Anda di halaman 1dari 11

Lex Privatum Vol. VIII/No.

3/Jul-Sep/2020

PENYELESAIAN SENGKETA MELALUI BADAN mulai meningkat sejak diundangkannya


ARBITRASE NASIONAL INDONESIA DITINJAU Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang
DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa.
19991 Dalam setiap pasal di Undang-undang nomor
Oleh : Roselyn Brenda Mangei2 30 tahun 1999 yang berkaitan dengan BANI
Tommy F. Sumakul3 juga memberikan penjelasan lebih rinci tentang
Ralfie Pinasang4 setiap prosedur penyelesaian sengketa. BANI
sebagai lembaga yang independen juga
ABSTRAK memberikan jasa yang beragam yang
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk berhubungan dengan arbitrase, mediasi, dan
mengetahui bagaimanakah pengaturan bentuk-bentuk lain dari penyelesaian sengketa
alternatif penyelesaian sengketa dalam hukum diluar pengadilan. Prosedur beracara dari BANI
positif di Indonesia dan bagaimana prosedur yang tidak bertele-tele serta memudahkan para
penyelesaian sengketa oleh Badan Arbitrase pihak yang bersengketa menjadi salah satu
Nasional Indonesia ditinjau dari Undang- alasan untuk lebih memilih lembaga ini
Undang Nomor 30 Tahun 1999 yang dengan daripada peradilan umum maupun alternatif
metode penelitian hukum normatif penyelesaian sengketa lainnya diluar
disimpulkan: 1. Pengaturan mengenai alternatif pengadilan. Putusan daripada lembaga
penyelesaian sengketa dalam hukum positif di arbitrase BANI adalah final dan mengikat para
Indonesia dapat dibedakan atas pengaturan pihak jadi tidak ada banding maupun kasasi
yang bersifat umum dan pengaturan yang sehingga lebih mempercepat proses
bersifat khusus. Pengaturan yang bersifat penyelesaian sengketa.
umum ditandai dengan perumusan mengenai Kata kunci: arbitrase; badan arbitrasi nasional
bentuk-bentuk pranata alternatif penyelesaian indonesia;
sengketa dimana penyelesaian sengketa dapat
dilakukan oleh para pihak yang bersengketa PENDAHULUAN
dengan atau tanpa melibatkan pihak ketiga. A. Latar Belakang Masalah
Adanya pengaturan yang bersifat khusus Diantara berbagai alternatif penyelesaian
ditandai adanya suatu mekanisme tertentu sengketa yang ada, Arbitrase yang dapat
yaitu penyelesaian sengketa melalui suatu diterapkan untuk masalah-masalah perniagaan.
badan atau lembaga tertentu yang ditetapkan Arbitrase merupakan suatu bentuk peradilan
Undang-Undang dengan merujuk pada yang diselenggarakan dan berdasarkan
pengaturannya yang bersifat umum dan kehendak serta itikad baik dari pihak-pihak
khusus, maka model alternatif penyelesaian yang berselisih agar perselisihan tersebut
sengketa dalam perundang-undangan di diselesaikan oleh hakim yang mereka tunjuk
Indonesia juga dapat dibedakan menjadi dua, dan angkat sendiri, dengan pengertian bahwa
yaitu penyelesaian sengketa oleh para pihak putusan yang diambil oleh hakim tersebut
yang bersengketa dengan atau tanpa merupakan putusan yang bersifat final dan
melibatkan pihak ketiga dan penyelesaian mengikat bagi kedua belah pihak untuk
sengketa melalui suatu badan atau lembaga menyelesaikannya.5 Arbitrase memiliki
tertentu yang telah disebutkan dan ditetapkan beberapa keunggulan yang dapat disimpulkan
dalam Undang-undang. 2. Prosedur melalui penjelasan umum Undang-Undang
penyelesaian sengketa oleh BANI ditinjau dari Nomor 30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase dan
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 Alternatif Penyelesaian Sengketa dapat terbaca
sangatlah membantu para pihak yang terlibat beberapa keunggulan penyelesaian sengketa
dalam sengketa arbitrase. Di Indonesia minat melalui arbitrase dibandingkan dengan pranata
menyelesaikan sengketa melalui jalur BANI peradilan.

1 Artikel Skripsi.
2 Mahasiswa pada Fakultas Hukum Unsrat, NIM.
16071101394
3 Fakultas Hukum Unsrat, Doktor Ilmu Hukum
4 Fakultas Hukum Unsrat, Doktor Ilmu Hukum 5 Ibid, hlm.8

