TA 2018/2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah,
Taufik dan Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam
bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan
sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang dimiliki
sangat kurang. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan
masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................... i
DAFTAR ISI............................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................ 1
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................... 3
1. Kasus…………………………………………………………………. 3
2. Seksio sesarea........................................................................................ 4
3. Pengambilan Keputusan …………………………………................... 10
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………….... 28
BAB I
PENDAHULUAN
a. Latar belakang
Bidan merupakan bentuk profesi yang erat kaitannya dengan etika karena
lingkup kegiatan bidan sangat berhubungan erat dengan masyarakat. Karena itu,
selain mempunyai pengetahuan dan keterampilan, agar dapat diterima di masyarakat
bidan juga harus memiliki etika yang baik sebagai pedoman bersikap/ bertindak
dalam memberikan suatu pelayanan khususnya pelayanan kebidanan. Agar
mempunyai etika yang baik dalam pendidikannya bidan dididik etika dalam mata
kuliah Etika profesi namun semuanya mata kuliah tidak ada artinya jika peserta didik
tidak mempraktekannya dalam kehidupannya di masyarakat.
Pada masyarakat daerah, bidan yang di percaya adalah bidan yang beretika.
Hal ini tentu akan sangat menguntungkan baik bidan yang mempunyai etika yang baik
karena akan mudah mendapatkan relasi dengan masyarakat sehingga masyarakat juga
akan percaya pada bidan.
Etika dalam pelayanan kebidanan merupakan isu utama diberbagai tempat,
dimana sering terjadi karena kurang pemahaman para praktisi pelayanan kebidanan
terhadap etika. Pelayanan kebidanan adalah proses yang menyeluruh sehingga
membutuhkan bidan yang mampu menyatu dengan ibu dan keluarganya. Bidan harus
berpartisipasi dalam memberikan pelayanan kepada ibu sejak konseling pra konsepsi,
skrening antenatal, pelayanan intrapartum, perawatan intensif pada neonatal, dan
postpartum serta mempersiapkan ibu untuk pilihannya meliputi persalinan di rumah,
kelahiran seksio sesaria, dan sebagainya. Bidan sebagai pemberi pelayanan harus
menjamin pelayanan yang profesional dan akuntibilitas serta aspek legal dalam
pelayanan kebidanan.Peningkatan pengetahuan dan teknologi yang sedemikian cepat
dalam segala bidang serta meningkatnya pengetahuan masyarakat berpengaruh pula
terhadap meningkatnya tuntutan masyarakat akan mutu pelayanan kesehatan termasuk
pelayanan kebidanan.
Profesi kebidanan mempunyai kontrak sosial dengan masyarakat, yang berarti
masyarakat memberi kepercayaan kepada profesi keperawatan untuk memberikan
pelayanan yang dibutuhkan. Konsekwensi dari hal tersebut tentunya setiap keputusan
dari tindakan keperawatan harus mampu dipertanggungjawabkan dan
dipertanggunggugatkan dan setiap penganbilan keputusan tentunya tidak hanya
berdasarkan pada pertimbangan ilmiah semata tetapi juga dengan mempertimbangkan
etika.
b. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengambilan keputusan dalam kebidanan?
2. Bagaimana proses operasi SC bagi ibu yang memiliki masalah dalam kehamilan?
Kasus
Bidan Alya meangani seseorang Ny.Rohali, primipara berusia 35 tahun. Bidan tersebut
menggali informasi mulai dari riwayat kesehatan masa lalu, sekarang dan riwayat kesehatan
keluarganya. Kehamilan Ny.Rohali berusia 14 minggu dan ini merupakan kehamilan yang
direncanakan pada akhir pertemuan, Ny.Rohali mengatakan bahwa rencana persalinan SC
sebagai pilihannya. Bidan Alya menjelskan bahwa persalinan SC untuk kasus komplikasi, ia
tidak melanjutkan diskusinya karena takut memberikan informasi yang salah dan terjadi
konflik, maka bidan Alya menyarankan Ny.Rohali untuk konsultasi ke dokter kandungan, ada
beberapa pertanyaan untuk bahan pertimbangan :
1. Haruskah bidan Alya meneruskan diskusi tentang persalinan sebagai pilihan?
2. Menurut anda apakah keinginan Ny.Rohali untuk SC harus dipenuhi?
3. Haruskah persalinan SC menjadi satu pilihan untuk beberapa ibu, padahal tanpa
indikasi?
