Anda di halaman 1dari 15

A.

Seluk-beluk Inventarisai Barang


Seluk-beluk inventarisasi barang yang akan kita bahas adalah pengertian, tujuan, dan
manfaat dari inventarisasi; inventarisasi barang habis pakai dan tidak habis pakai; serta
klasifikasi dan kode barang inventaris. Berikut ini uraiannya.
1. Pengertian, Tujuan, dan Manfaat Inventarisasi
Inventarisasi berasal dari kata “inventaris” (Latin: inventarium) yang berarti daftar
barang-barang dan sebagainya. Inventarisasi barang adalah semua kegiatan dan usaha
untuk memperoleh data yang diperlukan mengenai barang-barang yang miliki dan diurus,
baik yang diadakan melalui anggaran belanja, sumbangan, maupun hibah untuk
diadministrasikan sebagaimana mestinya menurut ketentuan dan cara yang telah
ditetapkan. Adapun tujuan dari inventarisasi adalah sebagai berikut.
a. Agar peralatan tidak mudah hilang.
b. Adanya bukti secara tertulis terhadap kegiatan pengelolaan barang sehingga dapat
dipertanggungjawabkan.
c. Memudahkan dalam pengecekan barang.
d. Memudahkan dalam pengawasan.
e. Memudahkan ketika ada kegiatan mutasi/penghapusan barang.
Apa manfaat dari inventarisasi? Menurut Sanderson (2000), inventarisasi memiliki
manfaat sebagai berikut.
a. Mencatat dan menghimpun data aset yang dikuasai oleh unit organisasi atau
departemen.
b. Menyiapkan dan menyediakan bahan laporan pertanggungjawaban atas penguasaan
dan pengelolaan aset organisasi atau negara.
c. Menyiapkan dan menyediakan bahan acuan untuk pengawasan aset organisasi atau
Negara.
d. Menyediakan informasi mengenai aset organisasi atau negara yang dikuasai
departemen sebagai bahan untuk perencanaan kebutuhan, pengadaan, dan
pengelolaan perlengkapan departemen.
e. Menyediakan informasi tentang aset yang dikuasai departemen untuk menunjang
perencanaan dan pelaksanaan tugas departemen.
2. Landasan Hukum Inventarisasi Perlengkapan Sekolah
Berikut ini landasan hukum yang mendasari kegiatan inventarisasi perlengkapan
sekolah.
a. Instruksi Presiden RI Nomor 3 Tahun 1971, tertanggal 30 Maret 1991.
b. Surat Keputusan Menteri Keuangan Nomor Kep. 225/MK/V/4/197, tertanggal 13
April 1971.
c. Instruksi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 9 tahun 1971, tertanggal 23
Oktober 1971.
d. Instruksi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 4/M/1980, tertanggal 24 Mei
1980.
3. Inventarisasi Barang Habis Pakai dan Tidak Habis Pakai
Berikut ini penjelasan tentang inventarisasi barang habis pakai dan tidak habis pakai,
meliputi pengadministrasian barang inventaris dan format barang inventaris.
a. Pengadministrasian Barang Inventaris
Pengadministrasian barang inventaris dilakukan dengan menggunakan buku induk
barang inventaris, buku golongan inventaris, dan buku catatan barang non inventaris.
1) Buku Induk Barang Inventaris
Buku induk barang inventaris adalah buku tempat mencatat semua barang
inventaris yang sudah dimiliki perusahaan, kantor, atau satuan organisasi di
lingkungannya dan sekaligus merupakan sumber informasi bermacam-macam
data tentang barang-barang inventaris kantor/perusahaan. Berikut contoh buku
induk barang inventaris.