54
Lex Privatum Vol. VIII/No. 3/Jul-Sep/2020

B. Rumusan Masalah a. Menurut Suyud Margono, Negosiasi


1. Bagaimanakah pengaturan alternatif adalah komunikasi dua arah yang
penyelesaian sengketa dalam hukum dirancang untuk mencapai
positif di Indonesia ? kesepakatan pada saat kedua belah
2. Bagaimana prosedur penyelesaian pihak memiliki berbagai kepentingan
sengketa oleh Badan Arbitrase Nasional yang sama maupun yang berbeda.9
Indonesia ditinjau dari Undang-Undang b. Menurut Gary Godpaster menyatakan
Nomor 30 Tahun 1999? bahwa negosiasi adalah proses upaya
untuk mencapai kesepakatan dengan
C. Metode Penelitian pihak lain, suatu proses interaksi dan
Penulis menggunakan jenis penelitian komunikasi yang dinamis dan
kepustakaan untuk mendapat bahan yang beraneka ragam.10
diperlukan. Maka dapat ditarik kesimpulan dari
beberapa pendapat mengenai pengertian
PEMBAHASAN negosiasi adalah proses dua arah dengan
A. Pengaturan Alternatif Penyelesaian cara tawar menawar untuk mencapai
Sengketa Dalam Hukum Positif Di Indonesia kesepakatan. Dalam negosiasi terdapat
Alternatif penyelesaian sengketa adalah dua jenis negosiasi menurut Budiono
lembaga penyelesaian sengketa atau beda Kusumohamidjojo, yakni negosiasi yang
pendapat melalui prosedur yang disepakati bersifat positif dan negosiasi yang
para pihak, yakni penyelesaian diluar bersifat negatif.11
pengadilan dengan cara konsultasi, negosiasi, 2) Mediasi
mediasi, konsiliasi, atau penilaian para ahli.6 Menurut Jimmy Joses Sembiring, mediasi
Menurut Jimmy Joses Sembiring bahwa adalah proses penyelesaian sengketa
Alternatif Penyelesaian Sengketa merupakan dengan perantaraan pihak ketiga, yakni
suatu cara penyelesaian sengketa yang pihak yang memberi masukan-masukan
dilakukan diluar pengadilan dan kepada para pihak untuk menyelesaikan
pelaksanaannya diserahkan sepenuhnya sengketa mereka karena tidak terdapat
kepada para pihak dan para pihak dapat kewajiban para pihak untuk menaati apa
memilih penyelesaian sengketa yang akan yang disarankan oleh mediator.12
ditempuh yakni melalui konsultasi, negosiasi, Terdapat dua jenis mediasi yaitu mediasi
mediasi, konsiliasi, atau meminta penilaian dari dipengadilan dan mediasi di luar
ahli.7 Sedangkan menurut Priyatna Abdurrasyid, pengadilan.
Alternatif Penyelesaian Sengketa adalah 3) Konsiliasi
sekumpulan prosedur atau mekanisme yang Beberapa pendapat mengenai pengertian
berfungsi memberi alternatif atau pilihan suatu konsiliasi adalah sebagai berikut:
tata cara penyelesaian sengketa melalui bentuk a) Menurut Kamus Besar Bahasa
APS/ Arbitrase (Negosiasi dan mediasi) agar Indonesia, Konsiliasi adalah usaha
memperoleh putusan Akhir dan mengikat para mempertemukan keinginan pihak
pihak secara umum, tidak selalu dengan yang berselisih untuk mencapai
melibatkan intervensi dan bantuan pihak ketiga persetujuan dan menyelesaikan
yang independen yang diminta membantu perselisihan itu.13
memudahkan penyelesaian sengketa tersebut.8
Jenis Alternatif Penyelesaian Sengketa yang
ada di Indonesia adalah sebagai berikut : 9 Suyud Margono, ADR (Alternative Disputen Resolution)
1) Negosiasi dan Arbitrase: Proses Pelembagaan dan Aspek Hukum,
Beberapa pendapat mengenai pengertian (Bogor: Ghalia Indonesia, 2004), hlm.49,
negosiasi adalah sebagai berikut: 10 Rachmadi Usman, Pilihan Penyelesaian Sengketa Di Luar

Pengadilan, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2003), hlm.53


11 Budiono Kusu mohamidjojo, Panduan Negosiasi

Kontrak, (Jakarta: Grasindo, 1999), hlm.10.


6 Undang-undang Nomor 30 Tahun 1999 Pasal 1 Angka 10, 12 Jimmy Joses Sembiring, Op-Cit, hlm.28,
7 Ibid, hlm.11 13 Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Pengertian
8 Priyatna Abdurrasyid, Op-Cit,hlm 3 Konsiliasi,

55
Lex Privatum Vol. VIII/No. 3/Jul-Sep/2020

b) Menurut Gunawan Widjaja, Konsiliasi penyelesaian sengketa. Undang-Undang


adalah suatu proses penyelesaian tersebut, yaitu:
sengketa alternatif yang melibatkan 1) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999
seorang pihak ketiga atau lebih tentang Arbitrase dan Alternatif
dimana pihak ketiga yang Penyelesaian Sengketa
diikutsertakan untuk menyelesaikan Menunjuk kepada nama atau judul yang
sengketa adalah seorang yang secara digunakan undang-undang ini, Nampak
profesional sudah dapat dibuktikan bahwa arbitrase merupakan bentuk
kehandalannya.14 penyelesaian sengketa yang
4) Arbitrase mendapatkan pengaturan yang lebih luas
Berdasarkan Pasal 1 angka 1 Undang- dengan tidak mengesampingkan bentuk-
Undang Nomor 30 Tahun 1999 Tentang bentuk penyelesaian sengketa lainnya.
Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Munir Fuady menjelaskan bahwa
Sengketa, arbitrase adalah cara Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999
penyelesaian suatu sengketa perdata juga menekankan penyelesaian sengketa
diluar peradilan umum yang didasarkan lewat penyelesaian sengketa alternatif, di
pada perjanjian tertulis oleh para pihak samping penyelesaian lewat arbitrase.
yang bersengketa. Selain itu menurut Undang-Undang ini menyebutkan bahwa
Gunawan Widjaja, arbitrase adalah suatu penyelesaian sengketa melalui alternatif
bentuk penyelesaian sengketa alternatif penyelesaian sengketa hanya dapat
yang melibatkan pengambilan keputusan dilakukan terhadap sengketa yang
oleh satu atau lebih hakim swasta yang berhubungan dengan masalah-masalah
disebut arbiter.15 yang berada dalam ruang lingkup hukum
Pengaturan alternatif penyelesaian sengketa perdagangan yang meliputi segala
dalam hukum positif di Indonesia sangatlah sesuatu yang sepenuhnya berada dalam
membantu dalam penyelesaian sengketa. kewenangan para pihak untuk
17
Sebelum membahas lebih lanjut mengenai memutuskannya.
pengaturan ADR dalam hukum positif di 2) Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999
Indonesia, terlebih dahulu dijelaskan tentang Jasa Konstruksi
pengertian tentang pengaturan dan hukum Penyelesaian sengketa dalam bidang jasa
positif. konstruksi diatur berlandaskan Pasal 36
Pengaturan adalah suatu proses, cara, dan jo Pasal 37 Undang-Undang Jasa
perbuatan mengatur yaitu proses Konstruksi, yang pelaksanaannya
pembentukan atau proses membentuk dijabarkan lebih lanjut dalam Peraturan
perundang-undangan, peraturan perundangan, Pemerintah (PP) Nomor 29 Tahun 2000
peraturan negara, atau aturan hukum tertulis tentang Penyelenggaraan Jasa
baik di tingkat pusat maupun tingkat daerah Konstruksi. PP ini mengatur mengenai
dan segala peraturan negara yang merupakan masalah pranata mediasi, konsiliasi dan
hasil pembentukan peraturan-peraturan baik di arbitrase dalam penyelesaian sengketa
tingkat pusat maupun di tingkat daerah.16 jasa konstruksi atau juga dikenal dengan
Pengaturan penyelesaian sengketa diluar sebutan sengketa konstruksi. Sengketa
pengadilan yang merupakan alternatif konstruksi adalah sengketa yang terjadi
penyelesaian sengketa dalam perspektif hukum sehubungan dengan pelaksanaan suatu
positif Indonesia dalam hal ini lebih difokuskan usaha jasa konstruksi antara para pihak
pada kajian terhadap tujuh Undang-Undang yang tersebut dalam suatu kontrak
baik yang secara khusus mengatur mengenai konstruksi.
penyelesaian sengketa maupun Undang- Mengacu pada ketentuan perundang-
Undang yang didalamnya termuat pengaturan undangan, sengketa konstruksi dapat
diselesaikan melalui beberapa pilihan
14 Gunawan Widajaja dan Ahmad Yani, Op-Cit, hlm.3.
15 Ibid, hlm.5
16 Maria Farida Indrati S. Ilmu perundang-undangan, 17 Munir Fuady, S.H, M.H, LL.M, Arbitrase Nasional,
(Jakarta: Kanisius, 1998), hlm.3 (Bandung: Citra Aditya Bakti), hlm.38

