Anda di halaman 1dari 20

BAB VIII

PENYUSUN KONTRAK KERJASAMA DAN KERANGKA ACUAN

1. PENYUSUNAN KONTRAK KERJASAMA

Bagian-bagian atau pasal-pasal yang penting untuk. diperhatikan di dalam kontrak


kerjasama ialah:

A. Umum

Biasanya pada permulaan isi Kontrak Kerjasama dimulai dengan:

a. Tanggal Kerjasama disetujui;


b. Nama dari yang menandatangani, atas nama siapa (perusahaan atau instansi) dan
alamatnya;
c. Kerjasama ini dilakukan untuk tujuan apa.

B. Pekerjaan

a. Lingkup pekerjaan dan tahapan pekerjaan

Di sini perlu diberikan penjelasan yang cukup mendetail dari pekerjaanya, karena
penjelasannya terlalu panjang maka detail pekerjaan dan penjelasan disusun di dalam lampiran
yang disebut Kerangka Acuan atau Terms of Reference (TOR). Sebelumnya diperjelas
terlebih dahulu apakah pekerjaannya mengenai PIL, PEL, ANDAL, atau SEL, RKI dan/atau
RPL. Sehingga lingkup pekerjaan cukup ditulis secara garis besar dengan tahapan-tahapan
pekerjaan: kemudian dijelaskan bahwa detailnya dapat ditihat pada Kerangka Acuan.

b. Jadwal pekerjaan

Di dalam jadwal pokerjaan haruslah dijelaskan tanggal berapa mulai dan berakhir dari
dap tahapan. Misalnya, untuk tahapan persiapan, penelitian lapangan, pengolahan data dan
penyusunan laporan, penggandaan laporan dan evaluasi laporan. Keterlambatan dari tiap
tahapan biasanya tidak menimbulkan sangsi denda, tetapi diberikan surat teguran dan
penahanan biaya tahapan berikutnya. Kalau keterlambatan laporan akhir barulah diberikan
sangsi denda yang dihitung per hari dan ditetapkan denda maksimum yang cukup tinggi.
c. Perubahan pekerjaan

Pasal mengenai perubahan pekerjaan ini memungkinkan adanya permintaan tambahan


pekerjaan dari pemrakarsa proyek atau penghentian pekerjaan yang dilakukan pemrakarsa
proyek. Kedua kemungkinan tersebut mempunyai konsekwensi pada masalah pembiayaan, di
sinilah tim harus memperhatikan. Permintaan tambahan pekerjaan biasanya baru berlaku kalau
kedua pihak telah menyetujui tetapi penghentian pekeriaan dapat dilakukan oleh pemrakarsa
proyek saja.

d. Penyerahan pekerjaan pada pihak lain oleh pelaksana Amdal

Biasanya penyerahan pekerjaan oleh pelaksana Amdal kepada pihak lain tidak
dikehendaki oleh pemrakarsa proyek. Apabila sampai terbukti hal tersebut terjadi maka
pekerjaan dapat dihentikan dan pelaksana Amdal harus atau tidak harus mengemba-likan
biaya yang pernah diterima.

e. Syarat pelaksanaan

Pasal ini tidak selamanya ada, tetapi sering juga dicantumkan apabila kedua pihak
sepakat. Misalnya, pihak perrakarsa proyek diharuskan menyediakan informasi yang lengkap
mengenai proyeknya, peralatan tertentu, transportasi untuk anggota tim di lapangan,
akomodasi dan makan di lapangan dan lain sebagainya. Pihak pelaksana Amdal juga
diwajibkan bahwa anggota timnya harus terdiri dari ahli-ahli tertentu yang ditetapkan oleh
pihak pemrakarsa proyek.

f. Definisi istilah

Apabila di dalam Kontrak Kerjasama tersebut digunakan beberapa istilah yang perlu
diberikan penjelasan, maka pada pasal in disebutkan definisi atau pengertiannya misalnya
mengenai Terms of Reference atau Kerangka Acuan.
C. Biaya dan cara pembayaran

a. Besarnya biaya studi Amdal

Di dalam Kontrak biasanya hanya disebutkan jumlah keseluruhannya, sedang perinci


annya tercantum di dalam lampiran (Kerangka Acuan).