Jawaban
1. Harus, karena sebagai seorang bidan harusnya memberikan penjelasan?pengetahuan
tentang persalinan SC, dan pasien juga harus tau akibat dari persalinan SC, karena
pasien bisa mengantisipasi jika terjadi sesuatu dan pasien bisa memilih tindakan yang
benar menurutnya.
2. Harus, karena pasien memiliki hak untuk menentukan pilihannya. Bidan tidak boleh
memaksa kehendaknya dan menghormati pilihan dari pasiennya.
3. Tidak, karena tergantung pada adanya komplikasi pada ibu yang bermasalah dan
persalinan melalui SC lebih beresiko tinggi daripada persalinan normal. Selain itu,
persalinan SC diperuntukkan untuk kasus yang bermasalah yang memang tidak bisa
dilakukan melalui jalan lahir dan juga beresiko terjadi infeksi dan persalinan memiliki
tingkat pemulihan yang cepat.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Seksio Sesarea
Bedah sesar (bahasa Inggris: caesarean section atau cesarean section dalam Inggris-
Amerika), disebut juga dengan seksio sesarea (disingkat dengan sc) adalah proses persalinan
dengan melalui pembedahan di mana irisan dilakukan di perut ibu (laparatomi) dan rahim
(histerotomi) untuk mengeluarkan bayi. Bedah caesar umumnya dilakukan ketika proses
persalinan normal melalui vagina tidak memungkinkan karena berisiko kepada komplikasi
medis lainnya. Sebuah prosedur persalinan dengan pembedahan umumnya dilakukan oleh tim
dokter yang beranggotakan spesialis kandungan, anak, anastesi serta bidan.
a. Etimologi
Istilah dapat diambil dari kata kerja bahasa Latin caedere yang berarti "membedah".
Dengan demikian "bedah caesar" menjadi gaya bahasa retoris.
Istilah yang mungkin diambil dari pemimpin Romawi kuno Julius Caesar yang
disebut-sebut dilahirkan dengan metode tersebut. Dalam sejarah, hal ini sangat tidak
memungkinkan karena ibunya masih hidup ketika ia mencapai usia dewasa (bedah
caesar tidak mungkin dilakukan pada masa tersebut terkait dengan teknologi yang
tidak mendukung), tetapi legenda tersebut telah bertahan sejak abad ke-2 SM.
Hukum Romawi yang menjelaskan bahwa prosedur tersebut perlu dilakukan pada ibu
hamil yang meninggal untuk menyelamatkan nyawa sang bayi. Hal ini dikenal dengan
istilah lex caesarea, sehingga hukum Romawi mungkin menjadi asal usul istilah ini.
Secara umum, istilah "bedah sesar" merupakan gabungan dari hal-hal tersebut di atas. Kata
kerja caedo dalam kalimat a matre caesus ("membedah ibunya") digunakan pada masa
Romawi untuk mendeskripsikan operasi tersebut.
b. Jenis
Di berbagai rumah sakit, khususnya di Amerika Serikat, Britania Raya, Australia dan
Selandia Baru, sang suami disarankan untuk turut serta pada proses pembedahan untuk
mendukung sang ibu. Dokter spesialis anastesi umumnya akan menurunkan kain penghalang
ketika si bayi dilahirkan agar orang tua si bayi dapat melihat bayinya. Rumah sakit di
Indonesia umumnya tidak memperbolehkan adanya orang lain turut serta waktu persalinan
dengan bedah sesar termasuk sang suami.
c. Indikasi
Dokter spesialis kebidanan akan menyarankan bedah sesar ketika proses kelahiran melalui
vagina kemungkinan akan menyebabkan risiko kepada sang ibu atau si bayi. Hal-hal lainnya
yang dapat menjadi pertimbangan disarankannya bedah sesar antara lain:
proses persalinan normal yang lama atau kegagalan proses persalinan normal
(distosia)
detak jantung janin melambat (fetal distress)
adanya kelelahan persalinan
komplikasi pre-eklampsia
sang ibu menderita herpes
putusnya tali pusar
risiko luka parah pada rahim
persalinan kembar (masih dalam kontroversi)
sang bayi dalam posisi sungsang atau menyamping
kegagalan persalinan dengan induksi
kegagalan persalinan dengan alat bantu (forceps atau vakum)
bayi besar (makrosomia - berat badan lahir lebih dari 4,2 kg)
masalah plasenta seperti plasenta previa (ari-ari menutupi jalan lahir), placental
abruption atau placenta accreta)
kontraksi pada pinggul
sebelumnya pernah menjalani bedah caesar (masih dalam kontroversi)
sebelumnya pernah mengalami masalah pada penyembuhan perineum (oleh proses
persalinan sebelumnya atau penyakit Crohn)
angka d-dimer tinggi bagi ibu hamil yang menderita sindrom antibodi antifosfolipid
CPD atau cephalo pelvic disproportion (proporsi panggul dan kepala bayi yang tidak
pas, sehingga persalinan terhambat)
Kepala bayi jauh lebih besar dari ukuran normal (hidrosefalus)
Ibu menderita hipertensi (penyakit tekanan darah tinggi)
Harap diingat bahwa institusi yang berbeda dapat memiliki pendapat yang berbeda pula
mengenai kapan suatu bedah sesar dibutuhkan. Di Britania Raya, hukum menyatakan bahwa
ibu hamil mempunyai hak untuk menolak tindakan medis apapun termasuk bedah sesar
walaupun keputusan tersebut berisiko terhadap kematiannya atau nyawa sang bayi. Negara
lain memiliki hukum yang berbeda mengenai hal ini. Lihat pula mengenai bedah caesar
berdasarkan permintaan.
d. Risiko
Data statistik dari 1990-an menyebutkan bahwa kurang dari 1 kematian dari 2.500 yang
menjalani bedah caesar, dibandingkan dengan 1 dari 10.000 untuk persalinan normal [1]. Akan
tetapi angka kematian untuk kedua proses persalinan tersebut terus menurun sekarang ini.
Badan kesehatan Britania Raya menyebutkan risiko kematian ibu yang menjalani bedah
caesar adalah tiga kali risiko kematian ketika menjalani persalinan normal . Akan tetapi,
[2]
adalah tidak mungkin untuk membandingkan secara langsung tingkat kematian proses
persalinan normal dan proses persalinan dengan bedah caesar karena ibu yang menjalani
pembedahan adalah mereka yang memang sudah berisiko dalam kehamilan.
Bayi yang lahir dengan persalinan bedah sesar seringkali mengalami masalah bernapas untuk
pertama kalinya. Sering pula sang bayi terpengaruh pengaruh obat bius yang diberikan
kepada sang ibu.
e. Prevalensi
Badan Kesehatan Dunia memperkirakan bahwa angka persalinan dengan bedah sesar adalah
sekitar 10% sampai 15% dari semua proses persalinan di negara-negara berkembang
dibandingkan dengan 20% di Britania Raya dan 23% di Amerika Serikat. Kanada pada 2003
memiliki angka 21%.
Berbagai pertimbangan mengemuka akhir-akhir ini mengingat proses bedah sesar yang
seringkali dilakukan bukan karena alasan medis. Berbagai kritik pula mengemuka karena
bedah sesar yang disebut-sebut lebih menguntungkan rumah sakit atau karena bedah sesar
lebih mudah dan lebih singkat waktu prosesnya oleh dokter spesialis kandungan. Kritik
lainnya diberikan terhadap mereka yang meminta proser bedah caesar karena tidak ingin
mengalami nyeri waktu persalinan normal.
f. Anestesia
Sang ibu umumnya akan diberikan anastesi lokal (spinal atau epidural), yang memungkinkan
sang ibu untuk tetap sadar selama proses pembedahan dan untuk menghindari si bayi dari
pembiusan.
Pada masa sekarang ini, anastesi umum untuk bedah sesar menjadi semakin jarang dilakukan
karena pembiusan lokal lebih menguntungkan bagi sang ibu dan si bayi. Pembiusan umum
dilakukan apabila terjadi kasus-kasus berisiko tinggi atau kasus darurat.
Persalinan normal setelah bedah caesar adalah umum dilakukan pada masa sekarang ini. Di
waktu lalu, bedah sesar dilakukan dengan sayatan vertikal sehingga memotong otot-otot
rahim. Bedah sesar sekarang ini umumnya melalui sayatan mendatar pada otot rahim
sehingga rahim lebih terjaga kekuatannya dan dapat menghadapi kontraksi kuat pada
persalinan normal berikutnya. Luka bekas sayatan pada bedah sesar sekarang ini adalah
terletak di bawah "garis bikini".
h. Sejarah
Bedah caesar dilakukan di Kahura, Uganda. Sebagaimana diamati oleh R. W. Felkin tahun
1879.
Pada 1316, Robert II dari Skotlandia dilahirkan dengan bedah caesar, ibunya Marjorie Bruce,
kemudian meninggal. Bukti pertama mengenai ibu yang selamat dari bedah sesar adalah di
Siegershausen, Swiss tahun 1500: Jacob Nufer, seorang pedagang babi, harus membedah
istrinya setelah proses persalinan yang lama. Prosedur bedah sesar di waktu lampau
mempunyai angka kematian yang tinggi. Di Britania Raya dan Irlandia, angka kematian
akibat bedah sesar pada 1865 adalah 85%. Beberapa penemuan yang membantu menurunkan
angka kematian antara lain:
2. Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan merupakan kemampuan mendasar bagi praktisi kesehatan,
khususnya dalam asuhan keperawatan dan kebidanan. Tidak hanya berpengaruh pada proses
pengelolaan asuhan keperawatan dan kebidanan, tetapi penting untuk meningkatkan
kemampuan merencanakan perubahan. Perawat dan bidan pada semua tingkatan posisi klinis
harus memiliki kemampuan menyelesaikan masalah dan mengambil keputusan yang efektif,
baik sebagai pelaksana/staf maupun sebagai pemimpin. Pengambilan keputusan bukan
merupakan bentuk sinonim.
Pemecahan masalah dan proses pengambilan keputusan membutuhkan pemikiran kritis
dan analisis yang dapat ditingkatkan dalam praktek. Pengambilan keputusan merupakan
upaya pencapaian tujuan dengan menggunakan proses yang sistematis dalam memilih
alternatif. Pemecahan masalah termasuk dalam langkah proses pengambilan keputusan, yang
difokuskan untuk mencoba memecahkan masalah secepatnya. Masalah dapat digambarkan
sebagai kesenjangan diantara “apa yang ada dan apa yang seharusnya ada”. Pemecahan
masalah dan pengambilan keputusan yang efektif diprediksi bahwa individu harus memiliki
kemampuan berfikir kritis dan mengembangkan dirinya dengan adanya bimbingan dan role
model di lingkungan kerjanya.
2. Pengalaman mewarnai pengetahuan praktis, seringnya terpapar suatu kasus meningkatkan
kemampuan mengambil keputusan terhadap nsuatu kasus. Dalam hal tersebut, pengalaman
memang dapat dijadikan pedoman dalam menyelesaikan masalah. Keputusan yang
berdasarkan pengalaman sangat bermanfaat bagi pengetahuan praktis. Pengalaman dan
kemampuan untuk memperkirakan apa yang menjadi latar belakang masalah dan bagaimana
arah penyelesaiannya sangat membantu dalam memudahkan pemecaha masalah.
3. Fakta, keputusan lebih riel, valit dan baik.
Keputusan yang berdasarkan sejumlah fakta, data atau informasi yang cukup itu memang
merupakan keputusan yang baik dan solid, namun untuk mendapatkan informasi yang cukup
itu sangat sulit.
4. Wewenang lebih bersifat rutinitas
Keputusan yang berdasarkan pada wewenang semata maka akan menimbulkan sifat rutin dan
mengasosiasikan dengan praktik dictatorial. Keputusan berdasarkan wewenang kadangkala
oleh pembuat keputusan sering melewati permasahan yang seharusnya dipecahkan justru
menjadi kabur atau kurang jelas
5. Rasional, keputusan bersifat obyektif, trasparan, konsisten. Keputusan yang bersifat
rasional berkaitan dengan daya guna. Masalah – masalah yang dihadapi merupakan masalah
yang memerlukan pemecahan rasional. Keputusan yang dibuat berdasarkan pertimbangan
rasional lebih bersifat objektif. Dalam masyarakat, keputusan yang rasional dapat diukur
apabila kepuasan optimal masyarakat dapat terlaksana dalam batas-batas nilai masyarakat
yang di akui saat itu.
L. Menghadapi Masalah Etik Moral Dan Dilema Dalam Praktek Kebidanan
Menurut Daryl Koehn (1994) bidan dikataka profesional bila dapat menerapkan etika dalam
menjalankan praktik. Bidan ada dalam posisi baik yaitu memfasilitasi pilihan klien dan
membutuhkan peningkatan pengetahuan tentang etika untuk menetapkan dalam strategi
praktik kebidanan
M. Masalah – Masalah Etik Moral yang Mungkin Terjadi Dalam Praktik Kebidanan
1. Masalah Etik Moral Yang Mungkin Terjadi
Bidan harus memahami dan mengerti situasi etik moral, yaitu :
· Untuk melakukan tindakan yang tepat dan berguna.
· Untuk mengetahui masalah yang perlu diperhatikan
Kesulitan dalam mengatasi situasi :
· Kerumitan situasi dan keterbatasan pengetahuan kita
· Pengertian kita terhadap situasi sering diperbaruhi oleh kepentingan, prasangka, dan
faktor-faktor subyektif lain
Langkah-langkah penyelesaian masalah :
1) Melakukan penyelidikan yang memadai
2) Menggunakan sarana ilmiah dan keterangan para ahli
3) Memperluas pandangan tentang situasi
4) Kepekaan terhadap pekerjaan
5) Kepekaan terhadap kebutuhan orang lain
Informed Choice
Informed choice adalah membuat pilihan setelah mendapatkan penjelasan tentan
alternatif asuhan yang akan dialaminya. Menurut kode etik kebidanan internasionl (1993)
bidan harus menghormati hak informed choice ibu dan meningkatkan penerimaan ibu tentang
pilihan dalam asuhan dan tanggung jawabnya terhadap hasil dari pilihannya.
Definisi informasi dalam konteks ini meliputi : informasi yang sudah lengkap diberikan dan
dipahami ibu, tentang pemahaman resiko, manfaat, keuntungan dan kemungkinan hasil dari
tiap pilihannya. Pilihan (choice) berbeda dengan persetujuan (consent) :
a. Persetujuan atau consent penting dari sudut pandang bidan karena berkaitan dengan aspek
hukum yang memberikan otoritas untuk semua prosedur yang akan dilakukan bidan
b. Pilihan atau choice penting dari sudut pandang klien sebagai penerima jasa asuhan
kebidanan, yang memberikan gambaran pemahaman masalah yang sesungguhnya dan
menerapkan aspek otonomi pribadi menentukan “ pilihannya” sendiri.
Choice berrati ada alternatif lain, ada lebih dari satu pilihan dan klien mengerti perbedaanya
sehingga dia dapat menentukan mana yang disukai atau sesuai dengan kebutuhannya.
Tujuannya adalah untuk mendorong wanita memilih asuhannya. Peran bidan tidak hanya
membuat asuhan dalam manajemen asuhan kebidanan tetapi juga menjamin bahwa hak
wanita untuk memilih asuhan dan keinginannya terpenuhi. Hal ini sejalan dengan kode etik
internasional bidan yang dinyatakan oleh ICM 1993, bahwa bidan harus menghormati hak
wanita setelah mendapatkan penjelasan dan mendorong wanita untuk menerima tanggung
jawab untuk hasil dari pilihannya.
Sehingga Bagaimana Pilihan Dapat Diperluas dan Menghindari Konflik
1. Memberi informai yang lengkap pada ibu, informasi yang jujur, tidak bias dan dapat
dipahami oleh ibu, menggunakan alternatif media ataupun yang lain, sebaiknya tatap muka.
