Anda di halaman 1dari 20

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Literasi Al-Quran

1. Pengertian Literasi Al-Qur’an

Secara konservatif, pandangan terhadap literasi merupakan

mampu dalam hal menulis dan juga membaca. Individu yang memiliki

kemampuan dalam hal menulis dan juga membaca atau tidak buta huruf,

maka individu tersebut diberikan sebutan sebagai literat.1 Menurut Jack

Goody “literasi adalah suatu kemampuan seseorang dalam membaca dan

menulis”.2

Ahmadi dan Ibda mengemukakan bahwa literasi adalah

kemampuan yang dimiliki terhadap melek abjad/huruf dan mencakup

empat kemampuan terhadap bahasa. Literasi tidak berhubungan dengan

bahasa saja melainkan berhubungan juga dengan segala upaya dalam

memperoleh ilmu pengetahuan, informasi serta aspek digital, komputer

dan internet.3 Djoko Saryono juga menyatakan bahwa literasi adalah

kebiasaan membaca dan menulis yang pada akhirnya akan menghasilkan

kemampuan berpikit kritis dan kreatif, dari kemampuan tersebut

seseorang bisa memfilter dan menilai sebuah informasi.4

1
Yunus Abidin, Tita Mulyati, dan Hana Yunansah, Pembelajaran Literasi: Strategi
Meningkatkan Kemampuan Literasi Matematika, Sains, membaca, dan Menulis, 2 ed. (Jakarta:
Bumi Aksara, 2018), h. 1.
2
Aprida Niken Palupi dkk., Peningkatan Literasi di Sekolah Dasar (Madiun: CV. Bayfa
Cendekia Indonesia, 2020), h. 2.
3
Farid Ahmadi dan Hamidulloh Ibda, Media Literasi Sekolah (Teori dan Praktik), 5 ed.
(Semarang: CV. Pilar Nusantara, 2022), h. 17.
4
Djoko Suryono, Literasi Episentrum Kemajuan Budaya dan Peradaban (Malang:
Pelangi Sastra, 2019), h. 4.

14
15

Dari pernyataan beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa

literasi adalah kemampuan seseorang terkait membaca dan menulis serta

paham dengan makna yang terkandung dalam bacaan tersebut. kegiatan

literasi haruslah ditingkatkan, sebab dapat menambah pengetahuan

menjadi lebih luas lagi.

Secara bahasa Al-Qur’an memiliki arti sebuah bacaan. Sedangkan

secara istilah Al-Qur’an memiliki arti kalam Allah sebagai mukjizat yang

diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW kemudian disampaikan

kepada umatnya secara mutawatir dan membacanya merupakan ibadah.

Al-Qur’an merupakan kitab yang sudah pasti jelas, sebagai pembeda

antara mana yang benar dan mana yang tidak benar. Al-Qur’an mengikat

antara bumi dan langit dan juga berisi perjanjian antara Sang Maha

Pencipta dan makhluk ciptaannya.5

Syekh Muhammad Abduh menyatakan bahwa “Al-Qur’an adalah

bacaan yang telah tertulis dalam mushaf yang terjaga dalam hafalan-

hafalan umat Islam”. Menurut Syekh Muhammad Khudri Beik, Al-

Qur’an ialah firman Allah SWT yang berbahasa Arab, diturunkan kepada

Nabi terakhir umat Islam yaitu Nabi Muhammad SAW untuk dipahami

isinya, kemudian disampaikan kepada umatnya secara mutawatir, ditulis

dalam mushaf dimulai dengan surah Al-Fatihah dan diakhiri surah An-

Nas.6 Menurut Muhammad Abdul Azim Az-Zarqani, Al-Qur’an adalah

5
Otong Surasman, Metode Insani: Kunci Praktis membaca Al-Quran Baik dan Benar, 3
ed. (Jakarta: Gema Insani, 2004), h. 15 & 16.
6
Moh. Matsna HS, Al-Qur’an Hadis Madrasah Aliyah kelas X (Semarang: PT. Karya
Toha Putra, 2014), h. 6.
16

kalam Allah yang mengandung mukjizat yang kemudian diturunkan

kepada Nabi terakhir yaitu Nabi Muhammad SAW, dituliskan dalam

mushaf yang disampaikan secara berangsur-angsur dan membacanya

sama dengan ibadah.7

Dari pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa Al-

Quran merupakan wahyu yang Allah turunkan kepada Nabi terakhir

manusia yaitu Nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril sebagai

penyampai wahyu secara berangsur-angsur selama kurang lebih 23 tahun

lamanya. Al-Quran merupakan kitab terakhir sebagai penyempurna

kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya. Dalam Al-Quran terdapat

berbagai tuntunan atau arahan yang dapat dijadikan sebagai pedoman

bagi kehidupan manusia agar selamat baik di dunia maupun di akhirat.

