Anda di halaman 1dari 31

Kegiatan Belajar III

C. WAWASAN KEBANGSAAN70

Wawasan Kebangsaan dan Wawasan Nusantara memiliki kemiripan. Beberapa penulis


malah menganggap dua istilah itu identik. Tetapi yang perlu digarisbawahi, kedua istilah itu
hendak menyampaikan kepada Bangsa Indonesia, siapakah jati diri Bangsa Indonesia yang
sedalam-dalamnya.

1. Kompetensi
Kompetensi pada bagian ini terdiri dari kompetensi inti dan kompetensi dasar.
Kompetensi inti diambil dari deskripsi capaian pembelajaran guru Pendidikan Agama
Katolik yang profesional. Kompetensi dasar diambil dari rumusan sub capaian pembelajaran
guru Pendidikan Agama Katolik yang profesional.

1.1. Kompetensi Inti


Mahasiswa mampu melaksanakan tugas keprofesian sebagai pendidik Agama
Katolik yang memesona, yang dilandasi sikap cinta tanah air, berwibawa, tegas, disiplin,
penuh panggilan jiwa, samapta, disertai dengan jiwa sepenuh hati dan kemurahatian dalam
proses pembelajaran.

1.2. Kompetensi Dasar


Mampu melaksanakan tugas keprofesian sebagai pendidik agama Katolik yang
mengimplementasikan sikap Wawasan Kebangsaan.

1.3. Indikator
a. Mampu melaksanakan tugas keprofesian sebagai pendidik agama Katolik.
b. Mampu mengimplementasikan sikap Wawasan Kebangsaan.
c. Mampu mengajarkan kembali sikap Wawasan Kebangsaan.

31
1.4. Tujuan Pembelajaran
a. Mahasiswa dapat mengukur apakah segala perilakunya selama ini sudah
mencerminkan sikap Wawasan Kebangsaan atau belum.
b. Mahasiswa berkomitmen untuk mempraktikkan Wawasan Kebangsaan dalam
kehidupannya tiap hari di berbagai kesempatan dan tingkatan.
c. Mahasiswa mau melibatkan diri dalam gerakan-gerakan yang secara khusus
mempromosikan dan mengajarkan sikap Wawasan Kebangsaan.

32
2. Peta Konsep Wawasan Kebangsaan

Wawa
san
Keban
gsaan

Dasar- Landas Penghorma Pembina


tan
dasar an an
Terhadap
Ajaran Kehidu Nilai- Lambang- Kerukun
nilai Lambang an,
Gereja pan Negara dan
Dasar Menjaga
Katolik Berban Ketaatan
Bela Kepada
Persatua
tentang gsa dan n dan
Peraturan
Cinta Berneg Negara Perundan Kesatua
Tanah ara g-
n
undangan
Air Bangsa

Konseps Konsens Bendera, Jenis dan


Penge Ruang Nilai-
Hierarki
Penga Keruku Keruku Prinsip
i us Dasar Lingku Nilai Bahasa, nan -
Wawasa Berbang
rtian Lamban
Peraturan ntar nan
p Nilai- Dasar Perundang-
dalam Prinsip
n sa dan Umu
Nilai Bela g Negara undangan dalam
Nusantar Bernegar m dan serta Beraga Persatu
Dasar Negara Bentuk Berbu
a dan a dalam Lagu Ketaatan ma an dan
Wawasa Persatua Bela dan Kebangs daya
Warga Kesatu
n n dan Negara Indikat aan Negara
ornya pada an
Kebangs Kesatua
Peraturan Bangsa
aan n Perundang-
undangan

33
3. Uraian Materi
Bagian ini akan menyajikan dasar-dasar ajaran Gereja Katolik tentang Cinta Tanah
Air, landasan kehidupan berbangsa dan bernegara, nilai-nilai dasar bela negara,
Penghormatan terhadap Lambang-Lambang Negara dan Ketaatan Kepada Peraturan
Perundang-Undangan, dan Pembinaan Kerukunan, Menjaga Persatuan dan Kesatuan Bangsa.

3.1. Dasar-Dasar Ajaran Gereja Katolik tentang Cinta Tanah Air


Umat Katolik diajar untuk mencintai tanah air masing-masing. Tetapi, mereka
perlu berhati-hati terhadap paham nasionalisme yang dapat memiliki efek negatif. Efek
buruk yang dimaksud adalah "sikap mengunggulkan negara sendiri dan
mengabaikan/acuh/merendahkan sama sekali negara-negara lain". Secara umum, karena
umat Katolik adalah warga Gereja Universal, maka mereka menghormati dan memiliki
kepedulian kepada negaranya sendiri dan negara-negara yang lain. Oleh karena itu, sikap
patriotisme lebih dikedepankan daripada nasionalisme.
Warga negara wajib bersama-sama dengan para pemimpin negara dan
pemerintahan untuk mengembangkan kesejahteraan umum masyarakat dalam semangat
kebenaran, keadilan, solidaritas, dan kebebasan. Cinta tanah air dan pengabdian untuk tanah
air adalah "kewajiban untuk bersyukur" dan sesuai dengan ajaran cinta kasih. Ketaatan
kepada wewenang yang sah dan kesiagaan untuk mengembangkan kesejahteraan umum
mengkondisikan para warga negara agar memenuhi tugasnya dalam kehidupan persekutuan
negara (KGK 2239).
Dalam sebuah tulisan, media Indonesian Papist menyajikan beberapa tokoh
Katolik yang merefleksikan sikap cinta tanah air.71 Tokoh pertama adalah Josemaria
Escriva. Menurutnya, tiap orang harus mencintai negaranya. Tetapi kalau cinta tanah air
membuatnya menjadi kejam kepada negara lain, maka orang itu berdosa. John J. Hughes
berpendapat bahwa tugas tiap orang Katolik adalah menjaga agar negara tetap di jalan yang
benar. Jika negara melenceng, maka orang Katolik wajib ikut meluruskannya kembali. Karl
Keating menyebut orang yang cinta tanah air adalah orang yang mencintai negara apa
adanya. Mereka tidak menganggap negaranya sebagai satu-satunya yang terbaik sehinga
merendahkan negara lain. Yohanes Paulus II juga mengatakan bahwa cinta tanah air
memampukan seseorang untuk memberikan kepada bangsa lain hak-hak yang sama yang
34
diupayakannya untuk negaranya sendiri. Soegijapranata menggelorakan semboyan 100%
Katolik 100% Indonesia.
Ajaran-ajaran cinta tanah air, syarat-syarat warga negara dan para administrator
negara yang baik terdapat dalam Kitab Suci. Yeremia berseru, "Usahakanlah kesejahteraan
kota ke nama kamu Aku buang, dan berdoalah untuk kota itu kepada Tuhan, sebab
kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu" (Yer. 29:7). Nehemia berkata, "Hiduplah raja
untuk selamanya! Bagaimana mukaku tidak akan muram kalau kota tempat pekuburan
nenek moyangku telah menjadi reruntuhan dan pintu-pintu gerbangnya habis dimakan api?"
(Neh. 2:3). Amsal mengajarkan, "Hati raja seperti batang air di dalam tangan Tuhan,
dialirkan-Nya ke mana Ia ingin" (Ams. 21:1). Orang-orang yang cakap dalam pekerjaannya
akan berada dekat dengan rajanya, sedangkan orang-orang yang tidak cakap akan
dikategorikan sebagai orang-orang yang hina (bdk. Ams. 22:29). Seorang pemimpin yang
luhur akan menyelidiki segala perkara (bdk. Ams. 25:2).
Perjanjian Baru mencatat beberapa teks Kitab Suci yang mengajar orang beriman
untuk hidup berbangsa dan bernegara secara benar. Warga negara yang baik memberikan
hal-hal yang harus diberikan kepada pemimpin mereka (bdk. Luk. 20:25). "Hiduplah
sebagai orang merdeka dan bukan seperti mereka yang menyalahgunakan kemerdekaan itu
untuk menyelubungi kejahatan-kejahatan mereka, tetapi hiduplah sebagai hamba
Allah. Hormatilah semua orang, kasihilah saudara-saudaramu, takutlah akan Allah,
hormatilah raja!" (1 Pet. 2:13-15). Lebih lanjut dikatakan, "Tunduklah, karena Allah, kepada
semua lembaga manusia, baik kepada raja sebagai pemegang kekuasaan yang tertinggi,
maupun kepada wali-wali yang diutusnya untuk menghukum orang-orang yang berbuat
jahat dan menghormati orang-orang yang berbuat baik. Sebab inilah kehendak Allah, yaitu
supaya dengan berbuat baik kamu membungkam kepicikan orang-orang yang bodoh." (1
Pet. 2:16-17).
Paulus, rasul bangsa-bangsa lain juga mengajarkan cinta tanah air. "Tiap-tiap
orang harus takluk kepada pemerintah yang di atasnya, sebab tidaklah ada pemerintah yang
tidak berasal dari Allah, dan pemerintah-pemerintah yang ada ditetapkan oleh Allah." (Rm.
13:1). Paulus juga mengatakan, "Barang siapa melawan pemerintah, ia melawan
ketetapan Allah dan siapa yang melakukannya, akan mendatangkan hukuman atas

