C. WAWASAN KEBANGSAAN70
1. Kompetensi
Kompetensi pada bagian ini terdiri dari kompetensi inti dan kompetensi dasar.
Kompetensi inti diambil dari deskripsi capaian pembelajaran guru Pendidikan Agama
Katolik yang profesional. Kompetensi dasar diambil dari rumusan sub capaian pembelajaran
guru Pendidikan Agama Katolik yang profesional.
1.3. Indikator
a. Mampu melaksanakan tugas keprofesian sebagai pendidik agama Katolik.
b. Mampu mengimplementasikan sikap Wawasan Kebangsaan.
c. Mampu mengajarkan kembali sikap Wawasan Kebangsaan.
31
1.4. Tujuan Pembelajaran
a. Mahasiswa dapat mengukur apakah segala perilakunya selama ini sudah
mencerminkan sikap Wawasan Kebangsaan atau belum.
b. Mahasiswa berkomitmen untuk mempraktikkan Wawasan Kebangsaan dalam
kehidupannya tiap hari di berbagai kesempatan dan tingkatan.
c. Mahasiswa mau melibatkan diri dalam gerakan-gerakan yang secara khusus
mempromosikan dan mengajarkan sikap Wawasan Kebangsaan.
32
2. Peta Konsep Wawasan Kebangsaan
Wawa
san
Keban
gsaan
33
3. Uraian Materi
Bagian ini akan menyajikan dasar-dasar ajaran Gereja Katolik tentang Cinta Tanah
Air, landasan kehidupan berbangsa dan bernegara, nilai-nilai dasar bela negara,
Penghormatan terhadap Lambang-Lambang Negara dan Ketaatan Kepada Peraturan
Perundang-Undangan, dan Pembinaan Kerukunan, Menjaga Persatuan dan Kesatuan Bangsa.
35
dirinya. Sebab jika seorang berbuat baik, ia tidak usah takut kepada pemerintah, hanya jika
ia berbuat jahat. Maukah kamu hidup tanpa takut terhadap pemerintah? Perbuatlah apa yang
baik dan kamu akan beroleh pujian daripadanya." (Rm. 13:2-3). Tentang pemimpin, Paulus
berkata, "Pemerintah adalah hamba Allah untuk kebaikanmu. Tetapi jika engkau berbuat
jahat, takutlah akan dia, karena tidak percuma pemerintah menyandang pedang. Pemerintah
adalah hamba Allah untuk membalaskan murka Allah atas mereka yang berbuat jahat (Rm
13:4). "Bayarlah pajak. Karena mereka yang mengurus hal itu adalah pelayan-pelayan
Allah. Bayarlah ... pajak kepada orang yang berhak menerima pajak, cukai kepada orang
yang berhak menerima cukai; rasa takut kepada orang yang berhak menerima rasa takut dan
hormat kepada orang yang berhak menerima hormat (Rm. 13:6-7).
Kepada para pembantunya, Paulus juga menuliskan refleksinya tentang hidup
bernegara. "Ingatkanlah mereka supaya mereka tunduk pada pemerintah dan orang-orang
yang berkuasa, taat, dan siap untuk melakukan setiap pekerjaan yang baik" (Tit. 3:1).
"Pertama-tama aku menasihatkan: Naikkanlah permohonan, doa syafaat dan ucapan syukur
untuk semua orang, untuk raja-raja dan untuk semua pembesar, agar kita dapat hidup tenang
dan tenteram dalam segala kesalehan dan kehormatan" (1 Tim. 2:1-2).
36
Negara kepulauan dapat menarik garis lurus landas kepulauan yang
menghubungkan titik-titik terluar pulau-pulau terluar dan batu karang yang mengering dari
kepulauan itu dengan ketentuan bahwa dalam garis dasar tersebut tecakup pulau-pulau
utama dan sebuah wilayah. Rasio wilayah perairan dengan wilayah daratan, termasuk
pulau-pulau karang yang ada antara 1:1 sampai 9:1.
Paham Wawasan Nusantara ini membuat wilayah Republik Indonesia terdiri atas
kurang lebih 17.000 pulau dengan perairan yang menghubungkannya sebagai suatu negara
kesatuan. Lautan di antara pulau-pulau merupakan penghubung dan kesatuan dalam
bingkai NKRI.
