Anda di halaman 1dari 11

Tugas Negosiasi Bisnis

disusun untuk memenuhi tugas Negosiasi Bisnis

Disusun oleh:

Fajar Malik: 1501160290

Kelas: AB 40-06

ADMINISTRASI BISNIS

FAKULTAS KOMUNIKASI BISNIS

TELKOM UNIVERSITY

BANDUNG

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Allah S.W.T yang


telah melimpahkan nikmat, taufik serta hidayah-Nya yang sangat besar sehingga
kami pada akhirnya bisa menyelesaikan tugas Negosiasi Bisnis tepat pada
waktunya. Rasa terima kasih juga kami ucapkan kepada Dosen pembimbing yang
selalu memberikan dukungan serta bimbingannya tugas Negosiasi Bisnis ini dapat
disusun dengan baik.

Semoga tugas Negosiasi Bisnis yang telah kami susun ini turut
memperkaya khazanah ilmu Negosiasi Bisnis serta bisa menambah pengetahuan
dan pengalaman para pembaca. Selayaknya kalimat yang menyatakan bahwa tidak
ada sesuatu yang sempurna. Kami juga menyadari masih memiliki banyak
kekurangan, Maka dari itu kami mengharapkan saran serta masukan dari para
pembaca sekalian demi penyusunan tema serupa yang lebih baik lagi.

Bandung 06 April 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar..................................................................................................i

Daftar isi...........................................................................................................ii

BAB I Gambaran Kasus...................................................................................1

1.1 Judul Kasus ....................................................................................1

BAB II Landasan Teori....................................................................................3

2.1 Negosiasi Multi pihak.....................................................................3

2.2 Koalisi............................................................................................5

2.3 Pembentukan dan Pengembangan Koalisi.......................................6

2.4 Standard untuk Pembuatan Keputusan Koalisi……………………6

BAB III Analisis Kasus....................................................................................7

2.3 Hasil Analisis..................................................................................7

BAB IV Kesimpulan dan Saran .......................................................................8

ii
BAB I
Gambaran Kasus

1.1 Judul Kasus: Koalisi Australia Akan Negosiasi dengan


Indonesia soal Pencari Suaka

CANBERRA, KOMPAS.COM — Australia akan dekati Indonesia untuk


bernegosiasi soal kebijakannya mencegah pencari suaka masuk ke perairannya.
Kebijakan yang digagas oleh koalisi pimpinan Perdana Menteri terpilih Tony Abbott
sebelumnya ditolak oleh Pemerintah Indonesia. Calon Menteri Luar Negeri Australia,
Julie Bishop, mengatakan bahwa koalisi di bawah pimpinan Perdana Menteri (PM)
Tony Abbott akan bernegosiasi dengan Indonesia soal masalah pencari suaka.
Negosiasi akan dilakukan setelah sebelumnya Indonesia menolak usulan koalisi soal
kebijakan pencari suaka yang dilontarkan saat kampanye pemilu. Di hadapan Komisi
Hubungan Luar Negeri di DPR, Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa mengatakan
bahwa kebijakan soal pencari suaka Australia yang digagas PM terpilih Tony Abbott
seolah menjadikan masalah tersebut harus diselesaikan dari Indonesia. Tidak hanya
itu, Marty juga telah menegaskan kepada parlemen bahwa pemerintah akan menolak
usulan Abbott untuk membeli perahu dari para nelayan di Indonesia. "Tentu saja kita
akan menolak jika mereka mencoba mencegah kapal dari Indonesia dengan cara
membeli kapal-kapal milik nelayan Indonesia," tekan Marty. Menurutnya,
Pemerintah Indonesia perlu membedakan antara kampanye politik Abbott sebelum ia
menjadi Perdana Menteri dan kenyataan di lapangan. Saat kampanye jelang pemilu,
pihak koalisi berjanji untuk membeli perahu-perahu milik nelayan Indonesia sebagai
bagian dari rencana untuk menghentikan perdagangan manusia. Kebijakan ini
ditentang oleh Menteri Imigrasi Australia, Tony Burke, juga pengamat hubungan luar
negeri dari Universitas Indonesia, Profesor Hikmahanto Juwana. "Kebijakan itu
hanyalah akan membuat hubungan Indonesia dan Australia menjadi buruk. Indonesia
tidak akan menerima gagasan Abbott," kata Profesor Hikmahanto. Abbott sendiri
dalam kampanyenya pernah mengusulkan anggaran jutaan dollar untuk membayar
para nelayan atau warga Indonesia yang memiliki informasi soal perdagangan
manusia berdalih pencari suaka. Informasi ini nantinya akan digunakan pihak
keamanan Australia untuk ditindaklanjuti. "Pastinya, kita akan menolak kebijakan-
kebijakan yang tidak sejalan dengan semangat kerja sama dan integritas serta
kedaulatan nasional," tekan Marty. "Saya harap setelah kita mulai berkomunikasi,
kita dapat tahu apa kebijakan Australia sesungguhnya." Operasi Kedaulatan