35
dirinya. Sebab jika seorang berbuat baik, ia tidak usah takut kepada pemerintah, hanya jika
ia berbuat jahat. Maukah kamu hidup tanpa takut terhadap pemerintah? Perbuatlah apa yang
baik dan kamu akan beroleh pujian daripadanya." (Rm. 13:2-3). Tentang pemimpin, Paulus
berkata, "Pemerintah adalah hamba Allah untuk kebaikanmu. Tetapi jika engkau berbuat
jahat, takutlah akan dia, karena tidak percuma pemerintah menyandang pedang. Pemerintah
adalah hamba Allah untuk membalaskan murka Allah atas mereka yang berbuat jahat (Rm
13:4). "Bayarlah pajak. Karena mereka yang mengurus hal itu adalah pelayan-pelayan
Allah. Bayarlah ... pajak kepada orang yang berhak menerima pajak, cukai kepada orang
yang berhak menerima cukai; rasa takut kepada orang yang berhak menerima rasa takut dan
hormat kepada orang yang berhak menerima hormat (Rm. 13:6-7).
Kepada para pembantunya, Paulus juga menuliskan refleksinya tentang hidup
bernegara. "Ingatkanlah mereka supaya mereka tunduk pada pemerintah dan orang-orang
yang berkuasa, taat, dan siap untuk melakukan setiap pekerjaan yang baik" (Tit. 3:1).
"Pertama-tama aku menasihatkan: Naikkanlah permohonan, doa syafaat dan ucapan syukur
untuk semua orang, untuk raja-raja dan untuk semua pembesar, agar kita dapat hidup tenang
dan tenteram dalam segala kesalehan dan kehormatan" (1 Tim. 2:1-2).

3.2. Landasan Kehidupan Berbangsa dan Bernegara

3.2.1. Konsepsi Wawasan Nusantara dan Wawasan Kebangsaan

i. Konsep dan Sejarah Wawasan Nusantara


Wawasan Nusantara merupakan wawasan kewilayahan dalam konsep negara
kepulauan. Konvensi PBB menyebut negara kepulauan atau archipelagic state sebagai
negara yang secara utuh mencakup satu kepulauan atau lebih dan dapat pula mencakup
pulau-pulau lain.
Archipelago adalah gugusan pulau-pulau termasuk bagian-bagian dari pulau-
pulau itu, perairan yang menghubungkan antarpulau-pulau itu, dan bentang alam lainnya
yang saling terkait, sehingga pulau-pulau, perairan, dan fitur-fitur lainnya tersebut
membentuk entitas geografis, ekonomi, dan politik yang intrinsik.

36
Negara kepulauan dapat menarik garis lurus landas kepulauan yang
menghubungkan titik-titik terluar pulau-pulau terluar dan batu karang yang mengering dari
kepulauan itu dengan ketentuan bahwa dalam garis dasar tersebut tecakup pulau-pulau
utama dan sebuah wilayah. Rasio wilayah perairan dengan wilayah daratan, termasuk
pulau-pulau karang yang ada antara 1:1 sampai 9:1.
Paham Wawasan Nusantara ini membuat wilayah Republik Indonesia terdiri atas
kurang lebih 17.000 pulau dengan perairan yang menghubungkannya sebagai suatu negara
kesatuan. Lautan di antara pulau-pulau merupakan penghubung dan kesatuan dalam
bingkai NKRI.

ii. Signifikansi Bangsa dalam Wawasan Nusantara


Wawasan Nusantara berkenaan dengan wilayah fisik NKRI dan cara pandang
Bangsa Indonesia tentang diri dan lingkungannya.

- Konsep tentang Bangsa


Jati diri bangsa dibentuk oleh karakter/perangai sekelompok orang di tempat
tertentu yang kelihatan dalam perilaku mereka secara konstan. Karakter ini menjadi
ciri khas suatu bangsa dan membedakannya dari bangsa lain. Karakter terbentuk
dalam pengalaman sejarah budaya bangsa dan tumbuh berkembang bersamanya.
Bangsa disusun oleh sekelompok orang yang punya kehendak untuk bersatu
hingga perasaan mereka menyatu. Kehendak itu adalah unsur utama pencetus
lahirnya bangsa. Selanjutnya, mereka saling mengikat diri menjadi negara dengan
berpedoman pada gagasan yang sama. Maka, negara-bangsa berawal dari
ide/gagasan.
Secara rathukum, bangsa adalah orang-orang yang ada dalam suatu
masyarakat hukum yang teratur. Pada umumnya, kelompok itu hidup di wilayah yang
sama, punya sejarah, kebiasaan, kebudayaan, dan bahasa yang sama, serta tertata
dalam pemerintahan yang berdaulat. Inilah yang disebut “negara-bangsa” atau nation
state.

37
- Syarat-Syarat Sebuah Bangsa
Suatu bangsa memiliki kesamaan sejarah hidup, karakter atau jati diri atau
identitas nasional, dan kesatuan wilayah yang terpisah dari wilayah lain. Bertolak dari
definisi itu, maka yang disebut Bangsa Indonesia adalah sebagai berikut:
Satu, kesatuan penduduk yang menempati ribuan pulau di antara Samudera
Indonesia dan Lautan Teduh, di antara benua Asia dan Australia, serta
telah menjadi anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Dua, negara-bangsa Indonesia punya karakter atau perangai. Hal itu
mewujud dalam bendera negara, lagu kebangsaan, lambang negara,
semboyan Bhinneka Tunggal Ika.
Tiga, Indonesia punya prinsip dasar dan nilai dasar yang dirumuskan dalam
Pembukaan UUD 1945.

- Terbentuknya Negara-Bangsa Indonesia


Kesadaran rakyat Asia terhadap situasi kolonialisasi yang mereka alami
makin menguat pada awal abad XX. Mereka merindukan kemerdekaan dan
pengakuan sebagai bangsa. Hal yang sama terjadi dalam diri orang-orang yang
tinggal di Nusantara.
Tonggak awal, 20 Mei 1908, dr. Wahidin memelopori berdirinya Boedi
Oetomo sebagai tanda resmi tumbuhnya kesadaran sebagai bangsa. Sekarang, 20 Mei
diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional.
Tonggak kedua, Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928. Dalam peristiwa itu,
para wakil pemuda menyatakan diri "berbangsa yang satu, bangsa Indonesia; bertanah
tumpah darah yang satu satu, tanah air Indonesia, dan menjunjung bahasa persatuan,
bahasa Indonesia”.
Tonggak ketiga, 17 Agustus 1945, Bung Karno dan Bung Hatta atas nama
Bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaan Negara-bangsa Indonesia.
Kemerdekaan Indonesia ini diakui dunia pada tahun 1950.