37
- Syarat-Syarat Sebuah Bangsa
Suatu bangsa memiliki kesamaan sejarah hidup, karakter atau jati diri atau
identitas nasional, dan kesatuan wilayah yang terpisah dari wilayah lain. Bertolak dari
definisi itu, maka yang disebut Bangsa Indonesia adalah sebagai berikut:
Satu, kesatuan penduduk yang menempati ribuan pulau di antara Samudera
Indonesia dan Lautan Teduh, di antara benua Asia dan Australia, serta
telah menjadi anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Dua, negara-bangsa Indonesia punya karakter atau perangai. Hal itu
mewujud dalam bendera negara, lagu kebangsaan, lambang negara,
semboyan Bhinneka Tunggal Ika.
Tiga, Indonesia punya prinsip dasar dan nilai dasar yang dirumuskan dalam
Pembukaan UUD 1945.
38
iii. Nasionalisme/Wawasan Kebangsaan dan Patriotisme
39
Wawasan kebangsaan adalah cara pandang yang dilandasi kesadaran diri
sebagai warga suatu negara akan diri dan lingkungannya dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara. Di dalamnya, bangsa Indonesia memandang diri dan lingkungannya,
mengutamakan kesatuan dan persatuan wilayah dalam penyelenggaraan kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Kesatuan/integrasi nasional ini bersifat
struktural dan kultural, mengandung kesatuan ipoleksosbudhankam.
Wawasan kebangsaan menentukan cara bangsa mendayagunakan kondisi
geografis negara, sejarah, sosio-budaya, ekonomi, dan politik serta pertahanan
keamanan dalam mencapai cita-cita dan menjamin kepentingan nasional. Wawasan
tersebut juga menentukan cara bangsa Indonesia menempatkan diri dalam
berhubungan/pergaulan dengan bangsa lain. Di sana ada komitmen persatuan untuk
menjamin keberadaan dan peningkatan kualitas kehidupan bangsa seraya
menghendaki pengetahuan yang memadai tentang tantangan masa kini dan
mendatang serta berbagai potensi bangsa.
Dalam kerangka NKRI, wawasan kebangsaan merupakan cara bangsa
Indonesia memandang diri dan lingkungannya dalam mencapai tujuan nasional yang
mencakup perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai kesatuan ipoleksosbudhankam
dengan berpedoman pada Pancasila dan UUD 1945. Maka, Wawasan Kebangsaan
sama dengan Wawasan Nusantara.
Wawasan kebangsaan akan luntur bahkan hancur jika warga bangsa tidak
peduli dan membiarkannya berkembang tanpa arah dan pegangan. Maka, negara-
bangsa Indonesia perlu memperkokoh wawasan kebangsaannya. Cara memperkokoh
wawasan kebangsaan antara sadar bahwa; (i) dirinya adalah warga negara dari
negara-bangsa yang memiliki hak dan kewajiban, (ii) negara-bangsa Indonesia
bersifat plural ditinjau dari banyak aspek, (iii) Indonesia sebagai negara-bangsa
sewajarnya memiliki keunggulan dan kekurangan, (iv) negara-bangsanya adalah
tanah air yang menjadi tempatnya mengembangkan diri dan kehidupannya.
Akhirnya, wawasan kebangsaan diusahakan bersama oleh seluruh warga
negara. Keberadaan negara-bangsa Indonesia harus diinsafi, disyukuri, dan
dicintainya dengan kesiapan berkorban demi negara-bangsa.
40
- Patriotisme
Patriotisme adalah semangat, sikap, dan perbuatan seseorang yang rela
berkorban demi kejayaan dan kesejahteraan tanah air dan negara-bangsanya. Presiden
Soekarno menyamakan patriot dengan pendekar bangsa. Dalam diri pendekar bangsa
ada Trisakti; (i) berdaulat dalam politik, (ii) mandiri dalam ekonomi, dan (iii) pribadi
yang berbudaya. Jika ketiga unsur itu benar diaktualisasikan, maka akan tercipta
ketahanan politik, ekonomi, dan jati diri bangsa. Akhirnya, terjaminlah kelangsungan
hidup bangsa dan negara.
