Anda di halaman 1dari 9

Buletin Tanaman Tembakau,

R HamidaSerat & Minyak


& C Suhara: Industri infeksi
Pengaruh 5(1), April 2013:11−19
cucumber mosaic virus terhadap morfologi, . . . . . .
ISSN: 2085-6717

Pengaruh Infeksi Cucumber Mosaic Virus (CMV) Terhadap


Morfologi, Anatomi, dan Kadar Klorofil Daun Tembakau Cerutu
Inoculation Effect of Cucumber Mosaic Virus (CMV) Against Morphology, Anatomy, and
Chlorophyl Levels of Cigar Tobacco Leaves

Ruly Hamida dan Cece Suhara


Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat
Jln. Raya Karangploso, Kotak Pos 199, Malang 65152
Email: balittas@litbang.deptan.go.id
Diterima: 13 Oktober 2012 disetujui: 15 Januari 2013

ABSTRAK

Penyakit virus pada tembakau cerutu menyebabkan kerugian yang cukup besar, yaitu dapat mengurangi
produksi sekitar 7–30%. Secara morfologi, daun tembakau yang terserang virus pada umumnya menunjuk-
kan gejala mosaik, berkerut atau menggulung, ukurannya menjadi lebih kecil, rapuh, elastisitas dan daya
bakarnya menurun. Informasi tentang Cucumber Mosaic Virus (CMV) dalam bidang anatomi dan fisiologi ma-
sih sangat sedikit, sehingga penelitian ini bertujuan untuk menambah informasi tentang pengaruh infeksi
CMV terhadap karakter morfologi, anatomi dan fisiologi daun tembakau cerutu. Penelitian dilakukan pada
bulan Agustus-November 2011, di Kebun Percobaan Karangploso dan Laboratorium Fitopatologi Balittas, Ma-
lang, menggunakan rancangan acak kelompok dengan 3 ulangan. Inokulum CMV diambil dari tanaman sakit
di lapang dan diperbanyak pada tanaman indikator. Inokulasi dilakukan pada tanaman tembakau cerutu
varietas H-382 menggunakan sprayer duco type Sagola pada tekanan kompresor 4,5 kg/cm 2. Pengamatan
dilakukan pada 3 bulan setelah tanam terhadap parameter morfologi, anatomi tanaman dan kadar klorofil
daun tembakau pada skor 0–5. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan
antara tanaman yang sehat dengan tanaman yang diinfeksi CMV. Makin tinggi tingkat infeksinya, makin
besar penurunan luas daun dan kadar klorofil total tanaman tembakau. Penurunan rasio klorofil a/b daun
lebih tinggi pada skor 4 dibandingkan skor 5, yaitu sebesar 74%, tetapi kerusakan morfologi paling parah
terjadi pada skor 5, dimana terjadi perubahan bentuk dan secara anatomi terdapat bentukan kranz (spot-
spot hitam) pada berkas pembuluh.

Kata kunci: Tembakau, cucumber mosaic virus, morfologi, anatomi, klorofil

ABSTRACT

Virus disease on cigar tobacco causes significant losses on yield, due to reduction on productivity 7–30%.
Morphologicaly, tobacco leaf infected by virus generally shows symptoms of mosaic, wrinkled or curled, its
size becomes smaller, fragile, elasticity, and burn down. Information about cucumber mosaic virus (CMV) in
anatomy and physiology was still slightly, so objective of this study was to determine the effect of cucumber
mosaic virus (CMV) infection to the character of the morphology, anatomy, and physiology of cigar tobacco
leaves. The experiment was conducted in August–November 2011, at the Karangploso Experimental Station
and Phytopathology Laboratory of ISFCRI, Malang, using a randomized block design with three replications.
CMV was inoculated from diseased plants in the field and propagated on indicator plants. Inoculation was
done on cigar tobacco H-382 varieties employing Sagola duco sprayer at a pressure of 4.5 kg/cm2
compressor. Observations were made at 3 months after planting for identifiying morphological and
physiological parameters and leaf chlorophyl content of tobacco using score under 0–5. The results showed
that there were significant differences between healthy plants and plants infected with CMV. The reduction
in leaf area and total chlorophyl content of tobacco plants were greater as the rate of infection was higher.

11
Buletin Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri 5(1), April 2013:11−19

Decreasing in the ratio of chlorophyl a/b leaves was higher on plant with the score index of 4 than the score
of 5 by 74%, but the most severe morphological damage occurs in plant with score of 5, indicating by
change of shape and kranz formations (black spots) on the vascular bundle.