Al-Quran juga merupakan salah satu dari sekian banyak sumber hukum

Islam.

Solehuddin menyatakan bahwa literasi Al-Qur’an adalah sebuah

cara pandang atau perspektif kita terhadap Al-Qur’an dan bagaimana cara

kita dalam membahasakan makna yang terdapat pada ayat-ayat Al-

Qur’an. Literasi Al-Qur’an juga dapat dikatakan sebagai sebuah keahlian

yang dapat dipelajari kemudian dikembangkan. Keahlian yang

dikembangkan di sini dimaksudkan untuk keahlian dalam berpikir seperti

apa pentingnya ajaran Al-Qur’an dalam menciptakan serta

7
Aminudin dan Harjan Syuhada, Al-Qur’an Hadis Madrasah Tsanawiyah Kelas VII
(Jakarta: PT Bumi Aksara, 2019), h. 6.
17

mengendalikan budaya yang membatasi kita serta hidup kita.8 Baeti

Rohman dkk, menyatakan bahwa literasi Al-Qur’an adalah sebuah

pembelajaran yang mana Al-Qur’an sebagai materi utama atau pedoman

pembelajaran.9 Literasi al-Qur’an adalah sebuah kepandaian yang

bermanfaat, orang Islam sebaiknya menguasai hal tersebut sebagai

bentuk ibadah dan syi’ar agama.10

Kegiatan literasi Al-Qur’an berbeda dengan membaca buku atau

membaca kitab lainnya sebab literasi Al-Qur’an mengandung seni dalam

membacanya. Dalam kegiatan literasi Al-Qur’an kita tidak sekedar

membacanya, melainkan kita mampu menulis bahkan paham dengan

makna yang terdapat pada ayat Al-Qur’an sebab dapat meningkatkan

mutu bacaan Qur’an. Usaha menggerakkan literasi Al-Qur’an di sekolah-

sekolah sangatlah perlu. Akan tetapi bukan hanya sekedar membacanya,

namun harus bisa menuliskannya serta memahami makna yang ada.11

2. Tujuan Literasi

Kegiatan literasi yang dilaksanakan memiliki tujuan, baik secara

umum ataupun khusus diantaranya sebagai berikut:

8
Solehuddin Solehuddin, “Keefektifan Program Literasi Al-Quran di Sekolah-Sekolah
Swasta Non-Agama dalam Kerangka Penguatan Karakter (Kajian di Jawa Barat),” Al-Bayan:
Jurnal Studi Ilmu Al- Qur’an dan Tafsir III, no. 2 (2019): 168–88,
https://doi.org/10.15575/al-bayan.v3i2.3790.
9
Baeti Rohman dkk., “Effectiveness Virtual Instructional Strategy in Improving Al-
Quran Literacy Skills for Muslims during the COVID-19 Pandemic,” JOURNAL OF ALGEBRAIC
STATISTICS XIII, no. 1 (2022): h. 716-730.
10
Hafiz Ariefky, “Implementsi Program Literasi l-Qur’an di Sekolah Dasar Swasta Islam
Al-Amjad Kota Medan” (Tesis, Medan, Universitas islam Negeri Sumatera Utara, 2020), h. 20.
11
M. Hasby Ash-Shiddieqy, Sejarah dan pengantar Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir (Jakarta:
Bulan Bintang, 2000), h. 1.
18

a. Tujuan umum, untuk mengembangkan akal budi, pemikiran siswa

sebab dengan membiasakan budaya membaca dan menulis sehingga

membentuk pemahaman dan penghayatan sepanjang masa.

b. Tujuan khusus, antara lain:

1) Menumbuh kembangkan literasi yang membudaya di

lingkungan sekolah

2) Meningkatkan literatur membaca bagi semua kalangan

3) Terbentuknya lembaga pendidikan yang dapat mengembangkan

aspek budaya literat dalam pengelolaan berbasis pengetahuan

4) Terdapat berbagai macam kajian literatur bacaan yang

memberikan berbagai koleksi buku bacaan yang lengkap

sehingga menjaga keberlanjutan pembelajaran.12

3. Indikator Literasi Al-Qur’an

Solehuddin menyatakan bahwa literasi Al-Qur’an adalah suatu

keterampilan atau kemampuan individu dalam penguasaan membaca Al-

Qur’an, memahami tujuan-tujuannya, riwayatnya dan tafsirannya serta

memahami makna dari setiap ayat yang dibaca termasuk didalamnya

pendidikan akhlak.13 Syarifuddin, munir dan Haddade menyatakan bahwa

literasi Al-Qur’an merupakan konteks gerakan literasi dengan

kemampuan mempelajari Al-Qur’an memakai beberapa cara, yaitu

12
Sofie Dewayani, Menghidupkan Literasi di Ruang Kelas (Yogyakarta: PT Kanisus,
2017), h. 11.
13
Solehuddin Solehuddin, “Keefektifan Program Literasi Al-Quran di Sekolah-Sekolah
Swasta Non-Agama dalam Kerangka Penguatan Karakter (Kajian di Jawa Barat),” Al-Bayan:
Jurnal Studi Ilmu Al- Qur’an dan Tafsir III, no. 2 (14 Maret 2019): 168–188,
https://doi.org/10.15575/al-bayan.v3i2.3790.
19

membaca, menulis dan memahami Al-Qur’an.14 Surawan dan Fatimah

menyatakan bahwa literasi Al-Qur’an merupakan kegiatan membaca dan

menulis ayat al-Qur’an serta kandungan setiap ayat Al-Qur’an tersebut.15

Dari beberapa pendapat di atas, penulis memakai teori dari

Syarifuddin dkk sebagai indikator literasi Al-Qur’an dalam penelitian ini,

yaitu sebagai berikut:

a. Membaca Al-Qur’an

Al-Qur’an merupakan kitab yang berisikan tuntunan hidup

manusia agar tidak tersesat atau terbuai dengan dunia. Orang yang

senantiasa menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman hidupnya, maka

kehidupan yang dijalaninya akan lebih teratur. Dengan membaca Al-

Qur’an kita akan mendapatkan hidayah atau pencerahan dari Allah

SWT. Oleh sebab itu, setelah umat muslim beriman kepada Al-

Qur’an maka diberlakukan hukum wajib untuk membaca Al-Qur’an.

Bagi siapa saja yang membaca Al-Qur’an kelak akan

mendapatkan syafaat pada hari kiamat yang pasti akan terjadi. Selain

itu, membaca Al-Qur’an juga menjadi salah satu tolak ukur

keimanan seseorang. Membaca Al-Qur’an juga termasuk dalam

ibadah yang akan memperoleh pahala bahkan berlipat ganda.

Rasulullah SAW bersabda:

14
Ummul Hidayatullah Syarifuddin, Munir, dan Hasyim Haddade, “Implementasi Literasi
Al-Qur’an dalam Pembinaan Karakter Religiusitas Peserta Didik pada SMA/SMK di Kabupaten
Sidenreng Rappang,” Tarbawi Jurnal Pendidikan Agama Islam VI, no. 1 (2021): h. 31-43.
15
Surawan dan Cindy Fatimah, “Peran Guru PAI Mengatasi Kesulitan Siswa dalam
Literasi Al-Qur’an,” Ta’dibuna: Jurnal Pendidikan Agama Islam IV, no. 2 (2021): h. 106-115.
20

“Barangsiapa yang membaca satu huruf dari Al-Qur’an,


maka ia mendapat satu kebaikan, dan dari satu kebaikan itu
berlipat menjadi sepuluh kebaikan. Aku tidak mengatakan
alif lam mim sebagai satu huruf. Akan tetapi, alif satu huruf,
lam satu huruf, dan mim satu huruf.” (HR. Muslim)16
Membaca Al-Qur’an yang baik dan benar yaitu ketika

seseorang dapat menguasai makhrajul huruf, menguasai hukum nun

sukun/tanwin bertemu huruf hijaiyah dan penguasaan mad (panjang

pendeknya huruf).17 Kemampuan membaca Al-Qur’an merupakan

penguasaan yang dimiliki seseorang ketika sedang membaca Al-

Qur’an dengan tartil, yaitu membaca Al-Qur’an secara lancar dan

memperhatikan kaidah tajwid dan makhroj huruf yang benar.

Indikator dalam kemampuan membaca Al-Qur’an diantaranya

adalah sebagai berikut:

1) Kelancaran dalam Membaca Al-Qur’an

Kelancaran yang dimaksud di sini adalah fasih, tidak

terbata-bata dan tidak tersendat-sendat dalam membaca Al-

Qur’an serta proses membaca Al-Qur’an berjalan dengan baik.