Gambar 4.1 Contoh buku induk barang inventaris


Berikut ini petunjuk pengisian kolom-kolom induk barang inventaris.
a) Kolom 1 diisi dengan nomor urut pembekuan barang inventaris ke dalam
buku induk barang inventaris sesuai dengan bukti penyerahan barang.
b) Kolom 2 diisi sesuai dengan tanggal pencatatan barang ke dalam buku induk
barang inventaris.
c) Kolom 3 diisi sesuai dengan tabel klasifikasi kode barang inventaris.
d) Kolom 4 diisi dengan nama barang sesuai dengan istilah Bahasa Indonesia
yang sudah dibakukan.
e) Kolom 5 diisi dengan merek, nomor, tipe, ukuran, dan sebagainya.
f) Kolom 6 diisi dengan banyaknya barang inventaris yang dibukukan.
g) Kolom 7 diisi sesuai dengan satuan yang berlaku (missal: stel, lembar, m, m2).
h) Kolom 8 diisi dengan tahun pembuatan barang inventaris yang dibukukan,
misalnya tahun pembuatan dari pabrik dan sebagainya.
i) Kolom 9 disebutkan sumber perolehan barang, misalnya anggaran rutin,
hibah, bantuan, buatan sendiri, dan lain sebagainya.
j) Kolom 10 disebutkan satu per satu kelengkapan dokumen yang dimiliki
(seperti sertifikat tanah, akte jual beli, izin bangunan, kontrak pemborong, dan
lain-lain) tanggal penyerahan atau perolehan barang.
k) Kolom 11 diisi sesuai keadaan barang pada waktu diterima, misalnya baik,
rusak, dan sebagainya.
l) Kolom 12 diisi sesuai harga faktur/bukti penyerahan barang. Untuk barang-
barang bantuan/sumbangan yang tidak diketahui harganya, diisi menurut
harga taksiran pada waktu penerimaan barang.
m) Kolom 13 diisi dengan keterangan tambahan yang dianggap perlu.
2) Buku Golongan Barang Inventaris
Buku golongan barang inventaris adalah buku pembantu tempat mencatat
barang-barang inventaris menurut golongan yang telah ditentukan. Masing-
masing berdasarkan klasifikasi dan kode barang yang ditentukan di dalam
lingkungannya. Pengisiannya dilakukan setelah pencatatan barang tersebut pada
buku induk barang inventaris. Berikut ini contoh buku golongan barang
inventaris.

Gambar 4.2 Contoh buku golongan barang inventaris


Berikut ini petunjuk pengisian kolom-kolom pada buku golongan barang
inventaris.
a) Kolom 1 diisi dengan nomor urut pembukuan barang inventaris ke dalam
buku golongan barang inventaris, sesuai dengan bukti penyerahan barang.
b) Kolom 2 diisi dengan nomor barang inventaris yang terdapat dalam buku
induk barang inventaris.
c) Kolom 3 diisi sesuai tabel klasifikasi barang inventaris.
d) Kolom 4 diisi sesuai dengan istilah Bahasa Indonesia yang sudah dibakukan
atau sesuai dengan nama barang yang disebut dalam buku induk barang
inventaris.
e) Kolom 5 diisi dengan merek, nomor, tipe, ukuran, dan sebagainya.
f) Kolom 6 diisi dengan banyaknya barang inventaris yang dibukukan.
g) Kolom 7 diisi sesuai dengan satuan yang berlaku (misalnya stel, lembar, m,
m2).
h) Kolom 8 diisi dengan tahun pembuatan barang inventaris yang dibukukan.
i) Kolom 9 diisi sesuai keadaan barang pada waktu diterima misalnya baik,
rusak, dan sebagainya.
j) Kolom 10 diisi sesuai harga faktur/bukti penyerahan barang. Untuk barang-
barang/sumbangan yang tidak diketahui harganya, diisi menurut harga
taksiran pada waktu penerimaan barang.
k) Kolom 11 diisi dengan keterangan fungsi barang sebagai alat teknik
pendidikan (misalnya alat praktek, alat penelitian, alat percobaan, dan
sebagainya), namun pada unit kantor data tempat barang tersebut
dipergunakan sebagai alat kantor.
l) Kolom 12 diisi dengan keterangan tambahan yang dianggap perlu.
3) Buku Catatan Barang Non Inventaris
Buku catatan barang non inventaris adalah buku tempat mencatat semua
barang non inventaris yang dimiliki oleh suatu perusahaan/kantor. Berikut contoh
buku catatan barang non inventaris.

