Anda di halaman 1dari 26

LOGIKA 15 DISKUSI

1. Berikut adalah beberapa sub bab yang mungkin dapat dituliskan dalam main
map tulisan Pak Karim tentang bangsa dan negara Indonesia:
1. Sejarah Indonesia
 Perjuangan kemerdekaan Indonesia
 Pembentukan negara dan konstitusi
 Perkembangan sejarah Indonesia hingga saat ini
2. Budaya Indonesia
 Keragaman budaya Indonesia
 Keunikan adat dan tradisi di setiap daerah
 Pengaruh budaya asing dan upaya melestarikan budaya Indonesia
3. Sistem Pemerintahan Indonesia
 Struktur pemerintahan Indonesia
 Fungsi dan peran dari setiap lembaga pemerintahan
 Pelaksanaan demokrasi di Indonesia
4. Ekonomi Indonesia
 Sumber daya alam Indonesia
 Potensi industri di Indonesia
 Peran Indonesia dalam perekonomian dunia
5. Kehidupan Sosial Indonesia
 Isu-isu sosial yang dihadapi Indonesia
 Kebijakan pemerintah dalam memperbaiki kondisi sosial
 Partisipasi masyarakat dalam membangun kehidupan sosial yang lebih
baik
Salah satu objek yang berkaitan dengan tema tersebut adalah "Pembentukan
negara dan konstitusi". Objek ini berkaitan dengan sejarah Indonesia dan dapat
dijelaskan beberapa hal seperti:
 Proses terbentuknya negara Indonesia melalui perjuangan kemerdekaan
 Peran tokoh-tokoh nasional dalam pembentukan negara Indonesia
 Pembentukan konstitusi Indonesia dan isi dari konstitusi tersebut
 Perubahan-perubahan dalam konstitusi Indonesia dari masa ke masa
 Pentingnya konstitusi sebagai landasan hukum dan kehidupan berbangsa
dan bernegara di Indonesia.
1.
Analisis (pembagian) sub tema atau bab yang dapat mengisi main map
tulisan Pak Karim tentang bangsa dan negara Indonesia:
 Sejarah Indonesia: mencakup perjuangan kemerdekaan, pembentukan
negara, dan perkembangan sejarah Indonesia hingga saat ini
 Budaya Indonesia: mencakup keragaman budaya, keunikan adat dan
tradisi di setiap daerah, dan pengaruh budaya asing serta upaya
melestarikan budaya Indonesia
 Sistem Pemerintahan Indonesia: mencakup struktur pemerintahan, fungsi
dan peran dari setiap lembaga pemerintahan, dan pelaksanaan demokrasi
di Indonesia
 Ekonomi Indonesia: mencakup sumber daya alam, potensi industri, dan
peran Indonesia dalam perekonomian dunia
 Kehidupan Sosial Indonesia: mencakup isu-isu sosial yang dihadapi
Indonesia, kebijakan pemerintah dalam memperbaiki kondisi sosial, dan
partisipasi masyarakat dalam membangun kehidupan sosial yang lebih
baik.
2. Klasifikasi (penggolongan) tentang tema NEGERIKU: Tema NEGERIKU
dapat diklasifikasikan menjadi beberapa aspek utama, yaitu:
 Sejarah: mencakup perjuangan kemerdekaan, pembentukan negara, dan
perkembangan sejarah Indonesia hingga saat ini
 Budaya: mencakup keragaman budaya, adat dan tradisi di setiap daerah,
seni, dan literatur
 Sistem Pemerintahan: mencakup struktur pemerintahan, hukum dan
kebijakan, dan pelaksanaan demokrasi di Indonesia
 Ekonomi: mencakup sumber daya alam, potensi industri, dan peran
Indonesia dalam perekonomian dunia
 Kehidupan Sosial: mencakup isu-isu sosial yang dihadapi Indonesia,
kebijakan pemerintah dalam memperbaiki kondisi sosial, dan partisipasi
masyarakat dalam membangun kehidupan sosial yang lebih baik.
LOGIKA 15 TUGAS
1. Term merupakan istilah atau kata kunci yang digunakan dalam pemikiran atau
bahasa tertentu. Berikut adalah tiga macam term beserta contohnya: Term yang
merujuk pada objek konkret: term jenis ini merujuk pada objek yang dapat
diidentifikasi dengan jelas dan memiliki bentuk fisik atau nyata. Contoh: mobil,
meja, buku. Term yang merujuk pada abstraksi: term jenis ini merujuk pada
konsep atau ide yang tidak memiliki bentuk fisik atau nyata. Contoh: cinta,
keadilan, kebebasan. Term teknis: term jenis ini biasanya digunakan dalam bidang
ilmiah atau profesional tertentu, dan memiliki makna atau pengertian khusus yang
tidak umum dipahami. Contoh: hipotenusa, elektrolit, RNA.
Tiga macam term adalah: Singular term: term yang merujuk pada satu objek atau
individu. Contohnya: "sapi", "Andi", "bulan". General term: term yang merujuk
pada kelas objek atau individu. Contohnya: "hewan", "mahasiswa", "benda mati".
Descriptive term: term yang menjelaskan sifat atau kualitas dari suatu objek atau
individu. Contohnya: "merah", "besar", "ringan".
Referensi: https://repository.ut.ac.id/4212/2/Bab%201.pdf
2. Sesat pikir atau logical fallacy adalah kesalahan dalam berpikir atau argumen
yang tidak dapat dibenarkan secara logika. Berikut adalah beberapa contoh bentuk
sesat pikir:
 Ad hominem: kesalahan ini terjadi ketika seseorang menyerang karakter
atau kepribadian lawan bicara sebagai cara untuk menolak argumennya.
Contoh: "Tentu saja dia bilang itu, dia seorang penipu!"
 Strawman: kesalahan ini terjadi ketika seseorang menyederhanakan atau
mengecilkan argumen lawan bicara sehingga mudah ditolak. Contoh:
"Tentu saja kamu ingin legalisasi narkoba, karena kamu tidak peduli
dengan keselamatan anak-anak!"
 Slippery slope: kesalahan ini terjadi ketika seseorang mengklaim bahwa
satu tindakan atau kebijakan akan menyebabkan akibat yang tidak
diinginkan atau ekstrem yang tidak masuk akal. Contoh: "Jangan setujui
pernikahan sesama jenis, nanti kita akan mengizinkan pernikahan dengan
