Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN KASUS DIETETIK II

PROSES ASUHAN GIZI TERSTANDAR PADA KONDISI


CRITICAL ILL

Dosen Pengampu: Ahmad Syauqy, S. Gz, MPH, PhD

Muti’ah Mustaqimatusy S, S. Gz, M. Gz

Ayu Rahadiyanti, S. Gz, MPH

Mursid Tri Susilo, S. Gz, M. Gizi

Disusun oleh:

Dea Suliyani 22030120120007

Angelia Felga Putri 22030120130053

DEPARTEMEN ILMU GIZI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO

2022
I. Latar Belakang
Tn. Mn merupakan pasien berusia 57 tahun yang datang ke UGD RS Sardjito
dengan keluhan utama perut kencang dan nyeri, mual dan muntah selama 7 hari terakhir
disertai kehilangan nafsu makTn. MnB dan TB Tn. Mn adalah 50 kg dan 169 cm. Suhu
tubuh Tn. Mn 390C dan EER-nya 1886 kkal. Tn. Mn mendapatkan terapi O2 9
liter/menit.

II. Skrining Gizi


1. Pemilihan Metode Skrining
Metode skrining yang digunakan bagi Tn. Mn adalah MST (Malnutrition
Screening Tool). MST merupakan metode skrining tervalidasi yang paling cepat
dan mudah digunakan karena hanya mengandung dua pertanyaan tanpa
membutuhkan data antropometri. Akurasi MST dalam menentukan risiko
malnutrisi pada pasien lansia cukup tinggi, sehingga MST sering digunakan di
berbagai rumah sakit di Indonesia.1,2 Pertanyaan yang terdapat pada MST berkaitan
dengan penurunan berat badan dan nafsu makan. Total skor dari kedua pertanyaan
pada MST dijumlahkan dan diinterpretasikan menjadi berisiko rendah, sedang, dan
tinggi mengalami malnutrisi. Skor 0 – 1 menunjukkan risiko rendah mengalami
malnutrisi, sedangkan skor 2 menunjukkan risiko sedang mengalami malnutrisi.
Skor 3 – 5 menunjukkan risiko tinggi mengalami malnutrisi.
2. Pengisian Kuesioner
Berikut ini adalah pengisian kuesioner MST.

Gambar 1. Pengisian Kuesioner MST

2
3. Kesimpulan Kuesioner
Berdasarkan skrining gizi menggunakan metode skrining MST, Tn. Mn
diketahui berisiko sedang mengalami malnutrisi yang dibuktikan dengan 2 faktor,
yaitu adanya penurunan nafsu makan dan kemungkinan penurunan berat badan.

III. Asesmen Gizi


1. Anthropometric Measurements (AD)
Domain Data Interpretasi
AD-1.1 Riwayat Komposisi Tubuh/Pertumbuhan/Berat Badan
AD-1.1.1 Tinggi badan 169 cm
AD-1.1.4 Berat badan 50 kg
AD-1.1.5 Indeks massa tubuh 17,5 kg/m2 Kurus3
Kesimpulan
Berdasarkan data antropometri, Tn. Mn memiliki status gizi kurus.
2. Nutrition-Focused Physical-Findings (PD)
Domain Data Interpretasi
PD-1.1 Temuan Fisik terkait Gizi
PD-1.1.5 Sistem Perut kecang, nyeri,
pencernaan mual, muntah,
kehilangan nafsu makan
PD-1.1.9 Tanda vital
Suhu tubuh 390C Nilai normal
36 – 37,50C
Interpretasi
Tinggi
Kesimpulan
Berdasarkan temuan fisik terkait gizi, pasien mengalami demam, perut kencang,
nyeri, mual, muntah, dan kehilangan nafsu makan.

3
3. Client History (CH)
Domain Data Interpretasi
CH-1.1 Data Pasien
CH-1.1.1 Usia 57 tahun 1 tahun 3 bulan
CH-1.1.2 Jenis kelamin Pria
CH-2.1 Riwayat Kesehatan terkait Pasien dan Keluarganya
CH-2.1.1 Komplain pasien terkait Perut kencang
gizi dan nyeri, mual
dan muntah,
serta kehilangan
nafsu makan
selama 7 hari
terakhir
CH-2.2 Terapi/Perawatan
CH-2.2.1 Terapi medis Terapi oksigen 9
liter/menit
Kesimpulan
Pasien merupakan pria berusia 57 tahun yang mengeluh perut kencang dan nyeri,
mual dan muntah selama 7 hari terakhir, serta kehilangan nafsu makan.
4. Comparative Standard (CS)
Domain Asupan Kebutuhan Interpretasi
CS-1.1 Estimasi Kebutuhan Energi
CS-1.1.1 Estimasi total - 1886 kkal -
kebutuhan energi
CS-1.1.2 Metode estimasi Estimasi total kebutuhan energi dihitung
dengan menggunakan formula EER.
CS-2.1 Estimasi Kebutuhan Lemak
CS-2.1.1 Estimasi kebutuhan - 50,2 g -
lemak total
CS-2.1.3 Metode estimasi Lemak diberikan sebanyak 24% dari
kebutuhan energi.

4
Domain Asupan Kebutuhan Interpretasi
CS-2.2 Estimasi Kebutuhan Protein
CS-2.2.1 Estimasi kebutuhan - 75 gram -
protein
CS-2.2.3 Metode estimasi Protein diberikan sebanyak 16% dari
kebutuhan energi.
CS-2.3 Estimasi Kebutuhan Karbohidrat
CS-2.3.1 Estimasi kebutuhan - 282,9 gram -
karbohidrat total
CS-2.3.3 Metode estimasi Karbohidrat diberikan sebanyak 60% dari
kebutuhan energi.
CS-2.4 Estimasi Kebutuhan Serat
CS-2.4.1 Estimasi kebutuhan - 26 -
serat gram
CS-2.4.3 Metode estimasi Serat diberikan cukup, yaitu 14 gram/1000
kkal atau 26 gram/1886 kkal.4
CS-3.1 Estimasi Kebutuhan Cairan
CS-3.1.1 Estimasi kebutuhan - 2100 mL -
cairan
CS-3.1.2 Metode estimasi Kebutuhan cairan dihitung menggunakan
rumus Holiday-Seger, diberikan sejumlah
2100 mL.
CS-4.1 Estimasi Kebutuhan Vitamin
A (RE) - 650 -
D (mg) - 15 -
E (mcg) - 15 -
K (mg) - 65 -
Tiamin (mg) - 1,2 -
Riboflavin (mg) - 1,3 -
Niasin (mg) - 16 -
Pantotenat (mg) - 5 -
B6 (mg) - 1,7 -
Folat (mg) - 400 -

