Disusun oleh:
Kelas: AB 40-06
ADMINISTRASI BISNIS
TELKOM UNIVERSITY
BANDUNG
2019
KATA PENGANTAR
Semoga tugas Negosiasi Bisnis yang telah kami susun ini turut
memperkaya khazanah ilmu Negosiasi Bisnis serta bisa menambah pengetahuan
dan pengalaman para pembaca. Selayaknya kalimat yang menyatakan bahwa tidak
ada sesuatu yang sempurna. Kami juga menyadari masih memiliki banyak
kekurangan, Maka dari itu kami mengharapkan saran serta masukan dari para
pembaca sekalian demi penyusunan tema serupa yang lebih baik lagi.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar..................................................................................................i
Daftar isi...........................................................................................................ii
2.2 Koalisi............................................................................................5
ii
BAB I
Gambaran Kasus
1
Perbatasan Abbott mengumumkan Operasi Kedaulatan Perbatasan pada bulan Juli
lalu, yang melibatkan militer untuk memerangi perdagangan manusia ke Australia.
Operasi ini dipimpin oleh komandan bintang tiga. Aksi dalam operasi ini termasuk
meminta kapal pencari suaka yang masuk Australia untuk kembali ke Indonesia.
Usulan ini pun tidak didukung oleh Indonesia. Julie menjelaskan bahwa Operasi
Kedaulatan Perbatasan pun akan menjadi pembahasan dalam pertemuan bilateral
dengan Pemerintah Indonesia. Rencananya pertemuan ini akan dilakukan segera.
"Diskusi akan dilakukan dengan pertemuan tatap muka, tanpa perantara media,"
tekan Julie. "Sangatlah penting bagi Australia bekerja sama dengan Indonesia untuk
bisa menghentikan perdagangan manusia yang melewati Indonesia." Namun, Abbott
tetap percaya kalau Australia bisa bekerja sama dengan Indonesia.
Sumber:
https://internasional.kompas.com/read/2013/09/13/0821138/Koalisi.Australia.Akan.Nego
siasi.dengan.Indonesia.soal.Pencari.Suaka
.
2
BAB II
LANDASAN TEORI
Negosiasi multipihak adalah negosiasi dimana terdapat lebih dari dua pihak yang
bernegoisasi satu sama lain dan mencoba untuk mencapai kesepakatan bersama. Banyak
individu yang ada pada setiap “sisi” negosiasi- dengan kata lain pihak-pihak dalam
sebuah negoisasi adalah tim dengn tim, bukan individu dengan individu.
Agen
Yaitu mereka yang tidak hanya mewakili kepentingan dan masalahnya sendiri,
tetapi juga mewakili sudut pandang orang lain yang mungkin tidak ada dalam
negosiasi tersebut.
Konstituen(Principal)
Satu atau beberapa pihak yang menunjuk orang lain (agen) untuk menyampaikan
posisi dan kepentingannya dalam negosiasi. Contohnya: Pengacara dengan Klien.
Konstituen biasanya tidak ikut serta dalam negosiasi yang sesungguhnya
(walaupun sesungguhnya mereka dapat hadir), tetapi mereka memilih agen untuk
menyampaikan kepentingannya kepada negosiator lain dan untuk melaporkan
kembali apa yang terjadi selama proses negosiasi tersebut.
Penonton, khalayak (audience) dan pihak ke tiga.
Penonton, adalah pihak-pihak yang memiliki sedikit kepentingan dalam negosiasi
dan yang peduli terhadap masalah-masalah substantif atau proses dalam
mencapai resolusi, tetapi tidak diungkapkan secara formal dalam negosiasi.
Para penonton seringkali mengikuti negosiasi, menyampaikan pandangan umum
atau pribadi kepada negosiator mengenai kemungkinan hasil atau proses, dan
sedikit banyak dipengaruhi oleh apa yang terjadi.
Khalayak (audience), adalah individu atau kelompok yang tidak terlibat langsung
dalam atau dipengaruhi oleh suatu negosiasi, tetapi yang berkesempatan untuk
mengamati dan bereaksi terhadap peristiwa yang berlangsung dan seringkali juga
dapat memberikan masukan, saran, atau kritik kepada negosiator
Penonton dan konstituen juga dapat bertindak sebagai khalayak. Jadi, dapat
diartikan juga sebagai semua anggota tim-tim yang sedang melakukan negosiasi,
3
tetapi tidak terlibat secara aktif dalam dialog dengan pihak lain
Pihak ke tiga, yaitu sebagai penonton yang dapat dimasukan ke dalam negosiasi
secara khusus dengan tujuan untuk menyelesaikan negosiasi.
Pihak ke tiga dapat membentuk ulang sebuah situasi yang beku menjadi sebuah
kesepakatan yang konstruktif.
Penonton juga bisa sama efektifnya dengan pihak ke tiga jika mereka memiliki
kemampuan yang dibutuhkan dan bertindak sebagai pihak yang netral.
Negosiator yang memiliki konstituen biasanya terlibat dalam dua hubungan yang
berbeda, dan seringkali dalam dua negosiasi yang terpisah dan berbeda:
4
memiliki pandangan yang menguntungkan untuk mengamatinya dan
keinginan kuat untuk mengomentari proses negosiasi.
2.2 Koalisi
a. Pemerintahan Koalisi
Pemerintahan koalisi adalah kabinet dalam pemerintahan parlementer, di mana
beberapa partai bekerja sama. Alasan yang biasanya menyebabkan pembentukan koalisi
ialah karena tidak adanya partai yang secara sendirian dapat dapat
mencapai mayoritas di parlemen. Selain itu, sebuah pemerintahan koalisi mungkin juga
dibentuk dalam masa kesulitan atau krisis nasional, misalnya selama masa perang, untuk
memberikan kepada pemerintah tingkat legitimasi politik yang tinggi yang
dibutuhkannya; selain juga peranan dalam mengurangi pertikaian politik internal. Pada
saat seperti itu, partai-partai akan membentuk koalisi semua partai (kadang-kadang juga
disebut "pemerintahan persatuan nasional", atau "koalisi akbar"). Umumnya jika suatu
koalisi runtuh, maka pengambilan suara untuk mosi kepercayaan atau mosi tidak
percaya akan dilaksanakan.
5
2.3 Pembentukan dan Pengembangan Koalisi
Alasan yang biasanya menyebabkan pembentukan koalisi ialah karena tidak adanya partai
yang secara sendirian dapat dapat mencapai mayoritas di parlemen. Selain itu, sebuah
pemerintahan koalisi mungkin juga dibentuk dalam masa kesulitan atau krisis nasional,
misalnya selama masa perang, untuk memberikan kepada pemerintah tingkat legitimasi
politik yang tinggi yang dibutuhkannya; selain juga peranan dalam mengurangi pertikaian
politik internal. Pada saat seperti itu, partai-partai akan membentuk koalisi semua
partai (kadang-kadang juga disebut "pemerintahan persatuan nasional", atau "koalisi
akbar"). Umumnya jika suatu koalisi runtuh, maka pengambilan suara untuk mosi
kepercayaan atau mosi tidak percaya akan dilaksanakan.
6
BAB III
ANALISIS KASUS
Dari kasus yang sudah dijelaskan pada Bab 1, terdapat beberapa pihak yang
terlibat yaitu pemerintah Australia melalui koalisi pimpinan Perdana Menteri
terpilihnya Tony Abbott dan pemerintah Indonesia melalui Menteri Luar Negeri
Marty Natalegawa dan juga pihak-pihak terkait lainnya. dalam kasus tersebut
pemerintah Australia mencoba bernegosiasi dengan pemerintah Indonesia untuk
mengeluarkan kebijakan agar para pencari suaka tidak memasuki wilayah perairan
Australia. Pemerintah Indonesia sebelumnya sudah pernah menolak usulan koalisi
Australia soal kebijaka pencari suaka. Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa
mengatakan bahwa kebijakan tersebut dinilai seolah menjadikan maslah tersebut
harus diselesaikan dari Indonesia.
Dalam kasus diatas pihak yang menjadi konstituen atau principal adalah PM
Australia dan Kementrian Luar Negeri Indonesia, lalu yang berperan sebagai agen
adalah orang-orang yang diutus oleh masing-masing kementrian luar negeri,
terdapat juga khalayak yaitu Menteri Imigrasi Australia yaitu Tony Burke dan
juga pengamat hubungan luar negeri dari Universitas Indonesia Prof. Hikmahanto
Juwana.
7
BAB IV
Kesimpulan
Negoisasi banyak pihak dan tim adalah banyak pihak yang bernegoisasi
satu sama lain dan mencoba untuk mencapai kesepakatan bersama. Banyak
individu yang ada pada setiap “sisi” negosiasi- dengan kata lain pihak-pihak
dalam sebuah negoisasi adalah tim dengn tim, bukan individu dengan individu.
Seperti pada kasus ini ada beberapa pihak yg terlibat yaitu pemerintah Australia
dan Indonesia juga pihak yang terlibat secara tidak langsung yaitu para pencari
suaka itu sendiri. Semua pihak tentu mempunyai kepentingannya masing-masing.
Saran