Anda di halaman 1dari 8

PENGEMBANGAN KOMPETENSI GURU BERBASIS

KELOMPOK KERJA PROFESI DAN ZONASI


(BANGKU BEKASI)

Kategori : 5 kesehatan, pendidikan, dan budaya


Tanggal Inisiatif: Oktober 2020
Inovator : Harjono, S.Pd., M.M.
Unit Kerja : Dinas Pendidikan Kota Cimahi

RINGKASAN
Refocusing anggaran sejak 2020 menyebabkan program pengembangan
kompetensi melalui guru dan tenaga kependidikan tidak dapat terealisasi karena
tidak tersedia anggaran. Dinas Pendidikan Kota Cimahi mengunakan strategi pola
kemitraan dengan NGO, lembaga donor, dan intansi vertical dalam melaksnakan
Pengembangan Kompetensi Guru Berbasis Kelompok Kerja Profesi dan Zonasi
(BANGKU BEKASI).
Inovasi ini mentargetkan untuk berkontribusi terhadap peningkakan point ke-4
SDGs secara nasional. Hal yang baru dan berbeda dari strategi pengembangan
kompetensi guru berbasis kelompok kerja profesi dan zonasi ini adalah posisi guru
dan kepala sekolah maupun organisasi profesi dan kelompok kerja profesi sebagai
subyek pelatihanKeberhasilan program ditunjukan oleh capaian rapor Pendidikan
Kota Cimahi, yaitu untuk kompetensi literasi = 93,15% dan kompetensi numerasi =
52,90%; dan menjadi peringkat ke-1 di Jawa Barat.
Program dan kegiatan dijalankan dengan pola kerja sama, untuk jenjang:
- PAUD menggandeng SEAMEO CECCEP terkait program PAUD HI dan
Lingkungan Belajar Bekualitas;
- SD menggandeng: SNV terkait program sekolah tanggap Covid-19; Tanoto
Faudation terkait pelatihan praktik baik mengajar; ICSD terkait program sekolah
sehat dan sanitasi;
- SMP menggandeng PPPPTKIPA terkait program Sciencepreneur-STEM
Program inovasi dan unggulan Dinas Pendidikan Kota Cimahi dapat
diksanakan karena menerakpan prinsip optimalisasi sumber daya, meliputi SDM,
kelembagaan, finansial, dan pemanfatan TIK. Daerah lain dapat mengadopsi model
dan strategi tersebut karena ada dukungan regulasi nasional.
Inovasi ini dipastikan dapat dilaksanakan secara berkesinambungan dalam
kurun waktu 3 dan 4 tahun sesuai masa perjanjian kerja sama yang disepakati Dinas
Pendidikan dengan mitra kerja. Inovasi ini dapat dilaksanakan dengan baik karena
adanya dukungan dari top manajemen daerah, pegawai di Dinas Pendidikan, serta
disambut antusias oleh para guru dan tenaga kependidikan. Selain berguna dalam
meningkatkan kompetensi guru, semua peserta mendapat sertifikat kepesertaan
yang dapat dikonversi menjadi angka kredit jabatan guru.

