Anda di halaman 1dari 16

EDUKASI Jurnal Pendidikan dan Keguruan P ISSN: 2797-6807

Vol. 2, No. 1, Maret 2022 E ISSN: 2776-6829

MEMANAH MERUPAKAN KEWAJIBAN PENDIDIKAN JASMANI


BAGI KAUM MUSLIMIN

YUDI IRWAN1), HUSNI FUADDI2)


1)Instut
Edi Haryono Madani Riau (EHMRI)
Jl. Duri – Pekanbaru Km. 77 Kandis, Kab. Siak
E-mail : amanahbumiinsani@gmail.com
2)Sekolah Tinggi Ekonomi Islam (STEI) Iqra Annisa Pekanbaru

Jl. Riau Ujung No. 73, Pekanbaru 28292, Provinsi Riau, Indonesia
E-mail : husni.fuaddi@stei-iqra-annisa.ac.id

ABSTRACT
This study aims to determine the actual position of the hadith text about archery, so
that it is known its feasibility to be used as legal support and educational values for
children from the archery hadith. This research is a qualitative research. The
primary data of the research are Hadiths relating to archery, and the source data
are books related to the title of this research. The result of the research is that
archery has a great impact on the growth and development of children, both the
development of body muscles, mental and concentration in thinking. Archery
shapes and makes children more patient, children can concentrate more when
studying and dealing with problems, children will be much more focused in
carrying out their activities at school. With archery, our children will become
strong, independent, disciplined, full of concentration and tough.

Keywords: Archery, Obligations, Education, Physical, Muslim.

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kedudukan sebenarnya dari teks hadits
tentang memanah, sehingga diketahui kelayakannya untuk dijadikan sandaran
hukum dan nilai-nilai pendidikan bagi anak dari hadist memanah tersebut.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Data primer dari penelitian yaitu
Hadits-hadist yang berkenaan tentang memanah, dan data sumbernya yaitu buku-
buku yang berkaitan menganai judul penelitian ini. Hasil penelitian yaitu olahraga
memanah memberikan dampak yang besar bagi pertumbuhan dan perkembangan
anak, baik perkembangan otot badan, mental dan konsentrasi dalam berfikir.
Memanah membentuk dan membuat anak lebih sabar, anak lebih bisa
berkonsentrasi ketika belajar dan menghadapi masalah, anak-anak akan jauh lebih
fokus dalam menjalankan aktivitasnya di sekolah. Dengan memanah, maka anak-
anak kita akan menjadi pribadi yang kuat, mandiri, disiplin, penuh konsentrasi dan
tangguh.

Kata Kunci: Memanah, Kewajiban, Pendidikan, Jasmani, Muslimin.

86
EDUKASI Jurnal Pendidikan dan Keguruan P ISSN: 2797-6807
Vol. 2, No. 2, September 2022 E ISSN: 2776-6829

A. PENDAHULUAN
Anak merupakan anugerah yang diberikan Allah SWT kepada hambaNya,
banyak orang yang telah memiliki pasangan hidup agar memperoleh keturunan
yang baik, namun ada yang belum dikaruniai anak, walaupun pernikahannya
sudah lama, segala usaha ditempuh, begitulah kerinduan orang tua agar memiliki
anak. Dan pada sebagian pasangan hidup yang begitu mudahnya mendapatkan
anak, bahkan dengan jumlah yang banyak, tapi anak-anak mereka belum tentu
memiliki kualitas sebagai anak yang unggul atau berprestasi. Kita masih
menemukan anak-anak yang lemah phisik serta jiwanya, hal ini barangkali
disebabkan karena anak-anak hari ini dipengaruhi oleh pola didik yang salah,
lingkungan yang kurang baik, faktor makanan dan permainan yang kurang
mendidik, padahal dalam Islam begitu banyak metode yang diajarkan Rasulullah
dalam mendidik anak, diantaranya dengan memanah, berkuda dan berenang.
Dan masih banyak anak-anak yang barangkali belum mencoba apa yang
dianjurkan oleh Rasulullah tersebut, misalnya saja memanah.
Memanah adalah jenis olahraga sekaligus permainan yang sangat
mengasyikan bagi para pemanah atau pemainnya. Memanah mengajarkan kita
banyak hal yang positif untuk kita dapatkan dan bermanfaat untuk generasi kita,
agar mereka menjadi anak-anak yang memiliki pribadi yang kuat dan jiwa yang
sehat. Diantara manfaat tersebut adalah melatih konsentrasi, kekuatan organ
tubuh mulai dari otot tangan, kaki bahkan kepala dan melatih kedisiplinan.
Pendidikan jasmani sendiri merupakan bagian integral dari pendidikan
total yang mencoba mencapai tujuan untuk mengembangkan kebugaran jasmani,
mental, sosial, serta emosional bagi masyarakat, dengan wahana aktivitas
jasmani(Sukintaka. 2004: 16). Nabi Saw. sendiripun sangat menyukai sesuatu
yang sehat dan menyehatkan bagi jasmani dan rohani. Dalam makalah ini
penulis mengambil hadist tentang memanah yang kemudian pengaruhnya dalam
pendidikan anak. maka apakah hadis yang berkaitan tentang memanah itu
shahih ?
Penelitian ini akan mencoba untuk mengelaborasi lebih jauh mulai dari
pentakhrijan sampai dengan penyimpulan mengenai teks hadis memanah
tersebut yang sering digunakan sebagai sandaran hukum mengenai kewajiban
pendidikan jasmani bagi kaum muslimin diantaranya memanah. Diharapkan
dengan penulisan penelitian ini kita dapat mengetahui kedudukan sebenarnya
dari teks tersebut, sehingga diketahui kelayakannya untuk dijadikan sandaran
hukum dan nilai-nilai pendidikan bagi anak dari hadist memanah tersebut.