38
iii. Nasionalisme/Wawasan Kebangsaan dan Patriotisme

- Perkembangan Nasionalisme di Beberapa Negara Asia


Mahatma Gandhi (Mohandas Karamchand, 1869–1948), pejuang
kemerdekaan India dari penjajahan Inggris. Prinsipnya adalah persatuan (Hindu dan
Islam) dan jalan damai. Prinsip-prinsip perjuangannya terdiri dari; (i) Swaraj,
pemerintahan sendiri, (ii) Swadeshi, menolak produk luar negeri dan memanfaatkan
produk dalam negeri, (iii) Ahimsa, cinta kasih kepada segala bentuk kehidupan, (iv)
Harijan, suatu asas yang tidak membeda-bedakan kasta, (v) Ashram, religious
retreat, dan hidup asketis.
Sun Yat Sen (1866-1925), pejuang kebangsaan Cina, Bapak Revolusi. Ia
merombak pola kedinastian menjadi negara demokrasi dan mendirikan Republik
Cina. Ia mengemukakan prinsip perjuangannya (1905) sebagai San Min Chu I dengan
tiga asas perjuangan; (i) demokrasi, (ii) nasionalisme, dan (iii) sosialisme. Tahun
1912, ajarannya tersebut diadopsi menjadi dasar negara Republik Cina (Kuo Min
Tang).
Kemal Ataturk (1881–1938), Bapak Republik Turki modern. Sebelumnya,
Turki berbentuk kerajaan yang berasas Islam serta belum menjadi negara-bangsa.
Tahun 1923, ia menjadi Presiden Republik Turki yang pertama dan menjadi Bapak
Bangsa. Ia berorientasi pada kenyataan hidup dan kebutuhan masyarakat dengan
bersendi pada prinsip kemerdekaan nasional, kedaulatan nasional, republikanisme,
kerakyatan, etatisme, sekularisme, modernisasi, dan pembaruan.

- Nasionalisme/Wawasan Kebangsaan Indonesia


Indonesia berpaham nasionalisme. Artinya, loyalitas rakyat diberikan
kepada negara-bangsa. Pembukaan UUD 1945 menyatakan bahwa kemerdekaan
Indonesia diarahkan untuk mewujudkan kemerdekaan kebangsaan Indonesia,
pencerdasan kehidupan bangsa, serta memerhatikan segenap bangsa Indonesia. Sila
Persatuan Indonesia harus melandasi segala kegiatan kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.

39
Wawasan kebangsaan adalah cara pandang yang dilandasi kesadaran diri
sebagai warga suatu negara akan diri dan lingkungannya dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara. Di dalamnya, bangsa Indonesia memandang diri dan lingkungannya,
mengutamakan kesatuan dan persatuan wilayah dalam penyelenggaraan kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Kesatuan/integrasi nasional ini bersifat
struktural dan kultural, mengandung kesatuan ipoleksosbudhankam.
Wawasan kebangsaan menentukan cara bangsa mendayagunakan kondisi
geografis negara, sejarah, sosio-budaya, ekonomi, dan politik serta pertahanan
keamanan dalam mencapai cita-cita dan menjamin kepentingan nasional. Wawasan
tersebut juga menentukan cara bangsa Indonesia menempatkan diri dalam
berhubungan/pergaulan dengan bangsa lain. Di sana ada komitmen persatuan untuk
menjamin keberadaan dan peningkatan kualitas kehidupan bangsa seraya
menghendaki pengetahuan yang memadai tentang tantangan masa kini dan
mendatang serta berbagai potensi bangsa.
Dalam kerangka NKRI, wawasan kebangsaan merupakan cara bangsa
Indonesia memandang diri dan lingkungannya dalam mencapai tujuan nasional yang
mencakup perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai kesatuan ipoleksosbudhankam
dengan berpedoman pada Pancasila dan UUD 1945. Maka, Wawasan Kebangsaan
sama dengan Wawasan Nusantara.
Wawasan kebangsaan akan luntur bahkan hancur jika warga bangsa tidak
peduli dan membiarkannya berkembang tanpa arah dan pegangan. Maka, negara-
bangsa Indonesia perlu memperkokoh wawasan kebangsaannya. Cara memperkokoh
wawasan kebangsaan antara sadar bahwa; (i) dirinya adalah warga negara dari
negara-bangsa yang memiliki hak dan kewajiban, (ii) negara-bangsa Indonesia
bersifat plural ditinjau dari banyak aspek, (iii) Indonesia sebagai negara-bangsa
sewajarnya memiliki keunggulan dan kekurangan, (iv) negara-bangsanya adalah
tanah air yang menjadi tempatnya mengembangkan diri dan kehidupannya.
Akhirnya, wawasan kebangsaan diusahakan bersama oleh seluruh warga
negara. Keberadaan negara-bangsa Indonesia harus diinsafi, disyukuri, dan
dicintainya dengan kesiapan berkorban demi negara-bangsa.

40
- Patriotisme
Patriotisme adalah semangat, sikap, dan perbuatan seseorang yang rela
berkorban demi kejayaan dan kesejahteraan tanah air dan negara-bangsanya. Presiden
Soekarno menyamakan patriot dengan pendekar bangsa. Dalam diri pendekar bangsa
ada Trisakti; (i) berdaulat dalam politik, (ii) mandiri dalam ekonomi, dan (iii) pribadi
yang berbudaya. Jika ketiga unsur itu benar diaktualisasikan, maka akan tercipta
ketahanan politik, ekonomi, dan jati diri bangsa. Akhirnya, terjaminlah kelangsungan
hidup bangsa dan negara.

iv. Aspek Yuridis dan Operasionalisasi Wawasan Nusantara


- Pertama kali dicetuskan dalam Deklarasi Juanda 13 Desember 1957
- Dikukuhkan melalui UU No. 4/PRP 1960 Tentang Perairan Indonesia
- Dikukuhkan pertama kali sebagai Doktrin Strategis Wawasan Nusantara melalui TAP
MPR No. IV/MPR/1973 tanggal 22 Maret 1973 tentang GBHN hingga dalam GBHN
Tahun 1998, sebagai wawasan dalam mencapai tujuan pembangunan nasional untuk
menjadi pemandu yang bersifat quasi konstitusional bagi segenap regulasi dan
kebijakan pembangunan dan pencapaian tujuan nasional di segala bidang
- Ditetapkan dalam Konvensi PBB tentang Hukum Laut Internasional, United Nation
Convention on the Law of the Sea (UNCLOS) 1982
- Ditetapkan sebagai Hari Nusantara tanggal 13 Desember melalui Keppres
No.126/2001 oleh Presiden Abdurrahman Wahid

