barang maka harga pokok
yang dibebankan adalah harga pokok yang paling terdahulu, disusul yang
masuk berikutnya. Persediaan akhir dibebani harga pokok terakhir. 3.
Rata-rata Tertimbang (Weighted Average)
Dalam metode ini barang-barang yang dipakai untuk diproduksi atau dijual
akan dibebani harga pokok rata-rata. Perhitungan harga pokok 14 rata-rata
dilakukan dengan cara membagi jumlah harga perolehan dengan
kuantitasnya. 4. Masuk Terakhir Keluar Pertama (MTKP/LIFO) Barang-
barang yang dikeluarkan dari gudang akan dibebani dengan harga pokok
pembelian yang terakhir disusul dengan yang masuk sebelumnya.
Persediaan akhir dihargai dengan harga pokok pembelian yang pertama
dan berikutnya. 5. Persediaan Besi/Minimum Dalam metode ini dipakai
anggapan bahwa perusahaan memerlukan suatu jumlah persediaan
minimum (besi) untuk menjaga kontinuitas usahanya. Persediaan
minimum (besi) ini dianggap sebagai suatu elemen yang harus selalu tetap,
sehingga dinilai dengan harga pokok yang tetap. 6. Biaya Standar
(Standard Costs) Dalam perusahaan manufaktur yang memakai sistem
biaya standar, persediaan barang dinilai dengan biaya standar, yaitu biaya-
biaya yang seharusnya terjadi. Biaya standar ini ditentukan di muka, yaitu
sebelum proses produksi dimulai, untuk bahan baku, upah langsung dan
biaya produksi tidak langsung. Apabila terdapat perbedaan antara biaya-
biaya yang sesungguhnya terjadi dengan biaya standarnya,
perbedaanperbedaan itu akan dicatat sebagai selisih. 7. Harga Pokok Rata-
rata Sederhana (Simple Average) Harga pokok persediaan dalam metode
ini ditentukan dengan menghitung rata-ratanya tanpa memperhatikan
jumlah barangnya. Apabila jumlah barang yang dibeli berbeda-beda maka
metode ini tidak menghasilkan harga pokok yang dapat mewakili seluruh
persediaan. 8. Harga Beli Terakhir (Latest Purchase Price) Dalam metode
ini persediaan barang yang ada pada akhir periode dinilai dengan harga
pokok pembelian terakhir tanpa

40
mempertimbangkan apakah jumlah persediaan yang ada melebihi jumlah
yang dibeli terakhir. 9. Metode Nilai Penjualan Relatif Metode ini dipakai
untuk mengalokasikan biaya bersama (joint costs) kepada masing-masing
produk yang dihasilkan/dibeli. Masalah alokasi ini dapat timbul dalam
usaha dagang maupun usaha manufaktur. Dalam perusahaan dagang
apabila dibeli beberapa barang yang harganya menjadi satu, timbul
masalah berapakah harga pokok masing-masing barang tersebut.
Pembagian biaya bersama ini dilakukan berdasar nilai penjualan relatif
dari masing-masing barang tersebut. 10. Metode Biaya Variabel (Direct
Costing) Dalam metode ini harga pokok produksi dari produk yang
dihasilkan oleh perusahaan hanya dibebani dengan biaya produksi yang
variabel yaitu bahan baku, upah langsung dan biaya produksi tidak
langsung variabel. Biaya produksi tidak langsung yang tetap akan
dibebankan sebagai biaya dalam periode yang bersangkutan dan tidak
ditunda dalam persediaan. 15 Berdasarkan uraian di atas, masing-masing
metode penilaian persediaan akan menghasilkan nilai harga pokok
penjualan dan persediaan akhir yang berbeda-beda pada laporan keuangan.
Penggunaan metode penilian persediaan ini tergantung pada kebijakan
perusahaan dalam mengambil keputusan. 2.5 Perbandingan Metode FIFO,
LIFO dan Average Ada beberapa perbedaan antara metode penilaian
persediaan FIFO, LIFO dan Average. Menurut Baridwan (2008),
perbedaan tersebut antara lain sebagai berikut: Metode MPKP/FIFO akan
mengakibatkan nilai persediaan dalam neraca dicantumkan dengan harga
sekarang sedangkan dengan metode MTKP/LIFO akan dicantumkan
dengan harga mula-mula yang biasanya tidak pernah berubah, sedangkan
metode rata-rata tertimbang/average hasilnya mendekati metode
MPKP/FIFO. Penggunaan metode MPKP/FIFO dalam keadaan harga-
harga naik akan menghasilkan kenaikan laba bruto dan dalam keadaan
harga-harga turun akan berakibat penurunan laba bruto. Sebaliknya dalam
keadaan harga-harga naik, metode MTKP?LIFO akan menghasilkan
penurunan laba dan dalam keadaan harga-harga turun akan berakibat
kenaikan laba bruto. Laba bruto yang diperoleh dengan cara ratarata
tertimbang/average akan memberikan hasil yang mendekati metode
MPKP/FIFO. Dari uraian di atas dapat disimpulkan perbandingan antara
metode FIFO, LIFO dan Average sebagai berikut: FIFO• - Menghasilkan
harga pokok penjualan yang rendah - Menghasilkan laba kotor yang tinggi
- Menghasilkan persediaan akhir yang tinggi LIFO• - Menghasilkan harga
pokok penjualan yang tinggi - Menghasilkan laba kotor yang rendah -
Menghasilkan persediaan akhir yang rendah Average• - Menghasilkan
harga pokok penjualan, laba kotor dan persediaan akhir yang mendekati
metode FIFO 16 2