56
Lex Privatum Vol. VIII/No. 3/Jul-Sep/2020

yang disepakati oleh para pihak, yaitu bukanlah suatu keharusan unuk
melalui: ditempuh konsumen. Meskipun
a. Badan Peradilan (Pengadilan), atau demikian, hasil putusan BPSK memiliki
b. Arbitrase (Lembaga atau Ad Hoc), suatu daya hukum yang cukup untuk
atau memberikan shock terapy bagi pelaku
c. Alternatif Penyelesaian Sengketa usaha yang nakal, karena putusan
(Konsiliasi, negosiasi, mediasi, tersebut dapat dijadikan bukti permulaan
konsultasi). bagi penyidik. Ini berarti bahwa
Dalam praktek, menurut Yasin penyelesaian sengketa melalui BPSK
Nazarkhan, pilihan penyelesaian tidak menghilangkan tanggung jawab
sengketa melalui arbitrase lebih disukai pidana menurut ketentuan peraturan
daripada penyelesaian sengketa melalui perundang-undangan yang berlaku.19
pengadilan.18 6) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997
3) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2000 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
tentang Rahasia Dagang Menurut Pasal 30 Undang-Undang ini,
Dalam Undang-Undang ini, penyelesaian sengketa yang timbul dibidang
sengketa didasarkan pada ketentuan lingkungan hidup dapat diselesaikan
Pasal 12. Pasal 12 ini memungkinkan dengan penyelesaian sengketa diluar
dilakukan upaya penyelesaian sengkea pengadilan. Bentuk penyelesaian
yang timbul akibat pelanggaran rahasia sengketa lingkungan diluar pengadilan
dagang oleh pihak ketiga yang tidak dapat dilakukan oleh para pihak yang
berhak. bersengketa atau dengan menggunakan
4) Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2000 jasa lembaga penyedia jasa pelayanan
tentang Desain Industri penyelesaian sengketa lingkungan hidup
Pada Undang-Undang ini, ketentuan yang dibentuk oleh pemerintah atau
penyelesaian sengketa di luar pengadilan masyarakat.20
dirumuskan pada pasal 47, yang pada 7) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1997
dasarnya tidak berbeda dengan yang tentang Badan Penyelesaian Sengketa
diatur dalam Undang-Undang Nomor 30 Pajak
Tahun 2000 tentang Arbitrase dan Berdasarkan Undang-Undang ini,
Alternatif Penyelesaian Sengketa. sengketa pajak diselesaikan oleh Badan
5) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Khusus yaitu Badan Penyelesaian
tentang Perlindungan Konsuumen sengketa pajak (BPSP). Sengketa Pajak
Berdasarkan ketentuan Pasal 23 Undang- yang dapat diselesaikan BPSP ini adalah
Undang Nomor 8 Tahun 1999 ditegaskan Banding terhadap putusan pejabat pajak
bahwa apabila pelaku usaha pabrikan dan gugatan terhadap pelaksanaan
dan/atau pelaku usaha distributor penagihan pajak. Putusan BPSP bersifat
menolak atau tidak memberi tanggapan final dan mengikat.21
atau tidak memenuhi ganti rugi atas Memperhatikan secara seksama pengaturan
tuntutan konsumen, maka konsumen alternatif penyelesaian sengketa dalam
diberikan hak untuk menggugat pelaku peraturan perundang-undangan Indonesia
usaha, dan menyelesaikan perselisihan sebagaimana diuraikan di atas, dapat diketahui
yang timbul melalui Badan Penyelesaian bahwa pengaturan alternatif penyelesaian
Sengketa Konsumen (BPSK), atau dengan sengketa dalam perundang-undangan
cara mengajukan gugatan kepada badan Indonesia diklasifikasikan pada dua bentuk,
peradilan di tempat kedudukan
konsumen. 19 Gunawan Widjaja, Alternatif Penyelesaian Sengketa,
Mengenai adanya BPSK ini, Gunawan (Jakarta: Rajawali Pers), hlm 15
20 Suparto Wijoyo, Penyelesaian Sengketa Lingkungan
Widjaja menyatakan bahwa penyelesaian
(Environmental Disputes Resolution), (airlangga University
sengketa diluar pengadilan melalui BPSK pers), hlm 32
21 Sukamto Satoto, Pengaturan Eksistensi dan Fungsi
18 Nazarkhan Yasin, Kontrak konstruksi di Indonesia, Badan Kepegawaian Negara, (Yogyakarta: Hanggar
(Jakarta: Gramedia Pustaka Utama), hlm 6 Kreator), hlm.10.