v. Wawasan Nusantara Memasuki Abad XXI


Memasuki abad ke-21, berkembang sifat individualistik dan liberalistik. Tiap
individu memperjuangkan hak mereka untuk mengatur diri sendiri dan menentukan
tindakannya sendiri. Gerakan ini menjadi gejala global. Berikut ini cara-cara bangsa
Indonesia dalam menyikapinya.
- Tantangan implementasi Wawasan Nusantara di dalam delapan bidang kehidupan
manusia dan budaya
 Demografi
Bangsa Indonesia yang terdiri dari banyak suku dan bahasa, serta memeluk
berbagai agama dan meyakini kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa harus
41
selalu punya perasaaan yang satu, senasib sepenanggungan, sebangsa dan
setanah air, serta satu tekad dalam mencapai cita-cita bangsa.
 Geografi
Wilayah nasional dengan segala isinya adalah satu kesatuan ruang hidup seluruh
bangsa serta modal dan milik bersama bangsa. Karena hidup berdampingan
dengan bangsa lain, maka bangsa Indonesia wajib ikut mengusahakan ketertiban
dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial
melalui Politik Luar Negeri Bebas Aktif yang diabdikan pada kepentingan
nasional.
 Kekayaan alam
Segala isi dan kekayaan alam Nusantara adalah modal dan milik bersama
bangsa.
 Ideologi
Pancasila adalah satu-satunya falsafah dan ideologi bangsa dan negara.
Pancasila melandasi, membimbing, dan mengarahkan bangsa menuju tujuannya.
 Politik
Seluruh wilayah Nusantara adalah satu kesatuan politik yang terselenggara
berdasar Pancasila dan UUD 1945. Di dalamnya, hanya ada satu hukum
nasional yang mengabdi kepentingan nasional.
 Ekonomi
Perekonomian Nusantara diusahakan bersama berdasar asas kekeluargaan dan
ditujukan bagi sebesar-besar kemakmuran rakyat. Pemenuhan keperluan hidup
sehari-hari harus tersedia merata di seluruh wilayah tanah air. Perkembangan
ekonomi harus serasi dan seimbang di seluruh daerah, tanpa meninggalkan ciri
khas daerah dalam pengembangan kehidupan ekonominya.
 Sosial Budaya
Hakikat budaya Indonesia adalah satu. Namun, corak ragam budaya yang ada
adalah gambaran kekayaan budaya bangsa yang menjadi modal dan landasan
pengembangan budaya bangsa seluruhnya. Budaya Indonesia tidak menolak
nilai-nilai budaya lain selaras dengan nilai budaya bangsa.

42
 Pertahanan Keamanan
Ancaman terhadap satu pulau atau satu daerah adalah ancaman terhadap seluruh
bangsa dan negara. Maka, tiap warga negara punya hak dan kewajiban yang
sama dalam rangka bela negara dan bangsa.
- Globalisasi
Penyatuan dunia adalah usaha manusia sejak zaman lampau. Pada awalnya
diupayakan penyatuan dunia secara fisik (penaklukan, kolonisasi). Selanjutnya,
agama-agama ingin menyatukan dunia secara spiritual.
J. J. Rousseau punya gagasan tentang satu umat manusia di dunia. Ia
beranggapan bahwa semua manusia itu baik. Tiap manusia perlu dibebaskan untuk
berkembang sesuai potensi dasar yang ada dalam dirinya. Mereka tidak butuh kontrol
dari siapa pun. Jika hal ini terjadi, maka akan timbul anarkisme dalam masyarakat.
Komunisme juga mencita-citakan masyarakat komunis dunia; masyarakat
yang sejahtera, tanpa kelas, tanpa hak milik pribadi. Semua sarana adalah hak milik
bersama. Namun tampaknya paham ini hanya berhenti sebagai ide belaka.
- Tribalisasi
Tribalisasi merupakan gerakan pembentukan kelompok sempalan dari suatu
negara-bangsa. Paham ini berpendapat bahwa ikatan alami kelompok suku atau
keluarga lebih kuat daripada daya ikat warga negara-bangsa. Menurut paham ini,
tibalisme lebih kuat menghadapi globalisasi. Gerakan tribalisasi ini harus diwaspadai.

3.2.2. Konsensus Dasar Berbangsa dan Bernegara dalam Persatuan dan Kesatuan

i. Pancasila
Pancasila adalah philosofische groundslag untuk Indonesia merdeka. Pancasila
adalah falsafah bagi NKRI. Pancasila punya empat kedudukan dan fungsi, sebagai dasar
negara Republik Indonesia, ideologi nasional, pandangan hidup bangsa Indonesia, dan
pemersatu bangsa.
- Pancasila adalah dasar NKRI
Pancasila menolak paham-paham yang bertentangan dengan nilai dasarnya.
Pancasila sebagai dasar negara dapat dirunut dari sidang Badan Penyelidik Usaha-

43
Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) tanggal 29 - 31 Mei 1945, pidato
Ir. Soekarno pada tanggal 1 Juni 1945, dan disahkannya UUD NKRI Tahun 1945
tanggal 18 Agustus 1945.
Pancasila bersifat hierarkis-piramidal yang merupakan satu kesatuan utuh
tanpa boleh dipisahkan-pisahkan. Masing-masing sila dalam Pancasila menjiwai dan
dijiwai oleh sila-sila yang lainnya.
Pasal 2 UU No. 12 tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan menyebutkan bahwa "Pancasila merupakan sumber dari segala sumber
hukum negara".
- Pancasila adalah Ideologi Negara
Pancasila adalah kristalisasi nilai-nilai budaya, adat-istiadat, serta agama
dan keyakinan yang dimiliki bangsa Indonesia. Pancasila merupakan seperangkat
prinsip dasar yang menjadi pegangan dalam menentukan arah dan tujuan guna
melangsungkan dan mengembangkan hidup dan kehidupan nasional.
Prinsip Ketuhanan Yang Maha Esa menjamin kebebasan beragama dan
pluralisme ekspresi keagamaan. Prinsip Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, secara
operasional, memberi jaminan pelaksanaan hak asasi manusia sebagai tolok ukur
keberadaban dan solidaritas bangsa terhadap warga negara. Prinsip Persatuan
Indonesia menegaskan bahwa persatuan terbentuk melalui pembangunan hubungan
timbal balik atas dasar kesamaan kedudukan dan tekad untuk menjalin kerja sama.
Prinsip Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan menjamin komitmen terhadap demokrasi. Prinsip
Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia merupakan komitmen bangsa untuk
mengentaskan kemiskinan dan menghilangkan diskriminasi.

ii. Pancasila adalah Pandangan Hidup Bangsa Indonesia


Pancasila adalah jiwa dan kepribadian bangsa. Pancasila mengarahkan kinerja dan
aktivitas warga negara dalam segala bidang kehidupan. Pancasila merupakan visi
kebangsaan Indonesia. Nilai-nilai Pancasila melekat dalam kehidupan masyarakat dan
menjadi norma sikap dan tindakan. Karena itu dalam keseharian, warga negara jangan
sampai melanggar norma-norma yang telah ditetapkan dalam Pancasila.
44
Pancasila adalah hasil kesepakatan yang mempersatukan aneka pandangan
mengenai dasar-dasar Indonesia merdeka, mengenai cita-cita dan tujuan bernegara
Indonesia, serta fondasi kebangsaan yang diharapkan dapat menjelma dalam kehidupan
masyarakat masa lalu, saat ini, dan masa yang akan datang.
Prinsip Persatuan Indonesia melindungi bangsa dan tumpah darah Indonesia.
Prinsip itu mampu memberikan kebaikan bersama bagi warganya, tanpa memandang etnis
dan agama. Negara persatuan itu diperkuat oleh budaya gotong royong dan pendidikan
kewargaan multikulturalisme yang lebih partisipatif dan non-diskriminatif.