5
B12 (mg) - 4 -
Biotin (mcg) - 30 -
C (mg) - 90 -
Metode estimasi Estimasi kebutuhan vitamin ditentukan
berdasarkan usia dan jenis kelamin dengan
menyesuaikan EER Tn. Mn.4
CS-4.2 Estimasi Kebutuhan Mineral
Kalsium (mg) - 1077,7 -
Klorida (mg) - 628,7 -
Zat besi (mg) - 323,3 -
Magnesium (mg) - 8,1 -
Kalium (mg) - 134,7 -
Fosfor (mg) - 9,9 -
Natrium (mg) - 26,9 -
Seng (mg) - 2,1 -
Florida (mg) - 3,6 -
Tembaga (mcg) - 26,0 -
Iodin (mcg) - 4221,0 -
Selenium (mcg) - 1167,5 -
Mangan (mg) - 1886,0 -
Krom (mcg) - 808,3 -
Metode estimasi Estimasi kebutuhan mineral ditentukan
berdasarkan usia dan jenis kelamin dengan
menyesuaikan EER Tn. Mn4
Kesimpulan
Kebutuhan energi pasien adalah 1855,8 kkal/hari dengan karbohidrat, protein,
dan lemak secara berurutan 282,9 gram/hari; 75 gram/hari; 50,2 gram/hari.

6
IV. Diagnosis Gizi
1. NI-5.2 :Malnutrisi berkaitan dengan masalah fisiologis, seperti mual muntah
dan penurunan nafsu makan ditandai dengan IMT di bawah nilai normal (17,5
kg/m2).

V. Intervensi Gizi
1. Perencanaan
1.1. Tujuan
a) Memberikan asupan energi dan protein yang cukup untuk mendukung
kebutuhan metabolisme dan mempertahankan massa tubuh tanpa lemak
b) Mempertahankan berat badan untuk mencegah pemecahan protein otot
1.2. Prinsip Diet
Prinsip diet Tn. Mn yang merupakan pasien critical ill adalah sebagai
berikut.
a) Kebutuhan energi dihitung menggunakan formula EER dengan
mempertimbangkan usia, jenis kelamin, berat badan, tinggi badan, faktor
stres dan tingkat aktivitas fisik untuk mempertahankan berat badan.
Kebutuhan energi pasien adalah 1886 kkal.5
b) Kebutuhan protein diberikan tinggi 1,5-2 g/kgBB. Kebutuhan protein
pasien adalah 1,5 g/kgBB, yaitu 75 gram. Bahan makanan yang dipilih
yaitu sumber glutamin.6
c) Kebutuhan karbohidrat 60–70% dari kebutuhan energi. Kebutuhan
karbohidrat pasien adalah 60% dari kebutuhan energi, yaitu 282,9 g.
d) Kebutuhan lemak 15-40% dari kebutuhan energi total. Kebutuhan lemak
pasien adalah 24% dari kebutuhan energi, yaitu 50,2 gram/hari.
e) Kebutuhan serat 26 gram/hari.
f) Kebutuhan cairan 2100 ml/hari dihitung menggunakan rumus Holiday-
Seger yang disesuaikan dengan berat badan pasien.
g) Hindari makanan olahan, makanan cepat saji, kopi, dan alkohol.
h) Memilih teknik pemasakan dengan cara dipanggang, direbus, dikukus dan
ditumis.
i) Memilih bahan makanan yang rendah lemak dan sumber MCT.6
j) Makanan diberikan dalam porsi kecil dan ditingkatkan setiap hari.
k) Setelah pemberian EN, terapi diet dimulai dalam bentuk cair.

7
Berikut beberapa bahan makanan yang dianjurkan dan perlu dihindari
oleh Tn. Mn.

Tabel 1. Bahan Makanan yang Dianjurkan dan Tidak Dianjurkan

Kelompok Bahan Makanan yang Makanan yang


Makanan Dianjurkan Dihindari
Sumber karbohidrat Nasi, mie, pasta, sereal Donat, pastries
Sumber protein hewani Daging tanpa lemak, Bebek, jeroan, domba,
daging ayam tanpa daging merah, sosis,
lemak, ikan daging putih corned beef, salami,
(ikan kod), telur. babi, dan ikan tinggi
lemak (ikan kembung,
salmon)
Susu/dairy product Susu skim, yoghurt Susu full cream, susu
rendah lemak, keju evaporasi, susu kental
rendah lemak manis, keju cheddar
Kacang-kacangan Semua jenis kacang- -
kacangan
Buah Semua buah kering, Alpukat
kaleng, dan segar
Sayur Semua jenis sayuran Sayuran panggang
Lemak Saus tomat, Mentega, margarin,
mentega/margarin mayonaise
rendah lemak, dan saus
kedelai
Minuman Air mineral, teh, jus Alkohol, kopi
buah
Gula Madu, sirup, gula pasir Selai kacang, selai
cokelat

2. Implementasi
2.1. Pemberian Makan Enteral
a) Jenis formula : Standar polimerik
b) Bentuk makanan : Cair
c) Metode : Continuous feeding
d) Rute : Nasogastrik
e) Waktu : 48 – 72 jam pertama
f) Frekuensi air bilasan : 3 kali sehari setiap 8 jam dengan 94,3 mL air

8
2.2. Pemberian Diet
a) Jenis diet : Diet gizi seimbang dengan penyesuaian bahan
makanan untuk pankreatitis akut
b) Bentuk makanan : Makanan lunak
c) Rute pemberian : Oral
d) Frekuensi : 3 kali makan utama dan 3 kali selingan
3. Menu
3.1. Rancangan Menu

Jenis Bahan Makanan Penukar Energi Lemak Protein Karbohidrat


Karbohidrat 5,0 875 20 200
Protein hewani lemak
3 225 15 21 0
sedang
Protein hewani lemak
2 100 4 14 0
rendah
Protein nabati 3 240 9 18 24
Sayur golongan B 5,0 125 0 5 25
Buah 5 250 0 0 50
Minyak 1,5 75 30
Jumlah 1890 58 78 299

3.2. Rekomendasi Menu


Rekomendasi menu Tn. Mn adalah sebagai berikut.

