Anda di halaman 1dari 7

REVIEW JURNAL INTERNASIONAL PSIKOLOGI SOSIAL

Dosen Pengampu :
Dr. Novi Qonitatin, S.Psi., M.A
Dito Aryo Prabowo, S.Psi., M.Psi.

Disusun oleh:

Shoffiyah Salsabila

15000122120053

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO

TAHUN AJARAN 2022/2023


Exploring antecedents of social loafing in students’ group work: A
mixed-methods approach
Nama penulis : Zhenpeng Luo, Einar Marnburg, Torvald Øgaard, Fevzi
Okumus
Tahun : 2021
Nama Jurnal : Journal of Hospitality, Leisure, Sport & Tourism
Education
Vol, issue, no. halaman : 28, 11, -
DOI : https://doi.org/10.1016/j.jhlste.2021.100314

PENDAHULUAN
Latar Belakang dan Literatur Review
Strategi pembelajaran dengan berkolaborasi dalam proyek sudah sering
diterapkan. Manfaat yang diperoleh dari strategi pembelajaran seperti ini pun sangat
luar biasa. Dengan strategi pembelajaran kolaborasi dalam kelompok, para siswa
dapat saling berdiskusi untuk menciptakan ide baru dan menghasilkan pemahaman
yang mendalam. Strategi kolaborasi ini juga dapat mengembangkan skill siswa yang
dibutuhkan dalam dunia pekerjaan seperti komunikasi, kompromi, kolaborasi, dan
bekerja sama dengan orang lain. Satu lagi nilai plus dari strategi kolaborasi ini adalah
dapat dilakukan kapanpun dan dimanapun dengan memanfaatkan teknologi
komunikasi yang ada.
Namun dari sekian banyak hal positif yang ditawarkan strategi pembelajaran
kolaborasi, ternyata strategi nini menemui banyak tantangan dalam prakteknya. Salah
satu yang paling berbahaya adalah “social loafing”. Fenomena yang sering disebut
juga dengan free riding ini adalah kecenderungan individu untuk menyumbang
kontribusi lebih kecil dan tidak berkomitmen pada tujuan jika bekerja dalam sebuah
kelompok dibandingkan bekerja secara individu. Terdapat dua hal yang diidentifikasi
menjadi faktor penyebab social loafing yaitu loafer apathy dan loafer social
disconnectedness. Kemudian sebuah studi mengatakan bahwa tingkat social loafing
dapat dipengaruhi oleh identitas diri. Identitas diri sendiri memiliki tiga level yaitu
Individual, relasi, dan kolektif (individual, relational, and collective). Kolektivis
sangat terbuka dengan kerjasama dalam kelompok, sedangkan individualis tidak
terlalu menaruh ketertarikan dengan kerjasama dalam kelompok. Tingkat social
loafing individu yang berasal dari kultur individualis lebih tinggi daripada individu
yang berasal dari kultur kolektivis.
Tujuan penelitian dalam jurnal ini adalah :
1. Mengeksplorasi secara kualitatif faktor yang menyebabkan social loafing
pada mahasiswa S1 (undergraduate).
2. Menganalisis apakah hasil penelitian dapat digeneralisasi dengan studi
kuantitatif.
Kemudian penelitian ini juga akan menawarkan rekomendasi untuk meminimalisir
social loafing pada mahasiswa S1 guna peningkatan kualitas pengajaran dan prestasi
akademik.

