607-Article Review-2990-1-10-20230126
607-Article Review-2990-1-10-20230126
Abstrak
Human immunodeficiency virus (HIV) adalah infeksi yang menyerang sistem kekebalan tubuh, khususnya sel darah putih
yang disebut sel CD4+. HIV terus menjadi masalah kesehatan masyarakat global yang utama, sejauh ini telah merenggut
40,1 juta nyawa. Pada tahun 2021, 650.000 orang meninggal karena penyebab terkait HIV dan 1,5 juta orang tertular HIV.
HIV menghancurkan sel CD4+, sehingga melemahkan kekebalan seseorang terhadap infeksi oportunistik, seperti
tuberkulosis, infeksi jamur, infeksi bakteri, dan beberapa jenis kanker. Laporan kasus dari seorang laki-laki berusia 29 tahun,
datang dengan keluhan sesak napas sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit. Keluhan disertai dengan batuk lama, lemas,
keringat dingin pada malam hari, hilang nafsu makan, dan penurunan berat badan. Pada pemeriksaan serologis didapatkan
hasil reaktif HIV dan pada foto toraks didapatkan kesan TB paru aktif. Diagnosis yang ditegakkan ialah HIV grade III dengan
TB paru terdiagnosis klinis, setelah itu pasien diberikan tatalaksana HIV dengan koinfeksi TB paru.
Korespondensi: Benny Syahputra Gumay, alamat Jl. Abdul muis 8 no. 9 Gedong Meneng, HP 081284175641, e-mail
bennysyahputragumay@gmail.com
Di seluruh dunia, TB adalah penyebab juga mengeluhkan badan yang terasa lemas
kematian ke-13 dan pembunuh menular dan berkeringat dingin pada malam hari.
kedua setelah COVID-19 (di atas HIV/AIDS Pasien kembali ke puskesmas, dan dilakukan
(Aquired Immunodeficiency Syndrom)). Pada pemeriksaan penyakit menular seksual,
tahun 2021, diperkirakan 10,6 juta orang berdasar hasil pemeriksaan tersebut hasilnya
terserang tuberkulosis (TB) di seluruh dunia. pasien dinyatakan reaktif HIV. 2 minggu SMRS,
Enam juta pria, 3,4 juta wanita dan 1,2 juta pasien mendapatkan terapi ARV, sehingga
anak-anak. TB ada di semua negara dan pasien mendapatkan terapi OAT dan ARV. 3
kelompok umur. Tetapi TB dapat disembuhkan hari SMRS, pasien mengeluhkan sesak karena
dan dicegah.2 dahak yang sulit dikeluarkan, keluhan tersebut
Pada tahun 2018, 30 negara dengan disertai dengan dengan batuk, lemas, keringat
beban tuberkulosis tinggi menyumbang 87% dingin pada malam hari, hilang nafsu makan,
kasus tuberkulosis baru. Delapan negara dan penurunan berat badan, sehingga pasien
menyumbang dua pertiga dari total, dengan dibawa keluarga ke IGD RSUDAM. Pasien
India berada diperingkat pertama, diikuti oleh, mengaku sebelum keluhan terjadi, beberapa
Cina, Indonesia, Filipina, Pakistan, Nigeria, kali pernah melakukan hubungan seksual
Bangladesh, dan Afrika Selatan.3 Sejak infeksi berisiko dengan sesama jenis, pasien tidak
TB dan HIV berinteraksi secara sinergis, upaya merokok, dan jarang berolahraga. Keluhan
pengentasan morbiditas dan mortalitas lain, seperti kencing nanah, ruam-ruam merah
karena TB menghadapi tantangan yang besar. pada telapak tangan-kaki disangkal pasien.
Adanya infeksi HIV pada penderita TB dapat Pada pemeriksaan fisik status generalis
mempercepat perkembangan penyakit TB dan ditemukan keadaan umum tampak sakit
begitu pula sebaliknya.3 sedang dengan tanda-tanda vital dalam batas
normal. Status antropometri: berat badan 40
Kasus kg, tinggi badan 160 cm, dengan indeks massa
Tn. M, usia 29 tahun, masuk ke IGD tubuh 15,625 kg/m2 (Underweight).
Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Moeloek Pemeriksaan fisik yang terdapat kelainan,
(RSUDAM) pada tanggal 24 Desember 2021 yaitu berupa adanya suara ronkhi kasar pada
dengan keluhan utama sesak napas sejak 3 auskultasi toraks kanan-kiri. Pada hasil
hari sebelum masuk rumah sakit. Keluhan pemeriksaan penunjang darah lengkap
disertai dengan batuk lama, lemas, keringat didapatkan, hemoglobin 9,1 g/dl, leukosit
dingin pada malam hari, hilang nafsu makan, 4.680/uL, Eritrosit 3,8 juta/uL, hematokrit
dan penurunan berat badan. 27%, trombosit 157.000/uL, MCV 70 fL, MCH
Awal mula keluhan dirasakan pasien 24 pg, MCHC 34 g/dL,
sejak 9 bulan SMRS, pasien mengeluhkan basofil/eosinofil/batang/segmen/limfosit/
batuk berdahak berwarna putih, tidak disertai monosit: 0/13/0/74/5/8. Pada pemeriksaan
darah, yang terjadi hampir sepanjang hari. kimia darah didapatkan, Serum Glutamic
Terkadang pasien juga mengeluhkan demam Oxaloacetic Transminase (SGOT) 20U/L, Serum
hilang timbul dan berkeringat dingin pada Glutamic Pyruvic Transminase (SGPT) 11 U/L,
malam hari. Pasien telah mencoba mengobati Gula darah sewaktu 115 mg/dL, ureum 12
keluhannya dengan membeli obat batuk di mg/dL, Creatinin 0,52 mg/dL. Pada
warung, tetapi keluhan tidak kunjung pemeriksaan foto toraks posteroanterior (PA)
membaik. 3 bulan SMRS, batuk berdahak yang didapatkan tampak infiltrat di perihilar lapang
dirasakan pasien semakin memberat, sehingga paru kiri, dengan kesan TB paru aktif.
pasien memeriksakan dirinya ke puskesmas, Pemeriksaan antibodi anti-HIV menunjukkan
dan dilakukan pemeriksaan dahak. hasil reaktif pada tiga kali konfirmasi
Berdasarkan pemeriksaan tersebut, pasien pemeriksaan.
terdiagnosis TB paru dan mendapat
pengobatan selama 6 bulan. 2 bulan SMRS,
pasien mengeluhkan batuk berdahak yang
belum membaik, dan dirasakan pasien berat
badannya semakin berkurang yang awalnya 60
kg menjadi 40 kg dalam waktu 7 bulan, pasien
yang disebut dengan AIDS, dimana penderita Seorang dinyatakan terinfeksi HIV
hanya memiliki CD4+ T kurang dari 200 mm3.5 apabila dengan pemeriksaan laboratorium
Para peneliti menyepakati bahwa terbukti terinfeksi HIV, baik dengan
terdapat hubungan yang signifikan antara TB pemeriksaan antibodi atau pemeriksaan untuk
sebagai salah satu infeksi oportunistik yang mendeteksi adanya virus dalam tubuh. Pada
dapat dengan mudah menginfeksi penderita kasus ini diagnosis ditegakkan berdasarkan
HIV. Penyebaran infeksi TB melalui batuk atau anamnesis, pemeriksaan fisik dan
bersin penderita (droplet infecion) yang pemeriksaan penunjang.
terhirup oleh individu yang rentan. Saat Pada anamnesis didapatkan gejala
bakteri Mycobacterium tuberculosis telah pasien berupa sesak napas sejak 3 hari SMRS
berhasil masuk ke dalam paru, bakteri ini yang disertai dengan batuk lama, lemas,
akan segera berkembang membentuk koloni keringat dingin pada malam hari, hilang nafsu
yang berbentuk globular. Biasanya melalui makan, dan penurunan berat badan. Gejala
serangkaian reaksi imunologis pertumbuhan tersebut merupakan manifestasi dari infeksi
bakteri Mycobacterium tuberculosis dapat oportunistik akibat infeksi HIV, yaitu TB paru.
dihambat melalui pembentukan dinding di Berdasarkan WHO stadium HIV dibagi
sekeliling bakteri itu oleh sel-sel paru. menjadi 4 stadium. Pada stadium 1 tidak ada
Mekanisme pembentukan dinding itu penurunan berat badan, cenderung tidak ada
membuat jaringan di sekitarnya menjadi gejala atau hanya berupa limfadenopati
jaringan parut sehingga bakteri generalisata persisten. Stadium 2, ditandai
Mycobacterium tuberculosis menjadi tidak dengan penurunan berat badan <10%, dapat
aktif dan berbentuk dormant (istirahat). Daya disertai luka disekitar bibir (cheilitis angularis),
tahan tubuh penderita menentukan apakah dermatitis seboroik atau prurigo, ulkus mulut
infeksi TB akan tetap berada di fase ini atau berulang, dan ISPA berulang. Stadium 3,
berlanjut ke tahap berikutnya. Infeksi TB yang ditandai dengan penurunan berat badan
hanya mencapai tahap dormant disebut >10%, dapat disertai kandidiasis oral, TB paru,
dengan TB laten yang mana pada infeksi ini diare dan demam yang tidak diketahui
bersifat asimtomatik dan tidak dapat penyebabnya lebih dari 1 bulan. Stadium 4,
ditularkan. Pada orang dengan imunitas ditandai dengan sindrom wasting HIV,
seluler yang sehat dapat mencegah infeksi TB kandidiasis esofagus, toxoplasmosis,
mencapai tahap selanjutnya. Namun, jika pneumonia pneumocytis carinii, dan sarkoma
orang yang terinfeksi tidak memiliki daya kaposi. Stadium HIV pada pasien ini
tahan tubuh yang sehat yang mungkin dapat merupakan stadium III, dimana terdapat
diakibatkan oleh karena beberapa hal, seperti infeksi oportunistik berupa TB paru.8
obat-obatan imunosupresif, infeksi HIV, Pada pemeriksaan penunjang,
malnutrisi, penuaan, atau faktor lainnya, dilakukan pemeriksaan 3 metode yang
bakteri TB dapat berkembang dengan jumlah berbeda, yaitu dengan diagnostar, determine,
yang tidak terkontrol. Pada titik ini bakteri TB dan HIV standart Q menunjukkan hasil reaktif
yang dapat bertahan hidup dapat menyebar pada semua metode. Pemeriksaan HIV sendiri
ke seluruh lapang paru (TB paru aktif) dan dibagi menjadi tiga, yaitu strategi I, strategi II,
bahkan ke jaringan lain melalui sistem limfatik dan strategi III. Pada pemeriksaan strategi I
dan darah (TB milier atau ekstrapulmoner).6 digunakan untuk pada pemeriksaan HIV pada
Ketika hal ini terjadi penderita menjadi infektif darah donor untuk kepentingan transfusi,
dan akan mengalami manifestasi klinik dimana hanya dilakukan satu kali
penderita TB yang meliputi gejala respiratorik pemeriksaan, jika hasilnya reaktif, maka akan
dan sistemik. Gejala respiratorik meliputi dianggap positif HIV dan jika non reaktif akan
batuk, sesak napas, dan nyeri dada. Gejala dianggap negatif HIV. Pada strategi II dan III
sistemik meliputi demam, berat badan dilakukan untuk keperluan diagnosis. Pada
menurun drastis dalam waktu singkat, strategi II dan III, serum atau plasma diuji
keringat malam, anoreksia, dan malaise. Pada menggunakan ELISA. Pada pemeriksaan
fase ini penderita memerlukan pengobatan pertama, setiap spesimen dengan hasil positif
sesuai kondisi klinis dan pemeriksaan diperiksa menggunakan metode ELISA dengan
penunjang.7 preparasi antigen yang berbeda atau prinsip
pemeriksaan yang berbeda. Serum dengan dalam jangka panjang. Terapi ARV dianjurkan
hasil positif reaktif pada dua pemeriksaan pada semua orang dengan diagnosis HIV yang
dianggap positif memiliki antibodi HIV. Serum telah tegak, tanpa melihat CD4+ atau viral
dengan hasil non reaktif pada pemeriksaan load. Saat ini regimen pengobatan ARV yang
pertama dianggap negatif dan tidak memiliki direkomendasikan oleh WHO adalah