Tabel 2. Rekomendasi Menu.


Waktu Bahan Berat
Penukar URT Keterangan Kalori
Makan Makanan (gram)
Makaroni
Makaroni 1/2p 1/4 gelas 25 87,5
schootel
2 1/2
Susu kedelai 1/2p 92,5 40
gelas
1 potong
Selingan Daging sapi 1p 35 75
sedang
pagi
Brokoli 1/2p 1/2 gelas 50 12,5
1/2
Mentega 1/2p sendok 7,5 25
makan
Air minum 1 gelas 350
Selingan pagi 240
Beras giling Bubur
1/2p 3/4 gelas 100 87,5
putih kental
Makan Sup tahu
pagi Labu siam 1/2p 1/2 gelas 50 12,5
jahe
Wortel 1/2p 1/2 gelas 50 12,5

9
3/4
Jagung 1/4p potong 31,25 43,75
sedang
1 potong
Tahu 1/2p 50 40
sedang
1 potong Tumis ayam
Daging ayam 1p 40 50
sedang suwir
Selada
2 buah
Pisang 2p 100 100
sedang
Air minum 1 gelas 350
Makan pagi 346,25
Muffin mi
Telur 1p 1 butir 55 75
telur
Mi basah 1/2p 1 gelas 100 87,5
1 potong
Tahu 1/2p 50 40
Selingan sedang
sore Bayam 1/2p 1/2 gelas 50 12,5
3/4 gelas
Wortel 3/4p 75 18,75
sedang
Tomat
Air minum 1 gelas 350
Selingan siang 233,75
Beras giling Bubur
1/2p 3/4 gelas 100 87,5
putih kental
1 potong Teriyaki
Ikan dori 1p 40 50
sedang dori
1 buah
Kentang 1/2p 105 87,5
sedang
Jagung muda 1/2p 1/2 gelas 50 12,5
Makan Tumis
Kacang 3/4 gelas
siang 3/4p 75 kacang 18,75
pajang sedang
panjang
1 potong
Tempe 1/2p 25 40
sedang
Pepaya 1p 1 potong 100 50
1 sendok
Minyak sawit 1p 5 50
teh
Air minum 1 gelas 350
Makan siang 396,25
Setup roti
Roti tawar 1p 2 iris 60 175
tawar
Tepung 2 sendok
Selingan 1/4p 10 43,75
maizena makan
siang
3/4 buah
Mangga 1p 90 50
besar
Air minum 1 gelas 350
Selingan sore 268,75
Bihun 1p 1/2 gelas 50 175
Makan
Wortel 1/2 gelas 50 12,5
malam
Sawi hijau 1/2p 1/2 gelas 50 12,5

10
Telur puyuh 1p 5 butir 55 75
2 1/2
Kacang merah 1p sendok 25 80
makan
Melon 1p 1 potong 90 50
Air minum 1 gelas 350
Makan malam 405
Total kalori 1890

3.4. Pemenuhan Kebutuhan dari Rekomendasi Menu

Rekomendasi Rekomendasi
Rentang
Zat Gizi Menu Menu Interpretasi
Kebutuhan
(DBMP) (Nutrisurvey)
Energi 1886 1890 1885,4 Memenuhi
Karbohidrat
282,9 – 330 299 297,2 Memenuhi
(gram)
Lemak (gram) 31,4 – 83,8 58 43,5 Memenuhi
Protein (gram) 75 – 100 78 82,3 Memenuhi
Serat (gram) 20 - 35 31 Memenuhi
Cairan (gram) 2100 2300 Memenuhi

4. Edukasi Gizi
Tempat Ruang rawat inap Tn. Mn
Durasi 15 menit
Sasaran Pasien dan keluarganya
Topik Pemenuhan asupan gizi pada pasien pasca fase kritis
pankreatitis akut
Tujuan Meningkatkan pengetahuan pasien dan keluarga terkait
pemenuhan asupan gizi pada pasien pasca fase kritis
pankreatitis akut
Metode Ceramah dan tanya jawab
Media Leaflet
Materi 1. Menjelaskan pengetahuan seputar kondisi kritis
pankreatitis akut yang dialami pasien, baik berupa
pengertian, tanda dan gejala, serta cara
pencegahan/penanganannya.

11
2. Memberikan informasi mengenai tips pola hidup sehat
terkait makanan yang dianjurkan dan dihindari untuk
dikonsumsi.
3. Menjelaskan mengenai pentingnya pemenuhan asupan
gizi pada pasien pasca fase kritis pankreatitis akut.
4. Menyampaikan informasi terkait penatalaksanaan diet
yang harus dijalankan.
Rencana 1. Pasien dan keluarga memiliki pengetahuan seputar
Monev kondisi kritis pankreatitis akut.
2. Pasien dan keluarga memahami mengenai makanan yang
dianjurkan dan dihindari untuk dikonsumsi.
3. Pasien dan keluarganya memahami pentingnya
pemenuhan asupan gizi pada pasien pasca fase kritis
pankreatitis akut.
4. Pasien memahami mengenai penatalaksanaan diet yang
harus dijalankan.

5. Konseling Gizi
Sasaran Pasien dan keluarganya
Tujuan 1. Meningkatkan kesadaran dan motivasi, serta membangun
komitmen pasien dan keluarganya dalam melaksanakan
perubahan perilaku yang telah disepakati.
2. Menyelesaikan masalah terkait gizi yang dialami.
Durasi 20-30 menit
Metode Motivational interviewing
Media Leaflet dan lembar DBMP
Materi 1. Cara mengatasi kondisi klinis terkait gizi yang dialami
pasien, seperti mual dan muntah, nyeri perut, serta
penurunan nafsu makan.
2. Contoh makanan dan cara pengolahan yang cocok dengan
kondisi pasien serta memberikan pengetahuan mengenai
bahan makanan yang dianjurkan, dibatasi, dan dihindari
untuk dikonsumsi.