A. Latar Belakang dan Tujuan


PP No 11 Tahun 2017 dan PerkaLAN Nomor 5 Tahun 2018 mengatur bahwa
setiap PNS memiliki hak dan kesempatan yang sama untuk diikutsertakan dalam
pengembangan kompetensi, minimum 20 jam pelajaran dalam 1 tahun. Setiap
instansi pemerintah wajib menyusun rencana pengembangan kompetensi pegawai
melalui rencana kerja anggaran tahunan instansi. Berkenaan dengan meluasnya
penyebaran Covid-19, pemerintah menerbitkan Inpres Nomor 4 Tahun 2020 yang
mengatur refocusing anggaran pusat dan daerah. Refocusing menjadi
permasalahan ketika program kegiatan tidak dapat terealisasi karena tidak tersedia
anggaran. Efeknya sangat mempengaruhi kesempatan pegawai dalam mengikuti
pengembangan kompetensi melalui pendidikan dan pelatihan.
Menghadapi hal tersebut, maka sangat penting untuk melihat bagaimana
inovasi perangkat daerah dalam menetapkan kebutuhan dan rencana
pengembangan kompetensi, melaksanakan serta melakukan evaluasi
pengembangan kompetensi pegawai ditengah keterbatasan anggaran. Di
penghujung tahun 2020 pada saat tidak tersedia anggaran karena refocusing, Dinas
Pendidikan Kota Cimahi menyusun strategi baru dalam memenuhi kewajiban
konstitusional memberikan hak dan kesempatan bagi guru dan tenaga kependidikan
(GTK) dalam pengembangan kompetensi sekaligus memastikan tersedianya GTK
berkualitas dalam rangka penjaminan mutu pendidikan yang menjadi
kewenangannya.
Makalah ini bertujuan mendokumentasikan strategi Dinas Pendidikan tersebut
sekaligus berbagi pengetahuan dalam pengelolan dan penyelenggaraan pendidikan
di daerah.
B. Kesesuaian Kategori
Tema utama inovasi adalah stretegi yang digunakan Dinas Pendidikan Kota
Cimahi sejak akhir 2020 dalam peningkatan kompetensi GTK di tengah disrupsi
pandemi Covid-19. Sesuai kewenangan daerah, GTK yang dimaksud adalah warga
satuan pendidikan anak usia dini formal dan non formal, satuan pendidikan dasar,
dan satuan pendidikan masyarakat.
Program dan kegiatan dilaksanakan dengan pengaturan protocol kesehatan
yang ketat menjadi contoh praktik baik bagi GTK dalam mewujudkan sekolah sehat
tanggap Covid-19. Inovasi tersebut nampak jelas selaras dengan kategori kelima
KIJB, yaitu kesehatan, pendidikan, dan budaya.

C. Kontribusi Terhadap Capaian Nasional SDGs


Point keempat SGDs adalah pendidikan berkualitas. Menurut Bappenas,
berdasarkan laporan UNESCO (2012) kualitas pendidikan di Indonesia berada pada
peringkat ke-64 dari 120 negara; sedangkan berdasarkan Education for All
Development Index (2015), Indonesia berada pada peringkat ke-57 dari 115 negara.
Secara konseptual, pendidikan berkualitas tertuang dalam UU No. 20 Tahun
2003 tentang Sisdiknas. Namun secara operasional, berdasarkan PP No. 57 Tahun
2021 tentang SNP yang kemudian diturunkan menjadi Permendikbudristek No. 9
Tahun 2022 yang mengatur evaluasi sistem Pendidikan pada satuan Paudikdasmen,
kualitas pendidikan disimpulkan dari capaian Rapor Pendidikan. Rapor Pendidikan
adalah platform yang menyediakan data laporan hasil evaluasi sistem pendidikan
sebagai penyempurnaan rapor mutu sebelumnya.
Kontribusi Kota Cimahi terhadap pendidikan berkualitas di Jawa Barat
ditunjukan dari capaian Rapor Pendidikan hasil Asesmen Nasional tahun 2021.
Berdasarkan tabulasi data Pusmendik (2021), rata-rata prosentase di atas dan
mencapai kompetensi minimum satuan pendidikan SD dan SMP yang menjadi
kewenangan Dinas Pendidikan Kota Cimahi untuk kompetensi literasi = 93,15% dan
kompetensi numerasi = 52,90%. Kota Cimahi peringkat ke-1 di Jawa Barat.
Dalam dokumen SDGs ditargetkan seluruh pemerintahan negara-negara di
dunia pada tahun 2030 harus mampu menjamin bahwa siswa dididik oleh guru yang
berkualitas, terlatih dan sosok motivator yang baik.
D. Deskripsi Inovasi
Pada Oktober 2020, Netherland Development Organisation mengajak Kota
Cimahi bersama 10 daerah lain untuk bermitra dalam melaksanakan School of Five
(S05). S05 merupakan sebuah pendekatan yang digunakan untuk kampanye
kebersihan tanggap Covid-19 di sekolah. Kegiatan yang dilakukan adalah pelatihan
guru, pelatihan dokter kecil, dan siswa secara virtual maupun tatap muka. Program
ini melibatkan 117 guru dan 3.140 siswa dari 6 SD serta berlangsung selama 11
bulan sama sekali tidak menggunanan APBD.
Pola tersebut menjadi inspirasi untuk membangun kemitraan dengan instansi
pemerintah dan NGO lain, antara lain dengan:
a) SEAMEO CECCEP
2021: Blended Training Implementasi PAUD Holistik Integratif: 25 guru
2022: Peningkatan Kapasitas Guru PAUD dengan Modul Mindful Parenting: 50
guru
b) Tanoto Faundation
2021: Pelatihan Fasilitator Daerah Praktik Baik Pembelajaran dan MBS: 25 GTK
SD
2022: Pelatihan Praktik Baik Pembelajaran dan MBS SD, batch 1 = 139 GTK;
batch 2 = 94 Kepala SD, 846 Guru.
c) PPPPTKIPA Kemendikbud
2021: Sciencepreneur Bagi Guru Pembina Ekstrakurikuler KIR: 60 guru SMP
2022: Cimahi Sciencepreneur-STEM Festival: 251 guru SMP
d) ICSD
2022: ToT Guru dalam Program Sekolah Sehat: guru dari 100 SD
Semua peserta pelatihan memiliki kewajiban mentrasmisikan pengetahuan
kepada GTK lain, mengikuti pola pengembangan kompetensi berbasis kelompok
kerja profesi dan zonasi.

E. Inovatif (100)
Menjalin kemitraan dalam pengembangan kompetensi GTK adalah hal biasa
yang dilakukan oleh banyak daerah. Hal yang baru dan berbeda dari strategi
Pengembangan Kompetensi Guru Berbasis Kelompok Kerja Profesi dan Zonasi
(BANGKU BEKASI) adalah posisi guru dan kepala sekolah maupun organisasi
profesi dan kelompok kerja profesi sebagai subyek pelatihan. Unit kerja pada Dinas
Pendidikan menempati posisi fasilitator sedangkan mitra kerja (NGO) menyiapkan
kurikulum, sumber belajar dan narasumber. Misalnya, dalam pelatihan Bersama
Tanoto Faundation, fasititator daerah adalah guru senior dan kepala sekolah.
Fasilitator daerah berbagi peran: ada penyelenggara, coach, dan mentor.
Pengimbasan hasil pelatihan diselenggaranan oleh organisasi profesi berdasarkan
zona kecamatan.

F. Transferabilitas (200)
Sesuai Permendagri No. 22 Tahun 2020 tentang Tata Cara Kerja Sama
Daerah Dengan Daerah Lain dan Kerja Sama Daerah Dengan Pihak Ketiga, maka
menjalin kerjasama dengan NGO, lembaga donor, maupun instansi pusat dan
instansi pembina bukan hal tabu untuk dilakukan oleh semua pemerintah derah.
Sesuai Permendagri tersebut pendidikan merupakan urusan pemerintahan wajib
yang menjadi salah satu obyek kerja sama. Artinya, inovasi ini dapat ditransfer dan
digunakan oleh dinas pendidikan di derah lain dalam memfasilitasi dan memberi
kesempatan GTK untuk mendapatkan pengembangan kompetensi.
Inovasi BANGKU BEKASI dilaksanakan dengan dua model kerjasama, yaitu
kerja sama dengan instansi vertical (dua instansi), dan kerja sama dengan pihak
ketiga (tiga NGO). Inisiatif kerja sama dengan instansi vertical muncul dari Dinas
Pendidikan, sedangkan kerja sama dengan NGO dilaksanakan dengan prakarsa
dating dari pihak ketiga.
Hal yang perlu menjadi perhatian manakala daerah lain memiliki keinginan
mereplikasi BANGKU BEKASI, tentu saja inisiatif dating dari daerah maka sesuai
ketentuan dalam Permendagri No. 22 Tahun 2020 maka terlebih dahulu menyusun
studi kelayakan.