B. KONSEP TEORITIS
Seluruh umat Islam, telah sepakat bahwa Hadis merupakan salah satu
sumber ajaran Islam. Ia menempati kedudukannya setelah al-Qur’an. Suatu
keharusan mengikuti Hadits bagi umat Islam, baik berupa perintah ataupun
larangannya, sama halnya dengan kewajiban mengikuti al-Qur’an. Hal ini
karena Hadis merupakan mubayyin terhadap al-Qur’an, yang karenanya
siapapun tidak akan bisa memahami al-Qur’an tanpa memahami dan menguasai
Hadis(Utang Ranuwijaya. 2001: 33). Dengan begitu menyikapi adanya sebuah

87
EDUKASI Jurnal Pendidikan dan Keguruan P ISSN: 2797-6807
Vol. 2, No. 1, Maret 2022 E ISSN: 2776-6829

Hadis bagi umat Islam menjadi penting sebagai dasar bagi pelaksanaan hukum
ataupun ibadah sehari-harinya.
Hadis sebagai sumber ajaran Islam yang kedua tersebut, bagi umat Islam
yang masih mempercayainya, merupakan khazanah dan warisan yang sangat
berharga. Untuk membuktikan itu, mereka melakukan berbagai upaya menjaga
dan memelihara dari berbagai upaya negatif yang dilakukan pihak-pihak yang
akan mengotorinya dalam upaya menyesatkan(Salamah Noorhidayati. 2009: 1).
Sebagai teks kedua (the second text), hadis tidaklah sama dengan al-Qur’an, baik
pada tingkat kepastian teks (qat’i al-wuruud) maupun pada taraf kepastian
argument (qat’i ad-dalaalah). Pada yang pertama, hadis dihadapkan pada fakta
tidak ada jaminan otentik yang secara eksplisit menjamin kepastian teks, tidak
sebagaimana yang dimiliki al-Qur’an. Tidak adanya jaminan otentisitas teks ini
“memaksa” disiplin ilmu lain (Ulumul Hadis), melalui para pengkajinya,
besusah payah merumuskan secara swadaya (tanpa campur tangan Tuhan)
konsep yang diharapkan dapat menjamin akan otentisitasnya(Salamah
Noorhidayati. 2009: 7), maka keshahihan hadis untuk dijadikan dasar hukum
dalam kehidupan bagi umat Islam wajib diketahui dan dipahami supaya tidak
malah disesatkan atau diputarbalikkan oleh hadis yang sebenarnya tidaklah
otentik.
Salah satu teks hadis yang dimungkinkan dapat dijadikan landasan bagi
manusia tentang ilmu kesehatan adalah hadis tentang pendidikan jasmani, yang
mana dalam hadis ini menjelaskan sebuah perintah untuk memanah. Sebuah
pertanyaan muncul, apakah hadis itu otentik atau masih terdapat hal yang
membuat keshahihannya dipertanyakan.
Takhrij Hadis tentang Pendidikan Memanah
1. Teks Hadis
‫ي‬ َ ‫ض‬
ِ ‫ع َر‬ ِ ‫سلَ َمةَ بْنَ ْاْل َ ْك َو‬ َ ُ‫سمِ ْعت‬ َ ‫ع َب ْي ٍد قَا َل‬ُ ‫ع ْن َي ِزيدَ ب ِْن أ َ ِبي‬ َ ‫َّللا بْنُ َم ْسلَ َمةَ َحدَّثَنَا َحاتِ ُم ْب ُن ِإ ْس َماعِي َل‬ ِ َّ ُ‫ع ْبد‬ َ ‫َحدَّثَنَا‬
‫سل َم ْار ُموا‬ َّ َ ‫عل ْي ِه َو‬َ َّ ‫صلى‬
َ ُ‫َّللا‬ َّ َ ‫ي‬ ُّ ِ‫َضلونَ فَقَا َل النَّب‬ ُ َ َ
ِ ‫على نَف ٍَر مِ ْن أ ْسل َم يَ ْنت‬ َ َّ
َ ‫سل َم‬ َ
َ ‫عل ْي ِه َو‬ َّ ‫صلى‬
َ ُ‫َّللا‬ َّ َ ‫ي‬ َ
ُّ ِ‫ع ْنهُ قَال َم َّر النَّب‬ َّ
َ ُ‫َّللا‬
‫سو ُل‬ُ ‫سكَ أَ َحدُ ْالف َِريقَي ِْن ِبأ َ ْيدِي ِه ْم فَقَا َل َر‬ َ ‫م‬ْ َ ‫أ‬َ ‫ف‬ ‫ل‬
َ ‫ا‬ َ ‫ق‬ ‫ن‬ َ
‫َل‬ ُ ‫ف‬ ‫ِي‬ ‫ن‬‫ب‬
َ ‫ع‬
َ ‫م‬ ‫ا‬َ ‫ن‬
َ َ ُ َْ ‫أ‬ ‫و‬ ‫وا‬‫م‬ ‫ار‬ ‫ا‬‫ي‬
ً ِ‫ام‬ ‫ر‬
َ َ‫َان‬ ‫ك‬ ‫م‬
ْ ‫ك‬
ُ ‫ا‬‫ب‬
َ َ ‫أ‬ َّ‫ن‬‫إ‬ِ َ
‫ف‬ ‫ل‬َ ‫ِي‬ ‫ع‬ ‫ا‬‫م‬َ ِ ‫بَن‬
‫س‬
ْ ‫إ‬ ‫ِي‬
‫ار ُموا‬ َّ
ْ ‫سل َم‬ َ
َ ‫عل ْي ِه َو‬ َّ ‫صلى‬
َ ُ‫َّللا‬ َّ َ ‫ي‬ َّ َ ْ
ُّ ِ‫ْف ن َْرمِ ي َوأنتَ َمعَ ُه ْم قا َل النب‬َ ُ َ َ
َ ‫سل َم َما ل ُك ْم َل ت َ ْر ُمونَ قالوا َكي‬ َ َّ َ ‫عل ْي ِه َو‬ َ َ ُ‫َّللا‬ َّ ‫صلَّى‬ ِ َّ
َ ‫َّللا‬
‫َفأَنَا َمعَ ُك ْم ك ُِل ُك ْم‬
Telah bercerita kepada kami 'Abdullah bin Maslamah telah bercerita
kepada kami Hatim bin Isma'il dari Yazid bin Abi 'Ubaid berkata aku mendengar
Salamah bin Al Akwa' radliallahu 'anhu berkata; Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam pernah lewat di hadapan beberapa orang dari suku Aslam yang sedang
berlomba dalam menunjukkan kemahiran memanah, lalu Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda: "Memanahlah wahai Bani Isma'il, karena sesungguhnya
nenek moyang kalian adalah ahli memanah. Memanahlah dan aku ada
bersama Bani Fulan". Salamah berkata: "Lalu salah satu dari dua kelompok
ada yang menahan tangan-tangan mereka (berhenti sejenak berlatih memanah),
maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bertanya: "Mengapa kalian tidak terus
berlatih memanah?" Mereka menjawab: "Bagaimana kami harus berlatih
sedangkan Tuan berpihak kepada mereka?" Maka Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda: "Berlatihlah, karena aku bersama kalian semuanya"(
HR Bukhari. No.2684).