12
3. Penatalaksanaan diet gizi seimbang kepada pasien dan
keluarga.
4. Memberikan motivasi dan dorongan kepada pasien dan
keluarga agar melaksanakan diet dengan benar dan
berkomitmen.
Evaluasi 1. Pasien dan keluarganya memahami terkait masalah gizi
yang sedang dialami, prinsip dan tujuan diet yang
diterapkan, serta menu makanan yang dapat diterapkan.
2. Pasien dan keluarga berkomitmen untuk melaksanakan
intervensi gizi yang telah disepakati.

6. Koordinasi dengan Tenaga Kesehatan Lain


Profesi
Topik Solusi Keterangan
Kesehatan
Penetapan Pemeriksaan Dokter Pemeriksaan fisik,
diagnosis fisik dan pengambilan keputusan
medis pengambilan untuk pemeriksaan
keputusan untuk penunjang, penetapan
pemeriksaan diagnosis medis, dan
penunjang pemberian preskripsi
obat
Rekam medis Pemantauan Perawat Skrining gizi,
dan tanda vital, status pemeriksaan tanda vital
perkembangan biokimia, dan dan laboratorium, serta
fisik/klinis fisik/klinis pemantauan gejala yang
pasien dialami pasien
Pengaturan Pemberian Ahli Gizi Pelaksanaan PAGT
pola makan edukasi dan
yang konseling gizi,
disesuaikan serta
dengan bahan rekomendasi
pangan yang menu
cocok dengan
kondisi pasien

13
VI. Perencanaan Monitoring Dan Evaluasi
1. Food/Nutrition-Related History (FH)
Pelaksanaan dan
Domain Evaluasi Target Capaian
Pelaksana
FH-1.2.2 Asupan Makanan/Minuman
Observasi untuk Selama pemberian Tidak ada distensi
pemberian formula enteral feeding perut, bising usus,
enteral aspirasi, mual dan
muntah, serta kram
perut.
Visual comstock untuk Sesaat setelah Pasien
pemberian makanan makan oleh ahli menghabiskan
secara oral gizi makanan/
minumannya
sebanyak minimal
80%.
FH-3.1.1 Konsumsi Obat-Obatan
Wawancara kepada Setiap hari sesuai Pasien
pasien atau keluarganya dengan waktu mengonsumsi obat-
terkait konsumsi obat- yang ditentukan obat yang
obatan oleh perawat diresepkan oleh
dokter dan
diberikan oleh
perawat dalam
jumlah dan waktu
yang tepat

2. Anthropometric Measurements (AD)

Domain Evaluasi Pelaksanaan Target Capaian

AD 1.1.2 Berat Badan

Memantau berat badan Setiap minggu Mempertahankan BB


pasien setelah kondisi atau tidak terjadi
pasien stabil penurunan BB

14
3. Nutrition-Focused Physical-Findings (PD)
Domain Evaluasi Pelaksanaan Target Capaian
PD-1.1.5 Kondisi Fisik Sistem Pencernaan
Observasi dan Setiap hari oleh Keluhan yang
wawancara terkait perawat atau dirasakan pasien
keluhan perut dokter membaik
kencang, nyeri, mual,
muntah kepada pasien
dan keluarga
PD-1.1.5 Kondisi Fisik Tanda Vital
Suhu tubuh Setiap hari oleh Suhu tubuh pasien
perawat atau normal yaitu 36-37,50C
dokter

VII. Pembahasan
Proses asuhan gizi pada Tn. Mn terdiri dari 4 tahap, yaitu asesmen, diagnosis,
intervensi, dan monitoring-evaluasi. Namun, skrining gizi perlu dilakukan terlebih
dahulu untuk menentukan ada tidaknya risiko malnutrisi pada pasien. Pasien yang
terdeteksi berisiko malnutrisi akan diberi proses asuhan gizi oleh ahli gizi. Skrining gizi
pada Tn. Mn dilakukan dengan menggunakan MST (Malnutrition Screening Tool)
karena keluhan yang dialami Tn. Mn memenuhi seluruh indikator risiko malnutrisi pada
MST, yaitu adanya penurunan nafsu makan dan kemungkinan penurunan berat badan.
MST dapat mendeteksi risiko malnutrisi dengan cepat dan mudah, serta sudah
tervalidasi pada berbagai kondisi, seperti kondisi akut dan subakut.1,2 Berdasarkan hasil
skrining yang telah dilakukan, Tn. Mn berisiko sedang mengalami malnutrisi dengan
total skor skrining yaitu 3.
Proses asuhan gizi diawali dengan asesmen yang terdiri dari antropometri, fisik-
klinis, riwayat pasien, dan standar komparatif. Berdasarkan data client histosy, pasien
diberikan terapi O2 9L/menit. Terapi oksigen merupakan salah satu dari terapi
pernafasan dalam mempertahankan oksigenasi yang adekuat.7 Terapi oksigen ini biasa
diberikan pada pasien critical ill untuk mencegah hipoksemia (saturasi oksigen <90%)
pada pasien dengan, atau berisiko, gangguan pertukaran gas di paru-paru sebagai
prinsip utama perawatan keadaan darurat.8,9 Pemberian terapi oksigen akan dikurangi
secara bertahap saat kondisi pasien telah stabil dan dapat dihentikan ketika telah
mencapai rentang target saturasi oksigen.10 Tujuan dari terapi oksigen pada pasien

15
critical ill, yaitu menstabilkan kondisi pasien, meningkatkan perfusi jaringan dan
mengurangi hipoksemia, dengan tujuan keseluruhan untuk mencegah kerusakan
jaringan dan organ.11
Berdasarkan pengukuran antropometri, Tn. Mn diketahui memiliki tinggi badan
169 cm dan berat badan 50 kg dengan IMT 17,5 kg/m2 yang dikategorikan kurus
menurut klasifikasi nasional. Status gizi kurang yang dialami pasien tersebut bukan
merupakan prioritas masalah yang akan diintervensi melalui terapi gizi karena pasien
berada di unit gawat darurat, sehingga tujuan intervensi gizinya yaitu untuk
mempertahankan fungsi fisiologis dan mencegah malnutrisi lebih lanjut.12 Akan tetapi,
pasien tetap harus meningkatkan berat badannya menuju berat badan ideal setelah
keluar dari rumah sakit karena underweight dapat meningkatkan risiko infeksi dan
menjadi faktor risiko dari pankreatitis akut.13 Penambahan berat badan dapat dilakukan
dengan meningkatkan asupan kalori 300-500 kkal per hari.14
Berdasarkan temuan fisik terkait gizi serta riwayat kesehatan terkait pasien dan
keluarganya, Tn. Mn mengalami demam, perut kencang, nyeri, mual, muntah, dan
kehilangan nafsu makan. Pasien mengalami nyeri perut akut yang didefinisikan sebagai
nyeri yang tidak berasal dari traumatis dengan durasi maksimal 7 hari. Nyeri perut yang
dialami pasien merupakan keluhan umum yang menyebabkan pasien di rawat di UGD.
Nyeri perut akut memiliki diagnosis banding yang luas karena banyak kemungkinan
patologis yang mendasarinya. Oleh karena itu, penilaian pasien dengan nyeri perut di
UGD harus didasarkan pada riwayat pasien, dikombinasikan dengan evaluasi klinis,
laboratorium dan radiologis. Nyeri perut ini dapat disebabkan oleh berbagai kondisi,
alasan paling umum yaitu nyeri perut non spesifik (20-30%), radang usus buntu akut
(10-20%), penyakit bilier akut (10%), divertikulitits akut (5-10%), obstruksi usus (5-
10%), dan pankreatitis akut (4-8%).15 Dari beberapa keluhan yang dialami, nyeri perut
pada pasien diasumsikan karena pankreatitis akut. Diagnosis pankreatitis akut dapat
ditegakkan dari gejala klinis yaitu adanya nyeri perut yang terus menerus dirasakan
pasien dan tidak dipengaruhi oleh posisi dan aktivitas. Gejala umum yang timbul adalah
gejala klasik yaitu nyeri midepigastrik, penurunan nafsu makan, mual dan muntah
disertai demam.16,17 Demam pada pankreatitis akut kemungkinan besar disebabkan oleh
peradangan pankreas yang dimediasi oleh pelepasan sitokin seperti interleukin 1.18
Mual dan muntah yang dialami pasien kemungkinan disebabkan oleh adanya
peningkatan enzim lipase akibat merembesnya lipase dari intestinal pada kondisi

16
inflamasi.19 Mual dan muntah tersebut dapat menyebabkan penurunan nafsu makan
pada pasien, sehingga meningkatkan risiko malnutrisi.20,21
Berdasarkan hasil asesmen Tn. Mn, dapat ditetapkan satu diagnosis gizi, yaitu
malnutrisi dengan etiologi gangguan fisiologis pada saluran cerna ditandai dengan mual
muntah, penurunan nafsu makan, dan IMT di bawah nilai normal (17,5 kg/m2). Masalah
gizi Tn. Mn dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Masalah Gizi Tn. Mn

Apabila ditelusuri dari hasil asesmen, dapat diketahui bahwa akar masalah gizi yang
dialami pasien terdapat pada penurunan asupan makan karena keluhan yang dialami
dan adanya peningkatan kebutuhan energi karena hipermetabolisme yang diinduksi
inflamasi dan/atau komplikasi septik sehingga dapat meningkatkan risiko malnutrisi.22
Oleh karena itu, pasien membutuhkan intervensi terapi gizi untuk mencegah tingkat
keparahan penyakit lebih lanjut. Intervensi diberikan melalui pemberian makanan
secara enteral terlebih dahulu dan dilanjutkan dengan pemberian secara oral. Pemberian
terapi enteral dilakukan karena asupan oral pasien buruk akibat mual, muntah, dan sakit
perut yang terus-menerus. Pemberian nutrisi enteral direkomendasikan untuk mencegah
komplikasi infeksi. Pasien pankreatitis akut tidak direkomendasikan untuk
mengonsumsi makanan secara oral karena dapat menstimulasi nyeri perut akibat sekresi
enzim pankreas menjadi proses autodigestif pada pankreas. Pemberian formula enteral
setidaknya dalam 48 – 72 jam pada pasien pankreatitis akut memberikan dampak
positif, seperti penurunan lama rawat inap, tingkat komplikasi, prognosis, mortalitas,
kegagalan organ, dan efektivitas biaya.23,24 Formula enteral diberikan kepada Tn. Mn
untuk memenuhi kebutuhan gizinya selama berada dalam kondisi kritis. Berdasarkan