METODOLOGI
Metode yang digunakan dalam penelitian dalam jurnal ini adalah mixed-methods
sequential. Pada tahap pertama akan dilakukan studi kualitatif untuk mengetahui
faktor yang mendorong munculnya social loafing. Kemudian pada tahap kedua akan
dikembangkan instrumen secara kuantitatif untuk mengetahui konsistensi dan
dampak dari social loafing.
Tahap 1 (Studi Kualitatif)
Metode : Metode yang digunakan dalam tahap pertama ini adalah daftar bebas
(free-listing). Digunakan dengan membuat daftar item untuk mengetahui apakah
suatu item cukup kuat untuk dimasukan dalam konsep serta menentukan apakah item
tersebut dapat dianalisis lebih lanjut.
Sampel : Sampel dalam penelitian jurnal ini berasal dari mahasiswa S1 Sekolah
Manajemen Perhotelan dan Pariwisata di China. Sampel diambil 30 mahasiswa dari
10 kelas dengan tingkatan yang berbeda.
Prosedur : Pertama, mahasiswa dikenalkan dan diberi penjelasan mengenai social
loafing. Kedua, mahasiswa ditunjukkan mengenai kebijakan kerahasiaan. Ketiga,
mahasiswa diminta untuk menuliskan secara anonim di selembar kertas hal-hal yang
menyebabkan mereka malas dalam tugas kelompok. Dari hasil tersebut diperoleh 211
jawaban valid dari 250 mahasiswa dan kemudian terbentuk 409 item.
Analisis Data : Dilakukan untuk membantu peneliti mengetahui faktor pendorong
social loafing dalam tugas kelompok. Analisis ini dilakukan dengan
pengidentifikasian dan penghitungan item yang muncul. Analisis ini dilakukan dalam
3 proses oleh seorang peneliti dan 2 orang mahasiswa. Pertama, penyaringan jawaban
valid dan tidak valid yang menghasilkan 112 jawaban dari 250 mahasiswa valid.
Kedua, dilakukan pengkodean item berdasarkan kesesuaian makna item dan
menghapus item yang tidak relevan. Ketiga item dikategorisasikan dalam faktor atau
dimensi berdasarkan kesesuaiannya. Penamaan faktor-faktor ini berdasar pada teori
dan penelitian yang sudah dikembangkan sebelumya.
Hasil : Dari penelitian tahap satu ini menghasilkan 6 faktor dari 409 yang telah ada,
yaitu :
1. Tanggung jawab bersama (Shared responsibility). Faktor ini memiliki
frekuensi paling tinggi diantara faktor-faktor lain. Para responden
mengindikasi bahwa beberapa anggota kelompok lebih sedikit dan bahkan
sama sekali tidak bertanggung jawab, sementara anggota lainnya menjalankan
tanggung jawab penuh dalam tugas.
2. Sikap apatis (Apathy). Faktor ini mengarah pada anggota yang tidak memiliki
ketertarikan pada topik tugas, materi yang dipelajari, dan bahkan pada jurusan
pilihan mereka. sikap yang seperti ini kan membawa dampak buruk pada
kinerja kelompok karena kepasifan anggota.
3. Keterbatasan waktu (Time limitation). Sekitar 19% mahasiswa memiliki
masalah terkait keterbatasan waktu. Yang artinya mereka juga menemui
kendala bukan hanya dalam akademik, tetapi juga kegiatan lain seperti
ekstrakurikuler, dan kegiatan sosial yang bekerja dalam kelompok. Karena
kebanyakan tugas harus dikumpulkan dalam waktu singkat, mahasiswa yang
buruk dalam manajemen waktu akan merasa tidak sanggup dalam
mengerjakan tugas.
4. Kompetensi (Competency). Sekitar 15% mahasiswa mengatakan mereka tidak
mempunyai kompetensi yang memadai dalam tugas yang diberikan sehingga
mereka tidak tahu apa yang harus dikerjakan. Hal ini dapat terjadi karena
kemampuan akademik individu, atensi dalam kelas, dan penjelasan tugas dari
dosen.
5. Keadilan (Fairness). Faktor ini mengarah pada pembagian tugas
masing-masing anggota, perlakuan antaranggota, dan penilaian. Beberapa
mahasiswa menganggap penilaian yang diberikan tidak sebanding dengan
besar kontribusi dalam kelompok sehingga menimbulkan ketidakpuasan.
Sering pula anggota yang berkontribusi lebih sedikit justru mendapat
penilaian yang bagus sehingga memunculkan kecemburuan.
6. Konflik dalam kelompok (Group Conflict). Faktor ini merupakan faktor yang
paling umum dan paling sering dijumpai dalam kelompok. Ketidaksepahaman
antar anggota kelompok seringkali menyebabkan konflik. Jika konflik tidak
dapat diatasi, maka hal tersebut akan berpengaruh pada pengabaian tanggung
jawab oleh anggota sehingga performa kelompok menjadi buruk.
Selain faktor yang didapat dari studi kualitatif, peneliti menambahkan beberapa
faktor yang sekiranya dapat mendorong social loafing. Faktor tersebut yaitu identitas
diri baik individual maupun kolektif, jenis kelamin, dan ukuran kelompok.