Gambar 4.3 Contoh buku catatan barang non inventaris


Petunjuk pengisian:
a) Kolom 1 diisi dengan nomor menurut urutan pembukuan barang non
inventaris berdasarkan bukti penyerahan barang.
b) Kolom 2 diisi dengan nama barang sesuai dengan istilah Bahasa Indonesia
yang sudah umum atau dibakukan.
c) Kolom 3 diisi dengan nomor kartu stock yang diberikan kepada barang yang
sudah dibukukan.
d) Kolom 4 diisi dengan merek, nomor, tipe, ukuran, dan sebagainya yang dapat
memperjelas ciri khusus dari barang yang dibukukan.
e) Kolom 5 diisi dengan banyaknya barang non inventaris yang dibukukan.
f) Kolom 6 diisi dengan satuan yang berlaku.
g) Kolom 7 diisi dengan tahun pembuatan barang non inventaris yang
dibukukan.
h) Kolom 8 diisi dengan sumber perolehan barang.
i) Kolom 9 disebutkan satu per satu kelengkapan dokumen yang dimiliki dan
diisi sesuai tanggal bukti penyerahan barang non inventaris.
j) Kolom 10 diisi sesuai dengan keadaan barang pada waktu dibukukan,
misalnya baik, rusak, dan sebagainya.
k) Kolom 11 diisi sesuai dengan harga faktur bukti/penyerahan barang.
l) Kolom 12 diisi sesuai dengan harga faktor bukti/penyerahan barang.
m) Kolom 13 diisi dengan keterangan tambahan yang dianggap perlu.
b. Format Barang Inventaris
Barang-barang tidak habis pakai dicatat dalam buku induk dan golongan barang
inventaris, sedangkan barang-barang habis pakai dicatat dalam buku catatan barang
non inventaris.
4. Klasifikasi dan Kode Barang Inventaris
Pada dasarnya tujuan mengadakan penggolongan atau klasifikasi barang ialah untuk
mendapatkan cara yang cukup mudah dan efisien dalam mencatat dan mencari atau
menemukan kembali, barang baik secara fisik maupun melalui daftar catatan ataupun di
dalam ingatan orang. Sesuai dengan tujuan tersebut maka bentuk lambang, sandi, atau
kode yang digunakan sebagai pengganti nama atau uraian kelompok atau jenis barang
haruslah bersifat membantu/memudahkan penglihatan dan ingatan orang dalam
mendapatkan kembali barang yang diinginkan.
Sandi atau kode yang digunakan untuk melambangkan nama maupun uraian
kelompok atau jenis barang adalah berbentuk angka-angka (numerik) yang tersusun
menurut pola tertentu agar mudah diingat dan dikenali serta dapat memberi petunjuk
tentang formulir nama yang harus digunakan sebagai tempat mencatat jenis barang
tertentu. Di samping itu, penyusunan nomor kode ini diusahakan agar memungkinkan
dilakukan pengembangan, terutama oleh mereka yang secara langsung menangani
pencatatan barang.
Pada umumnya, nomor kode terdiri dari 7 angka yang tersusun dari 3 dan 4 angka
yang dipisahkan oleh sebuah tanda titik. Angka pertama dari susunan tiga di depan untuk
menyatakan jenis formulir yang digunakan. Dua angka berikutnya merupakan sandi
pokok untuk kelompok barang menurut ketentuan masing-masing formulir. Berikut ini
contoh kode barang inventaris.
110.0300 Tanah lapangan olahraga
110.0400 Tanah untuk jalan dan tempat parkir
110.0500 Tanah pertanian
110.0600 Tanah peternakan
110.0700 Tanah perkebunan
110.0800 Tanah kehutanan
110.0900 ……………………………….. (untuk keperluan selain yang tersebut di atas).
Gambar 4.4 Klasifikasi dan pengkodean memudahkan dalam mencari kembali barang
inventaris
Sebagaimana terlihat pada contoh sandi atau kode barang tak bergerak tersebut di
atas, sandi atau kode barang inventaris tersebut terdiri dari bilangan 1 sampai 99
(numeric). Baik untuk barang tak bergerak maupun barang bergerak pada umumnya
digunakan nomor kode yang terbentuk dari 7 bilangan angka seperti itu. Hal ini berarti
bahwa setiap kelompok dan subkelompok menyediakan bilangan 1 sampai dengan 99
sehingga masing-masing dapat menyediakan 99 wadah untuk menampung spesifikasi
yang dipergunakan oleh kelompok atau subkelompok yang bersangkutan. Begitu pula