iii. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945


- UUD NKRI Tahun 1945 adalah Hukum Dasar Tertulis
UUD NKRI Tahun 1945 merupakan hukum dasar tertulis yang berisi
aturan-aturan dasar yang digunakan sebagai landasan pokok serta sumber hukum bagi
seluruh aspek hukum dan peraturan perundang-undangan yang ada. UUD NKRI
Tahun 1945 dihasilkan oleh badan pembuat UUD NKRI. UUD tersebut selaras
dengan kebutuhan sekaligus harapan yang ada pada masyarakat Indonesia. UUD
NKRI Tahun 1945 punya lima karakateristik.
· Merupakan peraturan perundangan tertinggi dalam NKRI
· Memuat aturan-aturan pokok ketatanegaraan
· Mengikat hak pemerintah, lembaga-lembaga negara, lembaga-lembaga
masyarakat, warga negara Indonesia di mana pun
· Menjadi alat kontrol apakah peraturan hukum dan peraturan perundang-
undangan di bawahnya sesuai dengan ketentuan UUD
· Menjadi dasar dan sumber hukum bagi peraturan hukum dan peraturan
perundangan di bawahnya
- UUD NKRI Tahun 1945 dalam Hierarki Peraturan Perundang-Undangan di Indonesia
UUD NKRI Tahun 1945 adalah hukum dasar dalam peraturan perundang-
undangan di Indonesia (Pasal 3 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan). Tata urutan perundang-undangan
menurut pasal 7 UU No. 12 Tahun 2011 disusun secara hierarkis. Hierarki itu adalah;
UUD NKRI Tahun 1945, Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat, Undang-

45
Undang Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang, Peraturan Pemerintah,
Peraturan Presiden, Peraturan Daerah Provinsi, dan Peraturan Daerah
Kabupaten/Kota.
- UUD NKRI Tahun 1945 adalah Alat Kontrol terhadap Penyelenggaraan Negara
UUD NKRI Tahun 1945 sebagai alat kontrol penyelenggaraan negara sudah
mengalami empat perubahan (1999, 2000, 2001, dan 2002). Perubahan dilakukan tiga
hal. Satu, ketentuan dasar yang menyangkut sistem ketatanegaraan perlu disesuaikan
dengan zaman. Dua, perlu ada pembatasan kekuasaan pemerintah yang mengarah
pada pemerintahan absolut, yakni mengenai batasan kekuasaan presiden. Tiga,
gelombang reformasi yang menginginkan pemerintahan demokratis yang secara tegas
menerapkan kedaulatan rakyat dalam memilih pemimpin negara.

iv. Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)


- Sejarah NKRI
Tanggal 20 Mei 1908 Budi Utomo berdiri untuk memberi pencerahan akan
pentingnya perjuangan guna melepaskan diri dari penjajahan. Tetapi, Budi Utomo
belum menunjukkan adanya kesadaran untuk berjuang secara kolektif dengan
kelompok-kelompok lainnya.
Tanggal 28 Oktober 1928 terjadi Sumpah Pemuda yang tegas menunjukkan
persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Saat itu, berbagai organisasi kepemudaan
menyadari pentingnya persatuan nasional untuk mencapai kemerdekaan Indonesia.
Para pemuda itu berikrar; berbangsa satu, bangsa Indonesia, bertumpah darah satu,
tanah air Indonesia, dan berbahasa satu, bahasa Indonesia. Padahal, de facto dan de
jure, saat itu belum ada Negara Indonesia.
Tanggal 17 Agustus 1945 menjadi puncak perjuangan Bangsa Indonesia.
Saat itu, bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Tanggal 18
Agustus 1945, PPKI menetapkan Pancasila dan UUD NKRI Tahun 1945. Inilah saat
yuridis-formal Negara Indonesia menjadi negara kesatuan yang berbentuk republik.
Tanggal 6 Desember 1949 diberlakukan Undang-Undang Dasar Republik
Indonesia Serikat (UUD RIS) sehingga Negara Indonesia menjadi negara federal.
Tanggal 3 April 1950 berlangsung Sidang Parlemen RIS untuk menyikapi penolakan

46
terhadap sistem federal dalam Republik Indonesia Serikat. Tanggal 17 Agustus 1950,
Republik Indonesia Serikat dibubarkan dan NKRI diproklamasikan kembali.
- Konsep NKRI berdasarkan Pancasila dan UUD NKRI Tahun 1945
Negara kesatuan tercantum dalam Pasal 37 Ayat 5 UUD NKRI Tahun 1945
yang berbunyi “Khusus mengenai bentuk NKRI tidak dapat dilakukan perubahan”.
Indonesia merupakan negara kesatuan dengan bentuk pemerintahan
Republik. Dalam negara kesatuan, kekuasaan pemerintahan berada dan dipegang
pemerintah pusat. Pemerintah pusat dan pemerintah daerah tidak sama dan tidak
sederajat. Kewenangan pemerintah daerah hanyalah mandat dari pemerintah pusat.
Dalam menjalankan pemerintahannya, pemerintah daerah tidak boleh bertentangan
dengan ketentuan pemerintah pusat.

v. Bhinneka Tunggal Ika


- Semboyan Nasional Bhinneka Tunggal Ika
Bhinneka Tunggal Ika adalah semboyan nasional. Semboyan itu ada sejak
NKRI merdeka, hasil pembicaraan antara Bung Karno, Muhammad Yamin, dan I
Gusti Bagus Sugriwa. Secara historis, istilah “Bhinneka Tunggal Ika” sudah ada sejak
Majapahit, terutama dalam Kitab Kakawin Sutasoma karya Mpu Tantular. Bhinneka
Tunggal Ika harus diimplementasikan dalam keseharian demi kehidupan berbangsa
dan bernegara yang kuat.
- Multikulturalisme Bangsa Indonesia
Multikulturalisme dalam konteks Indonesia dapat berarti paham yang
menyatukan perbedaan budaya pada masyarakat. Dalam multikulturalisme, budaya-
budaya yang berbeda itu tetap ada dan dipertahankan sehingga dikenal istilah
kebudayaan nasional dan kebudayaan daerah.
Multikulturalisme dipandang sebagai pengikat yang mengakomodir segala
bentuk perbedaan (suku, agama, ras, adat-istiadat) dalam kerangka NKRI.
Multikulturalisme juga dipandang sebagai politik nasional yang digunakan
pemerintah untuk menciptakan stabilitas keamanan nasional dan keteraturan sosial
dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, warga masyarakat dapat berproduksi
dan menikmati kesejahteraan hidup.
47
- Makna Persatuan dan Kesatuan Bangsa
Persatuan dan kesatuan diperlukan agar struktur sosial masyarakat Indonesia
yang beragam (agama dan keyakinan, suku, etnis, budaya, sistem sosial, dan
ekonomi) tetap terjaga. Jiwa bangsa masyarakat Indonesia disatukan bukan oleh
kesamaan “identitas”, tetapi perasaan senasib dan sepenanggungan, tekad bersama
untuk bersatu mencapai satu tujuan yang sama.

3.3. Nilai-Nilai Dasar Bela Negara


3.3.1. Pengertian Umum
Bela negara termuat dalam pasal 27 ayat 3 UUD NKRI Tahun 1945. Bunyi
pasal itu, “Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan
negara". Maka berdasar undang-undang, bela negara mengikat seluruh bangsa Indonesia.
Hak dan kewajiban bela negara merupakan jaminan terhadap eksistensi NKRI dan
perwujudan cita-cita bangsa seperti termuat dalam Pembukaan UUD NKRI Tahun 1945.
Cita-cita yang dimaksud adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa, serta ikut serta melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
Bela negara diwujudkan dalam bentuk sikap dan perilaku warga negara yang
dijiwai rasa cinta kepada negara, meyakini ideologi negaranya, dan taat terhadap
perundang-undangan yang diatur oleh negara dalam rangka menjamin kelangsungan
hidup bangsa dan negara. Upaya bela negara tiap warga negara dilakukan dengan penuh
kesadaran dan tanggung jawab, serta rela berkorban demi kedaulatan bangsa dan
negaranya.
Nilai-nilai bela negara terdiri dari cinta tanah air, kesadaran berbangsa dan
bernegara, yakin akan Pancasila sebagai ideologi negara, rela berkorban untuk bangsa
dan negara, memiliki kemampuan awal bela negara, bersemangat untuk mewujudkan
Negara yang berdaulat, adil, dan makmur.

48
3.3.2. Ruang Lingkup Nilai-Nilai Dasar Bela Negara

i. Cinta Tanah Air


Cinta Tanah Air ditumbuhkan dengan cara memahami Indonesia secara utuh.
Keutuhan itu meliputi pengetahuan tentang sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia,
potensi sumber daya alam, potensi sumber daya manusia serta posisi geografi yang sangat
strategis.

ii. Sadar Berbangsa dan Bernegara


Kesadaran berbangsa dan bernegara ditopang oleh tekad untuk selalu
menciptakan kerukunan, persatuan, dan kesatuan dalam keberagaman. Kesadaran
bernegara tampak dalam usaha menjunjung tinggi prinsip-prinsip dasar NKRI sebagai
negara hukum berdasar Pancasila dan UUD NKRI Tahun 1945. Kesadaran tumbuh dari
pemahaman terhadap nilai-nilai yang terkandung dalam Wawasan Nusantara, Ketahanan
Nasional, Kewaspadaan Nasional, dan Politik Luar Negeri Bebas Aktif.

iii. Setia kepada Pancasila sebagai Ideologi Negara


Pancasila terbukti ampuh menjamin kelangsungan hidup NKRI. Sesudah
kemerdekaan, telah terjadi banyak ancaman terhadap NKRI. Semua ancaman itu teratasi
karena rakyat Indonesia setia kepada Pancasila. Penguatan rasa cinta kepada Pancasila
termasuk usaha bela negara. Penguatan rasa cinta tanah air dapat berupa penegakan
disiplin, pengembangan etika politik, dan sistem demokrasi serta menumbuhkan taat
hukum.

iv. Rela Berkorban untuk Bangsa dan Negara


Sikap rela berkorban terbukti menghasilkan kemerdekaan Indonesia. Semangat
pantang menyerah para pejuang telah berbuah kemenangan. Sikap rela berkorban demi
bangsa dan negara akan menjadi kekuatan bangsa untuk membangun ketahanan nasional
yang kuat dalam menyukseskan pembangunan nasional.

v. Mempunyai Kemampuan Awal Bela Negara

49
Kemampuan awal bela negara adalah potensi dan kesiapan tiap warga negara
untuk membela negara sesuai profesi dan kemampuannya. Contoh kemampuan awal bela
negara adalah nilai-nilai percaya diri dan nilai-nilai profesi.

vi. Semangat untuk Mewujudkan Negara yang Berdaulat, Adil, dan Makmur
Sikap dan tekad kebangsaan perlu dilandasi rasa persatuan dan kesatuan untuk
mewujudkan cita-cita bersama. Itulah energi potensial milik bangsa. Potensi-potensi
tersebut, baik sumber daya nasional maupun kearifan lokal, akan memberi nilai pada
peradaban bangsa Indonesia. Nilai-nilai itu pada gilirannya diharapkan mendukung
percepatan pembangunan ketahanan nasional dan menyukseskan pembangunan nasional
menuju masyarakat adil dan makmur.

3.3.3. Nilai-Nilai Dasar Bela Negara dan Indikatornya

Tabel 1: Nilai-Nilai Dasar Bela Negara dan Indikatornya (Wantanas, 2018)


No Nilai Dasar Bela Negara Sikap dan perilaku yang sesuai:
1 Cinta tanah air a. Mencintai, menjaga, dan melestarikan lingkungan
hidup
b. Menghargai dan menggunakan karya anak bangsa
c. Menggunakan produk dalam negeri
d. Menjaga dan memahami seluruh ruang wilayah NKRI
e. Menjaga nama baik bangsa dan negara
f. Mengenal wilayah tanah air tanpa rasa fanatisme
kedaerahan
2 Kesadaran berbangsa a. Disiplin dan bertanggung jawab terhadap tugas yang
dan bernegara dipercayakan
b. Menghargai dan menghormati keanekaragaman suku,
agama, ras, dan antar-golongan
c. Mendahulukan kepentingan umum di atas
kepentingan pribadi dan golongan
d. Bangga terhadap bangsa dan negara

50
e. Rukun dan berjiwa gotong royong dalam masyarakat
f. Menjalankan hak dan kewajiban sesuai peraturan
perundangan yang berlaku
3 Setia kepada Pancasila a. Menjalankan kewajiban agama secara baik dan benar
b. Memahami dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila
dalam hidup sehari-hari
c. Meyakini Pancasila sebagai dasar negara dan
menjadikan Pancasila sebagai pemersatu hidup
berbangsa dan bernegara
d. Menerapkan nilai-nilai dan prinsip-prinsip
musyawarah mufakat
e. Menghormati dan menjunjung tinggi hak asasi
manusia
f. Saling membantu antarsesama warga negara sesuai
nilai luhur Pancasila demi kesejahteraan umum
4 Rela berkorban untuk a. Rela menolong sesama warga masyarakat yang
bangsa dan negara mengalami kesulitan tanpa melihat latar belakang
b. Mendahulukan kepentingan bangsa dan negara
daripada kepentingan pribadi dan golongan
c. Menyumbangkan tenaga, pikiran, dan kemampuan
untuk pembangunan bangsa dan negara
d. Membela bangsa dan negara sesuai profesi dan
kemampuan masing-masing
e. Peduli dan ikut serta secara aktif dalam pembangunan
masyarakat, bangsa, dan negara
f. Rela berkorban demi kepentingan bangsa dan negara
tanpa pamrih
5 Memiliki kemampuan a. Memiliki kemampuan, integritas, dan kepercayaan
dasar bela negara diri yang tinggi dalam membela bangsa dan negara
b. Mempunyai kemampuan memahami dan

51
mengidentifikasi bentuk-bentuk ancaman di
lingkungan masing-masing sehingga selalu siap
tanggap dan lapor dini
c. Senantiasa menjaga kesehatan fisik dan mental
d. Memiliki kecerdasan emosional, intelektual, dan
spiritual yang memadai
e. Memiliki pengetahuan tentang kearifan lokal dalam
menyikapi ancaman-ancaman
f. Memiliki kemampuan dalam memberdayakan
kekayaan sumber daya alam dan keanekaragaman
hayati
6 Semangat mewujudkan a. Tidak berputus asa ketika menghadapi persoalan
negara yang berdaulat, kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
adil, dan makmur b. Bekerja keras untuk kesejahteraan diri dan
masyarakat
c. Memperjuangkan kedaulatan rakyat, keadilan, dan
hak asasi manusia
d. Mewujudkan pemerintahan yang benar dan bersih
dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
e. Menerapkan jiwa dan semangat juang 1945
f. Memanfaatkan kearifan lokal untuk kesejahteraan
rakyat

3.4. Penghormatan terhadap Lambang-Lambang Negara dan Ketaatan kepada Peraturan


Perundang-undangan
3.4.1. Bendera, Bahasa, Lambang Negara, dan Lagu Kebangsaan
Sarana pemersatu, identitas, dan wujud keberadaan bangsa Indonesia terdiri dari
bendera, bahasa, dan lambang negara, serta lagu kebangsaan Indonesia. Itulah simbol
kedaulatan dan kehormatan negara seperti tertuang dalam UUD Tahun 1945. Itulah

52
manifestasi kebudayaan yang berakar pada sejarah perjuangan bangsa, kesatuan dalam
keragaman budaya, dan kesamaan dalam mewujudkan cita-cita bangsa dan NKRI.
Aturan tentang bendera, bahasa, dan lambang negara, serta lagu kebangsaan
Indonesia terdapat dalam UU Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan
Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan. Pengaturan tersebut dilaksanakan berdasarkan
asas persatuan, kedaulatan, kehormatan, kebangsaan, kebhinnekatunggalikaan, ketertiban,
kepastian hukum, keseimbangan, keserasian, dan keselarasan.

i. Bendera Negara
- Dasar Hukum
· UUD Tahun 1945 pasal 35, UU No. 24 Tahun 2009, dan Peraturan
Pemerintah No. 40 Tahun 1958 tentang Bendera Kebangsaan Republik
Indonesia.
· Bendera Negara Republik Indonesia (disingkat Bendera Negara) adalah Sang
Saka Merah Putih, Sang Merah Putih, Merah Putih, atau kadang disebut Sang
Dwiwarna (dua warna).
· Bendera Negara yang dikibarkan pada Proklamasi Kemerdekaan Bangsa
Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 di Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56
Jakarta disebut Bendera Pusaka Sang Saka Merah Putih. Bendera Pusaka
disimpan dan dipelihara di Monumen Nasional Jakarta.
- Bentuk dan ukuran
· Empat persegi panjang dengan ukuran lebar 2/3 (dua per tiga) dari panjang.
Bagian atas berwarna merah dan bagian bawah berwarna putih. Kedua bagian
berukuran sama.
· Merah berarti keberanian, putih berarti kesucian. Merah melambangkan raga
manusia, sedangkan putih melambangkan jiwa manusia. Keduanya
membentuk kesatuan kemanusiaan yang utuh.
· Bendera Negara dibuat dari kain dengan warna yang tidak luntur.
- Ketentuan:
· 200 cm x 300 cm untuk penggunaan di lapangan istana kepresidenan
· 120 cm x 180 cm untuk penggunaan di lapangan umum
53
· 100 cm x 150 cm untuk penggunaan di ruangan
· 36 cm x 54 cm untuk penggunaan di mobil Presiden dan Wakil Presiden
· 30 cm x 45 cm untuk penggunaan di mobil pejabat negara
· 20 cm x 30 cm untuk penggunaan di kendaraan umum
· 100 cm x 150 cm untuk penggunaan di kapal
· 100 cm x 150 cm untuk penggunaan di kereta api
· 30 cm x 45 cm untuk penggunaan di pesawat udara
· 10 cm x 15 cm untuk penggunaan di meja
· 3 cm x 5 cm untuk penggunaan di seragam sekolah
- Pengibaran:
Pengibaran Bendera Negara dilakukan pada waktu antara matahari terbit
hingga matahari terbenam. Dalam keadaan tertentu, Bendera Negara dapat
dikibarkan pada malam hari. Bendera Negara wajib dikibarkan pada Hari
Kemerdekaan Bangsa Indonesia tanggal 17 Agustus oleh warga negara yang
menguasai hak penggunaan rumah, gedung atau kantor, satuan pendidikan,
transportasi umum, dan transportasi pribadi di seluruh wilayah NKRI dan di kantor
perwakilan Republik Indonesia di luar negeri. Bendera Negara wajib dikibarkan
setiap hari di tempat-tempat sebagai berikut:
· Istana Presiden dan Wakil Presiden
· Gedung atau Kantor Lembaga Negara
· Gedung atau Kantor Lembaga Pemerintah
· Gedung atau Kantor Lembaga Pemerintah Nonkementerian
· Gedung atau Kantor Lembaga Pemerintah Daerah
· Gedung atau Kantor Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
· Gedung atau Kantor Perwakilan Republik Indonesia di Luar Negeri
· Gedung atau Halaman Satuan Pendidikan
· Gedung atau Kantor Swasta
· Rumah Jabatan Presiden dan Wakil Presiden
· Rumah Jabatan Pimpinan Lembaga Negara
· Rumah Jabatan Menteri

54
· Rumah Jabatan Pimpinan Lembaga Pemerintahan Non Kementerian
· Rumah Jabatan Gubernur, Bupati, Walikota, dan Camat
· Gedung atau Kantor atau Rumah Jabatan lain
· Pos Perbatasan dan Pulau-Pulau Terluar di Wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia
· Lingkungan Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Republik Indonesia
· Taman Makam Pahlawan
- Pelarangan terkait Bendera Negara
· Merusak, merobek, menginjak-injak, membakar, atau melakukan perbuatan
lain dengan maksud menodai, menghina, atau merendahkan kehormatan
Bendera Negara;
· Memakai Bendera Negara untuk reklame atau iklan komersial;
· Mengibarkan Bendera Negara yang rusak, robek, luntur, kusut, atau kusam;
· Mencetak, menyulam, dan menulis huruf, angka, gambar atau tanda lain dan
memasang lencana atau benda apapun pada Bendera Negara; dan
· Memakai Bendera Negara untuk langit-langit, atap, pembungkus barang, dan
tutup barang yang dapat menurunkan kehormatan Bendera Negara.

ii. Bahasa Negara


- Dasar Hukum dan Sumber
Bahasa Indonesia dinyatakan sebagai bahasa resmi negara sebagaimana
tertuang dalam Pasal 36 UUD NKRI Tahun 1945. Bahasa Indonesia sebagai bahasa
persatuan diikrarkan dalam Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928.
- Kedudukan
· Bahasa kebangsaan, kedudukannya berada di atas bahasa-bahasa daerah
· Bahasa negara (bahasa resmi Negara Kesatuan Republik Indonesia)
- Fungsi
· Lambang kebanggaan kebangsaan
· Lambang identitas nasional
· Alat penghubung antarwarga, antardaerah, dan antarbudaya

55
· Alat yang memungkinkan penyatuan berbagai suku bangsa dengan latar
belakang sosial budaya dan bahasa yang berbeda ke dalam kesatuan
kebangsaan Indonesia
- Penggunaan
Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang baku, terbuka, dan dinamis.
Bahasa Indonesia wajib digunakan dalam peraturan perundang-undangan. Bahasa
Indonesia wajib digunakan dalam dokumen resmi negara. Bahasa Indonesia wajib
digunakan dalam pidato resmi Presiden, Wakil Presiden, dan pejabat negara yang
lain yang disampaikan di dalam atau di luar negeri.

iii. Lambang Negara


- Perancang dan Dasar Hukum
Rancangan awal dikerjakan oleh Sultan Hamid II dari Pontianak dan
disempurnakan oleh Presiden Soekarno. Lambang Negara Garuda Pancasila
diresmikan pemakaiannya pada Sidang Kabinet Republik Indonesia Serikat tanggal
11 Februari 1950. Lambang negara Garuda Pancasila diatur penggunaannya dalam
Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 1958.
- Bentuk
Garuda Pancasila dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika. Dari sudut
pandang Burung Garuda, kepala menoleh ke kanan. Perisai berbentuk menyerupai
jantung tergantung dengan rantai pada leher Garuda. Semboyan Bhinneka Tunggal
Ika ditulis di atas pita yang dicengkeram oleh Garuda.
- Warna
· Warna merah di bagian kanan atas dan kiri bawah perisai;
· Warna putih di bagian kiri atas dan kanan bawah perisai;
· Warna kuning emas untuk seluruh burung Garuda
· Warna hitam di tengah-tengah perisai yang berbentuk jantung; dan
· Warna alam untuk seluruh gambar lambang
- Makna