Keywords: Tobacco, cucumber mosaic virus, morphology, anatomy, chlorophyl

PENDAHULUAN mengalami distorsi. Efisiensi fotosintesis pada


daun yang terinfeksi virus juga mengalami per-

T embakau merupakan salah satu komodi-


tas perdagangan penting di dunia terma-
suk Indonesia. Indonesia menyumbang 2,1%
ubahan, seiring dengan berkurangnya kadar
CO2 bersih dan kandungan klorofil a/b (Gon-
çalves et al. 2005). Besarnya kerugian tergan-
dari persediaan daun tembakau di seluruh dunia tung dari jenis virus yang menyerang, jenis
(Anonim 2009). Indonesia adalah negara peng- tembakau, dan waktu terjadinya infeksi (Saleh
hasil tembakau cerutu terkenal sejak tahun et al. 1992).
1850. Iklim maritim dengan kelengasan tinggi Pengendalian penyakit yang disebabkan
memberikan peluang untuk menghasilkan daun oleh virus sampai saat ini masih sangat sulit,
dengan sifat kerosok bertekstur halus, pe- hal ini disebabkan karena beberapa faktor,
gangan empuk, dan elastisitas sangat tinggi. antara lain 1) Keragaman genetik CMV yang
Dari data rata-rata selama 5 tahun: 1991– tinggi (Finetti et al. 1999) sehingga sulit mene-
1995, Indonesia memasok ke pasar dunia 72% mukan jenis tembakau yang tahan, 2) Kisaran
dekblad (tembakau pembalut/wrapper), 46% tanaman inang CMV yang luas, dan 3) CMV
omblad (tembakau pembungkus/binder), dan dapat ditularkan oleh berbagai jenis kutu daun
3,6% filer (tembakau isi/filler) (Anonim 1996). secara nonpersisten (Anonim 1999). Sifat CMV
Hampir seluruh produksi daun tembakau digu- tersebut dan metabolisme sel inang sangat
nakan untuk produksi rokok domestik dan erat kaitannya sehingga sampai saat ini belum
produk-produk tembakau lainnya. Sampai saat diketahui zat kimia yang secara spesifik dapat
ini masih terdapat kendala dalam hal produk- mengendalikan perkembangan virus tanpa
tivitas, salah satu penyebabnya adalah gang- mempengaruhi tanaman inangnya. Oleh karena
guan penyakit seperti infeksi virus mosaik yang itu pengendalian virus secara kimiawi belum
timbul selama penanaman tembakau. dapat dilaksanakan (Boss 1990).
Penyakit virus pada tembakau khususnya Aktivitas virus yang sangat tinggi diduga
gejala mosaik, menimbulkan kerugian yang akan mempengaruhi proses metabolisme se-
kurang disadari oleh petani, khususnya pada hingga dapat menurunkan metabolit primer
tembakau rajangan, karena tanaman yang sa- serta pertumbuhan tanaman. Metabolisme yang
kit tidak langsung mati dan masih memberi- utama adalah proses fotosintesis yang berhu-
kan hasil walaupun kualitasnya menurun. Pada bungan dengan pigmen klorofil (Gonçalves et
tembakau cerutu penyakit virus menyebabkan al. 2005). Diduga tanaman yang mendapat
kerugian yang cukup besar, karena selain me- infeksi CMV akan mereduksi pertumbuhannya
ngurangi produksi juga sangat berpengaruh baik fase vegetatif maupun generatif. Bebe-
terhadap mutu daun yang dihasilkan. Daun rapa penelitian telah membuktikan infeksi virus
tembakau yang terserang virus pada umum- mampu menurunkan pertumbuhan tanaman,
nya menunjukkan gejala mosaik, berkerut, menurunkan hasil dan komponen hasil tanam-
atau menggulung, ukurannya menjadi lebih an. Bila intensitas cahaya yang diterima ren-
kecil, rapuh, elastisitas dan daya bakarnya me- dah, maka jumlah cahaya yang diterima oleh
nurun. Menurut Lucas (1975) daun yang terse- setiap luasan permukaan daun dalam jangka
rang penyakit CMV menunjukkan perubahan waktu tertentu rendah. Kondisi kekurangan
warna secara nyata seperti pola mosaik, keba- cahaya berakibat terganggunya metabolisme,
nyakan tanaman kerdil, daun menyempit dan sehingga menyebabkan menurunnya laju foto-

