1. Permintaan pasien IGD untuk dirawat inap yang sebenarnya pasien bisa diobservasi dan rawat
jalan. Hal ini menyebabkan peningkatan hari perawatan pasien yang dapat menimbulkan infeksi
nosokomial. Saat dokter penanggung jawab pasien menyatakan kondisi pasien sudah baik dan bisa
pulang atau perawatan di rumah, banyak keluarga yang merasa pasien dan keluarga di rumah
masih belum siap untuk dipulangkan menjalani perawatan di rumah. Padahal pasien tersebut
secara klinis sudah dinyatakan baik dan mampu untuk dilakukan perawatan di rumah oleh dokter.
Keluarga memberikan alasan yang bermacam-macam seperti, kurangnya kesiapan tenaga dan
fasilitas di rumah, kurangnya ketrampilan dan pengetahuan keluarga tentang merawat pasien di
rumah, kondisi pasien yang dirasa keluarga masih lemah dan sakit. Hal ini bisa menyebabkan
pasien rentan tertular atau terjangkit infeksi bakteri nosokomial pada ruang perawatan yang dapat
memperburuk kondisi klinis pasien.
2. Kurang pahamnya pasien dan keluarga pasien mengenai sistem triage yang digunakan dalam
prosedur penanganan pasien saat masuk di Instalasi Gawat Darurat (IGD). Dimana sistem Triase
ini digunakan untuk menentukan pasien mana yang akan mendapat penanganan lebih dulu di ruang
Instalasi Gawat Darurat rumah sakit. Sistem triase ini dibagi menjadi beberapa kategori yang
dibedakan oleh warna dan disesuaikan dengan kondisi kegawatdaruratan pasien. Proses triase atau
penentuan pasien prioritas di IGD bertujuan untuk mendapatkan urutan penanganan berdasarkan
tingkat kegawatdaruratan pasien, seperti kondisi cedera ringan, cedera berat yang bisa mengancam
nyawa lebih cepat, atau sudah meninggal.
Ada 4 kategori warna dalam sistem triase IGD dan setiap warna memiliki arti masing-masing yang
disesuaikan dengan kondisi pasien.
1. Pasien dengan kategori merah adalah pasien prioritas pertama yang membutuhkan pertolongan
segera. Contoh pasien dengan kategori ini adalah pasien cedera kepala berat, luka bakar tingkat 3,
serangan asma akut, serangan jantung, atau syok anafilaktik.
Pasien dengan kondisi tersebut biasanya akan ditempatkan di area khusus, yaitu area resusitasi.
2. Pasien dengan kategori kuning juga membutuhkan tindakan segera, hanya saja tidak dalam
kondisi kritis. Contoh pasien dengan kategori ini adalah korban kecelakaan dengan luka robek.
Penanganan dan perawatan terhadap pasien akan dilakukan di area khusus tindakan.
3. Pasien dengan kategori hijau umumnya mengalami cedera ringan dan masih mampu berjalan
serta mencari pertolongan sendiri, misalnya luka lecet setelah kecelakaan atau demam tinggi tetapi
kondisi vital stabil. Pasien dengan kategori hijau biasanya akan ditempatkan di ruang observasi.
4. Kategori hitam hanya diperuntukkan bagi pasien yang sudah tidak mungkin ditolong lagi atau
sudah meninggal ketika dibawa ke IGD.
Dengan dasar inilah penanganan pasien di IGD dilakukan, namun karena kurang pahamnya
keluarga dan pasien dengan sistem triase ini, masih banyak keluarga ataupun pasien yang marah-
marah karena merasa tidak langsung mendapatkan perawatan saat sampai di IGD apalagi ketika
pasien di IGD banyak. Sehingga hal ini dapat mengganggu ketenangan dan menghambat dalam
proses penanganan pasien IGD.
3. Kurangnya edukasi cuci tangan enam langkah pada keluarga dalam perawatan pasien di IGD.
Keluarga pasien masih belum begitu memahami dengan benar tentang langkah-langkah cuci
tangan enam langkah yang harus diterapkan saat menjaga dan merawat pasien di rumah sakit. Hal
ini disebabkan oleh kurangnya edukasi tenaga perawat terhadap keluarga pasien saat penerimaan
pasien baru di IGD. Cuci tangan enam langkah jika tidak diterapkan dengan benar dapat
menyebabkan tertularnya pasien dengan infeksi nosokomial.
Analisis USG
No ISU U S G Total
1 Permintaan pasien IGD untuk dirawat inap yang sebenarnya 3 3 4 10
pasien bisa diobservasi dan rawat jalan.
2 Kurang pahamnya pasien dan keluarga pasien mengenai 3 4 4 11
sistem triage yang digunakan dalam prosedur penanganan
pasien saat masuk di Instalasi Gawat Darurat (IGD).
3 Kurangnya edukasi cuci tangan enam langkah pada keluarga 4 4 4 12
dalam perawatan pasien IGD berkaitan dengan peningkatan
infeksi nosokomial.
Kurangnya penerapan cuci tangan enam langkah dengan benar pada keluarga saat menjaga dan
merawat pasien di rumah sakit terlihat dengan kurangnya keluarga pasien yang datang ke wastafel
tempat cuci tangan dan kurangnya juga keluarga pasien yang menggunakan handrub cuci tangan yang
disediakan di IGD.
Dampak yang terjadi jika cuci tangan enam langkah tidak diterapkan dengan benar dapat
menyebabkan tertularnya pasien dengan infeksi nosokomial. Infeksi nosokomial bisa disebabkan oleh
virus, bakteri, dan parasit atau jamur yang ada di rumah sakit. Beberapa jenis infeksi nosokomial di
rumah sakit yang paling umum ditemukan adalah Pneumonia, Sepsis (infeksi aliran darah), Infeksi
saluran kemih, Infeksi luka operasi.
E. Penyebab-penyebab Isu
MANUSIA SARANA
LINGKUNGAN METODE
F. Alternatif Pemecahan Masalah atau Ide