G. Sumber Daya (200)


Inovasi BANGKU BEKASI dilaksanakan dengan mengoptimalkan sumber
daya yang ada. Selain dihadapkan pada persoalan refocusing anggaran, semua
instansi pemerintah pada periode kedua pemerintahan Presiden Joko Widodo
percepatan reformasi birokrasi melalui penyederhanaan struktur organisasi
berdasarkan PermenPANRB No. 25 Tahun 2021, penyetaraan jabatan berdasarkan
PermenPANRB No. 17 Tahun 2021, dan penyesuaian sistem kerja. Dampaknya di
Dinas Pendidikan Kota Cimahi sejak akhir 2021 kegiatan terkait pengelolan
kurikulum SD maupun SMP, dan pengelolaan GTK Pauddikmas dilaksanakan oleh
pejabat fungsional hasil penyetaraan.
Tiga hal yang dilakukan, yaitu:
1) Optimalisasi SDM dengan cara menerapkan job enrichments dan flexible work.
Job enrichments dilakukan dengan memberikan penugasan kepada pejabat dan
pelaksana yang tidak disetarakan. Sedangkan flexible work dilakukan dengan
tim Project Management Office yang anggotanya dari lintas bidang, organisasi
profesi, dan mitra kerja.
2) Optimalisasi kelembagaan dengan cara memberi peran yang luas kepada
Kelompok Kerja Guru SD, Kelompok Kerja Kepala SD, Musyawarah Kerja
Kepala SMP, Musyawarah Guru Mata Pelajaran SMP, Himpunan Pendidikan
Anak Usia Dini Indonesia,
3) Optimalisasi finansial melalui pola berbagi sumber daya pembiayaan kegiatan
yang bersumber dari APBD, BOS, dan anggaran mitra kerja.
4) Optimalisasi pemanfaatan TIK dan integrasi proses, terutama dalam sosialisasi
dan pelaksanaan kegiatan secara daring.

H. Strategi Keberlanjutan (200)


Sesuai PermenPANRB No. 16 Tahun 2009 tentang JF PNS dan angka
kreditnya, bahwa guru berkualitas diwujudkan melalui pengembangan kompetensi
yang dilakukan sesuai kebutuhan guru, bertahap, dan berkelanjutan sehingga dapat
meningkatkan profesionalitasnya. Model seperti ini disebut pengembangan profesi
berkelanjutan. Artinya, program kerja sama dengan pihak ketiga dalam
melaksanakan pengembangan profesi dengan pola berbagi sumber daya, terutama
pembiayaan dituntut dapat dilaksanakan secara berkelanjutan.
Jaminan keberlanjutan program dan kegiatan diperoleh dari masa berlaku
kerja sama, sebagai berikut:
1) PKS antara Dinas Pendidikan Kota Cimahi dengan SEAMEO CECCEP Nomor:
421.9/Kep-0183-Disdik/2021 dan Nomor: 1401/A/PAR/2021, tentang Kerja
Sama Penelitian, Pengembangan Kapasitas dan Advokasi di Bidang PAUD dan
Keluarga, berlaku selama 4 (empat) tahun, sejak 1 Oktober 2021 sampai
dengan 1 Oktober 2025
2) PKS antara Dinas Pendidikan Kota Cimahi dengan PPPPTKIPA tentang
Peningkatan Kompetensi Pendidik dan Tenaga Kependidikan IPA, berlaku
selama 3 (tiga) tahun, sejak 2 Maret 2021.
Kerja sama dengan SNV hanya berlangsung satu tahun karena targetnya
adalah menyiapkan sekolah tanggap Covid-19 atau program jangka pendek.
Namun, semangat penerapan protokol kesehatan menjadi bagian dari upaya agar
PHBS menjadi budaya sekolah, meskipun pandemic Covid-19 berakhir.
Kerja sama antara Dinas Pendidikan Kota Cimahi dengan Indonesia Center
for Sustainable Development dalam mewujudkan program Sekolah Sehat melalui
pengelolaan sanitasi sekolah masih dalam proses penyelesaian.