88
EDUKASI Jurnal Pendidikan dan Keguruan P ISSN: 2797-6807
Vol. 2, No. 2, September 2022 E ISSN: 2776-6829

Keterangan : Hadist diatas dapat dijumpai pada bab at-tahridh ‘ala ar-
ramyi (bab motivasi panahan).
2. Skema Sanad Hadis
Berdasarkan teks hadis di atas, maka skema sanadnya adalah sebagai berikut:
‫ولُ َُه‬
‫اّلل‬ ُُ ‫َر ُس‬
Salamah bin 'Amru bin Al
Akwa'

"Yazid bin Abi 'Ubaid,


maula Salamah bin Al
Akwa'"
Hatim bin Isma'il bin
Ubay

Abdullah bin Maslamah bin


Qa'nab

Keterangan :
1. Nama Lengkap : Salamah bin 'Amru bin Al Akwa'
Kalangan : Shahabat
Kuniyah : Abu Muslim
Negeri semasa hidup : Madinah
Wafat : 74 H
2. Nama Lengkap : "Yazid bin Abi 'Ubaid, maula Salamah bin Al Akwa'"
Kalangan : Tabi'in kalangan biasa
Kuniyah : Abu Khalid
Negeri semasa hidup : Madinah
Wafat : 147 H
ULAMA KOMENTAR
Abu Daud Tsiqah
Ibnu Hibban disebutkan dalam 'ats tsiqaat
Yahya bin Ma'in Tsiqah
Al 'Ajli Tsiqah
Ibnu Hajar al 'Asqalani Tsiqah
Adz Dzahabi Shaduuq

89
EDUKASI Jurnal Pendidikan dan Keguruan P ISSN: 2797-6807
Vol. 2, No. 1, Maret 2022 E ISSN: 2776-6829

Yazid bin Abi Ubaid Al Hijazi, Abu Khalid Al azlam dia adalah maula
salamah bin al Akwa, guru maulanya, Umair Maula Ubay Allaham, Hisyam bin
Urwah. Murid-muridnya Bukair bin Asyaj yahya Al Qattan Hatim bin Ismail,
Mughirah bin Mas’adah, Shafwan bin ‘Isa, Makki bin Ibrahim Abu ‘Asim. Ajri
dari Abu Daud berkata tsiqah. Ibnu Hibban dalam atsiqatnya. Al Waqidi wafat
sebelum keluarga Muhammadtin Abdullah.Abu bakar bin Manjawih wafat tahun
146 atau I47 H. Ibnu Hajar tsiqoh. Ishaq bin Mansur dari Ibnu Ma’in tsiqah. Ijli
orang hijaz, tabii, tsiqah. Ibnu Said wafat di Madinah Tsiqah. Ibnu Qani’ wafat
tahun 7 H.
3. Nama Lengkap : Hatim bin Isma'il bin Ubay
Kalangan : Tabi'ut Tabi'in kalangan pertengahan
Kuniyah : Abu Isma'il
Negeri semasa hidup : Madinah
Wafat : 187 H
ULAMA KOMENTAR
An Nasa'i Laisa bihi ba's
Al 'Ajli Tsiqah
Adz Dzahabi Tsiqah

90
EDUKASI Jurnal Pendidikan dan Keguruan P ISSN: 2797-6807
Vol. 2, No. 2, September 2022 E ISSN: 2776-6829

Hatim bin Ismail Al Madani Abu Isamil Al haritsi, Guru-gurunya; Yahya


bin Said Al Anshari, Yazid bin Abi Ubaid, Hisyam bin Urwah, Junaid bin
abdurrahman, Abi shakhair Al Kharrath, Aflah, bin humaid, bisyr bin Rafi,
khutsaim bin ‘irak, Abi waqid shalih bin Muhammad bin Zaidah, Muhammad
bin Yusuf bin Uktunnamir, Mu’awiyah bin Abi Muzarrid, Musa bin ‘Uqbah,
Syarik bin abdullah Al qadhi. Murid-muridnya Ibnu Mahdi, Ibnu Abi Syaibah,
Said bin Amar, Al-Asy’atsi, Qutaibah, Ishaq bin Rahawiyah, Ibrahim bin Musa,
Arrazi, Hisyam bin Amar, hannad bin Sari, Yahya bin Ma’in, Abu kuraib, dan
Jama’ah.
Ahmad mengatakan dia lebih aku sukai dari Darawardi. Abu Hatim saya
lebih menyukai dia daripada sa’id bin Salim. Nasa’i tidak ada masalah. Ibnu
Sa’ad ia berasal dari Kufah kemudian ia pindah ke Madinah lalu wafat disana
tahun tahun 187 H dan dia tsiqah banyak meriwayatkan hadist.
4. Nama Lengkap : Abdullah bin Maslamah bin Qa'nab
Kalangan : Tabi'ut Tabi'in kalangan biasa
Kuniyah : Abu 'Abdur Rahman
Negeri semasa hidup : Madinah
Wafat : 221 H

91
EDUKASI Jurnal Pendidikan dan Keguruan P ISSN: 2797-6807
Vol. 2, No. 1, Maret 2022 E ISSN: 2776-6829

ULAMA KOMENTAR
Ibnu Hibban disebutkan dalam 'ats tsiqaat
Ibnu Hajar tsiqah ahli ibadah
Abu Hatim tsiqah hujjah

Abdullah bin Maslamah bin Qa’nab Al Qa’nabi Al Haritsi beliau adalah


bernama Abdurrahman Al Madani tinggal di basrah Guru-gurunya: ayahnya,
Aflah bin Humaid, Salamah bin Wardan, Malik, Syi’bah, laits, Daud bin qais,
Sulaiman bin bilal, Zaid bin Aslam, Yazid bin Ibrahim bin saad, Fudhail bin
‘Iyadh, Hisyam bin Sa’ad, Yaqub bin Muhammad bin Thahla dan lain-lain.
3. Keterangan Sanad Hadis
Dari mata rantai sanad hadis sebagaimana terdapat dalam skema sanad
di atas, apabila dinisbatkan kepada Nabi, maka status hadits ini shohih, yakni
hadis yang diriwayatkan Abdullah bin Maslamah telah bercerita kepada kami
Hatim bin Isma'il dari Yazid bin Abi 'Ubaid berkata aku mendengar Salamah
bin Al Akwa' radliallahu 'anhu berkata; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
pernah lewat di hadapan beberapa orang dari suku Aslam yang sedang
berlomba dalam menunjukkan kemahiran memanah, lalu Nabi shallallahu
'alaihi wasallam bersabda: "Memanahlah wahai Bani Isma'il, karena
sesungguhnya nenek moyang kalian adalah ahli memanah. Memanahlah dan
aku ada bersama Bani Fulan". Salamah berkata: "Lalu salah satu dari dua
kelompok ada yang menahan tangan-tangan mereka (berhenti sejenak
berlatih memanah), maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bertanya:
"Mengapa kalian tidak terus berlatih memanah?" Mereka menjawab:
"Bagaimana kami harus berlatih sedangkan Tuan berpihak kepada mereka?"
Maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Berlatihlah, karena aku
bersama kalian semuanya"

C. METODE PENELITIAN
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif. Alasan menggunakan pendekatan kualitatif karena penelitian ini

92
EDUKASI Jurnal Pendidikan dan Keguruan P ISSN: 2797-6807
Vol. 2, No. 2, September 2022 E ISSN: 2776-6829

dilakukan untuk memperoleh gambaran mendalam mengenai objek penelitian


yaitu mengelaborasi lebih jauh mulai dari pentakhrijan sampai dengan
penyimpulan mengenai teks hadis memanah tersebut yang sering digunakan
sebagai sandaran hukum mengenai kewajiban pendidikan jasmani bagi kaum
muslimin diantaranya memanah. Oleh karena itu peneliti memilih pendekatan
kualitatif dalam penelitian ini dengan contens analisis. Penelitian ini merupakan
penelitian kualitatif. Data primer dari penelitian yaitu Hadits-hadist yang
berkenaan tentang memanah, dan data sumbernya yaitu buku-buku atau referensi
lain yang berkaitan menganai judul penelitian ini.

D. HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Penjelasan Hadis
Sebagaimana disebutkan di atas bahwa kedudukan hadis tersebut
adalah shahih, kandungan maknanya secara mendalam sesungguhnya hadis
ini memberikan nilai-nilai universal ajaran Islam yang mengajarkan semangat
berkompetisi dan berprestasi dalam bentuk ketangkasan berupa memanah
sebagaimana yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW.
Anjuran tersebut juga didukung oleh perintah Nabi Muhammad SAW
kepada para orang tua untuk mendidik anak-anaknya memanah dan
membiasakannya, menganjurkan perlombaan dan pertandingan untuk
memberikan semangat dan motivasi atas olahraga tersebut. Suatu ketika, Nabi
Muhammad SAW pernah mengadakan perlombaan pacuan kuda dan
memberi hadiah kepada pemenang. Beliau juga menganjurkan pertandingan
gulat, permainan pedang. Lomba jalan kaki dan sebagainya. Sebuah hadis
dari Umar RA bahwa rasulullah menyelenggarakan pacuan kuda yang terlatih
dari Hafya dengan jarak tempuh sampai Tsaniyah Wada’. Beliau juga
memperlombakan kuda-kuda yang belum terlatih dari Tsaniyah menuju
masjid bani Zuraiq. Dan ibnu Umar ikut serta dalam perlombaan
tersebut(Muhammad Fuad Syakir. 2005: 76).
Dari salamah bin ‘Akwa RA, ia berkata; Nabi Muhammad SAW
berjalan melewati sekelompok orang yang sedang lomba memanah,
kemudian beliau bersabda “Memanahlah kalian, wahai keturunan Ismail!
Sesungguhnya leluhur kalian adalah pemanah yang jago. Mulailah memanah
dan aku mendukung bani Fulan” (Muhammad Fuad Syakir. 2005: 76).
Perbincangan ini dan hadis sebelumnya mengadung seruan dari
Rasulullah SAW untuk berolahraga, sebab akan meningkatkan vitalitas,
mobilitas, dan kekuatan jasmani serta menghilangkan zat-zat yang tidak
berguna dari tubuh. Bekal dalam menghadapi musuh adalah jasmani yang
sehat dan normal, serta melatih diri dengan seni peperangan” (Muhammad
Fuad Syakir. 2005: 76).
2. Nilai-Nilai Pendidikan Memanah Bagi Anak.
Anak ibarat kertas putih, yang bisa ditulis dengan tulisan apa saja. Peran
orangtua sangatlah vital. Karena melalui orangtualah, anak akan menjadi
manusia yang baik atau tidak.Rasulullah SAW, sebagai teladan paripurna,
telah memberikan tuntunan bagaimana mendidik dan mempersiapkan anak.
Dan hal yang paling penting adalah keteladanan dalam melakukan hal-hal