2) Ketepatan Membaca Al-Qur’an sesuai Kaidah Tajwid

Ilmu tajwid ialah pengetahuan tentang kaidah dan tata

cara dalam membaca Al-Qur’an yang bertujuan untuk

memelihara bacaan Al-Qur’an dari kesalahan, perubahan dan

memelihara lisan dari kesalahan membaca. Sebab apabila kita


16
Amirulloh Syarbini dan Sumantri Jamhari, Kedahsyatan Membaca al-Qur’an
(Bandung: RuangKata Imprint Kawan Pustaka, 2012), h. 49-52.
17
Gusman, “Analisis Faktor Penyebab Kurangnya Kemampuan Siswa dalam Baca Tulis
Al-Qur’an,” Jurnal Al-Bahtsu II, no. 2 (2017): 233.
21

salah dalam membaca Al-Qur’an maka arti atau makna dari

ayat Al-Qur’an juga akan berubah.

3) Membaca Al-Qur’an sesuai Makhraj Huruf

Makharijul huruf merupakan membaca huruf hijaiyah

sesuai dengan di mana tempat keluarnya huruf tersebut seperti

tenggorokan, di tengah lidah, diantara dua bibir, dan masih

banyak lagi.18

Orang yang senantiasa membaca Al-Quran secara istiqomah

akan memiliki keutamaan sebagai berikut:

1) Mendapat pahala yang berlipat ganda, membaca satu huruf Al-

Quran akan dibalas dengan sepuluh kebaikan

2) Dapat menjadi obat ketika sedang gelisah

3) Menjadi cahaya di dunia dan menjadi bekal untuk akhirat

4) Mendapatkan syafaat saat di akhirat nanti

5) Malaikat akan turun untuk memberikan rahmat dan ketenangan19

b. Menulis Ayat Al-Qur’an

Penulisan ayat Al-Qur’an berbeda dengan penulisan lain,

yang mana penulisan ayat Al-Qur’an dimulai dari sebelah kanan lalu

ke sebelah kiri. Dalam penulisannya juga tidak boleh sembarangan,

harus sesuai dengan kaidah penulisan yang telah ditetapkan. 20

18
Rokim, Wahyuni Ahadiyah, dan Lindah Zahrotul Muafah, Solusi Mudah dan
Menyenangkan Belajar Al-Qur’an (Lamongan: Nawa Litera Publishing, 2021), h. 26 & 27.
19
Ahmad Syarifuddin, Mendidik Anak Membaca, Menullis, dan Mencintai Al-Quran
(Jakarta: Gema Insani, 2004), h. 45-48.
20
Mursal Aziz dan Zulkipli Nasution, Metode Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an:
Memaksimalkan Pendidikan Islam Melalui Al-Qur’an (Medan: CV. Pusdikra MJ, 2020), h. 142.
22

Alangkah baiknya sedari kecil anak-anak sudah diajarkan

menuliskan ayat Al-Qur’an.

Penulisan ulang Al-Qur’an harus dilakukan dnegan hati-hati,

karena harus tetap merujuk dan menyesuaikan dengan kaidah

penulisan mushaf Utsmani. Tetapi aturan tersebut tidak berlaku bagi

orang dewasa atau anak-anak yang tidak memiliki pengetahuan

tentang penulisan mushaf Utsmani. Mereka akan diperkenankan

untuk memakai kaidah pada umumnya yang sudah banyak dikenal

dan tetap harus memperoleh bimbingan atau arahan dari orang yang

lebih paham. Kebolehan ini didasarkan pada standar penulisan Al-

Qur'an bukan suatu hal yang dihukumi berdosa, sebab tujuan

menulis dalam kaidah ini bukan untuk menulis ulang Al-Qur’an,

melainkan hanya sebuah usaha atau upaya dan proses penguatan

hafalan peserta didik dengan memanfaatkan media tulis-menulis.

Terkait hal ini, para ahli serta psikologi pembelajar

menyatakan bahwa “sesungguhnya tangan itu memiliki ingatan

khusus selain ingatan pikiran yang sudah dikenal, yaitu anda

mengingat apa yang anda tulis, tetapi perhatikan bahwa kertas yang

telah ditulis hendaknya dijaga agar tidak hilang”. Menurut yahya

Abdul Fattah Az-Zawani Al-Hafidz dalam bukunya Revolusi

menghafal Al-Qur’an mengatakan bahwa “Apa yang dicatat akan

tetap ada dan apa yang dihafal dapat hilang”.21

21
Waliko, Metode Tahfidz Al-Qur’an di Nusantara (Disertai Rujukan Lembaga
Pendidikan dan Pesantren yang Menerapkan) (Banyumas: Wawasan Ilmu, 2022), h. 57.
23

