Metode Mikrobiologi Melly Anggreini
Metode Mikrobiologi Melly Anggreini
PENDAHULUAN
A. Biopsi Sumsum Tulang
Biopsi sumsum tulang sering dilakukan baik di rawat inap maupun rawat jalan
untuk mendiagnosis berbagai gangguan hematologi. Tindakan biopsi memiliki
akurasi diagnostik yang tinggi. Krista iliaka superior posterior adalah lokasi
pengambilan sampel yang biasanya dipilih karena alasan kenyamanan dan
keamanan pasien. Krista iliaka anterior superior juga dapat digunakan pada
pasien yang memiliki jaringan adiposa dalam jumlah besar atau kontraindikasi
lain seperti luka di atas krista iliaka posterior. Sternum proksimal dapat
menjadi target untuk pasien berusia di atas 12 tahun 1. Biopsi sumsum tulang
dapat membantu menentukan stadium, manajemen, dan pemantauan dari
penyakit hematologi. Namun biopsi sumsum tulang bersifat invasif,
membutuhkan praktisi spesialis dan dapat menyebabkan rasa sakit dan
komplikasi lain pada pasien. Analisis harus dilakukan tepat waktu oleh
spesialis bersama dengan pengujian yang sangat kompleks2.
1. Rindy J.L & Chambers A.R. 2022. Bone Marrow Aspiration And Biopsy.
National Center for Biotechnology Information.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK559232/
1
Mahbub M & Chauhan N. 2022. Pb2342: A Review Of Bone Marrow Biopsies
Performed At A London Teaching Hospital: Do Bone Marrows Aid Diagnosis
And At What Cost?. National Center for Biotechnology Information.
6(Suppl ): 2211-2212. 10.1097/01.HS9.0000852192.69260.a2
2
Bakteri ini akan membentuk gerombolan tak teratur yang mirip seperti
anggur. Spesies ini dapat menimbulkan berbagai kelainan seperti impetigo,
bisul, abses dan lain-lain. Salah satu ciri khas dari Staphylococcus aureus
yang dapat membedakannya dengan spesies Staphylococcus lainnya adalah
kemampuannya dalam memproduksi koagulase (CDC, 2019).
3
C. Epidemiologi
MRSA ditemukan pertama kali pada tahun 1961 di US, dan semakin
tahun terus mengalami peningkatan. Insidensi infeksi MRSA di US berkisar
7%-60%, sedangkan infeksi oleh MRSA di Asia ± 70%. Hal ini disebabkan
rendahnya pengawasan penggunaan antibiotik terutama di negara
berkembang (Suyasa, 2020; Siddiqui, 2022).
Faktor risiko yang berhubungan dengan infeksi MRSA antara lain,
rawat inap yang terlalu lama, perawata intensif care, tindakan invasif, infeksi
HIV/imunosupresan lainnya, luka terbuka, hemodialisis, malperfusi perifer,
akses vena seentral atau pemakaian kateter urin jangka panjang. Pasien rawat
inap dengan usia lebih dari 65 tahun memiliki faktor risiko terkena MRSA
lebih tinggi dibandingkan usia dibawahnya. Insidensi infeksi MRSA yang
tinggi juga ditemukan pada tenaga kesehatan yang berkontak langsung
dengan pasien terinfeksi (Siddiqui, 2022).
4
Pottasium thiocynate-actidione Koloni bewarna kuning keemasan
sodium azide egg yolk pyruvate
agar (KRANEP)
Oxacillin resistant screening agar MRSA menghasilkan koloni
base (ORSAB) bewarna biru yang intens
CHROM agar MRSA menghasilkan koloni
bewarna merah mawar-mauve
MRSA ID Koloni bewarna kehijauan
Tabel 1 Karakteristik koloni Staphyolcoccus aureus berdasarkan media agar
1. Kapsul polisakarida
Merupakan polimer polisakarida yang mengelilingi sel MRSA
yang dapat meningkatkan virulensi dengan cara merusak komplemen dan
osonisasi yang dimediasi oleh antibody dan menghambat fagositosis.