41
Bab 5

PIUTANG WESEL
Piutang wesel adalah tagihan kepada pelanggan dari transaksi usaha yang
dilengkapi dengan instrumen kredit berupa wesel, promes, ataupun aksep dan akan
diterima dalam bentuk tunai di masa mendatang.

A. DEFINISI PIUTANG WESEL


Berdasarkan sumbernya, piutang wesel boleh jadi sama dengan piutang
usaha tanpa wesel, misalnya dari penjualan kredit. Pembedanya hanya terletak
pada ada atau tidaknya surat janji tertulis secara formal dari debitor. Janji
tertulis tersebut dinamai wesel, aksep, ataupun promes (promisssory notes).
Wesel adalah surat janji tertulis (instrumen kredit formal) yang menyatakan
bahwa debitor akan membayar sejumlah tertentu, tanpa syarat, di waktu yang
akan datang. Kreditor yang menerima mengakuinya sebagai piutang wesel dan
debitor yang membuat wesel mengakuinya sebgai utang wesel.
Wesel dibedakan menjadi wesel tanpa bunga dan wesel berbunga. Nilai jatuh
tempo wesel tanpa bunga adalah sebesar nilai nominalnya, sedangkan nilai
jatuh tempo wesel berbunga adalah nilai nominal ditambah bunga selama
jangka waktu wesel.
Dari jangka waktunya, wesel dibedakan menjadi wesel jangka panjang dan
wesel jangka pendek. Ukuran pajang-pendeknya jatuh tempo adalah satu tahun
sejak tanggal neraca.
a. PENENTUAN TANGGAL JATUH TEMPO
Tanggal jatuh tempo promes dat dinyatakan dengan tiga alternatif cara,
adalah sebagai berikut :
1. Atas Permintaan. ”Atas permintaan, saya berjanji akan membayar
wesel demikian dapat ditagih kapan pun”.
2. Pada Tanggal Tertent. ”Pada tanggal 16 Mei 2017, saya berjanji akan
membayar. .. ”.
3. Pada Akhir Periode Tertentu.

42
• ”Setahun setelah tanggal 14 Agustus 2017, saya berjanji akan
membayar. .. ”.
• ”Dua bulan setelah tanggal 6 Juni 2017, saya berjanji akan
membayar. .. ”.
• ”Seratus dua puluh hari setelah tanggal 15 Agustus 2017,
saya berjanji akan membayar. .. ”.
Apabila jangka waktu wesel dinyatakan dengan dasar bulanan, maka jatuh
temponya cukup ditentukan dengan menghitung jumlah bulan dari tanggal
dikeluarkannya wesel (tanggal wesel).Misalnya, jatuh tempo wesel 3 bulan
tertanggal 1Mei adalah 1 Agustus. Promes yang bertanggal akhir bulan,
akan jatuh tempo akhir bulan juga. Misalnya,promes 1 bulan tertanggal 31
Mei akan jatuh tempo pada tanggal 30 Juni.