Kemampuan seseorang dalam menulis ayat yang terdapat

dalam Al-Qur’an sangatlah penting, oleh sebab itu dibutuhkan

peninjauan dan perhatian yang dikhususkan untuk kegiatan menulis

Al-Qur’an. Menurut Anwar yang dikutip Ulfah dkk, indikator

kemampuan menulis al-Qur’an, yaitu:22

1) Menulis huruf-huruf hijaiyah secara terpisah, yaitu guru

mengajarkan cara menulis huruf hijaiyah dimulai dari huruf Alif

sampai Ya. Guru juga mengajarkan penulisan hijaiyah dimulai

dari sebelah kanan berbeda dengan penulisan latin.

2) Menulis huruf-huruf hijaiyah secara bersambung dengan tanda

bacanya, yaitu guru mengajarkan mana huruf hijaiyah yang

dapat disambung antar huruf sebab tidak semua huruf hijaiyah

dapat disambung. Selain itu diajarkan juga cara menyambung

huruf yang terletak di awal, tengah dan akhir karena akan

berbeda.

3) Menulis salah satu surah dalam Al-Qur’an sesuai dengan tanda

bacanya, yaitu untuk mengetahui kemampuan menulis ayat Al-

Qur’an yang telah dikuasai siswa setelah pembelajaran yang

telah diberikan.

c. Memahami Al-Qur’an

Al-Qur’an dapat dikatakan sebagai sumber kebahagiaan

seluruh umat manusia, sebab didalamnya tidak hanya terdapat ajaran


22
Ulfah, Dadan F Ramdhan, dan Dede Rohaniawati, “Kemampuan Menulis Al-Qur’an
Siswa Madrasah Ibtidaiyah melalui Srategi Practice Rehearsal Pairs,” At-Tarbiyah: Jurnal
Pendidikan XXX, no. 2 (2020): 101–110.
24

atau tuntunan, akan tetapi terdapat juga solusi atas semua masalah

yang dialami manusia. Manusia tidak akan pernah mampu

menyelesaikan masalah dalam hidupnya apabila tidak memahami isi

kandungan Al-Qur’an dan mengikuti segala arahan dalam Al-

Qur’an.

Allah SWT mengibaratkan manusia yang memiliki kitab suci

(Al-Qur’an) dengan tidak memahaminya layaknya seperti keledai

yang membawa kitab di punggungnya, tetapi tidak tahu apa yang

dibawanya dan tidak memahami isi kandungannya. Allah SWT

berfirman:

“Perumpamaan orang-orang yang dipikulkan kepadanya


Taurat, kemudian mereka tiada memikulnya adalah seperti
keledai yang membawa kitab-kitab tebal. Amatlah buruknya
perumpamaan kaum yang mendustakan ayat-ayat Allah itu.
Dan Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum yang
dzalim.” (QS. AL-Jumu’ah [61]; 5)23
Ayat diatas sudah sangat jelas memberikan informasi kepada

kita bahwa kita tidak hanya diwajibkan untuk membaca Al-Qur’an

saja, melainkan memahami makna yang terkandung didalamnya.

Sebab jika kita tidak tahu makna yang terkandung maka kita akan

mudah tersesat dan akan terbuai dengan dunia yang amat sangat fana

ini. Jika kita terbuai dengan apa yang ada di dunia ini dan tidak

peduli dengan kehidupan akhirat maka celakalah kita dan tidak ada

yang bisa menolong melainkan Allah SWT.

23
Syarbini dan Jamhari, Kedahsyatan Membaca al-Qur’an, h. 62.
25

Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk memahami

makna Al-Qur’an, akan tetapi harus disertai bimbingan guru yang

ahli dibidang Al-Qur’an. Adapun cara tersebut sebagai berikut:

1) Memahami Al-Qur’an melalui Artinya

Membaca terjemahan dari ayat Al-Qur’an merupakan

salah satu cara yang mudah untuk dilakukan dalam memahami

makna Al-Qur’an, sebab terjemahan sudah disesuaikan dengan

bahasa yang kita gunakan. Saat ini sangat banyak produksi Al-

Qur’an beserta terjemahannya tersebar di pasaran yang dapat

kita miliki.

2) Memahami Al-Qur’an dengan Mempelajari Bahasa Arab

Al-Qur’an merupakan kitab yang diturunkan

menggunakan bahasa Arab, maka jika kita mempelajari bahasa

Arab dapat membantu kita dalam memahami makna dalam Al-

Qur’an. Akan tetapi bahasa Arab ini tidak bisa dijadikan

patokan pasti untuk memahami Al-Qur’an, karena bahasa Arab

sekarang sudah banyak tercampur dengan bahasa lainnya.