42
Pertahanan Keamanan
Ancaman terhadap satu pulau atau satu daerah adalah ancaman terhadap seluruh
bangsa dan negara. Maka, tiap warga negara punya hak dan kewajiban yang
sama dalam rangka bela negara dan bangsa.
- Globalisasi
Penyatuan dunia adalah usaha manusia sejak zaman lampau. Pada awalnya
diupayakan penyatuan dunia secara fisik (penaklukan, kolonisasi). Selanjutnya,
agama-agama ingin menyatukan dunia secara spiritual.
J. J. Rousseau punya gagasan tentang satu umat manusia di dunia. Ia
beranggapan bahwa semua manusia itu baik. Tiap manusia perlu dibebaskan untuk
berkembang sesuai potensi dasar yang ada dalam dirinya. Mereka tidak butuh kontrol
dari siapa pun. Jika hal ini terjadi, maka akan timbul anarkisme dalam masyarakat.
Komunisme juga mencita-citakan masyarakat komunis dunia; masyarakat
yang sejahtera, tanpa kelas, tanpa hak milik pribadi. Semua sarana adalah hak milik
bersama. Namun tampaknya paham ini hanya berhenti sebagai ide belaka.
- Tribalisasi
Tribalisasi merupakan gerakan pembentukan kelompok sempalan dari suatu
negara-bangsa. Paham ini berpendapat bahwa ikatan alami kelompok suku atau
keluarga lebih kuat daripada daya ikat warga negara-bangsa. Menurut paham ini,
tibalisme lebih kuat menghadapi globalisasi. Gerakan tribalisasi ini harus diwaspadai.
3.2.2. Konsensus Dasar Berbangsa dan Bernegara dalam Persatuan dan Kesatuan
i. Pancasila
Pancasila adalah philosofische groundslag untuk Indonesia merdeka. Pancasila
adalah falsafah bagi NKRI. Pancasila punya empat kedudukan dan fungsi, sebagai dasar
negara Republik Indonesia, ideologi nasional, pandangan hidup bangsa Indonesia, dan
pemersatu bangsa.
- Pancasila adalah dasar NKRI
Pancasila menolak paham-paham yang bertentangan dengan nilai dasarnya.
Pancasila sebagai dasar negara dapat dirunut dari sidang Badan Penyelidik Usaha-
43
Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) tanggal 29 - 31 Mei 1945, pidato
Ir. Soekarno pada tanggal 1 Juni 1945, dan disahkannya UUD NKRI Tahun 1945
tanggal 18 Agustus 1945.
Pancasila bersifat hierarkis-piramidal yang merupakan satu kesatuan utuh
tanpa boleh dipisahkan-pisahkan. Masing-masing sila dalam Pancasila menjiwai dan
dijiwai oleh sila-sila yang lainnya.
Pasal 2 UU No. 12 tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan menyebutkan bahwa "Pancasila merupakan sumber dari segala sumber
hukum negara".
- Pancasila adalah Ideologi Negara
Pancasila adalah kristalisasi nilai-nilai budaya, adat-istiadat, serta agama
dan keyakinan yang dimiliki bangsa Indonesia. Pancasila merupakan seperangkat
prinsip dasar yang menjadi pegangan dalam menentukan arah dan tujuan guna
melangsungkan dan mengembangkan hidup dan kehidupan nasional.
Prinsip Ketuhanan Yang Maha Esa menjamin kebebasan beragama dan
pluralisme ekspresi keagamaan. Prinsip Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, secara
operasional, memberi jaminan pelaksanaan hak asasi manusia sebagai tolok ukur
keberadaban dan solidaritas bangsa terhadap warga negara. Prinsip Persatuan
Indonesia menegaskan bahwa persatuan terbentuk melalui pembangunan hubungan
timbal balik atas dasar kesamaan kedudukan dan tekad untuk menjalin kerja sama.
Prinsip Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan menjamin komitmen terhadap demokrasi. Prinsip
Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia merupakan komitmen bangsa untuk
mengentaskan kemiskinan dan menghilangkan diskriminasi.