(Algammal, 2020)
2. Protein pada permukaan bakteri
a. Staphylococcus protein A merupakan struktur dinding sel yang
menemperl pada IgG di sirkulasi darah, protein ini mencegah
opsonisasi sistem komplemen dan melindungi bakteri proses
fagositosis. (Algammal, 2020)
b. Faktor pembekuan (Cclumping Factors (Clf))
Fibrinogen merupakan komponen penting dari protein matriks
ekstraselular dalam tubuh, dimulai dari penggumpalan molekul
faktor yang ada di permukaan sel MRSA. terdapat 2 protein berbeda
yaitu Clf A dipermukaan sel yang dapat dijumpai di semua fase
pertumbuhan, serta Clf B yang ditemukan pada fase pertumbuhan
eksponensial awal. (Algammal, 2020)
3. Toksin ekstraseluler
a. Staphylococcal Hemolysin
5
Toksin yang di ekspresikan antara lain alfa, beta, gamma dan
delta. Toksin alfa merupakan yang paling sering di produksi dari
semua strain MRSA dan dianggap sebagai faktor virulensi yang
utama. (Algammal, 2020)
b. Enterotoksin staphylococcus
Merupakan eksotoksin pirogenik dengan tipe A,B,C,D dan E
yang juga termasuk virulensi utama. Enterotoksin ini bertindak
sebagai superantigen (Sags) yang merangsang ekspresi IL-4 dan IL-
10 melalui aktivasi sel TH2. (Algammal, 2020)
c. Panton Valentine Leukocidin (PVL)
Merupakan eksotoksin yang kuat yang aktivasinya dimediasi
oleh 2 oatogen tipe F dan S. PVL dapat menghancurkan membran
plasma sel polimorfonuklear (PMN), selain itu, PVL juga
merangsang pelepasan metabolit oksigen dari sel PMN, pelepasan
IL-8, produksi lisozim, dan pelepasan histamine dari sel basophil.
(Algammal, 2020)
d. Toksin toksik syok syndrome
Merupakan salah satu superantigen (Sags) yang paling kuat.
Toksin ini mengaktifkan TNF alfa, IL-1, dan IL-2. Toksik syok
syndrome merupakan penyakit dengan morbiditas dan mortalitas
yang tinggi. Sering menyerang pada wanita terutama saat masa
menstruasi sekitar hari ker 2 dan ke 3, selama periode ini bakteri
tumbuh baik dalam vagina dan menghasilkan toksin. (Algammal,
2020)
e. Toksin eksfoliatif staphylococcuss
Merupakan salah satu toksin yang terdapat dalam infeksi
Staphylococcal scalded skin syndrome (S4) terutama pada neonatus
dan bayi. Pada dewasa yang mengalami immunodefisiensi atau
disfungsi ginjal juga dapat terkena. Toksin yang dihasilkan
6
menghancurkan protein desmoglein-1 sehingga menyebabkan
lepasnya lapisan epidermis. (Algammal, 2020)
4. Enzim ekstraselular
a. Staphylococcal coagulase
Enzim ini dapat menyebabkan koagulasi dikarenakan pelepasan
enzim koagulase (Coa) yang dikode secara kromosom , sampai saat
ini terdapat 12 isoform koagulase yang dikenali. Selain itu enzim ini
memiliki domain D1D2 yang mana spesifik untuk berikatan dengan
protrombin(Algammal, 2020).
b. Staphylokinase
Merupakan enzim yang merangsang plasminogen untuk melisiskan
bekuan fibrin. Enzim ini dilepaskan oleh strain lisogenik
MRSA(Algammal, 2020).
c. Staphylococcal nuclease
Terdapat 2 jenis yaitu endo dan ekso nuclease yang dapat
menghancurkan DNA dan RNA(Algammal, 2020).
d. Staphylococcal protease
Terdapat 3 jenis yaitu protease 1-serin, 2-metalloprotease dan
protease 3 –sistein. Memiliki fungsi untuk menghindari pertahanan
inang dan pneyebaran bakteri (Algammal, 2020).
e. Staphylococcal hyaluronase
Asam hyaluronat merupakan penyusun utama matriks ekstraselular
yang berperan dalam integritas sel dan jaringan serta regulasi imun.
