Anda di halaman 1dari 7

“Kemesraan Ranubaya dan Humairah”

Oleh: Feri Indra Mustofa

Zaman dahulu kala, sebuah pepohonan di sekitar reranting tinggallah seekor


merpati cantik kecil bernama Humairah. Si Humairah sangat suka bersahabat dengan
berbagai jenis hewan. Salah satu sahabat terbaiknya ialah Ranubaya si elang gagah
perkasa. Mereka berdua bersahabat dan kompak saling belajar bersama setiap hari.

“Ranubaya maukah kamu mengahantarkan aku ke Taman? Aku ingin menikmati


sore ini dengan aroma bunga.” Ajak Humairah si merpati.

“Waah boleh, bagus sekali kalau sore-sore begini kita ke sana.” Sahut Ranubaya.

“Eh, tapi kalau ketahuan kelompokku gimana?” Tanya Humairah.

“Tenang saja, kita seperti biasa saja, kamu sembunyi dibalik sayapku.” Jawab
Ranubaya.

Mereka berdua pun berangkat menuju taman dengan perjalanan yang terlihat
mesra, meskipun ada perasaan takut kepada masing-masing kelompoknya.

Kelompok merpati dan elang memang sudah sejak lama berselisih. Banyak faktor
yang mempengaruhi antara lain elang selalu menganggu merpati, penghianatan dalam
cinta dan masih banyak lagi. Sehingga sering terjadi perselisihan, kelompok merpati
sudah enggan menerima kelompok elang hadir dalam kehidupnnya.

“Eh, Humairah ada Bang Arya di depan bagaimana ini?” Tanya Miki dengan nada
khawatir.

“Lanjut terbang saja santai pokoknya jangan sampai ketahuan.” Jawab Humairah
dengan lembut.

Dengan sedikit keberanian, Ranubaya lewat di depan Bang Arya dengan tatapan
yang tak biasanya.

“Hei kamu, elang muda mau kemana?”

“Saya mau ke taman ingin menghirup aroma keindahan”


“Lalu kenapa sayapmu kok menekuk begitu, sepertinya ada yang kamu
sembunyikan?” goda Arya.

“Bukan apa-apa bang hanya saja sayap Ranubaya sakit terkena tajam pucuk
reranting tadi.” Jawab Ranubaya khawatir.

Di rangkulan sayap Ranubaya, Humairah merasakan kekhawatiran tinggi layaknya


seorang perempuan. Pasti ada apa-apa. Dengan sedikit usaha menyembunyikan diri,
Humairah akhirnya batuk disaat Ranubaya dan Arya sedang berdialog.

“khok, khok, khok...” suara Humairah batuk di balik sayap Ranubaya.

“Eh suara siapa itu?” Hardik si Arya

Tanpa sepatah kata, si Humairah melepas diri dan langsung melarikan diri di
antara kerumunan bangsa buru di langit. Si Ranubaya pun nampak kebingungan dengan
apa yang harus ia lakukan karena telah berbohong kepada Arya, Arya pun memanggil
pasukan untuk menangkap Humairah.

Humairah terbang kencang menuju reranting pepohonan yang dijadikan tempat


tinggalnya, akan tetapi di depan pohon si Humairah sudah dijaga oleh beberapa anak
buah Arya . Melihat banyak kelompok elang si Humairah sebagai seorang perempuan tak
kalah gesit, ia memutar balik menuju markas teman-temanya.

Di lain tempat, Arya murka kepada Ranubaya karena dianggap seorang


pengkhianat.

“Hei kamu elang muda, berani-beraninya ya kamu berteman dengan merpati


cengeng seperti itu.” Bentak Arya kepada Ranubaya.

“Maaf, tapi Humairah tidak seperti yang abang bayangkan, dia cantik, baik dan
berterima dengan kehadiran Ranubaya. Berbeda dengan merpati lainnya.” Jawab
Ranubaya.

“Halah, sebuah kata terlontar tak ada manis di belakang. Kelompok mereka kan
yang mengatakan tidak ada kata sahabat lagi di antara kita, karena kesalahanmu
ini kami anggap kamu bukanlah kelompok dari kami, carilah tempat tinggal dan
juga makan di tempat lain. Kalau perlu minta sana sama merpati cengeng itu.”
Dengan sangat marah si Arya mengusir Ranubaya dari kelompok elang, Si
Ranubaya kebingungan dengan nasib sahabatnya Humairah yang dikejar-kejar oleh anak
buah Arya. Ia berusaha mencari dengan mengitari barat, timur, selatan, utara awan
mendung sampai ke sungai, tanaman tempat mereka biasa bermain bersama, akan
tetapi hasilnya nihil. Si Ranubaya tidak menemukan sedikitpun jejak Humairah.

Si Humairah yang kebingungan mau kemana terus berlari hingga menemukan satu
temannya. Ia berbicara kepada temannya bahwa ia sedang diburu oleh geng elang kasar
anak buah Arya.

“Akhirnya ketemu, tolong aku di kejar anak buah Arya.” Eluh Humairah sembari
menangis.

“Kok bisa? Tunggu di sini aku panggil teman-teman.” Jawab merpati putih cantik
dan sangar itu sambil langsung berlari kencang.

Elang-elang anak buah Arya pun semakin dekat dengan Ranubaya. Si Humairah
yang sangat risau terus sembunyi agar tidak sampai bertemu dengan gerombolan elang
kasar. Ia terus terbang hingga sampai menabrak pepohonan.

“Bagaimana ini kalau aku tertangkap?” Gumam si Humairah di dalam hati.

Suatu ketika Ranubaya yang sangat kebingungan dengan nasib sahabatnya


berusaha memberanikan diri untuk menemui Bang Arya di Markas besar elang kasar.
Dengan tekat yang sudah sangat bulat, ia memantapkan langkahnya untuk memasuki
markas yang sudah mencoret namanya dari daftar anggota.

“Permisi Bang Arya.” Sapa Ranubaya dengan nada yang sangat lirih.

“Berani-beraninya kamu kesini? Masih besar sekali nyali kamu?” Bentak Bang Arya.

“Tidak, saya ingin meminta keringanan, bos boleh mengusir saya akan tetapi
jangan melukai teman saya Humairah, dia perempuan dan juga baik tidak seperti
merpati yang lainnya.” Pinta Ranubaya.

“Banyak omong kamu, kata-kata si merpati tetap membekas tidak ada sejarah
yang mengatakan ada kebaikan hadir.” Hardik Bang Arya.

“Tapi bang.”
“Ahh... Sudahlah, Pengawal!”

“Iya bang.” Jawab pengawal.

“Seret keluar elang tak berguna ini.” Perintah Bang Arya.

“Siap bang.” Jawab pengawal serentak.

“Tapi boss, saya jelaskan duluu” ucap Ranubaya.

Akan tetapi Bang Arya yang terlanjur marah tidak mau lagi mendengar kata-kata
yang di ucapkan Ranubaya. Ia tetap pada pendiriannya untuk tidak berteman dengan
merpati karena perihal kata-kata yang menyakiti sekaligus menantang. Tidak ada yang
mau damai bahkan berteman dengan merpati.

Si Ranubaya yang kebingungan pun mengingat satu tempat. Di mana dia sering
merenung bersama Humairah.

“Pasti senja sekarang dia ada di taman .” Simpul Ranubaya

Tanpa pikir panjang dia langsung terbang menuju taman tempat ia biasa berdua
bersama Humairah. Ia sering bertukar pikiran membicarakan banyak hal tentang
pertemanan dan terselip rayuan rencana-rencana bersatunya cinta, dan keinginan untuk
mendamaikan kelompok mereka yang termakan ungkapan bijaksana sehingga
bertentangan. Disitulah mereka berdua menggantungkan setinggi mimpi mereka.
Bersama purnama di antara bintang-bintang berselimut senja bahkan terbakar sinar sang
surya sudah mereka lalui bersama.

Si Humairah yang telah sampai dulu di taman masih was-was, takut bila ia akan
tertangkap. Benar saja, tak lama berselang si elang anak buah Arya sampai juga di taman.

“Hahaha... akhirnya ketemu juga sama merpati canti cengeng ini. Siap-siaplah
menjadi merpati pepes, hahaha...” Kata anak buah Arya.

“Tidak, aku bisa jelaskan.” Bela Humairah dengan tubuh yang gemetar.

“Jemput Bang Arya, kita habisi saja merpati cengen ini.” Kata elang kasar anak
buah Arya.
“Baik, aku saja yang jemput.” Jawab Dwipangga, yang menjabat sebagai patih
elang kasar.

Kelompok elang tersebut membentuk lingkaran untuk mengancam dan juga


mematikan pergerakan Humairah. Si Humairah yang sudah terpojok hanya menangis dan
berdoa agar ada teman-temannya segera sampai dan dapat menolongnya. Tak lama
kemudian sampailah Bang Arya untuk mengadili merpati perempuan malang itu.

“Ternyata ini, merpati yang katannya baik dan santun? Detik ini, tidak ada yang
namanya merpati baik selaras dengan ungkapan sebelumnya kelompok kamu!
Bawa saja ke markas kita adili di sana.” Perintah Bang Arya.

Akan tetapi terdengar sebuah lengkingan hebat dari belakang kerumunan elang.

“Tunggu... aku yang bertanggungjawab.”

Sontak seluruh perhatian tertuju pada sumber suara itu. Ternyata Ranubaya.
Dengan berani ia masuk ke dalam lingkaran untuk membela teman tecintanya yang sudah
dipojokkan oleh komplotan elang kasar.

“Ternyata elang muda ini lagi, masih berani? Hahaha.” Kata Bang Arya.

“Maaf sebelumnya, jika Abang mau menghukum Humairah, hukum juga aku
karena aku yang salah lagian ia perempuan.” Kata Ranubaya.

“Kau benar, wahai pengawalku bawa mereka berdua kita berpesta malam ini
hahaha.”

Belum selesai tertawa, rombongan merpati datang dengan tiba-tiba dengan


jumlah yang lumayan luar biasa.

“Kau, elang berani-beraninya kalian menyakiti bangsa kami awas saja kau!”

Tanpa banyak bicara kelompok merpati menyerang elang dan pertarungan


hebatpun tak dapat dihindarkan sampai pada akhirnya Arya yang terkena libas sayap
sempat oleng dan terperosok jatuh jauh ke dalam jurang sekitar taman. Akan tetapi
tangan Ranubaya menggenggam erat tangan Arya yang sudah berkali-kali
menghardiknya itu.
Teman-teman Humairah memintanya untuk melepas saja genggaman itu akan
tetapi Ranubaya teringat dengan petuah gurunya seekor semut tua.

“Berbuatlah baik dalam keadaan apapun, walaupun kepada orang yang telah
menyakitimu.”

Kata-kata tersebut masih terngiang di kepala Humairah. Akhirnya ia


menyelamatkan Arya dengan menariknya ke atas. Arya pun sempat terdiam dan
bertanya- tanya seharusnya merpati cengen itu bisa balas dendam dengan melepas
pegangannya akan tetapi kenapa tidak.

Ia berpikir cepat dan dengan wajah yang memerah akhirnya ia berteriak.

“Berhenti... Sudahi saja pertarungan tiada guna ini!”

“Sudah bertahun-tahun aku dikenal keras kepala jika berbicara masalah


perdamaian dengan merpati. Akan tetapi hari ini, aku tahu bahwa tidak selamanya
bermusuhan itu baik. Aku tahu di antara kalian (merpati-merpati) pasti banyak yang tidak
suka padaku akan tetapi hari ini, detik ini aku proklamirkan sesuatu untuk kalian. Dengan
ini saya nyatakan perdamaian kepada kelompok merpati dan mengaku bersalah karena
merasa memiliki segalanya dan tidak bijaksana.”

Mendengar kata-kata itu, seluruh kelompok merasa kaget dan bertanya-tanya


mengapa permusuhan akibat sentil kata yang panas akhirnya bisa selesai.

“Kalian pasti bertanya-tanya, aku bisa bicara seperti ini karena merpati ini. Setelah
sekian banyak ancaman dan juga siksaan yang telah aku berikan, ia masih mau
untuk menolongku padahal bukan tidak mungkin ia membunuhku. Aku berhutang
nyawa padamu dan sebagai gantinya bagaimana kalau kita berdamai sudahi saja
segala permusuhan yang tak berujung ini?”

Tidak membutuhkan waktu lama untuk kelompok merpati memutuskan jawaban.

“Saya mewakili kelompok merpati menerima dengan besar hati permintaan maaf
kalian jika kita semua bersatu pasti kita akan lebih cepat maju.” lirik Humairah
kepada Ranubaya.
Suasana yang sangat panas itu di akhiri senja yang menghangatkan, ditambah
dengan rasa persahabatan menyisihkan cinta Ranubaya dan Humairah hingga terbentuk
keluarga dari perbuatan baik. Mereka saling berpelukan dan saling memaafkan.
Humairah dan Ranubaya pun mengukir sejarah, mendamaikan kelompok mereka yang
bertentangan tanpa berkesudahan. Sekarang mereka berdua saling bermesraan dengan
janji suci pernikahan dan teman-teman yang lain bebas bermain dan mencari makan
bersama tanpa sembunyi-sembunyi. Tanpa ada khawatir karena mereka semua sekarang
adalah Keluarga.

-------------Bersambung---------------

Surabaya, 4 November 2019

Anda mungkin juga menyukai