b. Cara dan tahapan pembayaran

Cara dan tahapan pembayaran merupakan bagian yang perlu diperhatikan karena
besarnya tiap tahap penerimaan harus sesuai dengan rencana pengeluaran untuk aktivitas
penelitian berikutnya. Juga jadwal atau waktu tiap tahapan haruslah sesuai dengan beban
pekerjaan dan waktu yang diperlukan oleh tim untuk menyelesaikan pekerjaan tiap tahapan.
Masalah yang sering terjadi timbul karena pemrakarsa proyek telah menetapkan tahapannya
tanpa menyesuaikan dengan pekerjaan. Contohnya sebagai berikut:

1) Sehabis ditandatangani kontrak menerima, tahap I = 10%;


2) Laporan persiapan selesai diterima, tahap II = 40%;
3) Pekerjaan lapangan selesai dan laporan diterima, tahap III = 30%;
4) Laporan Amdal selesai diterima, tahap akhir = 20%.

D. Laporan

a. Macam laporan

Laporan yang diminta biasanya berbentuk Laporan Kemajuan (Progress Report) dan
laporan akhir (Draft akhir). Sering terjadi perbedaan pendapat bagaimana cara menyusun
laporan, sejauh mana detail yang dikehendaki dan yang penting ialah penilaiannya, beberapa
waktu diperlukan untuk menilai. Sebab sering laporan ini dapat menghabiskan biaya yang
banyak. Kalau di dalam penilaian laporan tersebut pihak pemrakarsa proyek memerlukan
waktu yang lama, maka pelaksana Amdal akan dirugikan waktunya.

b. Pemilikan laporan

Pada pasal ini sering jelas disebutkan bahwa pemilikan laporan pada pemrakarsa
proyek, sering disebutkan bahwa pelaksana proyek tidak berhak untuk memberikan atau
menuniukkan atau menggandakan laporan tanpa izin pemrakarsa proyek.
E. Sangsi keterlambatan

Sangsi denda dari keterlambatan di dalam menyelesaikan studi Amdal atau laporan
akhir biasanya jelas disebutkan di dalam suatu pasal, yang juga menyebutkan besarnya denda
per hari dan maksimum denda yang dikenakan.

F. Pekerjaan tambahan atau perubahan pekerjaan

Penambahan atau perubahan pekerjaan ini dibuat secara tertulis dan disepakati bersama
sehingga kedua belah pihak terlindung dari kerugian yang disebabkan pihak lain. Maka di
dalam pasal ini harus diperjelas, karena akibat dari penambahan atau perubahan pekerjaan
akan membawa konsekwensi biaya dan beban pekerjaan.

G. Force Majeur

Force majeur merupakan suatu keadaan di mana studi Amdal terhenti dan tidak dapat
dilaksanakan karena terganggu sesuatu untuk waktu tertentu yang bukan karena kesalahan
pemrakarsa proyek ataupun pelaksana proyek. Biasanya keadaan ini dapat terjadi di tempat
studi Amdal karena bencana alam, peraturan pemerintah, dan timbulnya huru-hara.

H. Pajak, meterai, jaminan pelaksanaan dan asuransi

Khusus untuk jaminan pelaksanaan dan asuransi tim belum biasa dikenakan untuk suatu
studi Amdal, tetapi untuk pekerjaan borongan lain memang sering harus dicantumkan. Pajak,
meterai, dan asuransi tenaga peneliti merupakan hal yang wajar dicantumkan di dalam kontrak
kerjasama Amdal. Biaya in dapat dicantumkan khusus di dalam anggaran atau dimasukkan ke
dalam anggaran lain-lain.

I. Penyelesaian persengketaan

Apabila terjadi perselisihan maka kedua-belah pihak harus menetapkan bagaimana cara
mengatasinya. Misalnya dengan cara bertingkat sebagai berikut:

a. Cara musyawarah bersama dengan pihak instansi yang bertanggung jawab sebagai
pendamal;
b. Didamaikan oleh komisi arbitrase (pendamai) berdasarkan ketentuan dari Badan Arbitrase
Nasional Indonesia (BANI);
c. Diselesaikan melalui pengadilan negeri.
J. Wilayah perjanjian

Wilayah perjanjian atau domisili perjanjian juga perlu diterangkan bagi kedua belah
pihak, sehingga jelas kalau ada permasalahan ke wilayah Pengadilan Neger mana
persoalannya akan dibawa.

K. Lain-lain

Pasal lain-lain ini merupakan pasal yang menampung hal-hal yang belum dicantumkan
dalam Kontrak Kerjasama tersebut. Biasanya disebutkan bahwa apabila di kemudian hari ada
hal-hal yang belum tercantum maka akan dimusyawarahkan dengan baik-baik.

L. Penutup

Pada pasal terakhir inI hanya disebutkan berapa eksemplar kontrak kerjasama ini dibuat dan
ditandatangani kedua-belah pihak di mana tempatnya dan biasanya dua eksemplar yang diberi
meterai yang cukup.

2. PENYUSUNAN KERANGKA ACUAN

Kerangka acuan dapat disusun dalam tiga cara:

a. Kerangka acuan telah disusun oleh komisi yang bertanggung jawab atau bersama-sama
dengan pemrakarsa proyek (sesuai dengan pératuran pemerintah).
b. Kerangka Acuan disusun bersama antara komisi yang bertanggung jawab, pemrakarsa
proyek dan pelaksana Amdal atau konsultan Amdal.
c. Kerangka Acuan disusun oleh pelaksana Amdal yang diajukan kepada pemrakarsa proyek,
kemudian dibicarakan bersama antara pelaksana Amdal dengan pemrakarsa proyek atau
dapat pula diteruskan untuk dibicarakan bersama dengan instansi yang bertanggung jawab.

Bentuk dari Kerangka Acuan ini juga sangat bervariasi seperti kalnya dengan Kontrak
Kerjasama. Yang akan sedikit dibahas di sini hanyalah hal-hal yang penting yang perlu
diperhatikan sebagai berikut.

A. Judul, latar-belakang studi Amdal dan tujuan dari studi Amdal

Bagian ini merupakan bagian yang relatif mudah, hanya tergantung pada selera orang-
orang yang terlibat dalam penyusunan saja. Biasanya latar-belakang menonjolkan dua hal. Hal
pertama ialah kegunaan dari proyek yang dibangun, di dalam rangka pembangunan bangsa
dan negara, dan yang kedua mengenai perlunya menjaga kualitas lingkungan yang baik
sampai mengapa perlu Amdal

B. Dasar Pendekatan Studi Amdal dan Analisinva

Bagian ini mulai memasuki hal-hal teknis mengenai pendekatan studi Amdal. Suatu
contoh, penyajiannya dapat disusun sebagai berikut. Dimulai dari dasar pengertian studi
Amdal secara singkat kemudian dilanjutkan kerangka dasar pemikiran dalam menghadapi
permasalahan dampak dari proyek yang akan dibangun secara teoritis yang disajikan dalam
suatu bentuk skema aliran atau bentuk jaringan kerja (nervork), sehingga dapat jelas dilihat
bentuk dari aliran dampaknya, kemudian diberikan penjelasan atau uraian singkat dari aliran
dampak.

C. Metodologi Penelitian

Metodologi penelitian di sini disajikan juga cukup jelas walaupun tidak terlalu
mendetail, misalnya hal-hal mengenai:

a. Wilayah yang akan diteliti atau dapat disebut sebagai daerah dampak yang akan diteliti
(impact area), dapat disebut batas-batas administrasi atau batas ekologis atau geografis
baik dalam bentuk uraian atau di dalam peta-peta.
b. Pada sumber data disebutkan cara mendapatkan data (wawancara. pengukuran di
lapangan, analisis di laboratorium, studi pustaka dan lain sebagainya).
c. Metode pengukuran dan analisis data. Mengingat luasnya bahwa aspek lingkungan yang
akan diteliti, maka terhadap tiap aspek dapat diberikan metode pengukuran dan analisis
tersendiri. Sering pula metode dan analisis tersebut disajikan untuk tiap komponen. Bagian
in sering disajikan agak panjang: Metodologi Amdal dapat disebutkan pula pada bagian
ini, misalnya -apakah akan menggunakan matriks, aliran dampak, checklisis, dan lain
sebagainya.