dengan kode barang, nomor ini menyediakan pula wadah untuk spesifikasi jenis barang
sebanyak 99 tempat. Sebagai contoh cara penggunaan angka-angka untuk nomor kode
barang bergerak dapat dikemukakan sebagai berikut.
200.0000 Sandi untuk kelompok barang-barang bergerak.
210.0000 Sandi untuk alat-alat besar.
220.0000 Sandi untuk peralatan laboratorium, peralatan bengkel/workshop, studio,
percetakan, pabrik, dan instalasi pembangkit tenaga listrik.
221.0000 Sandi untuk kelompok besar: Peralatan laboratorium.
222.0000 Sandi untuk kelompok besar: Peralatan bengkel/workshop.
224.0100 Sandi untuk subkelompok: Alat penyusun huruf/setting, (PHT), intertype, IBM,
dan kompugrafik.
224.0200 Sandi untuk kelompok alat acuan/mesin fotocopy.
224.0300 Sandi untuk sekelompok mesin cetak.
224.0301 Sandi untuk jenis barang mesin cetak letter press.
224.0302 Sandi untuk mesin cetak offset.
224.0303 Sandi untuk mesin cetak fotografi.
Contoh-contoh tersebut dikemukakan hanya untuk sekedar memberikan gambaran
tentang asas dan tata kerja yang telah digunakan dalam penyusunan klasifikasi dan kode
barang inventaris berdasarkan jenis-jenis formulir inventarisasi yang telah ditentukan di
dalam buku petunjuk pelaksanaan inventaris salah satu instansi pemerintahan. Dalam
prakteknya, barang yang dilaporkan tidaklah serinci itu tetapi mungkin hanya sampai
pada penyebutan nama subkelompok barangnya saja. Misalnya mengenai peralatan
percetakan hanya disebutkan alat penyusun huruf, alat penyusun pola cetak, mesin cetak,
alat pelipat kertas, alat pemotong kertas, dan sebagainya. Jadi, nomor kodenya hanya
224.0100, 224.0200, 224.0300, dan seterusnya. Tambahan dua angka 0 di belakang
berguna untuk spesifikasi lanjutan dan untuk persiapan komputerisasi pengolahan data di
kemudian hari. Berikut ini contoh suatu spesifikasi barang dari subkelompok tertentu,
misalnya subkelompok alat pengangkutan.
250.0000 Sandi untuk kelompok alat pengangkutan
250.0300 Sandi untuk subkelompok alat angkutan darat bermotor
250.0301 Sandi untuk sepeda motor/scoter
250.0302 Sandi untuk bemo, helicak, dan kendaraan lain yang beroda tiga
250.0303 Jeep
250.0304 Sedan
250.0305 Station wagon
250.0306 Bus, minibus, dan suburban
250.0307 Pick up
250.0308 Truck
250.0309 Mobil balap
250.0310 Kendaraan keliling untuk pemeriksaan kesehatan/klinik
250.0311 Mobil unit perpustakaan keliling
250.0312 Mobil unit percetakan
250.0313 Mobil pemadam kebakaran
250.0399 Kendaraan darat bermotor lainnya
250.0400 Kendaraan angkutan air
250.0401 Perahu motor out board
250.0402 Perahu bermotor in board
250.0403 Speed boat
250.0404 Perahu layar
250.0405 Perahu dayung
250.0499 Kendaraan angkutan air lainnya
250.0500 Kendaraan angkutan udara
250.0599 Kendaraan angkutan udara lainnya
Jika jumlah jenis dari suatu subkelompok barang dapat dikelompokkan secara mudah
dalam subkelompok tertentu yang jumlahnya tidak lebih dari 9 sub-subkelompok, maka
angka ketiga sesudah tanda titik ditetapkan menjadi nomor kode bagi sub-subkelompok
barang tersebut. Dalam hal ini angka keempat tanda titik diperuntukkan bagi nomor kode
spesifikasi masing-masing barang pada sub-subkelompok yang bersangkutan.
Contoh:
230.0900 Perhiasan ruangan
230.0910 Lambang negara/instansi/organisasi
230.0920 Bendera/vanbel
230.0930 Piala
230.0940 Piagam/plakat
230.0950 Lukisan berbingkai
230.0960 Peta dinding/globe
230.0970 Barang-barang kerajinan
230.0980 …………………………………….
Perhiasan ruangan lainnya
230.0990 …………………………………….
230.0910 Lambang negara/instansi/organisasi
230.0911 Bhinneka Tunggal Ika
230.0912 KORPRI
230.0913 Tut Wuri Handayani
230.0914 Dharma Wanita
230.0915 Lambang sekolah/perguruan tinggi
230.0916 …………………………………….
230.0917 …………………………………….
Lambang lainnya
230.0918 …………………………………….
230.0919 …………………………………….