93
EDUKASI Jurnal Pendidikan dan Keguruan P ISSN: 2797-6807
Vol. 2, No. 1, Maret 2022 E ISSN: 2776-6829

yang utama. Inilah yang harus dilakukan orangtua. Bukan hanya memerintah
dan menyalahkan, tapi yang lebih penting adalah memberikan contoh
konkret. Secara simultan hal itu juga harus ditopang oleh lingkungan,
pergaulan, dan masyarakat.
Pendidikan Islam benar-benar telah memfokuskan perhatian pada
pengkaderan individu dan pembentukan kepribadian secara Islami. Semua itu
dilakukan dengan bantuan lembaga-lembaga pendidikan Islam di dalam
masyarakat tempat ia tinggal. Dan lembaga pendidikan Islam paling dini
adalah orangtua dan keluarga, yang berperan sebagai madrasah pertama
dalam kehidupan individu.
Dalam Jurus Pernafasan dan bela diri hal ini pun dilatih dimana objek
yg dilatihnya berbeda dengan olahraga memanah, yaitu peralatan memanah
dan target sasaran. Sedangkan dalam olah raga pernafasan objek yg dilatihnya
adalah energi tubuh dalam hal ini Hawa Panas atau Energi Panas Tubuh.
Dengan energi yang terpokus pada suatu titik dalam hal ini hawa panas atau
energi, kita bisa melakukan pemecahan benda keras, terapi dan lain-lain, Jadi
fungsi konsentrasi adalah untuk mengendalikan energi setelah dilatih. Karena
seluruh tubuh kita bisa dikendalikan oleh otak termasuk sistem energi.
Sehingga otak secara cepat dapat memerintahkan secara cepat pada sel untuk
melepaskan energinya, Misalnya aktifitas yg memerlukan akselarasi energi
secara cepat contohnya dalam pertempuran dan pertarungan, menghancurkan
benda-benda keras dan lain-lain.
Mengajari anak memanah menurut hemat penulis adalah menajdikan
anak sabar, fokus, konsentrasi dan Istiqomah. Jadi ajari anak membidik
sasaran-sasaran dalam hidup ini. Bahwa hidup harus mempunyai sasaran
yang jelas dan lakukan usaha untuk mencapainya dengan keteguhan tangan,
kekuatan hati dan mampu menyesuaikan dengan perkembangan keadaan
dunia ini. Sasaran adalah bukan tujuan utama, tapi adalah acuan kita
melangkah. Dan fokus pada ikhtiar dan proses bukan pada hasil akhir.
Olah raga berkuda, memanah, dan berenang itu, selain memerlukan
kekuatan fisik, juga membutuhkan intelektualitas yang tinggi. Pada zaman
kejayaan Islam, pasca-Nabi Muhammad Saw (antara tahun 750-1924),
kekuatan para prajurit Islam benar-benar tertumpu pada keahlian berkuda,
memanah, dan berenang. Ketika menaklukkan Mesopotamia (Irak) dan Persia
(Iran), pasukan Muslim terdiri dari para penunggang kuda yang piawai.
Mereka juga harus mampu berenang mengarungi sungai-sungai Tigris dan
Eufrat, serta menembus sasaran dengan panah (cikal bakal pasukan kavaleri
dan artileri sekarang).
Begitu pula dengan pasukan Turki Ustmani di bawah Sultan
Muhammad Al Fath. Ketika merebut Konstatinopel pada abad 14, harus
terlebih dulu berenang mengarungi Selat Bospurus (karena laju kapal
dihadang oleh armada Romawi Byzantium di sepanjang pantai), baru naik
kuda untuk mengobrak-abrik pasukan musuh dengan serangan panah bertubi-
tubi. Bahkan pada zaman Nabi Muhammad saw, ketika terjadi perang-perang
besar melawan kaum musyrikin dan kafirin, adu kepandaian berkelahi orang
per orang baik menggunakan tangan kosong, maupun menggunakan senjata

94
EDUKASI Jurnal Pendidikan dan Keguruan P ISSN: 2797-6807
Vol. 2, No. 2, September 2022 E ISSN: 2776-6829

(pedang atau tombak) seakan-akan menjadi tradisi “pembukaan perang”


massal.
Pada Perang Badar (bulan Ramadan tahun 2 Hijrah), misalnya,
Sayyidina Ali dan Sayyidina Hamzah tampil melawan jago-jago berkelahi
dari pihak kafir Quraisy. Setelah jago-jago Quraisy tersungkur mati, barulah
perang massal dimulai. Dalam keadaan berpuasa waktu itu dan berkekuatan
313 orang saja, umat Islam berhasil mengalahkan para musyrikin Quraisy
yang berjumlah 950 orang dan dipimpin para pakar perang berpengalaman,
seperti Abu Jahal, Abu Lahab, Abu Sufyan, dan Khalid bin Walid.
Melatih fisik dengan berenang dan memanah dianjurkan oleh
Rasulullah kepada para orang tua untuk mendidik anak-anak mereka. Hal ini
dipertegas oleh Umar bin Khatthab Ra. yang menyuruh agar orang tua
mengajari anak-anak berenang, memanah, dan memerintahkan anak untuk
melompat ke atas kuda, bahkan Uqbah bin Amir Ra. selalu ingin latihan
memanah padahal beliau telah lanjut usia, Memanah memberikan kekuatan
phisik sekaligus melatih konsentrasi pada anak. Konsentrasi tentu sangat
dibutuhkan pada saat usia anak, karena besar manfaatnya ketika anak belajar
di sekolah maupun dirumah. Anak akan lebih fokus menerima dan mengikuti
pembelajaran dari guru maupun orang tuanya.
Selain memanah, anak juga harus diajarkan berenang. Tidak ada jenis
olahraga yang dapat menguatkan tulang, melenturkan urat saraf dan
menambahkan ketangkasan seperti olahraga berenang. Berenang melibatkan
otot pada bagian-bagian tubuh anak. Semua organ vital, seperti jantung dan
paru-paru ikut terlatih. Ini sangat menyehatkan dan membuat tubuh
bertambah bugar. Daya tahan tubuh pun meningkat. Olahraga renang
membuat otot dada dan paru-paru mengembang yang membuat kapasitasnya
makin besar. Berenang sangat efektif membakar lemak. Berdasarkan
penelitian, sekitar 25% kalori bisa terbakar dengan berenang.
Pengajaran memanah dan menunggang kuda menjelaskan bahwa
Rasulullah SAW memasukkan aspek jasmani sebagai satu aspek yang dibina
dalam kurikulum pendidikan. Pengajaran ini mempunyai faedah yang besar
dalam menciptakan kesehatan mental dan memberi ruang untuk
melampiaskan motivasi-motivasi serta keinginan-keinginannya, menciptakan
kesehatan jasmani, keserasian, kekuatan dan pertumbuhan yang sesuai, serta
mempersiapkan diri untuk menanggung kehidupan dan berjuang pada jalan
Allah Swt. Di samping itu, dilihat dari perspektif psikologi sosial masyarakat
Arab atau lebih khusus kaum Muslimin pada saat itu, maka kita bisa melihat
beberapa motivasi yang dapat disimpulkan dari hadis-hadist pendidikan
jasmani tersebut, motivasinya antara lain;
Pertama, motif ideologi atau relijius, dalam hal ini penulis
menyamakan terminologi ideologi dan relijius, karena ideologi yang
dimaksud adalah agama itu sendiri. Motif ini menjadi motif utama mengenai
kompetensi berenang, memanah, dan menunggang kuda, kompetensi tersebut
sangat dibutuhkan dalam rangka penyebaran agama Islam yang dapat
melintas batas ruang dan waktu tidak hanya jazirah Arab semata, dan terbukti

95
EDUKASI Jurnal Pendidikan dan Keguruan P ISSN: 2797-6807
Vol. 2, No. 1, Maret 2022 E ISSN: 2776-6829

Islam kemudian tersebar ke pelbagai wilayah lain seperti Rusia, Andalusia


(spanyol saat ini), dan beberapa wilayah di kawasan Afrika.
Kedua, motif edukasi, bagaimanapun, kompetensi berenang,
memanah, dan menunggang kuda, serta memintal, merupakan sesuatu yang
aksiomatik bagi masyarakat yang hidup pada saat itu. Karena dengan pelbagai
kompetensi tersebut, cukuplah bagi seseorang untuk dapat ‘menaklukkan’
dunia sehingga siap untuk menghadapi tantangan hidup.
Ketiga, motif ekonomi, mata pencaharian masyarakat Arab pada saat
itu adalah berdagang, terutama sandang, maka sudah barang tentu
kemampuan menunggang kuda menjadi sangat penting, karena hewan
merupakan alat transportasi satu-satunya pada saat itu, selain itu, guna
menghadapi pelbagai hambatan, dibutuhkan pula kemampuan menggunakan
pedang, guna menghadapi perampok di daratan, dan tak berlebihan juga,
kemampuan berenang sangat dibutuhkan meskipun sebagian besar jazirah
Arab terdiri dari gurun pasir. Akan tetapi, upaya untuk memperluas wilayah
bisnis yang melewati lautan tentu dibutuhkan kemampuan berenang.
Penjelasan mengenai atsar Umar bin Khaththab yang telah disebutkan,
sebagai berikut:
“Apabila atsar (ucapan Umar ibn Khattab) tersebut difahami secara
hakiki, maka memberi petunjuk kepada kita agar mengajari anak-anak lihai
dalam berenang dan memanah. Oleh sebab itu kita pernah membaca pihak
pemerintah menghadiahi lembaga pesantren dua fasilitas olah raga tersebut,
yakni olah raga renang dan olah raga memanah. Tentu secara substansi agar
dengan kedua olah raga itu membuat para santri sehat jasmani yang pada
gilirannya tentu mengarah kepada kesehatan rohaninya. Pertanyaan yang
muncul, kenapa para santri hanya diajari dua hal tersebut (berenang dan
memanah), bukankah disana banyak jenis olah raga yang justru lebih praktis
dan efesien untuk menjadikan anak-anak (baca para santri) lebih sehat secara
jasmani. Misalnya badminton, tenis, marathon, hiking, sepak bola atau jalan
sehat dan sebagainya. Disinilah letak kelemahan memahami hadits-hadist
pendidikan jasmani di atas secara hakiki. Apa tidak mungkin hadits jenis
seperti ini dimaknai bukan secara denotatif, melainkan secara konotatif.
Sehingga petunjuk atsar tersebut dapat lebih dapat dirasakan substansinya
sebagai bagian dari kebutuhan kehidupan sehari-hari. Sebagaimana
dimaklumi pada waktu itu kebutuhan kenegaraan adalah diperlukan angkatan
laut dan angkatan darat yang gigih. Kedua pasukan itu sudah dikenal bahkan
digunakan pada zaman Umar ibn Khattab, yang dapat dibutikan bahwa peta
dakwa Islam pada waktu itu sudah menggunakan baik pasukan darat mapun
pasukan laut. Sehingga pembelajaran renang kepada anak merupakan simbul
bagaimana kelak mereka menjadi angkatan laut yang tangguh, dan
pembelajaran memanah kepada anak merupakan simbul bagaimana kelak
mereka menjadi angkatan darat yang tangguh pula. Sekiranya kekuatan
pasukan bukan hanya pada kedua angkatan seperti yang kita alami dewasa
ini, yakni angkatan laut, angkatan darat dan angkatan udara, tentu andaikan
Umar ibn Khattab masih hidup bersama kita, pasti beliau akan
mengintruksikan kita mengajari anak-anak kita tiga hal: Pertama mengajari

96
EDUKASI Jurnal Pendidikan dan Keguruan P ISSN: 2797-6807
Vol. 2, No. 2, September 2022 E ISSN: 2776-6829

anak-anak pandai berenang, biar mereka menjadi angkatan laut yang tangguh.
Kedua mengajari anak-anak pandai memanah biar mereka menjadi angkatan
darat yang tangguh. Dan ketiga mengajari anak-anak kita bisa terjut payung
serta sebagai pilot yang tangguh agar mereka menjadi angkatan udara yang
tangguh pula.”
Demikian pula dengan petuah dari Amirul Mukminin Umar Bin Al-
Khaththab dengan membina anak-anak dengan mamainkan senjata guna
menjaga hak-hak umat, memelihara kekuatannya, juga untuk membuat ciut
nyali musuh dengan latihan memanah, yaitu mempelajari mekanisme
penggunaan senjata dengan ragamnya yang banyak. Adapun dalam konteks
sekarang ini, yaitu dengan cara mendalami penggunaan peluncuran rudal atau
nuklir. Umar juga mengarahkan untuk berlatih menunggang kuda sebagai alat
peperangan guna membela kebenaran dan menghadang para musuh, juga
mengoperasikan mesin-mesin transportasi(Muhammad Fuad Syakir. 2005:
76).
Dari penjelasan Hadist diatas, dalam konteks ini kita melihat ada
aktivitas yang penting dilakukan oleh seorang muslim, diantaranya adalah
memanah. Disini kita melihat adanya kesamaan kewajiban antara laki-laki
dan perempuan untuk mendapatkan pengajaran sesuai dengan fitrahnya
masing-masing.
Jika difahami secara kontekstual, hadis tersebut memotivasi generasi
muslim agar dapat memiliki pelbagai kompetensi untuk masa depannya dan
berguna untuk menjalankan ajaran Islam dengan baik. Bahkan keahlian atau
keterampilan yang dimiliki seorang anak, baik dalam memanah, berenang dan
berkuda maka, kompetensi tersebut secara faktual dapat berupa penguasaan
terhadap pelbagai jenis alat transportasi, penguasaan terhadap sistem
teknologi informasi, ketangkasan beladiri, dan lain-lain.
Oleh karena itu pendidikan yang telah diajarkan dan dicontohkan oleh
Rasulullah terhadap anak harus kita wujudkan dalam kehidupan ini, agar kita
memiliki anak yang cerdas, kuat, mandiri dan terampil serta memiliki
kepribadian yang menarik, karena anak-anak kita telah dibekali oleh olahraga
atau permainan yang positif pada masa perkembangan dan pertumbuhannya,
sebagaimana olahraga memanah yang bermanfaat untuk melatih emosi dan
fisik untuk meletakkan target pada sasaran. Memanah sangat menitik
beratkan keseimbangan tubuh. Perbuatan melenturkan anak panah di
busurnya, kemudian melepaskannya perlu satu kekuatan fisik, olahraga ini
juga satu latihan holistik kepada diri seseorang dari segi fisik dan mental.
Maka jika pemanah emosinya tertekan, maka panahan amat mudah tersasar.
Secara tidak langsung, olahraga ini melatih anak untuk tenang dan
menstabilkan emosi. Individu yang tidak tenang, ceroboh, pemarah, kurang
sabar atau kurang sehat mentalnya tidak akan menjadi pemanah yang baik
dan anak yang baik.
Sebagaimana yang kita ketahui anak adalah amanah Allah. Setiap
orangtua bertanggung jawab untuk mendidiknya. Pendidikan itulah yang
kelak menjadi bekal untuk dirinya guna menyongsong masa depan yang
penuh tantangan. Islam mengatur masalah pendidikan anak, diarahkan untuk

