Anda di halaman 1dari 6

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

BAB I PENDAHULUAN
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan merupakan hal fundamental dalam peradaban manusia di
dunia, melalui pendidikan pembangunan sumber daya manusia dapat mewujudkan
insan yang memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam memenuhi modernisasi
yang semakin kompleks. Salah satu kemampuan mendasar yang harus dimiliki
siswa dalam pendidikan adalah membaca. Kemampuan membaca harus dimiliki
karena termasuk kemampuan pokok dalam kegiatan belajar mengajar. Oktadiana
(2019: 145) mengemukakan bahwa kemampuan membaca mempunyai peranan
untuk membantu siswa mempelajari banyak hal sehingga kemampuan membaca
harus dikuasai dengan baik. Berdasarkan data Pusat Penelitian Pendidikan
Kemdikbud (2019: 52) diperoleh informasi bahwa nilai siswa Indonesia di bidang
membaca lebih rendah 42 poin dibandingkan rata-rata negara ASEAN dalam
Programme for International Student Assessment (PISA) tahun 2018.
Bersumberkan informasi tersebut, siswa Indonesia memiliki kemampuan membaca
yang dikategorikan rendah. Oleh karena itu, usaha untuk meningkatkan
kemampuan membaca di Indonesia perlu dimaksimalkan mengingat kemampuan
membaca mutlak menjadi kebutuhan dalam proses belajar.
Implikasi membaca dengan kehidupan memiliki peran penting untuk
mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kemampuan membaca
akan mempermudah siswa mengikuti pelajaran yang diberikan oleh guru di sekolah
bahkan, dalam aktivitas sehari-hari kemampuan ini juga sangat diperlukan. Contoh
aktivitas yang memerlukan kemampuan membaca yaitu untuk mengetahui petunjuk
penggunaan suatu alat atau petunjuk melakukan sesuatu dan untuk memperoleh
informasi dari suatu bacaan. Membaca akan memperluas nuansa pemikiran dan
menunjang perolehan informasi (Artana, 2015: 22).
Upaya untuk memaksimalkan potensi siswa agar memiliki kemampuan
membaca yang baik dimulai dengan mengajarkan siswa SD membaca permulaan
yang merupakan pembelajaran dasar untuk mempelajari kemampuan membaca.

1
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Purnanto dan Mahardika (2017: 228) menyebutkan bahwa membaca permulaan


ditandai dengan melek huruf. Selaras dengan pendapat tersebut, Muammar (2020:
12) menjelaskan bahwa dalam membaca permulaan siswa belajar mengenal huruf
atau deretan huruf menjadi bunyi bahasa dengan menitikberatkan pada aspek
ketepatan menyuarakan tulisan, lafal, dan intonasi yang wajar. Membaca permulaan
adalah tahap mula dalam belajar membaca. Tahapan siswa mempelajari bunyi
huruf, bentuk huruf, dan deretan huruf yang membentuk bunyi bahasa dengan
dilafalkan inilah yang disebut tahap membaca permulaan.
Kemampuan membaca tidak diperoleh secara alamiah tanpa belajar
sehingga perlu mendapat bimbingan atau pembelajaran dari guru atau pendidik.
Pembelajaran membaca permulaan biasanya dilaksanakan saat anak pertama
memasuki Sekolah Dasar. Pratiwi dan Ariawan (2017: 70) serta Rahma dan Dafit
(2021: 398) menyebutkan bahwa membaca permulaan berlangsung selama dua
tahun untuk jenjang kelas satu dan kelas dua Sekolah Dasar sehingga kelas 2 masih
dikategorikan tahap pembelajaran membaca permulaan.
Krissandi, Widharyanto, dan Dewi (2018:34) mengemukakan bahwa
membaca merupakan keterampilan berbahasa yang memiliki tujuan untuk
memahami ide, gagasan, serta perasaan yang terdapat pada teks yang dibaca. Selain
itu, Dewi (2021: 5-6) juga mengungkapkan bahwa pembelajaran Bahasa Indonesia
khusunya pembelajaran membaca di SD akan meningkatkan kemampuan
berkomunikasi secara efektif baik lisan maupun tertulis sehingga pembelajaran
membaca yang tercangkup dalam pembelajaran Bahasa Indonesia memegang
peranan penting untuk mendukung siswa agar memiliki kemampuan berbahasa
yang baik kemudian hari. Oleh karena itu, kemampuan membaca yang baik perlu
dimiliki dan kegiatan membaca perlu dibiasakan.
Guru dan siswa merupakan komponen pembelajaran yang memiliki peran
penting dalam keberhasilan pendidikan sehingga guru dan siswa perlu bersinergi
agar dapat mencapai tujuan pembelajaran. Berkaitan dengan pembelajaran
membaca, masih terdapat siswa yang mengalami hambatan dalam membaca di
kelas 2. Oktadiana (2019) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Kesulitan
Belajar Membaca Permulaan Siswa Kelas II pada Mata Pelajaran Bahasa
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Indonesia di Madrasah Ibtidaiyah Munawariyah Palembang menyebutkan