I. Monitoring dan Evaluasi


Monitoring dan evaluasi kegiatan dilakukan pada saat pelaksanaan dan
setelah kegiatan BANGKU BEKASI selesai diselenggarakan. Monitoring dan
evaluasi dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan dan mitra kerja secara bersama-sama
dengan prinsip partisipatif, kesetaraan para pihak, terbuka, dan jujur. Mitra kerja
menyusun laporan kegiatan dan menyampaikannya kepada Dinas Pendidikan untuk
dilakukan evaluasi bersama.
Dari hasil monitoring dapat disampaikan bahwa semua rencaana kerja yang
disepakati dalam MoU terkait program pengembangan kompetensi guru dapat
dilaksanakan dengan baik. Hasilnya, semua peserta dapat menyelesaikan semua
tahapan Pendidikan dan pelatihan, baik sinkronus secara tatap muka maupun
asinkornus secara daring, dan dinyatakan berhak untuk mendapatkan sertifikat yang
ditandatangi oleh para pihak. Sertifikat kegiatan ini dapat digunakan oleh GTK dalam
pengumpulan angka kredit jabatan.
Selain hal tersebut di atas, Dinas Pendidikan juga mencoba menggunakan
rapor Pendidikan Kota Cimahi untuk mengiterprestasikan hasil kegiatan peningkatan
kompetensi guru. Untuk dimensi literasi, numerasi, dan karakter posisi Kota Cimahi
peringkat 1 di Jawa Barat, dengan rata-rata prosentase di atas dan mencapai
kompetensi minimum satuan pendidikan SD dan SMP yang menjadi kewenangan
Dinas Pendidikan Kota Cimahi untuk kompetensi literasi = 93,15% dan kompetensi
numerasi = 52,90%.

I. Keterlibatan Pemangku Kepentingan (200)


Leading sector program pengembangan kompetensi guru adalah Bidang GTK
Dinas Pendidikan Kota Cimahi. Proses administrasi seperti MoU dilaksanakan oleh
unsur Sekretaris Dinas. Secara teknis, pada masing-masing kegiatan pada
BANGKU BEKASI melibatkan stakeholders yang berbeda-beda, dengan penjelasan
sebagai berikut:
a) Mitra kerja SNV: melibatkan pejabat dan pelaksana Bidang Pembinaan SD,
Pengurus K3S, pengawas SD.
b) Mitra kerja SEAMEO CECCEP: melibatkan pejabat dan pelaksana Bidang
Pembinaan Pauddikmas, pengurus organisasi profesi (HIMPAUDI dan IGTKI),
Pengawas TK dan Penilik PAUD sebagai pelaksana pengimbasan di zona Gugus
TK, Yayasan penyelenggara dan warga TK dan SD Tridaya, karena kegiatan
tatap muka dilaksanakan di TK Tridaya Cimahi.
c) Mitra kerja Tanoto Faundation: melibatkan pejabat dan pelaksana Bidang
Pembinaan SD, pengurus KKG SD, Pengurus K3S, Pengawas SD sebagai
penanggung jawab pengimbasan di 23 Gugus SD, penggelola Gedung PKG
sebagai tempat pelaksanaan pelatinan tatap muka.
d) Mitra kerja PPPPTKIPA Kemendikbud: melibatkan pejabat dan pelaksana Bidang
Pembinaan SMP, pengurus KKG, Pengurus K3S tingkat kota dari ranting,
pengawas SD sebagai penangung jawab pengimbasan di 23 Gugus SD (zonasi)
e) Mitra kerja: ICSD
Melibatkan pejabat dan pelaksana Bidang Pembinaan SD, Pengurus K3S, Dinas
Kesehatan, Dinas LH.

J. Faktor Penentu (100)


Semua program dan kegiatan BANGKU BEKASI dapat dilaksanakan dengan
hasil yang memuaskan terutama karena:
1) Semangat para guru, kepala satuan pendidikan, pengawas dan penilik pada
jenjang PAUD, SD, dan SMP di Cimahi untuk belajar, mau mencoba hal baru, dan
berani mengambil resiko.
2) Regulasi pusat dan daerah yang memungkinkan Dinas Pendidikan menjalin kerja
sama dengan NGO, Lembaga donor, maupun instansi vertical dan pembina.
3) Dukungan pimpinan daerah yang mendukung penciptaan ekosistem inovasi di
daerah.
4) Dungkan pejabat dan pelaksana di Dinas Pendidikan.

Anda mungkin juga menyukai