Anda di halaman 1dari 6

MENGGALI INFORMASI TENTANG CALON DEBITUR

Oleh: Muhammad Isa, ST, MM

Aktivitas yang dilakukan berulang-ulang disebut dengan kebiasaan. Kebiasaan yang


dilakukan berulang-ulang akan menjadi karakter. Karakter bisa didefinisikan sebagai keadaan watak
atau sifat dari calon debitur baik dalam kehidupan pribadi, lingkungan sosial maupun dalam
lingkungan usahanya. Pengecekan karakter dilakukan untuk mengukur sampai sejauh mana iktikad
baik calon debitur untuk memenuhi kewajibannya dalam membayar angsuran secara disiplin. Banyak
debitur yang sebenarnya mampu membayar angsuran pembiayaannya namun tidak memiliki kemauan
yang kuat dan bertanggung jawab dalam membayarnya. Oleh karena itu penyelidikan karakter calon
debitur penting untuk dilakukan sejak awal dari pengajuan pembiayaan. Misalnya dalam melengkapi
berkas pembiayaan, ketika calon nasabah bertele-tele dan terkesan sulit untuk melengkapinya maka
hal ini mengindikasikan bahwa calon debitur akan sulit atau malas dalam memenuhi kewajibannya
atau mungkin saja ia berniat memanipulasi data.
Karakter tidak dapat diketahui secara pasti. sedangkan orang yang kembar identik pun belum
tentu karakternya sama. Orang yang telah saling mengenal bertahun-tahun pun belum tentu pasti
kejujurannya dapat dipegang. Yang dapat kita lakukan hanyalah mengetahui kebiasaan-kebiasaan
calon debitur sehingga kita dapat memperkirakan karakternya apakah layak diberikan pembiayaan
atau tidak. Secara singkat ada tiga metode yang dapat dilakukan untuk mengetahui informasi tentang
nasabah dan karakternya. Dengan metode ini diharapkan akan dapat meminimalisir risiko bisnis dan
mempersempit ruang error dalam mengukur karakter.
1. Bertemu langsung dengan calon debitur
Sebelum bertemu dengan calon debitur maka perlu dipersiapkan kelengkapan dokumen calon
debitur agar kita punya gambaran tentang calon debitur dan gambaran usahanya secara ringkas. Perlu
disiapkan dokumen KTP, Kartu keluarga, Legalitas usaha maupun hasil BI checking. Di samping itu
pada saat bertemu calon debitur di lokasi usahanya, pembicaraan dapat langsung fokus pada
informasi yang kita butuhkan dan tidak bertele-tele karena biasanya calon debitur pun tidak punya
banyak waktu karena harus mengelola usahanya.
Dokumen BI checking dapat membuktikan apakah calon debitur tidak memiliki, sedang memiliki
atau pernah memiliki pinjaman atau pembiayaan di lembaga lain. Berdasarkan BI checking ini kita
dapat melakukan uji kejujuran. Jika jawaban calon debitur sesuai dengan hasil BI checking maka ini
merupakan indikasi yang baik, namun jika sebaliknya jawaban calon debitur tidak sesuai dengan
hasil BI checking Hal ini dapat menjadi indikasi awal yang kurang baik. Oleh karena itu hal ini perlu
ditindaklanjuti dengan mengumpulkan bukti-bukti lain yang lebih akurat.
Ketika di lapangan kita menemukan perbedaan antara data di dokumen dengan data di lapangan
maka calon debitur harus memberikan alasan yang jelas mengenai penyebab perbedaan data tersebut.
Perbedaan data tersebut biasanya data di KTP, dokumen jaminan, kartu keluarga, akte kelahiran dan
lainnya yang kadang-kadang berbeda satu sama lain. Dalam hal ini ini petugas bank dapat meminta
dokumen pendukung tambahan misalnya surat keterangan dari kepala desa yang yang menegaskan
perbedaan data tersebut pada dasarnya adalah data yang sama.
Dalam mewawancarai calon debitur, pertama perlu diperhatikan apakah kondisi tempat usaha
calon debitur cukup kondusif untuk dilakukan wawancara terhadap calon debitur. Usahakan tidak
terlalu ramai agar kita bisa menciptakan suasana yang santai dan tidak terkesan menginterogasi.
Sehingga calon debitur lebih leluasa dalam menceritakan tentang diri pribadi, keluarga, usahanya
maupun kehidupan sosialnya. Wawancara cukup dilaksanakan lebih kurang 1 jam dan dilakukan
oleh minimal 2 orang dari bagian yang berbeda yaitu mewakili bagian bisnis dan risiko.
Berdasarkan saran dari para ahli psikologi usahakan posisi kita berada sedikit di sebelah kiri
posisi calon debitur pada saat wawancara. Perhatikan bola mata calon debitur dalam menjawab
pertanyaan. jika gerakan bola mata calon debitur banyak bergerak ke kiri maka jawabannya
kemungkinan besar sesuai dengan fakta. tetapi jika gerakan bola mata banyak bergerak ke kanan
maka jawabannya kemungkinan besar tidak sesuai dengan fakta karena jawabannya berdasarkan
logika dan cenderung hasil rekayasa otak kanan. Tidak ada standar baku jumlah pertanyaan yang
harus dilontarkan kepada calon debitur, semuanya tergantung kondisi di lapangan. Usahakan
melontarkan beberapa pertanyaan yang redaksinya berbeda namun tujuannya sama. Jika jawaban
calon debitur cukup konsisten maka hal tersebut menunjukkan salah satu indikator karakter yang
baik.
Wawancara dapat dilakukan sambil melihat-lihat barang-barang dagangan yang ada. Perhatikan
mayoritas jenis barang dagangan dan pastikan perputaran usaha cukup baik. Jika barang yang laku
kurang dari 30% dari total persediaan maka usaha tersebut bisa diindikasikan perputarannya kurang
lancar. Indikasi lainnya misalnya bungkus minyak goreng yang kelihatan kusam, gula pasir yang
mengeras dan lembab, beras yang banyak kutunya, kondisi stok barang yang berdebu dan lain
sebagainya.
Sebaiknya wawancara dilakukan ketika pasangan suami-istri calon debitur berada di tempat
usaha. Sesekali kita dapat langsung mengkonfirmasi kebenaran jawaban calon debitur kepada
pasangannya. Pertanyaan kepada pasangan calon debitur tidak harus seputar usaha, tetapi bisa juga
tentang keluarga, lingkungan sosial, asal daerah dan sebagainya. Kita perlu juga mengetahui apakah
calon debitur termasuk orang yang taat beragama, misalnya kita dapat bertanya tentang kepedulian
membayar zakat, bersedekah maupun kegiatan keagamaan lainnya. Dengan melakukan hal ini
setidaknya kita bisa mengukur tingkat kepatuhan calon debitur terhadap aturan.

2. Menggali informasi dari pihak ketiga


Kita dapat memilih pihak ketiga yang akan menjadi sumber informasi, tentunya haruslah
berkompeten dan bisa dipercaya. Contohnya kepala pasar, petugas retribusi pasar, ketua kelompok
pedagang, rekan-rekan sesama pedagang, pemasok, Ketua RT, kelompok pengajian, kepala desa
dan sebagainya. Harus dipastikan juga bahwa pihak ketiga tersebut bebas dari kepentingan pribadi
agar informasi yang diperoleh lebih objektif dan mencerminkan kondisisebenarnya. Kepada pihak
ketiga perlu dijelaskan tentang maksud dan tujuan kita melakukan konfirmasi. Hal ini penting karena
terkadang pihak ketiga merasa takut untuk memberikan informasi karena akan dilibatkan ketika
terjadi masalah dengan calon debitur di kemudian hari. Jelaskan juga bahwa kita sangat berterima
kasih atas informasi jujur yang diberikan. Sebaiknya kita harus menyusun daftar pertanyaan yang
akan ditanyakan sehingga wawancara dapat berjalan dengan efisien.
Pada praktiknya di lapangan seringkali ditemukan beberapa kendala dalam menggali
informasi tentang calon debitur. Misalnya calon debitur adalah keluarga dekat kepala desa atau
lurah, sehingga informasi yang diperoleh ada kemungkinan menyimpang dari yang sebenarnya,
maka pilihlah pihak ketiga yang power-nya nya setara dengan lurah atau kepala desa tersebut. Jika
calon debitur merupakan tokoh yang sangat dihormati dilingkungannya, maka usahakan jangan
sampai pihak ketiga merasa takut memberikan informasi yang benar. Jika pihak ketiga merupakan
pedagang yang usahanya sejenis dengan calon debitur maka pastikan informasi yang diberikan adalah
benar dan bukan karena “iri” atau karena unsur persaingan usaha.

3. membaca hasil BI checking


Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan telah menyediakan aplikasi sistem
informasi debitur yang berguna untuk menggali informasi riwayat pembiayaan maupun
pinjaman calon debitur. Petugas bank bagian pembiayaan dapat memanfaatkan aplikasi ini
untuk menggali informasi tentang riwayat pembiayaan maupun pinjaman yang pernah
dilakukan oleh calon debitur. Tentunya aplikasi ini ini harus digunakan secara bertanggung
jawab dan digunakan sebagaimana mestinya. biasanya pada setiap kantor bank diberikan
wewenang untuk mengoperasikan aplikasi ini kepada seorang atau lebih petugas bank yang
ditunjuk. Petugas tersebut diberikan ID dan kata sandi tertentu, sehingga dengan demikian
penyalahgunaan aplikasi ini dapat diminimalisir. Pada laporan BI checking ini akan terlihat
pembiayaan yang pernah dilakukan oleh calon debitur, kolektibilitasnya, sisa pinjamannya,
agunannya, kapan mulai pencairan pembiayaan, dan informasi lainnya. Berikut ini contoh
laporan BI checking yang membantu pihak bank untuk mengumpulkan informasi tentang
calon debitur:

Anda mungkin juga menyukai