antibodi HIV. Serum dengan hasil reaktif pada kombinasi 3 obat ARV. Golongan ARV dibagi
pemeriksaan pertama dan non reaktif pada menjadi beberapa macam, misalnya NsRTI
pemeriksaan kedua, harus diulang dengan (nucleoside reverse transcriptase inhibitor)
kedua pemeriksaan, jika hasil tetap berbeda seperti stavudin, lamivudin, nevirapin,
dari kedua pemeriksaan tersebut, maka zidovudin, NNRTI (non nucleoside reverse
hasilnya dianggap indeterminate. Pada transcriptase inhibitor) seperti efavirenz, dan
strategi III, setiap sampel dengan hasil reaktif protease inhibitor seperti nelvinafir. Lini
harus diperiksa ulang menggunakan dua pertama terapi ARV, yaitu dengan
pemeriksaan berbeda. Serum dengan hasil 2NRTI+efavirenz atau 2NRTI+nevirapin. Lini
non reaktif pada pemeriksaan pertama, kedua terapi ARV, yaitu dengan 2NRTI+PI. 8
dianggap negatif atau tidak memiliki antibodi Terapi ARV direkomendasikan pada
HIV. Serum dengan hasil reaktif pada semua pasien koinfeksi TB. Namun,
pemeriksaan pertama, tetapi non reaktif pada bagaimanapun terapi TB sendiri, yaitu OAT
pemeriksaan kedua, harus diulang dengan tetap menjadi prioritas utama, sehingga untuk
kedua pemeriksaan. Pada strategi III perlu memulai terapi, OAT diberikan terlebih
adanya pemeriksaan ketiga pada serum dahulu, kemudian baru diikuti oleh terapi ARV
dengan hasil reaktif pada pemeriksaan kedua. dalam waktu 2 minggu pertama.8
Ketiga pemeriksaan pada strategi III harus
merupakan tiga pemeriksaan dengan Simpulans
preparasi antigen dan prinsip pemeriksaan Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
yang berbeda. Serum dengan hasil reaktif fisik, dan pemeriksaan penunjang diagnosis
pada ketiga pemeriksaan, dianggap positif yang ditegakkan pada kasus ini, ialah HIV
atau memiliki antibodi HIV. Serum dengan grade III dengan TB paru. Tatalaksana yang
hasil berbeda pada pemeriksaan kedua atau diberikan kepada pasien berupa terapi ARV,
reaktif pada pemeriksaan pertama dan kedua, terapi OAT, dan terapi simptomatis.
tetapi non reaktif pada pemeriksaan ketiga
dianggap indeterminate. Serum yang reaktif Daftar Pustaka
pada pemeriksaan pertama dan non reaktif 1. World Health Organization. HIV/AIDS.
pada pemeriksaan kedua dan ketiga dianggap Jenewa: World Health Organization;
indeterminate pada individu yang mungkin 2022.
pernah terekspos HIV sedikitnya pada 3 bulan 2. World Health Organization. Tuberculosis.
terakhir dan dianggap negatif pada individu Jenewa: World Health Organization;
yang tidak mempunyai risiko infeksi HIV.8 2022.
Untuk tatalaksana HIV pada pasien ini 3. World Health Organization. Kajian
menggunakan terapi ARV nasional respon HIV dibidang kesehatan
(tenovofir+lamivudine+efavirenz), selain itu, republik Indonesia. Jenewa: World Health
juga diberikan terapi untuk simptomatis dan Organization; 2017.
infeksi oportunistik yang menyertai, seperti 4. Naif HM. Pathogenesis of HIV Infection.
terapi OAT (obat anti tuberkulosis) untuk Infectious Disease Report [internet]. 2016
tuberkulosis pasien dan ambroxol sebagai [disitasi tanggal 07 Januari 2023]; 6(5):26-
mukolitik. Dimana terapi ARV ini bermanfaat 30. Tersedia dari:
untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articl
dini akibat infeksi HIV. Manfaat terapi ARV es/PMC3892619/#!po=13.1579
dicapai melalui pulihnya sistem kekebalan 5. Gory, et.al. HIV-1 envelope–receptor
akibat HIV dan pulihnya kerentanan terhadap interactions required for macrophage
infeksi oportunistik. Waktu memulai terapi infection and implications for current
ARV harus dipertimbangkan dengan HIV-1 cure strategies. Journal of
sesaksama, karena terapi ini akan diberikan Leucocyte Biology [internet]. 2015