B. AKTIVA TETAP

Menurut Aprianiavionita. (2015: 21) Pengertian Aktiva Tetap Aktiva tetap


adalah aktiva berujud yang digunakan dalam operasi perusahaan dan tidak
dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan. (Haryono
Jusup, 2005; 153) Aktiva tetap adalah aktiva berujud yan berumur lebih dari satu
tahun yang dimiliki oleh perusahaan dengan tujuan untuk dipakai dalam
perusahaan bukan untuk dijual kembali (Wit & Erhans, 2000; 82) Aset tetap adalah
aset berwujud yang
(Slamet Sugiri, 2009; 137) : a. dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau
penydiaan barang atau jasa, untuk direntalkan pada pihak lain, atau untuk tujuan
administratif b. diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode 2.
Klasifikasi Aktiva Tetap Aktiuva tetap biasanya digolongkan menjadi 4
kelompok yaitu
(Haryono Jusup, 2005; 155): a. Tanah : seperti tanah yang digunakan sebagai
tempat berdirinya gedung perusahaan b. Perbaikan tanah : seperti jalan-jalan
diseputar lokasi perusahaan, tempat parker, pagar dan saluran air bawah tanah c.
Gedung : seperti gedung yang digunakan untuk kantor, toko, pabrik dan gudang
d. Peralatan : seperti peralatan kantor, mesin pabrik, peralatan pabrik, kendaraan
dan mebel 3. Penentuan Harga Perolehan Aktiva Tetap Prinsip Akuntansi =>
Aktiva Tetap harus dicatat sesuai dengan Harga Perolehannya. Harga perolehan
meliputi semua pengeluaran yang diperlukan untuk mendapatkan aktiva tetap dan
pengeluaran-pengeluaran lain agar aktiva siap untuk digunakan
(Haryono Jusup, 2005; 155) Harga perolehan adalah harga beli ditambah
seluruh biaya yang dikeluarkan untuk memperolehnya dan menyiapkan aktiva
tetap tersebut sampai siap digunakan
(Wit & Erhans, 2000; 82). Misal : Sebuah computer merk Dell dibeli dengan
harga Rp. 7.500.000 dengan potongan tunai 10 % biaya yang dikeluarkan untuk
install komputer dan pemasangan hingga siap digunakan sebesar Rp. 250.000.
maka harga perolehan komputer tersebut dapat dihitung sbb : Harga beli :
7.500.000 Potongan tunai 10 % : 750.000 – 6.750.000 Biaya install dan pasang :

43
250.000 Harga Perolehan 7.000.000 Jurnal untuk mencatat perolehan aktiva tetap
adalah Komputer 7.000.000 Kas 7.000.000 Untuk penghitungan harga perolehan
dan pencatatan keempat klasifikasi aktiva tetap diatas dapat dibaca di buku
Haryono Jusup halaman 156 s/d 159. Terdapat berbagai cara dalam memperoleh
aktiva tetap, yang akan mempengaruhi penentuan harga perolehan. Berbagai cara
tersebut antara lain : pembelian secara tunai; pembelian kredit; pembelian dengan
wesel bunga; pembelian gabungan (dalam satu paket); membangun sendiri aktiva
dan adanya sumbangan dari pihak lain. a. Pembelian Tunai Dalam pembelian
secara tunai, harga perolehan adalah harga belibersih setelah dikurangi potongan
tunai ditambah dengan pengeluaran-pengeluaran.
Misal : dibeli mesin pabrik Rp. 55.000.000, pengeluaran yang berkaitan
dengan pembelian mesin antara lain : PPN sebesar Rp. 5.500.000; Premi asuransi
sebesar Rp. 550.000 dan biaya pemasangan sebesar Rp. 1.450.000 maka harga
perolehannya : Harga beli : 55.000.000 PPN : 5.500.000 Premi asuransi :
550.000 Biaya pemasangan : 1.450.000 Harga perolehan 62.500.000 Jurnal Mesin
pabrik 62.500.000 Kas 62.500.000 b. Pembelian dengan Kredit Pembelian secara
kredit jangka panjang pada umumnya melibatkan bunga. Bunga dapat ditetapkan
secara eksplisit dan secara implisit. Bunga eksplisit dalam pembelian kredit adalah
bunga yang ditetapkan secara jelas/terus terang Bunga implisit : bunga yang
ditetapkan tidak secara terus terang sehingga harus mencari terlebih dahulu
bunganya.
Baik secara eksplisit maupun secara implisit bunga tidak boleh dimasukkan
dalam menghitung harga perolehan karena bunga bukan merupakan pengorbanan
untuk memperoleh aktiva tetap, tetapi pengorbanan untuk menggunakan dana
pihak lain. Contoh bunga elsplisit Pada tanggal c. Pembelian dengan
Menggunakan Wesel Berbunga Dalam pembelian aktiva dengan jumlah rupiah
yang besar, kadangkadang perusahaan membayarnya dengan wesel erbunga.
Biasanya pembeli diwajibkan membayar uang muka dan sisanya dibayar dengan
wesel berbunga dimana bunga wesel dibayar pada saat jatuh tempo wesel tersebut.
Harga perolehan aktiva dihitung dengan jumlah uang muka ditambah nilai nominal
wesel. Sedangkan biaya bunga merupakan biaya pendanaan (financing cost) yang
dicatat dengan mendebet rekening biaya bunga.
Contoh : PT FEDNY membeli peralatan pabrik dengan harga tunai 120.000.000
Uang muka yang diberikan sebesar 20.000.000 dan sisanya dibayar dengan wesel
berbunga janka waktu 1 tahun bunga 10 %. Jurnal untuk mencatat pembelian
aktiva tetap tersebut : Peralatan pabrik 120.000.000 Kas 20.000.000 Utang wesel
100.000.000 (untuk mencatat uang muka dan penarikan utang wesel) Pada saat
jatuh tempo wesel, dibayarkan nilai nominalnya ditambah dengan bunga sebesar
10.000.000 ( 100.000.000 x 10%) dan dicatat dalam jurnal
: Utang wesel 100.000.000 Biaya bunga 10.000.000 Kas 110.000.000 d. Pembelian
dalam satu paket (gabungan) Pembelian dalam satu paket (gabungan) sering
disebut sebagai pembelian secara lump-sum. Harga paket (borongan)didasarkan
pada harga perolehan masing-masing aktiva tetap yang ditentukan dengan harga
pasar .