45
Undang Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang, Peraturan Pemerintah,
Peraturan Presiden, Peraturan Daerah Provinsi, dan Peraturan Daerah
Kabupaten/Kota.
- UUD NKRI Tahun 1945 adalah Alat Kontrol terhadap Penyelenggaraan Negara
UUD NKRI Tahun 1945 sebagai alat kontrol penyelenggaraan negara sudah
mengalami empat perubahan (1999, 2000, 2001, dan 2002). Perubahan dilakukan tiga
hal. Satu, ketentuan dasar yang menyangkut sistem ketatanegaraan perlu disesuaikan
dengan zaman. Dua, perlu ada pembatasan kekuasaan pemerintah yang mengarah
pada pemerintahan absolut, yakni mengenai batasan kekuasaan presiden. Tiga,
gelombang reformasi yang menginginkan pemerintahan demokratis yang secara tegas
menerapkan kedaulatan rakyat dalam memilih pemimpin negara.
46
terhadap sistem federal dalam Republik Indonesia Serikat. Tanggal 17 Agustus 1950,
Republik Indonesia Serikat dibubarkan dan NKRI diproklamasikan kembali.
- Konsep NKRI berdasarkan Pancasila dan UUD NKRI Tahun 1945
Negara kesatuan tercantum dalam Pasal 37 Ayat 5 UUD NKRI Tahun 1945
yang berbunyi “Khusus mengenai bentuk NKRI tidak dapat dilakukan perubahan”.
Indonesia merupakan negara kesatuan dengan bentuk pemerintahan
Republik. Dalam negara kesatuan, kekuasaan pemerintahan berada dan dipegang
pemerintah pusat. Pemerintah pusat dan pemerintah daerah tidak sama dan tidak
sederajat. Kewenangan pemerintah daerah hanyalah mandat dari pemerintah pusat.
Dalam menjalankan pemerintahannya, pemerintah daerah tidak boleh bertentangan
dengan ketentuan pemerintah pusat.
48
3.3.2. Ruang Lingkup Nilai-Nilai Dasar Bela Negara
49
Kemampuan awal bela negara adalah potensi dan kesiapan tiap warga negara
untuk membela negara sesuai profesi dan kemampuannya. Contoh kemampuan awal bela
negara adalah nilai-nilai percaya diri dan nilai-nilai profesi.
vi. Semangat untuk Mewujudkan Negara yang Berdaulat, Adil, dan Makmur
Sikap dan tekad kebangsaan perlu dilandasi rasa persatuan dan kesatuan untuk
mewujudkan cita-cita bersama. Itulah energi potensial milik bangsa. Potensi-potensi
tersebut, baik sumber daya nasional maupun kearifan lokal, akan memberi nilai pada
peradaban bangsa Indonesia. Nilai-nilai itu pada gilirannya diharapkan mendukung
percepatan pembangunan ketahanan nasional dan menyukseskan pembangunan nasional
menuju masyarakat adil dan makmur.