hambatan yang dialami siswa kelas 2 dalam membaca permulaan adalah kesulitan
mengeja huruf menjadi suku kata, kesulitan mengeja suku kata menjadi kata, dan
kesulitan membedakan huruf “b” dan “d” serta “p” dan “q”. Hambatan membaca
yang didapati di kelas 2 dalam penelitian tersebut mengakibatkan siswa belum
dapat membaca dengan lancar. Guru atau pendidik yang berkiprah dalam
pendidikan khususnya di kelas rendah kadang belum memahami siswa yang
memiliki hambatan dalam pembelajaran membaca. Oleh karena itu, guru perlu
memberikan perhatian lebih kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam
membaca permulaan (Rahma & Dafit, 2021: 406).
Windrawati, Solehun dan Gafur (2020: 11) mengemukakan faktor-faktor
penghambat pembelajaran membaca berasal dari faktor internal yang berasal dari
diri anak yang meliputi faktor fisik, intelektual dan psikologis. Adapun faktor
eksternal yang berasal dari luar diri anak mencakup lingkungan keluarga dan
sekolah. Selain itu, Astia (2020: 11) menyebutkan faktor yang menjadi penghambat
pembelajaran membaca permulaan berasal dari faktor internal (faktor dari siswa)
dan faktor eksternal (dari lingkungan siswa). Bersumber dari paparan di atas
didapati bahwa terdapat faktor-faktor yang menjadi penghambat dalam
pembelajaran membaca permulaan yang berasal dari faktor internal (dari siswa) dan
faktor eksternal (lingkungan siswa).
Berdasarkan Kurikulum Pendidikan SD Negeri Ambalkebrek Tahun
Ajaran 2021/2022 dipaparkan bahwa Kompetensi Dasar Bahasa Indonesia yang
harus dicapai siswa kelas 2 antara lain KD 3.8 menggali informasi dari dongeng
binatang (fabel) tentang sikap hidup rukun dari teks tulis dan KD 4.8 menceritakan
kembali teks dongeng binatang (fabel) yang menggambarkan sikap hidup rukun.
Lebih lanjut, Badan Standar Nasional Pendidikan (2020: 156) menyatakan bahwa
fokus pembelajaran bahasa di kelas 2 yaitu siswa dapat membaca cerita rakyat
(dongeng, hikayat) sesuai dengan usianya dan mengungkapkan isi cerita sehingga
untuk mencapai kompetensi dasar dan fokus pembelajaran bahasa di kelas 2
tersebut salah satu indikator yang harus dicapai adalah membaca teks dongeng
dengan saksama agar dapat menggali informasi dari dongeng yang dibaca.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Kemampuan membaca yang lancar seharusnya sudah dimiliki oleh siswa kelas 2
untuk mencapai kompetensi dasar yang diharapkan dalam pembelajaran.
Observasi pembelajaran yang telah dilakukan di kelas 2 SD Negeri
Ambalkebrek pada tanggal 11 dan 30 Desember 2021 (lampiran ke-25, hal.149)
diperoleh data bahwa masih terdapat siswa yang mengalami hambatan membaca.
Hambatan membaca yang dialami siswa yaitu: terlalu lambat dalam membaca;
membaca dengan bantuan guru, kesulitan membedakan beberapa huruf seperti “d”
dan “b”; membaca terbata-bata atau tidak lancar membaca; tidak memperhatikan
tanda baca; dan membaca tidak sesuai dengan tulisan seperti “makna” dibaca
“makan” serta “menunjang” dibaca “memanjang”. Kondisi kemampuan siswa
dalam membaca tersebut belum sesuai dengan KD pembelajaran Bahasa Indonesia
kelas 2 Kurikulum pendidikan SD dan fokus pembelajaran membaca kelas 2
berdasarkan Standar Nasional Pendidikan yang telah disebutkan sebelumnya yang
seharusnya siswa kelas 2 diharapkan sudah dapat membaca karya cerita rakyat dan
mengungkapkan isi cerita yang dibaca.
Wawancara dengan guru kelas 2 SD Negeri Ambalkebrek diperoleh
informasi bahwa di kelas 2 terdapat beberapa siswa yang belum lancar membaca.
Selain itu, mayoritas orang tua siswa kelas 2 bekerja sebagai buruh dan petani,
sehingga menurut guru kelas 2 pekerjaan tersebut menyebabkan orang tua kurang
memperhatikan kondisi belajar anak di rumah karena sibuk bekerja. Perhatian orang
tua merupakan salah satu faktor penting yang berperan untuk memonitor belajar
anak di rumah sehingga keikutsertaan orang tua untuk mendukung prestasi anak di
sekolah merupakan hal yang diperlukan. Peran orang tua yang baik yaitu
memberikan motivasi kepada anak dalam mengerjakan tugas rumah (PR) serta
melarang anaknya tersebut menonton televisi sebelum belajar (Apriani, Budjang,
dan Imran, 2017: 7).
Berdasarkan observasi pembelajaran dan wawancara terhadap guru kelas
2, peneliti memilih kelas 2 SD Negeri Ambalkebrek sebagai tempat penelitian
karena: (1) kemampuan membaca merupakan kemampuan dasar yang mutlak
menjadi kebutuhan dalam proses belajar; (2) masih terdapat siswa kelas 2 SD
Negeri Ambalkebrek yang mengalami hambatan dalam membaca permulaan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

sehingga belum sesuai dengan Kurikulum Pendidikan SD dan fokus pembelajaran


bahasa berdasarkan Standar Nasional Pendidikan tahun 2020; (3) belum pernah
menjadi tempat penelitian yang sejenis; dan (4) mendapatkan izin melakukan
penelitian di SD Negeri Ambalkebrek.
Temuan ini mendasari penulis untuk meneliti faktor-faktor yang menjadi
penghambat pembelajaran membaca permulaaan siswa kelas 2 SD Negeri
Ambalkebrek tahun ajaran 2021/2022.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang hendak dijawab dalam penelitian ini yaitu:


1. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran membaca permulaan siswa kelas 2 SD
Negeri Ambalkebrek tahun ajaran 2021/2022?
2. Bagaimana faktor-faktor penghambat pembelajaran membaca permulaan siswa
kelas 2 SD Negeri Ambalkebrek tahun ajaran 2021/2022?
3. Bagaimana upaya mengatasi faktor-faktor penghambat pembelajaran membaca
permulaan siswa kelas 2 SD Negeri Ambalkebrek tahun ajaran 2021/2022?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini yaitu:


1. Mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran membaca permulaan siswa kelas 2
SD Negeri Ambalkebrek tahun ajaran 2021/2022.
2. Menganalisis faktor-faktor penghambat pembelajaran membaca permulaan
siswa kelas 2 SD Negeri Ambalkebrek tahun ajaran 2021/2022.
3. Mendeskripsikan upaya mengatasi faktor-faktor penghambat pembelajaran
membaca permulaan siswa kelas 2 SD Negeri Ambalkebrek tahun ajaran
2021/2022.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

D. Manfaat Penelitian

Manfaat teoretis dan manfaat praktis dalam penelitian ini yaitu:.


1. Manfaat Teoretis
a. Memberikan wawasan di bidang pendidikan, khususnya mengenai faktor-
faktor penghambat pembelajaran membaca permulaan pada siswa kelas 2.
b. Memberikan informasi yang dapat digunakan untuk pengembangan
penelitian mengenai faktor-faktor penghambat pembelajaran membaca
permulaan siswa kelas 2 .
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Guru
Memberikan informasi mengenai faktor-faktor penghambat pembelajaran
membaca permulaan dan upaya mengatasi faktor-faktor penghambat
pembelajaran membaca permulaan pada siswa kelas 2
b. Bagi Siswa
Memberikan pengalaman belajar tentang membaca permulaan agar siswa
dapat mengatasi faktor-faktor penghambat pembelajaran membaca
permulaan.
c. Bagi Orang Tua Siswa
Memberikan informasi mengenai faktor-faktor penghambat pembelajaran
membaca permulaan pada siswa di sekolah dan upaya mengatasi faktor-
faktor penghambat pembelajaran membaca permulaan.
d. Bagi Peneliti
Mendapatkan pengalaman dan memperoleh informasi mengenai faktor-
faktor penghambat pembelajaran membaca permulaan pada siswa kelas 2.

Anda mungkin juga menyukai