Bahasa Al-Qur’an adalah bahasa Arab asli yang tidak

tercampur. Tetapi tidak ada salahnya kita untuk belajar bahasa

Arab, karena masih bisa membantu walau kurang maksimal.

3) Memahami Al-Qur’an melalui Kitab Tafsir

Kitab tafsir membahas makna tiap ayat Al-Qur’an secara

lebih mendalam. Apabila dibandingkan dengan terjemahan


26

dalam Al-Qur’an yang hanya memberikan arti perayat, kitab

tafsir membahas secara rinci sehingga kita akan lebih

memahami makna disetiap ayat Al-Qur’an. Maka dari itu

usahakan untuk memperbanyak membaca kitab tafsir yang ada.24

B. Prestasi Belajar PAI

1. Pengertian Prestasi Belajar PAI

Prestasi asal katanya dari bahasa Belanda, yaitu prestatie. Dalam

bahasa Indonesia kata tersebut beralih ke kata prestasi dengan makna

hasil atau apa yang didapat dari sebuah usaha atau upaya. Jadi, prestasi

bisa juga kita artikan sebagai hasil yang didapatkan sebab terdapat

kegiatan belajar yang sudah dilaksanakan.25 Prestasi tidak hanya dalam

bentuk belajar, melainkan ada berbagai macam bentuk prestasi yang

dapat dicapai. Namun apabila prestasi dikaitkan dengan siswa, sudah

jelas hal tersebut berkaitan dengan belajar yaitu prestasi belajar.

Belajar dapat diartikan sebagai sebuah proses usaha sadar yang

dijalankan oleh individu guna mendapatkan tingkah laku yang telah

berubah menjadi tingkah laku baru yang mana hal tersebut adalah hasil

dari pengalaman individu melakukan interaksi dengan lingkungan

sekitarnya.26 Belajar adalah kegiatan berpikir yang dilaksanakan lewat

proses interaksi baik itu manusia antar manusia ataupun manusia dengan

24
Lentera Kecil, “3 Cara Memahami Ayat al-Qur’an”, dalam https://lenterakecil.com/3-
cara-memahami-ayat-al-quran-tips-mudah/, Diakses 03 April 2023
25
Moh. Zaiful Rosyid, Mustajab, dan Aminol Rosid Abdullah, Prestasi Belajar, 1 ed.
(Batu: Literasi Nusantara, 2019), h. 5 & 6.
26
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2008), h. 27.
27

lingkungan sekitar. Dalam hal belajarpun dilaksanakan dengan

ketersengajaan, yang bermakna bahwa individu belajar dengan waktu dan

tempat yang tidak ditentukan serta menyesuaikan dengan apa yang

dibutuhkan.27 Siapapun dapat melakukan kegiatan belajar dan dengan

umur berapapun, tidak ada batasan untuk hal tersebut. Dalam Islam

belajar atau menuntut ilmu hukumnya adalah wajib, baik itu bagi laki-

laki maupun perempuan. Untuk itu kita sebagai umat muslim alangkah

baiknya jika kita menuntut ilmu sesuai dengan syariat Islam.

Rosyid dkk, menyatakan bahwa prestasi belajar adalah hasil dari

suatu proses belajar mengajar yang diiringi dengan perubahan yang

digapai siswa dan dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf, maupun

kalimat sebagai tolak ukur tingkat keberhasilan siswa dengan standarisasi

yang telah ditetapkan.28 Prestasi belajar menurut Sutratinah Tirtonegoro

merupakan sebuah penilaian perolehan dari upaya atau usaha dalam

kegiatan belajar dengan pemaparan berbentuk angka, huruf, simbol

ataupun dalam bentuk kalimat yang menggambarkan perolehan hasil dari

tiap-tiap siswa dengan periode tertentu.29 Abduloh, dkk menyimpulkan

bahwa “prestasi belajar merupakan perubahan pembelajaran atau hasil

yang didapat dan suatu proses yang memungkinkan munculnya suatu

tingkah laku sebagai hasil dari terbentuknya respon utama, dengan syarat

27
Rosyid, Mustajab, dan Abdullah, Prestasi Belajar, h. 5 & 6.
28
Rosyid, Mustajab, dan Abdullah, h. 10.
29
Sutratinah Tirtonegoro, Anak Super Normal dan Program Pendidikannya (Jakarta:
Bina Aksara, 2001), h. 43.
28

bahwa timbulnya tingkah laku baru bukan disebabkan karena adanya

kematangan atau karena adanya perubahan sementara karena suatu hal.30

Prestasi belajar adalah penguasaan yang diraih peserta didik

dalam mata pelajaran tertentu sesudah ikut andil dalam kegiatan

pembelajaran. Untuk mengetahui pencapaian peserta didik setelah

mengikuti kegiatan pembelajaran maka dapat dilakukan evaluasi. Dari

evaluasi tersebut akan dilakukan penilaian dan hasilpun akan diperoleh.