2. Bidan dan tenaga kesehatan lain perlu belajar untuk membantu ibu menggunakan haknya
dan menerima tanggungjawab keputusan yang diambil. Hal ini dapat diterima secara etika
dan menjamin bahwa tenaga kesehatan sudah memberikan asuhan yang terbaik dan
memastikan ibu sudah diberikan informsi yang lengkap tentang dampak dari keputusan
mereka
3. Untuk pemegang kebijakan pelayanan kesehatan perlu merencanakan, mengembangkan
sumber daya, memonitor perkembangan protokol dan petunjuk teknis baik di tingkat daerah,
propinsi untuk semua kelompok tenaga pemberi pelayanan bagi ibu.
4. Menjaga fokus asuhan pada ibu dan evidence based, diharapkan konflik dapat ditekan
serendah mungkin.
5. Tidak perlu takut akan konflik tetapi mengganggapnya sebagai sutu kesempatan untuk
saling memberi dan mungkin suatu penilaian ulang yang obyektif bermitra dengan wanita
dari sistem asuhan dan tekanan positif pada perubahan
A. Pengertian
· Informed consent adalah persetujuan individu terhadap pelaksanaan suatu tindakan, seperti
operasi atau prosedur diagnostik invasif, berdasarkan pemberitahuan lengkap tentang risiko,
manfaat, alternatif, dan akibat penolakan.
· Informed consent adalah persetujauan yang diberikan pasien atau wali nya yang berhal
atas terhadap bidan, untuk melakukan suatu tindakan kebidanan kepada pasien setelah
memeperoleh informasi lengkap dan dipahami mengenai tindakan yang akan dilakukan.
· Informed consent merupakan suatu proses.
· Informed consent bukan hanya suatu formulir atau selemabr kertas, tetapi bukti jaminan
informed consent telah terjadi
· Merupakan dialog antara bidan dengan pasien didasari keterbukaan akal pikiran, dengan
bentuk biokratisasi penandatangan formulir.
· Informed consent berrati pernyataan kesediaan atau pernyataan penolakan setelah
mendapat informasi secukupnya sehingga yang diberi informasi sudah cukup mengerti akan
segala akibat dari tindakan yang akan dilakukan terhadapnya sebelum ia mengambil
keputusan.
· Berperan mencegah konfli etik tetapi tidak mengatasi masalh etik, tuntutan, pada intinya
adalah bidan harus bebrbuar yang terbaik bagi pasien atau kline.
· Informed consent merupakan kewajiban hukum bagi penyelengara pelayanan kesehatan
untuk memberikan informasi dalam istilah yang dimengerti oleh klien sehingga klien dapat
membuat pilihan.
PENUTUP
a. Kesimpulan
Bedah sesar disebut juga dengan seksio sesarea (disingkat dengan sc)
adalah proses persalinan dengan melalui pembedahan di mana irisan dilakukan
di perut ibu dan rahim untuk mengeluarkan bayi. Bedah caesar umumnya
dilakukan ketika proses persalinan normal melalui vagina tidak
memungkinkan karena berisiko kepada komplikasi medis lainnya. Sebuah
prosedur persalinan dengan pembedahan umumnya dilakukan oleh tim dokter
yang beranggotakan spesialis kandungan, anak, anastesi serta bidan.
Dalam pengambilan keputusan mengenai proses persalinan yang
dipilih pasien, semua diserahkan pada keputusan pasien karena pasien
memiliki hak untuk memilih dan bidan wajib menghormati pilihan pasien.
b. Saran
Dalam menangani kasus seperti ini kita sebagai mahasiswi diharapkan
dapat mengetahui asuhan kebidanan yang tepat dari penyakit indikasi tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
http://lidyaekawatii.blogspot.co.id//2013/05/pengambilan-keputusan-dalam-
menghadapi.html?m=1/
http://ateisindonesia.wikidot.com/pengambilan-keputusan-secara-etis
http://jameswidodo-heart.blogspot.com/2009/11/pengambilan-keputusan-etis-dan-faktor.html
http://januarsutrisnoyayan.wordpress.com/2008/10/27/apa-itu-etika/
http://id.wikipedia.org/wiki/Etika