50
e. Rukun dan berjiwa gotong royong dalam masyarakat
f. Menjalankan hak dan kewajiban sesuai peraturan
perundangan yang berlaku
3 Setia kepada Pancasila a. Menjalankan kewajiban agama secara baik dan benar
b. Memahami dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila
dalam hidup sehari-hari
c. Meyakini Pancasila sebagai dasar negara dan
menjadikan Pancasila sebagai pemersatu hidup
berbangsa dan bernegara
d. Menerapkan nilai-nilai dan prinsip-prinsip
musyawarah mufakat
e. Menghormati dan menjunjung tinggi hak asasi
manusia
f. Saling membantu antarsesama warga negara sesuai
nilai luhur Pancasila demi kesejahteraan umum
4 Rela berkorban untuk a. Rela menolong sesama warga masyarakat yang
bangsa dan negara mengalami kesulitan tanpa melihat latar belakang
b. Mendahulukan kepentingan bangsa dan negara
daripada kepentingan pribadi dan golongan
c. Menyumbangkan tenaga, pikiran, dan kemampuan
untuk pembangunan bangsa dan negara
d. Membela bangsa dan negara sesuai profesi dan
kemampuan masing-masing
e. Peduli dan ikut serta secara aktif dalam pembangunan
masyarakat, bangsa, dan negara
f. Rela berkorban demi kepentingan bangsa dan negara
tanpa pamrih
5 Memiliki kemampuan a. Memiliki kemampuan, integritas, dan kepercayaan
dasar bela negara diri yang tinggi dalam membela bangsa dan negara
b. Mempunyai kemampuan memahami dan
51
mengidentifikasi bentuk-bentuk ancaman di
lingkungan masing-masing sehingga selalu siap
tanggap dan lapor dini
c. Senantiasa menjaga kesehatan fisik dan mental
d. Memiliki kecerdasan emosional, intelektual, dan
spiritual yang memadai
e. Memiliki pengetahuan tentang kearifan lokal dalam
menyikapi ancaman-ancaman
f. Memiliki kemampuan dalam memberdayakan
kekayaan sumber daya alam dan keanekaragaman
hayati
6 Semangat mewujudkan a. Tidak berputus asa ketika menghadapi persoalan
negara yang berdaulat, kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
adil, dan makmur b. Bekerja keras untuk kesejahteraan diri dan
masyarakat
c. Memperjuangkan kedaulatan rakyat, keadilan, dan
hak asasi manusia
d. Mewujudkan pemerintahan yang benar dan bersih
dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
e. Menerapkan jiwa dan semangat juang 1945
f. Memanfaatkan kearifan lokal untuk kesejahteraan
rakyat
52
manifestasi kebudayaan yang berakar pada sejarah perjuangan bangsa, kesatuan dalam
keragaman budaya, dan kesamaan dalam mewujudkan cita-cita bangsa dan NKRI.
Aturan tentang bendera, bahasa, dan lambang negara, serta lagu kebangsaan
Indonesia terdapat dalam UU Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan
Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan. Pengaturan tersebut dilaksanakan berdasarkan
asas persatuan, kedaulatan, kehormatan, kebangsaan, kebhinnekatunggalikaan, ketertiban,
kepastian hukum, keseimbangan, keserasian, dan keselarasan.
i. Bendera Negara
- Dasar Hukum
· UUD Tahun 1945 pasal 35, UU No. 24 Tahun 2009, dan Peraturan
Pemerintah No. 40 Tahun 1958 tentang Bendera Kebangsaan Republik
Indonesia.
· Bendera Negara Republik Indonesia (disingkat Bendera Negara) adalah Sang
Saka Merah Putih, Sang Merah Putih, Merah Putih, atau kadang disebut Sang
Dwiwarna (dua warna).
· Bendera Negara yang dikibarkan pada Proklamasi Kemerdekaan Bangsa
Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 di Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56
Jakarta disebut Bendera Pusaka Sang Saka Merah Putih. Bendera Pusaka
disimpan dan dipelihara di Monumen Nasional Jakarta.
- Bentuk dan ukuran
· Empat persegi panjang dengan ukuran lebar 2/3 (dua per tiga) dari panjang.
Bagian atas berwarna merah dan bagian bawah berwarna putih. Kedua bagian
berukuran sama.
· Merah berarti keberanian, putih berarti kesucian. Merah melambangkan raga
manusia, sedangkan putih melambangkan jiwa manusia. Keduanya
membentuk kesatuan kemanusiaan yang utuh.
· Bendera Negara dibuat dari kain dengan warna yang tidak luntur.