44
Misal: PT LISA pada tanggal 1 januari 2010 membeli tanah, gedung dan
peralatan dengan harga total 100.000.000 dan harga pasar masingmasing sebesar
45.000.000 untuk tanah, 75.000.000 untuk gedungnya dan 30.000.000 untuk
peralatan. Hitunglah alokasi harga perolehan masing-masing aktiva tersebut dan
buatlah jurnalnya. Golongan Harga Pasar % dari HP & Perhitungan Alokasi Tanah
45.000.000 30 % x 100.000.000 30.000.000 Gedung 75.000.000 50 % x
100.000.000 50.000.000 Peralatan 30.000.000 20 % x 100.000.000 20.000.000
150.000.000 100 % 100.000.000 Jurnal untuk mencatat pembelian aktiva tetap
secara gabungan Tanah, gedung & peralatan 100.000.000 Kas 100.000.000 Jurnal
untuk mencatat alokasi harga perolehan masing-masing aktiva Tanah
30.00.00 Gedung 50.000.000 Peralatan 20.000.000 Tanah, gedung & peralatan
100.000.000 e. Membangun sendiri Perusahaan terkadang membangun sendiri
aktiva tetapnya.
Misalkan perusahaan membangun sendiri kantornya, garasi ataupun
gudangnya. Harga perolehan aktiva yag dibangun sendiri oleh perusahaan terdiri
dari harga material atau bahan bangunan yang dipakai, upah tenaga kerja, dan
biaya lain-lain meliputi listrikdan depresiasi aktiva tetap perusahaan yang
digunakan untuk membangun. Dimunkinkan pula adanya biaya bunga jika
perusahaan dala membangun meminjam dari pihak luar sehingga biaya bunga
dimasukkan dalam unsur harga perolehan tetapi hanya biaya bunga selama masa
konstruksi saja. Jika setelah masa konstruksi belum lunas maka biaya bunga
dibebankan sebagai biaya periodik dalam kelompok biaya diluar usaha dalam
laporan laba rugi. Jika harga perolehan aktiva dengan membangun sendiri lebih
kecil dari (lebih rendah) dari harga aktiva sejenis, perusahaan tidak diperkenankan
mengakui adanya keuntungan akibat membangun sendiri. f. Sumbangan Aktiva
tetap dapat diperoleh dari sumbangan, misalnya sumbangan dari pemerintah atau
lembaga lain. Meski untuk memperoleh sumbangan tidak ada pengorbanan yang
dikeluarkan, akuntansi tetep mencatatnya karena akuntansi merupakan alat
pertanggugjawaban. Aktiva tetap dari sumbangan didebit dan akun lawannya
adalah modal sumbangan. Nilainya adalah sebesar nilai wajar pada saat
sumbangan itu diterima.
Contoh: Pada tanggal 27 januari 2017 PT Bejobanget menerima sumbangan
dari pemerintah daerah berupa tanah. Nilai wajar tanah dilokasi setempat adalah
75 juta. Hitunglah harga perolehan tanah dan buatlah jurnal yang diperlukan.
Karena nilai wajar tanah sebesar 75 juta rupiah maka harga perolehan tanah
sumbangan tersebut sebesar 75 juta rupiah juga. Jurnal : 27/1 Tanah 75.000.000
Modal dari sumbangan 75.000.000