1
Perbatasan Abbott mengumumkan Operasi Kedaulatan Perbatasan pada bulan Juli
lalu, yang melibatkan militer untuk memerangi perdagangan manusia ke Australia.
Operasi ini dipimpin oleh komandan bintang tiga. Aksi dalam operasi ini termasuk
meminta kapal pencari suaka yang masuk Australia untuk kembali ke Indonesia.
Usulan ini pun tidak didukung oleh Indonesia. Julie menjelaskan bahwa Operasi
Kedaulatan Perbatasan pun akan menjadi pembahasan dalam pertemuan bilateral
dengan Pemerintah Indonesia. Rencananya pertemuan ini akan dilakukan segera.
"Diskusi akan dilakukan dengan pertemuan tatap muka, tanpa perantara media,"
tekan Julie. "Sangatlah penting bagi Australia bekerja sama dengan Indonesia untuk
bisa menghentikan perdagangan manusia yang melewati Indonesia." Namun, Abbott
tetap percaya kalau Australia bisa bekerja sama dengan Indonesia.

Sumber:
https://internasional.kompas.com/read/2013/09/13/0821138/Koalisi.Australia.Akan.Nego
siasi.dengan.Indonesia.soal.Pencari.Suaka

2
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 NEGOSIASI MULTIPIHAK

Negosiasi multipihak adalah negosiasi dimana terdapat lebih dari dua  pihak yang
bernegoisasi satu sama lain dan mencoba untuk mencapai kesepakatan  bersama. Banyak
individu yang ada pada setiap “sisi” negosiasi- dengan kata lain pihak-pihak dalam
sebuah negoisasi adalah tim dengn tim, bukan individu dengan individu.

A.Jumlah Pihak Dalam Negosiasi

 Agen
Yaitu mereka yang tidak hanya mewakili kepentingan dan masalahnya sendiri,
tetapi juga mewakili sudut pandang orang lain yang mungkin tidak ada dalam
negosiasi tersebut.
 Konstituen(Principal)
Satu atau beberapa pihak yang menunjuk orang lain (agen) untuk menyampaikan
posisi dan kepentingannya dalam negosiasi. Contohnya: Pengacara dengan Klien.
Konstituen biasanya tidak ikut serta dalam negosiasi yang sesungguhnya
(walaupun sesungguhnya mereka dapat hadir), tetapi mereka memilih agen untuk
menyampaikan kepentingannya kepada negosiator lain dan untuk melaporkan
kembali apa yang terjadi selama proses negosiasi tersebut.
 Penonton, khalayak (audience) dan pihak ke tiga.
Penonton, adalah pihak-pihak yang memiliki sedikit kepentingan dalam negosiasi
dan yang peduli terhadap masalah-masalah substantif atau proses dalam
mencapai resolusi, tetapi tidak diungkapkan secara formal dalam negosiasi.
Para penonton seringkali mengikuti negosiasi, menyampaikan pandangan umum
atau pribadi kepada negosiator mengenai kemungkinan hasil atau proses, dan
sedikit banyak dipengaruhi oleh apa yang terjadi.
Khalayak (audience), adalah individu atau kelompok yang tidak terlibat langsung
dalam atau dipengaruhi oleh suatu negosiasi, tetapi yang berkesempatan untuk
mengamati dan bereaksi terhadap peristiwa yang berlangsung dan seringkali juga
dapat memberikan masukan, saran, atau kritik kepada negosiator
Penonton dan konstituen juga dapat bertindak sebagai khalayak. Jadi, dapat
diartikan juga sebagai semua anggota tim-tim yang sedang melakukan negosiasi,

3
tetapi tidak terlibat secara aktif dalam dialog dengan pihak lain
Pihak ke tiga, yaitu sebagai penonton yang dapat dimasukan ke dalam negosiasi
secara khusus dengan tujuan untuk menyelesaikan negosiasi.
Pihak ke tiga dapat membentuk ulang sebuah situasi yang beku menjadi sebuah
kesepakatan yang konstruktif.
Penonton juga bisa sama efektifnya dengan pihak ke tiga jika mereka memiliki
kemampuan yang dibutuhkan dan bertindak sebagai pihak yang netral.