D. Jadwal Penelitian

Jadwal penelitian ini dapat mencerminkan lamanya tiap tahapan penelitian dan tanggal
kepastian mulai dan berakhirnya tiap tahapan. Untuk lebih informatif dapat disajikan dalam
bentuk skema, diagram, atau matriks di samping bentuk uraian.
E. Organisasi Tim

Organisasi dan susunan im juga sering diminta untuk dicantumkan. Khususnya untuk
memberikan gambaran mengenai sub-tim apa saja yang dimiliki dan keahlian-keahlian apa
yang akan digunakan. Nama-nama anggota tim biasanya belum dimasukkan ke dalam bagian
in walaupun ada juga yang telah dicantumkan. Dalam organisasi ini juga terlihat siapa
penanggung jawab studi Amdal, siapa pengawas-pengawas penelitian ini, kalau diperlukan
dapat disebut pula siapa tenaga pemrakarsa proyek yang dapat dihubungi (contact person) dan
siapa ketua tim Amdalnya.

F. Biaya Penelitian

Biaya penelitian ada yang disusun secara garis besar saja, tetapi ada yang diminta
secara detail hingga dapat digambarkan dari mana datangnya angka-angka tersebut.

Begitu pula untuk yang lain. Untuk honorarium dapat dijelaskan berdasarkan Hari
Orang Kerja (HOK) atau bulanan. Sehingga cara penyajian anggaran dapat dibagi menjadi:

a. Biaya pembelian barang habis pakai (alat tulis, bahan kimia dan lain sebagainya);
b. Peralatan (sewa atau membeli);
c. Analisis laboratorium;
d. Honorarium konsultan anggota tim dan tenaga pemban' u;
e. Transportasi, akomodasi dan makan di lapangan;
f. Penggandaan laporan;
g. Biaya manajemen;
h. Asuransi dan pajak-pajak;
i. Keuntungan perusahaan;
j. Lain-lain.

BAB IX
RONA LINGKUNGAN

Rona lingkungan disebut pula sebagai Environmental Setting atau Environmental


Baseline yang merupakan keadaan lingkungan sebelum proyek dibangun. Untuk Studi
Evaluasi Lingkungan (SEL) Rona Lingkungan dapat disebut sebagai Keadaan Ling-kungan
sewaktu dilakukan penelitian. Mengingat bahwa dalam keadaan in proyek sudah berialan
maka istilah environmental baseline kurang cocok untuk digunakan dalam SEL.

1. PENGERTIAN RONA LINGKUNGAN

Rona lingkungan merupakan gambaran keadaan lingkungan di tempat proyek yang akan
dibangun dan di daerah sekitarnya. Rona lingkungan alam dan lingkungan buatan manusia
(pemukiman, pertanian dan lain sebagainya).

Rona lingkungan dalam proses pendugaan lingkungan mempunyai dua kegunaan utama
yaitu untuk pendugaan keadaan lingkungan di masa yang akan datang tapa proyek dan
keadaan lingkungan di masa yang akan datang dengan proyek. Untuk dapat melakukan
pendugaan in diperlukan pemahaman mengenai sifat dan dinamika dari lingkungan tersebut.
Untuk memahami sifat dan dinamika in diperlukan pemahaman mengenai komponen-
komponen lingkungan dan hubungan timbal-balik antara komponen tersebut.

2. PENDEKATAN DALAM PENELITIAN RONA LINGKUNGAN

Sesuai dengan pengertian rona lingkungan tersebut maka pendekatan dari penelitiannya
yaitu dengan menyusun dan menggunakan Daftar Komponen Lingkungan. Mengingat adanya
pengertian bahwa makin banyak komponen lingkungan yang akan diteliti makin lengkaplah
pengertian yang akan didapat mengenai rona lingkungan tersebut maka banyak tim Amdal
yang merghendaki suatu studi yang luas dan sangat. mendetail.

A. Pendekatan yang Berdasarkan Kegunaan Bagi Pemakai

Penyusunan daftar komponen menurut Canter (1977) mempunyai tiga kegunaan, yaitu
kegunaan bagi pendugaan. dampak, kegunaan bag pengambil keputusan atau instansi yang
mengevaluasi dan bagi pemrakarsa proyek, yaitu sebagai berikut:

a. Menyusun daftar komponen lingkungan yang akan digunakan sebagai dasar penduga-an
dampak lingkungan yang akan terjadi karena adanya suatu proyek.
b. Menyusun daftar komponen lingkungan agar pengambil keputusan dan yang menge-
valuasi dapat mengetahui kebutuhan-kebutuhan dari proyek dan memahami ciri dan sift
lingkungan di daerah tempt akan dibangun proyck serta nilai sumberdaya alam dan
lingkungan fisik bagi masyarakat setempat. Hal-hal yang ingin diketahui tersebut biasanya
telah dicantumkan di dalam pedoman-pedoman yang telah dikeluarkan oleh pemerintah.
c. Menyusun daftar komponen lingkungan berdasarkan kebutuhan dari proyek.