hewan!"
Agar terhindar dari sesat pikir, kita perlu memeriksa argumen secara kritis dan
objektif, serta berusaha untuk memahami sudut pandang dan tujuan lawan bicara.
Selain itu, kita juga perlu memperhatikan fakta dan bukti yang ada, serta berusaha
untuk tidak terbawa emosi atau prasangka.
Logical fallacy (sesat pikir) adalah sebuah kesalahan dalam berpikir yang
biasanya terjadi karena kesalahan dalam logika atau argumentasi. Contoh bentuk
sesat pikir antara lain: Ad hominem: menyerang pribadi seseorang daripada
menanggapi argumen yang dia ajukan. Contohnya: "Tidak perlu mendengarkan
saran dari dia, dia hanya lulusan SMP saja." False dilemma: mempresentasikan
dua pilihan yang sebenarnya tidak eksklusif sebagai pilihan yang eksklusif.
Contohnya: "Jika kamu tidak suka film ini, berarti kamu tidak suka film-film
horor." Hasty generalization: membuat kesimpulan yang terlalu cepat berdasarkan
data atau contoh yang terlalu sedikit. Contohnya: "Saya tahu dua orang yang
berkulit hitam dan suka berbicara keras, jadi semua orang yang berkulit hitam
pasti seperti itu." Agar terhindar dari sesat pikir, kita perlu mempelajari tentang
jenis-jenis sesat pikir yang ada dan berlatih dalam berpikir kritis serta memeriksa
setiap argumen dengan seksama. Referensi:
https://www.ut.ac.id/kampus/pages/critical-thinking-and-logical-fallacies-3/1240
ANTROPOLOGI TUGAS 3
Antropologi dan sosiologi adalah ilmu sosial yang mempelajari masyarakat dan
budaya manusia. Meskipun memiliki beberapa kesamaan, kedua disiplin ilmu ini
juga memiliki perbedaan mendasar dalam pendekatan dan obyek penelitian.
Persamaan utama antara antropologi dan sosiologi adalah bahwa keduanya
mempelajari manusia sebagai makhluk sosial yang hidup di dalam masyarakat.
Kedua disiplin ilmu ini menggunakan metode ilmiah untuk memahami bagaimana
manusia berinteraksi satu sama lain dalam berbagai konteks sosial dan budaya.
Namun, perbedaan terbesar antara antropologi dan sosiologi adalah obyek
penelitian mereka. Antropologi mempelajari masyarakat dan kebudayaan di
seluruh dunia, terutama di daerah yang jauh dari pengaruh Barat dan Eropa.
Sementara sosiologi fokus pada masyarakat dan budaya di Eropa dan Amerika
modern.
Metode ilmiah yang digunakan juga berbeda. Antropologi cenderung
mengandalkan pengamatan langsung di lapangan, dengan teknik seperti
wawancara dan pengamatan partisipan, untuk mendapatkan pemahaman yang
lebih dalam tentang kehidupan masyarakat dan kebudayaan. Sosiologi lebih sering
menggunakan survei dan analisis statistik untuk mempelajari pola-pola dan tren
dalam masyarakat.
Dalam hal analisis, antropologi cenderung menggunakan pendekatan komparatif
untuk membandingkan masyarakat dan budaya yang berbeda di seluruh dunia.
Sosiologi, di sisi lain, lebih fokus pada analisis hubungan sosial dan kekuasaan di
dalam masyarakat.
Dalam kesimpulan, meskipun antropologi dan sosiologi memiliki beberapa
kesamaan, seperti pendekatan metode ilmiah dan mempelajari manusia sebagai
makhluk sosial, mereka juga memiliki perbedaan mendasar dalam obyek
penelitian, metode ilmiah yang digunakan, dan pendekatan analisis. Kedua
disiplin ilmu ini memiliki peran penting dalam memahami kompleksitas
kehidupan manusia dan masyarakat di seluruh dunia.
PENGANTAR ILMU HUKUM DISKUSI
1. Hukum objektif dan hukum subjektif merupakan dua konsep dasar dalam ilmu
hukum. Hukum objektif adalah seperangkat peraturan hukum yang berlaku untuk
semua orang tanpa kecuali. Hukum ini bersifat universal, terlepas dari keinginan
atau kepentingan individu atau kelompok tertentu. Dalam hukum objektif,
keputusan atau putusan hukum didasarkan pada fakta dan bukti yang ada, dan
tidak dipengaruhi oleh opini atau kepentingan subjektif individu atau kelompok.
Contoh dari hukum objektif adalah peraturan perundang-undangan, seperti UUD
1945, KUHP, dan KUHAP.
Sedangkan hukum subjektif adalah hak-hak yang dimiliki oleh individu atau
kelompok tertentu sesuai dengan kepentingan dan keinginan mereka. Hukum
subjektif bersifat relatif dan dapat berbeda-beda antara individu atau kelompok
tertentu. Contoh dari hukum subjektif adalah hak milik, hak paten, dan hak
kekayaan intelektual.
2. Hak dan kewajiban merupakan dua konsep yang saling berkaitan dalam ilmu
hukum. Hak adalah kebebasan atau wewenang yang dimiliki oleh individu atau
kelompok tertentu untuk melakukan sesuatu, seperti hak memperoleh pendidikan,
hak kesehatan, atau hak atas properti. Kewajiban adalah tanggung jawab atau
kewajiban yang dimiliki oleh individu atau kelompok tertentu untuk melakukan
atau tidak melakukan sesuatu, seperti kewajiban membayar pajak, kewajiban
mematuhi hukum, atau kewajiban memberikan bantuan kepada sesama.
Dalam hubungan antara hak dan kewajiban, hak-hak individu atau kelompok
tertentu harus diimbangi dengan kewajiban yang sesuai. Sebagai contoh, hak atas
kebebasan berekspresi harus diimbangi dengan kewajiban untuk tidak melanggar
hak-hak orang lain atau memicu konflik sosial. Hak-hak dan kewajiban dapat
berbeda-beda tergantung pada konteks dan situasi tertentu, dan perlu diatur secara
proporsional dalam peraturan perundang-undangan.