97
EDUKASI Jurnal Pendidikan dan Keguruan P ISSN: 2797-6807
Vol. 2, No. 1, Maret 2022 E ISSN: 2776-6829

mencapai kesempurnaan akal dan ketahanan fisik. Pendidikan anak dalam


Islam pun mengacu agar jiwa sang anak memiliki kesucian sejati. Dengan
pendidikan memanah ini, kita berharap agar anak-anak bisa tumbuh
berkembang menjadi pribadi yang kuat, mandiri, cerdas dan memiliki sifat-
sifat yang baik seperti sabar, disiplin, rajin dan sifat positif yang lainnya.
3. Manfaat Memanah secara ilmiah
Islam merupakan sebuah agama yang sempurna dan mencakup seluruh
aspek kehidupan. Tidak ada sekat antara satu aspek kehidupan dengan dengan
aspek kehidupan lainnya. Islam pun tidak bisa dilepaskan dari aspek
kesehatan dan pengobatan di dalamnya(. M. Saifudin Hakim. 1430 H: xi).
Islam adalah agama yang sangat memperhatikan kesehatan para pemeluknya,
hal ini dibuktikan dengan berbagai macam perintah ibadah dan larangan-Nya
yang selalu terkait manfaatnya dengan kesehatan.
Menurut penelitian ‘Ali Mu’nis, dokter spesialis internal Fakultas
Kedokteran Universitas ‘Ain Syams Cairo, menunjukan bahwa ilmu
kedokteran modern menemukan kecocokan terhadap yang disyariatkan Nabi
dalam praktek pcngobatan yang berhubungan dengan
spesialisasinya.Sebagaimana disepakati oleh para ulama bahwa di balik
pengsyariatan segala sesuatu termasuk ibadah dalam Islam terdapat hikrnah
dan manfaat phisik (badaniah) dan psikis (kejiwaan). Pada saat orang-orang
Islam menunaikan kewajiban-kewajiban keagamannya, berbagai penyakit
lahir dan batin terjaga. Ajaran Islam sangat menekankan kesehatan jasmani.
Agar tetap sehat, hal yang perlu diperhatikan dan dijaga, menurut sementara
ulama, disebutkan, ada sepuluh hal, yaitu: dalam hal makan, minum, gerak,
diam, tidur, terjaga, hubungan seksual, keinginan-keinginan nafsu, keadaan
kejiwaan, dan mengatur anggota badan.
Tujuan utama olahraga adalah untuk mempertinggi kesehatan yang
positif, daya tahan, tenaga otot, keseimbangan emosional, efisiensi dari
fungsi-rungsi alat tubuh, dan daya ekspresif serta daya kreatif. Dengan
melakukan olahraga secara bertahap, teratur, dan cukup akan meningkatkan
dan memperbaiki kesegaran jasmani, menguatkan dan menyehatkan tubuh.
Dengan kesegaran jasmani seseorang akan mampu beraktivitas dengan baik.
Dalam pandangan ulama fikih, olahraga (Bahasa Arab: al-Riyadhat)
termasuk bidang ijtihadiyat. Secara umum hokum melakukannya adalah
mubah, bahkan bisa bernilai ibadah, jika diniati ibadah atau agar mampu
melakukannya melakukan ibadah dengan sempurna dan pelaksanaannya
tidak bertentangan dengan norma Islami. Sumber ajaran Islam tidak mengatur
secara rinci masalah yang berhubungan dengan berolahraga, karena termasuk
masalah ‘duniawi’ atau ijtihadiyat, maka bentuk, teknik, dan peraturannya
diserahkan sepenuhnya kepada manusia atau ahlinya. Islam hanya
memberikan prinsip dan landasan umum yang harus dipatuhi dalam kegiatan
berolahraga.
Panahan adalah olahraga yang menggunakan busur dan anak panah
yang dilontarkan. Olahraga ini membutuhkan ketepatan dan ketangkasan
dalam menembakkan anak panah. Mengapa Islam mensunahkan olahraga ini?
Karena memanah memberikan manfaat bagi penggunanya. Seperti: melatih