DEPRESIASI (PENYUSUTAN) Depresiasi adalah proses pengalokasian harga


perolehan aktiva tetap menjadi biaya selama masa manfaatnya dengan cara yang
rasional dan sistematis (Haryono Jusup, 2005; hal 162). Penyusutan adalah alokasi
sistematis jumlah yang dapat disusutkan dari suatu asset selama umur manfaatnya.
Depresiasi/ penyusutan bukan merupakan penilaian aktiva tetap tetapi merupakan
proses pengalokasian harga perolehan. Alokasi dilakukan sepanjang umur manfaat
yang dapat berupa periode waktu atau jumlah

45
produksi/unit yang diharapkan akan diperoleh dari aktiva tetap tersebut.
Akumulasi depresiasi aktiva tetap menggambarkan jumlah depresiasi yang telah
dibebankan sebagai biaya, bukan menggambarkan dana yang telah dihimpun. a.
Akuntansi untuk penyusutan Terdapat 3 faktor yang harus dipertimbangkan dalam
penyusutan : 1. Harga perolehan (cost) Harga perolehan suatu aktiva meliputi
seluruh pengeluaran yang berkaitan dengan perolehan dan penyiapannya untuk
dapat digunakan. 2. Nilai residual atau nilai sisa (residual value / salvage value)
Jumlah yang diperkirakan dapat direalisasikan pada saat aktiva tersebut tidak
digunakan lagi 3. Masa atau umur manfaat aktiva tetap Aktiva tetap memiliki masa
manfaat terbatas. Keterbatasan tersebut karena berbagai faktor seperti keausan,
kecacatan, kemerosotan nilai, kerusakan (kecuali tanah)
Metode penyusutan Ada 4 metode penyusutan aktiva tetap yang dikenal secra
umum yaitu:
1. Metode Garis Lurus (Straight-Line Method)
2. Metode Unit Produksi (Units-of-Production Method) atau satuan hasil
3. Metode saldo menurun (Declining Balance Method)
4. Metode jumlah angka tahun (Sum-of-the-Years-Digits Method)

46
DAFTAR PUSTAKA

1. Agus Ristono. 2013. Manajemen Persediaan. Penerbit Graha Ilmu, Yogyakarta

2. Achmad Tjahjono dan Sulastiningsih. 2014. Akuntansi Pengantar Pendekatan


Terpadu. Yogyakarta: Unit Penerbit Dan Percetakan Akademi Manajemen
Perusahaan YKPN

3. Anwar dan Karamoy. 2014. Analisis Penerapan Metode Pencatatan Dan


Penilaian Terhadap Persediaan Barang Menurut PSAK No.14 Pada PT. Tirta
Investama DC Manado. Jurnal EMBA. ISSN 2303-1174 Vol.2 No.2. Jurusan
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sam Ratulangi Manado.
Hal 1296-1305.

4. Aprianiavionita. 2015. Pengakuan dan Pengukuran Aset Tetap. Diambil dari


dokumen.tips/document/pengakuan-dan-pengukuran-aset-tetap.html. Diakses
pada tanggal 3 Januari 2016

5. Bambang Riyanto, 2014, Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi Ketiga,


Yogyakarta: BPFE.

6. Baridwan, Zaki. 2008. Intermediate Accounting edisi 8. Yogyakarta: BPFE

7. Endang R, Sri, dkk, 2011. Modul Mengelola Dana Kas Kecil. Jakarta:Erlangga

8. Fahmi, Irham dan Lavianti, Novi, 2009, Teori Portofolio dan Analisis Investasi,
Alfabeta, Bandung.

9. Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI). 2018. Pernyataan Standar Akuntansi


Keuangan (PSAK) No.69: Agrikultur, Jakarta: IAI

10. Krismiaji, 2015. Sistem Informasi Akuntansi, Edisi Kedua; Yogyakarta :


Akademi Manajemen. Perusahaan YKPN.

47
11. Moh.Wahyudin Zarkasyi, (2015), Sistem Pengendalian Internal pada Badan
Usaha Manufaktur, Perbankan dan Jasa Keuangan Lainnya, Bandung:Aflabeta.

12. Mulyadi, Sistem Akuntansi, Yogyakarta: Salemba Empat, 2013.

13. Slamet, Sugiri, S. Bogat, Agus, R. 2016, Akuntansi Pengantar 1, Edisi


Kesembilan, Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN, Yogyakarta.

48

Anda mungkin juga menyukai