Referensi:
R. Soesilo, "Perbandingan Hukum Objektif dan Hukum Subjektif," Jurnal Hukum
IUS QUIA IUSTUM, vol. 23, no. 2, pp. 178-192, 2016.
T. R. Djamaluddin, "Hubungan Antara Hak dan Kewajiban dalam Hukum," Jurnal
Hukum dan Pembangunan, vol. 45, no. 2, pp. 123-136, 2015.
PIH TUGAS

1. Kita perlu mempelajari ilmu hukum karena hukum adalah suatu aspek
penting dalam kehidupan manusia. Hukum mengatur tata cara hidup
bersama, mengatur hak dan kewajiban, serta memberikan perlindungan
hukum bagi masyarakat. Dalam masyarakat yang kompleks seperti saat ini,
memahami hukum dan aturan yang berlaku sangatlah penting untuk
menghindari konflik, melindungi diri sendiri dan orang lain, serta
memastikan keadilan dalam berbagai aspek kehidupan.

Selain itu, mempelajari ilmu hukum juga memberikan manfaat seperti


meningkatkan kemampuan analitis, kritis, serta kemampuan berpikir dan
berargumentasi secara logis. Hal ini sangat bermanfaat dalam berbagai
bidang karir, termasuk di dalamnya profesi di bidang hukum.

Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk mempelajari ilmu


hukum, antara lain:

1. Studi pustaka: melakukan pembacaan terhadap literatur-literatur


hukum yang relevan untuk memperoleh pemahaman mengenai
aturan dan konsep hukum yang berlaku.
2. Pengamatan dan observasi: mengamati dan mempelajari praktik-
praktik hukum yang berlangsung di masyarakat.
3. Diskusi dan konsultasi: berdiskusi dan berkonsultasi dengan ahli
hukum atau praktisi hukum untuk memperoleh pemahaman yang
lebih mendalam mengenai aspek-aspek hukum tertentu.
4. Studi kasus: mempelajari kasus-kasus hukum tertentu dan
menganalisis langkah-langkah hukum yang diambil dalam
menyelesaikan kasus tersebut.
5. Magang atau praktek kerja: melaksanakan magang atau praktek
kerja di instansi atau lembaga yang berkaitan dengan hukum untuk
memperoleh pengalaman dan pemahaman yang lebih praktis
tentang penerapan hukum dalam kehidupan sehari-hari.

2 a. Aristoteles menyatakan bahwa manusia merupakan zoon politicon


yang artinya manusia adalah makhluk sosial yang memerlukan keberadaan
masyarakat. Seperti yang terjadi pada kisah di atas, ketika Joko awalnya
tinggal sendirian di daerah terpencil, ia bebas melakukan apapun dan tidak
memiliki aturan. Namun ketika rombongan petualang lain datang dan
tinggal di sana, maka mereka akhirnya membentuk sebuah masyarakat
dan membuat aturan-aturan yang berlaku untuk semua orang. Hal ini
menunjukkan bahwa manusia sebagai makhluk sosial selalu membutuhkan
keberadaan masyarakat sebagai tempat untuk hidup bersama dengan
orang lain. Oleh karena itu, hukum sebagai salah satu bentuk pengaturan
dalam masyarakat sangat penting untuk menjaga keberlangsungan hidup
bersama.

b. Manusia, masyarakat dan hukum memiliki hubungan yang erat dan


saling mempengaruhi satu sama lain. Manusia merupakan makhluk sosial
yang membutuhkan keberadaan masyarakat untuk hidup bersama dengan
orang lain. Dalam masyarakat, hukum dibutuhkan untuk menjaga
ketertiban dan keadilan dalam kehidupan bersama. Hukum memainkan
peran penting dalam masyarakat karena membentuk norma dan aturan
yang harus diikuti oleh seluruh anggota masyarakat. Dengan adanya
hukum, setiap orang akan memiliki batasan dalam bertindak dan akan
tercipta keamanan dan keteraturan dalam kehidupan bersama.

Namun, keberadaan hukum juga tidak dapat dipisahkan dari nilai-nilai dan
adat istiadat yang dianut oleh masyarakat. Hukum yang berlaku dalam
suatu masyarakat seharusnya mengikuti dan mencerminkan nilai-nilai yang
dianut oleh masyarakat tersebut. Oleh karena itu, hukum harus selalu dikaji
dan disesuaikan dengan perubahan nilai dan tuntutan masyarakat yang
terus berkembang.

3. a. Teori piramida hukum atau stufentheorie dari Hans Kelsen


menyatakan bahwa hukum terdiri dari berbagai tingkatan norma yang
tersusun berjenjang secara hierarkis. Norma yang berada pada tingkat
paling tinggi adalah konstitusi, diikuti oleh undang-undang, peraturan
pemerintah, peraturan daerah, dan seterusnya. Setiap norma yang lebih
rendah dalam hierarki harus selalu sesuai dengan norma yang lebih tinggi.
Jika ada konflik antara dua norma, maka norma yang lebih tinggi akan
berlaku dan harus ditaati.

Contoh konkretnya dalam norma hukum di Indonesia adalah ketentuan


dalam Pasal 28D ayat (3) UUD 1945 yang menyatakan bahwa setiap orang
berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang
adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum. Norma ini menegaskan
bahwa semua orang memiliki hak yang sama di hadapan hukum, sehingga
tidak ada yang bisa dikecualikan dari perlindungan hukum. Dalam hal
terjadi konflik antara norma ini dengan norma yang lebih rendah, maka
Pasal 28D ayat (3) UUD 1945 sebagai norma yang lebih tinggi akan
berlaku.

b. Dalam sistem hukum di Indonesia, teori piramida hukum atau


stufentheorie dari Hans Kelsen digunakan karena memberikan kerangka
kerja yang jelas dalam mengatur hubungan antara berbagai norma hukum
yang berlaku. Dengan adanya hierarki norma, maka diharapkan dapat
tercipta konsistensi dan kepastian hukum. Selain itu, teori ini juga
memberikan pengaturan mengenai bagaimana cara menentukan norma
yang berlaku dalam suatu konflik hukum.

Namun, penggunaan teori piramida hukum juga memiliki kelemahan, yaitu


cenderung mengesampingkan faktor-faktor sosial dan politik dalam
proses pembentukan hukum. Hal ini dapat membatasi peran masyarakat
dalam proses perubahan hukum, sehingga dapat terjadi ketidakadilan dan
ketidakmerataan dalam penerapan hukum. Oleh karena itu, perlu
dilakukan kajian lebih lanjut mengenai kelemahan dan kelebihan dari teori
ini dalam konteks hukum Indonesia.

Sumber:

Kansil, C.S.T. (2012). Pengantar Ilmu Hukum. Jakarta: PT. RajaGrafindo


Persada.
Soerjono Soekanto. (2010). Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: UI-
Press.
Abdul Aziz, Abdul Fatah. (2018). Konstitusi dan Negara Hukum: Teori
dan Praktik di Indonesia. Pustaka Pelajar.
Kelsen, Hans. (1945). General Theory of Law and State. Harvard
University Press.
Organisasi dan manajemen tugas

1. Paradigma Tradisional (Traditional Paradigm) adalah paradigma


yang berfokus pada pengelolaan administrasi negara dengan
menggunakan prinsip-prinsip ilmu hukum dan organisasi.
Paradigma ini juga dikenal dengan nama "paradigma hukum"
karena cenderung berorientasi pada peraturan perundang-
undangan dan aspek legalistik. Fokus utama dari paradigma ini
adalah pada efisiensi, hierarki, dan otoritas.
2. Paradigma Ilmu Sosial (Social Science Paradigm) adalah paradigma
yang menekankan pentingnya pemahaman terhadap fenomena
sosial sebagai dasar untuk mengelola administrasi negara.
Paradigma ini cenderung mempertimbangkan faktor-faktor sosial,
ekonomi, dan politik dalam pengambilan keputusan. Fokus utama
dari paradigma ini adalah pada analisis data empiris dan
penggunaan metode ilmiah dalam pengambilan keputusan.
3. Paradigma Ilmu Kebijakan (Policy Science Paradigm) adalah
paradigma yang menekankan pentingnya pengambilan keputusan
yang didasarkan pada analisis rasional dan sistematis. Paradigma ini
juga mengintegrasikan metode ilmu sosial dan manajemen dalam
pengambilan keputusan. Fokus utama dari paradigma ini adalah
pada pengembangan kebijakan yang efektif dan efisien.
4. Paradigma Manajemen (Management Paradigm) adalah paradigma
yang menekankan pentingnya pengelolaan administrasi negara
dengan menggunakan prinsip-prinsip manajemen yang efektif.
Paradigma ini juga dikenal dengan nama "paradigma produktivitas"
karena cenderung berorientasi pada efisiensi dan produktivitas.
Fokus utama dari paradigma ini adalah pada pengelolaan sumber
daya manusia, keuangan, dan operasional dalam pengambilan
keputusan.
5. Paradigma Tantangan Lingkungan (Environmental Paradigm) adalah
paradigma yang menekankan pentingnya pengelolaan administrasi
negara dengan mempertimbangkan dampak lingkungan dari
kegiatan administrasi negara. Paradigma ini cenderung
mempertimbangkan aspek lingkungan dalam pengambilan
keputusan. Fokus utama dari paradigma ini adalah pada
pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan untuk kepentingan
jangka panjang.
Berdasarkan pandangan saya, Administrasi Negara di Negara Republik
Indonesia saat ini cenderung masuk dalam paradigma Ilmu Kebijakan
(Policy Science Paradigm), yang menekankan pengambilan keputusan
yang rasional dan sistematis dengan mengintegrasikan metode ilmu sosial
dan manajemen dalam pengambilan keputusan. Hal ini tercermin dalam
berbagai kebijakan yang diambil oleh pemerintah, seperti pembangunan
infrastruktur dan pengembangan ekonomi yang berorientasi pada
efektivitas dan efisiensi. Namun, tentunya masih terdapat pengaruh dari
paradigma Tradisional (Traditional Paradigm) dalam pengelolaan
administrasi negara di Indonesia

2. Max Weber adalah seorang tokoh sosiologi dan ilmu politik dari Jerman
yang dianggap sebagai bapak pemikiran birokrasi modern. Menurut
Weber, ada enam ciri utama dari birokrasi:

1. Spesialisasi: setiap anggota birokrasi memiliki tugas yang jelas dan


terdefinisi dengan baik.
2. Hierarki: adanya struktur dan jenjang jabatan yang jelas dalam
birokrasi.
3. Aturan dan prosedur: setiap keputusan dan tindakan harus
berdasarkan pada aturan dan prosedur yang telah ditetapkan
sebelumnya.
4. Impersonalitas: tindakan dan keputusan diambil berdasarkan pada
kewenangan jabatan, bukan berdasarkan pada kepribadian atau
hubungan pribadi.
5. Kompetensi teknis: anggota birokrasi harus memiliki pengetahuan
dan keterampilan teknis yang dibutuhkan untuk menjalankan
tugasnya.
6. Formalitas: keputusan dan tindakan birokrasi harus
didokumentasikan dan dibuat secara formal.

Menurut pandangan saya, kondisi birokrasi di Pemerintah Republik


Indonesia masih belum sepenuhnya sesuai dengan ciri-ciri yang dijelaskan
oleh Max Weber. Meskipun pemerintah Indonesia telah melakukan
reformasi birokrasi dan mengadopsi beberapa prinsip dari birokrasi
modern, masih terdapat beberapa masalah yang perlu diatasi seperti
kecenderungan korupsi, nepotisme, birokrasi yang lambat dan terkadang
tidak responsif terhadap kebutuhan masyarakat, serta adanya kebijakan
yang tidak konsisten dan sering berubah-ubah.
3. Dalam pendelegasian wewenang, terdapat beberapa hal yang perlu
diperhatikan agar dapat dilaksanakan dengan baik dan efektif, yaitu:

1. Tujuan Pendelegasian Wewenang Pendelegasian wewenang harus


memiliki tujuan yang jelas dan spesifik, sehingga pihak yang diberi
wewenang dapat memahami tugas dan tanggung jawab yang harus
dilaksanakan.
2. Ruang Lingkup Wewenang Pendelegasian wewenang harus jelas
mengenai ruang lingkup wewenang yang diberikan, agar pihak
yang diberi wewenang tidak melampaui batas tugas yang diberikan.
3. Jenis Wewenang Pendelegasian wewenang harus memperhatikan
jenis wewenang yang diberikan, apakah itu wewenang keputusan,
wewenang pelaksanaan, atau wewenang pengawasan.
4. Tanggung Jawab dan Akuntabilitas Pendelegasian wewenang harus
diikuti dengan tanggung jawab dan akuntabilitas, yaitu pihak yang
diberi wewenang harus bertanggung jawab atas tugas yang
dilaksanakan, dan siap dipertanggungjawabkan atas keputusan
yang diambil.
5. Supervisi dan Evaluasi Pendelegasian wewenang harus dilakukan
dengan supervisi dan evaluasi, agar dapat diketahui apakah pihak
yang diberi wewenang telah melaksanakan tugas dengan baik dan
efektif, serta dapat memperbaiki kesalahan yang terjadi.

Menurut saya, kondisi pendelegasian wewenang di Pemerintah Republik


Indonesia sudah sesuai dengan pedoman pendelegasian wewenang yang
ada. Namun, masih terdapat beberapa kendala dalam pelaksanaannya,
seperti kurangnya pemahaman terhadap ruang lingkup wewenang yang
diberikan dan kurangnya supervisi dan evaluasi terhadap pelaksanaan
tugas. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya-upaya untuk meningkatkan
pemahaman dan pengawasan terhadap pelaksanaan pendelegasian
wewenang agar dapat berjalan dengan lebih efektif.

Sumber:

Nicholas Henry, Public Administration and Public Affairs (2009)

Sutrisno, Ilmu Administrasi Negara (2009)


Weber, M. (1978). Economy and society: an outline of interpretive
sociology. University of California Press.
Prasetyo, A. (2018). Bureaucracy in Indonesia: Exploring the Foundation
of the State. CRC Press.
Sistem hukum Indonesia diskusi
Meskipun memiliki fungsi yang sama dengan undang-undang, Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-undang (PERPPU) memiliki masa berlaku
yang terbatas menurut UUD 1945. Hal ini tercantum dalam Pasal 22E Ayat
(3) UUD 1945 yang menyatakan bahwa PERPPU harus disetujui oleh DPR
untuk kemudian dinyatakan sah menjadi undang-undang dalam jangka
waktu paling lama 1 tahun sejak dikeluarkannya.

Adapun unsur-unsur terbentuknya suatu PERPPU antara lain:

1. Adanya kegentingan yang memaksa dan memerlukan pengaturan


secara segera, sehingga tidak mungkin menunggu pembentukan
undang-undang secara biasa. Hal ini tercantum dalam Pasal 22E
Ayat (2) UUD 1945.
2. PERPPU harus dikeluarkan oleh Presiden dengan persetujuan
Menteri yang membidangi urusan hukum dan hak asasi manusia
serta Menteri yang membidangi urusan yang bersangkutan dengan
substansi PERPPU tersebut. Hal ini tercantum dalam Pasal 22E Ayat
(1) UUD 1945.
3. PERPPU harus segera diajukan kepada DPR untuk disetujui atau
ditolak dalam waktu paling lama 30 hari sejak dikeluarkan. Jika DPR
tidak menyetujui atau menolak PERPPU tersebut, maka PERPPU
tersebut dianggap batal dengan sendirinya. Hal ini tercantum dalam
Pasal 22E Ayat (4) UUD 1945.

Dalam hal ini, dasar hukum yang mengatur mengenai PERPPU adalah UUD
1945 Pasal 22E.
Menurut Pasal 22E ayat (1) UUD 1945, masa berlakunya Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang (PERPPU) sifatnya terbatas dan
harus disetujui oleh DPR dalam kurun waktu paling lama 30 hari sejak
sidang tahunan DPR berikutnya. Dalam hal DPR menolak atau tidak
menyetujui PERPPU tersebut, maka PERPPU tersebut tidak berlaku lagi.

Adapun unsur terbentuknya suatu PERPPU adalah adanya keadaan yang


mendesak dan memerlukan penyelesaian segera serta tidak
memungkinkan untuk menunggu pembahasan di DPR dalam rangka
membuat undang-undang. Hal ini diatur dalam Pasal 22E ayat (2) UUD
1945 yang menyebutkan bahwa Presiden dapat mengeluarkan PERPPU
dalam hal terjadi keadaan yang memaksa untuk segera diatur melalui
undang-undang, dan tidak memungkinkan menunggu pembahasan DPR.
Sumber:

Undang-Undang No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan


Perundang-Undangan
UUD 1945 Pasal 22E.
BMP ISIP4131

Sistem hukum tugas

1. Dalam kasus Fidelis, terdapat pertentangan antara keadilan dan


kemanfaatan hukum. Dari sisi keadilan, Fidelis dianggap telah melanggar
undang-undang dengan menanam dan memiliki ganja, sehingga ia harus
dihukum sesuai dengan peraturan yang berlaku. Namun, dari sisi
kemanfaatan hukum, Fidelis mengajukan alasan kemanusiaan, yakni
penggunaan ganja untuk mengobati istri yang menderita penyakit langka
syringomyelia.

Dalam hal ini, terdapat kepentingan yang saling bertentangan antara


hukum dan kemanusiaan. Di satu sisi, hukum harus ditegakkan agar
masyarakat mematuhi peraturan dan menjaga ketertiban. Namun, di sisi
lain, Fidelis juga memiliki kepentingan untuk menyelamatkan nyawa istri
yang sedang dalam kondisi sakit. Oleh karena itu, dalam kasus ini, terdapat
perdebatan antara kemanfaatan hukum dan keadilan.

Sementara itu, dari sisi kepastian hukum, vonis hakim yang berbeda
dengan tuntutan jaksa penuntut umum dapat menimbulkan ketidakpastian
hukum bagi masyarakat. Hal ini karena masyarakat mungkin tidak
mengetahui secara pasti apa yang sebenarnya dianggap sebagai
pelanggaran dalam kasus yang serupa.

