Anda di halaman 1dari 4

KEFORMALITASAN NILAI PANCASILA DAN

UPAYA MENGATASINYA DENGAN LANGKAH


POSITIF YANG SEDERHANA

DISUSUN OLEH:

CZAR EDGARD VINCENT MONTOYA

1102220128

EL-46-G1

PENDIDIKAN PANCASILA

2022/2023
A. Ringkasan Hasil Analisa
Berdasarkan hasil studi mandiri, sebagian besar mahasiswa menggangap bahwa
pendidikan Pancasila hanya sebatas formalitas dan kurang mengaplikasikannya pada
kehidupan sehari-hari.
B. Latar Belakang
Pengambilan judul ini didasarkan pada pengamatan suatu fenomena bahwa terasa
rendahnya pengetahuan dan implementasi nilai-nilai Pancasila pada lingkungan kampus
(terkhusus di suatu kelas yang diamati). Fenomena ini dibuktikan pada hasil kuesioner dan
sedikit wawancara mengenai penerapan nilai-nilai Pancasila pada lingkungan kampus.
Tujuan penelitian ini ialah menemukan solusi atas permasalahan mengenai anggapan
bahwa Pancasila hanyalah formalitas dengan menerapkan beberapa langkah positif
sederhana, dan dalam rangka memenuhi tugas Ulangan Tengah Semester mata kuliah
Pendidikan Pancasila. Penelitian ini perlu dibahas, mengingat ketidaksignifikan pendidikan
Pancasila dalam mengubah moral mahasiswa di lingkungan kampus Universitas Telkom yang
dibuktikan dengan beberapa pendapat mahasiswa tentang fenomena yang berkaitan dengan
implementasi nilai-nilai Pancasila.
C. Cara Pengambilan Data
Data diperoleh melalui dua metode, yakni dengan wawancara dan kuesioner dengan
media Google Forms. Wawancara dilakukan secara spontan dengan tujuan yakni
menganalisis pandangan narasumber mengenai implementasi pendidikan Pancasila di
lingkungan kampus maupun pada diri sendiri. Pada metode kuesioner, mahasiswa menjawab
empat pertanyaan mengenai implementasi nilai Pancasila dengan memilih skala yang
mengindikasikan seberapa besar pengaruh/perubahan/ketertarikan/keterkaitan nilai-nilai
Pancasila pada kehidupan sehari-hari.
Wawancara dilakukan dengan menanyakan dua buah soal kepada narasumber, yang
kemudian menjawabnya dengan spontan. Pertanyaan pertama yakni “Apa hal baru yang anda
dapat setelah mengikuti perkuliahan pendidikan pancasila? dan menurut anda apa
pengaruhnya kuliah pancasila di kelas kita/anda?”. Kemudian, pertanyaan kedua yakni
“Bagaimana seandainya di lingkungan kampus, Pancasila tidak pernah ada?”.
Kuesioner dilakukan dengan menanyakan empat pertanyaan, yang mana masing-masing
pertanyaan memiliki skala, yakni 1–5. Makin besar skalanya maka makin besar suatu ukuran.
Masing-masing pertanyaan pada kuesioner yakni:
 “Seberapa berpengaruh perkuliahan Pancasila bagi fellas?”
 “Menurut fellas, seberapa besar perubahan yang terjadi di dalam kampus jika
seandainya mata kuliah pendidikan Pancasila dihilangkan?”
 “Seberapa besar ketertarikan fellas dalam mendalami ilmu/filsafat dalam pendidikan
Pancasila?”
 “Seberapa besar keterkaitan nilai-nilai Pancasila dengan aktivitas fellas sehari-hari?”
Berikut ialah dokumentasi perolehan data dengan metode wawancara dan kuesioner.
1. Dokumentasi proses wawancara

2. Dokumentasi kuesioner

D. Analisa
Separuh dari sebagian besar responden dari mahasiswa di Universitas Telkom dan
sebagian kecil responden mahasiswa dari kampus lainnya menganggap Pancasila hanya
sebagai formalitas dan kurang menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Keformalitasan
ini menyebabkan pendidikan Pancasila menjadi kurang efektif dalam menyangga kehidupan
sosial di lingkungan kampus.
Salah satu fenomena yang menggambarkan keformalitasan Pancasila, yakni pengikisan
moral. Dikutip dari artikel Wahyu Hidayat (2021), sosiolog Emile Durkheim menyatakan
bahwa terjadinya pengikisan moral dipengaruhi oleh budaya luar; kerenggangan aturan
moral; kelemahan dalam mengendalikan sikap, pikiran, dan tindakan; dan moral outrage.
Dalam pembuktiannya, dilakukan riset mandiri menggunakan kuesioner dengan dua dari
empat pertanyaan, yakni “seberapa besar keterkaitan nilai-nilai Pancasila dengan aktivitas
fellas sehari-hari?” dan “Menurut fellas, seberapa besar perubahan yang terjadi di dalam
kampus jika seandainya mata kuliah pendidikan Pancasila dihilangkan?”.
Riset dilakukan dengan mempersilakan
responden mengisi skor dalam skala 1–5. Semakin
besar skornya maka semakin besar pengaruh
Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Kuesioner
diisi oleh lebih dari 26 orang –semua responden
adalah mahasiswa–. Hasil riset menunjukkan besar
skor rata-rata untuk pertanyaan pertama
Gambar 1: Diagram mengenai keterkaitan nilai-nilai menunjukkan angka 3,17. Jika dikonversi ke skala
Pancasila
1–100 maka besar skor menunjukkan angka 54,17.
Besar skor yang diperoleh ini menunjukkan bahwa
pengaruh Pancasila bagi kehidupan mahasiswa sehari-hari tidak terlalu berpengaruh dan juga
tidak terlalu kurang berpengaruh. Terakhir, untuk pertanyaan kedua, didapat skor yang telah
dikonversi ke skala 1–100 dengan besar skor menunjukkan angka 59,38.
Simpulan hasil riset diperkuat oleh hasil wawancara yang telah dilakukan. Dalam
pendapatnya, narasumber berkutat pada permasalahan lingkungan di sekitar kampus.
Menurutnya, faktor tersebut berpengaruh besar pada moral seorang mahasiswa. Oleh karena
itu, diperlukannya perombakan lingkungan kampus menjadi lebih positif dengan beberapa
langkah. Berberapa langkah tersebut ialah dengan menerapkan sanksi sosial, membuat ajakan
positif di sosial media, pendidikan karakter oleh dosen, dan mengadakan event sosial yang
positif dengan unsur kompetensi di dalamnya. Untuk langkah yang sederhana, yakni dengan
hanya menjauhi lingkungan yang membawa dampak buruk.
Selain dari dua pertanyaan kuesioner yang telah
dibahas, terdapat dua pertanyaan kuesioner lagi
yang membahas tentang minat mahasiswa dalam
perkuliahan pendidikan Pancasila. Pertanyaan ketiga
ialah “Seberapa berpengaruh perkuliahan Pancasila
bagi fellas?” dan pertanyaan keempat ialah
Gambar 2: Diagram mengenai ketertarikan dalam
pembelajaran pendidikan Pancasila
“Seberapa besar ketertarikan fellas dalam
mendalami ilmu/filsafat dalam pendidikan
Pancasila?”. Hasil riset berupa skor dengan skala 1–
100, yaitu pada pertanyaan ketiga memperoleh skor 63,54 dan pertanyaan keempat
memperoleh skor 48,96.
Skor diatas menunjukkan minat mahasiswa terhadap pendidikan Pancasila yang tidak
terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah, tetapi cenderung lebih rendah. Permasalahan tersebut
perlu diselesaikan dengan beberapa cara. Menurut Sainudin (2016), rendahnya keinginan
belajar pada pelajaran Pancasila dan Kewarganegaraan disebabkan kekurangoptimalan
pembelajaran. Oleh sebab itu, Sainudin merekomendasikan cara yang paling efektif dalam
meningkatkan keinginan belajar siswa, yaitu dengan belajar kelompok.
Kerja kelompok merupakan pembelajaran yang melibatkan beberapa orang, yang mana
masing-masingnya mempunyai tanggung jawab tersendiri, lalu mereka melatih diri mereka
serta mengajari/membantu orang yang ada di dalam kelompoknya (Amelia, 2011). Metode
Kerja Kelompok sangat efektif untuk diimplementasikan dalam pendidikan Pancasila, karena
secara tidak langsung, mereka mempelajari Pancasila bukan hanya sekedar dalam pemenuhan
tugas, tetapi membangun kesadaran tentang pengaruh Pancasila terhadap kehidupan sosial di
lingkungan kampus.
E. Kesimpulan
Keformalitasan dalam penerapan nilai-nilai Pancasila menyebabkan pengikisan moral
mahasiswa, yang sebagian besar didukung oleh faktor eksternal, lalu diperkuat dengan hasil
riset mandiri yang kemudian menjadi tolok ukur penilaian. Meleburnya moral mahasiswa
berdampak pada minat mahasiswa dalam mempelajari pendidikan Pancasila, yang dibuktikan
dengan hasil riset mandiri. Dengan demikian, disimpulkan bahwa meleburnya moral
mahasiswa berekivalen dengan rendahnya minat mahasiswa dalam mempelajari pendidikan
Pancasila
Oleh karena itu, solusi yang ditawarkan yaitu perombakan lingkungan sosial menjadi
lebih positif, terkhusus dalam pendalaman pendidikan pancasila dengan mempelajari konsep,
sejarah, filsafat, dan lain sebagainya. Solusi ini diwujudkan dengan membentuk kelompok
belajar dengan beberapa penugasan yang komperhensif. Solusi ini akan membangun moral
yang positif secara bertahap.

F. Daftar Pustaka
Amelia, T. (2011). Pengaruh Metode Pembelajaran Kerja Kelompok Terhadap Peningkatan Kinerja
Mahasiswa Pada Mata Kuliah Sistem Informasi. Stikom Institutional Repository, 20.
Hidayat, W. (2021, September 29). Pancasila, Solusi Mengatasi Krisis Moral Bangsa. Diambil
kembali dari barakata: https://barakata.id
Sainudin. (2016). Meningkatkan Minat Belajar Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) Melalui Belajar
Kelompok Pada Siswa Kelas V SD Inpres Kayuku Rahmat. Jurnal Kreatif Tadulako Online,
190.

Anda mungkin juga menyukai