- Ketentuan:
· 200 cm x 300 cm untuk penggunaan di lapangan istana kepresidenan
· 120 cm x 180 cm untuk penggunaan di lapangan umum
53
· 100 cm x 150 cm untuk penggunaan di ruangan
· 36 cm x 54 cm untuk penggunaan di mobil Presiden dan Wakil Presiden
· 30 cm x 45 cm untuk penggunaan di mobil pejabat negara
· 20 cm x 30 cm untuk penggunaan di kendaraan umum
· 100 cm x 150 cm untuk penggunaan di kapal
· 100 cm x 150 cm untuk penggunaan di kereta api
· 30 cm x 45 cm untuk penggunaan di pesawat udara
· 10 cm x 15 cm untuk penggunaan di meja
· 3 cm x 5 cm untuk penggunaan di seragam sekolah
- Pengibaran:
Pengibaran Bendera Negara dilakukan pada waktu antara matahari terbit
hingga matahari terbenam. Dalam keadaan tertentu, Bendera Negara dapat
dikibarkan pada malam hari. Bendera Negara wajib dikibarkan pada Hari
Kemerdekaan Bangsa Indonesia tanggal 17 Agustus oleh warga negara yang
menguasai hak penggunaan rumah, gedung atau kantor, satuan pendidikan,
transportasi umum, dan transportasi pribadi di seluruh wilayah NKRI dan di kantor
perwakilan Republik Indonesia di luar negeri. Bendera Negara wajib dikibarkan
setiap hari di tempat-tempat sebagai berikut:
· Istana Presiden dan Wakil Presiden
· Gedung atau Kantor Lembaga Negara
· Gedung atau Kantor Lembaga Pemerintah
· Gedung atau Kantor Lembaga Pemerintah Nonkementerian
· Gedung atau Kantor Lembaga Pemerintah Daerah
· Gedung atau Kantor Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
· Gedung atau Kantor Perwakilan Republik Indonesia di Luar Negeri
· Gedung atau Halaman Satuan Pendidikan
· Gedung atau Kantor Swasta
· Rumah Jabatan Presiden dan Wakil Presiden
· Rumah Jabatan Pimpinan Lembaga Negara
· Rumah Jabatan Menteri
54
· Rumah Jabatan Pimpinan Lembaga Pemerintahan Non Kementerian
· Rumah Jabatan Gubernur, Bupati, Walikota, dan Camat
· Gedung atau Kantor atau Rumah Jabatan lain
· Pos Perbatasan dan Pulau-Pulau Terluar di Wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia
· Lingkungan Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Republik Indonesia
· Taman Makam Pahlawan
- Pelarangan terkait Bendera Negara
· Merusak, merobek, menginjak-injak, membakar, atau melakukan perbuatan
lain dengan maksud menodai, menghina, atau merendahkan kehormatan
Bendera Negara;
· Memakai Bendera Negara untuk reklame atau iklan komersial;
· Mengibarkan Bendera Negara yang rusak, robek, luntur, kusut, atau kusam;
· Mencetak, menyulam, dan menulis huruf, angka, gambar atau tanda lain dan
memasang lencana atau benda apapun pada Bendera Negara; dan
· Memakai Bendera Negara untuk langit-langit, atap, pembungkus barang, dan
tutup barang yang dapat menurunkan kehormatan Bendera Negara.
55
· Alat yang memungkinkan penyatuan berbagai suku bangsa dengan latar
belakang sosial budaya dan bahasa yang berbeda ke dalam kesatuan
kebangsaan Indonesia
- Penggunaan
Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang baku, terbuka, dan dinamis.
Bahasa Indonesia wajib digunakan dalam peraturan perundang-undangan. Bahasa
Indonesia wajib digunakan dalam dokumen resmi negara. Bahasa Indonesia wajib
digunakan dalam pidato resmi Presiden, Wakil Presiden, dan pejabat negara yang
lain yang disampaikan di dalam atau di luar negeri.
56
· Jumlah bulu melambangkan Hari Proklamasi Kemerdekaan Indonesia (17
Agustus 1945): 17 bulu di masing-masing sayap, 8 bulu ekor, 19 bulu pangkal
ekor, 45 bulu leher.
· Perisai merupakan lambang pertahanan negara Indonesia.
· Bintang Tunggal sila Ketuhanan Yang Mahaesa (5 agama besar), Rantai Emas
sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Pohon Beringin sila Persatuan
Indonesia, Kepala Banteng sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat
Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan, Padi dan Kapas sila
Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
- Penggunaan
Penggunaan lambang negara diatur dalam UUD Tahun 1945 pasal 36A
dan UU No. 24 Tahun 2009.