Staphylococcal hyaluronase berperan dalam pemecahan asam
hyaluronat menjadi disakarida sehingga menganggu fungsi utama
asam hyaluronat (Algammal, 2020).
7
D. Patofisiologi
Penyebab resistensi MRSA secara umum disebabkan pemberian antibiotik
yang tidak rasional. Evolusi yang cepat dari genetik/ kompleks klonal dan
subtype bakteri menyebabkan resistensi terhadap antibiotik linezolid
(oxazolidindion), yang mana merupakan antibiotik terbaru dalam 20 tahun
terakhir sehingga memperparah krisis kesehatan masyarakat. Terjadinya
resistensi pada antibiotik golongan methicilin disebabkan adanya akuisisi gen
mecA yang mana dapat menghasilkan transpeptidase PB2a yang dapat
menurunkan afinitas organisme untuk berikatan dengan antibiotic golongan
betalaktam. Gen mecA merupakan bagian dari elemen genetik seluler yang
disebut “staphylococcal casstte chromosome (SCC) mec”.
Terdapat tujuh tipe SCC mec (I-VII). Selain itu terjadinya resistensi
terhadap antibiotik golongan penicillin disebabkan karena S.aureus
menghasilkan enzim β-lactamase dan sintesis PBP2a. Ketika β-lactam
berikatan dengan PBP2a akan menyebabkan penurunan sintesis peptidoglikan
(Siddiqui, 2022).
Perubahan yang terjadi pada MRSA berupa sintesis PBP2a dan enzim
betalaktamase disebabkan oleh pengaruh faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internal yang berperan dalam pembentukan PBP2a adalah adanya
substrat yang sesuai untuk pembentukannya. Substrat yang mendukung
terbentuknay PBP2a adalah rantai glikan dengan panjang tertentu, stem
peptide untuk membentuk konfigurasi peptida yang normal, dan
membutuhkan pentaglycine cross-bridge untuk membuatnya intak. Terdapat
8
pula faktor internal yang berperan untuk menurunkan resisten meticillin yaitu
fosfomycin, β-chloro-D-alanine, dan D-cycloserine.
9
hialuronidase. Enzim koagulase yang dihasilkan oleh MRSA mampu
menyebabkan koagulase dari plasma manusia. Stapilokinase yang dihasilkan
MRSA akan menstimulasi plasminogen untuk melisiskan jendalan fibrin
0dengan bakterinya (Algammal, 2020).
E. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis yang muncul pada pasien yang terinfeksi MRSA secara
umum adalah pasien tersebut tidak berespon pada sebagian besar antibiotik
(b-lactams). Infeksi yang sering muncul akibat MRSA adalah infeksi luka
operasi, bakteremia primer ataupun sekunder, abses intrabdominal atau
pelvis, osteomielitis, infeksi sendi prostetik, dan pneumonia nosokomial.
Pada infeksi MRSA di kulit dapat menembus lapisan dermis baik lapisan
atas maupun bawah. Infeksi MRSA di kulit menimbulkan tanda klinis seperti
bula dan tidak terdapat gejala sistemik. Pada infeski MRSA di tulang dan
sendi dapat menyebabkan terjadinya artritis septik dan osteomielitis.