Pendidikan Agama Islam (PAI) adalah sebuah langkah yang

tersusun secara teratur dan menyeluruh guna memindahkan ilmu

pengetahuan serta nilai-nilai agama dari seorang pendidik kepada para

siswa.31 Muhaimin menyatakan bahwa “pendidikan Islam adalah usaha

mendidik agama Islam dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya”.

Pendidikan Islam dapat berwujud (1) segenap kesiapan seseorang atau

menumbuh kembangkan ajaran Islam dan nilai-nilainya (2) segenap

fenomena atau peristiwa pertemuan antara dua orang atau lebih yang

berdampak pada tertanamnya ajaran Islam serta nilai-nilainya pada satu

atau beberapa pihak.32

Pendidikan Agama Islam (PAI) merupakan salah satu mata

pelajaran yang wajib dipelajari oleh siswa baik itu sekolah keagamaan

atau non-agama. Hanya saja cakupannya berbeda, jika disekolah non-

30
Abduloh dkk., Peningkatan dan Pengembangan Prestasi Belajar Peserta Didik, 1 ed.
(Ponorogo: Uwais Inspirasi Indonesia, 2022), h. 3.
31
Herwansyah dan Najmi Faza, Guru Pendidikan Agama Islam dalam Meningkatkan
Perilaku Religius Siswa, 1 ed. (Sukabumi: CV. Haura Utama, 2022), h. 11.
32
Muhaimin, Abd. Ghofir, dan Ali Rahman Rahman, Paradigma Pendidikan Islam:
Upaya Mengefektifkan Pendidik Agama Islam di Sekolah (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2002).
29

agama semua menjadi satu kesatuan yaitu PAI saja. Lain halnya dengan

sekolah keagamaan cakupannya akan lebih luas, PAI akan terbagi lagi

kedalam beberapa mata pelajaran, yaitu Al-Quran Hadis, Akidah Akhlak,

Fiqih dan juga Sejarah Kebudayaan Islam (SKI). Dengan adanya

pembelajaran PAI ini diharapkan mampu mencetak generasi yang

berakhlak mulia serta taat beragama.

Penulis dapat menyimpulkan bahwa prestasi belajar PAI adalah

penguasaan terhadap materi Pendidikan Agama Islam yang dicapai oleh

peserta didik setelah ikut andil dalam kegiatan pembelajaran.

2. Aspek-Aspek Prestasi Belajar PAI

Prestasi belajar memiliki beberapa aspek, apabila dikaitkan

dengan Pendidikan Agama Islam, maka aspek-aspek prestasi belajar PAI

sebagai berikut:

a. Bidang kognitif, meliputi hasil belajar pengetahuan hafalan, prestasi

belajar pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi.

b. Bidang afektif, pada PAI dapat berupa kesadaran beragama yang

mantap. Tingkatan dalam bidang ini, yaitu kepekaan menerima

stimulus, jawaban, penilaian, organisasi, dan karakteristik nilai.

c. Bidang psikomotorik, pada PAI berupa kemampuan melaksanakan

shalat, berwudhu, mengaji, akhlak/perilaku, dan lain-lain.33

33
Siti Devi Anggraeni, “Pengaruh Program Penguatan Pendidikan Karakter (PKK) dalam
Meningkatkan Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam (PAI) Siswa di SMP 17 Agustus 1945
Surabaya” (Skripsi, Surabaya, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, 2018), h. 52-56.
30

Peneliti menyimpulkan bahwa aspek-aspek prestasi belajar terdiri

dari 3 aspek, yaitu aspek bidang kognitif, aspek bidang afektif, dan aspek

pada bidang psikomotorik.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar PAI