B. Bagaimana Agen, Konstituen, dan Audience (khalayak) Mempengaruhi Negosiasi

Negosiator yang memiliki konstituen biasanya terlibat dalam dua hubungan yang
berbeda, dan seringkali dalam dua negosiasi yang terpisah dan berbeda:

 Hubungan negosiasi pertama adalah antara agen dan konstituen (kadang


disebut juga negosiasi di belakang layar), keduanya harus menyamakan
pandangannya mengenai apa yang ingin mereka capai dalam negosiasi
(bayaran untuk pertunjukkan, iklan, promosi, dsb) dan strategi atau taktik
untuk mendapatkannya.
 Setelah mereka menyetujui tujuannya, konstituen selanjutnya
memberikan sedikit kewenangan dan otoritas kepada agen untuk
mencapai tujuan dalam diskusi dengan negosiator lain.
 Konstituen berharap bahwa agen mereka akan dapat mewakili
kepentingan bersamanya secara akurat, dan antusias dalam proses
negosiasi, melaporkan perkembangan negosiasi secara berkala, dan
terakhir melaporkan hasilnya pada akhir proses negosiasi.
 Hubungan negosiasi yang kedua adalah dengan agen yang lain
(negosiator lawan), ketika keduanya mencoba untuk mencapai
persetujuan yang tepat dan efektif
 Negosiasi ini biasanya terjadi “didepan layar”. Untuk mencapai
kesepakatan mengharuskan agen untuk menunjukkan tujuan di depan
layar yang telah ditetapkannya dengan konstituennya di belakang layar
dan kemudian menjelaskan dan membenarkan tujuan tersebut kepada
konstituenntya.
 Jenis yang ke tiga yaitu khalayak yang terdiri dari penonton dan
pengamat eksternal. Mereka dapat dipengaruhi hasil negosiasi atau

4
memiliki pandangan yang menguntungkan untuk mengamatinya dan
keinginan kuat untuk mengomentari proses negosiasi.

2.2 Koalisi

Koalisi adalah sebuah atau sekelompok persekutuan, gabungan atau aliansi


beberapa unsur, di mana dalam kerjasamanya, masing-masing memiliki kepentingan
sendiri-sendiri. Aliansi seperti ini mungkin bersifat sementara atau berasas manfaat.
Dalam pemerintahan dengan sistem parlementer, sebuah pemerintahan koalisi adalah
sebuah pemerintahan yang tersusun dari koalisi beberapa partai sedangkan oposisi koalisi
adalah sebuah oposisi yang tersusun dari koalisi beberapa partai. Dalam hubungan
internasional, sebuah koalisi bisa berarti sebuah gabungan beberapa negara yang dibentuk
untuk tujuan tertentu. Koalisi bisa juga merujuk pada sekelompok orang/warganegara
yang bergabung karena tujuan yang serupa. Koalisi dalam ekonomi merujuk pada sebuah
gabungan dari perusahaan satu dengan lainnya yang menciptakan hubungan saling
menguntungkan. Dalam pembentukan kekuatan pemerintahan koalisi pertama kali
dikenalkan oleh seorang filsuf muda Indonesia Dian Fernando Sihite, berdasarkan teori
yang ia kemukakan sebuah pemerintahan akan sangat kuat apabila koalisi yang dibentuk
merupakan koalisi bayangan artinya koalisi yang terbentuk bukanlah koalisi yang
sesungguhnya. Koalisi bayangan juga berarti tidak ada koalisi namun pemerintah yang
menguasai parlemen dan media menampilkannya sebagai suatu koalisi.Tidak adanya
koalisi membuat kekuatan pemerintahan tersebuat tidak akan terpecah pecah.

