Anda di halaman 1dari 9

TANGGUNG JAWAB DAN TANGGUNG GUGAT

A. Hak Dan Kewajiban pekerja Tambang:


Hak Pekerja Tambang:
1. Hak untuk hidup, selamat dan sehat sesuai konsep Good Mining Practice; Selamat
sehat dan terhindar dari penyakit akibat kerja atau prinsip K3 Pertambangan.
2. Hak untuk mendapatkan alat pelindung diri (APD) sesuai dengan jenis dan resiko
pekerjaan yang dikerjakan.
3. Hak untuk mendapatkan pendidikan, pembinaan terkait kompetansi serta
kemampuan dalam kegiatan usaha pertambangan, serta pemerikasaan kesahatan
secara berkala minimal 1 kali satu tahun sesuai sifat dan jenis pekerjaan tambang yag
dikerjakannya.

Kewajiban
1. Pekerja tambang wajib mentaati segala peraturan dan ketentuan terkait masalah
perundangan dibidang pertambangan dan peraturan K3, KO dan lingkungan.
2. Pekerja tambang selama bekerja wajib memperhatikan keselamatan dirinya, orang
lain yang bekerja disekitarnya, peralatan yang digunakan serta kondisi lingkungan
akibat adanya kegiatan pertambangan.
3. Wajib memberikan keterangan sebenar-banarnya apabila dimintai keterangan
kepada pihak terkait dalam rangka penegakan aturan pertambanganan (KAIT,
Inspektur Tambang, pejabat Pengawas Produksi, Penyidik Lingkugan, Pengawas
Tenaga Kerja dan Kepolisian) sesuai ranah tugas dan tanggung jawabnya

B. Tugas dan tanggung jawab Pengawas Operasional meliputi:


1. Bertanggung jawab kepada KTT/PTL untuk keselamatan dan kesehatan semua
pekerja tambang yang menjadi bawahannya;
2. Melaksanakan inspeksi, pemeriksaan, dan pengujian;
3. Bertanggung jawab kepada KTT/PTL atas keselamatan, kesehatan, dan kesejahteraan
dari semua orang yang ditugaskan kepadanya; dan
4. Membuat dan menandatangani laporan pemeriksaan, inspeksi, dan pengujian.

C. Fungsi dan Peranan Pengawas;


Fungsi
1. Sebagai penghubung/Mediator antara manajemen dengan karyawan dilapangan
2. Mampu menggerakkan para karyawan menuju tujuan perusahaan
3. Memotivasi agar selalu produktif dan bekerja dengan aman

Peranan
4. Menggerakkan bawahan untuk kerja produktif
5. Memahami kebutuhan bawahan dan atasan
6. Mengetahui apa yang sedang dilakukan bawahan
7. Mengetahui kondisi tempat kerja dan alat yang dipakai
8. Memberikan bimbingan, pelatihan, nasehat
9. Sebagai person yang loyal, memiliki sensitifitas, komunikasi, kerjasama
10. Mempunyai Filosofi dasar safety, kebijakan K3, tanggungjawab K3
PERATURAN K3 PERTAMBANGAN
Hierarki dasar Hukum Pertambangan

UU terbaru : UU Minerba No. 3 Thn 2020

PP No. 96 Thn. 2021


Tentang Kegiatan Usaha
Pertambangan
Minerba
DASAR-DASAR LINGKUNGAN
A. Kegiatan tambang menghasilkan limbah
1. LIMBAH PADAT
a. Limbah Domestik (Workshop, Mess, Klinik, dll)
b. Limbah Workshop (Accu bekas, majun, battrey bekas, filter)
c. Tailing
2. LIMBAH CAIR
a. Limbah Domestik (workshop, mess, klinik, site, dll)
b. Limbah Tambang (run off, limbah hasil pengolahan)
3. LIMBAH GAS
a. Emisi Bergerak (kendaraan bermotor, alat berat)
b. Emisi Tidak Bergerak (cerobong pabrik)

