Anda di halaman 1dari 2

Nama : NOVI IRWANSYAH

NIM : 041848265
Mata Kuliah : Arbitrase, Mediasi dan Negosiasi
Prodi : S1 Ilmu Hukum

TUGAS 2

1. Menurut saudara, penyelesaian dengan mekanisme apa yang dimaksud Hakim PN


Malang tersebut. Sebutkan dengan menyertakan dasar hukumnya serta jelaskan pendapat
saudara, bahwa dalam sengketa di atas apakah prosesnya dapat dilakukan jika salah satu pihak
menolak melaksanakannya?
Jawab :
mekanisme apa yang dimaksud Hakim PN Malang yaitu : APS yang putusannya win-win dan
arbitrase yang win-lose sehingga keduanya perlu dipisahkan. Pembedaan ini juga sesuai
dengan Undang- Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian
Sengketa.
Tidak bisa, sebab dalam Pasal 6 ayat (2) UU No. 30 Tahun 1999 disebutkan bahwa
"Penyelesaian sengketa atau beda pendapat melalui alternatif penyelesaian sengketa
diselesaikan dalam pertemuan langsung oleh para pihak dalam waktu paling lama 14 (empat
belas) hari dan hasilnya dituangkan dalam suatu kesepakatan tertulis." Tidak ada penjelasan
lebih jauh tentang hal yang dimaksud dengan "pertemuan langsung" itu. Jadi, secara subjektif
dapat ditafsirkan bahwa yang dimaksud dengan penyelesaian sengketa dengan cara bertemu
secara langsung.

Referensi :
Soemartono, R.M. Gatot P. & Suyud Margono. 2017. Arbitrase, Mediasi dan Negosiasi.
Tanggerang Selatan, Penerbit : UT, hal. 1.4 - 1.5

2. Bagaimanakah konsekuensi hukumnya, apabila upaya sebagaimana dimaksud dalam


pertanyaan huruf a tidak menemukan solusinya?
Jawab :
Ditindak kembali secara hukum di Pengadilan, sebab dalam Pasal 1 angka 10 UU No. 30 Tahun
1999 disebutkan bahwa: "Alternatif Penyelesaian Sengketa adalah lembaga penyelesaian
sengketa atau beda pendapat melalui prosedur yang disepakati oleh para pihak, yakni
penyelesaian di luar pengadilan dengan cara konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi, atau
penilaian ahli." Oleh karena itu jika tidak terjadi penyelesaian melalui cara ini malah
dikembalikan lagi perkaranya ke pengadilan.

Referensi :
Soemartono, R.M. Gatot P. & Suyud Margono. 2017. Arbitrase, Mediasi dan Negosiasi.
Tanggerang Selatan, Penerbit : UT, hal. 1.5
3. Jelaskan pengertian terkait penyelesaian yang dimaksud oleh Hakim PN Malang di atas.
Menurut saudara, apakah penggunaan mekanisme penyelesaian pada kasus di atas
memungkinkan bagi para pihak menemukan kesepakatan?
Jawab :
Mekanisme yang dimaksud oleh Hakim PN Malang di atas yaitu :
Arbitrase, arbitrase merupakan cara penyelesaian sengketa diluar peradilan, berdasarkan pada
perjanjian arbitrase yang dibuat oleh para pihak, dan dilakukan oleh arbiter yang dipilih dan
diberi kewenangan mengambil keputusan. Arbitrase merupakan pilihan yang paling menarik,
khususnya bagi kalangan pengusaha. Bahkan, arbitrase dinilai sebagai suatu "pengadilan
pengusaha" yang independen guna menyelesaikan sengketa yang sesuai dengan keinginan dan
kebutuhan mereka.
Dalam Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang No. 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif
Penyelesaian Sengketa (untuk selanjutnya disingkat UU No. 30 Tahun 1999) disebutkan
bahwa: "Sengketa yang dapat diselesaikan melalui arbitrase hanya sengketa di bidang
perdagangan dan hak yang menurut hukum dan peraturan perundang-undangan dikuasai
sepenuhnya oleh pihak yang bersengketa." Dengan demikian, sengketa seperti kasus-kasus
keluarga atau perceraian, yang hak atas harta kekayaan tidak sepenuhnya dikuasai oleh masing-
masing pihak, tidak dapat diselesaikan melalui arbitrase.
Bisa saja apabila kedua belah pihak berkomitmen untuk menyelesaikan sengketa tersebut.
Karena komitmen para pihak lah kunci kesepakatan pada cara ini.

Referensi :
Soemartono, R.M. Gatot P. & Suyud Margono. 2017. Arbitrase, Mediasi dan Negosiasi.
Tanggerang Selatan, Penerbit : UT, hal. 1.7 & 1.9

4. Jelaskan produk hukum apakah yang akan diterbitkan jika terjadi kesepakatan antara
kedua belah pihak dalam perkara di atas dan bagaimana kekuatan hukumnya bagi para pihak.
Jawab :
Pelaksanaan putusan (eksekusi) arbitrase merupakan produk hukum dari suatu lembaga
(Institusi) dilaksanakan oleh lembaga (Institusi) lain. Dalam hal ini putusan lembaga arbitrase
dilaksanakan oleh badan peradilan yaitu Pengadilan Negeri, sehingga menjadikan putusan
lembaga arbitrase bersifat final and binding, dengan implikasi tidak ada upaya hukum atas
putusan arbitrase, mengikat para pihak, efisiensi dan efektivitas merupakan karakteristik dari
proses arbitrase.

Referensi :
Jurnal yang berjudul “PENYELESAIAN SENGKETA BISNIS MELALUI LEMBAGA
ARBITRASE” oleh Ni Nyoman Adi Astiti. Hal 120

Anda mungkin juga menyukai