Aktivitas yang dilakukan berulang-ulang disebut dengan kebiasaan. Kebiasaan yang
dilakukan berulang-ulang akan menjadi karakter. Karakter bisa didefinisikan sebagai keadaan watak atau sifat dari calon debitur baik dalam kehidupan pribadi, lingkungan sosial maupun dalam lingkungan usahanya. Pengecekan karakter dilakukan untuk mengukur sampai sejauh mana iktikad baik calon debitur untuk memenuhi kewajibannya dalam membayar angsuran secara disiplin. Banyak debitur yang sebenarnya mampu membayar angsuran pembiayaannya namun tidak memiliki kemauan yang kuat dan bertanggung jawab dalam membayarnya. Oleh karena itu penyelidikan karakter calon debitur penting untuk dilakukan sejak awal dari pengajuan pembiayaan. Misalnya dalam melengkapi berkas pembiayaan, ketika calon nasabah bertele-tele dan terkesan sulit untuk melengkapinya maka hal ini mengindikasikan bahwa calon debitur akan sulit atau malas dalam memenuhi kewajibannya atau mungkin saja ia berniat memanipulasi data. Karakter tidak dapat diketahui secara pasti. sedangkan orang yang kembar identik pun belum tentu karakternya sama. Orang yang telah saling mengenal bertahun-tahun pun belum tentu pasti kejujurannya dapat dipegang. Yang dapat kita lakukan hanyalah mengetahui kebiasaan-kebiasaan calon debitur sehingga kita dapat memperkirakan karakternya apakah layak diberikan pembiayaan atau tidak. Secara singkat ada tiga metode yang dapat dilakukan untuk mengetahui informasi tentang nasabah dan karakternya. Dengan metode ini diharapkan akan dapat meminimalisir risiko bisnis dan mempersempit ruang error dalam mengukur karakter. 1. Bertemu langsung dengan calon debitur Sebelum bertemu dengan calon debitur maka perlu dipersiapkan kelengkapan dokumen calon debitur agar kita punya gambaran tentang calon debitur dan gambaran usahanya secara ringkas. Perlu disiapkan dokumen KTP, Kartu keluarga, Legalitas usaha maupun hasil BI checking. Di samping itu pada saat bertemu calon debitur di lokasi usahanya, pembicaraan dapat langsung fokus pada informasi yang kita butuhkan dan tidak bertele-tele karena biasanya calon debitur pun tidak punya banyak waktu karena harus mengelola usahanya. Dokumen BI checking dapat membuktikan apakah calon debitur tidak memiliki, sedang memiliki atau pernah memiliki pinjaman atau pembiayaan di lembaga lain. Berdasarkan BI checking ini kita dapat melakukan uji kejujuran. Jika jawaban calon debitur sesuai dengan hasil BI checking maka ini merupakan indikasi yang baik, namun jika sebaliknya jawaban calon debitur tidak sesuai dengan hasil BI checking Hal ini dapat menjadi indikasi awal yang kurang baik. Oleh karena itu hal ini perlu ditindaklanjuti dengan mengumpulkan bukti-bukti lain yang lebih akurat. Ketika di lapangan kita menemukan perbedaan antara data di dokumen dengan data di lapangan maka calon debitur harus memberikan alasan yang jelas mengenai penyebab perbedaan data tersebut. Perbedaan data tersebut biasanya data di KTP, dokumen jaminan, kartu keluarga, akte kelahiran dan lainnya yang kadang-kadang berbeda satu sama lain. Dalam hal ini ini petugas bank dapat meminta dokumen pendukung tambahan misalnya surat keterangan dari kepala desa yang yang menegaskan perbedaan data tersebut pada dasarnya adalah data yang sama. Dalam mewawancarai calon debitur, pertama perlu diperhatikan apakah kondisi tempat usaha calon debitur cukup kondusif untuk dilakukan wawancara terhadap calon debitur. Usahakan tidak terlalu ramai agar kita bisa menciptakan suasana yang santai dan tidak terkesan menginterogasi. Sehingga calon debitur lebih leluasa dalam menceritakan tentang diri pribadi, keluarga, usahanya maupun kehidupan sosialnya. Wawancara cukup dilaksanakan lebih kurang 1 jam dan dilakukan oleh minimal 2 orang dari bagian yang berbeda yaitu mewakili bagian bisnis dan risiko. Berdasarkan saran dari para ahli psikologi usahakan posisi kita berada sedikit di sebelah kiri posisi calon debitur pada saat wawancara. Perhatikan bola mata calon debitur dalam menjawab pertanyaan. jika gerakan bola mata calon debitur banyak bergerak ke kiri maka jawabannya kemungkinan besar sesuai dengan fakta. tetapi jika gerakan bola mata banyak bergerak ke kanan maka jawabannya kemungkinan besar tidak sesuai dengan fakta karena jawabannya berdasarkan logika dan cenderung hasil rekayasa otak kanan. Tidak ada standar baku jumlah pertanyaan yang harus dilontarkan kepada calon debitur, semuanya tergantung kondisi di lapangan. Usahakan melontarkan beberapa pertanyaan yang redaksinya berbeda namun tujuannya sama. Jika jawaban calon debitur cukup konsisten maka hal tersebut menunjukkan salah satu indikator karakter yang baik. Wawancara dapat dilakukan sambil melihat-lihat barang-barang dagangan yang ada. Perhatikan mayoritas jenis barang dagangan dan pastikan perputaran usaha cukup baik. Jika barang yang laku kurang dari 30% dari total persediaan maka usaha tersebut bisa diindikasikan perputarannya kurang lancar. Indikasi lainnya misalnya bungkus minyak goreng yang kelihatan kusam, gula pasir yang mengeras dan lembab, beras yang banyak kutunya, kondisi stok barang yang berdebu dan lain sebagainya. Sebaiknya wawancara dilakukan ketika pasangan suami-istri calon debitur berada di tempat usaha. Sesekali kita dapat langsung mengkonfirmasi kebenaran jawaban calon debitur kepada pasangannya. Pertanyaan kepada pasangan calon debitur tidak harus seputar usaha, tetapi bisa juga tentang keluarga, lingkungan sosial, asal daerah dan sebagainya. Kita perlu juga mengetahui apakah calon debitur termasuk orang yang taat beragama, misalnya kita dapat bertanya tentang kepedulian membayar zakat, bersedekah maupun kegiatan keagamaan lainnya. Dengan melakukan hal ini setidaknya kita bisa mengukur tingkat kepatuhan calon debitur terhadap aturan.
2. Menggali informasi dari pihak ketiga
Kita dapat memilih pihak ketiga yang akan menjadi sumber informasi, tentunya haruslah berkompeten dan bisa dipercaya. Contohnya kepala pasar, petugas retribusi pasar, ketua kelompok pedagang, rekan-rekan sesama pedagang, pemasok, Ketua RT, kelompok pengajian, kepala desa dan sebagainya. Harus dipastikan juga bahwa pihak ketiga tersebut bebas dari kepentingan pribadi agar informasi yang diperoleh lebih objektif dan mencerminkan kondisisebenarnya. Kepada pihak ketiga perlu dijelaskan tentang maksud dan tujuan kita melakukan konfirmasi. Hal ini penting karena terkadang pihak ketiga merasa takut untuk memberikan informasi karena akan dilibatkan ketika terjadi masalah dengan calon debitur di kemudian hari. Jelaskan juga bahwa kita sangat berterima kasih atas informasi jujur yang diberikan. Sebaiknya kita harus menyusun daftar pertanyaan yang akan ditanyakan sehingga wawancara dapat berjalan dengan efisien. Pada praktiknya di lapangan seringkali ditemukan beberapa kendala dalam menggali informasi tentang calon debitur. Misalnya calon debitur adalah keluarga dekat kepala desa atau lurah, sehingga informasi yang diperoleh ada kemungkinan menyimpang dari yang sebenarnya, maka pilihlah pihak ketiga yang power-nya nya setara dengan lurah atau kepala desa tersebut. Jika calon debitur merupakan tokoh yang sangat dihormati dilingkungannya, maka usahakan jangan sampai pihak ketiga merasa takut memberikan informasi yang benar. Jika pihak ketiga merupakan pedagang yang usahanya sejenis dengan calon debitur maka pastikan informasi yang diberikan adalah benar dan bukan karena “iri” atau karena unsur persaingan usaha.
3. membaca hasil BI checking
Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan telah menyediakan aplikasi sistem informasi debitur yang berguna untuk menggali informasi riwayat pembiayaan maupun pinjaman calon debitur. Petugas bank bagian pembiayaan dapat memanfaatkan aplikasi ini untuk menggali informasi tentang riwayat pembiayaan maupun pinjaman yang pernah dilakukan oleh calon debitur. Tentunya aplikasi ini ini harus digunakan secara bertanggung jawab dan digunakan sebagaimana mestinya. biasanya pada setiap kantor bank diberikan wewenang untuk mengoperasikan aplikasi ini kepada seorang atau lebih petugas bank yang ditunjuk. Petugas tersebut diberikan ID dan kata sandi tertentu, sehingga dengan demikian penyalahgunaan aplikasi ini dapat diminimalisir. Pada laporan BI checking ini akan terlihat pembiayaan yang pernah dilakukan oleh calon debitur, kolektibilitasnya, sisa pinjamannya, agunannya, kapan mulai pencairan pembiayaan, dan informasi lainnya. Berikut ini contoh laporan BI checking yang membantu pihak bank untuk mengumpulkan informasi tentang calon debitur: