DOSEN PEMBIMBING :
DISUSUN OLEH
KELOMPOK 1
2021
2
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keterampilan komunikasi efektif merupakan salah satu kompetensi
yang mendapat sorotan dalam pelayanan kesehatan. Keterampilan ini
dinilai sangat penting dalam memberikan pelayanan kesehatan dengan
pendekatan patient centered. Komunikasi dalam bentuk verbal dan
nonverbal yang baik tidak hanya memberikan pemahaman pasien
mengenai penyakitnya, tetapi juga memberikan kepuasan pasien terhadap
perawatan yang dilakukan. Hal ini tentunya dapat mempengaruhi kualitas
hubungan perawat-pasien dan meningkatkan efektivitas terapi pasien (Al-
Mohaimeed et al., 2013; Hawken et al., 2012; Barnett et al., 2007).
Salah satu bentuk komunikasi yang sering menimbulkan keluhan
dari pasien atau keluarganya adalah komunikasi yang terjadi ketika pasien
dalam keadaan buruk, seperti dalam kondisi kritis, menderita penyakit
terminal atau pasangan muda yang mengalami infertilitas. Kasus-kasus
tersebut banyak dihadapi dalam praktik, namun cara menyampaikannya
kepada pasien masih tetap menjadi masalah bagi perawat. Pasien
mengharapkan informasi yang jelas mengenai penyakitnya, namun tidak
jarang seorang perawat maupun perawat berupaya menghindar. Kualitas
dan kuantitas diskusi perawat-pasien dalam situasi tersebut dinilai sangat
kurang. (Clayton et al., 2012; Payan et al., 2009).
Informasi mengenai penyakit, termasuk kondisi yang buruk adalah
hak pasien. Hal ini terkait dengan otonomi seseorang untuk mengetahui
dan menentukan nasibnya sendiri. Dengan informasi tersebut, pasien dapat
mempertimbangkan langkah selanjutnya, baik terkait dengan
penatalaksanaan penyakit maupun terkait dengan kehidupan pribadinya.
Harapan pasien terhadap proses penyampaian berita buruk bervariasi.
Sebuah penelitian di Iran menunjukkan bahwa 93% pasien yang menderita
penyakit kanker ingin mengetahui penyakitnya dan sebanyak 75,5%
4
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui contoh naskah role play menyampaikan berita
buruk pada klien
2. Untuk mengetahui cara penyampaian berita buruk pada pasien dewasa
5
BAB II
ISI
ADEGAN 1
ADEGAN 2
Setting Tempat : Kamar Klien Nn. Imas
Suster Ira : “Selamat pagi bu, pak... dengan keluarga Nn. Imas?”
Ibu pasien : “Iya benar sus, saya ibunya dan ini bapaknya Imas.”
Bapak Iing : “Ada perlu apa sus?”
Suster Ira : “Ibu dan bapak bisa ke ruang perawat sekarang? Ada
informasi perkembangan yang ingin disampaikan oleh
perawat.”
Ibu Annisa : “Iya Sus sebentar lagi kami kesana.”
Suster Ira : “Baik pak, bu terimakasih. Saya permisi dulu.”
Bapak Iing : “Nak...ibu dan bapak ke ruangan perawat sebentar ya?”
Nona Imas : “Iya pak. Jangan lama-lama ya?
Ibu dan bapak lalu pergi ke nurse station untuk menemui perawat.
ADEGAN 3
Setting Tempat : Nurse Station Ruang X RS. Y
Perawat Tita : ”Selamat pagi bu, pak. Bagaimana keadaan hari ini?”
Ibu dan Bapak : “Baik Sus.”
Perawat Tita : “Benar dengan keluarga Nn. Imas ?”
Bapak Iing : ”Iya benar sus saya bapaknya, dan ini ibunya.”
Perawat Tita: “ Begini pak, bu. Saya ingin menyampaikan beberapa hal
mengenai penyakit anak ibu dan bapak. Dari hasil
pemeriksaan lab yang sudah dilakukan, menunjukan hasil
leukosit anak bapak lebih dari normal, trombosit dan Hb
nya rendah. Kami mencurigai anak bapak menderita
penyakit leukimia, namun untuk hasil pastinya kami akan
melakukan pemeriksaan BMP.”
Bapak Iing : “Itu pemeriksaan apa ya sus? Jika anak saya menderita
penyakit tersebut apa bisa sembuh sus?”
Perawat Tita: “BMP itu pemeriksaan dengan mengambil sample cairan
pada tulang belakang, nanti sebelum dilakukan tindakan
tersebut akan di bius terlebih dahulu. Mengenai penyakit
leukimia kemungkinan untuk sembuh ada. Kita lihat
perkembangan anak bapak dan ibu dengan melakukan
terapi, yaitu kemoterapi dan tranfusi darah. Bagaimana pak,
bu? Setuju atau tidak jika Nn. Imas dilakukan pemeriksaan
tersebut?”
Ibu Annisa : “Lakukan yang terbaik dok, yang penting anak saya bisa
membaik.”
Perawat Tita : “Baik, kami akan melakukan pemeriksaan tersebut, untuk
tanda persetujuan mohon diisi dan tanda tangan sebagai
bukti bahwa bapak ibu setuju.”
Perawat menyerahkan inform consent kepada wali Nn Imas dan orang tua
Nn Imas menandatangani surat pernyataan tersebut.
8
ADEGAN 4
Setting Tempat : Kamar Klien Nn Imas
Suster Ira : “Selamat pagi mbak Imas? gimana kabarnya hari ini?”
Nona Imas : “Pagi juga suster, kabarnya baik sus.”
Suster Ira :“Alhamdulillah kalau baik. O iya mbak, saya mau
memberitahukan hasil pemeriksaan yang kemarin
dilakukan.”
Ibu Annisa : “O iya sus, bagaimana hasilnya?”
Nona Imas : “Iya apa sus?”
Suster Ira : “Baik sebelum saya sampaikan. Saya harap mbak dan ibu
siap ya untuk hasilnya?”
Nona Imas : “Baik suster.”
Suster Ira : “Dari hasil pemeriksaan yang didapatkan hasilnya bahwa
mbak positif menderita leukimia”
Setelah itu ibu dan anak hani syok mendengar hasil bahwa anaknya
menderita sakit leukimia
Nona Imas : “Oo begitu ya sus. Tapi bisa sembuh kan sus?”
Suster Ira : “ Insyallah bisa mbak, asalkan didukung Mbak patuh sama
pengobatannya, terus yang penting mbak harus tetap
semangat, karena faktor paling penting buat
kesembuhannya itu ya di diri mbak sendiri.”
Nona Imas : “(hanya mengangguk)”
Suster Ira : “Jangan takut ya mbak, mbak Imas pasti bisa. Kan banyak
yang sayang sama mbak, ada ayah, ibu, teman-teman Mbak,
suster, perawat, jadi banyak yang dukung Mbak biar
sembuh, jadi mbak imas juga harus semangat. Oke?”
Nona Imas : “Iya sus makasih ya, aku pasti bisa sembuh” (sambil
tersenyum).
Suster ira : “Iya mbak sama-sama.”
Ibu Annisa : “Adek pasti bisa, percaya ya dek!”
Mbak Imas : “Iya bu makasih.”
Suster Ira : “Ya sudah kalau begitu suster pamit dulu ya mbak?”
Nona Imas : “Iya Suster”
Suster Ira : ”Baik pak bu saya permisi dulu, mbak nya itu punya
semangat tinggi, jadi sebagai orang tua harus lebih
bersemangat ya pak bu untuk memberi motivasi.”
Ibu dan bapak : “Iya sus terimakasih ya?”
Suster Ira : “Iya bu, pak sama-sama.”
10
up untuk diskusi lebih lanjut dengan profesi lain yang dapat membantu
kondisi pasien (psikolog, perawat, support group, dll).
6. Perencanaan dan Tindakan Selanjutnya
Pada suatu titik tertentu, perawat hendaknya mendiskusikan rencana
pengobatan yang spesifik dengan pasien. Contohnya perawat dapat
mengatakan bahwa beberapa tes diperlukan, kapan tes ini harus
dilakukan dan dimana tes ini harus dilakukan. Perawat juga harus
menjanjikan waktu untuk kunjungan pasien selanjutnya dan memastikan
agar pasien dapat dengan mudah dan pantas dapat menghubungi perawat.
Berikut protokol penyampaian berita buruk yang dibuat oleh Robert Buckman:
1. S-SETTING UP interview
Sebelum wawancara dimulai sangat penting untuk membuat lingkungan
menjadi nyaman selama proses penyampaian kabar buruk, dengan:
a. Sebaiknya wawancara dilakukan ditempat tertutup dan perawat
serta pasien dapat duduk dengan nyaman, sehingga privasi pasien terjaga,
hal ini penting dilakukan karena tempat yang menjaga privasi pasien
akan memudahkan pasien untuk mengungkapkan pikiran dan
perasaannya. Pengungkapan pikiran dan perasaan ini akan membantu
perawat mengetahui seberapa jauh pasien mengatahui tentang penyakit
dan keadaanya serta seberapa jauh pasien siap untuk menerima kabar
buruk.
b. Jangan biarkan ada hal-hal kecil mengganggu proses penyampaian
kabar buruk, seperti suara dering telepon, mengirim sms, bahkan
mengaruk-ngaruk kepala, hal ini akan mengganggu konsentrasi pasien
dan seolah olah perawat tidak fokus, dan kurang mempunyai cukup
waktu untuk pasien.
c. Mintalah persetujuan kepada pasien untuk menunjuk keluarga atau
sahabatnya untuk mendampinginya ketika menerima kabar buruk.
Adanya pendamping akan membantu pasien dalam menghadapi kabar
buruk, bukan saja perasaan lebih kuat karena tidak sendirian kehadiran
keluarga atau sahabat juga dapat memberi dukungan dan semangat
13
Hal hal yang dianggap penting oleh pasien dalam penyampaian berita
buruk
1. ISI
Yang dimaksud di sini adalah apa saja yang dibicarakan, dan seberapa
banyak informasi atau keterangan yang diberikan oleh perawat. Item ini
sangat berhubungan dengan angapan/ kepercayaan pasien terhadap
kompetensi perawat di bidangnya, juga tentang pengetahuan perawat
mengenai perkembangan terbaru mengenai penyakit/ kasus mereka.
2. SUPPORT
Yang dimaksud di sini adalah aspek supportif dalam komunikasi
perawat. Jadi apakah dalam penyampaian berita buruk ini perawat
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penyampaian berita buruk mengenai diagnosis ataupun prognosis yang
fatal merupakan tugas berat yang tidak dapat dihindari oleh perawat.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam berita buruk meliputi setting
waktu dan tempat yang tepat, kondisi emosional pasien, penyampaian
yang disesuaikan dengan tingkat pengetahuan pasien, menyamakan
persepsi antara pemberi berita dan penerima berita serta memberikan hasil
kesimpulan yang tepat dan logis dalam penyampaiannya. Keterampilan
berkomunikasi yang baik diperlukan dalam rangka untuk memastikan
bahwa berita buruk yang disampaikan lebih manusiawi dan efektif.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/103385/.../S2-2016-337389-
introduction.pdf
Baron, R. A.,dan Byrne, D., (2005). Psikologi Sosial Jilid 1 (edisi 10). Jakarta :
Erlangga.
Taufik. (2012). Empati Pendekatan Psikologi Sosial. Jakarta: Raja Grafindo
Persada