12
R Hamida & C Suhara: Pengaruh infeksi cucumber mosaic virus terhadap morfologi, . . . . . .

sintesis dan sintesis karbohidrat (Sopandie et Inokulasi Virus


al. 2003). Penurunan fotosintesis pada tanam- Daun yang menunjukkan gejala CMV di-
an terinfeksi virus merupakan akibat dari me- ambil (dipanen) dijadikan ekstrak dicampur
nurunnya efisiensi kloroplas. Mekanisme fisiologi dengan buffer fosfat pH 7 (BF pH 7). Per-
yang terjadi mengakibatkan penurunan per- bandingan daun segar dengan BF pH 7 1:10
tumbuhan, antara lain perubahan aktivitas hor- yaitu 10 g daun segar dicampur dengan 100 ml
mon pertumbuhan dan berkurangnya kemam- BF pH 7. Daun diiris halus kemudian dihalus-
puan tanaman dalam pengambilan nutrisi (Akin kan menggunakan blender dengan menam-
2006). bahkan BF pH 7 dan disaring menggunakan
Tujuan penelitian ini adalah untuk menge- kain kasa. Hasil ekstrak CMV dicampur dengan
tahui pengaruh infeksi CMV terhadap peru- satu gram carborundum 600 mesh per liter se-
bahan morfologi, anatomi, dan kadar klorofil bagai bahan abrasif. Inokulum CMV diinoku-
daun tembakau cerutu. Informasi tentang per- lasikan pada tanaman tembakau cerutu vari-
ubahan morfologi akibat gangguan penyakit etas H-382 pada 2 minggu setelah tanam,
CMV berguna untuk menentukan kualitas daun menggunakan sprayer tipe Zagola (sprayer
pada saat sortasi. duco) kapasitas 1000 ml dan kompresor pada
tekanan 4,5 kg/cm2. Jarak nozel sprayer dengan
tanaman diatur kurang lebih 20 cm (Tien Po
BAHAN DAN METODE et al. 1987).
Pemeliharaan tanaman terdiri atas penyi-
Alat dan Bahan raman, pemupukan, penyiangan. Penyiraman
Alat yang digunakan kertas saring, pistil tanaman disesuaikan dengan kebutuhan ta-
dan mortar, cuvet, spektrofotometer, kertas naman. Penyiangan dilakukan secara berkala
label, mikroskop cahaya, dan alat pendukung untuk mengendalikan gulma yang tumbuh di
lainnya. sekitar tanaman. Pemupukan menggunakan
Bahan tanaman yang digunakan adalah pupuk majemuk NPK, 10 g pada saat tanam
koleksi tanaman induk, yaitu tanaman temba- dan 10 g pada satu bulan setelah tanam.
kau cerutu varietas H-382 yang ditanam pada
bulan Agustus–November 2011, di Kebun Per- Pengamatan Morfologi dan Anatomi
cobaan Karangploso dan Laboratorium Fitopa- Daun Tembakau
tologi Balittas, Malang. Pengamatan pengaruh infeksi CMV ter-
hadap morfologi, anatomi dan kadar klorofil
Pengambilan Inokulum daun tembakau cerutu dilakukan pada waktu
Inokulum CMV yang diperoleh dari la- pengamatan terakhir yaitu pada 60 hari sete-
pangan diuji secara hayati menggunakan ta- lah tanam atau 3 bulan setelah semai. Cara
naman indikator yang terdiri atas C. amaran- pengambilan sampel yaitu mengambil daun dari
ticolor, C. quinoa, dan Zucchini. Tujuan peng- lima tanaman contoh yang telah diinokulasi
ujian secara hayati pada tanaman indikator dengan virus CMV secara acak pada posisi daun
adalah untuk mengetahui keberadaan virus keempat atau lima. Tanaman contoh diambil
CMV pada inokulum yang akan digunakan. Ge- berdasarkan tingkat skor sesuai dengan kri-
jala CMV pada tanaman indikator C. amaran- teria pada Tabel 1.
ticolor, C. quinoa menimbulkan gejala lesio Pengamatan anatomi dilakukan dengan
lokal, sedangkan pada tanaman Zucchini me- membuat irisan paradermal dari ibu tulang
nimbulkan gejala mosaik. Inokulum CMV di-
daun secara manual kemudian irisan diamati
murnikan secara bertahap pada tanaman
di bawah mikroskop cahaya.
tembakau Xhanty NC sampai diperoleh gejala
CMV yang murni.

13
Buletin Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri 5(1), April 2013:11−19

Tabel 1. Kriteria skor gejala serangan/infeksi CMV HASIL DAN PEMBAHASAN


Skor Kriteria
Skor 0 Tanaman tidak menunjukkan adanya gejala virus Pengaruh Infeksi CMV Terhadap Per-
(tidak ada serangan)
Skor 1 Tanaman menunjukkan gejala mosaik sangat ubahan Morfologi Daun Tembakau
ringan atau tidak ada penyebaran sistemik Reaksi kompatibel yang terjadi antara
Skor 2 Tanaman menunjukkan gejala mosaik sedang
Skor 3 Tanaman menunjukkan gejala mosaik berat atau
virus CMV pada daun tembakau, dapat dilihat
belang berat tanpa penciutan atau kelainan bentuk adanya gejala ringan sampai dengan berat
daun pada daun tanaman. Perubahan morfologi
Skor 4 Tanaman menunjukkan gejala mosaik atau belang
berat dengan penciutan atau kelainan bentuk daun atau bentuk dan penurunan luas daun pada
Skor 5 Tanaman menunjukkan gejala mosaik atau belang dasarnya merupakan salah satu proses adap-
sangat berat dengan penciutan atau kelainan
bentuk daun yang parah, kerdil, atau mati tasi tanaman dalam mengatasi serangan CMV
(Yamacuchi 2008). Perubahan morfologi daun
yang terinfeksi CMV dari skor 0–5 dapat dilihat
Pengukuran Kandungan Klorofil Daun
pada Gambar 1.
Tembakau
Analisis kandungan klorofil a, b, dan total,
dilakukan dengan metode Arnon (Tanaka &
Melis 1997). 250 mg daun segar diekstrak
dengan 25 ml aceton 80%, kemudian disaring
dengan kertas saring Whatman No. 1 dan di-
absorbansi pada λ=645 nm dan λ=663 nm.
Selanjutnya kandungan klorofil dihitung ber-
dasarkan rumus:
(20,2 x A645) + (8,02 x A663)
Klorofil total = ------------------------------------ x V (mg/g berat basah)
a x 1.000 x W
(12,7 x A663) – (2,69 x A645)
Klorofil ‘a’ = --------------------------------- x V (mg/g berat basah)
a x 1.000 x W
(22,9 x A645) – (4,68 x A663)
Klorofil ‘b’ = ----------------------------------- x V (mg/g berat basah)
a x 1.000 x W

Keterangan:
a = panjang lintasan cahaya pada cuvet (1 cm)
V = Volume ekstrak (25 ml)
W = Bobot segar sampel (0,25 g)
Gambar 1. Perubahan morfologi daun tembakau
Desain Percobaan dan Analisis Data cerutu mulai skor 0 sampai skor 5
Penelitian dilakukan dengan mengguna-
kan rancangan acak kelompok dengan 3 ulang- Berdasarkan gambar di atas nampak bah-
an. Data hasil pengamatan dianalisis dengan wa terjadi perbedaan penampang daun yang
menggunakan analisis varian. Apabila terdapat sangat signifikan mulai daun tembakau yang
perbedaan, dilan-jutkan dengan mengguna- sehat sampai daun tembakau yang terinfeksi
kan uji DMRT dengan taraf nyata 5% (Gomez CMV dengan skor 5 (belang sangat berat de-
& Gomez 1995). ngan penciutan atau kelainan bentuk daun yang
parah, kerdil). Skor 0 daun tanaman tidak me-
nampakkan adanya gejala terserang virus CMV,

14
R Hamida & C Suhara: Pengaruh infeksi cucumber mosaic virus terhadap morfologi, . . . . . .

yang ditunjukkan dengan permukaan daun ra-


ta, elastis, dan tidak ada gejala mosaik, se- (a) (e)
dangkan pada skor 5, permukaan daun tidak (b)
(d) (a)
rata, kaku, terdapat mosaik, atau belang sa- (c)
ngat berat dengan penciutan atau kelainan
A
bentuk daun yang parah (malformasi) dan ker- B
dil. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan Gambar 2. Penampang melintang ibu tulang daun
Bathara (2005), bahwa perubahan histologis tembakau A. Skor 0 dan B. Skor 5
(dengan perbesaran 400x)
yang paling umum dalam kerusakan daun Keterangan: (a) Jari-jari xilem, (b) Floem, (c) Kelenjar sekretori,
karena pengaruh infeksi virus adalah plas- (d) Jaringan parenkim, (e) Bentukan kranz
molisis, granulasi atau disorganisasi penyusun
sel, rusaknya sel atau disintegrasi, dan pigmen- pul, namun tidak berdinding tebal. Dengan
tasi jaringan. demikian dapat diketahui bahwa infeksi CMV
Peningkatan luas daun merupakan upaya berpengaruh terhadap proses sintesis protein
tanaman dalam mengefisienkan penangkapan pada masing-masing jaringan, terutama dalam
energi cahaya untuk fotosintesis secara nor- penyusunan dinding sel tanaman.
mal pada kondisi intensitas cahaya rendah. Hidema et al. (1992) menambahkan
Taiz & Zeiger (2001) menyatakan daun ta- bahwa kerusakan anatomi daun (termasuk juga
naman toleran CMV memiliki struktur sel-sel kerusakan klorofil dan kloroplas) akibat infeksi
palisade kecil dan ukurannya tidak jauh ber- virus disebabkan karena pengaruh permeabi-
beda dengan sel-sel bunga karang, sehingga litas yang mempengaruhi pH medium sel dan
daun lebih tipis. Struktur tersebut lebih be- jaringan, sehingga konsentrasinya menjadi
rongga dan akan menambah efisiensi penang- lebih rendah. Fakta menunjukkan bahwa mem-
kapan energi radiasi cahaya untuk proses bran biologis masih menunjukkan permeabili-
fotosintesis. Yamacuchi (2008) menambahkan tasnya karena masih memungkinkan terjadi-
pula bahwa total luasan daun (leaf area) dari nya difusi ion dan molekul. Selain itu, kebera-
suatu tanaman yang terkena infeksi virus daan enzim dalam membran tersebut secara
akan mengalami penurunan karena terham- langsung dapat mempengaruhi transportasi
batnya laju pertumbuhan, sehingga secara ion dan molekul untuk menyeberangi membran.
langsung maupun tidak langsung akan menu-
runkan hasil fotosintesis. Pengaruh Infeksi CMV Terhadap Kadar
Klorofil Daun Tembakau
Pengaruh Infeksi CMV Terhadap Per- Rerata kadar klorofil a/b dan klorofil total
ubahan Anatomi Daun Tembakau disajikan pada Tabel 2. Tabel tersebut mem-
Hasil pengamatan terhadap beberapa ibu perlihatkan bahwa berdasarkan uji ANOVA per-
tulang daun tembakau yang terinfeksi CMV lakuan yang diberikan berpengaruh nyata ter-
yang disayat secara melintang, berkas pem- hadap kadar klorofil tanaman tembakau cerutu.
buluhnya terlihat perbedaan yang cukup sig- Berdasarkan uji Duncan, antara skor 3–5 memi-
nifikan, terutama pada bagian xilem dan floem. liki pengaruh nyata terhadap penurunan kadar
Pada Gambar 2 disajikan anatomi penampang klorofil, dibandingkan dengan skor 1 dan 2.
melintang ibu tulang daun tembakau skor 0 Kandungan klorofil akan berpengaruh ter-
(yang mewakili tanaman sehat) dan skor 5 hadap fotosintesis yang selanjutnya akan ber-
(yang banyak terinfeksi CMV). pengaruh terhadap pertumbuhan. Selain itu,
Pada gambar 2.B terlihat bahwa berkas total luasan daun dari suatu tanaman yang ter-
pembuluhnya membentuk kranz (spot-spot kena infeksi virus akan mengalami penurunan.
terutama pada bagian floem. Selain itu kelen- Hal tersebut disebabkan oleh terhambatnya
jar sekretori banyak yang kelihatan mengum-