· Dalam gedung, kantor, atau ruang kelas satuan pendidikan
· Luar gedung atau kantor
· Lembaran negara, tambahan lembaran negara, berita negara, dan tambahan
berita negara
· Paspor, ijazah, dan dokumen resmi yang diterbitkan pemerintah
· Uang logam dan uang kertas atau meterai
57
· menghormati kepala negara atau kepala pemerintahan negara sahabat dalam
kunjungan resmi
· acara atau kegiatan olahraga internasional
· acara ataupun kompetisi ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni internasional
yang diselenggarakan di Indonesia
· rangkaian program pendidikan dan pengajaran
· acara resmi lainnya yang diselenggarakan oleh organisasi, partai politik, dan
kelompok masyarakat lain
- Tatacara:
Semua warga negara Indonesia yang hadir saat Lagu Kebangsaan
diperdengarkan/dinyanyikan, mereka wajib berdiri tegak dengan sikap hormat.
Lagu Kebangsaan dilagukan dengan cara;
· Diiringi alat musik, tanpa diiringi alat musik, ataupun diperdengarkan secara
instrumental
· Lagu Kebangsaan yang diiringi alat musik, dinyanyikan lengkap satu strofe,
dengan satu kali ulangan pada refrein
· Lagu Kebangsaan yang tidak diiringi alat musik, dinyanyikan lengkap satu
stanza pertama, dengan satu kali ulangan pada bait ketiga stanza pertama
- Larangan
· Mengubah Lagu Kebangsaan dengan nada, irama, kata-kata, dan gubahan lain
dengan maksud menghina/merendahkan kehormatan Lagu Kebangsaan
· Memperdengarkan, menyanyikan, ataupun menyebarluaskan hasil ubahan
Lagu Kebangsaan dengan maksud untuk tujuan komersial
· Menggunakan Lagu Kebangsaan untuk iklan dengan tujuan komersial
3.4.2. Jenis dan Hierarki Peraturan Perundang-undangan serta Bentuk Ketaatan Warga
Negara pada Peraturan Perundang-undangan
i. Jenis dan Hierarki Peraturan Perundang-Undangan
- Pengertian Peraturan Perundang-Undangan
Menurut UU No. 12 Tahun 2011, peraturan perundang-undangan adalah
peraturan tertulis yang memuat norma hukum yang mengikat secara umum dan
58
dibentuk atau ditetapkan oleh lembaga negara atau pejabat yang berwenang melalui
prosedur yang ditetapkan dalam Peraturan Perundang-undangan.
- Kedudukan Pancasila dan UUD NKRI Tahun 1945
Pancasila adalah sumber segala sumber hukum negara. UUD Tahun 1945
adalah hukum dasar dalam Peraturan Perundang-undangan.
- Hierarki dan Jenis Peraturan Perundang-Undangan berdasar UU No. 12 Tahun 2011
· UUD Tahun 1945
· Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat
· Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
· Peraturan Pemerintah
· Peraturan Presiden
· Peraturan Daerah (Perda) Provinsi
· Perda Kabupaten/Kota
- Kebijakan Publik dalam Format Keputusan dan/atau Tindakan Administrasi
Pemerintahan
59
3.5. Pembinaan Kerukunan, Menjaga Persatuan dan Kesatuan Bangsa
3.5.1. Pengantar
Manusia adalah makhluk sosial. Manusia saling membutuhkan. Tetapi, interaksi
antarindividu kadang menimbulkan konflik. Oleh karena itu, konflik harus diatasi.
Manusia membutuhkan kesepahaman agar seluruh ciptaan menjadi lestari.
60
· memberdayakan sumber daya manusia (tokoh agama dan tokoh masyarakat)
untuk ketahanan dan kerukunan masyarakat
· melindungi agama dari penyalahgunaan dan penodaan
· aksi sosial bersama antarumat beragama
Dari uraian-uraian di atas, diperoleh lima prinsip persatuan dan kesatuan Bangsa
Indonesia. Kelima prinsip itu adalah;
· Prinsip Bhinneka Tunggal Ika
· Prinsip Nasionalisme yang menghargai bangsa-bangsa lain
· Prinsip Kebebasan yang bertanggung jawab
· Prinsip Wawasan Nusantara
· Prinsip Persatuan Pembangunan Nasional
61