Pegangan umum yang paling penting di dalam menyusun komponen lingkungan adalah:

a. Semua komponen lingkungan yang diperlukan untuk diketahui karena akan terkena
dampak tidak ada yang terlewatkan. dan akan diteliti secara intensif.
b. Komponen lingkungan yang kurang relevansinya dengan dampak yang akan terjadi tetapi
mash di dalam daerah dampak (impact area) perlu diteliti juga secara ekstensif, karena
pada dasarya komponen-komponen lingkungan di dalam suatu ekosistem saling
berhubungan.

B. Cara Penyusunan Daftar Komponen Lingkungan

Cara yang efektif dan efisien dan relatif mudah adalah mempelajari daftar-daftar
komponen lingkungan yang telah disusun oleh tim atau ahli lain, baik yang terdapat dalam
pedoman-pedoman berbagai instansi; daftar komponen yang terdapat dalam berbagai metode
Amdal seperti metode Leopold, metode Moore, metode Fisher & Davies, metode Sorenson
dan lain sebagainya; dan daftar komponen yang telah disusun berbagai tim Amdal lain
mengenai proyek yang sama atau sejenis.

C. Daftar Komponen Lingkungan Berdasarkan Pedoman dari Instansi Pemerintah

a. National Environmental Board (N.E.B) dari Thailand pada tahun 1979 telah
mengeluarkan 17 daftar komponen lingkungan yang berbeda untuk 17 macam proyek
pembangunan,
b. National Environmental Protection Council (N.EP.C.) dari Department of Natural
Resources, Pilipina pada tahun 1978 menerbitkan buku mengenai system Amdal di
Pilipina.

D. Daftar komponen lingkungan berdasarkan suatu metode Andal


Cara yang pertama disusun ole Leopold (1961) dalam matriksnya yang telah terkenal,
daftar komponen lingkungan dapat berbentuk sebagai checklist komponen lingkungan.
Contoh kedua disajikan ole Sorenson (1951) yang menyajikan komponen lingkungannya
dalam suatu jaringan kerja atau network yang sering disebut juga sebagai skema aliran atau
flow chart atau aliran yang dampak atau impact flow. Contoh ketiga dari bentuk daftar
komponen lingkungan yang dibagi-bagi berdasarkan fase pemba-ngunan atau fase aktivitas
proyek disusun oleh Battelde-Columbus (dalam Canter, 1977).

Analisis Jaringan Kerjadari Suatu Penggalian (pengerukan) Dasar Laut (Sorenson, 1971)

BAB X
PENDUGAAN DAMPAK LINGKUNGAN

Langkah pendugaan dampak lingkungan merupakan langkah yang tersulit dari analisis
mengenai dampak lingkungan, karena teknik pendugaan tergantung pada kemajuan tiap ilmu
yang akan digunakan dan penguasaan dari tap anggota tim dalam bidangnya. Dengan kata
lain, cara atau teknik pendugaan dampak yang akan digunakan sangat tergantung pada
keahlian dari anggota tim.

1. DASAR PENETAPAN DAMPAK

Perubahan suatu aspek lingkungan diduga dari perubahan sekelompok atau satu
perangkat (set) dari komponen tetapi juga bukan berarti akan meneliti sebanyak mungkin
komponen dari aspek tersebut. Untuk menetapkan suatu dampak diperlukan tiga tahapan
sebagai berikut:

a. Tahap pertama melakukan identifikasi dampak yang terjadi pada komponen lingkungan.
Berbagai metode telah dikembangkan untuk memudahkan identifikasi atau penya-ringan
komponen mana yang akan terkena dampak dan mana yang tidak.
b. Tahap kedua ialah pengukuran atau penghitungan dampak yang akan terjadi pada
komponen lingkungan tersebut.
c. Tahapan ketiga ialah penggabungan beberapa komponen lingkungan yang sangat
berkaitan, kemudian dianalisis dan digunakan untuk menetapkan refleksi dari dampak
komponen-komponen sebagai indikator menjadi gambaran perubahan lingkungan atau
dampak lingkungan.