57
Lex Privatum Vol. VIII/No. 3/Jul-Sep/2020

yaitu pengaturan secara umum dan pengaturan Dewan Pengurus dan Dewan Penasehat yang
secara khusus. terdiri dari tokoh-tokoh masyarakat dan sektor
Pengaturan secara umum adalah apabila bisnis. BANI berkedudukan di Jakarta dengan
undang-undang tersebut hanya merumuskan perwakilan dibeberapa kota besar di Indonesia
atau mengatur mengenai kebolehan untuk termasuk Surabaya, Bandung, Pontianak,
melakukan penyelesaian sengketa di luar Denpasar, Palembang, Medan, dan Batam. Saat
pengadilan dengan atau tanpa menyebutkan ini BANI memiliki lebih dari 100 arbiter berlatar
secara khusus bentuk-bentuk pranata alternatif belakang berbagai profesi, 30% diantaranya
penyelesaian sengketa. Adapun pengaturan adalah arbiter asing. Hingga saat ini BANI
secara khusus adalah apabila undang-undang merupakan arbitrase dalam bentuk lembaga
tersebut menyebutkan suatu bentuk atau (institusional) yang tertua di Indonesia.25
mekanisme tertentu dalam upaya penyelesaian BANI menyediakan jasa penyelesaian
sengketa di luar pengadilan.22 sengketa melalui arbitrase atau bentuk-bentuk
Terkait dengan bentuk pengaturan alternatif alternatif penyelesaian sengketa lainnya,
penyelesaian sengketa tersebut, maka terdapat seperti negosiasi, mediasi, konsiliasi, dan
dua model alternatif penyelesaian sengketa pemberian pendapat yang mengikat sesuai
diluar pengadilan yang diatur dalam undang- dengan peraturan prosedur BANI atau
undang, yaitu model penyelesaian sengketa peraturan prosedur lainnya yang disepakati
yang dilakukan oleh para pihak dengan atau oleh para pihak yang berkepentingan.
tanpa melibatkan pihak ketiga dan model Secara umum BANI didirikan untuk tujuan
penyelesaian sengketa yang dilakukan dengan sebagai berikut:26
mekanisme menggunakan pelayanan jasa suatu 1. Dalam rangka turut serta dalam upaya
badan tertentu yang ditentukan undang- penegakan hukum di Indonesia
undang.23 menyelenggarakan penyelesaian
sengketanya atau industri dan keuangan,
B. Prosedur Penyelesaian Sengketa Oleh BANI melalui arbitrase dan bentuk-bentuk
Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 30 alternatif penyelesaian sengketa lainnya
Tahun 1999 dalam lingkup peraturan perundang-
Lembaga apapun dalam menjalankan undangan.
kegiatan operasionalnya selalu disertai dengan 2. Menyelenggarakan jasa-jasa bagi
hak, kewajiban, kewenangan, dan peraturan penyelenggaraan penyelesaian sengketa
prosedur, demikian juga halnya dengan BANI melalui arbitrase atau bentuk-bentuk
(Badan Arbitrase Nasional Indonesia) sebagai alternative penyelesaian sengketa
lembaga arbitrase yang bersifat institusional lainnya yang mengikat sesuai dengan
tentulah juga mempunyai kewenangan, peraturan prosedur BANI atau peraturan
peraturan dan prosedur yang telah ditetapkan prosedur lainnya yang disepakati oleh
oleh lembaga itu sendiri sebagai hukum para pihak yang berkepentingan.
acaranya.24 3. Bertindak secara otonom dan
Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI) independen di dalam pengakuan hukum
adalah lembaga independen yang memberikan dan keadilan
jasa yang beragam yang berhubungan dengan 4. Menyelenggarakan pengkajian dan riset
arbitrase, mediasi, dan bentuk-bentuk lain dari serta program-program pelatihan atau
penyelesaian sengketa diluar pengadilan. BANI pendidikan mengenai arbitrase dan
didirikan pada 3 desember 1977 atas prakarsa alternatif penyelesaian sengketa.
tiga pakar hukum terkemuka yaitu Soebekti, Di Indonesia minat untuk menyelesaikan
Haryono Tjitrosoebono dan Priyatna sengketa melalui arbitrase mulai meningkat
Abdurrasyid. BANI dikelola dan diawasi oleh sejak diundangkannya Undang-undang Nomor
30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase dan Alternatif
22
Penyelesaian Sengketa Umum (UU Arbitrase).
Bagir Manan, Hukum Positif di Indonesia, (Yogyakarta:
FH UI Press) hlm,21
23 Joni Emerzon, Alternatif Penyelesaian Sengketa di Luar 25 Dr. Sefriani, S.H. M.Hum, Arbitrase Komersial Dalam
Pengadilan, (Yogyakarta: Kanisius), hlm 6. Hukum Nasional, (Yogyakarta: UII Press), hlm.209
24 M. Yahya Harahap, Op-Cit, hlm.5 26 M Yahya Harahap, Op-Cit, hlm.158