56
· Jumlah bulu melambangkan Hari Proklamasi Kemerdekaan Indonesia (17
Agustus 1945): 17 bulu di masing-masing sayap, 8 bulu ekor, 19 bulu pangkal
ekor, 45 bulu leher.
· Perisai merupakan lambang pertahanan negara Indonesia.
· Bintang Tunggal sila Ketuhanan Yang Mahaesa (5 agama besar), Rantai Emas
sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Pohon Beringin sila Persatuan
Indonesia, Kepala Banteng sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat
Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan, Padi dan Kapas sila
Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
- Penggunaan
Penggunaan lambang negara diatur dalam UUD Tahun 1945 pasal 36A
dan UU No. 24 Tahun 2009.
· Dalam gedung, kantor, atau ruang kelas satuan pendidikan
· Luar gedung atau kantor
· Lembaran negara, tambahan lembaran negara, berita negara, dan tambahan
berita negara
· Paspor, ijazah, dan dokumen resmi yang diterbitkan pemerintah
· Uang logam dan uang kertas atau meterai

iv. Lagu Kebangsaan


Indonesia Raya adalah Lagu Kebangsaan yang digubah oleh Wage Rudolf
Supratman. Lagu Kebangsaan dikumandangkan untuk;
- Pengunaan:
· menghormati Presiden dan/atau Wakil Presiden
· menghormati Bendera Negara pada waktu pengibaran atau penurunan
Bendera Negara yang diadakan dalam upacara
· acara resmi yang diselenggarakan oleh pemerintah
· acara pembukaan sidang paripurna Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dan Dewan
Perwakilan Daerah

57
· menghormati kepala negara atau kepala pemerintahan negara sahabat dalam
kunjungan resmi
· acara atau kegiatan olahraga internasional
· acara ataupun kompetisi ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni internasional
yang diselenggarakan di Indonesia
· rangkaian program pendidikan dan pengajaran
· acara resmi lainnya yang diselenggarakan oleh organisasi, partai politik, dan
kelompok masyarakat lain
- Tatacara:
Semua warga negara Indonesia yang hadir saat Lagu Kebangsaan
diperdengarkan/dinyanyikan, mereka wajib berdiri tegak dengan sikap hormat.
Lagu Kebangsaan dilagukan dengan cara;
· Diiringi alat musik, tanpa diiringi alat musik, ataupun diperdengarkan secara
instrumental
· Lagu Kebangsaan yang diiringi alat musik, dinyanyikan lengkap satu strofe,
dengan satu kali ulangan pada refrein
· Lagu Kebangsaan yang tidak diiringi alat musik, dinyanyikan lengkap satu
stanza pertama, dengan satu kali ulangan pada bait ketiga stanza pertama
- Larangan
· Mengubah Lagu Kebangsaan dengan nada, irama, kata-kata, dan gubahan lain
dengan maksud menghina/merendahkan kehormatan Lagu Kebangsaan
· Memperdengarkan, menyanyikan, ataupun menyebarluaskan hasil ubahan
Lagu Kebangsaan dengan maksud untuk tujuan komersial
· Menggunakan Lagu Kebangsaan untuk iklan dengan tujuan komersial

3.4.2. Jenis dan Hierarki Peraturan Perundang-undangan serta Bentuk Ketaatan Warga
Negara pada Peraturan Perundang-undangan
i. Jenis dan Hierarki Peraturan Perundang-Undangan
- Pengertian Peraturan Perundang-Undangan
Menurut UU No. 12 Tahun 2011, peraturan perundang-undangan adalah
peraturan tertulis yang memuat norma hukum yang mengikat secara umum dan
58
dibentuk atau ditetapkan oleh lembaga negara atau pejabat yang berwenang melalui
prosedur yang ditetapkan dalam Peraturan Perundang-undangan.
- Kedudukan Pancasila dan UUD NKRI Tahun 1945
Pancasila adalah sumber segala sumber hukum negara. UUD Tahun 1945
adalah hukum dasar dalam Peraturan Perundang-undangan.
- Hierarki dan Jenis Peraturan Perundang-Undangan berdasar UU No. 12 Tahun 2011
· UUD Tahun 1945
· Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat
· Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
· Peraturan Pemerintah
· Peraturan Presiden
· Peraturan Daerah (Perda) Provinsi
· Perda Kabupaten/Kota
- Kebijakan Publik dalam Format Keputusan dan/atau Tindakan Administrasi
Pemerintahan

ii. Bentuk Ketaatan Warga Negara pada Peraturan Perundang-Undangan


- Hakikat Mentaati Peraturan Perundang-undangan
Peraturan perundang-undangan memberikan kepastian hukum bagi warga
negara, melindungi, dan menganyomi hak-hak warga negara, memberikan rasa
keadilan bagi warga negara, dan menciptakan ketertiban dan ketentraman.
- Ketaatan dan Kesadaran
Orang-orang yang sadar dan taat hukum akan tampak dalam sikap dan
perilaku sebagai berikut;
· Mereka tahu peraturan-peraturan hukum yang berlaku, baik di lingkungan
masyarakat ataupun di negara Indonesia
· Mereka tahu isi peraturan-peraturan hukum
· Mereka bersikap positif terhadap peraturan-peraturan hukum
· Mereka berperilaku sesuai peraturan perundang-undangan berlaku

59
3.5. Pembinaan Kerukunan, Menjaga Persatuan dan Kesatuan Bangsa
3.5.1. Pengantar
Manusia adalah makhluk sosial. Manusia saling membutuhkan. Tetapi, interaksi
antarindividu kadang menimbulkan konflik. Oleh karena itu, konflik harus diatasi.
Manusia membutuhkan kesepahaman agar seluruh ciptaan menjadi lestari.

3.5.2. Kerukunan dalam Berbudaya


Tiap suku bangsa di Indonesia memiliki budayanya masing-masing. Keragaman
itu adalah anugerah, potensi yang dapat dikembangkan untuk kebaikan seluruh bangsa.
Perbedaan tersebut dapat berujung pada konflik. Maka, Bangsa Indonesia perlu
menemukan cara jitu untuk mempertemukan perbedaan sehingga memberi manfaat yang
baik bagi hidup berbangsa dan bernegara.
Kerukunan akan terwujud jika semua unsur masyarakat saling menghormati,
menghargai, dan menjunjung tinggi. Warga masyarakat juga perlu mengembangkan
kewaspadaan terhadap upaya-upaya yang dapat memecah belah bangsa dengan
menunggangi celah keragaman budaya.

3.5.3. Kerukunan dalam Beragama

Kerukunan antarumat beragama di Indonesia merupakan salah satu cita-cita


luhur yang harus selalu dikawal. Beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk
menciptakan kerukunan antarumat beragama adalah;
· sosialisasi kerukunan antarumat beragama
· memberi kemudahan bagi penganut agama
· tidak mencampuri urusan akidah/dogma dan ibadah suatu agama
· membimbing penunaian ajaran agama dan merumuskan landasan hukum yang
jelas dan kokoh tentang tata hubungan antarumat beragama
· membentuk forum kerukunan antarumat beragama
· meningkatkan wawasan kebangsaan dan multikultural melalui jalur
pendidikan formal, informal dan non formal

60
· memberdayakan sumber daya manusia (tokoh agama dan tokoh masyarakat)
untuk ketahanan dan kerukunan masyarakat
· melindungi agama dari penyalahgunaan dan penodaan
· aksi sosial bersama antarumat beragama

3.5.4. Prinsip-Prinsip Persatuan dan Kesatuan Bangsa

Dari uraian-uraian di atas, diperoleh lima prinsip persatuan dan kesatuan Bangsa
Indonesia. Kelima prinsip itu adalah;
· Prinsip Bhinneka Tunggal Ika
· Prinsip Nasionalisme yang menghargai bangsa-bangsa lain
· Prinsip Kebebasan yang bertanggung jawab
· Prinsip Wawasan Nusantara
· Prinsip Persatuan Pembangunan Nasional

61

Anda mungkin juga menyukai