15
Buletin Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri 5(1), April 2013:11−19

Tabel 2. Rerata kadar klorofil a, b, dan total pada daun tembakau yang diinfeksi CMV berdasarkan tingkat
scoring
Kadar klorofil (mg/g berat basah)
Skor Rerata skor
a b Total
0 12,818 ± 1,664 22,065 ± 2,208 34,854 ± 0,935 23,245 e
1 11,199 ± 0,445 16,985 ± 2,104 28,162 ± 2,527 18,782 d
2 10,374 ± 0,281 14,981 ± 0,161 25,335 ± 0,441 16,897 cd
3 9,166 ± 0,240 12,652 ± 0,397 21,801 ± 0,620 14,540 c
4 4,436 ± 0,438 4,373 ± 0,550 8,802 ± 0,725 5,870 a
5 6,053 ± 1,609 9,269 ± 0,209 15,309 ± 1,535 10,210 b
Rerata klorofil 10,809x 16,065y 26,853z 17,909
Keterangan: Angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama baik dalam baris maupun kolom pada masing-masing kombinasi
perlakuan, tidak berbeda nyata menggunakan DMRT (α=0,05). n=5.

laju pertumbuhan, proses perluasan daun, me- kloroplas pada dasarnya diawali oleh proses
ningkatnya jumlah daun yang gugur, hasil klo- kerusakan makroskopis daun, seperti yang
rofil yang menurunkan hasil fotosintesis (Yama- terjadi pada skor 5, selanjutnya baru terjadi
cuchi 2008). penurunan klorofil. Salah satu faktor yang
Penurunan kandungan klorofil a, b, dan menyebabkan kerusakan anatomi tumbuhan
total, menyebabkan penurunan kemampuan yaitu infeksi CMV, karena virus mempengaruhi
dalam menangkap energi radiasi cahaya (Gon- sintesis protein struktural. Pernyataan Bagley
çalves et al. 2005). Tanaman dengan skor 3–5 (2001) juga mendukung bahwa infeksi CMV
memiliki kemampuan menangkap cahaya tiga akan mengakibatkan terjadinya penurunan
kali lebih rendah dibandingkan dengan tanam- proses biokimia kloroplas serta penurunan
an dengan skor 0–2. Klorofil a dan b berperan pigmen fotosintesis lainnya seperti karoten
dalam proses fotosintesis tanaman. Selain itu, dan xantofil.
klorofil b juga berfungsi sebagai antena foto- Daun tembakau yang terinfeksi CMV,
sintetik yang mengumpulkan cahaya (Taiz & mengalami gejala hipoplasia, dengan gejala
Zeiger 2001). Peningkatan kandungan klorofil sebagian besar kloroplas rusak, sehingga jum-
b pada kondisi terinfeksi virus berkaitan dengan lahnya tinggal sedikit dan mesofilnya kurang
peningkatan protein klorofil sehingga akan me- mengalami diferensiasi. Akibatnya lamina men-
ningkatkan efisiensi fungsi antena fotosintetik jadi lebih tipis daripada bagian di sekelilingnya
pada light harvesting complex II (LHC II). Pe- yang lebih hijau. Selanjutnya kandungan pati
nyesuaian tanaman terhadap cekaman atau pada bagian daun yang mengalami mozaik me-
kondisi yang tidak menguntungkan, juga dici- nurun tajam dan terbukti bagian tersebut tam-
rikan dengan membesarnya antena untuk foto- pak tidak berwarna atau pucat Wahyuni (2005).
sistem II. Pada fotosistem II terdapat molekul Kwoskye (2001) dalam Aharoni et al .
klorofil yang mampu menyerap cahaya pada (2006) menambahkan bahwa, infeksi virus da-
panjang gelombang 680 nm dan berdampak pat menyebabkan terjadinya kerusakan fisio-
pada lepasnya elektron klorofil, sehingga fo- logis di dalam tanaman jauh sebelum terjadi-
tosintesis dapat berjalan. Membesarnya antena nya kerusakan fisik. Beberapa kerusakan fisio-
untuk fotosistem II ini akan meningkatkan efi- logis yang terjadi secara tersembunyi dapat
siensi pemanenan cahaya (Hidema et al. 1992). berupa penurunan kemampuan tanaman dalam
Pada skor 4, memiliki kadar klorofil lebih menyerap air, pertumbuhan sel yang lambat
rendah dibandingkan dengan skor 5, karena atau pembukaan stomata yang tidak sempur-
tanaman pada skor 4 lebih mempertahankan na. Beberapa penyebab yang mempengaruhi
struktur daun, dibandingkan dengan penurun- perubahan tersebut, yaitu 1) Deposit kalose
an kadar klorofil. Hal ini menunjukkan bahwa, dalam sel, 2) Penebalan dinding sel yang terjadi
kerusakan yang terjadi pada klorofil maupun secara fisik karena lignifikasi, 3) Sintesis mole-

16
R Hamida & C Suhara: Pengaruh infeksi cucumber mosaic virus terhadap morfologi, . . . . . .

kul antibiotik di vakuola, atau 4) Sintesis mole- jadi asam organik, seperti asam amino. Selain
kul protein tertentu (Wahyuni 2005). itu, jumlah dan aktivitas ribulose-1,5 bifosfat
Reaksi tumbuhan inang terhadap infeksi karboksilase menurun, sehingga menurunkan
virus yang dimulai pada tempat atau sel ter- laju fiksasi CO2 hingga 50% (Akin 2006).
tentu disebut infeksi lokal. Infeksi dapat me- Metabolit primer yang dihasilkan saat
nyebar dari satu sel ke sekitarnya melalui plas- proses fotosintesis digunakan untuk metabo-
modesmata, pada waktu mencapai vaskular lisme tanaman, sehingga terjadi pertumbuhan
partikel-partikel virus bersama-sama dengan dan perkembangan. Di samping itu, metabolit
asimilat akan memasuki hampir semua jaringan primer digunakan untuk menyusun metabolit
floem dan menyebar secara pasif pada bagian- sekunder yang mendukung proses adaptasi
bagian tanaman yang menggunakan asimilat, dan proteksi tanaman. Suatu aspek yang sangat
seperti perakaran, bagian tanaman yang muda penting dalam proses pertumbuhan tanaman
dan yang sedang berkembang, serta ke bagi- adalah penyediaan substrat. Kemampuan daun
an buah. Virus selanjutnya akan masuk ke untuk menghasilkan produk fotosintat ditentu-
jaringan parenkhim dan bergerak lambat dari kan oleh produktivitas per satuan luas daun
sel ke sel. Proses tersebut menyebabkan ter- dan total luas daun. Energi yang dihasilkan
jadinya variasi gejala. Pada kondisi tersebut, sangat tergantung pada rasio eksternal dan
virus menyebar dalam sistem inangnya dan internal daun (Taiz & Zeiger 2001).
infeksi menjadi sistemik (Duriat 2006). Secara umum, apabila suatu tumbuhan
Proses fotosintesis akan terjadi jika ada tumbuh pada kondisi yang tidak mengalami
cahaya dan pigmen perantara yaitu klorofil. cekaman atau infeksi virus, maka proses-pro-
Proses fotosintesis yang baik menyebabkan ses metabolisme primernya akan berjalan de-
pertumbuhan tanaman yang optimal. Klorofil ngan baik (Solichatun & Nasir 2002 dalam Akin
sangat berperan penting dalam reaksi foto- 2006). Terganggunya metabolisme tanaman
sintesis. Menurut Hidema et al. (1992), foto- akan menghambat pertumbuhan, sebaliknya
sintesis merupakan suatu proses metabolisme jika metabolisme tanaman berjalan dengan
tanaman untuk membentuk karbohidrat yang baik, maka pertumbuhan tanaman juga akan
menggunakan CO2 dari udara bebas dan air optimal. Untuk skor 0, tidak terjadi infeksi virus,
dengan bantuan matahari dan klorofil. bahkan sampai pada skor 2, perubahan secara
Klorofil adalah katalisator fotosintesis
makroskopis tidak terlalu terlihat. Hal ini ter-
penting yang terdapat pada membran tilakoid.
jadi karena ada beberapa kemungkinan adanya
Ditambahkan lagi, klorofil merupakan salah
barier, sehingga tidak terjadi infeksi sistemik.
satu senyawa metabolit primer yang berperan
Barier tersebut dapat terjadi pada 1) Tahapan
penting dalam proses metabolisme tumbuhan
proses inisiasi infeksi, karena virus tidak di-
(Sharma et al. 2010). Aharoni et al. (2006)
juga menyebutkan bahwa biosintesis klorofil kenali oleh reseptor site inang, 2) Heterologi
merupakan salah satu jalur metabolit primer protein virus yang menyebabkan sintesis pro-
pada tumbuhan. Skor 0–2 menunjukkan bahwa, tein virus, 3) Perpindahan virus dari sel ke sel
daun tidak banyak mengalami infeksi CMV se- tergantung pada kompabilitas movement-pro-
hingga proses metabolisme primer tidak banyak tein virus dengan inang, karena adakalanya
terganggu. Tidak terganggunya metabolisme fungsi transpor dihalangi oleh sistem perta-
primer tersebut menyebabkan sintesis klorofil hanan inang, atau 4) Adanya stimulasi per-
juga lebih banyak dibandingkan pada skor 3–5. tahanan seluler inang di daerah terjadinya ini-
Pada tanaman normal CO2 yang terse- siasi infeksi. Adakalanya peran gen ketahanan
rap akan menjadi karbohidrat, sedangkan pada inang menjadi aktif bila distimulasi oleh datang-
tanaman yang terinfeksi dan sedang menga- nya virus, antara lain dengan cara menginduk-
lami replikasi virus, cenderung mengarah men- si produksi asam salisilat (Wahyuni 2005).

17
Buletin Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri 5(1), April 2013:11−19

Infeksi CMV mengakibatkan kondisi ta- terpadu agar dapat meningkatkan kualitas dan
naman sangat terganggu. Hal ini merangsang kuantitas tembakau cerutu.
peningkatan sintesis dan pembebasan asam
absisat dari sel-sel mesofil daun. Hormon ini
membantu mempertahankan stomata tetap DAFTAR PUSTAKA
tertutup dengan cara bekerja pada membran
sel penjaga. Absicic acid membatasi masuknya Aharoni, A, Jonsma, MA, Kim, TY, Ri, MB, Giri, AP,
Verstappen, FWA, Schwab, W, & Brouw-
ion-ion K+ ke dalam sel penutup dan menye-
meester, HJ 2006, Metabolic engineering of
babkan pembukaan channel ion K+ sehingga terpenoid biosynthesis in plants, Phytochem,
memungkinkan pengeluaran ion K+ dari sel Rev. 5:49–58, diakses pada 12 Januari 2012,
penutup. Akibatnya, stomata menjadi kehi- (http://link.springer.com/article/10.1007%2Fs
langan turgor dan stomata menjadi menutup 11101-005-3747-3?LI=true).
(Schachtman & Goodger 2008). Penutupan sto- Akin, HM 2006, Virologi tumbuhan, Penerbit Kani-
mata mengakibatkan siklus CO2 terhambat, se- sius, Yogyakarta.
hingga mengakibatkan penurunan fotosintesis. Anonim 1996, Prospek tembakau cerutu dunia dan
Penelitian ini memberikan pengetahuan cerutu Indonesia, Pertemuan teknis tembakau
tentang pengaruh infeksi CMV secara langsung ekspor tahun 1996 di Lembaga Tembakau Ca-
terhadap perubahan morfologi, anatomi, dan bang Jatim II, Jember, 6 hlm.
Anonim 1999, Mosaic diseases of cucurbits, Report
fisiologi tanaman, serta korelasinya dengan me-
on Plant Disease, Department of Crop Sciences,
tabolisme tanaman yang terinfeksi. Sebagian University of Illinois at Urbana-Champaign, RPD
besar perubahan yang diamati, secara lang- No. 926, Nov 1999.
sung berhubungan dengan replikasi virus dan Anonim 2009, Struktur industri dan pertanian tem-
fungsi pertahanan tanaman inang. Kerusakan bakau, diakses pada 21 Mei 2011, (http:
daun yang disebabkan oleh virus CMV akan //www.naikkan-hargarokok.com./tfiles/file/
menyebabkan penurunan kualitas dan kuanti- BukuEkonomiTembakauInd/EkonomicTobacco
tas tembakau cerutu. IndonesiaBabV.pdf).
Bagley, CA 2001, Controlling tobacco mosaic virus
in tobacco through resistance, Thesis, Virginia
Polytechnic Institute and State University,
KESIMPULAN Blacksburg, Virginia, diakses pada 12 Januari
2012, (http://scholar.lib.vt.edu/theses/available/
Infeksi CMV berpengaruh secara nyata etd-01122002-13631/unrestricted/Tmv.pdf).
terhadap penurunan kadar klorofil daun ta- Bathara, MSE 2005, Pencemaran udara, respon ta-
naman tembakau hingga 74% pada skor 4. naman dan pengaruhnya terhadap manusia,
Selain itu, infeksi CMV menyebabkan peru- Jurusan Pertanian, Medan, Universitas Suma-
tra Utara, diakses 12 Juli 2012 (http://repo
bahan morfologi daun yaitu permukaan daun sitory.usu.ac.id/bitstream/123456789/1001/1/h
menjadi tidak rata, berubah bentuk (malfor- utan-edi%20batara13.pdf).
masi), dan kurang elastis, sehingga menye- Boss, L 1990, Pengantar virologi tumbuhan, Ga-
babkan penurunan kualitas serta terjadi per- djah Mada Press, Yogyakarta, 226 hlm.
ubahan warna daun. Secara anatomi terjadi Duriat, AS 2006, Pengenalan virus tumbuhan,
bentukan kranz (spot-spot hitam) pada berkas Materi magang pengujian virus pada benih
pembuluh daun. dan tanaman sayuran, Balai Pengembangan
Kerusakan daun tembakau cerutu akibat Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura
di Balai Penelitian Tanaman Sayuran, Lem-
gangguan penyakit CMV akan menurunkan
bang 3–14 Juli 2006, hlm. 1–11.
kualitas daun terutama dekblad dan omblad.
Finetti, SMM, Fernandez, C, Barbarossa & Gallitelli
Penanggulangan penyakit CMV perlu terus di-
1999, Differentiation of cucumber mosaic virus
upayakan dengan teknik pengendalian secara subgroups by RT-PCR RFLP, J. Plant Pathol.