Dalam pandangan saya, tujuan hukum yang terpenuhi dalam kasus ini
adalah keadilan dan kepastian hukum, namun tidak sepenuhnya terpenuhi
dari sisi kemanfaatan hukum. Meskipun hukum harus ditegakkan, namun
di sisi lain, ada faktor kemanusiaan yang perlu diperhatikan dalam menilai
sebuah tindakan pelanggaran. Oleh karena itu, diharapkan ada upaya
untuk meninjau kembali regulasi terkait penggunaan ganja untuk tujuan
medis guna memperhatikan kepentingan kemanusiaan dalam
menegakkan hukum.

2.
1. Kedudukan anak luar kawin menurut sistem kekerabatan patrilineal,
matrilinial, dan parental

Dalam sistem kekerabatan patrilineal, anak luar kawin tidak memiliki hak
untuk mewarisi harta dari ayahnya karena keturunan dihitung dari garis
laki-laki. Sedangkan dalam sistem kekerabatan matrilineal, anak luar kawin
masih memiliki hak untuk mewarisi harta dari ibunya karena keturunan
dihitung dari garis perempuan. Namun, dalam sistem kekerabatan
parental, anak luar kawin diakui dan memiliki hak untuk mewarisi harta
dari kedua orang tuanya.
2. Pembagian harta warisan terhadap anak luar kawin berdasarkan
sistem kekerabatan patrilineal, matrilinial, dan parental

Dalam sistem kekerabatan patrilineal, anak luar kawin tidak memiliki hak
untuk mewarisi harta dari ayahnya. Namun, jika ayahnya sudah
memberikan wasiat sebelum meninggal, anak luar kawin masih bisa
menerima sebagian harta warisan yang diwariskan melalui wasiat tersebut.
Sedangkan dalam sistem kekerabatan matrilineal, anak luar kawin masih
memiliki hak untuk mewarisi harta dari ibunya. Namun, jika ibunya sudah
meninggal dan tidak memberikan wasiat, maka anak luar kawin tidak
memiliki hak untuk mewarisi harta tersebut. Di dalam sistem kekerabatan
parental, anak luar kawin memiliki hak untuk mewarisi harta dari kedua
orang tuanya secara proporsional dengan anak-anak kandung lainnya.

3. Pembagian harta warisan terhadap anak luar kawin berdasarkan


sistem kekerabatan patrilineal, matrilinial, dan parental pasca
terbitnya putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 46/PUU-VIII/2010

Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 46/PUU-VIII/2010 telah


mengeluarkan keputusan bahwa anak luar kawin berhak atas warisan dari
ayah dan ibunya tanpa terkecuali. Dalam putusan tersebut, Mahkamah
Konstitusi menyatakan bahwa tidak ada alasan hukum yang dapat
menghalangi anak luar kawin untuk mewarisi harta dari kedua orang
tuanya. Oleh karena itu, dalam sistem kekerabatan apapun, anak luar
kawin berhak untuk mewarisi harta dari ayah dan ibunya tanpa terkecuali.

3. Isbat nikah adalah upaya untuk mengakui keberadaan suatu perkawinan


secara sah oleh pengadilan agama, meskipun tidak ada bukti sah yang
ada. Dalam hal ini, Rachel Maryam dan Edwin Aprihandono mengajukan
permohonan isbat nikah ke Pengadilan Agama Jakarta Selatan dan Rachel
Maryam berhasil memperoleh pengakuan itu.

Dengan adanya pengakuan isbat nikah dari pengadilan agama, Rachel


Maryam dan Edwin Aprihandono memiliki status perkawinan yang sah di
mata hukum. Artinya, mereka diakui sebagai pasangan suami istri dan
memiliki hak dan kewajiban yang melekat pada status perkawinan, seperti
hak waris, asuransi, dan lain-lain.
Dasar pengadilan agama untuk mengabulkan isbat nikah adalah setelah
melakukan pemeriksaan terhadap saksi-saksi dan bukti-bukti yang ada,
dan menganggap cukup untuk memperoleh keyakinan bahwa perkawinan
Rachel Maryam dan Edwin Aprihandono benar-benar terjadi dan sah.

Namun, perlu diingat bahwa pengakuan isbat nikah hanya berlaku di


negara yang menganut sistem hukum islam, seperti Indonesia. Jika
pasangan tersebut ingin mengakui pernikahan mereka di luar negeri,
mereka harus memenuhi persyaratan hukum yang berlaku di negara
tersebut.

Sumber:

UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan


UU No. 3 Tahun 2006 tentang Pengadilan Agama
Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 46/PUU-VIII/2010
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/cl927/menjaga-legalitas-
perkawinan-melalui-proses-isbat-nikah/

SOSIOLOGI DISKUSI 3
Interaksi sosial yang bersifat disosiatif adalah interaksi yang menimbulkan
ketidakharmonisan dan ketegangan antarindividu atau antarkelompok. Berikut ini
adalah beberapa contoh interaksi sosial yang bersifat disosiatif:

1. Konflik: Interaksi sosial yang terjadi saat terjadi persaingan atau pertentangan
antarindividu atau kelompok. Konflik bisa terjadi di berbagai tingkatan, mulai
dari konflik personal hingga konflik internasional.

2. Persaingan: Interaksi sosial yang terjadi saat individu atau kelompok bersaing
untuk memperebutkan sumber daya atau kekuasaan tertentu. Persaingan
dapat memicu konflik jika tidak diatur dengan baik.

3. Dominasi: Interaksi sosial yang terjadi saat satu individu atau kelompok
berusaha untuk mengendalikan atau menguasai individu atau kelompok lain.
Dominasi seringkali mengakibatkan ketegangan dan konflik antarindividu
atau kelompok.

4. Diskriminasi: Interaksi sosial yang terjadi saat individu atau kelompok


diperlakukan secara tidak adil atau diabaikan karena perbedaan tertentu,
seperti ras, agama, jenis kelamin, atau orientasi seksual.

5. Prejudice: Interaksi sosial yang terjadi saat individu atau kelompok memiliki
sikap prasangka atau stereotip negatif terhadap individu atau kelompok lain.
Prejudice bisa menjadi pemicu konflik dan diskriminasi.