Aktivitas belajar akan dilaksanakan oleh tiap-tiap anak, sebab dari

kegiatan belajar inilah anak-anak tersebut mendapatkan berbagai

pengalaman yang hanya bisa didapatkan dengan pro ses belajar. Kegiatan

belajar ini sangatlah erat kaitannya dengan proses perubahan yang

dialami seorang individu sebagai hasil dari apa yang dialaminya dalam

sebuah lingkungan. Setiap kegiatan pasti memiliki faktor yang dapat

memberikan pengaruh, begitu pula dengan prestasi belajar. Faktor-faktor

yang dapat mempengaruhi prestasi belajar PAI, yaitu:

a. Kondisi Pembelajaran PAI

Kondisi pembelajaran PAI adalah suatu keadaan pada saat

kegiatan belajar mengajar PAI berlangsung. Kondisi pembelajaran

PAI memiliki beebrapa aspek, yaitu pertama aspek tujuan

pembelajaran PAI yang akan dicapai adalah mengantarkan siswa

untuk mampu memilih Al-Qur’an sebagai pedoman hidupnya,

mampu menghargai Al-Qur’an sebagai pilihan yang paling benar,

serta mampu bertindak dan mengamalkan apa yang terkandung

dalam Al-Qur’an.

Kedua, aspek karakteristik PAI yang menuntut adanya

kenyataan, dalil, prinsip dan keimanan yang menyajikan kebenaran


31

Al-Qur’an sebagai tuntunan hidup manusia. Ketiga, aspek

karakteristik siswa secara individu yang berbeda-beda dalam hal

kemampuan gaya belajar, perkembangan kepercayaan, moral dan

kognitif. Dapat pula ditinjau dari kendala sumber belajar yang

tersedia seperti sarana dan prasarana.

b. Metode Pembelajaran PAI

Metode pembelajran PAI dapat dikelompokkan menjadi dua,

yaitu strategi penyampaian dan strategi pengelolaan pembelajaran.

Strategi penyampaian mencakup bahan-bahan pembelajaran dan

kegiatan-kegiatan terkait pembelajaran yang lain, media

pembelajaran yang menjadi salah satu komponen penting dalam

strategi ini. strategi penyampaian berfungsi untuk menyampaikan isi

pembelajaran kepada siswa dan menyediakan informasi yang

dibutuhkan siswa.

Strategi pengelolaan pembelajaran adalah metode untuk

menata interasi yang terjadi antara siswa dengan komponen metode

pembelajaran lainnya. Strategi ini juga berusaha untuk menata

interaksi siswa serta memperhatikan empat hal, yaitu pembuatan

jadwal kegiatan pembelajaran, pembuatan catatan kemajuan belajar

siswa secara berkala, pengelolaan motivasi siswa untuk

meningkatlkan motivasi belajar, serta kontrol belajar yang mengarah

pada kebebasan memilih tindakn belajar sesuai karakteristik masing-

masing siswa.
32

c. Hasil Pembelajaran PAI

Hasil pembelajaran PAI ini dapat berupa hasil nyata

pencapaian siswa secara nyata disebabkan penggunaan metode

pembelajaran PAI yang dikembangkan dengan menyesuaikan

kondisi yang ada. Hasil pembelajaran PAI juga dapat berbentuk

tujuan yang ingin dicapai dan memberi pengaruh terhadap keputusan

perancang pembelajaran PAI sesuai kondisi pembelajaran dan hasil

yang diinginkan.34

Selain itu, kemampuan membaca Al-Qur’an juga menjadi salah satu

faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar PAI. Membaca adalah salah

satu cara yang dapat dilakukan untuk memperoleh ilmu pengetahuan.

Membaca Al-Qur’an dapat memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada

seorang muslim terkait ajaran yang terdapat dalam agama Islam. Kemampuan

membaca Al-Qur’an ini menjadi salah satu faktor penting, karena apabila

siswa dapat membaca Al-Qur’an dengan baik, maka akan muncul dorongan

dalam dirinya untuk mendalami isi kandungan Al-Qur’an dan hal ini dapat

memberikan pemahaman yang baik terhadap pembelajaran PAI.35

C. Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dalam sebuah penelitian.

Berdasarkan landasan teori, maka hipotesis alternatif (Ha) yang di usulkan

34
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), h.
146-156.
35
Arsyad dan Salahudin, “Hubungan Kemampuan Membaca Al-Qur’an dan Minat
Belajar Siswa dengan Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam (PAI),” EDUKASI: Jurnal
Penelitian Pendidikan Agama dan Keagamaan XVI, no. 2 (2018): 179–90.
33

penulis dalam penelitian ini yaitu “literasi Al-Qur’an berpengaruh sangat baik

terhadap prestasi belajar PAI siswa SMPN 3 PPU”. Sedangkan hipotesis nol

(H0) dalam penelitian ini adalah “literasi Al-Qur’an tidak berpengaruh

terhadap prestasi belajar PAI siswa SMPN 3 PPU”.

Anda mungkin juga menyukai