18
R Hamida & C Suhara: Pengaruh infeksi cucumber mosaic virus terhadap morfologi, . . . . . .

81:145-148, diakses pada 20 Desember 2011, ber 2011, (http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pub-


(http://sipav.org/main/jpp/index.php/jpp/artic med/18467158).
le/view/1059). Sharma, MM, Ali, DJ & Batra, A 2010, Plant rege-
Gomez, KA & Gomez, AA 1995, Prosedur statistik neration through in vitro somatic embryoge-
untuk penelitian pertanian, Edisi Kedua, (Di- nesis in Ashwagandha (Withania somnifera l.
terjemahkan oleh Endang Sjamsuddin & Yustika Dunal), Researcher 2(3).
S. Baharsjah), Universitas Indonesia Press, Sopandie, D, Chozin, MA, Sastrosumarjo, S, Juhaeti,
Jakarta, 220 hlm. T & Sahardi 2003, Toleransi padi gogo terha-
Gonçalves, MC, Vega, J, Oliveira, JG & Gomes, MMA dap naungan, Hayati 10(2):71–75.
2005, Sugarcane yellow leaf virus infection Taiz, L & Zeiger, E 2001, Plant physiology, The
leads to alterations in photosynthetic effici- Benyamin/Cumming Publishing Company Inc,
ency and carbohydrate accumulation in sugar- Tokyo, pp. 219–247.
cane leaves, Fitopatol. Bras. 30(1), Jan–Feb.
2005, diakses pada 18 Januari 2012, (http:// Tanaka, A, & Melis, A 1997, Irradiance dependent
www.scielo.br/pdf/fb/v30n1/a02v30n1.pdf). change in size and composition of chlorophyll
A-B light-harvesting complex in the green
Hidema, J, Makino, A, Kurita, Y, Mae, T & Ohjima, K algae, dunaliella salina plant cell, Physiology 38:
1992, Changes in the level of chlorophyll and 17–24.
light-harvesting chlorophyll a/b protein PS II
in rice leaves agent under different irradi- Tien Po, XH, Zhang, BS, Qui, BY, Qin & Wu 1987,
ances from full expansion through sene- Satelite RNA for control of plant diseases
scense, Plant Cell Physiol 33(8):1209–1214. caused by cucumber mosaic virus, Ann. Appl.
Biology, 111 in Press.
Lucas, GP 1975, Disease of tobacco, Harold E. Parker
& Sons Raleigh, Nort Carolina, pp.198. Wahyuni, WS 2005, Dasar-dasar virologi tumbuh-
an, Gadjah Mada University Press, Yogya-
Saleh, N, Susilowati, SE, Soerjono & Hari-Adi, B karta, 234 hlm.
1992, Pengendalian penyakit virus tanaman
temba-kau, Pros. Diskusi II Tembakau Besuki Yamacuchi, A 2008, Viral lesion formation on chlo-
NO, Balittas, Malang, hlm. 9–14. rophyll deficient leaf area, Journal of Phyto-
pathology 61(4):399–400, diakses pada 20
Schachtman, DP & Goodger, JQD 2008, Chemical
root to shoot signaling under drought, Review November 2011, (http://onlinelibrary. wiley.
Journal, Elsevier Ltd., diakses pada 11 Novem- com/doi/10.1111/j.1439-0434.1968. tb02342).

19

Anda mungkin juga menyukai