2. PRINSIP DASAR PENGGUNAAN DAMPAK

Disebutkan bahwa arti dari dampak lingkungan.adalah selish antara keadaan lingkungan tanpa
proyek dengan keadaan lingkungan dengan proyek. Secara sederhana pengertian tersebut
dapat digambarkan dalam grafik pada Gambar 1. Dengan demikian pendugaan sebenarnya
harus dilakukan dua kali, yaitu:

a. Pendugaan keadaan lingkungan tapa proyek;


b. Pendugaan keadaan lingkungan dengan proyek.
Gambar 1. Gambaran dampak lingkungan yang merupakan selisih keadaan lingkungan tapa proyek
dengan keadaan lingkungan dengan proyek. (t1: waktu proyek dibangun), (t2: waktu dari dampak yang
diduga)

A. Pendugaan keadaan lingkungan tanpa proyek

Pendugaan keadaan lingkungan tanpa proyek di masa yang akan datang dilakukan
berdasarkan keadaan lingkungan saat penelitian. Keadaan lingkungan sat penelitian atau studi
disebut sebagai Rona Lingkungan Awal atau Environmental baseline atau Environmental
setting.

Pendugaan keadaan lingkungan di masa yang akan datang in bukan pekerjaan mudah.
Di samping memerlukan keahlian yang tinggi juga banyak faktor lingkungan vang harus
diketahui karena dalam pendugaan ini harus memenuhi dinamika dari lingkungan tempat
studi. Alat yang dapat membantu mempermudah pendugaan adalah informasi mengenai
sejarah atau kecenderungan perkembangan lingkungan di daerah tersebut, sehingga perlu
mengumpulkan data dan informasi keadaan lingkungan pada waktu-waktu yang lalu secara
lengkap (data, runtuman) di semua aspek (fisika-kimia, biologi dan sosial-ekonomi).

Secara mum dan garis besar perkembangan keadaan atau kualitas lingkungan tanpa
proyek secara hipotesis dapat disajikan pada Gambar 2.

Gambar 2. Keadaan kualitas lingkungan yang apabila tapa proyek makin lama akan makin meningkat
Secara hipotesis penggunaan data dan informasi pada saat studi sebagai keadaan
lingkungan diwaktu yang akan dating sehungga seolah-olah lingkungan tidak berubah jelas
tidak benar, kecualo kalau dinamika lingkungannya relatif stabil seperti Gambar 2. Begitu
pula apabila pendugaan dampak hanya jangka pendek.

Gambar 3. Keadaan kualitas lingkungan yang tidak akan berubah dari waktu ke waktu apabila tidak ada
proyek dibangun

Gambar 4. Keadaan lingkungan yang seekalipun tidak ada proyek yang dibangun makin lama makin
buruk

B. Pendugaan keadaan lingkungan dengan proyek

Untuk mempermudah gambaran dampak suatu proyek pada lingkungan, dapat diambil
keadaan lingkungan yang relatif stabil tapa banyak perubahan dari waktu ke waktu, sehingga
secara hipotetis akan terjadi keadaan sebagai Gambar 5.
Gambar 5. Keadaan lingkungan yang makin merosot setelah dibangun proyek pada waktu t 1

Gambar 6. Keadaan lingkungan yang makin baik setelah dibangun proyek pada waktu t 1

Gambar 7. Keadaan lingkungan yang relatif tidak berubah sekalipun dibangun proyek, pada waktu t1
Gambaran hipotesis tersebut tampak sederhana, sebenarnya dalam kenyataannya lebih
kompleks. Misalnya ada proyek yang pada jangka pendek memberikan dampak negatif atau
hampir tak berubah tetapi dalam jangka panjang memberikan dampak positif yang besar atau
keadaan yang sebaliknya. Kenyataan ini dapat dilihat dalam proyek-proyek rehabilitasi seperti
proyek penghijauan dan proyek reboisasi, sehingga grafiknya menjadi sebagai berikut:

Gambar 8. Dampak negatif pada jangka pendek tetapi memberikan dampak positif untuk jangka
panjang

Gambar 9. Dampak positif pada jangka pendek tetapi untuk jangka panjang proyek-tersebut
memberikan dampak negative

Keadaan inilah yang menyebabkan diperlukan pendugaan dampak suatu proyek untuk
jangka pendek dan jangka panjang.

