Anda di halaman 1dari 2

ANCAMAN POLITIK

Makar Atau Kudeta

Ancaman politik dari dalam Negeri selanjutnya adalah makar atau kudeta.

Ya, makar atau kudeta ini adalah upaya untuk menggulingkan kekuasaan dari pemerintahan
yang sah guna mendapatkan kepentingan tertentu.

Untuk itu, sesuai dengan Undang-Undang, makar dan kudeta ini adalah tindakan melawan
hukum dan dapat dikenakan pasal pidana kurungan.

Satu-satunya kudeta yang bertujuan mengulingkan negara Republik Indonesia adalah Kudeta
23 Januari 1950. Bekas kapten pasukan khusus Belanda Raymond Westerling dan
pasukannya, dengan tanpa perhitungan matang, berusaha menguasai Jakarta, serta berharap
Soekarno terbunuh. Namun, rencana Westerling tak pernah terwujud. Dia kekurangan senjata
dan ditinggalkan orang-orang yang semula mau ikut gerakan Angkatan Perang Ratu Adil
(APRA) yang dipimpinnya tersebut.

Peristiwa 17 Oktober 1952 yang menuntut pembubaran parlemen oleh militer oleh beberapa
pihak digolongkan sebagai kudeta. Parlemen dianggap berusaha mencampuri urusan intern
militer. Lagi-lagi Soekarno menolak. Buntutnya, Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Abdul
Haris Nasution dibebastugaskan.

Kudeta paling terkenal dalam sejarah Indonesia adalah G 30 S, yang sebagian orang
menyebutnya sebagai G 30 S/PKI. Pelaku utama pemberontakan, yang dilancarkan sejak 30
September 1965 ini, adalah Letnan Kolonel Untung, salah satu komandan batalyon pasukan
pengawal Presiden Soekarno, Cakrabirawa. Untung tak bertujuan menggulingkan Presiden
Sukarno. Ia dituduh mengkudeta untuk PKI. Untung menculik dan menghilangkan nyawa
para petinggi Angkatan Darat seperti Letnan Jenderal Ahmad Yani dan jenderal lainnya.
Kudeta ini juga tanpa arah.

Untung akhirnya tertangkap dan segera dihukum mati. Setelah Supersemar diberikan kepada
Soeharto, kekuasaan Soekarno semakin lemah dan Soeharto semakin kuat dan populer. Tak
sampai dua tahun setelah kudeta ini, Soekarno dilengserkan dari kursi Kepresidenan. Majelis
Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) yang dulu mendukung Soekarno sebagai
Presiden Seumur Hidup, justru menolak pidato pertanggungjawabannya, Nawaksara.
Tindakan Terorisme

Tindakan-tindakan terorisme ini memang menjadi salah satu ancaman politik dari luar
Negeri. Memang, baru-baru ini banyak teroris yang tertangkan sebelum melaksanakan aksi
jihad dengan cara meledakkan bom pada diri sendiri.

Akan tetapi paham-paham radikal tersebut datang dari luar negeri dan kemudian Indonesia
menjadi target akan tindak terorisme dengan tujuan untuk beberapa hal mulai dari mengganti
ideologi Indonesia.

Oleh sebab itu dapat dikatakan bahwa tindakan radikal dan juga tindak terorisme yang
menyerang Indonesia ini dilatarbelakangi oleh adanya ancaman politik yang berasal dari
luar negeri.

Terorisme di dunia bukanlah merupakan hal baru, namun menjadi aktual terutama sejak
terjadinya peristiwa World Trade Center (WTC) di New York, Amerika Serikat pada tanggal
11 September 2001, dikenal sebagai “September Kelabu”, yang memakan 3000 korban.
Serangan dilakukan melalui udara, tidak menggunakan pesawat tempur, melainkan
menggunakan pesawat komersil milik perusahaan Amerika sendiri, sehingga tidak tertangkap
oleh radar Amerika Serikat. Tiga pesawat komersil milik Amerika Serikat dibajak, dua di
antaranya ditabrakkan ke menara kembar Twin Towers World Trade Centre dan gedung
Pentagon.

Berita jurnalistik seolah menampilkan gedung World Trade Center dan Pentagon sebagai
korban utama penyerangan ini. Padahal, lebih dari itu, yang menjadi korban utama dalam
waktu dua jam itu mengorbankan kurang lebih 3.000 orang pria, wanita dan anak-anak yang
terteror, terbunuh, terbakar, meninggal, dan tertimbun berton-ton reruntuhan puing akibat
sebuah pembunuhan massal yang terencana. Akibat serangan teroris itu, menurut Dana
Yatim-Piatu Twin Towers, diperkirakan 1.500 anak kehilangan orang tua. Di Pentagon,
Washington, 189 orang tewas, termasuk para penumpang pesawat, 45 orang tewas dalam
pesawat keempat yang jatuh di daerah pedalaman Pennsylvania. Para teroris mengira bahwa
penyerangan yang dilakukan ke World Trade Center merupakan penyerangan terhadap
"Simbol Amerika". Namun, gedung yang mereka serang tak lain merupakan institusi
internasional yang melambangkan kemakmuran ekonomi dunia. Di sana terdapat perwakilan
dari berbagai negara, yaitu terdapat 430 perusahaan dari 28 negara. Jadi, sebetulnya mereka
tidak saja menyerang Amerika Serikat tetapi juga dunia [1]. Amerika Serikat menduga Osama
bin Laden sebagai tersangka utama pelaku penyerangan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai