Anda di halaman 1dari 4

BURUNG GAGAK DAN BURUNG BANGAU

Dongeng Kancil, Burung Gagak dan Burung Bangau P ada pagi yang cerah ketika libur sekolah, si kancil
memutuskan untuk menemui sahabatnya yang tinggal di tepi sungai, Burung Gagak. Si kancil dan burung gagak memang
sudah sangat kenal akrab, semua bermula ketika burung gagak menolong kancil dari sergapan serigala. Burung gagak
terkenal sebagai burung yang sangat baik, bulunya putih dan cantik, serta pandai sekali mencari ikan. Banyak yang kagum
pada burung gagak, tentu saja karena burung gagak juga termasuk burung yang cukup ramah. Setelah beberapa lama si
kancil berjalan, ahirnya si kancil tiba di tepi sungai tempat burung gagak tinggal. Tapi belum sempat si kancil menuju sarang
burung gagak, dia mendengar suara tangisan yang cukup pilu. Kancil kemudian mencari dari mana arah suara itu. Dan
ahirnya dia menemukan ada seekor burung berwarna hitam kusam tengah menangis di pinggir sungai. Kancilpun mendekat
dan berusaha menyapanya, tapi betapa terkejutnya si kancil ketika tahu bahwa burung yang berwarna hitam legam itu adalah
gagak sahabatnya.
Hai gagak sahabat ku, apa yang terjadi pada mu? Kenapa bulu mu yang putih dan indah berubah menjadi hitam begini?.
Tanya kancil terkejut. Dalam isak tangisnya, burung gagak pun mulai menjelaskan Aku di tipu sama burung bangau sahabat
ku cil.. dia yang membuat aku jadi begini. Jawaban burung gagak membuat si kancil semakin penasaran, karena yang dia
tahu.. si burung bangau yang memiliki bulu berwarna hitam legam adalah sahabat karib dari burung gagak. Bahkan burung
gagak kerap membantu burung bangau mencari ikan. Aku tak faham dengan maksud mu kawan. Bukankah burung bangau
itu sahabat mu? Dan bagaimana ceritanya bulu mu yang dulu putih dan indah kini berubah menjadi hitam begini?. Tanya si
kancil. Ahirnya, burung gagak mulai bercerita tentang nasib malang yang menimpanya.
Semua berawal dari satu bulan yang lalu. Waktu itu burung gagak melihat burung bangau sangat sedih. Dia merasa rendah
diri karena memiliki bulu yang hitam serta sangat buruk, sedangkan si gagak memiliki bulu yang putih dan indah. Si bangau
merasa bahwa dirinya adalah mahluk yang sangat malang. Karena kasihan dengan sahabatnya itu, ahirnya burung gagak
menceritakan rahasia ke cantikan bulunya pada burung bangau. Dia bercerita bahwa dia memiliki bubuk emas ajaib yang
dapat membuat bulu menjadi bersih, putih, dan berkilau indah. Setiap seminggu sekali, dia mencuci bulu-bulunya dengan air
yang sudah di campur bubuk emas ajaib itu. Sehingga bulunya tetap tampak bersih dan indah. Mendengar itu, burung bangau
menjadi sangat tertarik. Lalu di merengek meminta pada burung gagak agar mau meminjamkan bubuk emas ajaib itu
padanya. Karena mereka sahabat dekat, ahirnya burung gagak meminjamkan bubuk ajaibnya. Dengan catatan, bangau akan
mengembalikan bubuk itu setelah waktu satu bulan.
Setelah satu bulan berlalu, ternyata bulu-bulu burung bangau memang berubah menjadi putih, indah, dan bersinar. Hal
tersebut menjadikan burung bangau sangat sombong, dan ingin memiliki bulu indah itu untuk selamanya. Dengan kata lain,
burung bangau tak berniat mengembalikan bubuk itu pada burung gagak. Ahirnya burung bangau menyusun siasat. Tepat
setelah satu bulan, burung gagak dating menemui burung bangau untuk mengambil bubuk itu. Ketika mendengar suara
burung gagak yang ada di luar, burung bangau menyuruh gagak untuk menunggunya sebentar di luar. Sementara burung
bangau tengah menjalankan siasat liciknya, di membuat sebuah bubuk dari arang. Dia tak ingin ada yang mampu menyaingi
ke indahan bulunya, termasuk sahabatnya sendiri si burung gagak. Tepat ketika si burung gagak tengah lengah menunggu
burung bangau di luar, tiba-tiba burung bangau keluar lalu menyiramkan bubuk arang ke seluruh bulu burung gagak. Dengan
nada angkuh si burung bangau berkata Hahira.. dasar hewan bodoh. Sekarang hanya aku yang akan menjadi hewan yang
berbulu paling cantik sedunia. Bubuk ini akan ku bawa, tak akan ku kembalikan. Sekarang lihat bulu mu, kau menjadi hewan
yang buruk rupa. Hahahaha... kata burung bangau sambil terbang jauh meninggalkan burung gagak yang terkejut dan tak
menduga perbuatan sahabtnya itu.
Mendengar kisah dari burung gagak, si kancil merasa iba. Lalu dia berusaha member semangat pada burung gagak..
Sudahlah kawan.. sahabat seperti itu sudah tak bisa lagi kau percaya. Lupakan saja.. tak usah bersedih. Mungkin, kini bulu
mu tak akan bisa seindah dulu. Akan tetapi, kita di nilai dari hati dan perbuatan kita, bukan dari bentuk fisik kita. Contohnya
aku, aku berbadan kecil. Tapi aku tetap memiliki banyak teman karena meski aku tak kuat, tapi aku tetap berusaha menolong
kawan-kawan ku yang di rundung kesusahan dengan cara ku sendiri. Sudahlah.. tak usah bersedih. Kelak, si bangau yang
licik itu akan mendapat balasanya sendiri. Kau tak usah hawatir, karena tuhan maha adil. Seburuk apapun warna mu, kau
tetap gagak sahabat ku yang selalu baik hati dan suka menolong, sama seperti dulu. Mendengar kata-kata si kancil, burung
gagak menjadi sangat lega. Hatinya merasa terhibur dan kini dia buang semua kesedihanya. Kancil memang benar.
Seseorang itu tak di nilai dari bentuk mereka, tapi lebih dari apa yang mampu mereka lakukan untuk sesama. Dan pada kisah
yang lain, si burung bangau akan menerima akibat dari sifat liciknya.

Kisah Semut Dan Gajah

Dahulu kala di sebuah hutan sangat rimba. Hiduplah bermacam-macam binatang, dari yang paling kecil seperti Semut
dan binatang yang paling besar seperti Gajah.
Gajah sangat angkuh, ia mengakui dirinya paling kuat. Gajah binatang yang di segani di hutan tersebut karena berhasil
mengalahkan Harimau si raja hutan. Gajah dengan mudah mengalahkan Harimau, dengan belalainya yang panjang,
Harimau diangkat timggi-tinggi dan di banting ke tanah. Karena dapat mengalahkan Harimau, Gajah mengaku sebagai
pengusa hutan rimba yang baru.
Gajah sangat sombong. Karena badannya yang sangat besar, ia berpikir dapat mengalahkan semua binatang. Ia
menyepelekan hewan-hewan yang berada di hutan. Karena kesombongan itu, ia tidak di senangi oleh hewan-hewan
lainnya.
Pada suatu hari, Gajah mengadakan suatu sayembara, siapapun yang dapat mengalahkannya, ia berhak
menggantikannya sebagai Raja hutan.
Sayembara itu di sambut sangat antusias dari berbagai binatang. Terutama binatang buas yang suka memangsa
binatang kecil yang tidak berdaya.
Sayembara yang dinanti sudah tiba. Semua bintang berkumpul. Termasuk binatang yang besar seperti. Harimau,
Badak, Landak, dan Beruang. Namun, pada saat mereka melihat Gajah, mereka merasa takut untuk melawannya.
Semua binatang tidak ada yang berani berhadapan dengan binatang raksasa itu.

Cerita Dongeng Binatang Fabel Semut Dan Gajah

Melihat tidak ada seekor pun yang dapat mengalahkannya. Kesombongannya pun sangat meningkat. Gajah pun
menakut-nakuti hewan lainya dengan menjulurkan belalainya yang panjang di depan semua hewan. Ia merasa paling
kuat dan di takuti semua hewan.
Ketika Gajah menunjukan kesombongannya. Tiba-tiba turunlah seekor Semut dari batang pohon.
Aku ingin mengikuti sayembara ini! Bolehkan aku ikut? Tanya Semut dengan ramah.
Hei kau hewan kecil! Kau bukan lawanku. Kau aka melawanku yang sebesar ini? Tubuhmu saja tidak ada sebesar
ujung ekorku.! Jawabnya sambil tertawa.
Mendengar ucapan Gajah, Semut pun merasa kesal. Namun, ia tetap rendah hati.
Baiklah Gajah, sekarang kau boleh smbong di hadapanku. Namun, kau belum pernah merasakan gigitanku bukan?
jawabnya.
Gajah pun mulai marah mendengar yang di ucapkap Semut. Ia langsung masuk kedalam arena pertarungan.
Majulah hei kau Semut! kata sang Gajah.
Dengan gagah berani Semut maju ke dalam arena. Pertempuran terjadi sangat tidak seimbang. Semut di injak-injak
Gajah dengan sangat mudah. Namun, Semut yang cerdik dan berani itu mencari kesempatan. Tanpa Gajah sadari,
Semut berhasil naik ke atas punggung Gajah yang besar itu. Kesempatan itu tidak di sia-siakan oleh si kecil Semut.
Semut hatu kelemahan Gajah terletak pada telinga yang besar dan lebar itu. Perlahan-lahan ia masuk ke lubang telinga
Gajah. Semut mulai menggerogoti isi telinga Gajah. Gajah mulai merasa kesakitan. Tubuhnya yang sangat besar itu
berguling-guling di atas tanah karena menahan kesakitannya. Gajah berusaha mengeluarkan Semut itu dari telinganya.
Namun, usahanya sia-sia.
Ampun Semut! Aku mengaku bersalah. Teriak Gajah. Heban besar itu mulai menyerah.
Mendengar teriakan Gajah, ia merasa sangat kasihan. Semut keluar dari lubang telinga.
Mangkannya hidup tidak boleh sombong dan angkuh. Kamu besar. Namun, ada lagi yang lebih besar. Sekarang kamu
kuat. Namun, ada yang lebih kuat dari kamu. Kekuatan tenaga tidak selalu dapat menolong. Namun, kecerdikan otak
selalu di atas segalanya. Ujarnya.
Gajah hanya terdiam. Ia merasa sangat malu, hewan-hewan lain hanya menyaksikan kekalahan Gajah dan tertawa dan
bersorak-sorak. Salah satu binatang yang turut menonton pertarungan member komentar.

Mangkannya jangan suka meremehkan hewan lainnya. Semut, memang binatang yang sangat kecil. Namun, Semut
adalah pahlawan yang dapat mengalahkan kesombongan dan keangkuhan.

Pesan moral dari Cerita Dongeng Binatang : Fabel Semut Dan Gajah adalah sehebat-hebatnya kita pasti ada
orang lain yang memiliki keahlian yang lebih tinggi. Kelebihan yang kita miliki jangan membuat kita sombong
dan lupa diri. Justru harus rendah hati dan

SEMUT DAN BELALANG YANG MALAS

Semut dan belalang

DongengSemut dan Belalang yang Malas Di sebuah tepi hutan yang lebat, tinggalah sekelompok koloni semut. Mereka bekerja
keras siang dan malam dengan rajin dan tanpa kenal lelah. Saling menolong dan bergantian satu sama lain, itu semua mereka lakukan demi
kesejahteraan kelompok mereka. Di tepi hutan itu juga tingal berbagai serangga lainya. Mereka juga bekerja dengan giat sebagai mana
pekerjaan masing-masing.
Ada si Ring-ring laba-laba yang berfrovesi sebagai penenun. Dia menenun berbagai kain sutera yang indah dengan jaringnya untuk di jual dan
dapat di gunakan sebagai mantel oleh paraserangga lain. Lalu ada si Mada si kaki seribu, dia bekerja mengantar para serangga ke tempat tujuan
mereka dengan cepat.
Lalu ada juga Lola si lalat, dia bekerja sebagai tukang sampah, membersihkan sampah-sampah agar kawasan itu tetap bersih. Dan masih
banyak lagi serangga-serangga lain dengan pekerjaan yang beragam. Tapi ada satu serangga yang sangat malas. Dia adalah si Kiko belalang.
Dia memiliki ke inginan dan cita-cita yang tinggi. Tapi dia hanya suka berhayal dan bermimpi tanpa mau bekerja keras.
Dia sangat yakin akan kemampuanya, dan yakin akan berhasil. Sehingga pekerjaanya sehari-hari hanya berhayal dan mencoba menulis lirik-lirik
lagu dan music dengan biolanya. Tentu saja karena dia bercita-cita menjadi seekor belalang pemusik yang terkenal. Tapi terkadang, keyakinan
yang dia miliki tak di imbangi dengan bakat yang cukup dan tak mau menerima masukan dari orang lain. Dia merasa tak ada orang lain yang
lebih tau akan music atau masa depanya, sehingga dia tak pernah mau menerima nasehat dari orang lain.
Waktupun terus berlalu dan musim terus berganti. Tak terasa musim gugur telah hamper usai dan mendekati musim dingin. Para semut dan
binatang lain tengah giat bekerja keras untuk menyiapkan makanan sebagai persiapan di musim dingin. Tak terkecuali para semut. Para semut
memang terkenal serangga yang paling rajin. Meski pekerjaan mereka hanya sebagai pengangku barang, mereka sangat giat bekerja dan selalu
saling tolong menolong. Sedangkan si Kiko belalang masih saja asik dengan biolanya tanpa satu lagupun yang dapat dia ciptakan.
Hai Kiko belalang, apakah kau tidak bekerja untuk persiapan di musim dingin?. Tanya seekor semut pada suatu hari.
Apa yang kau tahu? Kau itu tak sepintar aku. Aku ini adalah serangga yang memiliki bakat dan di takdirkan sebagai musisi besar. Tak seperti
semut seperti mu yang di takdirkan sebagai kuli dan orang kecil. Dasar tak berguna.. hahaha. Kata Kiko belalang dengan sombongnya.
Tapi tanpa persiapan, kau akan kesulitan menghadapi musim dingin. Musim dingin sebentar lagi dating. Jika kau kurang persiapan, kau bisa
kelaparan dfan bias mati. Aku hanya mencoba untuk menasehati mu kawan. Kata semut itu dengan sabar.
Jangan kau panggil aku dengan sebutan kawan, karena aku tak sudi berkawan dengan kasta rendah seperti mu. Dan calon orang besar seperti
ku, juga tak butuh nasehat dari semut seperti mu. Sekarang pergi kau..!! Kau mengganggu konsentrasi ku dalam menciptakan lagu. Dengan
nada kasar si Kiko belalang mengusir semut yang baik hati itu.
Semut itupun kemudian meninggalkan si Kiko belalang dengan hati yang sangat kecewa. Nasehat baiknya sama sekali tak di anggap. Malah di
caci dan di hina dengan semena-mena. Hingga semut itupun merasa sakit hati.
Ahirnya musim dingin tiba. Para serangga dan hewan-hewan lain tengah berhenti dari pekerjaanya dan tinggal di rumah mereka dengan nyaman.
Dengan perbekalan yang cukup, mereka tak hawatir lagi dalam melalui musim dingin yang cukup panjang. Tapi nasib sebaliknya di alami oleh si
belalang. Dia kelaparan dan mengemis makanan dari satu tempat ke tempat lain untuk bertahan hidup. Dia juga tak memiliki tempat tinggal
sehingga dia harus tidur di sembarang tempat dan melawan hawa dingin yang menusuk tulang.
Hingga pada suatu hari, sampailah dia di rumah si semut yang dulu dia hina dan dia ejek.
Hai semut sahabat ku, aku kelaparan. Maukah kau berbagi sedikit makanan untuk ku?. Kata si belalang memelas.
Maaf, aku tak punya sahabat seorang pengemis seperti mu. Makanan ku hanya cukup untuk keluarga ku sendiri. Memang makanan mu di
mana kok sampai kau mengemis?. Tanya si semut. Sebenarnya dia mengenali belalang itu. Tapin karena rasa sakit hatinya, dia acuh dan purapura tak mengenalnya.
Maaf sahabat ku.. selama musim dingin dan musim gugur, aku sibuk menulis lagu. Sehingga aku tak sempat mencari bekal makanan. Jawab si
Kiko belalang.
Apa kau sudah bias menulis lagu mu?. Tanya si semut lagi.
Aku sudah menghasilkan sebuah lagu... jawab si belalang dengan tersenyum dan sedikit bangga.
Nah, kalau begitu.. waktunya sekarang kamu memainkan lagu ciptaan mu dan menari-nari dengan riang. Semoga saja lagu itu bisa membuat
mu kenyang. Kata si semut sambil menutup pintu rumahnya.
Si Kiko belalang hanya dapat berdiri tertegun di depan pintu. Dia menyesal dengan segala perbuatan dan sifat buruknya di masa lalu. Dia sangat
menyesal dulu dia sangat angkuh, sombong, dan suka merendahkan orang lain. Kini giliran baginya untuk di rendahkan oleh orang yang dulu

pernah dia hina. Tapi dia sadar, penyesalan kemudian tiada berguna. Dan mulai saat itu, si Kiko belalang belajar banyak hal. Dan dia berjanji
akan berusaha menjadi lebih baik dan memperbaiki sifat-sifat buruknya.

Anda mungkin juga menyukai