B. Pengertian:
• Settling Pond : Merupakan kolam yang berfungsi untuk mengolah air hasil kegiatan
pertambangan yang mengandung limbah cair agar kondisinya sebelum dilepas
kebadan air diluar wilayah tambang sudah memenuhi baku mutu lingkungan yang
dipersyaratkan pemerintah. Melalui mekanisme fisika (pengendapan), Kimia
(penambahan zat kimia) dan biologi (penguraian dengan organoisme)
• Tailing Dam/Pond : Merupakan kolam yang berfungsi untuk
mengolah limbah batuan ataupun tanah halus sisa hasil pengolahan (penggerusan
dan ekstraksi) mineral berharga (tembaga, emas, perak, dsb)
• Oil trap : Sistem pengolahan limbah B3 yang bertujuan memisahkan
oli dengan air agar tidak keluar dan mencemari lingkungan.
• Amdal : Analisis mengenai dampak lingkungan hidup adalah kajian
mengenai dampak penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada
lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang
penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan.
• UKL – UPL : Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya
Pemantauan Lingkungan Hidup (UKL-UPL) adalah pengelolaan dan pemantauan
terhadap Usaha dan/atau Kegiatan yang tidak berdampak penting terhadap
lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang
penyelenggaraan Usaha dan/atau Kegiatan.
• Air Asam Tambang : Air asam tambang adalah air yang bersifat asam
(pH rendah dibawah 5) akibat oksidasi mineral sulfida pada kegiatan pertambangan.
Terbentuk akibat pengaruh oksidasi alamiah mineral sulfida (mineral belerang) yang
terkandung dalam batuan yang terpapar selama penambangan kemudian masuk ke
sistem penyaliran tambang.
Dikendalikan dengan (1). metode pemisahan material pembentuk AAT (PAF) dengan
(NAF), (2). Penambahan material kapur untuk mengikat material PAF dan (3).
Mengisolasi salah satu unsur (Mineral Sulfida, Air dan Udara)pembentuk AAT agar
tidak tejadi kontak/reaksi.

• Reklamasi adalah kegiatan yang dilakukan sepanjang tahapan


usaha pertambangan untuk menata, memulihkan, dan memperbaiki kualitas
lingkungan dan ekosistem agar dapat berfungsi kembali sesuai peruntukannya.

• Kegiatan Pascatambang, yang selanjutnya disebut Pascatambang, adalah kegiatan


terencana, sistematis, dan berlanjut setelah akhir sebagian atau seluruh kegiatan
usaha pertambangan untuk memulihkan fungsi lingkungan alam dan fungsi sosial
menuruT kondisi lokal di seluruh wilayah pertambangan.
JOB SAFETY ANALYSIS
A. Langkah Membuat JSA
• MEMILIH PEKERJAAN
• MENGURAIKAN
• IDENTIFIKASI BAHAYA
• MENGENDALIKAN

B. Tujuan Penggunaan JSA


• ORIENTASI PEKERJA BARU/TUGAS BARU
• PELATIHAN PENGAWAS BARU
• INSTRUKSI TUGAS YANG BENAR
• OBSERVASI TUGAS YANG TERENCANA
• PERTEMUAN KELOMPOK/SAFETY TALK
• PELATIHAN KETERAMPILAN
• ORIENTASI TUGAS/PEKERJAAN YANG JARANG DILAKUKAN
IBPR (IDENTIFIKASI BAHAYA PENILAIAN RESIKO)
A. Bahaya: Sesuatu Yang Berpotensi Mengakibatkan Kerusakan / Cidera
Resiko : Kemungkinan cidera / kerusakan yang dapat terjadi dari suatu bahaya

B. Tujuan, Jenis dan fungsi penggunaan APD


Alat Pelindung Diri merupakan alat/sarana yang bertujuan untuk melindungi diri kontak
dengan bahaya dan mengurangi resiko yang lebih parah jika terjadi kecelakaan. Jenisnya
disesuaiakan dengan anggota badan yang akan dilindungi berupa:
KEPALA : Helm Safety
MATA DAN MUKA : Kacamata, Mask Shield, Bee Net
TELINGA / ALAT PENDENGARAN : Ear Plug, Ear Muff
HIDUNG /ALAT PERNAFASAN : Masker
TANGAN : Sarung Tangan
KAKI : Sepatu Safety
BADAN : Rompi Reflector, Baju Anti Api, Baju Anti Radiasi, Jas
: Hujan, Pelampung

C. Kekerapan : Jumlah perulangan dari kejadian berkali-kali, cara perhitungannya dalam


pengendalian resiko dibuat dalam tabel yang diberi nilai dan selanjutnya di buat matriks
sesuai total nilai kekerapan
D. Keparahan : Tingkat kerugian yang ditimbulkan, biasanya memiliki tingkatan, rendah,
sedang sampai tinggi

• Hirarki / Langkah Pengendalian Bahaya


Ada beberapa kelompok kontrol/hirarki yang dapat dibentuk untuk
menghilangkan atau mengurangi bahaya K3, yakni :
1. Primary Control Methode / Engineering Control
Pengendalian meliputi modifikasi peralatan (Rekayasa Teknik), seperti
mensubstistusi dengan proses yang kurang bahaya (lock Out), Mengganti proses
untuk mengurangi pemaparan, Melindungi proses sehingga bahaya tidak tertuju
pada pekerja, memasang alat peringatan,dll
2. Seconday Control Methode/Administrative control
Pengendalian bahaya berupa variasi proses managemen seperti Pemilihan staff,
pembatasan jam kerja, merotasi dan mengatur scheedul kerja karyawan agar
tidak terlalu terpapar bahaya tempat kerja
3. Tertiary Control Methode / Work Practice
Pengendalian yang meliputi praktek-praktek kerja yang sesuai dengan bentuk
prosedur yang tepat dan pelatihan (training) untuk memastikan bahwa para
pekerja mengetahui bagaimana mengenal dan menghindari bahaya.
4. Alat Proteksi Diri (APD)
Pengendalian ini dipilih sebagai langkah terakhir dalam pengendalian bahaya.
APD/PPE (Personal Protective Equipment) juga dimanfaatkan untuk
pengendalian bahaya jangka pendek (short term exposure).
INSPEKSI
A. Tata Cara Pelaporan Kebakaran
- Menghubungi Call Centre Keadaan Darurat
- Menyebut identitas pelapor
- Menyampaikan Lokasi Kejadian secara detail
- Pengamanan Lokasi
- Pananggualangan dini kebakaran sambil menunggu tim fire rescue datang
- Evakuasi

B. Pengamatan Total merupakan sistem pengamatan dengan memaksimalkan panca indra,


yaitu:
1. Mata Untuk Melihat Kondisi dan tindakan tidak aman
2. Telinga untuk mendengar suara tidak normal
3. Hidung untuk mencium bau tidak normal
4. Kulit untuk merasakan getaran atau temperature tidak normal
5. Mulut untuk mengecap (merasa)

C. Objek Inspeksi/pengamatan seorang pengawas adalah:


1. Penggunaan APD
2. Posisi Orang/Pekerja Tambang
3. Reaksi Orang/Pekerja tambang
4. Perkakas dan Peralatan
5. Tata Cara Prosedur Kerja yang aman.