Tahap 2 (Studi Kuantitatif)


Tahap ini dilakukan untuk menguji konsistensi faktor-fktor yang telah ditemukan
dengan cara studi kuantitatif. Hal ini dilakukan untuk menguji validitas dan
reliabilitas faktor dan dampaknya pada social loafing.
Pengukuran (Measures) : Setelah studi sebelumnya selesai dilakukan, peneliti
kemudian melakukan diskusi dan revisi hingga tercipta skala final. Untuk
memperoleh skala dalam versi bahasa China digunkan strategi adaptasi. Skala yang
telah selesai dalam proses adaptasi, kemudian diuji cobakan dan direvisi sesuai
feedback dari partisipan. Skala ini terdiri dari 8 faktor yaitu, kemalasan sosial,
tanggung jawab bersama, apatis, keterbatasan waktu, kompetensi, keadilan,
kelompok konflik, dan identitas diri.
- Kemalasan sosial diukur dengan meminjam pemikiran Jasawalla, dkk (2009)
yang di dalamnya termasuk dua sub-faktor yaitu doing less dan doing poor
dan masing-masing sub-faktor terdiri dari 4 item.
- Tanggung jawab bersama diukur dengan mengadaptasi pemikiran Chen and
Kanfer (2006) dengan item berjumlah 3.
- Konflik kelompok terdiri dari 4 item yang diadaptasi dari Jehn (1994).
- Relasi emosi dengan anggota kelompok terdiri dari 4 item.
- Keadilan diukur melalui tiga faktor yaitu procedural, outcomes, dan
interpersonal fairness.
- Kompetensi diukur dengan 5 item yang disusun berdasarkan jawaban
mahasiswa.
- keterbatasan waktu diukur dengan 4 item yang disusun berdasarkan jawaban
mahasiswa.
- Sikap apatis terdiri dari 4 item.
- Identitas diri diukur melalui dua faktor pada tingkatan identitas individu dan
kolektif.

Sampel dan Prosedur : Sebanyak 303 mahasiswa pariwisata dan perhotelan dari dua
universitas di China turut menjadi partisipan dalam penelitian ini. Pengumpulan data
dilakukan dengan menggunakan sebuah aplikasi yaitu Survey Star dari WeChat.
Kemudian data yang diperoleh diolah menggunakan software SPSS.

Analisis Data : Analisis data dilakukan dengan teknik analisis kuantitatif yang terdiri
dari primarily descriptive statistics, exploratory factor analysis, reliability, dan
hierarchical regression analysis.
● Primarily descriptive statistics : responden terdiri dari 303 orang yang
sebagian besar adalah perempuan (60.8%). Sebagian besar responden adalah
senior, sebanyak 22.1% adalah mahasiswa tahun pertama, sebanyak 14.2%
adalah mahasiswa tahun kedua, dan 10.9% adalah junior. Sebagai tambahan
sebanyak 47.5% responden mengklaim dirinya berkontribusi secara rata-rata
dan 43.9% mengklaim berkontribusi di atas rata-rata. semnatara itu beberapa
mengklaim mereka bekerja di bawah rata- rata (4.0%) atau sama sekali tidak
berkontribusi (0.7%).
● Exploratory factor analysis: dilakukan untuk mengetahui apakah faktor masih
konsisten dari studi kualitatif atau tidak. Uji Kaiser-Meyer-Olkin (KMO) pada
tes ini memperoleh 0.912, sedangkan uji Bartlett’s menunjukkan signifikansi
sebesar 0.01. Dari hasil uji tersebut diperoleh data yaitu pengukuran identitas
diri terkonfirmasi valid, kemalasan sosial hanya terkonfirmasi valid satu
faktor, hubungan emosi valid, konflik mengenai tugas tidak valid, faktor
prosedural dan interpersonal dalam keadilan valid sedangkan outcome tidak
valid, tanggung jawab bersama valid, 3 item dalam sikap apatis valid, 3 item
dalam keterbatasan waktu valid, 5 item dalam kompetensi valid.
● Hierarchical regression analysis : untuk menguji dari dampak faktor social
loafing, dilakukan hierarchical regression analysis ini setelah pengujian
asumsi (normalitas, linearitas, multikolinearitas, homoskedastisitas, dan
independensi data). Dalam tahap pertama dalam pengujian, beberapa variabel
yaitu jenis kelamin, lamanya studi dalam universitas, preferensi tugas
kelompok, kontribusi, ukuran kelompok dan nilai tugas menjadi variabel
terkontrol, sedangkan 11 faktor lain sebagai variabel prediktor.

Hasil menunjukkan variabel terkontrol hanya menjelaskan 12,8% dari varians


kemalasan sosial, sedangkan kesebelas faktor menjelaskan 52,5% kemalasan sosial.
Dua dari koefisien model 1 menunjukkan signifikansi, sedangkan dalam model 2
terdapat 3 faktor yang signifikan. Ini artinya kompetensi, hubungan emosi, dan
identitas kolektif adalah prediktor utama dari social loafing. Sedangkan faktor
lainnya tidak signifikan dalam memprediksi social loafing.
KESIMPULAN
Sebagai kesimpulan, penelitian dalam jurnal ini menganalisis fenomena social
loafing pada mahasiswa S1. Penelitian dilakukan dengan dua tahap, tahap pertama
menggunakan studi kualitatif untuk mengetahui faktor-faktor yang menjadi penyebab
social loafing. Faktor yang berhasil ditemukan terdiri dari tanggung jawab bersama,
sikap apatis, keterbatasan waktu, kompetensi, keadilan, dan konflik kelompok.
Kemudian tahap kedua dilakukan dengan studi kuantitatif. Dalam tahap ini beberapa
variabel kontrol seperti jenis kelamin, lama kuliah, preferensi kerja kelompok, dan
konsep diri siswa ditambahkan sebagai prediktor perilaku kemalasan sosial
ditambahkan. Kemudian item dari masing-masing faktor dianalisis validitas serta
reliabilitasnya. Hasil menunjukkan adanya konsistensi antara studi kualitatif dan
kuantitatif. Selanjutnya analisis regresi hirarkis dilakukan dengan hasil tiga faktor
yaitu kompetensi mahasiswa, hubungan emosi, dan identitas kolektif adalah faktor
utama pendorong social loafing.
IMPLIKASI
Implikasi Teoritis
1. Mengidentifikasi 6 faktor pendorong social loafing. Menurut studi terdahulu
faktor kompetensi, hubungan emosi, dan tanggung jawab bersama
terkonfirmasi. Dan faktor keadilan dan keterbatasan waktu adalah faktor baru
yang diciptakan dalam penelitian ini.
2. Terdapat 3 faktor yang menjadi prediktor utama dari social loafing yaitu
kompetensi, hubungan emosi, dan identitas kolektif.
3. Faktor jenis kelamin dan ukuran grup yang pada studi terdahulu dikatakan
sebagai prediktor, ternyata tidak terkonfirmasi.
4. Penelitian ini menunjukkan preferensi tugas kelompok, lama berkuliah, nilai
tugas , and dan kontribusi pada tugas tidak menjadi prediktor dalam social
loafing.
5. Menguji skala two-factor yang dikembangkan Jasawalla dan dihasilkan hanya
satu faktor yang mengkombinasi dua faktor dari quantity dan quality.

Implikasi Praktis
Penelitian ini juga menawarkan cara untuk mengatasi social loafing. Pertama, karena
hubungan emosional antar anggota sangat berperan, kunci untuk meminimalisir
social loafing adalah dengan membangun hubungan yang baik dengan anggota
kelompok. Kedua, identitas kolektif juga berperan. Untuk itu perlu dipastikan formasi
kelompok yang ideal agar tidak mengganggu performa kelompok. Ketiga, mengenai
kompetensi. Mahasiswa diberi kebebasan untuk memilih tugas mana yang sekiranya
cocok dan mudah untuk dia dia kerjakan. Serta dengan bantuan teman kelompok dan
dosen/guru, mahasiswa dapat mengembangkan kompetensinya.

Anda mungkin juga menyukai