17
EER-nya, Tn. Mn diberikan formula enteral polimerik standar sebanyak 1886 mL
secara continuous melalui pipa nasogastrik. Formula enteral polimerik standar melalui
pipa nasogastrik lebih direkomendasikan untuk memenuhi kebutuhan gizi pasien
dengan pankreatitis akut dibandingkan dengan formula parenteral.25 Berdasarkan
perhitungan, feeding rate makanan enteral Tn. Mn adalah 80 mL/jam dengan 3 kali
bilasan/hari @94,3 mL air setiap 8 jam sekali. Kandungan energi, protein, lemak, dan
karbohidrat yang terdapat dalam formula enteral yang diberikan kepada Tn. Mn sudah
sesuai dengan kebutuhan formula enteral bagi Tn. Mn yang mengacu pada formula
enteral polimerik standar, yaitu formula enteral dengan densitas energi 1 – 1,2 kkal/mL;
protein 52 – 54 gram/L; lemak 35 – 40 gram/L; karbohidrat 144 – 164 gram/L.26
Formula enteral polimerik standar lebih direkomendasikan pada kondisi Tn. Mn karena
formula enteral elemental yang disesuaikan dengan kondisi pankreatitis akut terbukti
tidak memberikan manfaat yang lebih baik daripada formula enteral polimerik
standar.27
Kebutuhan gizi Tn. Mn pasca fase kritis pankreatitis akut, umumnya setelah 3 –
5 hari menerima formula enteral, dipenuhi dengan diet oral gizi seimbang. Diet gizi
seimbang disesuaikan dengan komposisi rendah lemak (<30% dari total energi) dan
bahan makanan yang cocok untuk pankreatitis akut. Pada pasien pankreatitis akut,
kadar lemak diberikan rendah karena nyeri perut yang dialami berhubungan dengan
kadar trigliserida di atas 500 mg/dL.22 Makanan oral diberikan dalam porsi kecil yang
dimulai dari bentuk makanan lunak dan dapat ditingkatkan konsistensinya segera
setelah pasien dapat mentolerir dengan lebih baik. Adapun beberapa pertimbangan
dalam pemberian makanan secara oral pada pankreatitis akut yaitu harus memenuhi
kebutuhan kalori, protein, vitamin, dan mineral; tidak merangsang autodigestive di
pankreas; memilih bahan makanan sumber MCT karena dapat mencegah atrofi mukosa
usus dan mencegah translokasi bakteri dari usus; dan sumber glutamin untuk
memperbaiki defisiensi glutamin pada pankreatitis akut. Kekurangan glutamin juga
dapat diperbaiki dengan infus glutamin parenteral.6 Contoh bahan makanan sumber
Medium Chain Triglycerides (MCT) antara lain minyak kelapa, minyak kelapa sawit,
kacang kedelai, dan susu sapi.28 Contoh bahan makanan sumber glutamin yaitu daging
merah, ayam, produk susu, telur, biji-bijian, dan ikan.29
Selain melalui pemberian diet, pasien dan keluarga pasien juga diberikan
intervensi berupa edukasi dan konseling gizi untuk meningkatkan pengetahuan terkait
penyakit yang dialami, penatalaksanaan diet, serta meningkatkan kesadaran dan
18
motivasi dalam menerapkan diet. Selain memberikan intervensi gizi, koordinasi dengan
tenaga kesehatan lain seperti dokter, perawat, dan apoteker juga diperlukan agar
manajemen intervensi berjalan lancar dan tujuan dapat tercapai. Setelah pasien
diberikan intervensi, monitoring dan evaluasi dilakukan untuk memantau
perkembangan pasien terkait asupan makanan/minuman dan obat-obatan, berat badan,
serta kondisi fisik/klinis pasien. Monitoring pemberian makanan enteral dilakukan
dengan cara observasi untuk mengetahui apakah terdapat bising usus, aspirasi,
mual/muntah, kembung, dan kram perut pada pasien. Monitoring pada pemberian
makanan enteral sangat penting untuk mendeteksi komplikasi potensial dan untuk
menilai terapi diet yang diberikan sehingga dapat dilakukan tindakan dalam upaya
mengoptimalkan pemberian makanan enteral. Pada Tn. Mn, terapi enteral diberikan
dengan metode kontinyu sehingga pemantauan keberhasilan yang dapat dilakukan yaitu
dengan mengecek gejala kembung/distensi yang dirasakan atau teraba pada
pasien.30Asupan makanan/minuman yang diberikan secara oral setelah kondisi pasien
stabil, dievaluasi sesaat setelah makan oleh ahli gizi dengan metode visual comstock
dan wawancara, sedangkan konsumsi obat-obatan dievaluasi setiap hari oleh perawat
dengan wawancara. Asupan makanan/minuman diharapkan habis dikonsumsi minimal
80%. Kondisi fisik Tn. Mn diharapkan berkurang dalam keluhan lemas, muntah,
stomatitis, dan fimosis dengan sudah dilaksanakannya perawatan, pengobatan, dan
pemenuhan asupan gizi sesuai dengan kebutuhan dan kondisi Tn. Mn. Monitoring dan
evaluasi Tn. Mn memerlukan koordinasi antara tenaga kesehatan, terutama ahli gizi,
dokter, dan perawat.

19
VIII. Penutup
1. Simpulan
Tn. Mn, seorang pria berusia 57 tahun, berdasarkan skrining gizi MST
berisiko mengalami malnutrisi. Tn. Mn mengalami penurunan asupan karena nyeri
perut, mual, dan muntah. Terapi oksigen 9 liter/menit diberikan kepada Tn. Mn
untuk mencegah hipoksemia dalam kondisi kritis. Tn. Mn diberikan diet gizi
seimbang dengan penyesuaian penyakit pankreatitis akut. Pada saat kritis, Tn. Mn
diberikan formula enteral secara continuous melalui nasogastric tube, kemudian
bertahap hingga makanan lunak. Bahan makanan yang dipilih untuk Tn. Mn
diutamakan rendah lemak dan tinggi protein. Keluarga Tn. Mn juga diberikan
edukasi dan konseling gizi seputar pemenuhan asupan gizi dan cara mengatasi
permasalahan terkait gizi pada pasien pasca fase kritis pankreatitis akut. Monitoring
dan evaluasi dilakukan secara sinergis antara ahli gizi, perawat, dan dokter.
2. Saran
Asuhan gizi pada Tn. Mn tidak hanya membutuhkan koordinasi dan
sinergisitas antara tenaga kesehatan, seperti ahli gizi, perawat, dan dokter, tetapi
juga pasien dan keluarganya, sehingga motivasi dan keterlibatan pasien beserta
keluarganya sangatlah dibutuhkan untuk kelancaran proses asuhan gizi.

20
IX. Lampiran
1. Leaflet DBMP

21
2. Leaflet Edukasi

22
3. Perhitungan Kebutuhan Gizi

Energy to Maintain Actual Body Weight


EER = 1886 kkal

Proporsi Makronutrien
Karbohidrat = 60% x RMR
= 60% x 1886 kkal
Karbohidrat (kkal) = 1131,6 kkal
Karbohidrat (gram) = 282,9 g
Protein = 1,5 g/kgBB
= 1,5 x 50
Protein (gram) = 75 g (16% RMR)
Lemak = 24% x RMR
= 24% x 1886 kkal
Lemak (kkal) = 452,64 kkal
Lemak (gram) = 50,2 g
Serat = 14 gram per 1000 kkal
Serat (gram) = 26 g
Cairan = 1500 + (BB – 20) x 20)
= 1500 + (50 – 20) x 20)
Cairan (ml) = 2100 mL

Perhitungan Kebutuhan Gizi dari Formula Enteral


EER (kkal) = 1886
Protein = 1,5 – 2 gram/kg BB
Protein (gram) = 75 – 100
Lemak = 35 – 40 gram per L formula enteral yang diberikan
Lemak (gram) = 63 – 72
Karbohidrat = 144 – 164 gram per L formula enteral yang diberikan
Karbohidrat (gram) = 259,2 – 292,5
Cairan = 1 mL/kkal
Cairan (mL) = 1886 mL

Perhitungan Formula Enteral


Formula yang diperlukan = 1886 kkal/1 kkal/mL
Formula yang diperlukan
= 1886
(mL)
Feeding rate = 1886 mL / 24 jam
Feeding rate (mL/jam) = 79, dibulatkan ke 80
Energy load = feeding rate x 24-h x energy density
= 80 mL/jam x 24 jam x 1 kkal/mL
Energy load (kkal) = 1920
grams protein in 1 L formula x L formula provided in a
Protein load =
day
= 53 grams/mL x 1,88 mL
Protein load (gram) = 98
Fat load = grams fat in 1 L formula x L formula provided in a day
= 38 grams x 1,88 mL

