Makalah Bindo
Makalah Bindo
Makalah Bindo
BAHASA INDONESIA
(Jenis-jenis dan Pengembangan Teks)
Disusun Oleh:
KELOMPOK 3
Nursyawaliani Kulsum(220601502003)
Nadhilah(220601500001)
Nurmila (220601501001)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmatnya
kami penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang dimana makalah ini disusun untuk
memenuhi tugas mata kuliah “Bahasa Indonesia”.
Dalam pembuatan makalah ini, penulis banyak mengalami hambatann hambatan seperti
kurangnya buku-buku referensi sebagai penunjang kesempurnaan isi dari makalah ini. Namun
penulis berusaha semampunya untuk mensukseskan isi dari makalah ini agar dapat menjadi
pelajaran bagi penulis maupun bagi para pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………
DAFTAR ISI……………………………………………………………...........
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………..
A. Latar Belakang…………………………………………………………
B. Rumusan Masalah……………………………………………………..
C. Tujuan Masalah ……………………………………………………….
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………
A. Kesimpulan……………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Struktur suatu komponen dalam sebuah teks. Sebuah teks yang baik Terdiri atas beberapa
struktur atau tingkatan yang masing-masing bagian Saling mendukung, sehingga menjadikan
suatu teks memiliki makna dan arti. Jenis-jenis teks terbagi menjadi dua, yakni genre faktual dan
genre fiksi. Genre faktual terdiri dari laporan, narasi, eksposisi, eksplanasi, deskripsi, Rekon,
prosedur, dan diskusi, sedangkan genre fiksi antara lain yakni naratif, Anekdot, dan eksemplum.
Pembelajaran Bahasa Indonesia Kurikulum 2013 Dalam pembelajarannya digunakan sebagai
sarana untuk menyampaikan Segala informasi atau kejadian, karena Bahasa Indonesia juga
dijadikan Sebagai pembelajaran pengantar pembelajaran ilmu lain. Siswa mampu Menangkap
pengetahuan atau informasi yang diberikan oleh guru. Pendidikan Bahasa Indonesia pada
Kurikulum 2013 pendidikan berbasis teks, yang Secara penyajiannya dan penyampaiannya
menggunakan segala jenis teks.
C. TUJUAN
PEMBAHASAN
Sosialsiasi politik berasal dari dua kata, yaitu sosialisasi dan politik. Sosialisasi politik
berarti pemasyarakatan dan politik berarti urusan negara. Jadi, secara etimologis, sosialisasi
politik adalah pemasyarakatan urusan negara. Urusan negara yang dimaksud adalah semua aspek
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Sosialisasi politik adalah suatu proses pengenalan sistem politik pada seseorang, kelompok
atau masyarakat, serta respons yang mereka berikan terhadap gejala-gejala politik. Sosialisasi
sangat dipengaruhi oleh sistem lingkungan sosial , ekonomi, budaya, bahkan politik. Sosialisasi
politik merupakan dari kajian plitik dalam pengertian proses.
1. Menurut David F.Aberle (1961), sosialisasi politik yaitu pola-pola mengenal aksi
sosial atau aspek tingkah laku, yang menanamkan individu berbagai keterampilan
(termasuk ilmu pengetahuan), motif dan sikap yang perlu untuk menampilkan
peranan yang sekarang atau sedang diantisipasikan (dan terus berkelanjutan)
sepanjang kehidupan manusia norma dan peranan-peranan baru masih harus
dipelajari.
2. Menurtu Irvin L. Child, sosialisasi adalah segenap proses pada individu, yang
dilahirkan dengan banyak sekali jajaran potensi tingkah laku aktualnya yang
dibatasi dala, satu jajaran yang menjadi kebiasaannya dan bias diterima olehnya
sesuai standar dari kelompoknya.
Dari semua pengertian tersebut, jelas bahwa sosialisasi politik merupakan proses
transformasi nilai-nilai yang didahului pembentukan sikap perilaku melalui proses
pembelajaran.
Sosialisasi politik banyak dianggap sebagai salah satu konsep kunci dalam sosiologi politik.
Ini artinya, sosialisasi politik pada banyak gejala politik lainnya memperlihatkan interaksi dari
interdepensi dari ilmu-ilmu sosial pada umumnya, serta sosiologi dan ilmu politik pada
khususnya (Rushdan Althoff, 2003).
1) Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam melakukan sosialisasi politik adalah untuk
menumbuhkembangkan serta menguatkan sikap politik di kalangan masyarakat
(penduduk) secara umum menyeluruh, atau bagian-bagian dari penduduk, atau melatih
rakyat untuk menjalankan peranan-peranan politik, administatif, judisial tertentu.
2) Objek
Objek sasaran dari sosialisasi politik adalah keseluruhan lembaga infrastruktur politik
(interest group, partai politik), dan le,baga suprastruktur politik (legislatif, eksekutif , dan
yudikatif).
3) Lembaga
Lembaga yang dipergunakan dalam sosialisasi politik ini adalah banyak menggunakan
lembaga masyarakat yang sejak awal merupakan lembaga yang menjadi tempat
berinteraksinya masyarakat dalam rangka melakukan pembinaan dan oemngembangan
nilai, norma, pengetahuan, teknologi serta informasi bagi masyarakat luas.
Dari segi bentuk penyampaian pesan politik, sosialisasi politik dibagi menjadi dua kategori,
yaitu;
1) Pendidikan Politik
Pendidikan politik yaitu merupakan suatu proses yang dialogik antara pemberi dan
penerima pesan. Melalui proses ini, anggota masyarakat mengenal dan mempelajari
nilai-nilai, norma, dan symbol politik, seperti; sekolah, pemerintah, partai politik dan
peserta didik dalam rangka pemilik yang dipandang ideal dan baik. Melalui kegiatan
kursus, latihan kepemimpinan, diskusi, dan keikutsertaan dalam berbagai forum
pertemuan.
2) Indokstrinisasi Politik
Indostrinisasi politik adalah proses sepihak ketika penguasa memobilisasi dan
memanipulasi warga masyarakat untuk menerima nila, norma, dan symbol yang dianggap
mereka sebagai ideal dan baik. Melalui berbagai forum pengarahan yang penuh paksaan
psikologis, dan latihan yang penuh displin, partai politik dalam sistem politik totaliter
melaksanakan fungsi indoktrinisasi politik.
Dalam melakukan kegiatan sosialisasi politik, Rush dan Althoff menyuratkan terdapat tiga
cara yaitu:
1) Imitasi
Melalui imitasi, seseorang individu meniru terhadap tingkah laku individu lainnya.
Contohnya, Gusdur adalah anak dari K.H Wahid Hasyim dan cucu dari pendiri Nahdatul
Ulama, K.H Hasyim Asyari. Gusdur sejak kecil akrab dengan lingkungan pesantren dan
budaya politik Nahdatul Ulama, termasuk dengan kiai-kiainya. Budaya tersebut
mempengeruhi tindakan-tindakan politiknya yang cenderung bercorak islam moderat
seperti yang ditampakan oleh organisasinya Nahdatul Ulama secara umum.
2) Intruksi
Cara melakukan sosialisasi yang kedua adalah intruksi. Gaya ini banyak berkembang
dilingkungan militer atau organisasi lain yang terstruktur secara rapi melalui komando.
Melalui intruksi, seorang individu di beri tahu oelh orang lain mengenai posisinya di
dalam sistem politik, apa yang harus mereka lakukan, bagaimana, dan untuk apa. Cara
instruksi ini juga terjadi di sekolah-sekolah , dimana guru mengajarkan siswatentang
sistem politik dan budaya politik yang ada di negara meraka.
3) Motivasi
Cara melakukan sosialisasi politik yang terakhi adalah motivasi. Melalui cara ini,
individu langsung belajar dari pengalaman, membandingkan pendapat dan tingkah laku
sendiri dengan tingkah laku orang lain. Dapat saja seorang individu yang besar dalam
lingkungan dan keluarga beragama secara puritan, ketika besar ia bergabung dengan
kelompok-kelompok politik yang lebih bercorak secular. Ia tidak akan mendukung jika ia
merasa hal yang tidak sesuai dengannya meskipun telah menjadi bagian dalam
lingkungan baru.
Media atau sarana sosialisasi sangat berpengaruh pada perkembangan sosialisasi politik.
Media sosialisasi politik merpukan lingkungan tempat sosialisasi itu berproses. Untuk melihat
lebih jauh perkembangan sosialisasi politik pada masa ana-anak, remaja, kita dapat memulai
dari batasan yang disebut anak-anak dan batasan yang disebut remaja. Hal ini karena setiap
ilmuwan ataupun lembaga tampaknya memiliki batasan tersendiri tentang masa anak dan masa
remaja.
Definisi remaja khusus ditujukan untuk mereka yang belum menikah, Karena bagi
masyarakat kita, seorang sudah menikah pada usia berapa pun diperlakukan seperti orang
dewasa. Pada masa remaja, kecenderungan untuk menjadi anggota peer group sangat
kuat. Mereka menginginkan teman dan menajdi bagian dari ikata diantara sesamanya,
perkembangan fisik dan kepribadian yang mulai membatasi pengaruh orang dewasa,
seperti orang tua dan guru; demi memenuhi kepuasan pribadi. Termasuk pengakuan
eksistensinya mendorong remaja untuk menempatkan peer group sebagai panutan, objek,
atau sasaran eksperimen dan kritik diri secara fisik maupun mental.
Sosialisasi politik pada masa dewasa merupakan kelanjutan atau merupakan suatu
yang berbeda dari masa sebelumnya. Secara logika sikap dan tingkah laku politik dimasa
depan dapat ditentukan dimasa-masa yang lebih muda, walaupun sering kali terjadi
interaksi di masa dewasa turut dan sangat memberikan peran yang cukup penting.
Kelompok terbentuk secara kebetulan dengan orang-orang yang tidak pernah bertemu
kemungkinan bahwa kekuatan kelompok lebih besar daripada kelompok primer seperti keluarga
atau kelompok kerja.
Penggunaaan media massa dalam melakukan sosialisasi politik akan menjadi lebih efektif
jika dipadukan dengan menggunakan pengaruh kelompok. Dalam kampanye pemilu partai
tertentu, komunikator menggunakan media massa seperti, televisi dan radio, surat kabar, baliho,
dan surat langsung.
Berkaitan antara pengaruh pribadi dan sosialisasi politik ini, ada catatan penting tentang
pengaruh pribadi, yaitu:
1) Para pemilih membuat keputusan diakhir sosialisasi atau mengubah pendapat mereka
selama sosialisasi mempunyai kemungkinan lebih besar dipengaruhi oleh pengaruh
pribadi.
2) Pemimpin opini (opinion leader), dijumpai setiap tingkat sosial dan diasumsikan sangat
mirip dengan orang-orang yang mereka pengaruhi.
3) Pemimpin opini ditemukan lebih terekspose ke media massa daripada orang-orang yang
tidak dinyatakan sebagai pemimpin opini.
1) Preknowledgeable, individu tidak tahu atau tidak sadar adanya masalah atau resiko yang
dihadapi,
2) Knowledgeable, individu sadar adanya masalah dan mengetahui perilaku yang
diharapkan,
3) Approving, individu setuju dan berkeinginan untuk mengubah perilaku,
4) Itending, secara personal membantu untuk melakukan tindakan,
5) Practicing, individu mempraktekkan atau melakukan tindakan sesuai dengan perilaku
yang diharapkan,
6) Advocating, individu mempraktekkan atau melakukan tindakan sesuai dengan perilaku
yang diharapkan untuk menyarankan orang lain untuk melakukan tindakan yang sama
dengan dirinya.
1) Keluarga
Merupakan sosialisasi pertma yang dialami seseorang. Keluarga memiliki
pengaruh besar terhadap anggota-anggotanya. Pengaruh yang paling jelas adalah dalam
hal pembentukan sikap terhadap wewenang kekuasaan. Bagi anak keputusan bersama
yang dibuat dikeluarga bersifat otoritatif, dalam arti keengganan untuk mematuhinya
dapat mendatangkan hukuman. Pengalaman berpartisipasi dalam pembuatan keputusan
keluarga dapat meningkatkan perasaan kompetensi politik si anak, memberikannya
kecapakan-kecapakan untuk melakukakan interaksi politik dan membuatnya lebih
mungkin berpartisipasi secara aktif dalam sistem politik sesudah dewasa.
2) Sekolah
Sekolah memainkan peran sebagai agen sosialisasi politik melalui kurikulum
pengajaran formal, beraneka ragam kegiatan ritual sekolah dan kegiatan-kegiatan guru.
Sekolah melalui kurikulumnya memerikan pandangan-pandangan yang kongkrit tentang
lembaga-lembaga politik dan hubungan-hubungan politi.
Peranan sekolah dalam mewariskan nilai-nilai politik tidak hanya terjadi melalui
kurikulum sekolah. Sosialisasi juga dilakukan sekolah melalui berbagai upacara yang
diselenggarakan di kelas maupun di luar kelas dan berbagai kegiatan ekstra yang
diselenggarakan oleh OSIS.
3) Kelompok pergaulan
Kelompok pertemanan mulai mengambil penting dalam proses sosialisasi politik
selama masa remaja dan berlangsung terus sepanjang usia dewasa. Talkot person
menyatakan kelompok pertemanan tumbuh menjadi agen sosialisasi politik yang sangat
penting pada masa anak-anak di SMA. Selama periode ini, orang tua dan guru-guru
sekolah sebagai figure otoritas pemberi transmiter proses belajar sosial. Sebaliknya
peranan kelompok-kelompok, geng-geng remaja dan kelompok-kelompok remaja yang
lain menjadi semakin penting.
4) Pemerintah
Pemerintah merupakan gen sosialisasi politik secondary group. Pemerintah
merupakan agen yang menjalankan sistem politik dan stabilitasnya. Pemerintah biasanya
melibatkan diri dalam politik penddikan, dimana beberapa mata pelajaran ditujukan
untuk memperkenalkan siswa kepada sistem politik negara, pemimpin, lagu kebangsaan,
dan sejenisnya. Pemerintah juga secara tidak langsung, melakukan sosialisasi politik
melalui tindakan-tindakannya. Melalui tindakan pemrintah, orientasi efektif individu bisa
terpengaruh dan ini mempengaruhi budaya politiknya.
5) Media massa
Media massa seperti surat kabar, radio, majalah, tv, dan internet memegang peran
penting dalam menularkan sikap-sikap dan nilai-nilai modern kepada bangsa-bangsa baru
merdeka. Selain memberikan informasi politik, media massa juga menyampaikan nilai-
nilai utama yang dianut oleh masyarakatnya.
6) Partai politik
Partai politik adalah agen sosialisasi politik secondary group. Partai politik
biasanya membawakan kepentingan nilai spesifik dari warga negara, seperti agama,
kebudayaan, keadilan, nasionalisme, dan sejenisnya. Melalui partai politik dan
kegiatannya, individu dapat mengetahui kegiatan politik di negara, pemimpin-pemimpin
baru, dan kebijakan-kebijakan yang ada.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sosialisasi politik adalah suatu proses pengenalan sistem politik pada seseorang,
kelompok atau masyarakat, serta respons yang mereka berikan terhadap gejala-gejala
politik yang ada yang mereka hadapi. Sosialisasi sangat dipengaruhi oleh sistem
lingkungan sosial, ekonomi, budaya, bahkan politik. Sosialisasi politik merupakan dari
kajian poltik dalam pengertian proses.
Tujuan yang ingin dicapai dalam melakukan sosialisasi politik adalah untuk
menumbuhkembangkan serta menguatkan sikap politik di kalangan masyarakat
(penduduk) secara umum (menyeluruh), atau bagian-bagian dari penduduk, atau melatih
rakyat untuk menjalankan perana-peranan politik, administratif, judicial tertentu.
Adanya pengaruh yang diberikan antara individu dan kelompok dalam sosialisasi
polittik. Terdapat 6 sasaran atau agen dalam sosialisasi politik yaitu keluarga, sekolah,
kelompok pergaulan, pemerintah, sekolah, media, masa, dan partai politik.
DAFTAR PUSTAKA
Basri, Seta 2012. Pengantar Ilmu Politik. Yogyakarta: Indie Book Corner.
Gatara, A.A Sahid, dkk. 2007. Sosiologi Politik Konsep dan Dinamika Perkembangan Kajian.
Bandung: CV Pustaka Setia.