“Waah boleh, bagus sekali kalau sore-sore begini kita ke sana.” Sahut Ranubaya.
“Tenang saja, kita seperti biasa saja, kamu sembunyi dibalik sayapku.” Jawab
Ranubaya.
Mereka berdua pun berangkat menuju taman dengan perjalanan yang terlihat
mesra, meskipun ada perasaan takut kepada masing-masing kelompoknya.
Kelompok merpati dan elang memang sudah sejak lama berselisih. Banyak faktor
yang mempengaruhi antara lain elang selalu menganggu merpati, penghianatan dalam
cinta dan masih banyak lagi. Sehingga sering terjadi perselisihan, kelompok merpati
sudah enggan menerima kelompok elang hadir dalam kehidupnnya.
“Eh, Humairah ada Bang Arya di depan bagaimana ini?” Tanya Miki dengan nada
khawatir.
“Lanjut terbang saja santai pokoknya jangan sampai ketahuan.” Jawab Humairah
dengan lembut.
Dengan sedikit keberanian, Ranubaya lewat di depan Bang Arya dengan tatapan
yang tak biasanya.
“Bukan apa-apa bang hanya saja sayap Ranubaya sakit terkena tajam pucuk
reranting tadi.” Jawab Ranubaya khawatir.
Tanpa sepatah kata, si Humairah melepas diri dan langsung melarikan diri di
antara kerumunan bangsa buru di langit. Si Ranubaya pun nampak kebingungan dengan
apa yang harus ia lakukan karena telah berbohong kepada Arya, Arya pun memanggil
pasukan untuk menangkap Humairah.
“Maaf, tapi Humairah tidak seperti yang abang bayangkan, dia cantik, baik dan
berterima dengan kehadiran Ranubaya. Berbeda dengan merpati lainnya.” Jawab
Ranubaya.
“Halah, sebuah kata terlontar tak ada manis di belakang. Kelompok mereka kan
yang mengatakan tidak ada kata sahabat lagi di antara kita, karena kesalahanmu
ini kami anggap kamu bukanlah kelompok dari kami, carilah tempat tinggal dan
juga makan di tempat lain. Kalau perlu minta sana sama merpati cengeng itu.”
Dengan sangat marah si Arya mengusir Ranubaya dari kelompok elang, Si
Ranubaya kebingungan dengan nasib sahabatnya Humairah yang dikejar-kejar oleh anak
buah Arya. Ia berusaha mencari dengan mengitari barat, timur, selatan, utara awan
mendung sampai ke sungai, tanaman tempat mereka biasa bermain bersama, akan
tetapi hasilnya nihil. Si Ranubaya tidak menemukan sedikitpun jejak Humairah.
Si Humairah yang kebingungan mau kemana terus berlari hingga menemukan satu
temannya. Ia berbicara kepada temannya bahwa ia sedang diburu oleh geng elang kasar
anak buah Arya.
“Akhirnya ketemu, tolong aku di kejar anak buah Arya.” Eluh Humairah sembari
menangis.
“Kok bisa? Tunggu di sini aku panggil teman-teman.” Jawab merpati putih cantik
dan sangar itu sambil langsung berlari kencang.
Elang-elang anak buah Arya pun semakin dekat dengan Ranubaya. Si Humairah
yang sangat risau terus sembunyi agar tidak sampai bertemu dengan gerombolan elang
kasar. Ia terus terbang hingga sampai menabrak pepohonan.
“Permisi Bang Arya.” Sapa Ranubaya dengan nada yang sangat lirih.
“Berani-beraninya kamu kesini? Masih besar sekali nyali kamu?” Bentak Bang Arya.
“Tidak, saya ingin meminta keringanan, bos boleh mengusir saya akan tetapi
jangan melukai teman saya Humairah, dia perempuan dan juga baik tidak seperti
merpati yang lainnya.” Pinta Ranubaya.
“Banyak omong kamu, kata-kata si merpati tetap membekas tidak ada sejarah
yang mengatakan ada kebaikan hadir.” Hardik Bang Arya.
“Tapi bang.”
“Ahh... Sudahlah, Pengawal!”
Akan tetapi Bang Arya yang terlanjur marah tidak mau lagi mendengar kata-kata
yang di ucapkan Ranubaya. Ia tetap pada pendiriannya untuk tidak berteman dengan
merpati karena perihal kata-kata yang menyakiti sekaligus menantang. Tidak ada yang
mau damai bahkan berteman dengan merpati.
Si Ranubaya yang kebingungan pun mengingat satu tempat. Di mana dia sering
merenung bersama Humairah.
Tanpa pikir panjang dia langsung terbang menuju taman tempat ia biasa berdua
bersama Humairah. Ia sering bertukar pikiran membicarakan banyak hal tentang
pertemanan dan terselip rayuan rencana-rencana bersatunya cinta, dan keinginan untuk
mendamaikan kelompok mereka yang termakan ungkapan bijaksana sehingga
bertentangan. Disitulah mereka berdua menggantungkan setinggi mimpi mereka.
Bersama purnama di antara bintang-bintang berselimut senja bahkan terbakar sinar sang
surya sudah mereka lalui bersama.
Si Humairah yang telah sampai dulu di taman masih was-was, takut bila ia akan
tertangkap. Benar saja, tak lama berselang si elang anak buah Arya sampai juga di taman.
“Hahaha... akhirnya ketemu juga sama merpati canti cengeng ini. Siap-siaplah
menjadi merpati pepes, hahaha...” Kata anak buah Arya.
“Tidak, aku bisa jelaskan.” Bela Humairah dengan tubuh yang gemetar.
“Jemput Bang Arya, kita habisi saja merpati cengen ini.” Kata elang kasar anak
buah Arya.
“Baik, aku saja yang jemput.” Jawab Dwipangga, yang menjabat sebagai patih
elang kasar.
“Ternyata ini, merpati yang katannya baik dan santun? Detik ini, tidak ada yang
namanya merpati baik selaras dengan ungkapan sebelumnya kelompok kamu!
Bawa saja ke markas kita adili di sana.” Perintah Bang Arya.
Akan tetapi terdengar sebuah lengkingan hebat dari belakang kerumunan elang.
Sontak seluruh perhatian tertuju pada sumber suara itu. Ternyata Ranubaya.
Dengan berani ia masuk ke dalam lingkaran untuk membela teman tecintanya yang sudah
dipojokkan oleh komplotan elang kasar.
“Ternyata elang muda ini lagi, masih berani? Hahaha.” Kata Bang Arya.
“Maaf sebelumnya, jika Abang mau menghukum Humairah, hukum juga aku
karena aku yang salah lagian ia perempuan.” Kata Ranubaya.
“Kau benar, wahai pengawalku bawa mereka berdua kita berpesta malam ini
hahaha.”
“Kau, elang berani-beraninya kalian menyakiti bangsa kami awas saja kau!”
“Berbuatlah baik dalam keadaan apapun, walaupun kepada orang yang telah
menyakitimu.”
“Kalian pasti bertanya-tanya, aku bisa bicara seperti ini karena merpati ini. Setelah
sekian banyak ancaman dan juga siksaan yang telah aku berikan, ia masih mau
untuk menolongku padahal bukan tidak mungkin ia membunuhku. Aku berhutang
nyawa padamu dan sebagai gantinya bagaimana kalau kita berdamai sudahi saja
segala permusuhan yang tak berujung ini?”
“Saya mewakili kelompok merpati menerima dengan besar hati permintaan maaf
kalian jika kita semua bersatu pasti kita akan lebih cepat maju.” lirik Humairah
kepada Ranubaya.
Suasana yang sangat panas itu di akhiri senja yang menghangatkan, ditambah
dengan rasa persahabatan menyisihkan cinta Ranubaya dan Humairah hingga terbentuk
keluarga dari perbuatan baik. Mereka saling berpelukan dan saling memaafkan.
Humairah dan Ranubaya pun mengukir sejarah, mendamaikan kelompok mereka yang
bertentangan tanpa berkesudahan. Sekarang mereka berdua saling bermesraan dengan
janji suci pernikahan dan teman-teman yang lain bebas bermain dan mencari makan
bersama tanpa sembunyi-sembunyi. Tanpa ada khawatir karena mereka semua sekarang
adalah Keluarga.
-------------Bersambung---------------