Oleh:
Annisa Ersa Fatimah
Yuni Melani Sari
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perguruan tinggi adalah lembaga pendidikan yang tertinggi dalam sistem pendidikan
nasional di semua negara. Posisinya tidak jauh berbeda dengan pendidikan dasar atau
menengah yang berfungsi untuk mengembangkan potensi peserta didik agar tumbuh dan
berkembang sebagai anggota masyarakat yang normal tetapi perguruan tinggi memiliki
misi yang lebih jauh dari sekedar menghasilkan lulusan yang pandai, handal dalam
mengelola ilmunya dan mampu menerapkan dalam dunia kerja. Perguruan tinggi harus
bisa mengantarkan peserta didiknya memahami dirinya sendiri, menentukan peran dirinya
dalam masyarakat dan menjadikannya sebagai manusia yang jauh lebih baik dari yang
sebelumnya. Perguruan tinggi bukanlah perusahaan yang senantiasa hanya mengejar
keuntungan financial, tetapi juga bukan badan amal, melainkan sebuah industri paling
vital yang harus dikelola secara efektif dan efisien. Globalisasi telah mendorong
timbulnya persaingan yang sangat kompetitif dalam dunia jasa pendidikan. Perguruan
tinggi saling berlomba untuk mengembangkan seluruh potensi dan kemampuannya guna
menarik minat calon mahasiswa. Kemampuan bersaing tersebut sangat dipengaruhi oleh
kinerja manajemen perguruan tinggi yang bersangkutan dalam merencanakan strategi
yang berorientasi dalam rangka membangun daya saing yang tinggi.
Berkaitan dengan hal itu, maka tentunya manajemen pendidikan tinggi harus
diperhatikan dan dikelola dengan baik, guna terciptanya system pendidikan tinggi yang
berkualitas. Secara umum, aktivitas manajemen dalam organisasi diarahkan untuk
mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien. Manajemen adalah proses bekerja
sama antara individu dan kelompok serta sumber daya lainnya dalam mencapai tujuan,
organisasi adalah sebagai aktivitas manajemen. Dengan kata lain, aktivitas manajerial
hanya ditemukan dalam wadah sebuah organisasi, baik organisasi bisnis, sekolah dan juga
lainnya. Istilah manajemen sudah populer dalam kehidupan organisasi. Dalam makna
yang sederhana, “management” diartikan sebagai pengelolaan. Suatu proses menata atau
mengelola organisasi dalam mencapa itujuan yang diinginkan dipahami sebagai
manajemen. Dari arti secara bahasa tersebut, dapat dipahami bahwa manajemen adalah
pekerjaan aktif untuk mencapai sesuatu yang diharapkan. Jika dalam sebuah organisasi
tidak ada gerak aktif yang terus menerus dan terarah, maka organisasi tersebut belum
terdapat manajemen yang baik. Dengan kata lain manajemen adalah proses universal
berkenaan dengan adanya jenis lembaga, berbagai posisi dalam lembaga, atau
pengalaman pada lingkungan yang beragam luasnya antara berbagai persoalan kehidupan.
Manajemen adalah kerjasama melalui orang atau kelompok untuk mencapai tujuan
bersama. Dari kutipan tersebut dapat dipahami bahwa manajemen adalah sebuah kerja tim
yang berusaha untuk mewujudkan impian dan cita-cita bersama, cita-cita dan impian
bersama diwujudkan dengan kerjasama dalam tim yang saling mendukung satu dengan
lainnya dalam wadah organisasi yang sama.
Dalam makalah ini, penulis menjelaskan secara detil mengenai manajemen yang ada
di pendidikan tinggi. Tentu tidak semuanya sama dengan manajemen yang ada di
tingkatan PAUD, SD, SMP, maupun SMA. Penulis mengulas secara lebih dalam
mengenai manajemen pendidikan tinggi baik dari segi manajemen pembelajaran,
manajemen SDM, manajemen pembiayaan, manajemen sapras, manajemen humas, dan
isu-isu kritis yang berkaitan dengan manajemen pendidikan tinggi.
Dari penjelasan latar belakang yang dipaparkan di atas, maka penulis menyimpulkan
dalam makalah ini dengan rumusan masalah dan tujuan sebagai berikut:
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah system manajemen pendidikan di perguruan tinggi?