58
Lex Privatum Vol. VIII/No. 3/Jul-Sep/2020

Pemerintah mengeluarkan Undang-Undang pihak yang telah terikat dalam perjanjian


Nomor 30 Tahun 1999 ini sebagai ketentuan arbitrase”.27
yang terbaru yang mengatur lembaga arbitrase, Sengketa yang dapat diselesaikan melalui
pada tanggal 12 agustus 1999 yang Arbitrae BANI adalah sebagai berikut:28
dimaksudkan untuk menggantikan peraturan a. Sengketa yang menurut peraturan
mengenai lembaga arbitrase yang tidak sesuai perundang-undangan dapat diadakan
lagi dengan perkembangan zaman. Oleh karena perdamaian;
itu ketentuan mengenai arbitrase sebagaimana b. Sengketa mengenai hak yang menurut
dimaksud dalam Pasal 615 sampai dengan RV, hukum dan peraturan perundang-
Pasal 377 HR dan Pasal 705 RBG, dinyatakan undangan dikuasai sepenuhnya oleh
tidak berlaku lagi. Dengan demikian ketentuan Pihak yang bersengketa;
hukum acara dari lembaga arbitrase (BANI) c. Merupakan sengketa dibidang
telah mempergunakan ketentuan yang perdagangan; dan
terdapat dalam Undang-Undang Nomor 30 d. Antara pemohon dan termohon terikat
Tahun 1999. dengan Perjanjian Arbitrase.
Apabila para pihak dalam suatu perjanjian Adapun cara memulainya permohonan
secara tertulis mencantumkan klausula arbitrase BANI itu juga telah diatur dalam UU
arbitrase yaitu kesepakatan untuk No. 30/1999 pada Pasal 6 tentang memulai
menyelesaikan sengketa yang timbul diantara permohonan yang berbunyi:29
mereka sehubungan dengan perjanjian yang 1. Prosedur arbitrase BANI, dimulai dengan
bersangkutan ke arbitrase dihadapan Badan pendaftaran dan penyampaian
Arbitrase Nasional Indonesia (BANI), atau Permohonan arbitrase oleh pihak yang
menggunakan peraturan prosedur BANI memulai proses arbitrase (Pemohon)
berdasarkan peraturan tersebut akan pada sekertariat BANI.
diselesaikan dibawah penyelenggaraan BANI 2. Penunjukan arbiter, dalam permohonan
berdasarkan peraturan tersebut dengan arbitrase pemohon dan dalam jawaban
memperhatikan ketentuan-ketentuan khusus termohon atas permohonan tersebut
yang disepakati secara tertulis oleh para pihak, termohon dapat menunjuk seorang
sepanjang tidak bertentangan dengan arbiter atau menyerahkan penunjukan
ketentuan undang-undang yang bersifat tersebut kepada Ketua BANI.
memaksa dan kebijaksanaan BANI. 3. Biaya-biaya, permohonan arbitrase harus
Prosedur arbitrase oleh BANI juga diatur disertai pembayaran biaya pendaftaran
dalam UU No.30/1999 pada Pasal 2, yang dan biaya administrasi sesuai dengan
berbunyi: ketentuan BANI. Biaya administrasi
“Peraturan Prosedur ini berlaku terhadap meliputi biaya administrasi sekretariat,
arbitrase yang diselenggarakan oleh BANI. biaya pemeriksaan perkara dan biaya
Dengan menunjuk BANI dan memilih arbiter serta biaya sekretaris majelis.
Peraturan Prosedur BANI untuk Apabila pihak ketiga diluar perjanjian
penyelesaian sengketa, para pihak dalam turut serta dan menggabungkan diri
perjanjian atau sengketa tersebut dianggap dalam proses ppenyelesaian sengketa
sepakat untuk meniadakan proses melalui arbitrase seperti yang dimaksud
pemeriksaan perkara melalui Pengadilan dalam Pasal 30 Undang-Undang
Negeri sehubungan dengan perjanjian atau No.30/1999, maka pihak ketiga tersebut
sengketa tersebut, dan akan melaksanakan wajib untuk membayar biaya
setiap putusan yang diambil oleh Majelis administrasi dan biaya-biaya lainnya
Arbitrase Berdasarkan Peraturan Prosedur sehubungan dengan keikutsertaannya
BANI”. Selanjutnya ketentuan BANI juga tersebut.
diatur pada Pasal 3 di dalam Undang- 4. Pemeriksaan perkara arbitrase tidak akan
Undang Nomor 30 Tahun 1999, yaitu dimulai sebelum biaya administrasi
sebagai berikut: “Pengadilan Negeri tidak
berwenang untukk mengadili sengketa para 27 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999, Pasal 2
28 Dr. Sefriani, S.H. M.Hum, Op-Cit, hlm.208
29 Racmadi Usman, Op-Cit, hlm.45

59
Lex Privatum Vol. VIII/No. 3/Jul-Sep/2020

dilunasi oleh para pihak sesuai dengan harus mendaftarkan permohonan itu dalam
ketentuan BANI. register BANI.
Untuk dapat mengajukan suatu persoalan Badan Pengurus BANI juga akan memeriksa
arbitrase melalui BANI harus ada persetujuan permohonan tersebut untuk menentukan
antara kedua belah pihak atau suatu klasul yang apakah perjanjian arbitrase atau klausul
dicantumkan didalam perjanjian yang arbitrase dalam kontrak telah cukup
menyatakan bahwa para pihak menyetujui memberikan dasar kewenangan bagi BANI
bahwa sengketa diantara mereka akan untuk memeriksa sengketa tersebut.32
diselesaikan melalui BANI.30 Pada dasarnya, para pihak dapat
Sengketa yang timbul dari perjanjian menentukan apakah forum arbitrase akan
arbitrase, akan diselesaikan dan diputus oleh dipimpin oleh arbiter tunggal atau oleh
Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI) Majelis.33
menurut peraturan administrasi dan peraturan- Dalam hal forum arbitrase dipimpin oleh
peraturan prosedur arbitrase BANI, yang arbiter tunggal, para pihak wajib untuk
keputusannya mengikat kedua belah pihak mencapai suatu kesepakatan tentang
yang bersengketa sebagai keputusan tingkat pengangkatan arbiter tunggal pemohon secara
pertama dan terakhir. Dalam hal ini jika para tertulis harus mengusulkan kepada termohon
pihak telah sepakat dalam perjanjian untuk nama orang yang dapat diangkat sebagai
membawa untuk diselesaikan melalui BANI arbiter tunggal. Jika dalam 14 (empat belas)
maka pengadilan negeri tidak berwenang untuk hari sejak termohon menerima usul pemohon
mengadili sengketa para pihak tersebut. Untuk para pihak tidak berhasil menentukan arbiter
memulai prosedur arbitrase, maka pertama- tunggal maka dengan berdasarkan permohonan
tama permohonan arbitrase sebagai pihak yang dari salah satu pihak maka Ketua Pengadilan
memulai arbitrase ini harus mendaftarkan dan dapat mengangkat arbiter tunggal. Dalam hal
menyampaikan terlebih dahulu permohonan forum dipimpin oleh Majelis maka Para Pihak
arbitrase kepada sekertariat BANI. Kemudian akan mengangkat masing-masing 1 (satu)
setelah majelis arbitrase terbentuk, diteruskan arbiter. Dalam forum dipimpin oleh Majelis
kepada ketua majelis arbitrase dan setiap arbiter yang telah diangkat oleh Para Pihak
anggota majelis arbitrase serta para pihak. akan menunjuk 1 (satu) arbiter ketiga (yang
Dalam Pasal, 8 ayat (1) dan (2) UU Nomor 30 kemudian akan menjadi ketua majelis
Tahun 1999 menyatakan bahwa dalam arbitrase). Apabila dalam waktu 14 (empat)
permohonan arbitrase sekurang kurangnya ada belas hari setelah pengangkatan arbiter
beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu:31 terakhir belum juga didapat kata sepakat maka
1. Nama dan alamat para pihak; atas permohonan salah satu pihak maka Ketua
2. Penunjukan kepada klausula atau Pengadilan Negeri dapat mengangkat arbiter
perjanjian arbitrase yang berlaku; ketiga. Apabila setelah 30 (tiga puluh) hari
3. Perjanjian atau masalah yang menjadi setelah pemberitahuan diterima oleh termohon
sengketa; dan salah satu pihak ternyata tidak menunjuk
4. Dasar tuntutan dan jumlah yang dituntut, seseorang yang akan menjadi anggota majelis
apabila ada; arbitrase, arbiter yang ditunjuk oleh pihak
5. Cara penyelesaian yang dikehendaki; dan lainnya akan bertindak sebagai arbiter tunggal
6. Perjanjian yang diadakan oleh para pihak dan putusannya mengikat kedua belah pihak.34
tentang jumlah arbiter atau apabila tidak Apabila Badan Pengurus BANI menentukan
pernah diadakan perjanjian semacam itu, bahwa BANI berwenang memeriksa, maka
pemohon dapat mengajukan usul setelah pendaftaran Permohonan tersebut,
tentang jumlah arbiter yang dikehendaki seorang atau lebih Sekretaris Majelis harus
dalam jumlah ganjil. ditunjuk untuk membantu pekerjaan
Setelah menerima permohonan Arbitrase administrasi perkara arbitrase tersebut.
dan dokumen-dokumen serta biaya Sekretariat harus menyampaikan satu salinan
pendaftaran yang disyaratkan, Sekretariat
32 Dr. Sefriani, Op-Cit, hlm.210
30 Ibid, hlm 48 33 Ibid, hlm.212
31 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999, Pasal 8. 34 Ibid, hlm.213

60
Lex Privatum Vol. VIII/No. 3/Jul-Sep/2020

Permohonan Arbitrase dan dokumen-dokumen sehubungan dengan tuntutan balik atau upaya
lampirannya kepada Termohon, dan meminta penyelesaian tidak menghalangi ataupun
Termohon untuk menyampaikan tanggapan menunda kelanjutan penyelenggaraan arbitrase
tertulis dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) sehubungan dengan tuntutan pokok sejauh
hari. Dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) biaya administrasi telah dibayar, seolah-olah
hari setelah menerima penyampaian tidak ada tuntutan balik atau upaya
Permohonan Arbitrase, Termohon wajib penyelesaian tuntutan. Dalam hal Termohon
menyampaikan Jawaban. Dalam Jawaban itu, telah mengajukan suatu tuntutan balik
Termohon dapat menunjuk seorang Arbiter (rekonvensi) atau upaya penyelesaian,
atau menyerahkan penunjukan itu kepada Pemohon (yang dalam hal itu menjadi
Ketua BANI. Apabila, dalam Jawaban tersebut, Termohon), berhak dalam jangka waktu 30 hari
Termohon tidak menunjuk seorang Arbiter, atau jangka waktu lain yang ditetapkan oleh
maka dianggap bahwa penunjukan mutlak telah Majelis, untuk mengajukan jawaban atas
diserahkan kepada Ketua BANI. tuntutan balik (rekonvensi) atau upaya
Ketua BANI berwenang, atas permohonan penyelesaian tersebut.36
termohon, memperpanjang waktu pengajuan Sidang pemeriksaan sengketa oleh arbiter
jawaban dan atau penunjukan arbiter oleh atau majelis arbitrase dilakukan secara
termohon dengan alasan-alasan yang sah, tertutup. Bahasa yang digunakan adalah bahasa
dengan ketentuan bahwa perpanjangan waktu Indonesia, kecuali atas persetujuan arbiter atau
tersebut tidak boleh melebihi 14 (empat belas) majelis arbitrase para pihak dapat memilih
hari. Apabila termohon bermaksud mengajukan bahasa lain yang akan digunakan. Para pihak
suatu tuntutan balik (rekonvensi) atau upaya yang bersengketa dapat diwakili oleh kuasanya
penyelesaian sehubungan dengan sengketa dengan surat kuasa khusus.
atau tuntutan yang bersangkutan sebagai-mana Pihak ketiga di luar perjanjian arbitrase
yang diajukan pemohon, termohon dapat dapat turut serta dan menggabungkan diri
mengajukan tuntutan balik (rekonvensi) atau dalam proses penyelesaian sengketa melalui
upaya penyelesaian tersebut bersama dengan arbitrase, apabila terdapat unsur kepentingan
surat jawaban atau selambat-lambatnya pada yang terkait dan keturutsertaannya disepakati
sidang pertama.35 oleh para pihak yang bersengketa serta
Majelis berwenang, atas permintaan disetujui oleh arbiter atau majelis arbitrase
Termohon, untuk memperkenankan tuntutan yang memeriksa sengketa yang bersangkutan.
balik (rekonvensi) atau upaya penyelesaian itu Atas permohonan salah satu pihak, arbiter atau
agar diajukan pada suatu tanggal kemudian majelis arbitrase dapat mengambil putusan
apabila Termohon dapat menjamin bahwa provisionil atau putusan sela lainnya untuk
penundaan itu beralasan. atas tuntutan balik mengatur ketertiban jalannya pemeriksaan
(rekonvensi) atau upaya penyelesaian tersebut sengketa termasuk penetapan sita jaminan.
dikenakan biaya tersendiri sesuai dengan cara Pemeriksaan sengketa dalam arbitrase harus
perhitungan pem-bebanan biaya adminsitrasi dilakukan secara tertulis. Pemeriksaan secara
yang dilakukan terhadap tuntutan pokok yang lisan dapat dilakukan apabila disetujui para
harus dipenuhi oleh kedua belah pihak pihak atau dianggap perlu oleh arbiter atau
berdasarkan Peraturan Prosedur dan daftar majelis arbitrase. Arbiter atau majelis arbitrase
biaya yang berlaku yang ditetapkan oleh BANI dapat mendengar keterangan saksi atau
dari waktu ke waktu. Apabila biaya administrasi mengadakan pertemuan yang dianggap perlu
untuk tuntutan balik atau upaya penyelesaian pada tempat tertentu diluar tempat arbitrase
tersebut telah dibayar para pihak, maka diadakan.37
tuntutan balik atau upaya penyelesaian akan Pemeriksaan saksi dan saksi ahli dihadapan
diperiksa, dipertimbangkan dan diputus secara arbiter atau majelis arbitrase, diselenggarakan
bersama-sama dengan tuntutan pokok. menurut ketentuan dalam hukum acara
Kelalaian para pihak atau salah satu dari perdata. Arbiter atau majelis arbitrase dapat
mereka, untuk membayar biaya administrasi mengadakan pemeriksaan setempat atas

36 Ibid, hlm.135
35 Sudargo Gautama, Op-Cit, hlm.134 37 Ibid, hlm.136

61
Lex Privatum Vol. VIII/No. 3/Jul-Sep/2020

barang yang dipersengketakan atau hal lain tersebut perlu diperpanjang secukupnya. Selain
yang berhubungan dengan sengketa yang menetapkan Putusan akhir, Majelis juga berhak
sedang diperiksa, dan dalam hal ini dianggap menetapkan putusan-putusan pendahuluan,
perlu, para pihak akan dipanggil secara sah agar sela atau putusan-putusan parsial.40
dapat juga hadir dalam pemeriksaan tersebut. Permohonan Arbitrase harus disertai
Pameriksaan yang dimaksud antara lain:38 pembayaran biaya pendaftaran dan biaya
1) Pemeriksaan atas sengketa harus administrasi sesuai dengan ketentuan BANI.
diselesaikan dalam waktu paling lama Biaya administrasi meliputi biaya administrasi
180 (seratus delapan puluh) hari sejak Sekretariat, biaya pemeriksaan perkara dan
arbiter atau majelis arbitrase terbentuk. biaya arbiter serta biaya Sekretaris Majelis.
Arbiter atau majelis arbitrase berwenang Mengenai biaya ini didasarkan juga pada
untuk memperpanjang jangka waktu besarnya nilai tuntutan yang dicantumkan
tugasnya apabila : dalam permohonan arbitrase, baik materiil juga
2) diajukan permohonan oleh salah satu imateriil. Oleh karena itu, pemohon arbitrase
pihak mengenai hal khusus tertentu; hendaknya lebih bijak dalam menetapkan nilai
3) sebagai akibat ditetapkan putusan tuntutannya. Satu dan lain hal, karena
provisionil atau putusan sela lainnya; pendaftaran biaya arbitrase dihitung
atau berdasarkan prosentase nilai tuntutan dan
4) dianggap perlu oleh arbiter atau majelis majelis arbitrer hanya akan mengabulkan nilai
arbitrase untuk kepentingan tuntutan yang dapat dibuktikan oleh pemohon.
pemeriksaan. Silahkan merujuk pada tabel biaya di BANI.41
Dalam hal para pihak datang menghadap
pada hari yang telah ditetapkan, arbiter atau PENUTUP
majelis arbitrase terlebih dahulu A. Kesimpulan
mengusahakan perdamaian antara para pihak 1. Pengaturan mengenai alternatif
yang bersengketa. Dalam hal usaha perdamaian penyelesaian sengketa dalam hukum
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tercapai, positif di Indonesia dapat dibedakan atas
maka arbiter atau majelis arbitrase membuat pengaturan yang bersifat umum dan
suatu akta perdamaian yang final dan mengikat pengaturan yang bersifat khusus.
para pihak dan memerintahkan para pihak Pengaturan yang bersifat umum ditandai
untuk memenuhi ketentuan perdamaian dengan perumusan mengenai bentuk-
tersebut. Apabila pada hari yang ditentukan bentuk pranata alternatif penyelesaian
sebagaimana dimaksud termohon tanpa suatu sengketa dimana penyelesaian sengketa
alasan sah tidak datang menghadap, sedangkan dapat dilakukan oleh para pihak yang
termohon telah dipanggil secara patut, arbiter bersengketa dengan atau tanpa
atau majelis arbitrase segera melakukan melibatkan pihak ketiga. Adanya
pemanggilan sekali lagi. Paling lama 10 pengaturan yang bersifat khusus ditandai
(sepuluh) hari setelah pemanggilan kedua adanya suatu mekanisme tertentu yaitu
diterima termohon dan tanpa alasan sah penyelesaian sengketa melalui suatu
termohon juga tidak datang menghadap di badan atau lembaga tertentu yang
muka persidangan, pemeriksaan akan ditetapkan Undang-Undang dengan
diteruskan tanpa hadirnya termohon dan merujuk pada pengaturannya yang
tuntutan pemohon dikabulkan seluruhnya, bersifat umum dan khusus, maka model
kecuali jika tuntutan tidak beralasan atau tidak alternatif penyelesaian sengketa dalam
berdasarkan hukum.39 perundang-undangan di Indonesia juga
Majelis wajib menetapkan Putusan akhir dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
dalam waktu paling lama 30 hari terhitung sejak penyelesaian sengketa oleh para pihak
ditutupnya persidangan, kecuali Majelis yang bersengketa dengan atau tanpa
mempertimbangkan bahwa jangka waktu melibatkan pihak ketiga dan
penyelesaian sengketa melalui suatu
38Sujud Margono, Op-Cit, hlm.57
39Rachmadi Usman, Pilihan Penyelesaian Sengketa diluar 40 Ibid, hlm.70
Pengadilan, (Bandung: Citra Aditya Bakti), hlm.68 41 Dr. Frans Hendra Winarta, Op-Cit, hlm.39

62
Lex Privatum Vol. VIII/No. 3/Jul-Sep/2020

badan atau lembaga tertentu yang telah 2. Untuk para pihak-pihak yang
disebutkan dan ditetapkan dalam berkepentingan, langkah kedepannya
Undang-undang. sebaiknya Pengadilan Negeri dengan
2. Prosedur penyelesaian sengketa oleh tegas menolak atau turut campur tangan
BANI ditinjau dari Undang-Undang dalam suatu sengketa yang didalamnya
Nomor 30 Tahun 1999 sangatlah tercantum klausula arbitrase oleh BANI
membantu para pihak yang terlibat dan dalam peraturan yang ada khususnya
dalam sengketa arbitrase. Di Indonesia UU Nomor 30 Tahun 1999 hendaknya
minat menyelesaikan sengketa melalui dipegang teguh oleh para Hakim,
jalur BANI mulai meningkat sejak Pengacara/ Kuasa hukum, Notaris dan
diundangkannya Undang-Undang Nomor juga pihak yang bersengketa demi
30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan terciptanya suatu kondisi yang kita
Alternatif Penyelesaian Sengketa. Dalam kehendaki Bersama.
setiap pasal di Undang-undang nomor 30
tahun 1999 yang berkaitan dengan BANI DAFTAR PUSTAKA
juga memberikan penjelasan lebih rinci Abdurrahman K, S.H., Aspek hukum
tentang setiap prosedur penyelesaian penyelesaian sengketa secara mediasi
sengketa. di pengadilan, (Depok: Rajawali Pers,
BANI sebagai lembaga yang independen 2017),.
juga memberikan jasa yang beragam Dr. Frans Hendra Winarta, S.H., M.H,. Hukum
yang berhubungan dengan arbitrase, penyelesaian sengketa Arbitrase
mediasi, dan bentuk-bentuk lain dari Nasional Indonesia dan Internasional,
penyelesaian sengketa diluar pengadilan. (Malang: Sinar Grafika, 2016).
Prosedur beracara dari BANI yang tidak Dr. Susanti Adi Nugroho, S.H., M.H.,
bertele-tele serta memudahkan para Penyelesaian sengketa Arbitrase dan
pihak yang bersengketa menjadi salah penerapan hukumnya, (Bandung:
satu alasan untuk lebih memilih lembaga Prenada Media Group).
ini daripada peradilan umum maupun Pengertian Berdasarkan Kamus Besar Bahasa
alternatif penyelesaian sengketa lainnya Indonesia (KBBI), Edisi Keempat Tahun
diluar pengadilan. Putusan daripada 2008.
lembaga arbitrase BANI adalah final dan Nurnaningsih Amriani, Mediasi alternatif
mengikat para pihak jadi tidak ada penyelesaian sengketa perdata di
banding maupun kasasi sehingga lebih pengadilan, (Jakarta: Raja Grafindo
mempercepat proses penyelesaian Persada).
sengketa. Takdir Rahmadi, Mediasi penyelesaian sengketa
melalui pendekatan mufakat, (Jakarta:
B. Saran Raja Grafindo Persada).
1. Pada realitanya dalam pengaturan Chomzah Ali Achmad, Seri Hukum Pertanahan
alternatif penyelesaian sengketa dalam III Penyelesaian Sengketa Hak Atas
hukum positif di Indonesia banyak aturan Tanah dan Seri Hukum Pertanahan IV
perundang-undangan yang tak berjalan Pengadaan Tanah Instansi Pemerintah.
dengan baik sesuai ketentuannya, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2003).
seringkali banyak pihak yang terlibat R. Subekti, Kekuasaan Mahkamah Agung,
dalam suatu sengketa tidak mematuhi (Bandung: Alumni, 1980).
pengaturan alternatif penyelesaian M. Yahya Harahap, Arbitrase Ditinjau dari RV,
sengketa, maka diharapkan perlu adanya Peraturan Prosedur BANI, ICSID,
suatu ketentuan atau peraturan UNICITRAL, Convention on the
perundang-undangan yang membahas Recognition and Enforcement of
tentang sanksi bagi para pihak yang Foreign Arbitral Award, (Jakarta: Sinar
terlibat dalam sengketa yang tidak Grafika, 2003).
mematuhi pengaturan dalam alternatif R. Subekti, Arbitrase Perdagangan, (Bandung:
penyelesaian sengketa. Binacipta, 1987).

63
Lex Privatum Vol. VIII/No. 3/Jul-Sep/2020

Sudargo Gautama, Undang-Undang Arbitrase Dr. Sefriani, S.H. M.Hum, Arbitrase Komersial
Baru, (Bandung: Citra Aditya Bakti, Dalam Hukum Nasional, (Yogyakarta:
1999). UII Press),
H. Priyatna Abdurrasyid, Penyelesaian Sengketa Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999.
Komersial Nasional dan Internasional Rachmadi Usman, Pilihan Penyelesaian
diluar Pengadilan, (Makalah, Sengketa diluar Pengadilan, (Bandung:
September 1996). Citra Aditya Bakti).
A. Rahmat Rosyadi, Arbitrase Dalam Perspektif
Islam dan Hukum Positif, (Bandung:
Citra Aditya Bakti).
Munir Fuady, Arbitrase Nasional (Alternatif
Penyelesaian Sengketa Bisnis),
(Bandung: Citra Adtya Bakti).
Rachmadi Usman, Pilihan Penyelesaian
Sengketa Diluar Pengadilan, (Bandung:
Citra Aditya Bakti).
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perusahaan
Indonesia, (Bandung: Citra Aditya
Bakti).
Jimmy Joses Sembiring, Cara Menyelesaikan
Sengketa Diluar Pengadilan (Negosiasi,
Mediasi, Konsiliasi, dan Arbitrase),
(Jakarta: Visimedia).
Suyud Margono, ADR (Alternative Disputen
Resolution) dan Arbitrase: Proses
Pelembagaan dan Aspek Hukum,
(Bogor: Ghalia Indonesia, 2004).
Rachmadi Usman, Pilihan Penyelesaian
Sengketa Di Luar Pengadilan, (Bandung:
Citra Aditya Bakti, 2003).
Budiono Kusu mohamidjojo, Panduan Negosiasi
Kontrak, (Jakarta: Grasindo, 1999).
Maria Farida Indrati S. Ilmu perundang-
undangan, (Jakarta: Kanisius, 1998).
Munir Fuady, S.H, M.H, LL.M, Arbitrase
Nasional, (Bandung: Citra Aditya Bakti).
Nazarkhan Yasin, Kontrak konstruksi di
Indonesia, (Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama).
Gunawan Widjaja, Alternatif Penyelesaian
Sengketa, (Jakarta: Rajawali Pers).
Suparto Wijoyo, Penyelesaian Sengketa
Lingkungan (Environmental Disputes
Resolution), (airlangga University pers).
Sukamto Satoto, Pengaturan Eksistensi dan
Fungsi Badan Kepegawaian Negara,
(Yogyakarta: Hanggar Kreator).
Bagir Manan, Hukum Positif di Indonesia,
(Yogyakarta: FH UI Press).
Joni Emerzon, Alternatif Penyelesaian Sengketa
di Luar Pengadilan, (Yogyakarta:
Kanisius).

64

Anda mungkin juga menyukai