6. Alienasi: Interaksi sosial yang terjadi saat individu atau kelompok merasa
terasing dari lingkungan sosialnya atau merasa tidak diakui atau dihargai oleh
individu atau kelompok lain. Alienasi bisa menjadi penyebab ketegangan dan
konflik antarindividu atau kelompok.

Salah satu contoh interaksi sosial yang terbentuk dengan proses-proses disosiatif
melalui media sosial adalah fenomena "cancel culture". Cancel culture merujuk pada
praktik menghukum atau mengkritik seseorang secara publik di media sosial karena
dianggap melakukan tindakan atau menyampaikan pendapat yang dianggap tidak
sesuai dengan norma atau nilai yang berlaku.

Proses disosiatif terjadi ketika individu-individu dalam kelompok yang membentuk


cancel culture tidak lagi merasakan empati atau menghargai sudut pandang atau
perspektif yang berbeda. Hal ini dapat memicu sebuah spiral kebencian dan
pembentukan kubu-kubu yang semakin memperburuk interaksi sosial di dalam
kelompok tersebut.

Contoh konkret dari cancel culture adalah ketika sekelompok orang melakukan
serangan online terhadap publik figur atau selebriti karena dianggap telah melakukan
kesalahan atau membuat pernyataan yang dianggap kontroversial atau tidak pantas.
Serangan tersebut dapat berupa penolakan terhadap produk yang dibuat atau
dipromosikan oleh publik figur tersebut, atau bahkan ancaman atau serangan fisik.

Fenomena cancel culture ini memperlihatkan bagaimana media sosial dapat


memperkuat proses-proses disosiatif dan membentuk interaksi sosial yang tidak
sehat dan berbahaya, terutama jika tidak diimbangi dengan pemahaman yang
mendalam tentang pluralitas dan toleransi.

Sumber:

https://www.kompas.com/skola/read/2021/09/20/180000169/cancel-culture-dan-
bahaya-meredupnya-kemerdekaan-bersuara.

SOSIOLOGI TUGAS 3
1. Berbagai upaya dan program yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia
dalam menyongsong era "new normal" dapat dikaitkan dengan tiga
perspektif sosiologi, yaitu perspektif fungsionalis, konflik, dan simbolik.

a) Perspektif Fungsionalis Perspektif fungsionalis memandang


masyarakat sebagai suatu sistem yang terdiri dari berbagai bagian
atau subsistem yang saling berkaitan dan berfungsi untuk mencapai
tujuan bersama. Dalam konteks "new normal", upaya yang
dilakukan pemerintah untuk menghadapi situasi ini dapat dikaitkan
dengan perspektif fungsionalis karena pemerintah berusaha
menciptakan sistem atau struktur baru yang berfungsi untuk
menjaga stabilitas dan kesejahteraan masyarakat.

Contohnya adalah program vaksinasi massal yang dilakukan oleh


pemerintah. Program ini diharapkan dapat menciptakan kekebalan
kelompok (herd immunity) sehingga dapat menurunkan risiko penyebaran
virus COVID-19 dan mencegah terjadinya gelombang kedua pandemi.
Dengan begitu, kestabilan kesehatan masyarakat dapat terjaga sehingga
aktivitas ekonomi dan sosial dapat berjalan normal kembali. Program
vaksinasi massal juga dapat menjamin ketersediaan tenaga kerja yang
sehat dan produktif bagi dunia usaha sehingga produksi dapat berjalan
lancar.

b) Perspektif Konflik Perspektif konflik memandang masyarakat


sebagai arena pertarungan kepentingan antara kelompok-
kelompok yang berbeda. Dalam konteks "new normal", upaya yang
dilakukan pemerintah dapat dikaitkan dengan perspektif konflik
karena pemerintah berusaha untuk menyeimbangkan kepentingan
kelompok-kelompok yang berbeda, seperti kepentingan kesehatan,
ekonomi, dan sosial.

Contohnya adalah program Bansos atau Bantuan Sosial yang diberikan


kepada masyarakat yang terdampak pandemi COVID-19. Program ini
bertujuan untuk memberikan bantuan kepada masyarakat yang kehilangan
mata pencaharian atau mengalami kesulitan ekonomi akibat pandemi.
Dalam perspektif konflik, program ini dapat meminimalisir ketimpangan
sosial dan mengurangi tekanan yang dirasakan oleh kelompok masyarakat
yang terdampak. Namun, program ini juga dapat menimbulkan konflik
kepentingan antara kelompok-kelompok yang mendapat dan tidak
mendapat bantuan.
c) Perspektif Simbolik Perspektif simbolik memandang masyarakat
sebagai suatu sistem sosial yang ditandai oleh penggunaan simbol-
simbol dan makna-makna yang diberikan oleh individu dalam
interaksi sosialnya. Dalam konteks "new normal", upaya yang
dilakukan pemerintah dapat dikaitkan dengan perspektif simbolik
karena pemerintah berusaha mengubah cara pandang dan perilaku
masyarakat terhadap pandemi COVID-19.

Contohnya adalah program edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat


tentang pentingnya menjaga jarak sosial, mencuci tangan secara teratur,
dan menggunakan masker. Program ini bertujuan untuk mengubah perilaku
masyarakat dalam menghadapi situasi "new normal" yang mengharuskan adanya
protokol kesehatan yang ketat. Dengan edukasi dan sosialisasi yang tepat,
diharapkan masyarakat dapat memahami betapa pentingnya tindakan-tindakan
tersebut untuk mencegah penularan virus COVID-19.

2. Ya, ketika seorang nasabah sedang mengadu dan berkomunikasi


dengan customer service secara langsung, maka terjadi interaksi sosial. Hal
ini terjadi karena nasabah dan customer service saling berkomunikasi dan
saling mempengaruhi satu sama lain dalam interaksi tersebut.

Alasan terjadinya interaksi sosial antara nasabah dan customer service


adalah karena keduanya merupakan individu yang saling terhubung dalam
suatu situasi sosial yang terstruktur dan berbeda peran dalam situasi
tersebut. Nasabah memiliki peran sebagai pihak yang membutuhkan
pelayanan dari bank, sedangkan customer service memiliki peran sebagai
pihak yang memberikan pelayanan dan memenuhi kebutuhan nasabah.