B. Barang Inventaris
Pada subbab berikut akan kita pelajari tentang jenis barang investasi, contoh barang
inventaris dan proses pemerolehan barang inventaris. Ayo kita pelajari.
1. Jenis dan Contoh Barang Inventaris
Terdapat empat kelompok besar barang inventaris yang biasanya digunakan dalam
penyusunan daftar klasifikasi barang inventaris, yaitu sebagai berikut.
a. Barang tidak bergerak, meliputi barang-barang tetap seperti tanah, gedung, lapangan,
dan sebagainya.
b. Barang bergerak, yaitu barang-barang yang mempunyai nilai ekonomis tinggi dengan
jangka waktu relatif lama. Contohnya mobil, mesin, perahu (alat angkut), dan
sebagainya.
c. Hewan, yaitu binatang yang merupakan aset perusahaan/Negara. Misalnya hewan
ternak seperti sapi, kambing, ayam, dan sebagainya.
d. Persediaan, yaitu barang yang belum digunakan berupa barang tidak habis pakai dan
barang habis pakai.
Berikut ini contoh kasus pengelompokan barang inventaris.
Di instansi X terdapat dua jenis barang yang diinventariskan, yaitu barang habis
pakai dan barang IT. Barang inventaris berasal dari anggaran belanja bidang dan juga
sambungan dari kantor pusat. Berikut penjelasan barang habis pakai dan barang IT
tersebut.
a. Barang habis pakai (ATK = Alat Tulis Kantor), yaitu barang yang hanya dapat
dipergunakan dalam satu kali pemakaian. Semua barang habis pakai berasal dari
pembelian yang menggunakan anggaran belanja bidang.
b. Barang IT, yaitu barang teknologi yang membantu manusia dalam mambuat,
menyimpan, mengubah, dan mengomunikasikan atau menyebarkan informasi.
Barang IT berasal dari sumbangan kantor pusat dan anggaran belanja kantor X.
Barang habis pakai dan barang IT yang diinventariskan di kantor X di antaranya
berikut ini.
No Jenis Barang
.
Barang Habis Pakai Barang IT
1. Kertas Proyektor
2. Tinta printer Harddisk
3. Isi stapler (staples) Server
4 Kertas buffalo Mesin laminating
5. Baterai Printer
6. Spidol Mesin penghancur kertas
7. Stabilo TV
8. Amplop Laptop
9. Lem Komputer
10. Tinta cat All in one (PC)
11. Lakban jilid UPS
12. Buku kuitansi Kamera
13. Kertas karbon Scanner
2. Proses Pencatatan Barang Inventaris
Berikut ini proses pencatatan barang inventaris, meliputi proses barang masuk
inventaris, proses pencatatan barang sumbangan masuk inventaris, proses pemeriksaan
pemakaian barang habis pakai, proses pemeriksaan dan perawatan barang IT, serta proses
pemeriksaan dan penghapusan barang IT.
a. Proses Barang Masuk Inventaris
Sistem kerja atau proses pencatatan barang masuk inventaris kantor adalah
sebagai berikut.
1) Pegawai mencatat barang-barang yang diperlukan untuk menunjang kegiatan di
kantor.
2) Setelah mengetahui apa saja yang diperlukan, pegawai akan melaporkan kepada
pimpinan untuk meminta persetujuan pembelian barang inventaris di kantor.
3) Setelah disetujui oleh pimpinan, pegawai akan membeli barang-barang inventaris
yang diperlukan kantor.
4) Setelah dibeli, barang-barang akan dicocokan dengan kwitansi dari penjual dan
akan dibuatkan kuitansi kantor untuk ditandatangani oleh bendahara bidang.
5) Kuitansi yang telah dibuat akan direkap menurut tanggal, bulan, dan tahun pada
buku besar untuk memudahkan pencarian.
6) Kegiatan seperti ini dilakukan pada setiap pembelian barang inventaris.
b. Proses Pencatatan Barang Sumbangan Masuk Inventaris