23
Fat load (gram) = 71
grams carbs in 1 L formula x L formula provided in a
Carbohydrate load =
day
= 154 grams x 1,88 mL
Carbohydrate load (gram) = 290
Fluid load = 85% H2O
= %85 x 1886 mL
Fluid load (mL) = 1603
Air bilasan = 1886 mL - 1603 mL
Air bilasan (mL) = 283
Air bilasan dalam
= 94,3 mL 3 kali sehari setiap 8 jam
frekuensi

X. Perhitungan Kandungan Gizi Rekomendasi Menu

=============================================================
Analysis of the Food Record
=============================================================
Food Amount Energy Carbohydr.
____________________________________________________________________

In between
Makaroni 25 g 88,3 kcal 17,7 g
Susu kedelai unisoy 10 g 43,3 kcal 5,0 g
Daging sapi 28 g 75,3 kcal 0,0 g
Broccoli fresh cooked 50 g 11,6 kcal 0,9 g
Mentega 4g 28,4 kcal 0,0 g
Drinking water 350 g 0,0 kcal 0,0 g

Meal analysis: energy 246,8 kcal (13 %), carbohydrate 23,6 g (8 %)

Breakfast
Bubur nasi 120 g 87,5 kcal 19,2 g
Labu siam mentah 50 g 10,0 kcal 2,2 g
Carrot fresh 50 g 12,9 kcal 2,4 g
Jagung kuning pipil baru 31,25 g 33,8 kcal 7,8 g
Tahu 50 g 38,0 kcal 0,9 g
Daging ayam 18 g 51,3 kcal 0,0 g
Pisang ambon 100 g 92,0 kcal 23,4 g
Drinking water 350 g 0,0 kcal 0,0 g

Meal analysis: energy 325,5 kcal (17 %), carbohydrate 55,9 g (19 %)

In between
Telur ayam 50 g 77,6 kcal 0,6 g
Mie basah 62 g 87,4 kcal 17,5 g
Tahu 50 g 38,0 kcal 0,9 g
Bayam segar 50 g 18,5 kcal 3,7 g
Carrot fresh 50 g 12,9 kcal 2,4 g

24
Drinking water 350 g 0,0 kcal 0,0 g

Meal analysis: energy 234,4 kcal (12 %), carbohydrate 25,1 g (8 %)

Lunch
Bubur nasi 120 g 87,5 kcal 19,2 g
Ikan segar 52 g 51,0 kcal 0,0 g
Kentang 94 g 87,4 kcal 20,3 g
Jagung muda berjanggel 21 g 12,4 kcal 2,9 g
Kacang panjang mentah 54 g 18,8 kcal 4,3 g
Tempe kedele murni 20 g 39,8 kcal 3,4 g
Minyak kelapa sawit 5,8 g 50,0 kcal 0,0 g
Pepaya 128 g 49,9 kcal 12,5 g
Drinking water 350 g 0,0 kcal 0,0 g

Meal analysis: energy 396,8 kcal (21 %), carbohydrate 62,6 g (21 %)

In between
Roti tawar 65 g 178,0 kcal 33,7 g
Tepung maizena 11,5 g 43,8 kcal 10,5 g
Mangga harum manis 77 g 50,1 kcal 13,1 g
Drinking water 350 g 0,0 kcal 0,0 g

Meal analysis: energy 271,9 kcal (14 %), carbohydrate 57,3 g (19 %)

Dinner
Bihun 46 g 175,2 kcal 42,0 g
Carrot fresh 50 g 12,9 kcal 2,4 g
Sawi hijau 83 g 12,5 kcal 1,7 g
Telur puyuh 41 g 75,8 kcal 0,6 g
Kacang merah 25 g 83,8 kcal 15,1 g
Melon fresh 130 g 49,7 kcal 10,8 g
Drinking water 350 g 0,0 kcal 0,0 g

Meal analysis: energy 410,0 kcal (22 %), carbohydrate 72,6 g (24 %)

=============================================================
Result
=============================================================
Nutrient Analysed Recommended Percentage
Content Value Value/Day Fulfillment
_____________________________________________________________________
Energy 1885,4 kcal 2036,3 kcal 93 %
Carbohydr. 297,2 g(63%) 290,7 g(> 55 %) 102 %
Protein 82,3 g(17%) 60,1 g(12 %) 137 %
Fat 43,5 g(20%) 69,1 g(< 30 %) 63 %
Dietary fiber 31,0 g 30,0 g 103 %
Sodium 762,8 mg 2000,0 mg 38 %
Water 2395,9 g 2700,0 g 89 %

25
Vit. A 3886,2 µg 800,0 µg 486 %
Retinol 367,9 µg - -
Vit. B1 1,2 mg 1,0 mg 120 %
Vit. B2 1,4 mg 1,2 mg 118 %
Biotine 12,7 µg 45,0 µg 28 %
Vit. B6 2,5 mg 1,2 mg 206 %
Se 0,0 µg - -
Tot. Fol.acid 493,6 µg 400,0 µg 123 %
Pantoth. Acid 7,7 mg 6,0 mg 129 %
Vit. B12 4,3 µg 3,0 µg 143 %
Vit. C 231,5 mg 100,0 mg 231 %
Vit. D 8,4 µg 5,0 µg 167 %
Vit. E (eq.) 7,3 mg 12,0 mg 61 %
Iron 21,5 mg 15,0 mg 144 %
Niacineequiv. 2,1 mg 13,0 mg 16 %
Calcium 725,3 mg 1000,0 mg 73 %
Vit. K 148,0 µg 60,0 µg 247 %
Iodine 72,8 µg 200,0 µg 36 %
Manganese 4,0 mg 3,5 mg 114 %
Cholesterol 641,3 mg - -
Phosphorus 1154,5 mg 700,0 mg 165 %
Potassium 3910,6 mg 3500,0 mg 112 %
Zinc 11,6 mg 7,0 mg 165 %
Copper 2,6 mg 1,3 mg 204 %
Chlorine 180,9 mg - -
Magnesium 473,7 mg 310,0 mg 153 %

26
XI. Daftar Pustaka

1. Ernawati A. Comparison of Effectiveness in Malnutrition Risk Assessment


Between MST ( Malnutrition Screening Tool) and MNA-SF (Mini Nutritional
Short Form) Reviewed from Body Mass Index. In: 1st International Respati
Health Conference (IRHC). 2019. p. 73–6.