Dalam konteks pelayanan dari pegawai bank dalam menanggapi nasabah,


teori Dramaturgi Erving Goffman dapat digunakan untuk menganalisis
peran yang dimainkan oleh pegawai bank dalam interaksi tersebut.
Menurut teori Dramaturgi, setiap individu dalam interaksi sosial memiliki
peran yang harus dipertahankan atau dimainkan sesuai dengan ekspektasi
sosial dari situasi tersebut.

Dalam interaksi antara nasabah dan customer service di bank, pegawai


bank harus memainkan perannya sebagai pemberi pelayanan yang baik
dan membantu nasabah dalam menyelesaikan masalah atau keluhan yang
disampaikan. Dalam hal ini, pegawai bank harus menjaga kesopanan dan
keprofesionalannya sebagai pemberi pelayanan dengan memberikan
informasi yang akurat dan membantu nasabah menemukan solusi atas
permasalahan yang dihadapi.

Pegawai bank juga harus memainkan perannya sebagai wakil dari bank
yang ia wakili. Sebagai representatif bank, pegawai bank harus menjaga
citra dan reputasi bank dengan memberikan pelayanan yang baik dan
memenuhi kebutuhan nasabah. Hal ini dapat membantu membangun
kepercayaan dan loyalitas nasabah terhadap bank dan produk yang
ditawarkan.

Dengan demikian, penggunaan teori Dramaturgi Erving Goffman dapat


membantu kita memahami peran yang dimainkan oleh pegawai bank
dalam interaksi sosial dengan nasabah, serta bagaimana pegawai bank
mempertahankan perannya dalam situasi sosial tertentu untuk memastikan
pelayanan yang baik dan memenuhi ekspektasi sosial yang ada.

ORGANISASI DAN MANAJEMEN DISKUSI 3

Dalam organisasi formal, pendelegasian wewenang dapat dilakukan


dengan berbagai metode, antara lain metode garis lurus, garis fungsional,
dan organisasi matriks. Setiap metode memiliki kelebihan dan kelemahan
yang perlu diperhatikan dalam menentukan rentang kendali.

1. Metode Garis Lurus Metode garis lurus atau juga dikenal sebagai
struktur organisasi hierarkis adalah metode yang paling umum
ditemukan dalam organisasi formal. Dalam metode ini,
pendelegasian wewenang dilakukan secara vertikal dari atasan ke
bawahan. Setiap anggota organisasi memiliki satu atasan langsung
yang bertanggung jawab atas pekerjaan yang dilakukan. Rentang
kendali dalam metode ini biasanya cukup sempit, karena atasan
memiliki wewenang untuk memutuskan dan mengontrol setiap
keputusan yang dibuat oleh bawahan.
2. Metode Garis Fungsional Metode garis fungsional melibatkan
pendelegasian wewenang ke departemen atau unit kerja yang
berbeda-beda dalam organisasi. Setiap departemen atau unit kerja
bertanggung jawab atas fungsi atau tugas tertentu dalam
organisasi. Pada metode ini, rentang kendali akan lebih lebar karena
setiap departemen atau unit kerja memiliki otoritas untuk membuat
keputusan yang berhubungan dengan fungsinya masing-masing.
3. Metode Organisasi Matriks Metode organisasi matriks melibatkan
pendelegasian wewenang yang kompleks dan melintasi berbagai
unit kerja atau departemen. Dalam metode ini, setiap karyawan
memiliki dua atasan yang berbeda: satu atasan fungsional yang
bertanggung jawab atas fungsi pekerjaannya dan satu atasan
proyek yang bertanggung jawab atas proyek tertentu yang sedang
dikerjakan. Rentang kendali dalam metode ini lebih luas karena
setiap karyawan memiliki kebebasan untuk membuat keputusan
yang berhubungan dengan proyek yang sedang dikerjakan, namun
juga lebih kompleks karena memerlukan koordinasi yang lebih baik
antara atasan fungsional dan atasan proyek.

Dalam menentukan rentang kendali dalam pendelegasian wewenang,


terdapat beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan, antara lain:

 Tingkat kepercayaan dan kompetensi karyawan dalam


melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang diberikan
 Kompleksitas tugas dan masalah yang dihadapi
 Ukuran dan kompleksitas organisasi
 Lingkungan eksternal dan internal organisasi
 Kebijakan organisasi dan aturan yang berlaku
Pemilihan metode pendelegasian wewenang dan menentukan rentang
kendali yang tepat sangat penting dalam organisasi formal untuk
memastikan efisiensi dan efektivitas dalam pelaksanaan tugas dan
tanggung jawab.

Sumber: ADPU4217/MODUL 3

ANTROPOLOGI DISKUSI 3

Iya, saya setuju bahwa metode etnografi telah mengalami evolusi besar
dan dapat diterapkan dalam penelitian masyarakat kompleks.
Awalnya, etnografi digunakan untuk mempelajari suku-suku atau
kelompok kecil yang hidup secara terisolasi. Namun, dengan
berkembangnya teknologi dan globalisasi, masyarakat semakin kompleks
dan heterogen. Sehingga, etnografi juga harus mengalami evolusi untuk
bisa menangani masyarakat yang semakin kompleks dan heterogen.

Saat ini, etnografi tidak hanya melibatkan pengamatan langsung dan


partisipasi di dalam kelompok, tetapi juga menggunakan metode
wawancara, analisis dokumen, dan penggunaan teknologi digital untuk
mengumpulkan data. Selain itu, penggunaan metode etnografi juga telah
diperluas ke berbagai bidang seperti bisnis, kesehatan, pendidikan, dan
lain-lain.

Dalam penelitian masyarakat kompleks, etnografi dapat membantu


peneliti untuk memahami dinamika interaksi sosial, budaya, dan kebiasaan
dalam lingkungan yang lebih luas dan kompleks. Sehingga, etnografi
menjadi metode yang penting untuk memahami masyarakat yang semakin
kompleks dan heterogen.

Anda mungkin juga menyukai