Sistem kerja pencatatan barang sumbangan masuk inventaris kantor adalah
sebagai berikut.
1) Pegawai menerima sumbangan, misalnya berupa barang IT dari kantor BIG
(Badan Informasi Geospasial).
2) Kemudian pegawai melaporkan kepada pimpinan untuk mengetahui diperlukan
atau tidak penerimaan barang inventaris tersebut.
3) Setelah disetujui oleh pimpinan, maka pegawai akan menempatkan barang IT ke
ruangan yang sesuai.
4) Kemudian pegawai mencatat di buku inventaris bahwa ada penambahan
inventaris barang yang berasal dari sumbangan dan ditempatkan di ruang yang
sudah ditentukan.
c. Proses Pemeriksaan Pemakaian Barang Habis Pakai
Berikut proses pemeriksaan pemakaian barang habis pakai dalam kegiatan
inventarisasi.
1) Pada proses pemeriksaan pemakaian barang, pegawai mengecek barang yang
berkurang atau habis terpakai lalu mencatatnya ke dalam buku besar.
2) Pada proses pemakaian barang inventaris akan dicatat kode pemakaian, kode
barang, jumlah dan tanggal pemakaian, serta kondisi barang habis atau masih ada
sisa.
3) Setelah dicatat, pegawai akan melaporkan ke pimpinan
d. Proses Pemeriksaan dan Perawatan Barang IT
Berikut contoh proses pemeriksaan dan perawatan barang IT dalam inventarisasi.
1) Pada proses pemeriksaan perawatan barang IT, pegawai mengecek barang IT tiap
ruang lalu mencatat barang IT yang perlu diajukan perawatannya.
2) Pada proses perawatan barang IT inventaris, akan dicatat nomor perawatan, kode
barang, nama perawatan, serta status dan keterangan kondisi barang IT yang
diperiksa.
3) Setelah itu, catatan yang dibuat akan dilaporkan ke pimpinan.
e. Proses Pemeriksaan dan Penghapusan Barang IT
Berikut proses pemeriksaan dan penghapusan barang IT dalam kegiatan
inventarisasi.
1) Pada proses pemeriksaan dan penghapusan barang IT, pegawai mengecek barang
IT tiap ruang dan melakukan perawatan terlebih dahulu. Jika barang tersebut
rusak berat dan tidak dapat diperbaiki, maka pegawai mencatat barang IT tersebut
ke dalam pengajuan penghapusan barang inventaris.
2) Pada proses penghapusan barang IT inventaris, akan dicatat nomor penghapusan,
kode barang, nama penghapusan, tanggal, jumlah, dan keterangan kondisi barang
IT tersebut.
3) Setelah itu catatan tersebut akan dilaporkan ke pimpinan.
RANGKUMAN
1. Inventarisasi barang adalah semua kegiatan dan usaha untuk memperoleh data yang
diperlukan mengenai barang-barang yang miliki dan diurus, baik yang diadakan melalui
anggaran belanja, sumbangan, maupun hibah untuk diadministrasikan sebagaimana mestinya
menurut ketentuan dan cara yang telah ditetapkan.
2. Pengadministrasian barang inventaris dilakukan dengan menggunakan buku induk barang
inventaris, buku golongan inventaris, dan buku catatan barang non inventaris.
3. Tujuan mengadakan penggolongan atau klasifikasi barang ialah untuk mendapatkan cara
yang cukup mudah dan efisien dalam mencatat dan mencari atau menemukan kembali,
barang baik secara fisik maupun melalui daftar catatan ataupun di dalam ingatan orang.
Sesuai dengan tujuan tersebut maka bentuk lambang, sandi, atau kode yang digunakan
sebagai pengganti nama atau uraian kelompok atau jenis barang haruslah bersifat
membantu/memudahkan penglihatan dan ingatan orang dalam mendapatkan kembali barang
yang diinginkan.
EVALUASI BAB 4

A. Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!

1. Segala sesuatu mulai dari gedung, kendaraan, mesin kantor hingga perabot kantor dan
alat bantu lainnya yang dimiliki perusahaan guna terlaksananya pekerjaan dan untuk
meningkatkan produktivitas kerja merupakan ….
a. pengertian dari inventaris
b. pengertian dari inventaris kantor
c. pengertian dari inventarisasi
d. pengertian dari inventarisasi sarana dan prasarana
e. tujuan dari inventarisasi

2. Inventarium berasal dari bahasa ….


a. Yunani
b. Inggris
c. Perancis
d. Arab
e. Latin

3. Tujuan inventarisasi sarana prasarana pendidikan yaitu ….


a. menjaga dan menciptakan tertib administrasi sarana dan prasarana yang dimiliki oleh
sekolah
b. menyediakan data dan informasi
c. memberikan data dan informasi dalam rangka memudahkan pengawasan
d. mengarahkan pengadaan barang
e. sebagai bukti fisik

4. Perhatikan data berikut!


(i) Buku induk barang inventaris
(ii) Buku tahunan inventaris
(iii) Buku jurnal inventaris
(iv)Buku golongan barang inventaris
(v) Daftar rekap barang inventaris
Dari data diatas, yang termasuk dalam pelaksanaan kegiatan pengadministrasian barang
inventaris yaitu nomor ….
a. (i), (ii), (iii)
b. (ii), (iv), (v)
c. (i), (iv), (v)
d. (i), (iii), (iv)
e. (ii), (iii), (iv)
5. Buku untuk mencatat semua barang inventaris yang sudah dimiliki oleh
perusahaan/kantor atau satuan organisasi di lingkungannya dan sekaligus merupakan
sumber informasi bermacam-macam data tentang barang-barang inventaris merupakan
pengertian dari ….
a. daftar isian inventaris
b. buku golongan barang inventaris
c. daftar laporan triwulan
d. buku catatan non inventaris
e. buku induk barang inventaris

6. Buku pembantu tempat mencatat barang inventaris menurut golongan yang telah
ditentukan merupakan pengertian dari ….
a. daftar isian inventaris
b. buku golongan barang inventaris
c. daftar laporan triwulan
d. buku catatan non inventaris
e. buku induk barang inventaris

7. Buku catatan barang non inventaris adalah ….


a. buku tempat mencatat barang-barang inventaris menurut golongan yang telah
ditentukan
b. buku tempat mencatat semua barang non inventaris yang dimiliki oleh
perusahaan/kantor
c. buku tempat mencatat semua barang inventaris yang sudah dimiliki
perusahaan/kantor atau satuan organisasi di lingkungannya
d. buku yang berisi data tentang barang-barang inventaris
e. buku klarifikasi barang-barang inventaris

8. Sandi/kode dipergunakan untuk ….


a. melambangkan nama atau uraian kelompok/jenis barang
b. tanda bahwa barang tersebut merupakan barang inventaris
c. mengadakan penggolongan barang
d. memudahkan dalam pengecekan barang investasi
e. memudahkan dalam penglihatan dan pengingatan untuk mendapatkan kembali barang
tersebut

9. Tujuan dari penggolongan atau klasifikasi barang inventaris adalah ….


a. untuk mendapatkan cara yang mudah dan efisien dalam mencari dan menemukan
kembali barang yang diinginkan
b. untuk mendapat cara yang mudah dan efisien dalam mencatat
c. untuk membuat kode atau sandi
d. pernyataan a dan b
e. pernyataan a dan c

10. Perhatikan pernyataan berikut!


(i) Pegawai mengecek barang yang berkurang atau habis dipakai lalu mencatatnya pada
buku besar.
(ii) Pada proses pemakaian barang inventaris akan dicatat kode pemakaian, kode barang,
jumlah dan tanggal pemakaian, serta kondisi barang habis atau masuk pada sisa.
(iii) Setelah dicatat pegawai akan melaporkan ke pimpinan.
Pernyataan di atas merupakan proses ….
a. pemeriksaan pemakaian barang habis pakai
b. pemeriksaan perawatan barang IT
c. pemeriksaan dan penghapusan barang IT
d. pencatatan barang masuk inventaris
e. pencatatan barang sumbangan masuk inventaris

B. Kerjakan soal-soal berikut dengan singkat dan jelas!

1. Apa tujuan dari inventarisasi barang? Coba jelaskan!

2. Sebutkan langkah-langkah atau proses pemeriksaan inventarisasi barang tak habis pakai!

3. Apa yang dimaksud dengan buku golongan inventaris? Jelaskan!

4. Apa yang kamu ketahui tentang buku catatan barang non inventaris?

5. Sebutkan petunjuk pengisian/pencatatan buku induk barang inventarisasi berikut ini.

Anda mungkin juga menyukai