Anda di halaman 1dari 3

Teknik Games

Pengertian Teknik Games


Menurut Serok dan Blum, 1993; Rusmana, 2009 (dalam Suwarjo, 2012) permainan (games)
bersifat sosial, melibatkan proses belajar, mematuhi peratura, disiplin diri, kontrol emosional,
adopsi peran pemimpin dengan pengikut, dam pemecahan permasalahan. Teknik bermain
merupakan salah satu teknik dalam bimbingan kelompok yang dilakukan dengan senang dan
suka rela untuk melampiaskan ketengangan yang terjadi sehingga peserta didik dapat
mencapai perkembangan psikis, fisik, emosi, dan intelektual (Yuli Indraswari, 2013).
Prasetyono (2007) berpendapat melalui kegiatan bermain akan memperoleh pengalaman yang
dapat digunakan dalam memperbaiki hubungan antar manusia, mengenal diri sendiri dengan
baik, konseli mencapai perkembangan fisik, intelektual, sosial, dan emosi. Teknik games
dalam bimbingan dan konseling dapat memberikan makna pemelajaran secara tidak langsung
melalui permainan yang dilakukan oleh konselor dan konseli. Terdapat permaknaan dibalik
permainan sebagai bahan refleksi diri menjadikan konseli/peserta didik mengerti akan yang
dimaksud dan mencapai tujuan pemberian permainan dalam bimbingan dan konseling.

Fungsi Teknik Games


Menurut Russ, 2013; Rusmana, 2008 terdapat tiga fungsi Teknik games/permainan dalam
bimbingan dan konseling, yaitu:
1) Bermain merupakan ekspresi natural perasaan peserta didik/konseli. Dengan bermainan
diharapkan konseli mengekspresikan keinginan, fantasinya, mengeluarkan masalah dan
konflik dalam diri konseli. Dalam hal ini bermain dikategorikan sebagai media katarsis.
2) Konseli menggunakan permainan sebagai bahasa saat berkomunikasi dengan konselor.
Teknik bermain akan menumbuhkan rasa empati pada kedua belah pihak sehingga akan
memudahkan proses hubungan interpersonal yang fungsional.
3) Bermain sebagai ”kendaraan” agar mempertinggi pemahaman dan memperlancar proses
konseling. Dengan bermain diharapkan konseli dapat menyalurkan keinginan juga
persepsinya saat dalam permainan.

Jenis-Jenis Permainan dalam Teknik Games


Bermain dilakukan dengan suka rela agar mendapatkan kepuasan dan kegembiraan di mana
mengeksplorasi imajinasi dunia konseli meelalui perasaan, pikiran, dan logika. Menurut
Kathleen Stassen Berger (Mayke, 2005) jenis permainan, seperti:
1. Permainan Sensorimotor (Praktis)
Menggunakan semua indera dengan menyentuh, mengeksplorasi benda, berlari, melompat,
meluncur, berputar, melempar bola.
2. Permainan Simbolis (Pura-pura)
Terjadi saat konseli mentransformasikan lingkungan fisik ke suatu simbol sehingga bersifat
dramatis dan sosiodramatis. Dalam permainan pretend, ada 3 hal yang biasa terjadi: alat-alat,
alur cerita dan peran. Dalam permainan ini konseli berusaha melakukan situasi yang telah
diamati dalam kehidupan sebenarnya. Oleh karena itu, terjadi eksplorasi internal dan self
monitoring.
3. Permainan Sosial
Permainan yang melibatkan interaksi sosial dengan teman sebaya sehingga konseli dapat
mengidentifikasi, menggunakan, memahami dan mengelola emosi secara intensif,
4. Permainan Konstruktif
Mengombinasikan kegiatan sensorimotor yang berulang dengan representasi gagasan
simbolis. Permainan konstrukstif terjadi ketika konseli melibatkan diri dalam suatu kreasi
atau konstruksi suatu produk atau suatu pemecahan masalah ciptaan sendiri.
Rusmana (2009) kategori jenis permainan dalam tiga tipe berdasarkan pada apa yang
menentukan dan siapa yang menang, seperti:
(1) Permainan keterampilan fisik
Mempergunakan otot kasar-otot halus, sangat kompetitif, memiliki aturan yang mudah
dijelaskan dan secara khusus bermanfaat untuk menilai kontrol impuls konseli dan tingkatan
umum dan integrasi kepribadian
(2) Game strategi
Mempunyai keuntungan dalam mengamati kekuatan dan kelemahan intelektual,
mengaktifkan proses ego, konsentrasi dan kontrol diri
(3) Game
Untung-untungan yang bersifat acak dan tidak sengaja

Prosedur Teknik Games


a. Fase Pembukaan
Konselor dengan sikap penerimaan yang baik mempersilahkan dan mengundang konseli
untuk bermain di ruangan yang telah disiapkan. Menurut Paterson (1986) peran konselor
yang pertama dan terpenting adalah menyediakan suatu lingkungan yang secara emosional
permisif dan aman bagi konseli untuk berekspresi.
b. Fase Konseli Bermain
Konseli melakukan aktivitas bermain sesuai dengan minat dan pilihannya yang sudah
disediakan oleh konselor. Konselor menjadi teman bermain, memperhatikan pola perilaku
yang ditampilkan konseli. Konselor perlu memverbalisasikan pengalaman dan pengamatan
konselor terhadap perasaan dan Tindakan.
c. Fase Penutupan
Dalam ruang bermain, seorang anak yang siap mengakhiri konseling kelompok dapat
mengekspresikan kurang minat untuk bermain sehingga mungkin tampak lesu atau bahkan
cepat merasa bosan. Disarankan agar konselor pada sesi sebelum penutupan ada semacam
diskusi apa yang sudah didapatkan dari Teknik games yang sudah dilakukan.

Kelebihan dan Keterbatasan Teknik Games


Kelebihan:
1.Permainan sebagai metode pembelajaran dapat meningkatkan keaktifan dan kreativitas
konseli
2. Dapat memupuk solidaritas dan kerja sama antar konseli saat bermain
3. Dengan bermain materi lebih mengesankan sehingga sukar dilupakan.

Sumber referensi:
Yuliani, L., & Dwikurnaningsih, Y. (2019). Meningkatkan Perilaku Prososial melalui
Layanan Bimbingan Kelompok dengan Menggunakan Teknik Permainan (Games)
pada Anak Asrama Sion Salatiga. Jurnal Pedagogi Dan Pembelajaran, 2(1), 33-39.
Zeky, A. A., & Batubara, J. (2019). Terapi Bermain Menurut Carl Gustav Jung dalam
Mengatasi Permasalahan Anak. Jurnal Al-Taujih: Bingkai Bimbingan dan Konseling
Islami, 5(2), 227-235.
Ifrianti, S. (2015). Implementasi metode bermain dalam meningkatkan hasil belajar IPS di
Madrasah Ibtidaiyah. TERAMPIL: Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Dasar, 2(2),
150-169.

Anda mungkin juga menyukai