10
F. Penegakan Diagnosis
11
BAB II
PEMERIKSAAN MRSA
12
Tes koagulase digunakan untuk mengidentifikasi S.aureus yang mana
menghasilkan enzim koagulase. Uji koagulase dapat dilakukan dengan
metode uji slide. Dengan cara meneteskan setetes aquadest atau NaCl
fisiologis steril diletakkan pada gelas objek, kemudia diambil satu usap
baiakn yang diuji dan disuspensikan. Kemudian diteteskan plasma
diletakkan di dekat suspensi biakan kemudian dicampun dan
digoyangkan. Reaksi posistif terjadi apabila dalam waktu 2-3 menit
terbentuk presipitat granular (Garoy et al., 2019).
4. Uji Biokimia
Karakteristik biokimiawi MRSA adalah dibuktikan dengan berbagai uji
biokimiawi. Pada MRSA akan dijumpai uji katalase positif, uji koagulase
positif, dan uji oksidase negatif. Selain itu, MRSA akan menghasilkan
urease, glukosa, laktosa, dan sukrosa. MRSA juga akan menghasilkan
enzim gelatinase, protease, hemolysin, dan lipase. Uji aktivitas protease
dapat dilakukan pada medium agar susu sedangkan uji produksi lipase
dapat dilakukan pada medium agar kuning telur. Pada uji aktivitas
hemolitik yang dilakukan pada agar darah didapatkan area yang jernih di
sekitar bakteri, menunjukkan bahwa MRSA merupakan jeni bakteri beta
hemotilik (Garoy et al., 2019)
5. Uji Sensitivitas Antibiotik dengan metode Kirby-Bauer
Mengambil bakteri yang telah diidentifikasi sebagai S.aureus
menggunakan kapas lidi steril dan dicampurkan dengan normal salin.
Kemudian suspensi bakteri disesuaikan dengan standar 0,5 McFarland.
Kemudian koloni S.aureus diinokulasi pada media agar Mueller-Hinton.
Kemudian diletakkan antibiotik disk imipenum dan tobramycin 10 μg
serta linezolid disk 30 μg selama 15 menit. Kemudian zona inhibisi
diukur menggunakan satuan milimeter. Ketika ukuran zona inhibisi
terhadap imipenum dan tobramycin <15 mm maka disebut resisten.
Sedangkan, ketika zona inhibisi berukuran >15 mm maka disebut dengan
sensitif (Tenorio, et.al. 2020).
13
Pada penggunaan agar muller hilton terdapat quality control berupa :
Positif kontrol Hasil yang diharapkan
Eschericia coli ATCC Pertumbuhan baik, koloni bewarna pucat
Pseudomonas aeruginosa Pertumbuhan baik, koloni kuning
Staphylococcus aureus Pertumbuhan baik, koloni bewarna krem
Negatif kontrol Tidak ada perubahan
Un-Inoculated medium
Tabel 1. Quality control pada Agar Muller Hilton (Tenorio, et.al. 2020)
Kandungan gr/L
Beef extract 2
Acid Hydrolysate of Casein 17.5
Tepung 1.5
Agar 17
Sodium Chloride 40
Oxacillin 0.006
Tabel 2. Komposisi Oxacillin Resistant Screening Agar Base (ORSAB) (Ramandianto,
2020)
Langkah kerja pemeriksaan kultur ORSAB adalah :
a. Ambil koloni S.aureus yang telah di isolate selama 18-24 jam dan letakan
dalam medium broth (seperti Trypticase soy broth) dan atur kekuran sesuai
dengan standar 0.5 McFarland
b. Ambil 10 μL dengan micropipette
c. Ambil sebagian suspensi dan swab di atas media dalam area 1 inci (2.54 cm)
d. Gabungkan Trypticase soy agar dengan 5% darah domba (TSAII) sebagai ko
ntrol
e. Inkubasi pada suhu ruangan 30-35 C selama 24 jam.
14
Hasil kultur ORSAB jika ditemukan koloni meskipun hanya 1 dan kecil, maka
dipastikan merupakan MRSA, karena agar ini hanya dapat ditumbuhi oleh
MRSA. koloni bewarna biru yang intens (Ramandianto,2020).
15
BAB III
SIMPULAN
16
DAFTAR PUSTAKA
17