2. Adakah isu-isu kritis mengenai manajemen pendidikan tinggi?
C. Tujuan
1. Mengetahui system manajemen pendidikan di perguruan tinggi
2. Menjelaskan isu-isu kritis mengenai manajemen pendidikan tinggi.
BAB II
LANDASAN TEORI
Dengan kata lain, istilah manajemen bisa dipahami dengan merujuknya secara
diakronik pada berbagai muasal bahasa, seperti management dalam bahasa Prancis Kuno,
yang memiliki arti seni melaksanakan dan mengatur; atau maneggiare dalam bahasa Italia
yang berarti “mengendalikan”. Dalam rujukan kebahasaan lainnya, istilah manajemen
seperti terdapat dalam bahasa Inggris (to manage), memiliki arti melaksanakan dan
mengatur. Sementara dalam bahasa Cina, manajemen ini diterjemahkan dengan istilah
Kuan Lee. Istilah Kuan Lee sendiri berasal dari dua kata, yaitu Kuan Khung (mengawasi
orang kerja) dan Lee Chai (mengurusi uang), sehingga istilah Kuan Lee tersebut dapat
didefi nisikan sebagai tindakan mengawasi atau mengatur orang bekerja dan mengurusi
atau mengatur administrasi keuangan dengan baik dan benar.
Mary Parker Follett (1868-1933); management is the art of getting things done
through people. Manajemen dalam pengertian Mary Parker Follett ini merupakan seni
dalam mencapai tujuan melalui orang lain. Definisi ini mengandung arti bahwa mereka
yang melakukan praktik manajemen, atau secara sederhana seorang manajer,
sebagaimana laiknya seniman, harus bisa melakukan segenap upaya yang diperlukan
untuk mencapai tujuan organisasi melalui pengaturan orang lain dan menganggap upaya
tersebut sebagai sebuah karya yang harus diselesaikan.
James A.F. Stoner (1987); “management is the process of planning, organizing,
leading and controlling the effort of organization member and of using all other
organizational resources to achieve stated organizational goals.” Pengertian ini
menjelaskan bahwa manajemen merupakan suatu proses perencanaan, pengorganisasian,
kepemimpinan, dan pengawasan terhadap usaha-usaha anggota organisasi dan
penggunaan semua sumber organisasi lainnya untuk mencapai tujuan organisasi yang
telah ditetapkan.
Tahap perencanan yang harus dilakukan oleh tenaga pendidik yaitu perencanan yang
strategis, dan harus dilakukan supaya menghasilkan RPS (Rencana Pembelajaran Semester)
perangkat pembelajaran, seperti instrumen penilaian dan objek pembelajaran yang efisien dan
efektif. Tenaga pendidik harus melakukan beberapa tahapan dalam merancang RPS (Rencana
Pembelajaran Semester) (Sumantri dkk,2020).
Pimpinan fakultas dan prodi dan tenaga pendidik perlu melakukan perencanaan asesmen dan
umpan balik/feedback pembelajaran yang telah berlangsung dengan mengumpulkan
informasi-informasi, supaya dapat diketahui mengenai tujuan pembelajaran yang telah
direncanakan sudah tercapai dengan baik atau belum (Sumantri dkk,2020).
Proses pembelajaran yang akan dilaksanakan perlu disiapkan dengan baik tersedianya LMS
(Learning Management System) yang akan digunakan atau menggunakan teleconference
interaksi. Sinkron ini menggunakan modus konferensi video. Ini sangat penting karena media
tersebut diperlukan untuk mempertegas kehadiran dosen sebagai fasilitator pembelajaran.
Media yang dapat digunakan antara lain Cisco, Webex, Zoom Meeting, Google Meet, atau
platform-platform lain yang sekiranya bisa menunjang untuk pembelajaran yang dilakukan
antara tenaga pendidik dan mahasiswa. Setiap /platform tersebut memiliki kelebihan dan
kekurangan, tetapi bagaimana tenaga pendidik memilih sesuai dengan kebutuhan dan
manfaatnya. Berarti, perlunya penguasaan penggunaan media oleh dosen supaya proses
pembalajaran dapat berlangsung. Tentu di sini perlu pengerak yang memfasilitasi tenaga
pendidik. (Sumantri dkk,2020).