2. Leipold CE, Bertino SB, L’Huillier HM, Howell PM, Rosenkotter M.


Validation of the Malnutrition Screening Tool for use in a Community
Rehabilitation Program. Nutr Diet. 2018;75(1):117–22.

3. Kementrian Kesehatan RI. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


Nomor 41 Tahun 2014 Tentang Pedoman Gizi Seimbang. 2014.

4. Kementrian Kesehatan RI. Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan untuk


Masyarakat Indonesia. 2019.

5. Gerrior S, Juan WY, Basiotis P. An easy approach to calculating estimated


energy requirements. Prev Chronic Dis. 2006;3(4):4–7.

6. Gunarsa RG, Gani RA, Syam AF. Nutrition Management on Acute Pancreatitis.
Indones J Gastroenterol Hepatol. 2007;8(1):16–9.

7. Triwijayanti A, Samiasih A AD. Studi Deskriptif Pemberian Oksigen Dengan


Head Box Terhadap Peningkatan Saturasi Oksigen Pada Neonatus Di Ruang
Perinatalogi Rumah Sakit Islam Kendal. In: Prosiding Konferensi Nasional II
PPNI Jawa Tengah. 2014. p. 270–3.

8. Kane B, Decalmer S, O’Driscoll BR. Emergency oxygen therapy: From


guideline to implementation. Breathe. 2013;9(4):247–54.

9. Angus D. Oxygen Therapy for the Critically Ill. N Engl J Med. 2014;2:1–2.

10. Practices C. Oxygen Therapy – Inpatient & STOT Ordering Oxygen Therapy –
Inpatient & STOT Ordering. 2019;1–21.

11. Budinger GRS, Mutlu GM. Balancing the risks and benefits of oxygen therapy
in critically ill adults. Chest. 2013;143(4):1151–62.

12. Management T, Emergencies M, Sur- C, Associated AS, Countries D. Nutrition


in emergencies: WFP experiences and challenges. Food Nutr Bull.

27
2006;27(1):57–66.

13. Choi YH, Han K Do, Cho IR, Lee IS, Ryu JK, Kim YT, et al. Underweight Is
Associated with a Higher Risk of Acute Pancreatitis in Type 2 Diabetes: A
Nationwide Cohort Study. J Clin Med. 2022;11(19).

14. Katan MB, Ludwig DS. Extra calories cause weight gain - But how much? Jama.
2010;303(1):65–6.

15. Fagerström A, Paajanen P, Saarelainen H, Ahonen-Siirtola M, Ukkonen M,


Miettinen P, et al. Non-specific abdominal pain remains as the most common
reason for acute abdomen: 26-year retrospective audit in one emergency unit.
Scand J Gastroenterol. 2017;52(10):1072–7.

16. Irmayanti, Ibrahim Abd Samad, Mutmainnah. Pankreatitis Akut. Green Med J.
2019;1(1):139–54.

17. Pribadi RR, Efiyanti C, Zakaria R, Syam AF, Nainggolan L. Diagnosis of Acute
Pancreatitis as a Complication of Weil ’ s Disease. 2012;13(3):181–4.

18. Bohidar NP, Garg PK, Khanna S, Tandon RK. Incidence, etiology, and impact
of fever in patients with acute pancreatitis. Pancreatology. 2003;3(1):9–13.

19. Johnson A, Cluskey B, Hooshvar N, Tice D, Devin C, Kao E, et al. Significantly


Elevated Serum Lipase in Pregnancy with Nausea and Vomiting: Acute
Pancreatitis or Hyperemesis Gravidarum? Case Rep Obstet Gynecol.
2015;2015:1–4.

20. Nurcahyadi IPA. Pankreatitis Akut Dengan Serum Amilase 1071.90U/ L Dan
Serum Lipase 1111.00U/L: Sebuah Laporan Kasus. Bagian/SMF Ilmu Penyakit
Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/RSUP Sanglah Denpasar.
2014. p. 1–7.

21. Suzana S, Boon PC, Chan PP, Normah CD. Malnutrition risk and its association
with appetite, functional and psychosocial status among elderly malays in an
agricultural settlement. Malays J Nutr. 2013;19(1):65–76.

22. Lakananurak N, Gramlich L. Nutrition management in acute pancreatitis:


Clinical practice consideration. World J Clin Cases. 2020;8(9):1561–73.

28
23. Ramanathan M, Aadam AA. Nutrition Management in Acute Pancreatitis. Nutr
Clin Pract. 2019;34(S1):S7–12.

24. Yao H, He C, Deng L, Liao G. Enteral versus parenteral nutrition in critically


ill patients with severe pancreatitis: a meta-analysis. Eur J Clin Nutr.
2018;72(1):66–8.

25. De Waele E, Malbrain MLNG, Spapen HD. How to deal with severe acute
pancreatitis in the critically ill. Curr Opin Crit Care. 2019;25(2).

26. Mundi MS, Patel J, McClave SA, Hurt RT. Current perspective for tube feeding
in the elderly: From identifying malnutrition to providing of enteral nutrition.
Clin Interv Aging. 2018;13:1353–64.

27. Endo A, Shiraishi A, Fushimi K, Murata K, Otomo Y. Comparative


effectiveness of elemental formula in the early enteral nutrition management of
acute pancreatitis: a retrospective cohort study. Ann Intensive Care.
2018;8(1):1–8.

28. Jadhav HB, Annapure US. Triglycerides of medium-chain fatty acids: a concise
review. J Food Sci Technol. 2022;(0123456789).

29. Ma W, Heianza Y, Huang T, Wang T, Sun D, Zheng Y, et al. Dietary glutamine,


glutamate and mortality: Two large prospective studies in US men and women.
Int J Epidemiol. 2018;47(1):311–20.

30. Purnomo R, Setyowati S, Effend C. Gambaran Pemberian Makanan Enteral


Pada Pasien Dewasa Di RSUP Dr. Sarjito Yogyakarta. J Keperawatan
Soedirman (The Soedirman J Nursing). 2008;3(3):144–8.

29

Anda mungkin juga menyukai