D. Yang di Inspeksi pada aspek Peralatan/Perkakas


• SUDAH SESUAI DENGAN PEKERJAAN YANG DILAKUKAN
• SUDAH DIPERGUNAKAN DENGAN BENAR
• APAKAH AMAN KONDISINYA
INVESTIGASI
A. Tujuan dilakukannya Investigasi kecelakaan adalah mencari fakta-fakta dan
penyebab terjadinya kecelakaan sehingga dapat diambil tindakan pencegahan agar
kecelakaan yang sama tidak terulang lagi,
Sesuai dengan LAMPIRAN III KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA
MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 1827 K/30/MEM/2018 TANGGAL : 7 Mei
2018. Semua Kecelakaan dan kejadian berbahaya dilakukan penyelidikan oleh KTT,
PTL, atau Inspektur Tambang berdasarkan pertimbangan KaIT/Kepala Dinas atas nama
KaIT. KTT/PTL segera melakukan Penyelidikan terhadap semua kecelakaan dan kejadian
berbahaya dalam waktu tidak lebih dari 2 x 24 jam.
Kecelakaan Berakibat Cidera Berat atau Mati Harus Sesegara mungkin dilaporkan
ke Kepala Inspektur Tambang (KaIT)

B. Terdapat 3 (tiga) Kategori Cidera akibat kecelakaan tambang berdasarkan Kepmen


ESDM Nomor 1827 K/30/MEM/2018 yang dicatat dalam buku daftar kecelakaan
tambang sebagai berikut:

1) Cidera Ringan
Cidera akibat kecelakaan tambang yang menyebabkan pekerja tambang tidak mampu
melakukan tugas semula lebih dari 1 (satu) hari dan kurang dari 3 (tiga) minggu,
termasuk hari minggu dan hari libur.
2) Cidera Berat
a. Cidera akibat kecelakaan tambang yang menyebabkan pekerja tambang tidak
mampu melakukan tugas semula selama sama dengan atau lebih dari 3 (tiga)
minggu termasuk hari minggu dan hari libur;
b. Cidera akibat kecelakaan tambang yang menyebabkan pekerja tambang cacat
tetap (invalid); dan
c. Cidera akibat kecelakaan tambang tidak tergantung dari lamanya pekerja
tambang tidak mampu melakukan tugas semula, tetapi mengalami seperti salah
satu di bawah ini:
i. Keretakan tengkorak, tulang punggung, pinggul, lengan bawah sampai ruas
jari, lengan atas, paha sampai ruas jari kaki, dan lepasnya tengkorak bagian
wajah;
ii. Pendarahan di dalam atau pingsan disebabkan kekurangan oksigen;
iii. Luka berat atau luka terbuka/terkoyak yang dapat mengakibatkan
ketidakmampuan tetap; atau
iv. Persendian yang lepas dimana sebelumnya tidak pernah terjadi.
3) Mati ; Kecelakaan tambang yang mengakibatkan pekerja tambang mati akibat
kecelakaan tersebut.
C. Sesuai dengan LAMPIRAN III KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA
MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 1827 K/30/MEM/2018 TANGGAL : 7 Mei
2018:
Kecelakaan tambang memenuhi 5 (lima) unsur, terdiri atas:
1) Benar-benar terjadi, yaitu tidak diinginkan, tidak direncanakan, dan tanpa unsur
kesengajaan;
2) Mengakibatkan cidera pekerja tambang atau orang yang diberi izin oleh kepala
teknik tambang (KTT) atau penanggung jawab teknik dan lingkungan (PTL);
3) Akibat kegiatan usaha pertambangan atau pengolahan dan/atau pemurnian atau
akibat kegiatan penunjang lainnya;
4) Terjadi pada jam kerja pekerja tambang yang mendapat cidera atau setiap saat
orang yang diberi izin; dan
5) Terjadi di dalam wilayah kegiatan usaha pertambangan atau Wilayah proyek.
D. Definisi:
- Korban : Orang yang mengalami Cedera/Luka/Mati akibat dari kecelekaan
- Saksi Langsung : Orang yang melihat langsung kejadian kecelakaan
- Saksi Tidak Langsung : Orang yang tidak melihat langsung kejadian kecelakaan
tapi mengetahui (Ahli) / berkompeten memberikan pendapat terkait kejadian
kecelakaan
E. Cara Dokumentasi Fakta Kecelakaan
• Pengecekan Lokasi (TKP)
• Deskripsi kecelakaan
• Sketsa& peta
• Photo-photo
• Wawancara saksi
• Uji material /Analisa bagian tdk berfungsi
• Uji peralatan
• Cek catatan-catatan
• Rekontruksi

F. Prinsip Laporan hasil Investigasi


• Pelaporan; jelas, sistematis, mudah dimengerti
• Menjelaskan Bagaimana, Apa dan Siapa yang terlibat kecelakaan
• Menguraikan penyebab kecelakaan sampai ke akar masalah (Penyebab Dasar,
Penyebab Langsung dan Kendali Manajemen)
• Rekomendasi/koreksi; jelas dan terinci

G. Penyebab langsung kecelakaan adalah Terdiri dari dua, yaitu: Tindakan Tidak Aman
(Unsafe Action) dan Kondisi Tidak Aman (Unsafe Condition) contoh dari;
• Tindakan Tidak Aman
o Mengerjakan Pekerjaan Yang Tidak Sesuai Dengan Skill / Keterampilan
o Tidak menguasai bidang pekerjaan tersebut. Karena dapat menimbulkan
kesalahan dan kecelakaan dikemudian hari. Contoh : Seorang petugas
mesin tidak menguasai bagian pada mesin seperti tombol kerja alat karena
berpoteni salah tekan dan mengakibatkan kecelakaan yang sangat fatal.
o Bekerja tanpa APD
• Kondisi Tidak Aman
o Batu menggantung pada front penambangan,
o Alat digunakan tidak memiliki pengaman,
o Tempat kerja kurang pencahayan
o Tingkat kebisingan tinggi,
o tidak ada rambu-rambu di tempat kerja,
o Tidak ada SOP.

H. Tanggap pada keadaan darurat yang wajib dilakukan oleh pengawas:


❖ Pengendalian pada tempat kejadian
❖ Pertolongan pertama dan panggilan pelayanan darurat
❖ Pengendalian terhadap potensi kecelakaan kedua yang kemungkinan terjadi
❖ Identifikasi sumber dan fakta fakta
❖ Lindungi fakta-fakta dari perubahan, penggantian dan pemindahan
❖ Investigasi
❖ Laporan

I. KTT dapat mengubah keadaan tempat dan kondisi peralatan akibat kecelakaan (TKP)
untuk tujuan:
1. Melakukan evakuasi/memberi pertolongan kepada korban
2. Untuk kepentingan pekerjaan, akan tetapi sebelumnya harus mendapat
persetujuan Kepala Inspektur Tambang

J. Teori Domino : Teori untuk menjelaskan hubungan sebab akibat dan factor-faktor yang
mempengaruhi terjadinya kecelakaan, terdiri atas :
Domino 1 = Kendali Manajemen
Domino 2 = Penyebab dasar (berkaitan factor pribadi dan factor pekerjaan
Domino 3 = Penyebab langsung (Tindakan dan Kondisi Tidak Aman ; Ditemukan di TKP)
Domino 4 = Kontak / Kecelakaan
Domino 5 = Kerugian yang diderita.
SAFETY MEETING
A. Pelaksanaan Safety Meeting yang Baik
1. Prepare,
Pikirkan, tulis, baca, dengarkan, organisasikan dan praktekkan yang anda katakan.
2. Pinpoint
Sederhanakan bicara, fokus terhadap hal safety dari pekerjaan.
3. Personalize
Bicara langsung ke masing-masing personel.
4. Picturize
Visualkan apa-apa yang anda sampaikan
5. Prescribe
Pastikan anda menyampaikan secara tepat kepada pendengar anda apa yang seharusnya
dan tidak seharusnya dilakukan agar mereka dan rekan kerjanya selamat dan tepat.

B. Safety talk/tool box meeting adalah pertemuan pada satu kelompok kerja yang dipimpin
oleh pengawas, untuk membahas masalah keselamatan dan kesehatan kerja (K3) atau
pertemuan tentang pengenalan atau penanganan hazard/bahaya pada tempat kerja.

Anda mungkin juga menyukai