Evaluasi sangat penting direncanakan dan dilaksanakan. Adanya perencanaan yang matang
akan akan memudahkan untuk mengadakan evaluasi karena kriteria evaluasinya sudah
ditentukan dan memudahkan dalam mencari solusi atau perbaikan. Evaluasi pembelajaran
daring tentu berbeda dari biasanya. Karena fasilitas dan proses pun berbeda, tetapi keduanya
memunyai tujuan yang sama. Yaitu untuk menjaga kualitas dan meningkatkan tercapainya
goals serta ketertarikan mahasiswa selama pembelajaran. Hal-hal yang dapat dievaluasi
dalam proses pembelajaran diantaranya (1) efektivitas proses pembelajaran yang
dilaksanakan (2) proses dan objek yang ada (3) kepuasan dosen dan mahasiwa terhadap
fasilitas yang digunakan (Sumantri dkk,2020).
Sumber yang paling penting dalam setiap organisasi adalah manusia. Oleh karena itu,
dalam suatu organisasi manusia memiliki peran penting yang sangat strategis dalam
mencapai tujuan organisasi. SDM/sumber daya manusia adalah orang yang siap, mau, dan
mampu memberi sumbangan terhadap usaha pencapaian tujuan organisasi. Mengingat sangat
pentingnya peran SDM bagi kepentingan organisasi, maupun kepentingan pribadi, maka
pengembangan SDM dan peningkatan kualitas SDM dalam setiap organisasi merupakan hal
yang sangat penting dan harus diperhatikan oleh setiap manajer. Dalam hal ini,
pengembangan diri (self development) dan peningkatan diri (self improvement) oleh setiap
orang (SDM), dalam rangka mencapai tujuan pribadi, maupun tujuan organisasi secara
optimal. Pembahasan fungsi dan tujuan manajemen SDM adalah agar pengelolaan SDM di
perguruan tinggi dapat berjalan dengan baik, dalam arti memenuhi tuntutan individual
personel dan juga tujuan oraganisasi perguruan tinggi itu sendiri.
Manajemen SDM perguruan tinggi sebagai bagian dari pengelolaan segenap civitas
akademika. Salah satu tantangan (challenge) bagi manajer pendidikan tinggi khususnya
manajemen SDM yakni menghadirkan profesi dosen profesional dimana out-put akhirnya
kampus mampu menghasilkan lulusan yang kompeten dalam bidangnya masing-masing.
Sekaligus eksistensi dosen profesional menjadi kebutuhan untuk mewujudkan visi dan misi
perguruan tinggi tersebut. konsep manajemen secara umum, manajemen SDM perguruan
tinggi dapat didefenisikan sebagai usaha merencanakan, mengorganisasikan, menggerakkan
dan menilai SDM perguruan tinggi sehingga mampu memberikan kontribusi sebesar-
besarnya bagi pengembangan perguruan tinggi dan pencapaian program maupun rencana
kerja. Kajian manajemen SDM perguruan tinggi merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari konteks Manajemen Sumber Daya Manusia yang sudah berevolusi mengkhususkan
pengelolaan sumber daya manusia di perguruan tinggi.
Manajemen SDM perguruan tinggi menjadi sebuah konsep, fakta dan gagasan, suatu
kelompok (genus), komunitas kampus maupun personal. Manajemen SDM perguruan tinggi
lebih menekankan bagian-bagian yang rumit dari sosok seorang dosen sebagai manusia biasa
maupun kelompok masyarakat intelektual (terpelajar) yang bisa dielaobrasi dalam kajian
ilmiah maupun kultural. Sumber daya manusia (human resource) adalah the people who are
ready willing, and able to contribute to organizational goals. Sudah barang tentu, yang
dimaksud dengan organizationl goals disini bukan hanya untuk pengelolaan sumber daya
manusia yang ada di dunia industi, politik, pemerintah, melainkan juga untuk perguruan
tinggi, baik secara scientific maupun cultural yang dikenal dengan konsep manajemen SDM
perguruan tinggi. Eksistensi manajemen SDM perguruan tinggi menjadi ‖challenge‖ sekaligus
kebutuhan perguruan tinggi dan stakeholdernya. Dimana manajemen SDM perguruan tinggi
tentu lebih menfokuskan pekerjaannya dalam hal mengurus (memenej) segenap potensi dosen
maupun meminimalisirkan berbagai kekurangan yang dimilikinya. Sehingga pada akhirnya
manajemen SDM perguruan tinggi mampu menampilkan profil dosen profesional sesuai
dengan amanah yang dipikulnya, mengemban Tri Dharma Perguruan tinggi. Dosen bukan
saja sekedar pandai dalam menyampaikan materi perkuliahan, namun mereka juga dituntut
untuk profesional melakukan penelitian-penelitian (research) ilmiah dan cerdas dalam
pengabdian kepada masyarakat.