a. Pemerintahan Koalisi
Pemerintahan koalisi adalah kabinet dalam pemerintahan parlementer, di mana
beberapa partai bekerja sama. Alasan yang biasanya menyebabkan pembentukan koalisi
ialah karena tidak adanya partai yang secara sendirian dapat dapat
mencapai mayoritas di parlemen. Selain itu, sebuah pemerintahan koalisi mungkin juga
dibentuk dalam masa kesulitan atau krisis nasional, misalnya selama masa perang, untuk
memberikan kepada pemerintah tingkat legitimasi politik yang tinggi yang
dibutuhkannya; selain juga peranan dalam mengurangi pertikaian politik internal. Pada
saat seperti itu, partai-partai akan membentuk koalisi semua partai (kadang-kadang juga
disebut "pemerintahan persatuan nasional", atau "koalisi akbar"). Umumnya jika suatu
koalisi runtuh, maka pengambilan suara untuk mosi kepercayaan atau mosi tidak
percaya akan dilaksanakan.

5
2.3 Pembentukan dan Pengembangan Koalisi
Alasan yang biasanya menyebabkan pembentukan koalisi ialah karena tidak adanya partai
yang secara sendirian dapat dapat mencapai mayoritas di parlemen. Selain itu, sebuah
pemerintahan koalisi mungkin juga dibentuk dalam masa kesulitan atau krisis nasional,
misalnya selama masa perang, untuk memberikan kepada pemerintah tingkat legitimasi
politik yang tinggi yang dibutuhkannya; selain juga peranan dalam mengurangi pertikaian
politik internal. Pada saat seperti itu, partai-partai akan membentuk koalisi semua
partai (kadang-kadang juga disebut "pemerintahan persatuan nasional", atau "koalisi
akbar"). Umumnya jika suatu koalisi runtuh, maka pengambilan suara untuk mosi
kepercayaan atau mosi tidak percaya akan dilaksanakan.

2.4 Standar Untuk Pembuatan Keputusan Koalisi


Secara umum anjuran standar kesetaraan mengusulkan bahwa setiap orang seharusnya
menerima sama besar dan anjuran standar kebutuhan mengusulkan bahwa pihak harus
menerima lebih dari proposisi untuk beberapa demontrasi yang dibutuhkan dengan bagian
yang lebih besar dari pemasukan. Dan juga kecenderungan pihak untuk memilih standar
yang melayani kebutuhan individu mereka.

6
BAB III

ANALISIS KASUS

3.1 Hasil Analisis

Dari kasus yang sudah dijelaskan pada Bab 1, terdapat beberapa pihak yang
terlibat yaitu pemerintah Australia melalui koalisi pimpinan Perdana Menteri
terpilihnya Tony Abbott dan pemerintah Indonesia melalui Menteri Luar Negeri
Marty Natalegawa dan juga pihak-pihak terkait lainnya. dalam kasus tersebut
pemerintah Australia mencoba bernegosiasi dengan pemerintah Indonesia untuk
mengeluarkan kebijakan agar para pencari suaka tidak memasuki wilayah perairan
Australia. Pemerintah Indonesia sebelumnya sudah pernah menolak usulan koalisi
Australia soal kebijaka pencari suaka. Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa
mengatakan bahwa kebijakan tersebut dinilai seolah menjadikan maslah tersebut
harus diselesaikan dari Indonesia.

Dalam kasus diatas pihak yang menjadi konstituen atau principal adalah PM
Australia dan Kementrian Luar Negeri Indonesia, lalu yang berperan sebagai agen
adalah orang-orang yang diutus oleh masing-masing kementrian luar negeri,
terdapat juga khalayak yaitu Menteri Imigrasi Australia yaitu Tony Burke dan
juga pengamat hubungan luar negeri dari Universitas Indonesia Prof. Hikmahanto
Juwana.

7
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Negoisasi banyak pihak dan tim adalah banyak pihak yang bernegoisasi
satu sama lain dan mencoba untuk mencapai kesepakatan bersama. Banyak
individu yang ada pada setiap “sisi” negosiasi- dengan kata lain pihak-pihak
dalam sebuah negoisasi adalah tim dengn tim, bukan individu dengan individu.

Seperti pada kasus ini ada beberapa pihak yg terlibat yaitu pemerintah Australia
dan Indonesia juga pihak yang terlibat secara tidak langsung yaitu para pencari
suaka itu sendiri. Semua pihak tentu mempunyai kepentingannya masing-masing.

Saran

Sebaiknya pemerintah tetap menolak usulan PM Australia karena dengan


kebijakan tersebut dinilai hanya akan membuat hubungan Indonesia dan Australia
menjadi buruk.

Anda mungkin juga menyukai