98
EDUKASI Jurnal Pendidikan dan Keguruan P ISSN: 2797-6807
Vol. 2, No. 2, September 2022 E ISSN: 2776-6829

konsenterasi, kesabaran, dan ketepatan sehingga memudahkan untuk


mengontrol diri kita. Selain itu, memanah juga berguna ketika tersesat di alam
liar. Dan dengan hanya menggunakan panah kita dapat bertahan hidup dengan
cara mencari hewan buruan. Dan pada masa lalu, ketika perang masih
bergejolak dalam syiar Islam, panah adalah senjata yang efektif.Memanah
membuat otot kita berkembang dengan baik, terutama otot tangan. Melatih
emosi dan fisik untuk meletakkan target pada sasaran. Memanah sangat
menitik beratkan body balancing. Maka jika pemanah emosinya lebih stabil,
maka panahan amat mudah tersasar. Secara tidak langsung, hal ini melatih
manusia bersikap tenang dan menstabilkan emosi. Individu yang tidak
tenang, terburu-buru, pemarah, kurang sabar atau kurang sehat mentalnya
tidak akan menjadi pemanah yang baik. Perbuatan melenturkan anak panah
di busurnya, kemudian melepaskannya perlu satu kekuatan fisik, memanah
juga satu latihan holistik kepada diri seseorang dari segi fisik maupun mental.
Di antara olahraga dan hiburan yang dibenarkan oleh syara' ialah
bermain memanah dan perang-perangan. Sebab di satu saat Nabi pernah
berjalan-jalan menjumpai sekelompok sahabatnya yang sedang mengadakan
pertandingan memanah, maka waktu itu Rasulullah s.a.w. memberikan
dorongan kepada mereka dengan sabdanya: "Lemparkanlah panahmu itu,
saya bersama kamu." (Riwayat Bukhari) Pertandingan lempar panah itu
bukan sekedar hobby atau sekedar bermain-main saja, tetapi salah satu bentuk
daripada mempersiapkan kekuatan sebagai yang diperintah Allah dalam
firmanNya: "Dan bersiap-siaplah kamu untuk menghadapi mereka (musuh)
dengan kekuatan yang kamu sanggup." Dalam menafsirkan ayat ini
Rasulullah bersabda: "Ketahuilah! Bahwa yang dimaksud 'kekuatan' itu
ialah memanah - beliau ucapkan kata-kata itu tiga kali." (Riwayat Muslim)
Olahraga erat kaitannya dengan kesehatan, dari berbagai penelitian
yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa olahraga berpengaruh
bagi kesehatan. Berbagai faktor resiko penyakit dapat dicegah dengan rutin
berolahraga. Peranan olahraga sebagai faktor pelindung, faktor pencegah atau
protektif terhadap penyakit telah banyak diselidiki. Berbagai penyakit yang
dapat dilindungi dengan kegiatan berolahraga antara lain: penyakit jantung
koroner (PJK), hipertensi, kanker, depresi, kegemukan, osteoporosis, dan
diabetes. Melakukan olahraga secara teratur juga dapat mencegah dan
mengontrol tekanan darah. Selain itu, olah raga juga akan memberikan
beberapa keuntungan, seperti : kesehatan fisik dan mental, lebih banyak
tenaga, stamina, kekuatan dan kelenturan, serta merupakan salah satu jalan
untuk mengurangi stress. Manfaat umum dari kegiatan memanah dan
olahraga lainnya buat kesehatan dapat berupa:
a. Memperlancar aliran darah.
b. Membantu pencernaan.
c. Mengurangi keletihan, dan memperbaiki ketahanan tubuh.
d. Memperkuat otot-otot, tulang dan jaringan ligamen.
e. Memperindah tubuh.
f. Dapat mengurangi bunyi napas sewaktu tidur.
g. Mampu menyeimbangkan emosi.

99
EDUKASI Jurnal Pendidikan dan Keguruan P ISSN: 2797-6807
Vol. 2, No. 1, Maret 2022 E ISSN: 2776-6829

h. Mempertajam kekuatan mental.


i. Meningkatkan daya tahan terhadap penyakit.
j. Memperbaiki kepercayaan diri.
Dari penjelasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa apapun
olahraga yang dipilih hendaknya:
a. Merupakan kesenangan dan akan tetap dilakukan secara teratur. Hal itu
merupakan salah satu yang membuat tubuh merasa sehat sewaktu bekerja
dan merupakan komitmen bersama keluarga.
b. Mulailah dengan perlahan dan selanjutnya mulai meningkatkan secara
bertahap.
3. Periksa kesehatan diri secara teratur ke dokter atau klinik yang ada, bila
ada masalah dapat terdeteksi secara dini.

E. KESIMPULAN
Dari penjelasan yang telah dipaparkan, maka dapat disimpulkan bahwa
kedudukan hadis di atas adalah hadis shahih. Hadis ini memberikan nilai yang
positif bagi umat Islam, khususnya di bidang kompetensi fisik yang seharusnya
dimiliki seorang anak untuk kedepannya dan nilai-nilai pendidikan yang baik
sekali untuk perkembangan jasmani dan mental anak-anak kita dengan olahraga
memanah tersebut. Olahraga memanah memberikan dampak yang besar bagi
pertumbuhan dan perkembangan anak, baik perkembangan otot badan, mental
dan konsentrasi dalam berfikir. Memanah membentuk dan membuat anak lebih
sabar, anak lebih bisa berkonsentrasi ketika belajar dan menghadapi masalah,
anak-anak akan jauh lebih fokus dalam menjalankan aktivitasnya di sekolah.
Dengan memanah, maka anak-anak kita akan menjadi pribadi yang kuat,
mandiri, disiplin, penuh konsentrasi dan tangguh.

REFERENSI
[1] Abdullah, Abu, Muhammad bin Ahmad al-Dzahabi, Kitab Tadzkirat al
Huffazh Hiderabat : The Dairati al Ma’arifi al Usmania, 1995.
[2] Ahmad Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam I. PT Al Husna Zikra, Jakarta,
2000.
[3] Al-Khatib, Ajjaj, Muhammad, Ushul al hadits, Beirut: Binayah al Markaziyah,
1989 M/1409 H.
[4] Al Suyuthi, Jalaluddin, Tadrib ar Rawi, Madinah: Pustaka ilmiyah Madinah al
Munawwarah, 1972.
[5] Ensiklopedi Islam, Jakarta, Ikhtiar Baru Van Hoeve, 1994.
[6] Noorhidayati, Salamah, Kritik Teks Hadis; Analisis Tentang Ar-Riwayah Bi Al-
Ma’na Dan Implikasinya Bagi Kualitas Hadis). Yogyakarta; Teras, 2009.
[7] Natsir, Muhammad, Orientalisme Al qur’an di mata Barat, Dimas, Semarang,
tanpa tahun.
[8] Munir, Sirajul, Kritik Orientalis Terhadap Hadits, makalah, 2003.
[9] Ranuwijaya, Utang. 2001. Ilmu hadis. Jakarta: Gaya Media Pertama.
[10] Sukintaka. 2004. Filosofi Pembelajaran & Masa Depan Teori Pendidikan
Jasmani. Bandung: Nuansa.

100
EDUKASI Jurnal Pendidikan dan Keguruan P ISSN: 2797-6807
Vol. 2, No. 2, September 2022 E ISSN: 2776-6829

[11] Syakir, Muhammad Fuad. 2005. Tidak Termasuk Sabda Nabi Muhammad
SAW, terj. Ashim Musthafa Syakir. Jakarta; Pustaka Azzam.

101

Anda mungkin juga menyukai