Lingkungan mash dapat dibagi lagi menjadi tiga kelompok aspek atau komponen besar
sebagai berikut:

a. Lingkungan fisik-kimia;
b. Lingkungan biologis;
c. Lingkungan sosial-ekonomi.
Tiap kelompok lingkungan tersebut terdiri dari berbagai komponen lingkungan yang
lebih kecil, sedangkan setiap proyek biasanya memberikan dampak positif pada suatu
komponen tetapi dapat memberikan dampak negatif pada komponen lain. Gambaran hipotetis
tersebut akan berubah menjadi berikut:

Gambar 10. Proyek yang menghasilkan dampak positif pada komponen lingkungan tertentu tetapi juga
member dampak negatif pada komponen lingkungan lainnya

3. LANGKAH-LANGKAH DALAM PENDUGAAN DAMPAK

Secara skematis langkah-langkah tersebut dapat disajikan dalam skema berikut.


Secara garis besar langkah-langkah dalam pendugaan lingkungan adalah:

a. Menetapkan komponen-komponen lingkungan yang diduga akan terkena dampak. Dalam


langkah ini banyak hal-hal khusus yang perlu diperhatikan yang dimiliki tap kelompok
komponen atau aspek lingkungan.
b. Langkah kedua menghitung besar dari dampak yang akan terjadi, sehingga dapat
disalikan secara kuantitatif. Apabila tidak mungkin disajikan secara kuantitatif dapat pula
secara kualitatif.
c. Langkah ketiga adalah evaluasi atau analisis serta pembahasan dari dampak kelompok-
kelompok yang akan menjadikan bentuk yang mendekati pendugaan dampak lingkungan.
d. Langkah terakhir adalah menyusun strategi-strategi yang akan diusulkan untuk
mengendalikan dampak negatif dan meningkatkan dampak positif seta rencana
pemantauannya.

4. HAL-HAL KHUSUS DALAM PENDUGAAN DAMPAK

A. Aspek Fisik dan Kimia

Hal-hal khusus tersebut dapat disusun sebagai berikut,

a. Dalam melakukan identifikasi bahan pencemar, maka perlu diketahui sumber dan macam
pencemar dari tiap aktivitas proyek.
b. Setiap macam bahan pencemar yang dikeluarkan dari proyek harus dicari pula sumber-
sumber lain di luar proyek yang telah mengeluarkan bahan yang sama dan juga jumlahnya.
c. Menentukan keadaan komponen lingkungan yang akan terkena bahan pencemar tersebut.
d. Mempelajari pola penyebaran dari bahan pencemar yang dikeluarkan proyek.
e. Membandingkan dan membahas hail perhitungan dampak dengan baku mutu yang
berlaku.
f. Menghitung besarnya dampak dengan menggunakan berbagai model matematika. Perlu
dipertimbangkan bahwa tap unsur atau parameter di alam mempunyai nilai akibat yang
berbeda terhadap besarnya pencemar yang diterima. Hal tersebut diantaranya tergantung
pada:
1) Parameter yang keadaannya sudah sama dengan ambang batas Baku Mutu.
2) Parameter yang keadaannya sudah dekat dengan ambang batas Baku Mutu.
3) Parameter yang keadaannya mash jaüh dari ambang batas Baku Mutu. Penambahan
pencemar dari parameter yang sudah sama dan yang sudah dekat dengan ambang
batas akan sangat berbahaya. Penghitungan dampak dalam skala yang keras ditujukan
pada konsentrasi dari pencemar di lingkungan dan juga penyebarannya.
B. Aspek biologis

Hal-hal khusus yang perlu diperhatikan ialah:

a. Dampak pada spesies langka. spesies yang akan punah dan yang dilindungi undang-
undang
b. Pada lingkungan buatan perlu diketahui pola pengelolaan yang dilakukan dan apabila
mungkin pola pengelolaan secara historis.
c. Karena tiap kehidupan di alam selalu membentuk masyarakat maka perlu diketahui bentuk
ekosistem, tipe-tipe vegetasi dan suksesi-suksesi alam yang sedang terjadi.
d. Dampak pada aspek biologis banyak terjadi melalui dampak tidak langsung dari proyek di
samping dampak langsung. Maka perlu diperhatikan timbulnya dampak tidak langsung,
misalnya perubahan tataguna tanah, perubahan pemukiman, perubahan. mata pencaharian
dan lain sebagainya.
e. Penggunaan model matematika untuk beberapa hal pun telah dapat dilakukan.

