Kewajiban
1. Pekerja tambang wajib mentaati segala peraturan dan ketentuan terkait masalah
perundangan dibidang pertambangan dan peraturan K3, KO dan lingkungan.
2. Pekerja tambang selama bekerja wajib memperhatikan keselamatan dirinya, orang
lain yang bekerja disekitarnya, peralatan yang digunakan serta kondisi lingkungan
akibat adanya kegiatan pertambangan.
3. Wajib memberikan keterangan sebenar-banarnya apabila dimintai keterangan
kepada pihak terkait dalam rangka penegakan aturan pertambanganan (KAIT,
Inspektur Tambang, pejabat Pengawas Produksi, Penyidik Lingkugan, Pengawas
Tenaga Kerja dan Kepolisian) sesuai ranah tugas dan tanggung jawabnya
Peranan
4. Menggerakkan bawahan untuk kerja produktif
5. Memahami kebutuhan bawahan dan atasan
6. Mengetahui apa yang sedang dilakukan bawahan
7. Mengetahui kondisi tempat kerja dan alat yang dipakai
8. Memberikan bimbingan, pelatihan, nasehat
9. Sebagai person yang loyal, memiliki sensitifitas, komunikasi, kerjasama
10. Mempunyai Filosofi dasar safety, kebijakan K3, tanggungjawab K3
PERATURAN K3 PERTAMBANGAN
Hierarki dasar Hukum Pertambangan
B. Pengertian:
• Settling Pond : Merupakan kolam yang berfungsi untuk mengolah air hasil kegiatan
pertambangan yang mengandung limbah cair agar kondisinya sebelum dilepas
kebadan air diluar wilayah tambang sudah memenuhi baku mutu lingkungan yang
dipersyaratkan pemerintah. Melalui mekanisme fisika (pengendapan), Kimia
(penambahan zat kimia) dan biologi (penguraian dengan organoisme)
• Tailing Dam/Pond : Merupakan kolam yang berfungsi untuk
mengolah limbah batuan ataupun tanah halus sisa hasil pengolahan (penggerusan
dan ekstraksi) mineral berharga (tembaga, emas, perak, dsb)
• Oil trap : Sistem pengolahan limbah B3 yang bertujuan memisahkan
oli dengan air agar tidak keluar dan mencemari lingkungan.
• Amdal : Analisis mengenai dampak lingkungan hidup adalah kajian
mengenai dampak penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada
lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang
penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan.
• UKL – UPL : Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya
Pemantauan Lingkungan Hidup (UKL-UPL) adalah pengelolaan dan pemantauan
terhadap Usaha dan/atau Kegiatan yang tidak berdampak penting terhadap
lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang
penyelenggaraan Usaha dan/atau Kegiatan.
• Air Asam Tambang : Air asam tambang adalah air yang bersifat asam
(pH rendah dibawah 5) akibat oksidasi mineral sulfida pada kegiatan pertambangan.
Terbentuk akibat pengaruh oksidasi alamiah mineral sulfida (mineral belerang) yang
terkandung dalam batuan yang terpapar selama penambangan kemudian masuk ke
sistem penyaliran tambang.
Dikendalikan dengan (1). metode pemisahan material pembentuk AAT (PAF) dengan
(NAF), (2). Penambahan material kapur untuk mengikat material PAF dan (3).
Mengisolasi salah satu unsur (Mineral Sulfida, Air dan Udara)pembentuk AAT agar
tidak tejadi kontak/reaksi.
1) Cidera Ringan
Cidera akibat kecelakaan tambang yang menyebabkan pekerja tambang tidak mampu
melakukan tugas semula lebih dari 1 (satu) hari dan kurang dari 3 (tiga) minggu,
termasuk hari minggu dan hari libur.
2) Cidera Berat
a. Cidera akibat kecelakaan tambang yang menyebabkan pekerja tambang tidak
mampu melakukan tugas semula selama sama dengan atau lebih dari 3 (tiga)
minggu termasuk hari minggu dan hari libur;
b. Cidera akibat kecelakaan tambang yang menyebabkan pekerja tambang cacat
tetap (invalid); dan
c. Cidera akibat kecelakaan tambang tidak tergantung dari lamanya pekerja
tambang tidak mampu melakukan tugas semula, tetapi mengalami seperti salah
satu di bawah ini:
i. Keretakan tengkorak, tulang punggung, pinggul, lengan bawah sampai ruas
jari, lengan atas, paha sampai ruas jari kaki, dan lepasnya tengkorak bagian
wajah;
ii. Pendarahan di dalam atau pingsan disebabkan kekurangan oksigen;
iii. Luka berat atau luka terbuka/terkoyak yang dapat mengakibatkan
ketidakmampuan tetap; atau
iv. Persendian yang lepas dimana sebelumnya tidak pernah terjadi.
3) Mati ; Kecelakaan tambang yang mengakibatkan pekerja tambang mati akibat
kecelakaan tersebut.
C. Sesuai dengan LAMPIRAN III KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA
MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 1827 K/30/MEM/2018 TANGGAL : 7 Mei
2018:
Kecelakaan tambang memenuhi 5 (lima) unsur, terdiri atas:
1) Benar-benar terjadi, yaitu tidak diinginkan, tidak direncanakan, dan tanpa unsur
kesengajaan;
2) Mengakibatkan cidera pekerja tambang atau orang yang diberi izin oleh kepala
teknik tambang (KTT) atau penanggung jawab teknik dan lingkungan (PTL);
3) Akibat kegiatan usaha pertambangan atau pengolahan dan/atau pemurnian atau
akibat kegiatan penunjang lainnya;
4) Terjadi pada jam kerja pekerja tambang yang mendapat cidera atau setiap saat
orang yang diberi izin; dan
5) Terjadi di dalam wilayah kegiatan usaha pertambangan atau Wilayah proyek.
D. Definisi:
- Korban : Orang yang mengalami Cedera/Luka/Mati akibat dari kecelekaan
- Saksi Langsung : Orang yang melihat langsung kejadian kecelakaan
- Saksi Tidak Langsung : Orang yang tidak melihat langsung kejadian kecelakaan
tapi mengetahui (Ahli) / berkompeten memberikan pendapat terkait kejadian
kecelakaan
E. Cara Dokumentasi Fakta Kecelakaan
• Pengecekan Lokasi (TKP)
• Deskripsi kecelakaan
• Sketsa& peta
• Photo-photo
• Wawancara saksi
• Uji material /Analisa bagian tdk berfungsi
• Uji peralatan
• Cek catatan-catatan
• Rekontruksi
G. Penyebab langsung kecelakaan adalah Terdiri dari dua, yaitu: Tindakan Tidak Aman
(Unsafe Action) dan Kondisi Tidak Aman (Unsafe Condition) contoh dari;
• Tindakan Tidak Aman
o Mengerjakan Pekerjaan Yang Tidak Sesuai Dengan Skill / Keterampilan
o Tidak menguasai bidang pekerjaan tersebut. Karena dapat menimbulkan
kesalahan dan kecelakaan dikemudian hari. Contoh : Seorang petugas
mesin tidak menguasai bagian pada mesin seperti tombol kerja alat karena
berpoteni salah tekan dan mengakibatkan kecelakaan yang sangat fatal.
o Bekerja tanpa APD
• Kondisi Tidak Aman
o Batu menggantung pada front penambangan,
o Alat digunakan tidak memiliki pengaman,
o Tempat kerja kurang pencahayan
o Tingkat kebisingan tinggi,
o tidak ada rambu-rambu di tempat kerja,
o Tidak ada SOP.
I. KTT dapat mengubah keadaan tempat dan kondisi peralatan akibat kecelakaan (TKP)
untuk tujuan:
1. Melakukan evakuasi/memberi pertolongan kepada korban
2. Untuk kepentingan pekerjaan, akan tetapi sebelumnya harus mendapat
persetujuan Kepala Inspektur Tambang
J. Teori Domino : Teori untuk menjelaskan hubungan sebab akibat dan factor-faktor yang
mempengaruhi terjadinya kecelakaan, terdiri atas :
Domino 1 = Kendali Manajemen
Domino 2 = Penyebab dasar (berkaitan factor pribadi dan factor pekerjaan
Domino 3 = Penyebab langsung (Tindakan dan Kondisi Tidak Aman ; Ditemukan di TKP)
Domino 4 = Kontak / Kecelakaan
Domino 5 = Kerugian yang diderita.
SAFETY MEETING
A. Pelaksanaan Safety Meeting yang Baik
1. Prepare,
Pikirkan, tulis, baca, dengarkan, organisasikan dan praktekkan yang anda katakan.
2. Pinpoint
Sederhanakan bicara, fokus terhadap hal safety dari pekerjaan.
3. Personalize
Bicara langsung ke masing-masing personel.
4. Picturize
Visualkan apa-apa yang anda sampaikan
5. Prescribe
Pastikan anda menyampaikan secara tepat kepada pendengar anda apa yang seharusnya
dan tidak seharusnya dilakukan agar mereka dan rekan kerjanya selamat dan tepat.
B. Safety talk/tool box meeting adalah pertemuan pada satu kelompok kerja yang dipimpin
oleh pengawas, untuk membahas masalah keselamatan dan kesehatan kerja (K3) atau
pertemuan tentang pengenalan atau penanganan hazard/bahaya pada tempat kerja.