Kinerja dari manajemen SDM perguruan tinggi adalah keberhasilannya dalam melakukan
pengembangan potensi dosen, maksudnya mampu memberdayakan komponen SDM
perguruan tinggi melalui tindakan optimal terhadap faktor-faktor pembentuk produktivitas
kerja personal dosen, maupun kelompok fungsional dosen. Hal ini selaras dengan pendapat
Castetter (1982;275) menyatakan bahwa pengembangan harus di pandang sebagai kegiatan
untuk meningkatkan kemampuan perseorangan maupun group agar mereka lebih
bertanggungjawab dalam sistem yang di bentuk. Parameter berkembangnya dosen dalam
melaksanakan tugas dan fungsinya bukan hanya di lihat dari produktivitas pelaksanaan tri
dharma perguruan tinggi, pendidikan dan pengajaran, penelitian serta pengabdian kepada
masyarakat. Secara normative ketiga hal itu juga bisa di lihat dari; a) jenjang pendidikan, b)
jabatan fungsional. Untuk melihat itu secara objektif, kebutuhan manajemen SDM perguruan
tinggi menjadi hal yang tidak bisa dipungkiri. Manajemen SDM perguruan tinggi yang mesti
memahami, bagaimana seorang dosen menjalankan kegiatan akademiknya sekaligus
mengembangkan diri sesuai dengan fitrah tugas dan fungsinya dalam melaksanakan
tridharma perguruan tinggi. Jadi Fokus utama manajemen SDM perguruan tinggi adalah
memberikan kontribusi pada suksesnya institusi perguruan tinggi. Kunci untuk meningkatkan
kinerja organisasi kampus adalah dengan memastikan aktivitas SDM dosen mendukung
usaha organisasi yang terfokus pada produktivitas, pelayanan dan kualitas. Produktivitas
SDM dosen diukur dari jumlah output kerja, peningkatan tanpa henti pada produktivitas kerja
terutama dalam kompetisi global.
Untuk mencapai sasaran tersebut, manajemen SDM perguruan tinggi haruslah terdiri dari
aktivitas-aktivitas yang saling berkaitan, diantaranya perencanaan dan analisis SDM,
kesetaraan kesempatan bekerja, rekruitmen, pengembangan budaya kerja, pendidikan dan
pelatihan (diklat), kompensasi, insentif, kesehatan, keselamatan dan keamanan kerja,
hubungan kerja yang kondusif dan lain-lainnya. Semua aktivitas-aktivitas SDM yang ada di
perguruan tinggi dikelola oleh unit kerja Manajemen SDM perguruan tinggi. Intinya
manajemen SDM perguruan tinggi harus mampu menghadirkan dosen berkualitas yang
memiliki budaya kerja professional. Buku ini mencoba mengelaborasi manajemen SDM
perguruan tinggi dengan pendekatan budaya kerja.
Dengan demikian profesi dosen bisa dikategorikan sebagai pekerjaan khusus multi talenta
dan keterampilan paripurna yang dilaksanakannya berdasarkan prinsip;
Selain dosen sebagai penunjang SDM yang penting dalam perguruan tinggi, ada SDM
lain yang juga turut serta membantu keberhasilan sebuah perguruan tinggi. Seperti
administrator, pustakawan, teknisi, dan laboran. SDM-SDM tersebut, tentu direkrut
sesuai dengan bidang dan kemahirannya masing-masing. Tujuannya adalah agar
terciptanya perguruan tinggi yang berkualitas dan berkompeten. Juga mengantisipasi
apabila ada kecurangan atau hal-hal lain, baik dari factor internal maupun eksternal.
Dengan adanya SDM yang mumpuni di bidangnya, maka itu akan meminimalisir hal-
hal yang tidak diinginkan.