C. Aspek sosial-ekonomi

Hal khusus yang perlu diperhatikan adalah:

a. Sering terdapat hal-hal yang merupakan masalah yang kritis dan sensitif bagi masyarakat
setempat dan hal-hal tersebut akan berbeda di tempat lain.
b. Komponen-komponen dalam aspek ini perlu dikategorikan keadaannya ke dalam keadaan
yang baik, marginal dan kritis.
c. Dampak tidak langsung juga dapat besar pada aspek sosial-ekonomi baik yang datang dari
aspek fisik, biologi maupun sosial-budaya, sehingga perlu pendugaan dampak tak
langsung yang cermat.
d. Dampak yang perlu diperhatikan adalah yang terjadi berutan. Misalnya, meningkatkan
pendapatan akan menimbulkan peningkatan gizi makanan, kemudian akan meningkatkan
kesehatan dan juga meningkatkan permintaan akan barang, pendidikan dan jasa lainnya.
e. Pada aspek sosial-ekonomi belum banyak model matematika yang dapat digunakan untuk
Amdal. Apabila tidak dimungkinkan menyajikan dalam kuantitatif, dapat dilakukan dalam
bentuk diskriptif kualitatif.
D. Aspek sosial-budaya

Hal-hal yang perlu diperhatikan pada aspek ini ialah:

a. Melakukan identifikasi kebudayaan yang ada.


b. Menentukan nilai-nilai budaya yang mempunyai arti penting dari sudut lokal, nasional dan
internasional.
c. Nilai-nilai yang perlu dipertahankan dari sudut arkeologi, budaya; s@jarah perjuangan.
teknik dan lain sebagainya.
d. Nilai-nilai yang unik dari sudut ekologi, geologi, ilmu pengetahuan dan lain sebagainya.
e. Ancaman pada nilai-nilai peninggalan tersebut biasanya karena dihancurkan, rusak,
kebanjiran atau tenggelam.
f. Nilai-nilai budaya yang ada dalam masyarakat yang tidak terlihat sering terkena dampak
yang pertama sebelum dampak lain terjadi, dan karena sulit untuk melihat dan menduga
sering anggota tim melupakan, misalnya: adat-istiadat, kepercayaan, hubungan di dalam
keluarga atau masyarakat dan perilaku lainnya.
g. Apabila ada saran dalam pengendalian dampak negatif pada suatu peninggalan yang
mempunyai nilai budaya sebaiknya diberikan penilaian mengenai besarnya biaya.

5. PENYAJIAN DAMPAK LINGKUNGAN

A. Dampak tiap komponen lingkungan

Meliputi uraian mengenai dampak langsung dan tak langsung. Usaha-usaha meng-
hindari atau mengurangi dampakpun perlu dibahas. termasuk usaha-usaha untuk mening-
katkan dampak positif.

B. Membuat pembahasan dampak lingkungan

secara komprehensif dari dampak tap Member, sehinga dapat memberikan gambaran
yang lebit komprehensif. mengingat adanya dampak langsung dan tidak langsung dan
hubungan yang tidak terpisahkan antara komponen-komponen lingkungan.
C. Memisalkan dampak yang terjadi dalam perbedaan kurun waktu

Dapat dibagi kedalam:

a. Dampak sementara (yang terjadi waktu fase pembangunan dan setelah fase pem-bangunan
selesai dan dampak tersebut berhenti).
b. Dampak yang terjadi pada periode waktu yang pendek (short-term impact).
c. Dampak yang terjadi pada kurun waktu yang panjang (long-term impact).

D. Dampak yang penting untuk dibahas khusus adalah dampak yang menyebab-kan
kerusakan lingkungan yang tidak dapat kembali atau irreversible impact.

Dampak pada komponen atau lingkungan yang tidak dapat sembuh kembali di masa
yang akan datang merupakan dampak yang sangat penting untuk dipertimbangkan dalam
memberikan izin pada proyek tersebut.

E. Sering pula disajikan khusus mengenai dampak negatif

Hal ini tidak dapat dihindari sekalipun akan diusahakan cara untuk mengurangi besarnya
dampak.

Anda mungkin juga menyukai